Professional Documents
Culture Documents
ID Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Te
ID Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Te
Abstract
This research aims at finding out how technical propriety dimension, financial and economic
opportunity, political viability, and administrative viability in the evaluationof the policy of
telecommunicationtower construction at the Department of Transportation, Communication, and
Informatics in Parigi Moutong Regency using Bardach theory. This is a qualitative research with 7
informants taken by using a purposive sampling technique. The result of this research indicates that
the evaliationof Policy of Telecommunication, and Informatics in Parigi Moutong Regency viewed
from the technical viability dimensions; the Local Government is less serious to implement Cell
Plan which has been made and there is no clear socialization in reporting the performance of
management and supervision of surrounding; of economic and financial possibility dimension; all
citizens can take pleasure in telecommunication provider in socializing rules, however giving
positive impacts to the citizens like telecommunication service provisioning and providing
employment to the citizens; and Administrative Viability dimension; the role of each sector or
SKPD in coordinating among departments has run well but its supervision has not run well.
Keywords: Evaluation (Technical Feasibility, Economic and Financial Possibility, Political
Viability, and Administrative Viability)
186
187 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 2, Pebruari 2015 hlm 186-196 ISSN: 2302-2019
bangunan khusus yang berfungsi sebagai (Economy and Financial Possibility), daya
penunjang jaringan telekomunikasi yang dukung politis (Political Viability) dan daya
design/ bentuk konstruksinya disesuaikan dukung administratif (Administrative
dengan keperluan jaringan telekomunikasi. Viability) dalam evaluasi kebijakan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan menara telekomunikasi pada
kadangkala keberadaan menara Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
telekomunikasi di berbagai tempat Informatika Kabupaten Parigi Moutong.
menimbulkan permasalahan di masyarakat. Evaluasi merupakan salah satu tahapan
Permasalahan tersebut berpotensi penting dalam proses kebijakan publik,
menimbulkan konflik bilamana tidak dikelola namun seringkali tahapan ini diabaikan dan
dengan baik menurut ketentuan yang berlaku hanya berakhir pada tahap implementasi.
oleh pemerintahan daerah, dinas/ lembaga Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai
berwenang, pelaku usaha pada bidang terkait, tingkat kinerja suatu kebijakan.Evaluasi
dan masyarakat. kebijakan digunakan untuk mengukur
Fokus permasalahan terkait dengan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu
bagaimana dimensi Kelayakan Teknis, kebijakan publik. Menurut Muhadjir dalam
peluang ekonomi dan finansial, daya dukung :LGRGR PHQJHPXNDNDQ ³(YDOXDVL
politis serta daya dukung administratif dalam kebijakan publik merupakan suatu proses
evaluasi kebijakan pembangunan menara untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan
telekomunikasi pada Dinas Perhubungan, SXEOLN GDSDW ³PHPEXDKNDQ KDVLO´ \DLWX
Komunikasi dan Informatika Kabupaten dengan membandingkan antara hasil yang
Parigi Moutong, dan untuk membahas fokus diperoleh dengan tujuan dan/ atau target
permasalahan tersebut peneliti memilih kebijakan publik yang ditentukan.
menggunakan pendekatan model teori Menurut Bryant dan White dalam
evaluasi kebijakan Bardach yang terdiri dari 4 Wibawa (1994:63) mengemukakan evaluasi
variabel yaitu; 1.Technical Feasibility, merupakan penjelasan tentang hasil yang
Menyangkut penyediaan informasi yang dicapai kebijakan dan implementasinya
diperlukan untuk menilai keberhasilan terhadap tujuan kebijakan. Fungsi utama
program sehingga dapat diramalkan tentang evaluasi kebijakan meliputi antara lain :
kemungkinan pencapaian tujuannya. 2. - Evaluasi memberikan informasi tentang
Economy and financial possibility, Peluang kinerja
ekonomi dan finansial dari - Evaluasi memberikan masukan untuk
kebijakan/program. 3. Political viability, penyempurnaan kebijakan
yakni dukungan politik yang mewarnai setiap - Evaluasi kebijakan ini dilaksanakan setelah
tahapan proses evaluasi. 4. Administrative implementasi kebijakan (restropektif).
operability. Mengukur seberapa besar Evaluasi terdiri dari dua tipe yaitu
kemungkinan penerapan secara nyata dari process evaluation dan summative evaluation.
kebijakan atau program yang diusulkan dalam Tujuan dari summative evaluation adalah
konteks politik, sosial dan yang terpenting untuk menilai akibat program. Dengan
adalah permasalahan administrasi yang memastikan apakah program sesuai dengan
meliputi wewenang, komitmen kelembagaan, tujuan dan kebutuhan terhadap sasaran
kapabilitas dan dukungan organisasional yang kebijakan. Dengan demikian perlu
menyangkut fasilitas fisik dan lain lain memberikan saran untuk memodifikasi
dukungan (support services). Dengan tujuan program agar bisa melayani lebih baik dan
penelitian untuk mengetahui bagaimana menjadi lebih efektif.
dimensi Kelayakan Teknis (Technical Dalam bahasa yang lebih singkat Jones
Fiability), peluang ekonomi dan finansial dalam Winarno mengartikan evaluasi adalah
Serly Patu, Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Telekomunikasi pada Dinas Perhubunga «««««««188
Sebagai salah satu tahapan dalam proses e. Untuk mengetahui apabila ada
kebijakan, evaluasi memiliki fungsi dan penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan
tujuan. Menurut Wibawa dalam Nugroho untuk mengetahui adanya penyimpangan-
(2011:463) evaluasi kebijakan publik memilik penyimpangan yang mungkin terjadi,
empat fungsi, yaitu: dengan cara membandingkan antara tujuan
a. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret dan sasaran dengan pencapaian target.
realitas pelaksanaan program dan dapat f. Sebagai bahan masukan (input) unutk
dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir
hubungan antar berbagai dimensi realitas evaluasi adalah untuk memberikan
yang diamatinya. Dari evaluasi ini masukan bagi proses kebijakan ke depan
evaluator dapat mengidentifikasi masalah, agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
kondisi, dan faktor yang mendukung Menurut Nugroho (2012:728), tujuan
keberhasilan atau kegagalan kebijakan. pokok evaluasi bukanlah untuk menyalah-
b. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat nyalahkan, melainkan untuk melihat seberapa
diketahui apakah tindakan yang dilakukan besar kesenjangan antara pencapaian dan
oleh para pelaku, baik birokrasi maupun harapan suatu kebijakan publik. Tugas
pelaku lainnya, sesuai dengan standar dan selanjutnya adalah bagaimana kebijakan
prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan. publik harus dipahami sebagai sesuatu yang
c. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, bersifat positif. Evaluasi bertujuan untuk
apakah output benar-benar sampai ke mencari kekurangan dan menutup
tangan kelompok sasaran kebijakan, atau kekurangan.
justru ada kebocoran atau penyimpangan. Ciri dari evaluasi kebijakan adalah:
d. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui 1) Tujuannya menemukan hal-hal yang
apa akibat sosial-ekonomi dari kebijakan strategis untuk meningkatkan kinerja
tersebut. kebijakan.
Beberapa ahli juga mengemukakan 2) Evaluator mampu mengambil jarak dari
tentang tujuan-tujuan dari evaluasi, Subarsono pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan
(2005:120) merinci beberapa tujuan dari dan target kebijakan.
evaluasi antara lain sebagai berikut : 3) Prosedur dapat dipertanggungjawabkan
a. Menentukan tingkat kinerja suatu secara metodologi.
kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat 4) Dilaksanakan tidak dalam suasana
diketahui derajat pencapaian tujuan dan permusuhan atau kebencian.
sasaran kebijakan. 5) Mencakup Rumusan, Implementasi,
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu Lingkungan, dan Kinerja Kebijakan.
kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat Evaluasi dalam pelaksanaanya memiliki
diketahui berapa biaya dan manfaat suatu tahapan atau langkah-langkah yang dapat
kebijakan. dilakukan agar dapat berjalan secara
c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) sistematis. Evaluasi dengan ilmiah merupakan
suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi evaluasi yang mempunyai kemampuan yang
adalah mengukur berapa besar dan kualitas lebih baik untuk menjalankan evaluasi
pengeluaran atau output dari suatu kebijakan dibandingkan dengan tipe evaluasi
kebijakan. lain.Edward A. Suchman dalam Winarno
d. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada (2012:233-234) di sisi lain lebih masuk ke sisi
tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk praktis dengan mengemukakan enam langkah
melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dalam evaluasi kebijakan yaitu :
dampak positif maupun negatif. 1. Mengidentifikasi tujuan program yang
akan dievaluasi.
Serly Patu, Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Telekomunikasi pada Dinas Perhubunga «««««««190
02/2008 dikatakan bahwa menara harus Kominfo no. 8 tahun 2008 tentang
digunakan secara bersama dengan tetap Pembangunan dan Penggunaan Menara
memperhatikan kesinambungan pertumbuhan Bersama Telekomunikasi, berbagai pelaku
industri telekomunikasi demi efisiensi dan industri telekomunikasi mulai berbenah
efektivitas penggunaan ruang. menyambut peluang baru tersebut. Mulai dari
Saat ini pemerintah daerah Kabupaten operator telekomunikasi, kontraktor, vendor,
Parigi Moutong telah menetapkan Peraturan konsultan, dan perusahaan-perusahaan yang
Daerah tentang Retribusi Jasa Umum yang mana terkait bisnis infrastruktur telekomunikasi ±
didalamnya termuat tentang Retribusi mencoba menyusun rencana dan bahkan
Pengendalian Menara Telekomunikasi. Dapat restrukturisasi organisasi guna memenangkan
diasumsikan bahwa pemerintah daerah
memberikan keleluasan yang sebesar-besarnya
persaingan di segmen bisnis ini.
kepada penyedia menara telekomunikasi untuk Penyedia Menara Telekomunikasi
membangun menara telekomunikasi, asalkan merupakan usaha/unit bisnis yang bergerak di
nantinya pihak penyedia menara telekomunikasi bidang jasa penyewaan, penyediaan,
wajib membayar PAD kepada pemerintah daerah pembangunan dan pengelolaan menara
dengan tidak memperhatikan peraturan yang telah telekomunikasi untuk dipergunakan oleh para
dibuat seperti penataan dan pengendalian menara operator telekomunikasi dalam
telekomunikasi. penyelenggaraan aktivitas telekomunikasi.
Dalam suatu pembangunan menara Bisnis tower provider terdiversifikasi ke
telekomunikasi sangat diperlukan adanya dalam dua kategori besar, yaitu pembangunan
suatu Anailis mengenai Dampak Lingkungan menara dan penyewaan menara. Salah satu
Hidup. Hasil studi AMDAL dinyatakan dalam pendorong utama lahirnya bisnis baru
bentuk Rencana Pengelolaan Lingkungan penyewaan menara adalah adanya 2 (dua)
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan regulasi pemerintah yaitu Permen Kominfo
(RPL). Dengan adanya RKL dan RPL ini no. 2 tahun 2008 tentang Pembangunan dan
maka pelaksanaan kegiatan pembangunan Penggunaan Menara Bersama
menara akan terikat secara hukum untuk Telekomunikasi, dan Surat Keputusan
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan Bersama (SKB) 3 Menteri dan 1 Kepala
lingkungannya, karena dalam RKL dan RPL Badan yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri
terdapat prosedur pengembangan dampak Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan
positif dan penanggulangan dampak negatif, Informatika serta Kepala Badan Koordinasi
serta prosedur pemantauan lingkungannya. Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009,
Nomor 07/PRT/M/2009, Nomor
Dimensi Economy and financial possibility 19/PER/M.KOMINFO/3/2009, dan Nomor
3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan
Untuk mengukur dimensi Economy and Penggunaan Bersama Menara
financial possibility, Bardach melihat dari Telekomunikasi. Kedua regulasi tersebut,
Peluang ekonomi dan finansial dari kemudian direspon secara cepat oleh
kebijakan/program. Beberapa aspek Pemerintah Daerah dengan mengeluarkan
pengukuranya terletak pada: Pertama: biaya Perda dan Cellplan guna mengatur dan
program yang diperlukan untuk menata peletakan menara-menara bersama
melaksanakannya dan; Kedua: keuntungan telekomunikasi di masing-masing wilayahnya
yang dihasilkan dari program yang untuk selanjutnya melakukan penarikan
dilaksanakan. Penyedia Menara Retribusi sesuai dengan Dasar Hukum menara
Telekomunikasi (Tower Provider) tengah telekomunikasi.
menjadi trend baru dalam bisnis
telekomunikasi. Sejak dikeluarkannya Permen
Serly Patu, Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Telekomunikasi pada Dinas Perhubunga «««««««194