You are on page 1of 11

EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PADA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


KABUPATEN PARIGI MOUTONG
Serly Patu
sherlypatu@yahoo.com
(Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
This research aims at finding out how technical propriety dimension, financial and economic
opportunity, political viability, and administrative viability in the evaluationof the policy of
telecommunicationtower construction at the Department of Transportation, Communication, and
Informatics in Parigi Moutong Regency using Bardach theory. This is a qualitative research with 7
informants taken by using a purposive sampling technique. The result of this research indicates that
the evaliationof Policy of Telecommunication, and Informatics in Parigi Moutong Regency viewed
from the technical viability dimensions; the Local Government is less serious to implement Cell
Plan which has been made and there is no clear socialization in reporting the performance of
management and supervision of surrounding; of economic and financial possibility dimension; all
citizens can take pleasure in telecommunication provider in socializing rules, however giving
positive impacts to the citizens like telecommunication service provisioning and providing
employment to the citizens; and Administrative Viability dimension; the role of each sector or
SKPD in coordinating among departments has run well but its supervision has not run well.
Keywords: Evaluation (Technical Feasibility, Economic and Financial Possibility, Political
Viability, and Administrative Viability)

Industri telekomunikasi nasional telah telekomunikasi, daerah memerlukan


mengalami perubahan yang sedemikian pesat, pembangunan fasilitas infrastruktur yang
sejak diberlakukannya Undang-Undang memadai dimana tidak dapat dipenuhi dan
nomor 36 Tahun 1999 tentang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sendiri
telekomunikasi. Perubahan lingkungan global tanpa dukungan dan partisipasi pihak lain,
dan perkembangan teknologi telekomunikasi dalam hal ini pihak swasta sebagai
yang berlangsung sangat cepat telah penyelenggara jaringan telekomunikasi.
mendorong terjadinya perubahan mendasar, Pembangunan menara telekomunikasi
melahirkan lingkungan telekomunikasi yang harus melakukan suatu proses evaluasi dalam
baru, dan perubahan cara pandang dalam rangka meningkatkan faktor keselamatan,
penyelenggaraan telekomunikasi yang keamanan, kenyamanan, dan estetika kota
semakin bebas, kompetitif, dan agresif serta untuk mengetahui apa dampak yang
sehingga mendorong lahirnya beragam ditimbulkan oleh suatu tindakan, baik dampak
peluang-peluang bisnis di sektor yang diharapkan maupun yang tidak
telekomunikasi, khususnya bisnis pendirian diharapkan. Dalam peningkatan kualitas
menara telekomunikasi. layanan komunikasi kepada pengguna telepon
Sehingga dengan demikian seluler mutlak membutuhkan keberadaan
Telekomunikasi merupakan salah satu sektor beberapa infrastruktur penting. Infrastruktur
penting yang mempengaruhi pembangunan tersebut adalah menara telekomunikasi.
sektor lain diantaranya sektor ekonomi, sektor Dalam Peraturan Daerah Nomor 3 tahun
sosial, sektor pendidikan dan lain sebagainya. 2013 dicantumkan pengertian Tower atau
Namun dalam pengembangan sektor menara telekomunikasi adalah sebagai

186
187 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 2, Pebruari 2015 hlm 186-196 ISSN: 2302-2019

bangunan khusus yang berfungsi sebagai (Economy and Financial Possibility), daya
penunjang jaringan telekomunikasi yang dukung politis (Political Viability) dan daya
design/ bentuk konstruksinya disesuaikan dukung administratif (Administrative
dengan keperluan jaringan telekomunikasi. Viability) dalam evaluasi kebijakan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan menara telekomunikasi pada
kadangkala keberadaan menara Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
telekomunikasi di berbagai tempat Informatika Kabupaten Parigi Moutong.
menimbulkan permasalahan di masyarakat. Evaluasi merupakan salah satu tahapan
Permasalahan tersebut berpotensi penting dalam proses kebijakan publik,
menimbulkan konflik bilamana tidak dikelola namun seringkali tahapan ini diabaikan dan
dengan baik menurut ketentuan yang berlaku hanya berakhir pada tahap implementasi.
oleh pemerintahan daerah, dinas/ lembaga Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai
berwenang, pelaku usaha pada bidang terkait, tingkat kinerja suatu kebijakan.Evaluasi
dan masyarakat. kebijakan digunakan untuk mengukur
Fokus permasalahan terkait dengan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu
bagaimana dimensi Kelayakan Teknis, kebijakan publik. Menurut Muhadjir dalam
peluang ekonomi dan finansial, daya dukung :LGRGR PHQJHPXNDNDQ ³(YDOXDVL
politis serta daya dukung administratif dalam kebijakan publik merupakan suatu proses
evaluasi kebijakan pembangunan menara untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan
telekomunikasi pada Dinas Perhubungan, SXEOLN GDSDW ³PHPEXDKNDQ KDVLO´ \DLWX
Komunikasi dan Informatika Kabupaten dengan membandingkan antara hasil yang
Parigi Moutong, dan untuk membahas fokus diperoleh dengan tujuan dan/ atau target
permasalahan tersebut peneliti memilih kebijakan publik yang ditentukan.
menggunakan pendekatan model teori Menurut Bryant dan White dalam
evaluasi kebijakan Bardach yang terdiri dari 4 Wibawa (1994:63) mengemukakan evaluasi
variabel yaitu; 1.Technical Feasibility, merupakan penjelasan tentang hasil yang
Menyangkut penyediaan informasi yang dicapai kebijakan dan implementasinya
diperlukan untuk menilai keberhasilan terhadap tujuan kebijakan. Fungsi utama
program sehingga dapat diramalkan tentang evaluasi kebijakan meliputi antara lain :
kemungkinan pencapaian tujuannya. 2. - Evaluasi memberikan informasi tentang
Economy and financial possibility, Peluang kinerja
ekonomi dan finansial dari - Evaluasi memberikan masukan untuk
kebijakan/program. 3. Political viability, penyempurnaan kebijakan
yakni dukungan politik yang mewarnai setiap - Evaluasi kebijakan ini dilaksanakan setelah
tahapan proses evaluasi. 4. Administrative implementasi kebijakan (restropektif).
operability. Mengukur seberapa besar Evaluasi terdiri dari dua tipe yaitu
kemungkinan penerapan secara nyata dari process evaluation dan summative evaluation.
kebijakan atau program yang diusulkan dalam Tujuan dari summative evaluation adalah
konteks politik, sosial dan yang terpenting untuk menilai akibat program. Dengan
adalah permasalahan administrasi yang memastikan apakah program sesuai dengan
meliputi wewenang, komitmen kelembagaan, tujuan dan kebutuhan terhadap sasaran
kapabilitas dan dukungan organisasional yang kebijakan. Dengan demikian perlu
menyangkut fasilitas fisik dan lain lain memberikan saran untuk memodifikasi
dukungan (support services). Dengan tujuan program agar bisa melayani lebih baik dan
penelitian untuk mengetahui bagaimana menjadi lebih efektif.
dimensi Kelayakan Teknis (Technical Dalam bahasa yang lebih singkat Jones
Fiability), peluang ekonomi dan finansial dalam Winarno mengartikan evaluasi adalah
Serly Patu, Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Telekomunikasi pada Dinas Perhubunga «««««««188

³.HJLDWDQ \DQJ bertujuan untuk menilai penyempurnaan kebijakan berikutnya atau


³PDQIDDW´ VXDWX NHELMDNDQ´ Serta secara perumusan kebijakan baru.
umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan Secara umum evaluasi kebijakan dapat
VHEDJDL ³.HJLDWDQ \DQJ PHQ\DQJNXW HVWLPDVL dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
atau penilaian kebijakan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang
VXEVWDQVL LPSOHPHQWDVL GDQ GDPSDN´ Hal mencakup substansi, implementasi dan
ini berarti bahwa proses evaluasi tidak hanya dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan
dapat dilakukan pada tahapan akhir saja, dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional,
melainkan keseluruhan dari proses kebijakan artinya evaluasi kebijakan tidak hanya
dapat dievaluasi. dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan
Menurut Winarno (2012:228) dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.
menyatakan bahwa bila kebijakan dipandang Dari uraian tersebut, dapat dirinci
sebagai suatu pola kegiatan yang berurutan, tentang alasan mengapa evaluasi kebijakan
maka evaluasi kebijakan merupakan tahap diperlukan, apa tujuan dan manfaat evaluasi
akhir dalam proses kebijakan. Evaluasi kebijakan dilakukan adalah sebagai berikut:
dilakukan karena tidak semua program A. Alasan mengapa evaluasi kebijakan
kebijakan publik meraih hasil yang diperlukan adalah:
diinginkan. Seringkali terjadi, kebijakan 1. evaluasi merupakan satu tahapan
publik gagal meraih maksud dan tujuan yang dalam siklus kebijakan
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan 2. mengetahui keberhasilan/ kegagalan
demikian, evaluasi kebijakan ditujukan untuk atau kebijakan
melihat sebab-sebab kegagalan suatu 3. mengetahui penyebab kegagalan
kebijakan atau untuk mengetahui apakah 4. mengetahui apakah dampak
kebijakan publik yang telah dijalankan meraih kebijakan publik sesuai dengan yang
dampak yang diinginkan. diharapkan
Menurut Lester dan Stewart dalam 5. menilai manfaat suatu kebijakan
Agustino (2012:185), evaluasi ditujukan B. Evaluasi kebijakan dilakukan dengan
untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan tujuan untuk:
dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang 1. mengukur efek suatu program
telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat 2. bahan pertimbangan untuk
menghasilkan dampak yang diinginkan. pembuatan keputusan lebih lanjut
Sedangkan menurut Suharto (2012:80) mengenai program di masa
Evaluasi dilakukan baik terhadap proses mendatang
maupun hasil implementasi kebijakan. 3. menilai kesesuaian dan perubahan
Penilaian terhadap proses kebijakan program
difokuskan pada tahapan perumusan 4. alasan memenuhi akuntabilitas
kebijakan, terutama untuk melihat C. Manfaat evaluasi kebijakan adalah:
keterpaduan antar tahapan serta sejauhmana 1. Memperoleh informasi tentang
program dan pelayanan social mengikuti garis kinerja kebijakan
kebijakan yang telah ditetapkan. Penilaian 2. Mendorong seseorang untuk lebih
terhadap hasil yang dilakukan untuk melihat memahami maksud, kualitas dan
pengaruh atau dampak kebijakan, sejauhmana dampak kebijakan
kebijakan mampu mengurangi atau mengatasi 3. Umpan balik bagi manajemen dalam
masalah. Berdasarkan evaluasi ini rangka perbaikan/penyempurnaan
dirumuskanlah kelebihan dan kekurangan implementasi
kebijakan yang akan dijadikan masukan bagi 4. Memberikan rekomendasi pada
pembuat kebijakan.
189 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 2, Pebruari 2015 hlm 186-196 ISSN: 2302-2019

Sebagai salah satu tahapan dalam proses e. Untuk mengetahui apabila ada
kebijakan, evaluasi memiliki fungsi dan penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan
tujuan. Menurut Wibawa dalam Nugroho untuk mengetahui adanya penyimpangan-
(2011:463) evaluasi kebijakan publik memilik penyimpangan yang mungkin terjadi,
empat fungsi, yaitu: dengan cara membandingkan antara tujuan
a. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret dan sasaran dengan pencapaian target.
realitas pelaksanaan program dan dapat f. Sebagai bahan masukan (input) unutk
dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir
hubungan antar berbagai dimensi realitas evaluasi adalah untuk memberikan
yang diamatinya. Dari evaluasi ini masukan bagi proses kebijakan ke depan
evaluator dapat mengidentifikasi masalah, agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
kondisi, dan faktor yang mendukung Menurut Nugroho (2012:728), tujuan
keberhasilan atau kegagalan kebijakan. pokok evaluasi bukanlah untuk menyalah-
b. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat nyalahkan, melainkan untuk melihat seberapa
diketahui apakah tindakan yang dilakukan besar kesenjangan antara pencapaian dan
oleh para pelaku, baik birokrasi maupun harapan suatu kebijakan publik. Tugas
pelaku lainnya, sesuai dengan standar dan selanjutnya adalah bagaimana kebijakan
prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan. publik harus dipahami sebagai sesuatu yang
c. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, bersifat positif. Evaluasi bertujuan untuk
apakah output benar-benar sampai ke mencari kekurangan dan menutup
tangan kelompok sasaran kebijakan, atau kekurangan.
justru ada kebocoran atau penyimpangan. Ciri dari evaluasi kebijakan adalah:
d. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui 1) Tujuannya menemukan hal-hal yang
apa akibat sosial-ekonomi dari kebijakan strategis untuk meningkatkan kinerja
tersebut. kebijakan.
Beberapa ahli juga mengemukakan 2) Evaluator mampu mengambil jarak dari
tentang tujuan-tujuan dari evaluasi, Subarsono pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan
(2005:120) merinci beberapa tujuan dari dan target kebijakan.
evaluasi antara lain sebagai berikut : 3) Prosedur dapat dipertanggungjawabkan
a. Menentukan tingkat kinerja suatu secara metodologi.
kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat 4) Dilaksanakan tidak dalam suasana
diketahui derajat pencapaian tujuan dan permusuhan atau kebencian.
sasaran kebijakan. 5) Mencakup Rumusan, Implementasi,
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu Lingkungan, dan Kinerja Kebijakan.
kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat Evaluasi dalam pelaksanaanya memiliki
diketahui berapa biaya dan manfaat suatu tahapan atau langkah-langkah yang dapat
kebijakan. dilakukan agar dapat berjalan secara
c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) sistematis. Evaluasi dengan ilmiah merupakan
suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi evaluasi yang mempunyai kemampuan yang
adalah mengukur berapa besar dan kualitas lebih baik untuk menjalankan evaluasi
pengeluaran atau output dari suatu kebijakan dibandingkan dengan tipe evaluasi
kebijakan. lain.Edward A. Suchman dalam Winarno
d. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada (2012:233-234) di sisi lain lebih masuk ke sisi
tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk praktis dengan mengemukakan enam langkah
melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dalam evaluasi kebijakan yaitu :
dampak positif maupun negatif. 1. Mengidentifikasi tujuan program yang
akan dievaluasi.
Serly Patu, Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Telekomunikasi pada Dinas Perhubunga «««««««190

2. Analisis terhadap masalah. pada kuatnya hubungan antara alternatif


3. Deskripsi dan standardisasi kegiatan. kebijakan dan hasil yang diharapkan.
4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan 4. Perataan (equity). Erat berhubungan
yang terjadi. dengan rasionalitas legal dan sosial dan
5. Menentukan apakah perubahan yang menunjuk pada distribusi akibat dan usaha
diamati merupakan akibat dari kegiatan antara kelompok-kelompok yang berbeda
tersebut atau karena penyebab lain. dalam masyarakat. Kebijakan yang
6. Beberapa indikator untuk menentukan berorientasi pada perataan adalah
keberadaan suatu dampak. kebijakan yang akibatnya (misalnya, unit
Evaluasi kebijakan publik, dalam pelayanan atau manfaat moneter) atau
tahapan pelaksanaannya menggunakan usaha (misalnya biaya moneter) secara adil
pengembangan beberapa indikator untuk didistribusikan. Kebijakan yang dirancang
menghindari timbulnya bias serta sebagai untuk mendistribusikan pendapatan,
pedoman ataupun arahan bagi evaluator. kesempatan pendidikan, atau pelayanan
Kriteria-kriteria yang ditetapkan menjadi pendidikan kadang-kadang didistribusikan
tolak ukur dalam menentukan berhasil atau atas dasar kriteria kesamaan. Kriteria
tidaknya suatu kebijakan publik. Nugroho kesamaan erat berhubungan dengan
menjelaskan bahwasannya evaluasi memberi konsepsi yang saling bersaing,
informasi yang valid dan dapat dipercaya yaitukeadilan atau kewajaran dan terhadap
mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa konflik etis sekitar dasar yang memadai
jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah untuk mendistribusikan risoris masyarakat.
dapat dicapai melalui tindakan publik.William 5. Responsivitas (responsiveness) berkenaan
N. Dunn (2003:609) mengemukakan beberapa dengan seberapa jauh suatu kebijakan
kriteria rekomendasi kebijakan yang sama dapat memuaskan kebutuhan, preferensi,
dengan kriteria evaluasi kebijakan, kriteria atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
rekomendasi kebijakan terdiri atas : tertentu. kriteria responsivitas adalah
1. Efektifitas (effectiveness). Berkenaan penting karena analisis yang dapat
dengan apakah suatu alternatif mencapai memuaskan semua kriteria lainnya ±
hasil (akibat) yang diharapkan, atau efektifitas, efisiensi, kecukupan,
mencapai tujuan dari diadakannya kesamaan±masih gagal jika belum
tindakan. Efektifitas, yang secara dekat menanggapi kebutuhan aktual dari
berhubungan dengan rasionalitas teknis, kelompok yang semestinya diuntungkan
selalu diukur dari unit produk atau layanan dari adanya suatu kebijakan.
atau nilai moneternya. 6. Ketepatan (appropriateness). Kriterian
2. Efisiensi (efficiency). Berkenaan dengan ketepatan secara dekat berhubungan
jumlah usaha yang diperlukan untuk dengan rasionalitas, substantif, karena
menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. pertanyaan tentang ketepatan kebijakan
Efisiensi yang merupakan sinonim dari tidak berkenaan dengan satuan kriteria
rasionalitas ekonomi adalah merupakan individu tetapi dua atau lebih kriteria
hubungan antara efektifitas dan usaha, secara bersama-sama.Ketepatan merujuk
yang terakhir umumnya diukur dari ongkos pada nilai atau harga dari tujuan program
moneter. dan kepada kuatnya asumsi yang
3. Kecukupan (adequacy). Berkenaan dengan melandasi tujuan-tujuan tersebut.
seberapa jauh suatu tingkat efektifitas Evaluasi kebijakan merupakan langkah
memuaskan kebutuhan, nilai, atau terakhir dalam proses suatu kebijakan.
kesempatan menumbuhkan adanya Namun, evaluasi secara lengkap mengandung
masalah. Kriteria kecukupan menekankan tiga pengertian:
191 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 2, Pebruari 2015 hlm 186-196 ISSN: 2302-2019

a. Evaluasi awal, sejak awal sejak dari proses METODE


perumusan kebijakan sampai saat sebelum
dilaksanakan (Ex-ante evaluation) Proses pengambilan dan pengumpulan
b. Evaluasi dalam proses pelaksanaan atau data pada penelitian ini dilakukan melalui
monitoring wawancara dengan informan terpilih,
c. Evaluasi akhir, yang dilakukan setelah observasi dan dokumentasi. Untuk
selesai proses pelaksanaan kebijakan(ex- memperoleh informasi yang
post evaluation) tdipertanggungjawabkan, maka data yang dari
Bersamaan dengan proses pelaksanaan diperlukan diperoleh dari 2 (dua) sumber
ada kegiatan penilaian yang disebut yaitu : (a) data primer berasal dari hasil
monitoring. Sekalipun kedua proses itu wawancara dengan informan dengan
berjalan bersamaan, monitoring tidak boleh menggunakan alat bantu berupa pedoman
sampai mengganggu proses pelaksanaan. wawancara yang disusun berdasarkan fokus
Bahkan monitoring diperlukan untuk penelitian dengan jenis pertanyaan yang
menunjang keberhasilan pelaksanaan. Dengan mengarah pada 4 (empat) aspek model
monitoring diharapkan setiap kekeliruan atau evaluasi kebijakan Bardach , dan hasil
ketidakcocokan yang terjadi sebagai akibat observasi berpartisipasi, (b) data sekunder
dari kekurangan informasi pada saat formulasi berasal Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
kebijakan atau karena adaperubahan- Informatika Kabupaten Parigi Moutong,
perubahan yang tidak terduga di lapangan, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Parigi
segera dapat diperbaikidan disesuaikan. Moutong, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Dengan demikian, kekeliruan tidak berlarut- ( DPRD) Kabupaten Parigi Moutong ,dan
larut sehinggamemperbesar kemungkinan masyarakat sekitar lokasi pembangunan
terjadinya kegagalan. Maka itu, fokusnya menara telekomunikasiatau lembaga/instansi
tidak hanya pada suatu tahap dalam proses lain yang terkait terutama yang menyangkut
kebijakan, tetapi pada keseluruhanproses. tentang dokumen, peraturan perundang-
Karena itu, obyek yang diidentifikasi bukan undangan dan referensi-referensi lain yang
sekedar kegagalan, melainkan juga memiliki keterkaitan dengan objek
keberhasilan. Kegagalan menjadi sasaran penelitian. Analisis data dilakukan melalui
untuk diperbaiki, sementara keberhasilan tahapan: penyusunan satuan atau editing data,
menjadi contoh untuk dikembangkan. kategorisasi atau pengelompokan data,
Jenis penelitian yang digunakan interpretasi atau penafsiran makna data, dan
kualitatif dengan pengambilan informan penarikan kesimpulan dan saran-saran hasil
secara purposive dan jumlah informan terpilih penelitian.
sebanyak 7 orang. Penelitian dilakukan pada
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Informatika Kabupaten Parigi Moutong,
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Parigi Gambaran umum
Moutong, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
( DPRD) Kabupaten Parigi Moutong ,dan Kabupaten Parigi Moutong merupakan
masyarakat sekitar lokasi pembangunan wilayah yang spesifik yang memiliki kontur
menara telekomunikasi dimulai pada bulan pegunungan dan berbukit bukit membentang,
Desember 2014 sampai dengan bulan sepanjang wilayah Kecamatan Sausu hingga
Pebruari 2015. Kecamatan Moutong. Perkembangan
teknologi telekomunikasi sangat memberikan
efek yang luar biasa bagi peningkatan
pembangunan jaringan telekomukasi di
Serly Patu, Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Telekomunikasi pada Dinas Perhubunga «««««««192

wilayah Parigi Moutong. Menara mayoritas yang memanfaatkan menara seluler


Telekomunikasi adalah syarat mutlak adalah warga masyarakat pemerintah daerah
penghubung jaringan telekomunikasi antar setempat.
wilayah yang terhalang oleh bukit atau
pegunungan di suatu wilayah. Oleh sebab itu Dimensi Technical Feasibility
Kabupaten Parigi Moutong merupakan salah
satu wilayah potesial yang cukup menarik Technical Feasibility atau Feasibilitas
investor Menara Telekomunikasi untuk teknis meliputi prosedur yang harus dipenuhi
mengembangkan atau mendirikan dari suatu program yang dievaluasi.
pembangunan menara di sejumlah titik Menyangkut penyediaan informasi yang
wilayah Kabupaten Parigi Moutong. diperlukan untuk menilai keberhasilan
Dapat dibayangkan potensi peningkatan program sehingga dapat diramalkan tentang
perekonomian masyarakat pedesaan yang kemungkinan pencapaian tujuannya.
sebelumnya belum terjamah oleh teknologi Keberadaan cell plan penting untuk
telekomunikasi khususnya telepon seluler kini melakukan penataan menara BTS. Sebab, cell
dan yang akan datang akan mampu plan mengatur pemanfaatan menara atau
memudahkan komunikasi mereka dalam tower BTS yang ada, maupun yang akan
menjalankan roda kehidupan yang berujung membangun menara baru. Adapun tujuan dari
pada peningkatan kapasitas masyarakat dari pembuatan cell plan tersebut adalah:
sektor perekonomian, pertanian,, peternakan, 1. Menata pertumbuhan menara
sosial budaya dan pendidikan. telekomunikasi dengan tidak membatasi
Perkembangan pembangunan pendirian pertumbuhan BTS.
menara/tower akan sangat sia sia jika tidak 2. Memudahkan instansi terkait melakukan
dibarengi dengan usaha semua pihak dan penataan. Misalnya mendata kembali
stakeholder yang berperan di dalamnya untuk menara-menara yang sudah ada untuk
meningkatkan PAD pemerintah daerah. kemudian menentukan kembali posisi
Dengan telah diterbitkannya Permenkominfo pembangunan menara/tower baru.
Nomor 2 Tahun 2008, maka seluruh 3. Mengatur kewajiban pemilik menara yang
Pemerintah Daerah berlomba lomba untuk sudah ada untuk mau bekerjasama dengan
menarik investor dan mengutip retribusi pihak lain untuk meletakkan BTS di
pembangunan menara demi peningkatan PAD menaranya jika memungkinkan. Artinya
masing masing pemerintah daerah. tower yang akan di bangun akan diberi izin
Pemerintah Pusat memberikan kelonggaran jika menaranya dijadikan sebagai menara
kepada seluruh Pemerintah Daerah untuk bersama.
memanfaatkan moment terbitnya Dalam penelitian ini peneliti melihat
Permenkominfo tersebut demi kemajuan dengan banyaknya menara telekomunikasi
Daerah masing-masing sesuai peraturan yang yang telah dibangun sepanjang wilayah
berlaku. Kabupaten Parigi Moutong dapat dikatakan
Selama ini potensi pendapatan adanya tidak sesuai dengan peraturan yang telah
menara seluler oleh para telco operator ditetapkan dan rekomendasi pembangunan
(telkomsel, indosat, XL, Axis, SmartFrend menara telekomunikasi dengan mudah
dll) hampir seluruhnya lari ke kantor pusat dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, hal ini
telco operator seluler di Jakarta. Pemerintah nampak bahwa masih belum dilaksanakan
Daerah selama ini hanya dijadikan lahan penataan dan pengendalian menara
untuk mengembangkan menara seluler saja, telekomunikasi yang mana masih terdapatnya
tanpa adanya kontribusi resmi dari pemilik penggunaan BTS dalam satu menara
telco operator untuk kas daerah, padahal sementara dalam aturan Permenkominfo
193 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 2, Pebruari 2015 hlm 186-196 ISSN: 2302-2019

02/2008 dikatakan bahwa menara harus Kominfo no. 8 tahun 2008 tentang
digunakan secara bersama dengan tetap Pembangunan dan Penggunaan Menara
memperhatikan kesinambungan pertumbuhan Bersama Telekomunikasi, berbagai pelaku
industri telekomunikasi demi efisiensi dan industri telekomunikasi mulai berbenah
efektivitas penggunaan ruang. menyambut peluang baru tersebut. Mulai dari
Saat ini pemerintah daerah Kabupaten operator telekomunikasi, kontraktor, vendor,
Parigi Moutong telah menetapkan Peraturan konsultan, dan perusahaan-perusahaan yang
Daerah tentang Retribusi Jasa Umum yang mana terkait bisnis infrastruktur telekomunikasi ±
didalamnya termuat tentang Retribusi mencoba menyusun rencana dan bahkan
Pengendalian Menara Telekomunikasi. Dapat restrukturisasi organisasi guna memenangkan
diasumsikan bahwa pemerintah daerah
memberikan keleluasan yang sebesar-besarnya
persaingan di segmen bisnis ini.
kepada penyedia menara telekomunikasi untuk Penyedia Menara Telekomunikasi
membangun menara telekomunikasi, asalkan merupakan usaha/unit bisnis yang bergerak di
nantinya pihak penyedia menara telekomunikasi bidang jasa penyewaan, penyediaan,
wajib membayar PAD kepada pemerintah daerah pembangunan dan pengelolaan menara
dengan tidak memperhatikan peraturan yang telah telekomunikasi untuk dipergunakan oleh para
dibuat seperti penataan dan pengendalian menara operator telekomunikasi dalam
telekomunikasi. penyelenggaraan aktivitas telekomunikasi.
Dalam suatu pembangunan menara Bisnis tower provider terdiversifikasi ke
telekomunikasi sangat diperlukan adanya dalam dua kategori besar, yaitu pembangunan
suatu Anailis mengenai Dampak Lingkungan menara dan penyewaan menara. Salah satu
Hidup. Hasil studi AMDAL dinyatakan dalam pendorong utama lahirnya bisnis baru
bentuk Rencana Pengelolaan Lingkungan penyewaan menara adalah adanya 2 (dua)
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan regulasi pemerintah yaitu Permen Kominfo
(RPL). Dengan adanya RKL dan RPL ini no. 2 tahun 2008 tentang Pembangunan dan
maka pelaksanaan kegiatan pembangunan Penggunaan Menara Bersama
menara akan terikat secara hukum untuk Telekomunikasi, dan Surat Keputusan
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan Bersama (SKB) 3 Menteri dan 1 Kepala
lingkungannya, karena dalam RKL dan RPL Badan yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri
terdapat prosedur pengembangan dampak Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan
positif dan penanggulangan dampak negatif, Informatika serta Kepala Badan Koordinasi
serta prosedur pemantauan lingkungannya. Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009,
Nomor 07/PRT/M/2009, Nomor
Dimensi Economy and financial possibility 19/PER/M.KOMINFO/3/2009, dan Nomor
3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan
Untuk mengukur dimensi Economy and Penggunaan Bersama Menara
financial possibility, Bardach melihat dari Telekomunikasi. Kedua regulasi tersebut,
Peluang ekonomi dan finansial dari kemudian direspon secara cepat oleh
kebijakan/program. Beberapa aspek Pemerintah Daerah dengan mengeluarkan
pengukuranya terletak pada: Pertama: biaya Perda dan Cellplan guna mengatur dan
program yang diperlukan untuk menata peletakan menara-menara bersama
melaksanakannya dan; Kedua: keuntungan telekomunikasi di masing-masing wilayahnya
yang dihasilkan dari program yang untuk selanjutnya melakukan penarikan
dilaksanakan. Penyedia Menara Retribusi sesuai dengan Dasar Hukum menara
Telekomunikasi (Tower Provider) tengah telekomunikasi.
menjadi trend baru dalam bisnis
telekomunikasi. Sejak dikeluarkannya Permen
Serly Patu, Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Telekomunikasi pada Dinas Perhubunga «««««««194

Dimensi Political Viability (Mertens dan Yarger 1988:35). Sementara itu di


bidang politik pemberdayaan diartikan sebagai,
Dimensi Political Viability diartikan ³empowerment involves individuals gaining
dengan daya dukung politik yakni dukungan control of their lives and fulfilling their need in
dari aktor yang yang mewarnai setiap part, as a result of developing competencies, skills
and abilities necessary to effectively participate in
tahapan proses evaluasi. Kebijakan dibangun
their social and political worlds´ .UHLVEHUJ
dalam arena politik karenanya harus cukup 1992:19).
mendapatkan dukungan dari proses politik.
Sebagai konsekuensinya, alternative Dimensi Administrative fiability
kebijakan selayaknya berfokus pada aspek -
aspek yang mengandung penilaian politik. Dimensi administrative fiability ini
Ukuran yang peneliti pakai untuk mengukur mengukur seberapa besar kemungkinan
political viability dalam hal ini berkaitan penerapan secara nyata dari kebijakan atau
dengan didukungnya kebijakan oleh para program yang diusulkan dalam konteks
pembuat keputusan (decision makers), para politik, sosial dan yang terpenting adalah
pejabat atau aktor terkait dengan permasalahan administrasi yang meliputi
pembangunan menara telekomunikasi. wewenang, komitmen kelembagaan,
Pemahaman secara umum bahwa peningkatan kapabilitas dan dukungan organisasional yang
pembangunan infrastruktur telekomunikasi menyangkut fasilitas fisik dan lain lain
akan meningkatkan perekonomian daerah dukungan (support services). Pada
melalui efek multiplier telah menjadi pembangunan menara telekomunikasi
pendapat yang diterima semua pihak. Dengan berdasarkan Perda No 3 tahun 2013 , dapat
demikian orientasi Pemda tidak melulu dilihat bahwa banyak kewenangan delegatif
mencari PAD jangka pendek saja, apalagi yang bisa diberikan kepada SKPD . Namun
hanya kepentingan pihak tertentu. hal tersebut kembali lagi pada good will tiap
Beberapa kasus penghentian masing-masing SKPD dan kemampuan
pembangunan menara bahkan pembongkaran sumber daya aparatur. hal ini seperti apa
menara yang telah berdiri perlu diberikan yang dikatakan bardach bahwa Komitmen
kejelasan bagi semua pihak terkait. Perlunya institusi baik yang berasal dari atas maupun
penataan menara telekomunikasi adalah hal bawah dalam mendukung kebijakan sangat
yang tidak bisa ditawar lagi. Hal ini sangat penting. Pada konteks ini tidak hanya
diperlukan sosialisasi kepada pihak terkait kesungguhan pimpinan tetapi seluruh staf
agar tujuan penataan dan pengendalian pelaksana yang terefleksikan pada
menara telekomunikasi dapat tercapai dengan perilakunya selayaknya mencerminkan
baik. Dengan penataan yang baik dan tepat komitmen tinggi akan terlaksananya suatu
maka dapat mengakomodasi estetika kota, kebijakan.
meningkatkan pendapatan daerah, dan dapat Dalam kaitan dengan koordinasi ini,
menjamin keamanan investasi pembangunan peneliti melihat bahwa sudah terdapat
menara. petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan
Pada masa sekarang ini, pemberdayaan
operasional yang memperjelas dan
telah menembus berbagai dispilin, sehingga tidak
mengherankan banyak definisi pemberdayaan memudahkan dalam mengatur tugas dan
diberikan oleh para ahli sesuai dengan bidang kewajiban masing-masing SKPD yang di
ilmu yang dikajinya. Dalam bidang pendidikan tuangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 3
pengajaran misalnya, pemberdayaan diartikan tahun 2013. Hal ini sangat penting agar tidak
VHEDJDL ³ a route to enhancing the teaching terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan
professions: the authority to teach with the kewenangan tertentu dan juga Organizational
professional standards that pertain to their work´ support atau dukungan sarana maupun
195 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 2, Pebruari 2015 hlm 186-196 ISSN: 2302-2019

prasarana untuk melaksanakan kebijakan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


merupakan kriteria penting lainnya, karena
tidak hanya otoritas dan komitmen dari orang Kesimpulan
orang penting saja yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kebijakan. Sangat penting Berdasarkan hasil penelitian dan
kiranya untuk memiliki ketersediaan pembahasan tentang evaluasi kebijakan
bangunan (sufficient equipment), fasilitas fisik pembangunan menara telekomunikasi oleh
serta support services lainnya. Jika kondisi ini Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
tidak optimal maka tidak akan kondusif untuk Informatika Kabupaten Parigi Moutong yang
mewujudkan ketercapaian tujuan kebijakan di kaji melalui Teori Bardach, dapat
sebagaimana diharapkan. disimpulkan sebagai berikut :
1. Dimensi Technical Feasibility; masih
Faktor Penghambat Dalam Pengelolaan belum dilaksanakan penataan dan
Teluk Palu pengendalian menara telekomunikasi serta
belum dilakukan pelaporan kinerja
Dalam sebuah kebijakan publik tentu pengelolaan dan pemantauan Lingkungan.
akan terdapat kendala-kendala dari kebijakan 2. Dimensi Economy and financial
itu di jadikan isu,agenda, di formulasikan,di possibility; masyarakat sudah dapat
implementasikan, sampai pada tahap evaluasi. menikmati layanan telekomunikasi serta
Salah satu hal yang menjadi problem dalam memberikan peningkatan PAD bagi
pembangunan menara telekomunikasi adalah pemerintah daerah namun penggunaan
mengenai kapasitas kelembagaan. Kapasitas menara bersama belum optimal dilakukan
kelembagaan menjadi penting dipersiapkan oleh penyedia menara telekomunikasi.
dengan pertimbangan bertambahnya 3. Dimensi Political Viability; komitmen dari
kewenangan Dinas Perhubungan Komunikasi semua SKPD dalam pengawasan
dan Informatika, maka secara teknis beban pembangunan menara telekomunikasi
tugasnya dan volume kerjanya juga sudah berjalan dengan baik namun usaha
meningkat. Tentunya dengan peningkatan dari stakeholders dalam mensosialisasikan
tersebut maka kapasitas struktur organisasi aturan belum maksimal dirasakan oleh
yang ada saat ini dipastikan tidak akan penyedia menara telekomunikasi.
memadai dalam mendukung kegiatan dan 4. Dimensi Administrative Operability;
kebutuhan organisasi. Dengan bertambahnya koordinasi SKPD antar Dinas terkait sudah
kewenangan dan sumber-sumber daya yang berjalan dengan baik, namun
diperlukan untuk melaksanakan kewenangan pengawasannya belum optimal.
dalam penataan dan pengendalian menara
bidang telekomunikasi, maka sangatlah wajar Rekomendasi
jika struktur organisasi perlu dikembangkan
atau diperkuat. Apabila menurut hasil 1. Dimensi Technical Feasibility; penataan
evaluasi mengindikasikan adanya dan pengendalian menara telekomunikasi
kewenangan yang perlu dilimpahkan lagi sesuai Peraturan Menteri Komunikasi dan
kepada SKPD dalam hal pembangunan Infomatika Nomor 2/2008 demi efisiensi
menara telekomunikasi, maka kewenangan dan efektivitas penggunaan ruang serta
yang sudah ada memungkinkan untuk Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
ditambah demi memenuhi kebutuhan wajib melakukan sosialisasi tentang
masyarakat. pelaporan kinerja pengelolaan dan
pemantauan Lingkungan setiap 6 bulan
sekali.
Serly Patu, Evaluasi Kebijakan Pembangunan Menara Telekomunikasi pada Dinas Perhubunga «««««««196

2. Dimensi Economy and financial DAFTAR RUJUKAN


possibility; meningkatkan sosialisasi
kepada penyedia menara telekomunikasi Agustino, Leo.2012. Dasar-Dasar Kebijakan
dalam penggunaan menara bersama untuk Publik. Bandung: Alfabeta, cetakan
meningkatkan keamanan lingkungan dan Ketiga.
estetika Dunn, William, N. 2003. Pengantar Analisis
3. Dimensi Political Viability; komitmen dari Kebijakan Publik. Terjemahan oleh
semua SKPD dalam pengawasan Samodra Wibawa,dkk. Yogyakarta:
pembangunan menara telekomunikasi Gadjah Mada University Press.
perlu ditingkatkan agar aturan yang telah Nugroho, Riant. 2011. Public Policy. Jakarta:
dibuat dapat benar-benar berjalan PT. Elex Media Komputerindo-
maksimal sehingga layanan telekomunikasi Kelompok Gramedia, Edisi keempat,
dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Revisi 2011
4. Dimensi Administrative Operability; ----------------- 2012. Public Policy. Jakarta:
koordinasi antar Dinas terkait serta PT. Elex Media Komputerindo-
sosialisasi tentang penataan dan Kelompok Gramedia, Edisi keempat,
pengendalian menara perlu ditingkatkan Revisi 2012
sehingga mengakomodasi estetika kota, Patton, Carl V and Sawicki, David.S.1986.
meningkatkan pendapatan daerah, dan Basic Methods of Policy Analysis and
dapat menjamin keamanan investasi Planning. New York: prentice hall:
pembangunan menara. Englewood Cliffs
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Parigi
UCAPAN TERIMA KASIH Moutong No 3 Tahun 2013 Tentang
Penataan dan Pengendalian Menara
Penulis menghaturkan terima kasih dan Telekomunikasi
penghargaan kepada Bapak Dr. Hasbullah, Suharto, Edi. 2012. Analisis Kebijakan
M.Si selaku ketua pembimbing dan Ibu Dr. Publik. Bandung: Alfabeta, Cetakan ke-
Haslinda Baji, M.Si selaku anggota 6.
pembimbing yang telah memberikan arahan Subarsono, 2005. Analisis Kebijakan Publik
bimbingan, petunjuk, saran dan motivasi Konsep, Teori dan Aplikasi.
kepada penulis dalam menyelesaikan Yogyakarta: Pustaka Pelajar
penelitian dan pembuatan tesis serta jurnal ini. Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik:
Penulis mHPDQMDWNDQ GR¶D NHSDGD Tuhan Teori, Proses dan Studi Kasus.
Yang Maha Esa, kiranya beliau berdua Yogyakarta: CAPS, Cetakan Pertama
diberikan limpahan berkah, rahmat dan Wibawa, samodra, dkk, 1994, Evaluasi
hidayah atas segala amal ibadahnya atas Kebijakan Publik, PT Raja Grafindo
pemberian bimbingan dalam penyelesaian Persada, Jakarta
artikel ini.

You might also like