You are on page 1of 19

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Teori Pembangunan

STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN


BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Oleh :

Widiharto (F1B008066)

Agung Nugroho (F1B008088)

Muhammad Rizki A (F1B008082)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
PURWOKERTO
2010
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang masuk dalm kategori
negara agraris. Tanah Indonesia yang subur sangatlah memungkinkan sebagai
lahan pertanian. Sehingga banyak penduduk negeri ini yang bermata pencaharian
sebagi petani. Pemerintah melalui kementrian pertaniannya jugta mempunyai
target untuk dapat mencapai hasil yangf maksimal di bidang pertanian, yaitu
dengan tercapainya ketahanan pangan nasional atau bahkan sampai terwujudnya
surplus beras nasional. Cita-cita pemerintah tersebut memang sangatlah wajar
ketika dibandingkan dengan tanah Indonesia yang sangat luas dan subur.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan secara nasional, maka diperlukan
adanya pembangunan. Pembangunan merupakan hal yang harus dilakukan oleh
suatu negara dalam mewujudkan kemakmuran masyarakat. Pembangunan ini
identik dengan masalah perekonomian yang tidak lepas dari masalah kemiskinan.
Kemiskinan merupakan hal yang sangat kompleks dan sulit sekali untuk diukur
dan sering terjadi di negara-negara berkembang atau negara Dunia Ketiga (tak
terkecuali Indonesia). Indonesia secara ekonomi didominasi oleh sektor pertanian
yang identik dengan wilayah pedesaan.
Di Indonesia sebenarnya banyak sekali potensi desa yang bisa menambah
pendapatan daerah dan pendapatan negara, tetapi letak pedesaan yang terpencil
dan fasilitas distribusi yang tidak lancar menyebabkan pedesaan tidak dapat
memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah dan pendapatan negara dalam
rangka mensukseskan pelaksanaan pembangunan nasional. Kondisi masyarakat
yang seperti itu, setiap pelaksanaan pembangunan perlu adanya perencanaan
karena kebutuhan pembangunan lebih besar daripada sumber daya yang tersedia.
Melalui perencanaan ini dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien
dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya
yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada.
“Perencanaan pembangunan pada umumnya harus memiliki, mengetahui,
dan memperhitungkan beberapa unsur pokok, yaitu : tujuan akhir yang
dikehendaki, sasaran-sasaran dan prioritas yang mewujudkannya (yang
mencerminkan pemilihan berbagai alternatif), jangka waktu mencapai
sasaran-sasaran tersebut, masalah-masalah yang dihadapi, modal dan
sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya, kebijaksanaan-
kebijaksanaan untuk melaksanakannya, orang, organisasi, atau badan
pelaksananya, mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan
pelaksanaannya (dalam Kartasamita, 1997 : 49)”.

Berkaitan dengan perencanaan pembangunan tersebut, pemerintah


berusaha mencapai pemerataan pembangunan dengan prioritas pembangunan di
pemerintahan terkecil yaitu desa. Dari pemikiran jika pembangunan desa sukses
maka akan mendorong pembangunan di tingkat daerah dan pusat berjalan dengan
sukses pula. Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004, proses perencanaan
pembangunan tetap dimulai dari tingkat desa melalui kegiatan yang disebut
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tingkat Desa/Kelurahan (Musrenbang
Desa/Kelurahan). Musrenbang Desa/Kelurahan, yang pelaksanaannya bisa saja
diawali dari penggalian gagasan di tingkat dusun, juga bersifat partisipatif dan
melibatkan segenap elemen masyarakat desa/kelurahan. Selanjutnya, hasil
Musrenbang Desa/Kelurahan akan menjadi bahan penyusunan rencana
pembangunan pada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi, yakni Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Tingkat Kecamatan (Musrenbang Kecamatan),
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota
(Musrenbangda Kabupaten/Kota), Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Provinsi sebagai daerah otonom (Musrenbangda Provinsi), Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Provinsi (Musrenbang Provinsi), dan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Tingkat Pusat (Musrenbangpus).
Indonesia juga mempunyai banyak Perguruan Tinggi yang yang
,membuka jurusan bidang pertanian. Dari berbagai Perguruan Tinggi tersebut
mungkin sampai sekatrang sudah mencetak ribuan sarjana lulusan pertanian.
Diharapkan para sarjana tersebut dapat menyumbangkan pemikiran dan tenaganya
untuk mengembangkan pertanian di Indonesia.
Produksi pertanian sebagai salah satu hal yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia, sangatlah berpengaruh kebutuhan hidup manusia itu
sendiri. Apabila rantai kebutuhan yang masuk dalam kategori sangat penting ini
tidak dapat terpenuhi maka akan dapat mengganggu kelangsungan hidup manusia.
Oleh karena itu upaya untuk mencapai hasil yang maksimal dalam produksi
pertanian. Pemerintah harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai
hasil yang maksimal. Mengingat setiap tahun penanbahan jumlah penduduk
semakin meningkat, sedangkan lahan yang digunakan untuk petanian tidaklah
semakin meluas, bahkan dapat semakin menyempit dengan adanya penanaman
bangunan dilahan pertanian. Pemerintah sebagai pengendali utama pelaksanaan
pembangunan di berbagai bidang, termasuk bidang pertanian, harus bisa jeli dan
teliti dalam melihat peluang dan tantangan.
Tidak lepas dari pertanian di Indonesia, kabupaten Banyumas pun masuk
dalam kategori daerah pertanian. Kabupaten Kebumen terdiri dari tanah
pegunungan, hutan dan daerah persawahan dan tegalan yang subur. Kabupaten
Banyumas memiliki luas wilayah 132.759 Ha atau 4,08 % dari luas Propinsi Jawa
Tengah terletak di bagian selatan pada posisi geografis diantara 1090 dan 1090
30’’ Garis Bujur Timur dan 70 30’’ Garis Lintang Selatan. Data pada tahun 2004,
dari luas sejumlah tersebut, terbagi menjadi lahan sawah sekitar 32.784 Ha atau
24,69 % dan 10.308 Ha sawah dengan pengairan teknis. Sedangkan sisanya
99.691 Ha atau 75,09 % merupakan lahan bukan sawah dengan 19.522 Ha
merupakan tanah untuk bangunan dan pekarangan.
Tabel 1. Struktur Ekonomi Kabupaten Banyumas
Sektor 2005 2006 2007 2008 2009
Pertanian 22,26 21,26 22,99 20,99 21,06
Penggalian 1,4 1,4 1,39 1,39 1,39
Industry 17,16 16,95 16,48 16,33 15,96
Listrik 0,93 0,94 1,36 0,95 0,96
Bangunan 9,24 9,24 9,63 9,14 9,24
Perdagangan 14,6 14,91 14,51 15,12 15,08
Pengangkuta 10,54 10,52 9,15 10,57 10,48
n
Keuangan 8,3 8,49 8,72 8,75 8,94
Jasa 15,58 15,91 15,77 16,76 16,86

Sumber: Bappeda Kabupaten Banyumas


Berdasarkan table diatas Banyumas memiliki berbagai macam sector yang
sedang berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor
pertanian merupakan sector yang mempunyai prosentase tertinggi dibandingkan
beberapa sector yang lainnya. Oleh karena itu sector pertanian tidak boleh
diabaikan. Pembangunan pertanian di Kabupaten Banyumas harus mendapatkan
perhatian yang serius dari pemerintah daerah Kabupaten Banyumas.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka perumuan masalah yang penulis ambil
adalah “ Bagaimakah Strategi pembangunan pertanian di Kabupaten Banyumas?”

C. Manfaat
a Secara Teoritis
Penulisan ini berguna untuk memperkaya ilmu administrasi negara
dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan dari masa ke masa
seiring dengan kemajuan zaman.
b. Secara Praktis
Penulisan ini berguna sebagai masukan/ sebagai pertimbangan
pemerintah dalam rangka membuat kebijakan selanjutnya terutama
dalam melaksanakan program pembangunan pertanian di Kabupaten
Banyumas perlu memperhatikan adanya perencanaan sebagai salah
satu fungsi manajemen.

D. Informan
1. Bapak Suwarseno
Jabatan : Kasi (Kepala Seksi ) Padi Palawija
Alamat Kantor : Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Banyumas
Jl. Prof. Soeharso Telp/Fax (0281) 641069 (Kompleks
Gor Satria) Purwokerto 53114
2. Bapak Nurdi
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Sunan Bonang, Desa Tambak Sogra Kecamatan
Sumbang, Kabupaten Banyumas

E. Pertanyaan dan Hasil Wawancara


 Pertanyaan yang diajukan kepada Bapak Suwarseno
Penulis menggunakan instrument ini untuk mengetahui lebih dalam
tentang berbagai invormasi yang ada pada informan, karena dengan metode ini
peneliti dapat lebih dekat dengan informan dan dapat lebih banyak memperoleh
informasi dari informan. Adapun panduannya adalah sebagai berikut :
1. Hasil produksi pertanian
a. Bagaimakah hasil produksi pertanian di Kabupaten Banyumas selama
ini ?
b. Adakah peningkatan hasil pertanian dari tahun ketahun ?
c. Apa saja variasi hasil panen setiap tahunnya ?
d. Apakah target panen yang anda inginkan tercapai ?
2. Tenaga petani /petani
a. Bagaimanakah penyuluhan yang dilakukan PPL kepada para petani di
sini ?
b. Apakah ada standarisasi yang dilakukan terhadap para petani sebagai
untuk mengukur keberhasilan penyuluhan ?
c. Kapan atau berapa bulan sekali penyuluhan kepada petani dilakukan ?
d. Apakah ada kesulitan dalam upaya meningkatkan kualitas para petani
dalam mengembangkan pertanian ?
3. Kebijakan pemerintah daerah
a. Ada berapakah kebijakan yang dilakukan terkait dengan pembangunan
bidang pertanian di Kabupaten Banyumas?
b. Sudah berapa lamakah kebijakan tersebut dilaksanakan ?
c. Apakah kebijakan tersebut dapat dirasakan semua petani di Kabupatebn
Banyumas?
d. Maksimalkah kebijakan yang dilakukan selama ini ?
e. Apa yang menghambat pertumbuhan pertanian di Kabupaten
Banyumas ?
f. Adakah kebijakan pembangunan pertanian di Kabupaten Banyumas
yang berkelanjutan ?
4. Sarana dan prasarana
a. Apa sajakah yang biasa digunakan para petani untuk bertani ?
b. Bagaimanakah hasil produksi pertanian yang ada dengan peralatan yang
digunakan sekarang ?

Hasil Wawancara dari Bapak Suwarseno

1. Hasil produksi pertanian


a. Hasil produksi pertanian di Kabupaten Banyumas selama ini sangat
bervariatif ada palawija dan ada juga padi. Hasil produksi pertanian yang
unggul berada di Kecamatan Kebasen karena kondisi tanahnya mendukung
dan masyarakatnya banyak yang mengikuti anjuran para penyuluh dari
pemerintah daerah.Sedangkan yang mempunyai hasil produksi padi relative
rendah di daerah lereng gunung slamet yaitu di kecamatan Kembaran,
Sumbang, dan di Kedung Banteng. Hal tersebut disebabkan karena potensi
tanah yang kurang cocok untuk menanam padi. Sebetulnya hasil produksi
pertanian di Kabupaten Banyumas sangat bervariasi mulai dari jagung,
kedelai, dan lain-lain.
b. Peningkatan hasil pertanian ada, setiap tahun ada hasil peningkatan
produksi.
c. Variasi hasil produksi pertanian Kabupaten Banyumas tiap tahunnya sangat
bervariasi, mulai dari padi, jagung. kedelai, kacang, sayuran, dan lain-lain.
d. Target yang diinginkan setiap tahunnya hasil produksi pertanian mengalami
peningkatan sebesar 5%
2. Tenaga petani /petani
a. PPL melakukan pendampingan kepada petani dari mulai pengarahan
sampai ke pencontohan di lapangan. PPL melakukan pendampingan ini
secara rutin pada para petani. Ketika petani mem butuhkan PPL maka PPL
siap memberikan pengarahan dan apabila ada program baru di bidang
pertanian PPL juga akan memberikan penyuluhan di program baru
tersebut. Selain itu PPL juga mengecek ke lapangan secara rutin.
b. Ada,standarisasi yang dilakukan oleh petani yaitu tolak ukur dari tingkat
produksi (kuantitatif).
c. Penyuluhan yang dilakukan adalah sesuai dengan kebutuhan, bisa dari
petani yang membutuhkan dan Dinas pertanian yang tanggap terhadap
petani.
d. Ada kesulitan dalam upaya meningkatkan kualitas para petani, yaitu
Sumber Daya Manusia para petani berbeda-beda dalam menanggapi
penyuluhan yang diadakan oleh dinas pertanian.
3. Kebijakan pemerintah daerah
a. Kebijakan yang dilakukan terkait dengan pembangunan bidang pertanian
di Kabupaten Banyumas disesuaikan dengan potensi wilayahnya masing-
masing.
b. Kebijakan tersebut dilaksanakan sudah dimulai sejak lama, dari tahun-
ketauhn mengalami perkembangan.
c. Kebijakan tersebut dapat dirasakan semua petani karena mempunyai
dampak yang positif terhadap pertumbuhan pertanian.
d. Kebijakan yang dilakukan selama ini belum dapat dikatakan maksimal,
tetapi kebijakan yang dilaksanakan sekarang ini lebih proporsional, artiya
bahwa kebijakan dari dinas pertanian yang sekarang lebih mencangkup
kelompok lebih luas dari tahun-ketahun.
e. Yang menghambat pertumbuhan pertanian di Kabupaten Banyumas
adalah keadaan cuaca akhir-akhir ini yang kurang menentu, hal tersebut
mengakibatkan para petani kebingungan dalam melakukan proses tanam.
Selain itu juga karena sumber daya manusia petaninya yang terkadang
kurang tanggap terhadap anjuran dari pemerintah.
f. Di Kabupaten Banyumas ada kebijakan pembangunan pertanian yang
berkelanjutan, namun kebijakan tersebut baru berupa undang-undang,
belum dilaksanakan secara konkrit. Rencananya kebijakan pembangunan
pertanian yang berkelanjutan akan mulai dilaksanakan tahun 2011.
4. Sarana dan prasarana
a. Sarana yang biasa digunakan para petani di Kabupaten Banyumas untuk
bertani pada saat ini adalah peralatan yang sudah modern. Disebutkan
bahwa 90% peralatan untuk mengolah tanah untuk menanam padi adalah
traktor, sedangkan sebagian kecil yang lainnya berupa cangkul dan kerbau.
Sebagian besar masyarakat petani yang tinggal di dataran yang landai
menggunakan traktor dalam mengolah tanah, sedangkan untuk daerah
dataran tinggi seperti di daerah lereng Gunung Slamet masih banyak yang
menggunakan peralatan tradisional.
b. Hasil produksi pertanian setelah menggunakan peralatan modern
sebenernya tidak begitu mengalami peningkatan, akan tetapi lebih efisien
penggunaan tenaga kerja, kehilangan hasil kerja tidak terlalu banyak, dan
lebih hemat waktu.

 Pertanyaan yang diajukan kepada Bapak Nurdi


1. Hasil produksi pertanian
a. Bagaimakah hasil produksi pertanian selama ini ?
b. Adakah peningkatan hasil pertanian dari tahun ketahun ?
c. Apa saja variasi hasil panen setiap tahunnya ?
d. Apakah target panen yang anda inginkan tercapai ?
2. Tenaga petani /petani
a. Apakah ada penyuluhan yang dilakukan PPL kepada para petani di
sini ?
b. Kapan atau berapa bulan sekali penyuluhan kepada petani
dilakukan ?
3. Sarana dan prasarana
a. Apa sajakah yang biasa digunakan para petani untuk bertani ?
b. Bagaimanakah hasil produksi pertanian yang ada dengan peralatan
yang digunakan sekarang ?
 Hasil Wawancara yang Diajukan Kepada Bapak Nurdi
1. Hasil produksi pertanian
a. Hasil produksi pertanian pak Nurdi selama ini sangat bervariatif ada
palawija dan ada juga padi, untuk akhir-akhir ini memang agak menurun,
karena cuaca yang kurang menentu.
b. Hasil pertanian dari tahun ketahun ya sering mengalami perubahan, namun
perubahan tersebut tidak terlalu signifikan.
c. Variasi hasil panen setiap tahunnya bisa setahun tiga kali panen padi terus,
juga dapat dua kali padi dan satu kali palawija.
d. Sebenarnya ada target yang diinginkan, namun susah untuk terwujudnya,
karena berbagai kendala yang ada, terutama hama.
2. Tenaga petani /petani
a. Terkait dengan penyuluhan, memang ada penyuluhan yang dilakukan PPL
kepada para petani di sini, tapi kebetulan pak Nurdi tidak ikut dalam
kelompok tani desa Tambak Sogra, karena sawah yang dimiliki sedikit.
b. Penyuluhan kepada petani dilakukan secara rutin oleh PPL di kelurahan.
3. Sarana dan prasarana
a. Sarana yang biasa digunakan para petani di desa Tambak Sogra untuk
bertani pada saat ini adalah peralatan yang sudah modern. Peralatan untuk
mengolah tanah untuk menanam padi adalah traktor, sedangkan sebagian
kecil yang lainnya berupa cangkul dan kerbau.
b. Hasil produksi pertanian setelah menggunakan peralatan modern
sebenernya tidak begitu mengalami peningkatan, akan tetapi lebih efisien
penggunaan tenaga kerja, kehilangan hasil kerja tidak terlalu banyak, dan
lebih hemat waktu.
II. PEMBAHASAN

A. Teori Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan
logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi
antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914). Dalam
ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan
berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik
adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan
merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru
muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup
dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar
makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau
lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi
dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik.
Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen
ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang
(homeostatis). Perubahan terhadap salah satu komponen akan mempengaruhi
komponen lainnya. Homeostatis adalah kecenderungan sistem biologi untuk
menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan.
Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya
komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian,
ekosistem dapat dianggap suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung
mengganggu sistem pengendalian alamiah ini.
Banyak ekolog menghubungkan ekologi dengan ekonomi manusia:
* Lynn Margulis mengatakan bahwa studi ekonomi bagaimana manusia
membuat kehidupan. Studi ekologi bagaimana tiap binatang lainnya membuat
kehidupan.
* Mike Nickerson mengatakan bahwa "ekonomi tiga perlima ekologi" sejak
ekosistem menciptakan sumber dan membuang sampah, yang mana ekonomi
menganggap dilakukan "untuk bebas".
Terkadang ekologi dibandingkan dengan antropologi, sebab keduanya
menggunakan banyak metode untuk mempelajari satu hal yang kita tak bisa
tinggal tanpa itu. Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita
dipengaruhi lingkungan kita, ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita
dipengaruhi tubuh dan pikiran kita.
Beberapa orang berpikir mereka hanya seorang ilmuwan, namun
paradigma mekanistik bersikeras meletakkan subyek manusia dalam kontrol objek
ekologi, masalah subyek-obyek. Namun dalam psikologi evolusioner atau
psikoneuroimunologi misalnya jelas jika kemampuan manusia dan tantangan
ekonomi berkembang bersama.

B. Pembangunan Pengutamaan Pertanian


Pembangunan pengutamaan pertanian adalah salah satu model
pembangunan kapitalisme yang lebih dikenal sebagai model pendekatan yang
dikembangkan oleh John Mellor tentang pertumbuhan dan pemerataan, yang
sesungguhnya mendukung gagasan Adelman tentang perlunya land-reform
sebelum pertumbuhan yang adil dapat dicapai. Pertanian memainkan 2 peran :
pertama, dia harus mensuplai, dengan harga stabil. Masyarakat berpeghasilan
rendah di negara berkembang menghabiskan penghasilan mereka untuk barang
pertanian. Jika penghasilannya naik, mereka akan membeli lebih banyak
makanan, dan jika hasil pertanian tidak naik, mereka akan menaikkan harga
produk pertanian. Upah harus naik dan naiknya upah akan menghambat orang lain
untuk mendapat pekerjaan atau terbukanya lowongan kerja. Dengan demikian,
meningkatkan hasil pertanian adalah pilihan essensial dalam pendekatan ini.
Peran kedua pertanian adalah untuk mensuplai tenaga kerja, agaknya sulit
jika harga hasil pertanian stabil dan rendah. Mellor menyarankan dalam rangka
mencapai keadaan ini harus dilakukan perubahan teknologi dalam pertanian,
melalui riset biologi : bibit baru, pestisida, pupuk baru, irigasi dan lain
sebagainya. Naikya input pertanian tidak akan menaikkan penyerapan tenaga
kerja, melainkan menaikkan pembelanjaan petani.

C. Keadaan Pertanian di Kabupaten Banyumas


Hasil produksi pertanian di Kabupaten Banyumas selama ini sangat
bervariatif ada palawija dan ada juga padi. Hasil produksi pertanian yang unggul
berada di Kecamatan Kebasen karena kondisi tanahnya mendukung dan
masyarakatnya banyak yang mengikuti anjuran para penyuluh dari pemerintah
daerah.Sedangkan yang mempunyai hasil produksi padi relative rendah di daerah
lereng gunung slamet yaitu di kecamatan Kembaran, Sumbang, dan di Kedung
Banteng. Hal tersebut disebabkan karena potensi tanah yang kurang cocok untuk
menanam padi. Sebetulnya hasil produksi pertanian di Kabupaten Banyumas
sangat bervariasi mulai dari jagung, kedelai, dan lain-lain.

Peningkatan hasil pertanian ada, setiap tahun ada hasil peningkatan


produksi. Variasi hasil produksi pertanian Kabupaten Banyumas tiap tahunnya
sangat bervariasi, mulai dari padi, jagung. kedelai, kacang, sayuran, dan lain-lain.
Target yang diinginkan setiap tahunnya hasil produksi pertanian mengalami
peningkatan sebesar 5%

PPL melakukan pendampingan kepada petani dari mulai pengarahan sampai


ke pencontohan di lapangan. PPL melakukan pendampingan ini secara rutin pada
para petani. Ketika petani mem butuhkan PPL maka PPL siap memberikan
pengarahan dan apabila ada program baru di bidang pertanian PPL juga akan
memberikan penyuluhan di program baru tersebut. Selain itu PPL juga mengecek
ke lapangan secara rutin. Standarisasi yang dilakukan oleh petani yaitu tolak ukur
dari tingkat produksi (kuantitatif). Penyuluhan yang dilakukan adalah sesuai
dengan kebutuhan, bisa dari petani yang membutuhkan dan Dinas pertanian yang
tanggap terhadap petani. Ada kesulitan dalam upaya meningkatkan kualitas para
petani, yaitu Sumber Daya Manusia para petani berbeda-beda dalam menanggapi
penyuluhan yang diadakan oleh dinas pertanian.

Kebijakan yang dilakukan terkait dengan pembangunan bidang pertanian di


Kabupaten Banyumas disesuaikan dengan potensi wilayahnya masing-masing.
Kebijakan tersebut dilaksanakan sudah dimulai sejak lama, dari tahun-ketauhn
mengalami perkembangan. Kebijakan tersebut dapat dirasakan semua petani
karena mempunyai dampak yang positif terhadap pertumbuhan
pertanian.Kebijakan yang dilakukan selama ini belum dapat dikatakan maksimal,
tetapi kebijakan yang dilaksanakan sekarang ini lebih proporsional, artiya bahwa
kebijakan dari dinas pertanian yang sekarang lebih mencangkup kelompok lebih
luas dari tahun-ketahun. Yang menghambat pertumbuhan pertanian di Kabupaten
Banyumas adalah keadaan cuaca akhir-akhir ini yang kurang menentu, hal
tersebut mengakibatkan para petani kebingungan dalam melakukan proses tanam.
Selain itu juga karena sumber daya manusia petaninya yang terkadang kurang
tanggap terhadap anjuran dari pemerintah. Di Kabupaten Banyumas ada kebijakan
pembangunan pertanian yang berkelanjutan, namun kebijakan tersebut baru
berupa undang-undang, belum dilaksanakan secara konkrit. Rencananya kebijakan
pembangunan pertanian yang berkelanjutan akan mulai dilaksanakan tahun 2011.

Sarana yang biasa digunakan para petani di Kabupaten Banyumas untuk


bertani pada saat ini adalah peralatan yang sudah modern. Disebutkan bahwa 90%
peralatan untuk mengolah tanah untuk menanam padi adalah traktor, sedangkan
sebagian kecil yang lainnya berupa cangkul dan kerbau. Sebagian besar
masyarakat petani yang tinggal di dataran yang landai menggunakan traktor dalam
mengolah tanah, sedangkan untuk daerah dataran tinggi seperti di daerah lereng
Gunung Slamet masih banyak yang menggunakan peralatan tradisional. Hasil
produksi pertanian setelah menggunakan peralatan modern sebenernya tidak
begitu mengalami peningkatan, akan tetapi lebih efisien penggunaan tenaga kerja,
kehilangan hasil kerja tidak terlalu banyak, dan lebih hemat waktu.
D. Korelasi Ekologi dengan Pembangunan Pertanian Di Kabupaten
Banyumas

Ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai


komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain
suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan
merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Berkaitan dengan teori Ekologi hubungan antara pembangunan pertanian
di Kabupaten banyumas sangatlah tergantung dengan Ekologi yang ada di
Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas mempunyai banyak topografi tanah
yang berbeda-beda. Ada yang struktur tanahnya landai, berbukit-bukit, dan
dataran tinggi. Proses pembangunan di bidang pertanian harus memperhatikan
keadaan tersebut. Topografi tanah yang berbeda-beda mempunyai tantangan dan
potensi tersendiri, sehingga petani harus dapat menyesuaikan dan mengolah tanah
secara sebaik mungkin sesuai dengan keadaan tanah.

Pemanfaatan lahan pertanian di Kabupaten Banyumas sebenarnya sudah


mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat dari
adanya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian kepada para
petani. Pemerintah senantiasa berusaha untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian di Kabupaten Banyumas. Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah
dalam rangka meningkatkan hasil produksi pertanian antara lain, penyuluhan
lapangan sampai pencontohan langsung ke sawah, mengadakan peralatan
pertanian modern, penggunaan pestisida yang seimbang dan program-program
lain yang berkaitan.

Walaupun pemerintah dan petani berusaha keras untuk meningkatkan hasil


produksi pertanian, selayaknya dan seharusnya mereka memperhatikan
lingkungan pertanian yang ada. Pemerintah dan petani diharapkan jangan sampai
mengotori bahkan merusak lingkungan. Penjagaan terhadap lingkungan agar tidak
tercemar harus selalu di perhatikan, jangan sampai dengan dalih meningkatkan
hasil produksi pertanian kemudian melaksanakan segala cara tanpa
memperhatikan lingkungan.

Apabila lingkungan tercemari dan rusak maka akan berakibat negative


bagi generasi selanjutnya. Maka dari itu pemerintah daerah secara rutin
mengadakan penyuluhan di berbagai daerah khususnya desa yang sebagian besar
mata pencaharian warganya petani. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian
lingkungan juga. Oleh sebab itu masyarakat desa harus senantiasa mematuhi apa
yang di sampaikan oleh pemerintah daerah dalam hal penyuluhan pertanian.
Banyak manfaat yang dapat kita ambil dari penyuluhan tersebut,seperti dalam
dalam pengolahan pertanian misalnya jarak ukur antara tanaman yang satu dengan
lainnya,pemberian pupuk yang benar sesuai kebutuhan.Jadi peran penyuluh bagi
para petani sangat membantu dalaam proses pencapaian hasil pertanian.

Peningkatan sumber daya manusia petani kiranya perlu dilakukan agar


mereka smakin paham terhadap cara peningkatan hasil produksi pertanian dan
penjagaan lingkungan pertanian dari pencemaran dan pengrusakan lingkungan
pertanian.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kabupaten Banyumas mempunyai potensi yang besar untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Potensi ini selain factor alam yang memang sangat
besar dan potensi posisi yang strategis juga potensi pertanian yang besar
pula.
2. Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen
ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang.
Ekologi sangat mempengaruhi proses pembangunan pertanian di
Kabuparten Banyumas.
3. Usaha untuk meningkatkan hasil produksi pertanian, selayaknya dan
seharusnya memperhatikan lingkungan pertanian yang ada. Pemerintah
dan petani diharapkan jangan sampai mengotori bahkan merusak
lingkungan.

B. Saran
1. SDM dalam suatu pembangunan pertanian harus di organisasikan secara
tepat untuk memaksimalkan hasil yang diperoleh.
2. Proses penyuluhan yang di berikan Dinas Pertanian haruslah diperhatikan
dalam pencapain keefektifitan kinerja Petani
3. Penjagaan terhadap lingkungan agar tidak tercemar harus selalu di
perhatikan, jangan sampai dengan dalih meningkatkan hasil produksi
pertanian kemudian melaksanakan segala cara tanpa memperhatikan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Fakih, Mansoer, 2002, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Insist
Press, Yogyakarta.
Islamy, M. Irfan, 1988, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara
Cetakan Ketiga, Bina Aksara, Jakarta.
Kartasasmita, Ginandjar, 1997, Administrasi Pembangunan Perkembangan
Pemikiran dan Praktiknya di Indonesia, Pustaka LP3ES, Jakarta.
Tjokroamidjojo, Bintoro, 1987, Perencanaan Pembangunan Cetakan Kesepuluh,
Hajimasagung, Jakarta.
Wahab, Solichin Abdul, 1990, Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara, Rineka
Cipta, Jakarta.
Winardi, 1983, Asas-asas Manajemen, Alumni, Bandung.

Sumber Lain :
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas
Bappeda Kabupaten Banyumas
UU RI No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
http://www.banyumaskab.go.id diakses tanggal 21 Desember 2010
http://www.blogger.com diakses tanggal 21 Desember 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi diakses tanggal 21 Desember 2010
NO KECAMATAN PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI
PADI 2007 PADI 2008 PADI 2009
(Ton) (Ton) (Ton)
1 LUMBIR 10.515 10.772 13.537
2 WANGON 15.550 17.767 18.447
3 JATILAWANG 19.404 19.754 19.608
4 RAWALO 16.096 16.865 14.353
5 KEBASEN 9.735 11.050 10.358
6 KEMRANJEN 19.381 19.454 20.204
7 SUMPIUH 15.657 16.971 18.793
8 TAMBAK 16.979 20.859 21.632
9 SOMAGEDE 5.227 5.673 6.173
10 KALIBAGOR 9.977 8.783 13.092
11 BANYUMAS 5.469 6.360 6.342
12 PATIKRAJA 14.751 15.392 20.720
13 PURWOJATI 11.258 12.070 14.112
14 AJIBARANG 15.109 14.709 16.274
15 GUMELAR 11.930 10.470 9.766
16 PEKUNCEEN 15.412 19.340 22.322
17 CILONGOK 24.372 21.849 17.844
18 KARANGLEWAS 10.728 9.641 3.647
19 SOKARAJA 11.725 12.371 11.160
20 KEMBARAN 12.692 13.114 11.070
21 SUMBANG 18.854 20.823 26.110
22 BATURADEN 16.176 16.739 22.717
23 KEDUNGBANTEN 15.847 17.014 19.025
G
24 PWT SELATAN 2.227 2.616 1.879
25 PWT BARAT 2.308 2.663 2.139
26 PWT TIMUR 1.374 1.799 1.650
27 PWT UTARA 2.840 3.133 3.140

JUMLAH 331.599 348.051 366.114


Tabel : Indikator Ketersediaan Pangan Padi
Sumber :Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas

You might also like