You are on page 1of 19

PENTINGNYA PERAN ORANG TUA DAN GURU PADA PENGEMBANGAN

KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR


Nurkamila
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah PGMI FITK UIN JAKARTA
ABSTRACT
Character is a moral trait and good character that can make a person appear different from others.
The purpose of this study was to analyze the role of parents and teachers in developing children's
character, the factors that influence the development of children's character, and the impact of the
role of parents and teachers on character development. This study uses a quantitative method that
is using the Systematic Literature Review method. The data collection technique was carried out
with data and information from 25 articles and websites related to the role of teachers and
parents in developing the character of elementary school children. The results showed that
teachers and parents are important factors in the education of a child. The character of a child
comes from the family. Where, most children up to the age of 18 years spend 60-80% of their
time with their families. Until the age of 18 years, they still need parents and warmth in the
family. From here, character education should start from within the family, which is the first
environment for the growth of a child's character. After family, in the world of character
education, it must become a mandatory teaching since elementary school. Elementary school
children are still in the stage of concrete operational development. The stage where their
intelligence begins to develop to think logically and systematically. So that character education
in elementary school children is the key in changing the younger generation for the better.
Keyword: Child, teacher, character, development.
ABSTRAK
Karakter adalah sifat moral dan budi pekerti baik yang dapat membuat seseorang tampil berbeda
dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran orangtua dan guru
dalam mengembangkan karakter anak, faktor-faktor yang mempengaruh pengembangan karakter
anak, serta dampak dari peran orangtua dan guru terhadap pengembangan karakter. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif yaitu menggunakan metode Systematic Literature Review.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan data dan informasi dari 25 artikel dan web yang
berkaitan dengan peran guru dan orang tua dalam pengembangan karakter anak sekolah dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dan orang tua adalah faktor penting dalam pendidikan
seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Dimana, sebagian besar anak-anak
sampai usia 18 tahun menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga. Sampai usia 18
tahun, mereka masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Dari sini,
sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan
lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Setelah keluarga, di dunia pendidikan
karakter ini sudah harus menjadi ajaran wajib sejak sekolah dasar. Anak SD masih dalam
tahap perkembangan operasional konkret. Tahap dimana mulai berkembangnya kecerdasan
mereka untuk berpikir logis dan sistematis. Sehingga pendidikan karakter pada anak SD menjadi
kunci dalam perubahan generasi muda yang lebih baik.
Kata kunci: Anak, guru, karakter, pengembangan.
I. PENDAHULUAN

Pendidikan seharusnya memegang peranan penting dalam mendidik dan


menanamkan nilai-nilai karakter yang baik pada anak. Pendidikan karakter dalam
konteks Pendidikan di Indonesia adalah pendidik nilai-nilai luhur yang berlandasan
budaya bangsa Indonesia yang berupaua melatih dan mendidik anak-anak agar menjadi
generasi penerus bangsa yang baik.[ CITATION Uli18 \l 1033 ]. Untuk mencapai hal tersebut,
diperlukan kerjasama dan kolaborasi Semua pihak untuk mendidik dan membimbing
anak kearah yang lebih baik. Karena Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara sekolah, orang tua dan masyarakat sebagai tiga pusat Pendidikan. Orang tua adalah
rujukan pertama dan pendidik pertama, bagi anak-anak, baik sejak dalam kandungan
hingga lulus. Peran orang tua sangat penting dalam Pendidikan anak, meskipun mereka
tidak mendapatkan Pendidikan dan pelatihan tentang bagaimana menjadi orang tua yang
ada ideal, tidak ada sekolah formal khusus untuk melatih dan mengajar menjadi orang tua
yang ideal, tetapi mereka belajar dari pengalaman mengasuh orang tua mereka. [ CITATION
Ive17 \l 1033 ].
Dalam mengembangkan karakter anak, guru memegang peranan penting sebagai
pemimpin di sekolah. Di dalam sekolah, guru bertindak sebagai orangtua anak. Keberhasilan
belajar anak tergantung pada tingkat kemampuan guru dala menciptakan suasana belajar yang
nyaman, displin, motivasi, lingkungan belajar yang nyaman dan mendukung. Kejahteraan dan
budaya sekolah merupakan aspek keberhasilan guru dalam belajar mengajar. [ CITATION Agu18 \l
1033 ]. Oleh karena itu, peran guru sebagai motor penggerak dalam meningkatkan kualitas
Pendidikan dan membentuk kepribadian anak menjadi lebih baik.
Peran guru dan orang tua menjadi isu paling hangat dan diperdebatkan di dunia
Pendidikan. Sering terjadi diskusi anatar dua pihak yang harus bertanggung jawab ketika anak
mengalami penurunan belajar atau perilaku. Orang tua sering beranggapan bahwa guru dan
lingkungan sekolah berperan penting dalam Pendidikan anak. [ CITATION Sug15 \l 1033 ]. Hal ini
menyebabkan orang tua selalu menyalahkan guru dan system pembelajaran yang diterapkan oleh
sekolah, begitu pula sebaliknya guru menyalahkan pola asuh anak di rumah.
Berdasarkan uraian di atas, peran orang tua dan guru sangat penting dalam
pengembangan nilai-nilai karakter anak dan berdampak pada pencatatan prestasi akademik dan

2
non akademik anak, seperti kerja sama antar orang tua dan guru dapat mendorong dan peduli
terhadap pendidikannya oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
peran orang tua dan guru dalam pengembangan karakter , faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan karakter anak dan dampak peran orang tua dan guru terhadap karakter
perkambangan.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana menggunakan metode Systematic
Literature Review. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2021. Data diperoleh dari
25 artikel serta web yang berkaitan dengan peran guru dan orang tua dalam pengembangan
karakter anak sekolah dasar.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran
Peranan merupakan bagian dari tugas pokok yang harus diselesaikan (Usman, 2001).
Bermain peran adalah penciptaan serangkaian perilaku terkait yang dilakukan dalam situasi
tertentu dan terkait dengan pola perubahan perilaku.
Orang Tua
Orang tua merupakan orang pertama yang mengasuh, membesarkan, membimbing dan
mendidik serta memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Orang tua pada hakikatnya juga bertanggung jawab atas anak-anaknya, Baik secara psikologis,
pedagogis, maupun sosiologis. Lingkungan pertama di mana anak-anak tinggal adalah bahwa
keluarga adalah basis utama Pendidikan.
Peran Orang Tua
1. Sebagi motivator, fasilatator, mediator
2. Orang tua sebagai tempat bimbingan yang pertama dalam hal karakter seorang anak
3. Membentuk kebiasaan-kebiasaan (habit formation) yang positif yaitu sebagai fondasi
yang kuat dalam pendidikan informal. Dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut anak akan
mengikuti/menyesuaikan diri bersama keteladanan orang tuanya.
Guru
Guru merupakan panutan, baik dalam hal Pengetahuan maupun kepribadian bagi
siswanya. Oleh karena itu, seorang guru harus berhati-hati dalam berbicara dan bertindak.
Ucapan dan perilaku yang salah akan berdampak negatif pada perkembangan tumbuh

3
kembang siswa. Karena dapat meniru ucapan dan perilaku guru terlepas dari benar dan
salah.
Peran Guru
Menurut Pidarta, peranan guru/ pendidik, antara lain:
1. sebagai manajer pendidikan atau pengorganisasian kurikulum;
2. sebagai fasillitaor pendidikan;
3. pelaksana pendidikan;
4. pembimbing dan supervisor;
5. penegak disiplin;
6. menjadi model perilaku yang akan ditiru siswa;
7. sebagai konselor;
8. menjadi penilai;
9. petugas tata usaha tentang administrasi kelas yang diajarnya;
10. menjadi komunikator dengan orangtua siswa dengan masyarakat;
11. sebagai pengajar untuk meningkatkan profesi secara berkelanjutan;
12. menjadi anggota organisasi profesi Pendidikan
Karakter
Istilah karakter dalam bahasa Yunani dan Latin, karakter berasal dari kata
charassein yang berarti mengukir yang tetap dan tidak terhapuskan. Karakter yang baik
adalah individu yang dapat mengambil keputusan dan mau bertanggung jawab atas segala
akibat dan keputusan yang diambilnya. Pendidikan dan pembelajaran adalah proses
interaksi guru/pendidik dengan anak didik/siswa.
Nilai-nilai Karakter
Karakter adalah perilaku nilai-nilai kemanusiaan yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, manusia lain, lingkungan, diri dan kebangsaan yang terwujud
dalam adat istiadat, budaya, karma, hukum, pilihan, sikap, perasaan, perkataan, dan
tindakan berdasarkan norma agama.
Lickona menyatakan bahwa Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja
untu membantu seseorang agar seseorang dapat mengamalkan, memperhatiakan dan
memahami nilai-nilai etika inti. Pendidikan karakter memerlukan metode khusu yang

4
tepat agar tujuan Pendidikan dapat tercapai antara lain metode pembelajaraan yang tepat,
yaitu metode pujian, hukuman, dan metode kebiasaan
Karakter yang mutlak diperlukan tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga di
lingkungan sosial maupun rumah. Bahkan kini pesertanya tidak lagi anak-anak hingga
remaja, tetapi juga dewasa. Saat ini kita akan menghadapu persaingan antar rekan kerja
dari berbagai negara di dunia, bahkan kita yang masih bekerja tahun ini pasti akan
merasakan hal yang sama . Tuntunan beberapa SDM yang berkualitas di tahun 2021
tentunya membutuhkan karakter yang baik. Karakter merupakan kunci dari salah satu
keberhasilan individu. Berdasarkan penelitian bahwa 80% keberhasilan buat seorang
pada warga dipengaruhi oleh (EQ). Karakter Pendidikan sudah sebagai sentra perhatian
pada banyak sekali belahan global pada rangka menyiapkan generasi yang baik,
Pelatihan tersebut merupakan bagian dari Pendidikan nilai oleh sekolah, yang
merupakan upaya mulia yang harus segera dilakukan. Ada 18 poin nilai-nilai karakter
pendidikan: tanggung jawa, perlindungan sosial, kepedulian terhadap lingkungan, gemar
membaca, cinta damai, ramah/komunikatid, rasa ingin tahu demokratis, toleransi,
kejujuran, disiplin, kreatif, kerja keras, religious, mandiri, mrmbangun karakter adalah
salah satu nilai Pendidikan melalui sekolah merukan upaya mulia yang sangat
dibutuhkan. Memang, melihat ke depan, sekolah bertanggung jawab tidak hanya
menghasilkan siswa yang unggul dalam sains dan teknologi, tetapi juga dalam hal
indetitas, karakter dan kepribadian dan ini relevan dan kontekstual tidak hanya di negar-
negara yant mengalami krisi karakter seperti Indonesia. Tetapi juga di negara maju
(Frankel 1977.2)
Karakter pendidikan sekarang ini juga berarti melakukan usaha yang sungguh-
sungguh, sistematik dan tentunya berkelanjutan untuk membangun dan menguatkan
kesadaran pada keyakinan semua orang di Indonesia bahwa masa depan yang lebih baik
akan hilang tanpa dibangunnya dan dikuatkannya karakter rakyat Indonesia. Seperti
halnya, tidak aka nada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa
kegigihan, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kejujuran, tanpa semangat belajar yang
tinggi, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa mengembangkan
rasa tanggungjawab, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, dan serta
tanpa optimisme. Untuk mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak bukan aspek

5
moral adalah ancaman marabahaya kepada masyarakat. Sekolah juga berperan untuk
membentuk karakter seorang anak.
Pendidikan karakter adalah langkah sangat krusial dan strategis pada menciptakan
balik jati diri bangsa dan menggalang pembentukan rakyat Indonesi baru. Namun krusial
buat segara dikemukakan sebagaimana terlihat pada pernyataan Philips bahwa
Pendidikan karakter haruslah melibatkan seluruh pihak; rumah tangga dan keluarga;
sekolah; dan lingkungan sekolah lebih luas (masyarakat). Lantara itu, langkah pertama
yang wajib dilakukan merupakan menyambung balik interaksi dan education networks
yang nyaris terputus antara ketiga lingkungan Pendidikan ini. Pendidikan tabiat dan
Pendidikan karakter nir akan berhasil selama antara ketiga lingkungan Pendidikan nir
terdapat transedental dan harmonisasi.
Menurut Hasan dalam Santosa (2014:33-34) sumber nilai-nilai yang
dikembangkan dalam
Pendidikan karakter diidentifikasikan dari sumber-sumber berikut ini:
a. Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh lantaran itu, kehidupan
individual, warga da bangsa selalu didasar dalam ajaran kepercayaan dan
kepercayaannya. Secara politis, kehdiupan kenegaraanpun didasar dalam nilai-nilai yang
berasal berdasarkan kepercayaan. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nillai
Pendidikan karakter wajib didasari dalam nilai-nilai dan kaidah yang asal berdasarkan
kepercayaan,
b. Pancasila
Pancasila Negara Republik Indonesia ditegaskan atas prinsip-prinsip kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang diklaim pancasila. Pancasila masih ada dalam
pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut pada pasal-pasal yang masih ada pada
undang-undang dasar 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung pada pancasila sebagai
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik,hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya
dan seni. Pendidikan karakter bertujuan mempersiapkan peserta didik sebagai rakyat
negara yang mempunyai kemampuan, kemauan dan menerapkan nilai-nilai pancasila
pada kehidupannya menjadi rakyat negara.
c. Budaya

6
Sebagai suatu kebenaran bahwa nir terdapat insan yang hayati bermasyarakat yang
tidak didasari sang nilai-nilai budaya yang diakui warga itu. Nilai-nilai budaya itu
dijadikan dasar dalam hadiah makna terhadap suatu konsep dan arti pada komunikasi
antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian krusial pada kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya sebagai asal nilai pada Pendidikan karakter.
d. Tujuan Pendidikan Nasional
Sebagi rumusan kualitas yang wajib dimiliki setiap rakyat negara Indonesia,
dikembangkan oleh macam aneka macam satuan Pendidikan pada aneka macam jenjang
dan jalur. Tujuan Pendidikan nasional memuat berbagai nilai humanism yang wajib
dimiliki rakyat negara Indonesia. Oleh lantara itu tujuan Pendidikan nasional merupakan
asal yang saling operasional pada pengembangan Pendidikan karakter nilai-nilai yang
bersumber berdasarkan kepercayaan.
Nilai-nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional tersebut telah dikembangkan oleh Kemendiknas (2011) dan diidentifikasikan
menjadi 18 nilai karakter. Kedelapan belas nilai karakter tersebut adalah:
 religius;
 jujur;
 toleransi;
 disiplin;
 kerja keras;
 kreatif;
 mandiri;
 demokratis;
 rasa ingin tahu;
 semangat kebangsaan;
 cinta tanah air;
 menghargai prestasi;
 bersahabat/ komunikatif;
 cinta damai;
 gemar membaca;

7
 peduli lingkungan;
 peduli sosial;
 Tanggung jawab.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan mengenai peranan penting orang tua dan guru
terhadap perkembangan karakter anak dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
Peranan Orang Tua sebagai Role Model
Orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, maka sikap dan perilaku anak harus
dibentuk serta dikembangkan agar dapat mencerminkan sikap yang baik. Oleh sebab itu, sebagai
orang yang dijadikan role model orang tua harus memperhatikan bagaimana cara bersikap
dengan anak dan orang lain, karena memberikan contoh secara langsung akan diingat dengan
baik oleh anak.
Sebagai sumber ilmu pengetahuan di rumah, ada beberapa peran orangtua sebagai role
model dalam mendidik karakter anak:
1. Membimbing anak agar selalu memperhatikan waktu dan melaksanakan solat berjamaah dan
membaca Alquran
2. Ajaklah anak-anak mengunjungi yang sakit
3. Latih kebiasaan baik di sekitar rumah, seperti membersihkan halaman, merapikan kamar
tidur, menyiram tanaman dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
4. Mengenalkan budi pekerti yang baik kepada anak, misalnya dengan menghormati yang lebih
tua, berbicara jujur, dan santun, bertanggung jawab dan toleran agar anak belajar sebagai
makhluk sosial. [ CITATION Ram19 \l 1033 ]
Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), salah satu sahabat utama Nabi
Muhammad (SAW) menyarankan : ajaklah anak-anak sejak lahir hingga tujuh tahun
untuk bermain, ajari anak-anak menjadi pasangan orang tua mereka. Ketika anak masuk
sekolah setelah Pendidikan formal, fondasi karakter ini terbentuk. Anak sudah memiliki
karakter yang baik biasanya memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk berhasil karena
perpaduan antara IQ, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spirituan kecerdasan yang
terhormat dengan baik. Peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak meliputi :
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya.

8
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan
ktenangan jiwa anak-anak.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.
4. Mewujudkan kepercayaan.
5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).
Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan,
akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Yang paling penting adalah
bahwa ayah dan ibu adalah satusatunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam
pembentukan kepribadian, begitu juga anak yang secara tidak sadar mereka akan
terpengaruh, maka kedua orang tua di sisni berperan sebagai teladan bagi mereka baik
teladan pada tataean teoritis maupun praktis.
Seperti yang telah dijelaskan, keluarga dan lingkungan keluarga sangat berperan
penting dalam membentuk perilaku anak, oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya
terutama oleh pihak-pihak yang berkepentingan agar mereka bertanggung jawab terhadap
hal tersebut. Beberapa contoh kebiasaan yang dapat dilakukan dalam lingkungan
keluarga:
1. Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga.
2. Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih.
3. Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas– tugas rumah.
4. Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang yang dimilikinya
5. Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang pelajaran/ mengerjakan
tugas sekolahnya.
6. Membiasakan anak pamit jika keluar rumah.
7. Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah
8. Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah.
9. Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam keluarga.
10. Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak
akan tumbuh jiwa demokratis.
11. Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu.
12. Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin kendala–kendala yang
dihadapi dalam keluarga:

9
o Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang diberikan oleh
orang tua.
o Orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa) yang tidak
konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang diterapkan.
o Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik
maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan bahwa ’kepatuhan
anak berbanding sama dengan kasih sayang yang diterimanya.
o Tempat tinggal yang tidak menetap.
Rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan watak dan
pendidikan karakter pertama dan utama mestilah diberdayakan kembali. Sebagaimana
disarankan Phillips, keluarga hendaklah kembali menjadi “school of love”, sekolah untuk
kasih sayang (Phillips 2000: 11). Dalam perspektif Islam, keluarga sebagai “school of
love” dapat disebut sebagai “madrasah mawaddah wa rahmah, tempat belajar yang penuh
cinta sejati dan kasih sayang.
Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada pembinaan keluarga
(usrah). Keluarga merupakan basis dari (ummah) bangsa; dan karena itu keadaan
keluarga sangat menentukan keadaan ummah itu sendiri. Bangsa terbaik (khayr ummah)
yang merupakan (ummah wahidah) bangsa yang satu dan (ummah wasath) bangsa yang
moderat, sebagaimana dicita-citakan Islam hanya dapat terbentuk melalui keluarga yang
dibangun dan dikembangkan atas dasar mawaddah warahmah.
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas r.a, keluarga yang baik
memiliki empat ciri: pertama; keluarga yang memiliki semangat (ghirah) dan senang
mempelajari dan menghayati ajaran agama secara utuh, kemudian mengamalkan dan
memutakhirkannya dalam kehidupan sehari-hari Kedua, keluarga yang setiap anggotanya
saling menghormati dan mencintai; membenahi dan menghidupi diri sendiri Ketiga,
keluarga yang dari segi kehidupan (konsumsi) tidak berlebihan; tidak malas atau serakah
dalam mencari nafkah; sederhana atau tidak konsumtif dalam berbelanja Keempat,
keluarga sadar akan kelemahan dan kesalahannya; dan oleh karena itu selalu berusaha
untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya melalui proses
belajar dan pendidikan sepanjang hayat, min almahdi ila allahdi.
Peranan Guru Sebagai Role Model

10
Konsep peran guru sebagai panutan adalah seorang guru yang dapat memberikan contoh
perilaku yang baik kepada anak-anak Seperti beberapa contoh yang diberikan oleh guru di
sekolah dari pengamatan, yaitu:
1. Datang ke sekolah lebih awal sebelum upacara dan waktu kelas berlangsung.
2. Merapikan meja dan mengumlkan buku dikelas
3. Bersedia membantu anak mengikuti program Pendidikan karakter
4. Dia melakukan tugas mengajarnya secara profesional dan berkomunikasi dengan baik
dengan orang tua anak-anak
5. Memperhatikan & peduli pada anak murid, mengajak anak buat menjenguk temannya
saat pada keadaan sakit [ CITATION Ram19 \l 1033 ]
Menurut Hendayani (2019), kolaborasi antara sekolah, keluarga dan masyarakat penting
untuk menciptakan generasi yang bermoral dan bermoral. Dalam budaya moral peserta didik, hal
ini dapat dimulai dengan kebiasaan hal-hal positif yang kemudian diterapkan dalam proses
pembelajaran, setelah selesai kegiatan pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
ekstrakurikuler. Dengan begitu, kebiasaan hal-hal positif di lingkungan sekitar mampu
menanamkan moral secara langsung pada diri siswa. Implan moral ditanamkan dengan kegiatan
pembelajaran di sekolah (Amelia, 2018) Kebiasaan dan keteladanan langsung yang diberikan
oleh orang tua, guru dan orang-orang di sekitarnya sangat penting dalam upaya menumbuhkan
moral siswa. Karakter yang terintegrasi dalam pembinaan moral peserta didik tidak bertentangan
sesuai dengan nilai moral yang berlaku. Oleh karena itu, siswa yang memiliki kepribadian yang
kuat dapat mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. [ CITATION Rif17 \l
1033 ].
Pelaksanaan pendidikan akhlak memerlukan kerjasama berbagai pihak, seperti orang tua
yang berperan penting di rumah dan guru yang berperan penting di sekolah. Orang tua
merupakan guru pertama bagi anak. Orang tua adalah guru pertama bagi anak Perilaku dan
tindakan orang tua akan ditiru oleh anak agar orang tua dapat menjadi panutan yang baik dalam
membentuk akhlak anak. Setelah orangtua, guru pun merupakan panutan bagi anak. Dalam
proses pembelajaran guru hendaklah menyisipkan unsur-unsur moral kedalam pembelajaran
[ CITATION Kha17 \l 1033 ].
Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai melalui sekolah, suatu
ikhtiar mulia yang perlu segera diwujudkan. Untuk masa depan, sekolah tidak hanya

11
bertanggung jawab untuk menghasilkan siswa yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi juga dalam hal identitas, diri, karakter dan kepribadian.
Upaya pembentukan karakter melalui sekolah juga dapat dilakukan secara simultan
melalui pendidikan nilai dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, menerapkan
pendekatan “model” atau “teladan” atau “uswah hasanah”. Setiap guru dan tenaga kependidikan
lainnya di lingkungan sekolah harus mampu menjadi “uswah hasanah” yang hidup bagi setiap
siswa. Mereka juga harus terbuka dan siap mendiskusikan berbagai nilai baik dengan siswa.
Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus menerus
tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk. Usaha ini bisa dibarengi pula dengan langkah-
langkah; memberi penghargaan (prizing) dan menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang
baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discouraging) berlakunya nilai-nilai yang buruk;
menegaskan nilai-nilai yang baik dan buruk secara terbuka dan kontinu; memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memilih berbagai alternatif sikap dan tindakan
berdasarkan nilai; melakukan pilihan secara bebas setelah menimbang dalam-dalam berbagai
konsekuensi dari setiap pilihan dan tindakan; membiasakan bersikap dan bertindak atas niat dan
prasangka baik (husn al-zhan) dan tujuan-tujuan ideal; membiasakan bersikap dan bertindak
dengan pola-pola yang baik yang diulangi secara terus menerus dan konsisten.
Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character-based education). Hal ini
bisa dilakukan dengan menerapkan character-based approach ke dalam setiap mata pelajaran
nilai yang ada di samping matapelajaran-mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter,
seperti pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah, Pancasila dan sebagainya.
Pembentukan watak dan pendidikan karakter melalui sekolah, dengan demikian, tidak bisa
dilakukan semata-mata melalui pembelajaran pengetahuan, tetapi adalah melalui penanaman atau
pendidikan nilai-nilai. Apakah nilai-nilai tersebut? Secara umum, kajian-kajian tentang nilai
biasanya mencakup dua bidang pokok, estetika, dan etika (atau akhlak, moral, budi pekerti).
Estetika mengacu kepada hal-hal tentang dan justifikasi terhadap apa yang dipandang manusia
sebagai “indah”, apa yang mereka senangi. Sedangkan etika mengacu kepada hal-hal tentang dan
justifikasi terhadap tingkah laku yang pantas berdasarkan standar-standar yang berlaku dalam
masyarakat, baik yang bersumber dari agama, adat istiadat, konvensi, dan sebagainya. Dan
standar-standar itu adalah nilai-nilai moral atau akhlak tentang tindakan mana yang baik dan
mana yang buruk.

12
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan. Karena kemajuan zaman, maka keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh
kebutuhan dan aspirasi anak terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat, semakin penting
peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses
pembangunan masyarakat itu. Suatu alternatif yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan
sekolah dalam perannyasebagai lembaga pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah,
antara lain:
A. Pengajaran yang mendidik
Yaitu pengajaran yang serentak memberi peluang pencapaian tujuan intruksional bidang
studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya. Dalam upaya mewujudkan pengajaran
yang mendidik, perlu dikemukakan bahwa setiap keputusan dan tindakan guru dalam rangka
kegiatan belajar mengajar akan membawa berbagai dampak atau efek kepada siswa,
Pemilihan kegiatan belajar yang etpat, akan memberikan pengalaman belajar siswa yang
efisien dan efektif untuk mewujudkan pembangunan manusia seutuhya. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan konsisten apabila guru memiliki wawasan kependidikan yang tepat
serta menguasai berbagai strategi belajar mengajar sehingga mampu dan mau merancang dan
melaksanakan berbagai kegiatan belajar mengajar yang kaya dan bermakna bagi peserta
didik. Selain itu, pemberian prakarsa dan tanggung jawab sedini mungkin kepada anak dalam
kegiatan belajar mengajar akan memupuk kebiasaan dan kemampuan belajar mandiri yang
terus menerus. Dengan demikian diharapkan peran sekolah dapat mewujudkan suatu
masyarakat yang cerdas.
B. Peningkatan dan pemantapan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di sekolah
Seperti diketahui, bidang garapan program BP adalah perkembangan pribadi peserta
didik, khususnya aspek sikap dan perilaku atau kawasan afektif. Dalam pedoman kurikulum
disebutkan bahwa, Pelaksanaan kegiatan BP di sekolah menitikberatkan kepada bimbingan
terhadap perkembangan pribadi melalui pendekatan perseorangan dan kelompok. Siswa yang
menghadapi masalah mendapat bantuan khusus agar mampu mengatasi masalahnya. Semua
siswa tetap mendapatkan bimbingan karier. Pendidikan afektif dapat diawali dengan kajian
tentang nilai dan sikap yang seharusnya dikejar lebih jauh dalam perwujudannya melalui
perilaku sehari-hari.
C. Pengembangan perpustakaan sekolah

13
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu pusat sumber belajar, yang mengelola bukan
hanya bahan pustaka tetapi juga berbagai sumber belajar lainnya. Perpustakan diharapkan
peranannya bisa lebih aktif dalam mendukung program pendidikan. Dengan penyediaan
berbagai perangkat lunak yang didukung perangkat keras yang memadai maka perpustakaan
dapat menjadi “mitra kelas” dalam proses belajar mengajar dan tempat pengkajian berbagai
pengembangan sistem instruksional. Suatu perpustakaan sekolah yang memadai akan dapat
mendorong siswa atau anak untuk belajar mandiri.
D. Peningkatan Program pengelolaan sekolah
Khususnya yang terkait dengan peserta didik, pengelola sekolah sebagai pusat pendidikan
dan kebudayaan seharusnya merupakan refleksi dari suatu masyarakat yang beradab yang
dicitacitakan oleh tujuan nasional. Gaya kerja pengelola umumnya, akan berpengaruh bukan
hanya melalui kebijakannya tetapi juga aspek keteladanannya.
Selain diperlukan sosok guru ideal yang mampu membuat ramuan perencanaan
pembelajaran berbasis pendidikan karakter, dukungan iklim dan budaya sekolah/madrasah pun
akan sangat menentukan hasil dari proses internalisasi. Demikian halnya dengan ketersediaan
sarana dan prasarana yang mendukung. Peran kepemimpinan dari seorang kepala madrasah akan
sangat menentukan hal tersebut dapat terwujud. Disamping peran serta yang optimal dari seluruh
perangkat sekolah/madrasah.
Selain melalui upaya di atas, apa yang diungkapkan oleh Bagir, dkk (2005: 108) dapat
menjadi referensi para praktisi pendidikan di lingkungan persekolahan dalam mengembangkan
strategi pendidikan karakter di lingkungan madrasah. Menurutnya bahwa terdapat empat tataran
implementasi, yaitu tataran konseptual, institusional, operasional, dan arsitektural.
Dalam tataran konseptual, internalisasi pendidikan karakter dapat diwujudkan melalui
perumusan visi, misi, tujuan dan program madrasah (rencana strategis madrasah), adapun secara
institusional, integrasi dapat diwujudkan melalui pembentukan institution culture yang
mencerminkan adanya misi pendidikan karakter, sedangkan dalam tataran operasional,
rancangan kurikulum dan esktrakulikuler (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP) harus
diramu sedemikian rupa sehingga nilai-nilai fundamental agama prihal akhlak mulia dan kajian
ilmu/ilmiah prihal akhlak mulia terpadu secara koheren. Sementara secara arsitektural,
internalisasi dapat diwujudkan melalui pembentukan lingkungan fisik yang berbasis pendidikan

14
akhlak, seperti sarana ibadah yang lengkap, sarana laboratorium yang memadai, serta
perpustakaan yang menyediakan buku-buku prihal akhlak mulia.
Adapun Sulhan (2010: 15-16) mengemukakan tentang beberapa langkah yang dapat
dikembangkan oleh madrasah dalam melakukan proses pembentukan karakter pada siswa.
Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut:
 Memasukan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara:
Menambahkan nilai kebaikan kepada anak (knowing the good), Menggunakan cara
yang dapat membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik
(desiring the good), Mengembangkan sikap mencintai untuk berbuat baik (loving
the good).
 Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah
laku masyarakat sekolah.
 Pemantauan secara kontinu. Pemantauan secara kontinu merupakan wujud dari
pelaksanaan pembangunan karakter.
 Penilaian orangtua. Rumah merupakan tempat pertama sebenarnya yang dihadapi
anak. Rumah merupakan tempat pertama anak berkomunikasi dan bersosialisasi
dengan lingkungannya. Untuk itulah, orangtua diberikan kesempatan untuk
menilai anak, khususnya dalam pembentukan moral anak.
Selain pendekatan-pendekatan di atas, minimal terdapat empat strategi yang bisa
menjadi alternatif pendidikan karakter di sekolah/madrasah:
1. Pendekatan Normatif, yakni mereka (perangkat madrasah) secara bersama-sama
membuat tata kelola (good governence) atau tata tertib penyelenggaraan madrasah
yang didalamnya dilandasi oleh nilai-nilai pendidikan karakter/akhlak, perumusan
tata kelola ini penting dibuat secara bersama, bahkan melibatkan santri dan tidak
bersifat top down dari pimpinan madrasah Sehingga terlahir tanggung jawab moral
kolektif yang dapat melahirkan sistem kontrol sosial, yang pada giliranya mendorong
terwujudnya institution culture yang penuh makna.
2. Pendekatan Model yakni mereka (perangkat madrasah), khususnya pimpinan
madrasah berupaya untuk menjadi model dari tata tertib yang dirumuskan, ucap,
sikap dan prilakunya menjadi perwujudan dari tata tertib yang disepakati bersama.

15
3. Pendekatan Reward and Punishmen yakni diberlakukanya sistem hadiah dan
hukuman sebagai stimulus dan motivator terwujudnya tata kelola yang dibuat.
4. Pendekatan Suasana Belajar (baik suasana fisik maupun suasana psikis) yakni dengan
mengkondisikan suasana belajar agar menjadi sumber inspirasi penyadaran nilai bagi
seluruh perangkat madrasah, termasuk para siswa seperti dengan memasang visi
madrasah, kata-kata hikmah, ayat-ayat Al Qur’an dan mutiara hadis di tempat-tempat
yang selalu terlihat oleh siapapun yang ada di madrasah, memposisikan bangunan
masjid di arena utama madrasah, memasang kaligrafi di setiap ruangan belajar santri,
membiasakan membaca Al Qur’an setiap mengawali belajar dengan dipimpin guru,
program shalat berjamaah, kuliah tujuh menit, perlombaan-perlombaan dan
sebagainya.
Sistem pendidikan dan lingkungan sekolah yang mengayomi dapat memacu
keinginan dalam setiap anak untuk mengembangkan rasa bangga pada diri mereka untuk
selalu berusaha mencapai kemampuan terbaik mereka sebagai seorang yang seimbang
dan berkembang secara utuh untuk mengembangkan kualitas dan keterampilan yang
diperlukan sebagai pembelajar sejati dan sebagi bagian dari masyarakat global.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Karakter pada Anak
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan karakter anak yaitu:

1. Faktor pendukung
Faktor pendukung dalam pengembangan nilai karakter anak dipengaruhi oleh standar isi
kurikulum, kepemimpinan kepala sekolah, komitmen seluruh warga sekolah yang mendukung
secara penuh program sekolah dalam pengembangan karakter anak dan mewujudkan visi dan
misi sekolah, melibatkan peran orangtua dalam program sekolah.

2. Faktor penghambat
Faktor yang menjadi penghambat pengembangan nilai karakter Anak yaitu, kurangnya
kepedulian dari beberapa guru, minimnya pengetahuan orangtua tentang pendidikan karakter,
lalu kurangnya sosialisasi dari pihak sekolah tentang pendidikan karakter kepada orang tua
menjadi salah satu penyebab pengetahuan orangtua menjadi minim, dan mereka sulit untuk
membimbing anak di rumah.
Dampak peran orang tua dan guru dalam pengembangan karakter anak

16
Secara garis besar, dapat dirumuskan dua aspek yang menjadi dampak peran orangtua dan
guru dalam pengembangan karakter anak, diantaranya adalah:
1. Nilai-nilai karakter berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.
2. Terjadinya perubahan perilaku yang muncul pada anak: Penanaman nilai-nilai karakter
melalui pendidikan yang terjadi di lingkungan rumah dan sekolah, pembiasaan yang baik,
serta teladan sangat memberikan pengaruh positif terhadap pengembangan karakter anak.
Peran orangtua dan guru sebagai role model sangat dibutuhkan oleh anak, sehingga anak
dapat meniru karakter baik yang dilihat dari orangtua dan guru sebagai figur utama.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan karakter
1. berpusat pada perkembangan anak maupun kebutuhan anak,
2. belajar sambil bermain,
3. lingkungan yang nyaman,
4. pembelajaran terpadu,
5. terdapat pengembangan kecakapan hidup,
6. memanfaatkan media dan sumber belajar edukatif,
7. dilaksanakan bertahap,
8. PAIKEM, dan
9. Memanfaatkan IT.

IV. SIMPULAN
Peran orang tua dan guru sebagai teladan dalam pengembangan karakter anak adalah
sebagai teladan berkarakter yang ditunjukkan melalui bersikap, berbuat, dan bertutur kata, seperti
sikap jujur, toleransi, disiplin, bertanggung jawab, religius, dan peduli terhadap orang lain serta
lingkungan. Peran orang tua dan guru terus diupayakan melalui program pendidikan karakter di
sekolah, seperti solat berjamaah, membaca Al-Qur’an, serta kegiatan ekstrakurikuler.

17
[1] S. Syahroni, “Peranan Orang Tua dan Sekolah dalam Pengembangan Karakter Anak
Didik,” Intelektualita, vol. 6, no. 1, p. 13, 2017, doi: 10.19109/intelektualita.v6i1.1298.

[2] L. Vinet and A. Zhedanov, “A ‘missing’ family of classical orthogonal polynomials,” J.


Phys. A Math. Theor., vol. 44, no. 8, 2011, doi: 10.1088/1751-8113/44/8/085201.
[3] S. Di and K. V Sdn, “Peranan Guru Terhadap Pendidikan Karakter Siswa Di Kelas V Sdn
1 Siluman,” PEDADIDAKTIKA J. Ilm. Pendidik. Guru Sekol. Dasar, vol. 2, no. 2, pp.
175–186, 2015.
[4] E. Sugawara and H. Nikaido, “Properties of AdeABC and AdeIJK efflux systems of
Acinetobacter baumannii compared with those of the AcrAB-TolC system of Escherichia
coli,” Antimicrob. Agents Chemother., vol. 58, no. 12, pp. 7250–7257, 2014, doi:
10.1128/AAC.03728-14.
[5] F. Y. L. Wati, “Pengembangan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah,” MITRA PGMI J. Kependidikan MI, vol. 1, no. 1, pp. 97–112, 2015, doi:
10.46963/mpgmi.v1i1.35.
[6] A. Gide, “済無 No Title No Title No Title,” Angew. Chemie Int. Ed. 6(11), 951–952., pp.
5–24, 1967.

18
[7] H. S. Rantauwati, “Kolaborasi Orang Tua Dan Guru,” J. Ilm. Wuny, vol. Vol 2, pp. 116–
130, 2020.
[8] “Peran guru dalam pembentukan karakter anak didik dalam film,” 2014.
[9] S. Adawiyah, “Pentingnya Pendidikan Karakter pada Anak,” Semin. dan Disk. Nas.
Pendidik. Dasar “Menyongsong Transform. Pendidik. Abad 21,” vol. 2, no. April 2020,
pp. 35–48, 2018, [Online]. Available:
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/article/view/10159.
[10] G. Memenuhi, S. Satu, M. Gelar, and S. Pendidikan, “Peran Guru Dalam Pelaksaan
Pendidikan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,” pp. 1–28, 2016.
[11] P. P. Geografi, “Peran Guru Dalam Pengembangan Karakter Pembelajar Zairin didik ,
peran guru menjadi sangat penting nasional yang menciptakan sekolah yang,” pp. 1–11,
2018.
[12] Y. Hulu, “Peran Guru Dalam Pengembangan Karakter Pada Siswa Kelas III SD Negeri
071154 Anaoma Kecamatan Alasa,” JURIDIKDAS J. Ris. Pendidik. Dasar, vol. 4, no. 1,
pp. 18–23, 2021, doi: 10.33369/juridikdas.4.1.18-23.
[13] M. S. Arumsari, “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa Dalam Pembelajaran
Sains Di Mi Al-Huda Yogyakarta,” Progr. Stud. Pendidik. Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fak. Ilmu Tarb. Dan Kegur. Univ. Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, no. c, pp.
561–565, 2014.
[14] A. K. Tetik, “Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter Di Kelas II Sdn Beringin 02
Semarang,” 2016, [Online]. Available: https://lib.unnes.ac.id/28345/.
[15] A. Y. Ramdan and P. Y. Fauziah, “Peran orang tua dan guru dalam mengembangkan nilai-
nilai karakter anak usia sekolah dasar,” Prem. Educ.  J. Pendidik. Dasar dan
Pembelajaran, vol. 9, no. 2, p. 100, 2019, doi: 10.25273/pe.v9i2.4501.
[16] D. Oktaviana, “Peran Guru dalam Membentuk Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa
Jawa Pada Kelas V di SD Tarbiyatul Islam Kertosari Ponorogo Tahun Pelajaran
2019/2020,” 2020, [Online]. Available: http://etheses.iainponorogo.ac.id/id/eprint/12270.
[17] T. Indrianti, “Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak di Desa Kedaton Induk
Kecamatan Btanghari Nuban Lampung Timur,” Skripsi, 2020.
[18] W. T. Kholifah, “Upaya Guru Mengembangkan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar
Melalui Pendidikan Ramah Anak,” J. Pendidik. dan Konseling, vol. 2, no. 1, pp. 115–120,
2020, doi: 10.31004/jpdk.v1i2.614.

[19] A. Muhsin, “Upaya Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Dusun Sumbersuko

Desa Plososari Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan,” Din.  J. Kaji. Pendidik. dan Keislam.,

vol. 2, no. 02, pp. 123–150, 2017, doi: 10.32764/dinamika.v2i02.174.

19

You might also like