You are on page 1of 14

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.

MODEL PERENCANAAN PENGEMBANGAN


WILAYAH KEPULAUAN NUSA TENGGARA
UTON RUSTAN HARUN
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

ABSTRACT
Indonesia has over 17,000 islands and long coastline which reached 81,000 km, is the largest
archipelagic country in the world. However, the model-oriented development planning ke-
kontinen/daratan territory, is still very limited for developing model-based development of the islands
of maritime (maritime). Entanglement one island to another island in one unified remote islands
naturally built olehhubungan functional ecosystem. During these activities the layout, planning area
boundaries using administrative boundaries and functional social-economic development. So that
spatial relationships without regard Kepuluan ecosystem. The result is the development of socio-
economic inequality of small islands than large islands are reflected from poverty and backwardness
of eastern Indonesia this paper - which was based on the use of Dynamic Simulation Model - trying
to prove the importance of the spatial arrangement of the islands based on ecosystem boundaries
(known as Ecoregion). At various scenarios simulated spatial models based approach to development
since the scenario based on current (status quo approach to administrative boundaries) to the
scenario based on the sustainable development approach (approach Ecoregion). The results show
that an effort to manage the large island had a significant impact on the growth of social, economic
and environment on the other islands in the archipelago cluster units. Furthermore, note also
influential factors to be considered in a spatial concept berkawasan coastal islands Ecoregion
approach.

Keywords: Dynamic Model

Pendahuluan Indonesia dikenal sebagai Negara


Kepulauan, dimana Indonesia memiliki pengembangan wilayah kepulauan, serta
lebih dari 17.000 pulau, namun Model perbedaannya dengan perencanaan
Pengembangan Wilayahnya menganut pada penmgembangan wilayah kontinen, maka
wilayah Kontinen/Daratan. Sampai-pun perlu dipahami teori-teori yang berkaitan
pengembangan wilayah Kepulauan Seribu di dengan pengembangan wilayah maritim.
Teluk Jakarta diperlakukan sebagai suatu Pemahaman tentang teori ini menjadi orientasi
bagian dari Daratan DKI Jaya yang dipisah- untuk memahami perkembangan yang terjadi
pisahkan oleh laut dan bukan sebagai suatu di sebagian Kepulauan di wilayah Nusantara
gugusan kepulauan dalam konsep ke-baharian. kita, seperti Gugus Kepulauan Sunda Besar
Karena itu perlu adanya upaya yang serius (Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi),
dan terus menerus untuk mengembangkan Gusus Kepulauan Maluku, Gugus Kepulauan
konsep2 yang jelas mengenai Perencanaan Nusa Tenggara – dahulu disebut Gusus
Pengembangan Wilayah Kepulauan, dengan Kepulauan Sunda Kecil, sampai kepada gugus
dasar konsep Maritim, yang berbeda dengan pulau-pulau kecil seperti Kepuluan Seribu.
konsep Pengembangan Wilayah Konsep pengelompokan Gugus Kepulauan ini
Daratan/Kontinen. Setelah didapat suatu lebih jelas apabila dilihat dalam perspektif
pengertian mengenai definisi perencanaan “eco-region”. Pemahaman ini berguna untuk

Page | 1
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

menjadi masukan bagi perencanaan akan mendorong perdagangan antar wilayah


pengembangan wilayah kepuluan dimasa yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi
depan. wilayah. Meskipun dalam jangka panjang,
Tulisan ini akan membahas lima hal yaitu: mungkin saja terjadi penyamaan harga relatif
yang pertama pengertian yang terkait dengan faktor produksi antar wilayah (production
teori-teori perencanaan pengembangan factor’s equalization – Hecker-Ohlin, 1919),
wilayah, yang kedua konsep pengembangan dengan kata lain terjadi proses konvergensi
wilayah Kepulauan khususnya Kepulauan pertumbuhan antar wilayah. Entitas wilayah
Nusa Tenggara, ketiga model scenario dapat diterapkan pada gugus pulau dimana
pengembangan Wilayah Kepulauan Nusa pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil
Tenggara dengan pemodelan sistem dinamis membangun suatu kesatuan wilayah.
Proses konvergensi antar wilayah – antar
Studi Literatur
pulau- dapat terjadi secara kondisional
Teori Perencanaan Pengembangan Wilayah maupun absolut. Pada situasi pertama,
Perencanaan pengembangan wilayah pada stabilitas dalam pendapatan per kapita, tingkat
dasarnya adalah upaya penerapan konsep- konsumsi dan rasio modal/tenaga kerja
konsep pembangunan ekonomi pada dimensi antarwilayah berlangsung dengan
keruangan, sehingga perencanaan membolehkan perbedaan dalam tingkat
pengembangan wilayah merupakan akumulasi tabungan dan depresiasi serta pertumbuhan
yang tidak terputus dari konsep pembangunan penduduk. Konvergensi dalam situasi ini tidak
ekonomi yang melihat peluang dan penawaran selalu berakhir dengan pendapatan per kapita
(opportunity and supply side), yaitu dari yang sama antarwilayah. Pada situasi
kemampuan atau potensi wilayah itu untuk konvergensi absolut, semua parameter
dikembangkan, dan dari segi permintaan pertumbuhan akan sama antarwilayah. Dalam
sebagai peluang (demand side – market model ini, wilayah yang lebih kaya – dapat
opportunity) untuk membangun. direpresentasikan oleh pulau-pulau besar -
Konsep pengembangan wilayah akan tumbuh lebih lambat daripada wilayah
Kepulauan dapat dibangun dengan yang lebih miskin – pulau-pulau kecil -,
memanfaatkan teori saling-ketergantungan sehingga akhirnya akan menghasilkan
(dependency) pertumbuhan ekonomi pendapatan per kapita yang sama antar pulau.
neoklasik dan neo-Keynes. Teori pertama Seiring dengan pemahaman tentang
berguna untuk menjelaskan proses spesialisasi dan perdagangan atarwilayah,
perkembangan ekonomi wilayah, sedangkan perlu pula dipahami teori basis ekspor (Clark-
teori ke dua memberi basis bagi perencanaan Fisher, 1954). Teori ini berangkat dari
pembangunan wilayah. pemahaman bahwa ekonomi wilayah terdiri
dari sektor basis dan non-basis. Sektor basis
Teori Saling - Ketergantungan berfungsi untuk melayani permintaan dari luar
(interdependency) Neoklasik. Menurut atau menghasilkan barang dan jasa untuk
perspektif neoklasik (Hirscman,1958) setiap ekspor, sedangkan sektor non-basis berfungsi
wilayah memiliki perbedaan potensi faktor melayani kebutuhan setempat atau menunjang
pertumbuhan (sumberdaya alam, tenagakerja, sektor basis. Pertumbuhan ekonomi suatu
modal dan teknologi). Perbedaan faktor wilayah ditentukan oleh kemampuan wilayah
pertumbuhan ekonomi ini mendorong tersebut untuk melayani permintaan eksternal
spesialisasi wilayah berdasarkan keunggulan melalui pengembangan sektor basis.
komparatif masing-masing. Wilayah akan Pertumbuhan ini merupakan produk dari efek
berkonsentrasi untuk menghasilkan barang dan pengganda (multiplier effects).
jasa yang memanfaatkan secara intensif faktor Selain teori-teori tersebut, perlu
produksi yang relatif berlebih (a.l : resources dipertimbangkan pula teori pertumbuhan
endowment). Spesialisasi yang memberikan ketergantungan eksogen dan endogen. Dalam
keunggulan komparatif dalam produksi ini teori pertumbuhan eksogen, modal, teknologi

Page | 2
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

dan tenagakerja dari luar penting sebagai kapital/modal yang dikeluarkan investor
faktor pendorong ekonomi suatu wilayah. menghasilkan keluaran yang lebih banyak.
Aliran modal dan tenagakerja eksternal ini Penurunan COR dapat dilakukan dengan
sangat mungkin terjadi antarwilayah. Dalam penyesuaian fiskal seperti penurunan suku
kaitan ini, diperlukan upaya ekstra untuk bunga pinjaman, keringanan pajak dan
menciptakan keterkaitan antarwilayah, sebagainya. Campur tangan dapat juga
terutama pada tahap awal perkembangan agar berbentuk investasi untuk prasarana (jalan raya,
aliran tersebut berlangsung. Dalam jangka irigasi, listrik, air bersih dan lain-lain). Bagi
panjang, aliran modal dan tenagakerja akan wilayah terbelakang, pembangunan prasarana
mendorong terjadinya konvergensi ini hampir seluruhnya menjadi tanggung jawab
pertumbuhan. Teori pertumbuhan endogen pemerintah. Bentuk lain campur tangan adalah
menekankan pentingnya inovasi, tekonologi, memberikan kemudahan berinvestasi bagi
dan investasi infrastruktur bagi perkembangan swasta maupun berbagai subsidi. Namun,
ekonomi wilayah kepulauan. Investasi yang besarnya peran pemerintah berpeluang untuk
paling pokok adalah dalam sarana dan menghasilkan kegagalan (government failure),
prasarana komunikasi, transportasi dan antara lain akibat ketidakefisienan birokrasi
jaringan logistik yang menghasilkan kebocoran. Untuk
memperkecil COR, dapat juga dilakukan
Teori Economic-base Neo-Keynes
dengan menghilangkan kebocoran tersebut.
Berbeda dengan teori neoklasik yang Perkembangan ekonomi wilayah
menyatakan bahwa keadaan akan menjadi Kepulauan Nusa Tenggara dapat didekati dari
stabil sendiri oleh kekuatan pasar, teori Neo- perspektif kombinasi teori-teori tersebut.
Keynes yang dipelopori oleh Harrod-Domar Dalam kaitan ini, sebagian teori mungkin
(1962) menyatakan bahwa suatu sistem berguna untuk menjelaskan fenomena tertentu,
ekonomi tidak mungkin terdapat kestabilan. namun tidak mampu untuk menjelaskan
Hal ini disebut sebagai instability theorem. fenomena lain. Dalam konteks sekarang, teori-
Instability theorem menuntut bahwa teori tersebut dianggap tidak mampu
perkembangan ekonomi yang stabil seperti menjawab kebutuhan untuk
yang diharapkan oleh para investor (warranted menyelenggarakan pembangunan secara
rate of growth) haruslah identik dengan natural berkelanjutan. Hal ini terjadi karena faktor
rate of growth (perkembangan yang ditentukan lingkungan dianggap inheren otomatis ada
oleh pasar). Padahal, dasar penentuan didalam sistem yang tidak akan banyak
warranted rate of growth serta natural rate of menggangu terjadinya perubahan ekonomi
growth adalah berbeda. Dengan demikian, wilayah. Ini merupakan kelemahan mendasar
tidak mungkin warranted rate of growth sama yang perlu dijawab dengan mengintegrasikan
dengan natural rate of growth. Jadi, perspektif pembangunan berkelanjutan dalam
persyaratan untuk perkembangan yang stabil konsep pengembangan wilayah Kepulauan
tidak dapat terpenuhi. Agar perkembangan Nusa Tenggara.
dapat stabil dan terus kontinyu, maka
Perspektif Pembangunan Berwawasan
diperlukan campur tangan pemerintah.
Linkungan dan Berkelanjutan
Teori ini berbeda dengan teori neoklasik
yang menyatakan bahwa campur tangan Pembangunan berkelanjutan muncul
pemerintah tidak diperlukan, karena semua sebagai konsep penting untuk mengoreksi
akan diatur oleh pasar. Perencanaan yang pembangunan yang berorientasi pertumbuhan
dilakukan oleh pemerintah, termasuk ekonomi dan sering mengabaikan
perencanaan pengembangan wilayah, keberlanjutan sumberdaya alam/lingkungan
menganut teori neo-Keynes. Campur tangan serta entitas sosial setempat. Dalam konsep ini,
pemerintah dapat terjadi dalam berbagai pertumbuhan ekonomi dicapai dengan tidak
bentuk, misalnya dalam penurunan nilai COR mengorbankan tujuan sosial maupun integritas
(Capital Output Ratio), agar untuk tiap satuan lingkungan. Kepentingan yang ingin dijaga

Page | 3
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

adalah untuk generasi sekarang maupun boundary may change very gradually, e.g. the
mendatang serta kepentingan antarkelompok prairie-forest transition in the midwestern
masyarakat. Ini berarti perlu ada optimasi United States, making it difficult to identify an
antara pencapaian tujuan-tujuan ekonomi exact dividing boundary. Such transition zones
(pertumbuhan dan efisiensi), sosial are called ecotones.”
(pemerataan, partisipasi dan harmoni) serta Perencanaan Pengembangan Wilayah
lingkungan (daya dukung dan biodiversitas). Kepulauan diartikan sebagai suatu Rencana
Pengabaian terhadap dampak pertumbuhan untuk menentukan proses tindakan yang tepat
ekonomi terhadap lingkungan, sering kondisi dalam upaya menumbuhkan dan
lingkungan dan ekosistemnya terganggu. mengembangkan aspek kehidupan social,
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi ekonomi dan ekosistem lingkungan kepulauan
wilayah perlu diserasikan dengan kebutuhan atau gusus pulau-pulau, sesuai dengan
untuk melakukan konservasi lingkungan, kapasitas sumberdaya yang dimiliki setiap
terlebih-lebih melindungi pulau-pulau kecil pulau. Sedangkan dalam “perencanaan” ada
dan ekosistemnya yang rentan terhadap pemahaman tentang adanya pemilihan
kerusakan lingkungan alam (cuaca, badai, arus tindakan untuk masa depan yang sesuai dengan
laut). Mengingat tarikan kepentingan yang keinginan. Karena itu pula perencanaan harus
tidak selalu sejalan, kondisi optimal hanya mampu menempatkan keinginan tersebut
terjadi kalau ada campur tangan pemerintah dalam “scenario” masa depan dengan segala
yang efektif. kekomplekannya.
Wilayah Kepulauan dapat dipahami
Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah sebagai ruang dimana interaksi antar pulau
Kepulauan terjadi. Wilayah dipandang sebagai suatu
Pengertian wilayah yang lebih dekat untuk kesatuan yang pasti, suatu organisme yang
menjelaskan keterikatan satu pulau dengan dapat didefinisikan dan dipetakan. Mengenai
pulau lainnya dalam suatu gugusan kepulauan “ruang” ini, ada dua pandangan berbeda, yaitu
adalah konsep eco-region, yaitu ”large unit of pandangan subyektif dan obyektif. Pandangan
land or water containing a geographically subyektif menyatakan penentuan ruang
distinct assemblage of species, natural sebagai cara membagi satuan geografis
communities, ...” permukaan bumi (udara, darat, air dan
An ecoregion is a "recurring pattern of kekayaan yang dikandungnya) karena adanya
ecosystems associated with characteristic kaitan fungsional komponen tersebut untuk
combinations of soil and landform that mencapai tujuan tertentu. Jadi, seandainya
characterise that region"Omernik (2004), tujuannya berbeda, maka batas ruangpun
elaborates on this by defining ecoregions as: berubah. Pandangan obyektif berpendapat
“areas within which there is spatial berbeda: penentuan ruang adalah demi
coincidence in characteristics of geographical penentuan itu sendiri (teoritical academic
phenomena associated with differences in the exercise)
quality, health, and integrity of ecosystems” Konsep yang memandang wilayah sebagai
“Characteristics of geographical phenomena” suatu cara untuk mengklasifikasikan,
may include geology, physiography, berkembang sesuai dengan kemajuan ekonomi.
vegetation, climate, hydrology, terrestrial and Wilayah yang memberikan arti “fungsional”
aquatic fauna, and soils, and may or may not tersebut memperlihatkan hubungan
include the impacts of human activity (e.g. interdependensi fungsional antar bagian-
land use patterns, vegetation changes). There bagiannya. Dalam konteks ke-kontinental-an
is significant, but not absolute, spatial (daratan benua) interdependensi ini biasanya
correlation among these characteristics, terikat oleh suatu pusat atau “node”, maka
making the delineation of ecoregions an wilayah ini sering juga disebut wilayah
imperfect science. Another complication is that “nodal”. Wilayah ini terdiri atas wilayah-
environmental conditions across an ecoregion wilayah heterogen yang masing-masing

Page | 4
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

mempunyai fungsi tersendiri. Dalam wilayah Kesatuan Republik Indonesia, semua laut
nodal terdapat kota utama yang bertindak dalam dan laut di antara pulau-pulau di
sebagai “node”, kota pemukiman, kota Indonesia tidak lagi dianggap sebagai laut
industri, kota orde ke dua, orde ketiga. Contoh internasional. Jadi, laut tidak lagi menjadi
wilayah nodal ini di Indonesia adalah pemisah antara satu pulau dengan pulau
Jabodetabek yang mempunyai Jakarta sebagai lainnya, melainkan sebagai pemersatu. Jadi,
“node”nya dan mempunyai hubungan Indonesia merupakan satu kesatuan antara
fungsional dengan Bekasi (kota dan pulau serta laut yang menghubungkannya.
kabupaten), Tangerang (kota dan kabupaten), Jika keadaan ini di analogikan dengan
Bogor (kota dan kabupaten), Depok serta gugusan pulau yang tersebar di seluruh
mungkin juga Karawang dan Serang. Masing- kepulauan Nusantara, maka gugusan gugusan
masing kota/wilayah ini mempunyai fungsi tersebut dapat dianggap sebagai suatu kesatuan
sendiri, namun secara keseluruhan terikat oleh wilayah tertentu, apabila gugusan pulau
Jakarta. tersebut mempunyai kesatuan karena
Apabila cara pandang tersebut diterapkan homogenitas, nodalitas atau batas administrasi.
dalam memandang gugus kepulauan sebagai Hal inipun berlaku bagi pulau-pulau yang
suatu ”wilayah nodal” maka akan dapat sekarang secara administratif terbagi dalam
diklasifikasikan pulau-pulau besar yang juga Propinsi NTB dan NTT.
mempunyai kapasitas besar – meskipun tidak Pulau-pulau yang membentuk Propinsi
selalu - dalam ”mempengaruhi” pulau-pulau NTB dan NTT, yaitu Lombok, Sumba,
lainnya sebagai ”nodal”. Interaksi pulau besar Sumbawa, Flores dan Timor. Secara geografis
dengan pulau kecil selain secara alami lokasi mereka berdekatan dan merupakan
dibentuk oleh adanya fungsi ekosystem suatu ekosistem kepulauan. Dengan demikian,
kepuluan, juga oleh besarnya interaksi sosial- maka dapat dipahami, ada pulau-pulau yang
ekonomi antar pulau tersebut. Disamping berfungsi sebagai pulau pelindung bagi pulau
kedua pengertian subyektif tersebut, dikenal yang lainnya, dan ada pulau yang bisa dihuni
konsep wilayah subyektif berdasarkan batas dan bisa dibudidayakan dengan baik.
administrasi. Di Indonesia., wilayah seperti ini Kedekatan lokasi dan keeratan ekosistem ini
disebut sebagai daerah. Wilayah administrasi menghasilkan kemiripan dari segi iklim dan
ini sering juga disebut sebagai wilayah guna lahan. Empat pulau terakhir juga
pemograman (programming region ), karena di memiliki keserupaan dalam lansekap yang
daerah inilah program-program pembangunan didominasi oleh sabana dan stepa. Hal ini
biasanya disusun. memungkinkan Propinsi NTB dan NTT untuk
Perencanaan perkembangan wilayah, dianggap sebagai satu kesatuan wilayah yang
adalah perencanaan yang diterapkan pada dapat dikenali homogenitasnya, meskipun
suatu wilayah. Setelah kita mengenal apa itu secara administratif terdiri dari dua propinsi.
rencana, serta apa itu ruang wilayah dan Akan tetapi, adanya dua kota yang sangat
wilayah kepulauan, maka dapatlah dipahami, menonjol perkembangannya di Nusa Tenggara,
apa yang disebut sebagai perencanaan maka kedua kota ini dapat dianggap sebagai
pengembangan wilayah kepulauan. nodes yang dapat berfungsi sebagai pusat
Menurut deklarasi Djuanda pada 13 penetesan perkembangan ke wilayah lainnya.
Desember 1957 dinyatakan, bahwa Negara Dengan demikian, Nusa Tenggara lebih tepat
Kesatuan Republik Indonesia merupakan apabila didefinisikan sebagai suatu wilayah
negara kepulauan. Pengertian negara nodal.
kepulauan ini telah diperjuangkan oleh Prof. Karena NTB dan NTT merupakan
Muchtar Kusumaatmadja dalam konvensi kepulauan, dan sebagaimana dinyatakan dalam
hukum laut (United Nation Convention of Law konvesi UNCLOS, bahwa laut didalamnya
of the Sea). Pada tahun 1982, konsep Negara juga merupakan bagian dari kesatuan wilayah,
kepulauan (archipelago state) diakui dalam maka wilayah NTB dan NTT bukan hanya
hukum internasional. Artinya, dalam Negara meliputi wilayah daratan saja, akan tetapi juga

Page | 5
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

laut yang terdapat didalamnya. Hal ini berarti perencanaan perkembangan dipusatkan pada
bahwa sumber daya alam yang terkandung di kota orde pertama (yang bagi Nusa Tenggara
dalam laut serta selat yang tercakup dalam ada dua, yaitu Mataram di barat dan Kupang di
wilayah Nusa Tenggara, dengan sendirinya timur), dengan penekanan perkembangan pada
merupakan bagian dari sumber daya alam sektor strategis. Sektor strategis ini adalah
keseluruhan yang dapat dimanfaatkan untuk sektor yang cepat berkembang,
pengembangan wilayah. Jadi, daratan maupun mempergunakan teknologi yang tinggi,
kawasan laut di Nusa Tenggara merupakan mempunyai banyak kaitan dengan sektor
satu kesatuan. Laut tidak dianggap sebagai lainnya, serta orientasinya keluar, dalam arti
pemisah antar pulau, akan tetapi sebagai untuk perkembangannya sektor ini
penghubung antara pulau (dengan dukungan berhubungan banyak dengan ekonomi luar.
sarana dan prasarana transportasi yang Hubungan dengan ekonomi luar ini dapat
memadai). Hal ini merupakan prinsip yang berupa modal dari luar, bahan baku dari luar,
harus diperhatikan. maupun pasarnya juga untuk luar.
Prinsip kesatuan antara daratan dan lautan Bagi Nusa Tenggara, secara sepintas dapat
menjadi orientasi dalam pengembangan diperkirakan, bahwa nodes atau kota hierarki
wilayah Kepulauan Nusa Tenggara. Hal ini pertamanya adalah Mataram di barat serta
perlu seiring dengan kebutuhan untuk Kupang di timur, serta sektor strategisnya
mengenali fungsi spesifik tiap pulau, terutama adalah pariwisata. Pariwisata dapat
dari segi ekonomi dan ekologi. dikembangkan sebagai sektor strategis, karena
Pengembangan kepulauan ini perlu sektor pariwisata memerlukan modal yang
memperhatikan interdependensi fungsi-fungsi banyak seperti untuk pembangunan hotel,
yang ada. Selain itu, karena sebagian pulau prasarana jalan, air, pelabuhan baik udara
berukuran relatif kecil, aspek daya dukung maupun laut, dan lain-lain, yang belum tentu
perlu sangat diperhatikan di miliki oleh daerah itu sendiri Juga
pariwisata memerlukan manajemen serta
Konsep Pengembangan Wilayah Kepulauan teknologi yang cukup tinggi dalam pemberian
Nusa Tenggara fasilitas serta usaha menarik wisatawan.
Sebagaimana dinyatakan dalam definisi Wisatawan yang datangpun, biasanya dari
wilayah Nusa Tenggara, wilayah Nusa daerah lain, baik dari dalam negeri maupun
Tenggara dapat dikatakan merupakan wilayah luar negeri. Dengan demikian, sektor
yang relatif homogen akan tetapi disana pariwisata merupakan sektor yang berorientasi
terdapat dua kota yang perkembangannya keluar. Akan, tetapi, efek pengganda dari
menonjol dibandingkan kota-kota lainnya, pariwisata ini terhadap perekonomian
sehingga dapat dianggap sebagai nodes bagi setempat dapat menjadi sangat besar.
Nusa Tenggara. Dengan demikian, walaupun Contohnya, pariwisata memerlukan bahan
masih dalam tahap yang sederhana, Nusa makanan atau hasil industri bahan makanan
Tenggara dapat disebut sebagai wilayah nodal dari aktifitas ekonomi setempat. Furniture
atau wilayah fungsional. serta linen hotel, dapat mempergunakan hasil
Sebagai suatu wilayah nodal, maka kerajinan setempat. Wisatawan memerlukan
perkembangan terpusat pada node tersebut. souvenir dari hasil kerajinan setempat. Rumah
Dari node ini, maka perkembangan dijalarkan makan serta penginapan yang tidak berstandar
dengan melalui nodes yang hierarkinya lebih tinggi bagi kelas wisatawan tertentu, dapat
rendah ke wilayah lainnya. Dengan melihat tumbuh oleh ekonomi lokal. Dan banyak lagi
kemungkinan perkembangan yang akan efek pengganda dari sektor ini bagi ekonomi
berlaku seperti ini, maka konsep lokal, sehingga dapat menjalarkan
perkembangan yang tepat bagi Nusa Tenggara perkembangan ke sektor serta wilayah lain dari
adalah konsep Perkembangan dari Atas, atau node atau kota hierarki pertama ini. Jadi,
yang sering juga disebut sebagai Kutub sektor pariwisata memenuhi syarat sebagai
Pertumbuhan. Dalam konsep pertumbuhan ini, sektor strategis.

Page | 6
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

Banyak kawasan-kawasan di Nusa Perencanaan pembangunan pada dasarnya


Tenggara yang potensiel untuk pariwisata, lebih menekankan kepada aspek sektoral yang
baik karena flora dan faunanya, serta lebih rinci dijabarkan melalui dokumen RPJM
keindahan alamnya yang unik. Hal ini daerah di tiap propinsi. Adapun rencana tata
sekarang belum dikembangkan secara optimal, ruang lebih menekankan kepada penataan
walaupun telah terlihat sedikit-sedikit aspek spasial (wilayah) propinsi di NTT dan
perkembangan kearah sana, seperti NTB. Dalam konsep perencanaan yang ideal,
perkembangan pariwisata di Lombok yang kedua dokumen perencanaan ini seharusnya
merupakan limpahan dari Bali, serta dapat dilakukan secara terpadu dan saling
perkembangan wisata di Pulau Komodo. Jika melengkapi satu sama lain. Akan tetapi,
ini dikembangkan dengan baik, maka sektor dalam kenyataannya kedua produk
pariwisata ini dapat menjadi leading sector perencanaan ini tidak saling melengkapi dan
bagi Nusa Tenggara dan akan menarik mengindikasikan keterkaitan antara satu
perkembangan seluruh Nusa Tenggara karena dengan yang lain.
efek penetesannya. Pensyaratan untuk menetes Dengan perkataan lain, perubahan-
ini cukup bagus dengan melihat potensi yang perubahan yang terjadi pada rencana
dimiliki oleh Nusa Tenggara seperti flora- pembangunan pada produk RPJM daerah
fauna, pemandangan yang indah dan unik, belum dapat dijelaskan secara terkait dengan
kesenian setempat serta berbagai kerajinan produk perencanaan tata ruang yang lebih
tangan (tenun, mutiara, dll). Yang diperlukan menekankan pada aspek spasial. Oleh karena
sekarang adalah prasarana serta sarana yang itu, melalui kegiatan penyusunan model
cukup, yang bisa di dapat baik dari investasi spasial dinamis ini, kondisi-kondisi tersebut
setempat maupun investasi dari luar untuk diharapkan dapat terakomodasi dengan baik,
menggerakan itu semua. Dengan konsep sehingga skenario perencanaan pembangunan
pengembangan seperti diatas tersebut, maka yang dibuat dalam rencana pembangunan pada
metode sistem dinamis sebagai alat analisis produk RPJM daerah menjadi lebih mampu
untuk melihat berbagai skenario yang akan merespon berbagai kemungkinan perubahan
datang apabila di berikan intervensi tertentu, yang terjadi pada perubahan penataan ruang
merupakan metode yang tepat untuk wilayah propinsi NTT dan NTB dan begitu
diterapkan dalam perencanaan pengembangan pula sebaliknya. Kurangnya kesinergisan di
Nusa Tenggara. antara perencanaan pembangunan dan wilayah
diharapkan mampu disempurnakan melalui
Lingkup Pemodelan Sistem Dinamis dalam model spasial dinamis dalam perencanaan
Perencanaan Pengembangan Wilayah pembangunan wilayah Propinsi NTT dan NTB.
Kepulauan Nusa Tenggara Sistem model dinamik perencanaan
Propinsi NTT dan NTB merupakan salah pembangunan wilayah berbasis spasial yang
satu bagian kepulauan yang ada di Indonesia disusun dalam pekerjaan ini juga diharapkan
bagian timur Pulau Jawa, yang pada zaman mampu menggambarkan keterkaitan antar sub
dahulu secara ekosistem kepulauan disebut sistem pembangunan yang terdiri subsistem
dengan Kepulauan Sunda Kecil. Sedangkan ekonomi, sosial, lingkungan, dan infrastruktur
Kepulauan Sunda Besar terdiri dari Pulau- serta mampu merespon setiap dinamika
pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan/Borneo dan perubahan yang memberikan pengaruh
Sulawesi/Celebes. Dalam perkembangannya terhadap implementasi skenario-skenario
Kepulauan Sunda Kecil ini terdiri dari Propinsi perencanaan pembangunan wilayah yang
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara berkelanjutan. Dalam menyusun suatu model
Timur dimana kedua propinsi tersebut dinamik dalam sebagai masukan kerangka
membutuhkan suatu arahan dalam pembangunan propinsi NTT dan NTB maka
perencanaan pembangunan dan tata ruang dua aspek utama yang perlu untuk diperhatikan
wilayah kepulauannya. adalah aspek a-spasial dan aspek spasial serta
keterkaitan antara keduanya; (a) Aspek A-

Page | 7
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

spasial. Aspek a-spasial dalam model dinamik


pada dasarnya lebih ditekankan kepada empat
sub-sistem yang tiga diantaranya merupakan
pilar dari pembangunan keberlanjutan yakni
subsistem ekonomi, subsistem sosial dan
subsistem lingkungan (ekologi) serta satu
aspek lainnya yang mendukung ketiga aspek
tersebut yakni subsistem infrastruktur.
Indikator dan peubah model ditentukan dari
setiap aspek tersebut dalam konteks
pengembangan wilayah untuk kepulauan Nusa Gambar 2 Keterkaitan Antara Aspek A-Spasial
Tenggara. Dari indikator dan peubah model Dan Spasial
(variabel) yang telah diturunkan tersebut maka
akan diidentifikasi keterkaitan antar variabel (c) Integrasi Aspek Spasial dan A-spasial.
tersebut sehingga membentuk suatu hubungan Analisis a-spasial yang dilakukan dengan
causal loop yang interdependent (saling rancang bangun model sistem dinamis
mempengaruhi). diharapkan dapat digunakan untuk
menunjukkan dinamika spasial yakni
penggunaan lahan wilayah. Fenomena sosial,
ekonomi, lingkungan dan infrastruktur yang
digambaran dalam suatu struktur model
dikaitkan dengan kebutuhan akan lahan.
Proyeksi kebutuhan penggunaan lahan berupa
tabel guna lahan ini yang menjadi jembatan
antara untuk mengintegrasikan model spasial
dan model a-spasial.
Gambar 1 Keterkaitan Antar Empat Subsistem
Dalam Model Sistem Dinamik
Sumber: Hasil Rancang Bangun Model Sistem Dinamik
Penyusunan Model Dinamis Wilayah
Kepulauan

(b) Aspek Spasial. Aspek spasial dalam sistem Upaya mencari model pengembangan
model dinamik pada dasarnya lebih ditekankan kepulauan yang berbasis ekoregion ini,
kaitan antara hubungan masing-masing disadari merupakan sesuatu tantangan baru,
variabel yang telah dirancang melalui causal rumit dan kompleks karena selain merubah
loop pada masing-masing subsistem secara cara pandang ke-wilayahan yang continental
keseluruhan kepada model tata guna lahan seperti biasanya serta permasalahan ekosistem
yang disesuaikan dengan rencana tata ruang lingkungan – perlu untuk memperhatikan
wilayah propinsi NTT dan NTB. Untuk keterkaitan antar berbagai komponen yang
mengkaitkan kedua aspek tersebut maka terlibat. Maka pendekatan pemecahan masalah
sebelumnya dalam aspek spasial tersebut yang digunakan disesuaikan dengan sifat
dibutuhkan suatu basis data spasial ataupun permasalahan yang kompleks dan multi skala
konversi data a-spasial kedalam bentuk data tersebut dengan menggunakan Model Sistem
spasial sehingga memudahkan dalam mengkaji Dinamik. Dalam kajian ini fenomena yang
dampak perubahan yang terjadi terhadap diteliti adalah hubungan sebab-akibat yang
alokasi spasial (wilayah) dari tata guna lahan bersifat timbal balik dan dinamis dari suatu
yang ada di Propinsi NTT dan NTB. kegiatan pembangunan yang memanfaatkan
sumberdaya alam dalam rangka mencapai
tujuannya dan berlangsung di atas suatu
ekosistem pulau tertentu, untuk kemudian
diamati dampaknya terhadap keberlangsungan

Page | 8
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

kemampuan dan fungsi ekosistem kepulauan peningkatan laju pertumbuhan lahan


secara keseluruhan dalam jangka waktu pertanian/perkebunan menjadi 25 % di P
tertentu. Dengan kata lain model ini Lombok serta peningkatan kegiatan
dimaksudkan untuk mengamati kegiatan industri local untuk kebutuhan antar pulau
sektor pembangunan dominan di suatu naik menjadi 5%. Pendekatan
pulau besar (dipilih kegiatan industri, pembangunan adalah pendekatan sektoral
pertanian, pertambangan dan jasa P Lombok – untuk semata kepentingan pemenuhan
di Propinsi NTB) (sebagai penyebab) dan keningkatan pertumbuhan kebutuhan
total dampaknya terhadap pulau-pulau ekonomi wilayah Kepulauan.
kecil lainnya (perubahan ecoregion sebagai Skenario 3: skenario kebijakan dengan
akibat). Dikaji sebanyak 4 pulau lainnya prioritas pada peningkatan kegiatan
(Sumbawa, Flores, Sumba dan Timor) yang industry, pertambangan melalui
diakibatkan oleh adanya eksport-import serta peningkatan laju pertumbuhan lahan
mobilitas penduduk dengan pulau besar industri yang mencapai 20%, yang disertai
tersebut. Selanjutnya, disimulasikan dengan menurunnya kegiatan pertanian
beberapa skenario yang merupakan menjadi 10%. Pendekatan pembangunan
representasi dari intervensi kebijakan untuk dilakukan untuk kepentingan
memperoleh faktor-faktor yang pertumbuhan ekonomi setiap pulau.
mempengaruhi interaksi sebab-akibat kegiatan Skenario 4: skenario kebijakan menggunakan
manusia dengan lingkungan sekitarnya serta pendekatan keterpaduan pembangunan,
interaksi sebab-akibat perubahan tata guna memberikan pertumbuhan ekonomi pada
lahan terhadap pendapatan penduduk di setiap pulau yang dihuni, tetapi
berbagai sector. persyaratan bahwa konversi lahan
terhadap lahan alami hanya boleh
dilaksanakan jika luas lahan lindung di
P Lombok 40 % atau 30% luas wilayah
Kepulauan NTB. melalui peningkatan
laju pertumbuhan penghijauan lahan kritis
di P Lombok sebesari 50%, dan
konservasi pulau-pulau kecil 30%.
Pendekatan pembangunan dilakukan
secara sektoral untuk kepentingan
Gambar 3 Interaksi Antar Pulau dan ekologis.
Dampaknya Terhadap Kualitas Lingkungan Skenario 5: skenario kebijakan dengan
prioritas peningkatan pertanian,
Ada lima skenario akan dikembangkan pertambangan dan industry pada setiap
dalam simulasi sebagai berikut : pulau, tetapi ditambah prioritas pada
Skenario 1: skenario yang sesuai dengan data peningkatan kegiatan penghijauan,
historis yang ada dan terjadi saat ini, atau konservasi pulau-pulau kecil dan
biasa disebut kondisi status quo. Pada kegiatan pariwisata (eco-tourism),
skenario ini, pembangunan belum dimana kegiatan pertanian, perkebunan
diintervensi dengan kebijakan apapun. Laju dan industry melalui laju pertumbuhan
pertumbuhan penggunaan lahan existing di ekport-import antar pulau 50%. Kegiatan
Pulau Kecil (Sumbawa, Flores, Sumba, pertambangan diturunkan menjadi 25%,
Timor) terutama untuk pertanian dan upaya peningkatan kegiatan penghijauan
permukiman yg subsistens, kebutuhan non- dan konservasi pulau-pulau kecil tetap
pertanian didatangkan dari Pulau Lombok. pada keadaan status quo. Skenario ini
Skenario 2: skenario kebijakan dengan merupakan upaya menerapkan alokasi
prioritas pada peningkatan kegiatan ruang untuk kepentingan daya dukung
pertanian dan perkebunan melalui lingkungan yaitu terjaganya 30 % luas

Page | 9
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

lahan lindung wilayah. Skenario ini Selain kajian pada dampak fisik pada
merupakan upaya menyeimbangkan kerusakan sumberdaya dan air, juga dilakukan
kepentingan pertumbuhan ekonomi kajian pada dampak yang terjadi pada kondisi
dengan kepentingan ekologi, tanpa sosial ekonomi penduduk melalui nilai
persyaratan minimal luas lahan alami. pendapatan. Jika melihat dari sisi distribusi
pendapatan penduduk, maka justru skenario 3
merupakan yang terendah. Akan tetapi jika
dilihat berdasarkan trade-off antara kondisi
kualitas lingkungan (lahan kritis dan
ketrersediaan sumberdaya air) dengan
pendapatan penduduk yang berarti suatu
kondisi dimana pertumbuhan ekonomi tetap
berlanjut dengan kondisi kualitas lingkungan
yang tetap terpelihara, maka skenario 4
merupakan skenario terbaik.

Tabel 1
Gambar 4 Hubungan Sebab Akibat (Causal Skenario Perubahan Ekport-Import
Loop Diagram) Antar Pulau Terhadap Pendapatan
Skenario Perubahan Ekport-Import
terhadap Pendapatan
Pembahasan (Rp/orang/tahun)
Skenario 1 29280
Simulasi dan analisis dilakukan atas lima Skenario 2 28750
skenario untuk mendapatkan faktor dan Skenario 3 21850
Skenario 4 40840
elemen yang berpengaruh dalam penataan Skenario 5 30820
ruang wilayah kepulauan berdasarkan variabel
penyebab (konversi lahan dalam rangka Untuk menghitung trade-off, dilakukan
pelaksanaan kegiatan pembangunan) dan pembobotan sebagai berikut :
variabel akibat (dampak lingkungan dan
perubahan ekositemnya). Tabel 2
Untuk mengetahui sejauhmana dampak Pembobotan Trade Off
yang terjadi terhadap lingkungan, dipakai Skenario Nilai Nilai Bob-
luasan lahan kritis pulau dan besarnya erosi Kerusakan Penda- ot
yang terjadi pada ke 5 skenario. Lingkungan patan 2:1
Terlihat bahwa kondisi lahan kritis di Skenario 1 4,25 3 11,5
Skenario 2 2,25 2 6,5
pulau-pulau yang memiliki keterkaitan ekport- Skenario 3 1,75 1 4,5
import barang, jasa dan orang berada diatas Skenario 4 3,375 5 12,75
Skenario 5 3,375 4 11,75
standard baku kawasan lindung 40% atau 30%
terhadap keseluruhan wilayah Kepulauan,
Pembobotan dilakukan dengan
kecuali untuk skenario 4 dan 5 yang berada
memperhitungkan internalisasi aspek
dibawah criteria dasar kerusakan pulau. Dari
lingkungan. Nilai tesebut memperlihatkan
dampak yang terjadi terhadap lahan kritis,
bahwa nilai export-import barang, jasa dan
ketersediaan sumberdaya air, maka skenario 4
orang harus memperhitungkan nilai
merupakan skenario yang terbaik.
sumberdaya alam yang dimanfaatkan oleh
Kondisi Pertumbuhan Eksport-Import
kegiatan tersebut terhadap pendapatan. Oleh
Antar Pulau Pada 5 Skenario Terhadap
karena itu, perbandingan bobot nilai kualitas
Kerusakan Lahan Kritis
lingkungan terhadap nilai pendapatan
Kondisi Nilai Pendapatan Penduduk pada diasumsikan 2 : 1.
5 Skenario Berkaitan dengan model pengembangan
kepulauan yang berwawasan lingkungan dan

Page | 10
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

berkelanjutan, dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang diakibatkan oleh


terdapat lima faktor berpengaruh yang perlu pemanfaatan lahan untuk kepentingan
dipertimbangkan dalam rangka ekonomi masyarakat.
pendekatan ecoregion. Ketiga, Faktor alokasi ruang secara
proporsional, yaitu terpenuhinya syarat
Pertama, Faktor Ekonomi, berkaitan
langsung dengan kegiatan perdagangan minimal 30 % dari suatu wilayah gugus
ekport-import antar pulau (faktor kesatuan pulau atau 40% terhadap luas
pulau, sebelum dapat dilakukan konversi
penyebab) dan dampak terjadinya lahan
lahan untuk kepentingan sektor-sektor
kritis melalui alih fungsi lahan
pembangunan. Hal tersebut berkaitan
(pertambangan, perkebunan, pertanian,
dengan kemampuan daya dukung
industry dan permukiman) yang meliputi :
lingkungan pulau dan gugus wilayah
a) Jenis penggunaan lahan; berupa alokasi
kepulauan.
ruang bagi pemenuhan kebutuhan sektor-
sektor pembangunan (pertambangan, Keempat, Faktor Pendekatan Keterpaduan,
perkebunan, pertanian, industry dan sesuai dengan konsep pembangunan
permukiman) yang selalu berubah terhadap berkelanjutan maka konsep penataan ruang
waktu. Setiap jenis penggunaan lahan wilayah kepulauan harus memperhatikan a)
tersebut harus dihitung dengan cermat integrasi ekosistem satu kesatuan gugus
karena berpengaruh terhadap perubahan kepulauan, b) integrasi ekosistem darat dan
lingkungan dengan makin luasnya lahan- laut satu pulau, c) keterpaduan antar sektor
lahan kritis dan erosi, biota laut, fauna serta pembangunan, c) keterpaduan menegemen
flora. Kondisi ini merusak eco-region pembangunan yang berkelanjutan (skala
kepulauan; b) Intensitas penggunaan lahan; lokal, regional dan nasional)
seberapa besar intensifnya pemanfaatan Kelima, Faktor pertumbuhan dan
ruang bagi suatu sektor pembangunan akan Pendapatan Penduduk, dari hasil simulasi
berpengaruh terhadap perubahan kualitas diketahui bahwa setiap skenario
lingkungan akibat terjadinya kerusakan pembangunan akan berdampak pada
lahan dan pencemaran lingkungan. perubahan pendapatan dan distribusinya di
Peningkatan setiap sektor pembangunan berbagai sector serta laju pertumbuhan
akan mengakibatkan kerusakan lingkungan penduduk. Disadari bahwa suatu pulau
dengan kecepatan perubahan yang berbeda,
memiliki daya tampung penduduk tertentu,
misalnya sektor pertambangan maka apabila terjadi kelebihan penduduk
meningkatkan lahan kritis, industry akibatnya terhadap kerusakan lingkungan
menghasilkan pencemaran air. sangat besar karena intensitas dan
Kedua, Faktor Ekologis, berkaitan dengan ektensitasnya penggunaan lahan. Kebijakan
kemampuan dan daya dukung pemerintah untuk mendorong mobilitas
lingkungan pulau untuk mendukung penduduk antar pulau yang tinggi biasanya
kegiatan pembangunan yang berlangsung merupakan alternative keseimbangan
diatasnya, yang dihubungkan dengan
manusia dan lingkungan secara “naluri”.
dampak yang terjadi (faktor akibat),
meliputi: a) Ketersediaan sumberdaya air
pulau; berfungsi menjaga kelestarian
kehidupan fauna, plora dan kegiatan
manusia secara berkesinambungan.
Ketersediaan tersebut dapat terpelihara
melalui terjaminnya alokasi penggunaan air
yang efisien/hemat dan tepat; b)
Kemampuan ekosistem pulau; kawasan
lindung yang berfungsi mengolah dan
mereduksi pencemaran dan kerusakan

Page | 11
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

menerima dampak baik dari kegiatan eksport-


import antar pulau maupun kebutuhan hunian
oleh penduduknya sendiri, disamping
mempunyai fungsi ekologis tersendiri yang
penting dan perlu dijaga kelestarian fungsi-
fungsinya. Untuk itu, bagi suatu Pendekatan
Ecoregion Suatu Wilayah Kepulauan yang
terpadu, pertimbangan terhadap keterkaitan
fungsional antar pulau dan keunikan
karakteristik pulau dikaitkan dengan fungsi
ekologisnya merupakan aspek penting untuk
tercapainya tujuan pembangunan
berkelanjutan. 3) Pendekatan Keterpaduan ;
Gambar 5 Konsep Pendekatan Ecoregion maka dalam Konsep Pendekatan Ecoregion
(adjusted Edwansyah, 2002)
Suatu Gugus Kepulauan harus
memperhitungkan dan mempertimbangkan
Berkaitan dengan Konsep Pendekatan hal-hal sebagai berikut: a) Integrasi Ekosistem
Ecoregion untuk mengembangkan wilayah Terestrial (darat-kontinen) dengan Maritim
kepulauan, harus berisikan upaya (laut-maritime) (land-ocean interaction) b)
mengintegrasikan empat komponen penting Suatu Pulaudapat ditetapkan sebagai pulau
yang merupakan satu kesatuan meliputi a) pelindung(kawasan lindung) dan pulau hunian
Batasan wilayah perencanaan : maritime (kawasan budidaya) c) Integrasi perencanaan
ecosystem domain (bukan batasan sektoral (antar sektor-sektor pembangunan) d)
administrative dan kontinental) ; b) Integrasi perencanaan secara vertikal (lokal,
Keterkaitan satu pula dengan pulau lainnya regional, nasional) e) Integrasi Sains (biosfere
sebagai dasar penataan wilayah gugus laut) dan Manajemen Pembangunan
kepulauan ; c) Pendekatan Keterpaduan (perhitungan dan pertimbangan-pertimbangan
meliputi integrasi ekosistem daratan-maritim, akademis sebagai input Kebijakan). 4) Alokasi
integrasi perencanaan dan integrasi ruang kelautan yang proporsional ;
manajemen pembangunan; dan d) Alokasi dihubungkan dengan fungsi kapasitas
ruang pulau-pulau yang berfungsi lindung asimilasi lingkungan dan Daya Dukung
adalah 30% dari wilayah gugus kepulauan dan Lingkungan. Pada Konsep Pendekatan
40% pada lahan pulau-pulau besar (pulau yang Ecoregion Wilayah Kepulauan harus
dihuni penduduk) merupakan lahan alami. memperhitungkan secara cermat fungsi
Dengan demikian Konsep Pendekatan kapasitas daya tampung dan daya dukung
Ecoregion Suatu Wilayah Gugus lingkungan pulau melalui keserasian pola
Kepulauan harus berintikan empat komponen pemanfaatan ruang antara a) kawasan
penting yang merupakan suatu kesatuan budidaya, b) kawasan penyangga, dan c)
(bukan urutan prioritas), yaitu: 1) Batasan kawasan lindung yang dapat diaplikasikan
Wilayah Perencanaan : maritime ecosystem dalam satu-satuan pulau atau gugus pulau
domain. Batasan perencanaan berdasarkan (beberapa pulau) yang mempunyai fungsi
pada kesamaan karakteristik fenomena alami pulau lindung merupakan wilayah preservasi
(natural domain) atau batasan suatu ecosystem yang harus dialokasikan dalam suatu
tertentu. Sayangnya hal tersebut sangat sulit perencanaan pulau minimal mencapai 40 %
untuk di dukung oleh ketersediaan system data berupa lahan alami atau hutan (dapat berupa
statistic yang ada sekarang yang lebih hutan lindung, hutan produksi atau hutan
berbasiskan pada batas administrative; 2) wisata) atau 30% terhadap luas wilayah gugus
Pengembangan suatu pulau berdasarkan pulau secara keseluruhan. Sehingga alokasi
fungsinya terhadap satu kesatuan Wilayah ruang dalam kegiatan penataan ruang
Kepulauan. Pulau sekecil apapun akan selalu kepulauan tidak hanya menata berbagai

Page | 12
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

kegiatan pembangunan secara spasial yang pulau memberikan dapak positip dan negatip
dikaitkan dengan kesesuaian lahan pada satu baik perubahan tata guna lahan di pulau
pulau saja, tapi juga memperhitungkan dan tersebut (konversi alih fungsi lahan) maupun
mempertimbangkan dampak yang terjadi terhadap keseluruhan ekosistem gugus
akibat pembangunan yang dilakukan pada satu kepulauan)
pulau terhadap gugus pulau lainnya agar Ketiga Pendekatan keterpaduan pembangunan
kerusakan ekosistem kepulauan dapat yang merupakan prasyarat keberhasilan
dihindari dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan ternyata tidak
pembangunan yang berkelanjutan. cukup untuk dapat mempertahankan fungsi
dan kemampuan lingkungan – yang dibuktikan
Kesimpulan pada 5 skenario – dengan masih tingginya
kerusakan lingkungan, bertambahnya lahan
Karena pendekatan Ecoregion dalam kritis, erosi dan deficit air. Prasyarat
suatu kegiatan perencanaan wilayah kepulauan keberhasilan pembangunan berkelanjutan
ini merupakan suatu pendekatan baru yang perlu dilengkapi dengan prasyarat dipenuhinya
disesuaikan dengan kaidah pembangunan alokasi ruang proporsional khususnya untuk
berkelanjutan, maka kesimpulan dibagi dalam kawasan lahan alami sebesar 30 % dari luas
empat bagian. wilayah gugus kepulauan atau 40% pada satu
Yang pertama Teori perencanaan selalu satuan pulau. Hal tersebut dibuktikan pada
mengalami pergeseran sesuai dengan skenario 4, sehingga pada skenario tersebut
perubahan kondisi sosial, ekonomi dan budaya kualitas lingkungan tetap terjaga dengan baik
masyarakat. Secara singkat, teori perencanaan sedangkan tujuan kegiatan-kegiatan
konvensional yang berorientasi pada tujuan pembangunan dapat tercapai melalui
peningkatan kesejahteraan ekonomi pendekatan keterpaduan.
mengalami pergeseran yang mengacu pada
paradigma baru pembangunan berkelanjutan. Pendekatan Ecoregion harus dapat
Kosep-konsep pengembangan wilayah dengan mengintegrasikan kajian-kajian biologis untuk
domain continental perlu dikaji ulang untuk mengetahui kemampuan ekologis suatu pulau
pengembangan wilayah yang berbasis ke- dalam menerima dan mengelola kerusakan
baharian. Sesuai dengan esensi pembangunan lingkungan (lahan kritis, fopuna dan flora).
berkelanjutan yang pada dasarnya Untuk itu diperlukan integrasi ilmu
menginternalisasikan aspek lingkungan ke pengetahuan (sains) dalam hal pengelolaan
dalam perencanaan kegiatan pembangunan, lingkungan untuk memperkaya pemahaman
maka – sebagai salah satu tools pelaksanaan akan karakteristik suatu jenis ekosistem
pembangunan – dikembangkan Pendekatan menjadi suatu hal penting. Dalam konteks
Perencanaan Wilayah Kepulauan tersebut dapat dipahami bahwa batasan
Berkelanjutan yang diwujudkan dengan perencanaan wilayah kepulauan perlu dirubah
Konsep Pendekatan Ecoregion. Salah satu ciri dari konsep kontinental menjadi konsep
utama pendekatan ini adalah batasan ekosistem maritime.
perencanaannya disesuaikan dengan batasan
Daftar Pustaka
ekosistem kepulauan yang mengikuti
keterikatan satu pulau terhadap pulau lainnya Adisasmita, R.H., 2006 : Pembangunan
secara alamiah (natural phenomenon) atau Kelautan dan Kewilayahan; Graha Ilmu,
biasa disebut dengan ecoregion. Yogyakarta.
Kedua Hasil Pemodelan Dinamis tentang
Wilayah Kepulauan dan Karakteristik Khusus Adibroto, T.A., 1994 : Managing the Indonesia
Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara (Setiap Marine and Coastal Environment : The
pulau memiliki karakteristik tertentu dan Role of
fungsi ekologi dari bagian ekosistem suatu
gugus kepulauan; dan Adanya hubungan antar

Page | 13
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.1

Costanza R (Eds), 1991 : Ecological


Economics ; The Science and
Management of Sustainability, Columbia
University Press, New York, USA.
Dahuri R dan Ginting S.P., 2000 :
Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Pesisir Terpadu ; makalah pada
Linggarjati Environmental Meeting, 9-13
November 2000.
Edwansyah, 2002 : Pendekatan Ecoregion
dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir;
makalah pada Pascasarjana IPB, Mei 2002,
Bogor.
Forrester J.W, 1961 : Industrial Dynamics,
Productivity Press, Oregon, USA
Friedmann, John., 1979 : Territory and
Fuction : The Evolution of Regional
Planning; Edward Arnold Publ, London.
Monitoring Activities ; Proceeding no. 979 –
8465 – 07 – 5 pada Workshop on
Technology Application on Marine
Environmental Monitoring, Forecasting
and Information System : Institutional
Framework and Project Benefits, 17
November 1994, Jakarta, Indonesia
UNEP, 1995 : Meeting of Government –
designated Experts to Review and Revice a
Global Program of Action to Protect the
Marine Environment from Land-based
Activities, Reykjavik, 6-10 Maret 1995
(UNEP/ICL/IG/1/2).

Page | 14

You might also like