You are on page 1of 23
PENDIDIKAN KEDOKTERAN BERKELANJUTAN BAG/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FK UNUD RSUP SANGLAH DENPASAR Emergency in Internal Medicine: Innovation for Future GRAND INNA BALI BEACH, 4-5 NOVEMBER 2016 BG/SMF ILMU PENYAKIT DALAM aD eet KATALOG DALAM TERBITAN © BUKU NASKAH LENGKAP PENDIDIKAN KEDOKTERAN BERKELANJUTAN XXIV EMERGENCY IN INTERNAL MEDICINE: INNOVATION FOR FUTURE Denpasar, PT. Percetakan Bali ix+ 902 him ; 17,5 x24,5.em ISBN : 978-602-1672-66-2 BUKU NASKAH LENGKAP PENDIDIKAN KEDOKTERAN BERKELANJUTAN XXIV EMERGENCY IN INTERNAL MEDICINE: INNOVATION FOR FUTURE Editor Prof. Dr. dr. 1 Made Bakta, SpPD-KHOM, FINASIM Prof. Dr. dr. DN Wibawa, SpPD-KGEH, FINASIM Dr. dr. Ketut Suega, SpPO-KHOM, FINASIM _ intubasi. Tindak Pasien denga’ mempertahanks disebabkan ole! perlindungan pa tindakan RSI yai Persiapan. Per yang diperiukan : 5 Y bat-obatan’ da | ii von tindakan intubat rol sebelumnya han Gambar 9. Teknik sungkup Ventiasi dengan satu tangan dan satu aiiran tinggi dan penolong.’ jalan napas sepe dengan baik der y Gambar 10. Teknik sungkup ventitasi dengan dua tangan dengan dua penolong." Intubasi Endotrakeal Pasien yang dilakukan intubasi endotrakelal secara darurat sering dalam keadaan tidak berpuasa dan lambung berisi. Bila dilakukan bag ventilation mask dapat menyebabkan distensi lambung dan dapat terjadi aspirasi, Tindakan intubasi yang umum dilakukan dalam keadaan darurat disebut rapid sequense intubation (RSI). Untuk mencegah komplikasi pertamakali pasien diberikan oksigen 100% agar oksigen terpenuhi dalam periode apnea, Selanjutnya dilakukan induksi dan pemberian pelumpuh tot kerja cepat agar pasien tidak napas dan paralisis, kemudian pasien di 8 Denpasar, 04-05 November 2016 t sering fan bag terjadi darurat plikasi dalam umpuh sien di PKB ILMU PENYAKIT DALAM XXIV Emergency in Internal Medicine: Innovation for Future intubasi, Tindak RSI ini adalah standar pada unit emergensi terutama untuk pasien dengan gagal ventilasi atau oksigenasi, ketidakmampuan mempertahankan atau melindungi jalan napas, timbulnya gangguan yang disebabkan oleh penyakit pasien, delivery of treatment, keamanan dan perlindungan pasien. Ada tujuh langkah yang dilakukan dalam melakukan tindakan RS! yaitu’: Persiapan. Persiapan yang dilakukan adalah mempersiapan kebutuhan yang diperlukan seperti alat pengisap(suction) Oksigen, airway equipment, obat-obatan dan alat monitoring. Tahapan ini harus dilakukan agar findakan intubasi dapat berjalan dengan baik. Alat penghisap(suction) sebelumnya harus dicoba apakah baik dan telah tersedia. Masker oksigen aliran tinggi dan perangkat nya harus siap. Peralatan untuk manajemenn jalan napas seperti laringoskop paling tidak tersedia 2 buah dan berfungsi dengan baik dengan berbagai ukuran blade. Pipa endotrakeal dengan Beberapa ukuran harus tersedia . Laki-laki dewasa biasanya menggunakan pipe endotrakeal ukuran 7,5 atau 8 dan perempuan dewasa 7,0 atau 7,5. (Ge pipa endotrakeal dikembangakn terlebin dahulu sebelum digunakan, ‘#e2k2h ada kebocoran. Stylet harus dimasukkan dalam pipa endotrakeal Sesuei dengan bentuk jalan napas agar mudah masuk. Obat-obat yang juga tersedia, pasien terpasang infus yang baik. Monitoring arah dan pulse oximetry harus tersedia untuk setiap pasien.*”** Preoksigenasi, Sebelum tindakan tindakan laringskopi dan pemasangan ee endotrakeal harus diberikan oksigen arena selama_tindakan Semungkinan dapat terjadi penurunan saturasi oksigen akibat henti napas =n pemberian pelumpuh oto. Waktu yang dibutuhkan terjadinya esaturasi setelah preoksigenasi tergantung dari lamanya preoksigenasi , eur dan bentuk badan pasien. Orang dengan obesitas cendrung lebih cepat terjadi desaturasi. Masker oksigen non-rebrithing dapat memberikan Konsentrasi oksigen 70-75% sedangkan pasien yang diberikan sungkup mulut dan hidung tanpa memompa kantong akan memberikan oksigen 100%. Jika waktu sudah tidak mencukupi maka pasien harus segera dilakukan preoksigenasi kembali dengan oksigen 100%.*” Pretreatment. Selama pemberian pelumpuh otot dan tindakan intubasi dapat terjadi gangguan seperti peningkatan tekanan intra kranial, tekanan intraokuler, tekanan intragaster, bronkospasme, peningkatan _efek Denpasar, 04-05 November 2016 49 PKB ILMU PENYAKIT DALAM XXIV Emergency in Internal Medicine: Innovation for Future simpatetik dan beradikardia. Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan tersebut diantaranya lidokain, opioid, atrotpin dan obat defasikulasi.* Paralisis dan induksi. Pemberian obat induksi intavena secara cepat dan segera diikuti pemberian pelumpuh otot agar terjadi paralisis total otot-otot motorik. Pasien harus mendapat obat induksi sebelum mendapat pelumpuh tot. Obat induksi menyebabkan hilangnya kesadaran sebelum dilakukan paralisis. Paralisis tanpa sedasi dapat menyebabkan gangguan psikologi vika digunakan bersama dengan pelumpuh otct akan meningkatkan relaksasi otot sehingga intubasi menjadi lebin mudah. Pelumpuh otot tidak memberikan efek analgetik, sedasi atau amnesia dan digunakan saat melakukan intubasi. Ideainya pelumpuh otot memiliki onset cepat kerja pendek dan sedikit efek samping.*°° Proteksi dan Posisi. Setelah induksi dan pemberian pelumpuh otot pasien menjadi tidak sadar dan henti napas. Saat ini sebaiknya dilakukan penekanan tulang rawan krikoid (maneuver Sellick’s) oleh seorang asisten Perasat ini dipertahankan sampai pipa endotrakeal terpasang pada posisi yang benar dan cuff telah dikembangkan. Jika manuver ini dilakukan terlalu ini dapat timbul muntah. Jika timbul muntah tindakan harus dihentikan agar risiko ruftur esofagus tidak terjadi. Keberhasilan tindakan intubasi tergantung dari umur, anatomi, kondisi lainnya. Oleh karena itu posisi pasien harus diperhatikan . Jalan napas dapat dibagi menjadi 3 aksis yaitu mutut, faring dan laring. Posisi yang benar dan tepat dengan memperhatikan aksis tersebut sebelum laringoskopi akan memperjelas gambaran glotis, karena dalam keadaan normal aksis tersebut tidak sogaris.*” Placement dengan Proof. Langkah selanjutnya adalah intubasi yang dilakukan jika paralisis otot sudah sempuma dengan melakukan pencubitan mandibula secara pelan serta memeriksa kekakuannya. Dengan laringoskop di tangan kiri, mulut pasien dibuka dengan tangan kanan. Laringoskop dimasukan secara periahan ke sisi kanan pasien ‘sambil menggeser lidah ke kiri, Jangan gunakan gigi sebagai penumpu laringoskop. vika glotis tidak terinat operator atau asisten dapat melakukan manuver BURP( Backward, Upward, Rightward, Pressure) dengan melakukan penekanan hingga glotis telihat oleh operator. Setelah glotis — terlinat pipa er cuff kira-kira 2 jung mulut + masuk stylet 1 terdengar kebe adekuat akan | intubasi (ka | dengan seksat oksigen. Jika 1 pasien, apakah ukuran laringos masuk ke esofa setelah intuba: ‘endotrakeal yal ETCO2. Foto ‘endotrakeal. Ke adalah seperti d 1. Operator saat intul 2. Auskultay paru 3.. Tidak adi Amati pet 5. Amati kel Pemeriks, standar setelah j kemungkinan kat ‘i terjadi belakar Sametri_ penting pemasangan pip, Jetsk pipa endotr (C02 ekhalasi ser 50 ‘Denpasar, 04-05 November 2016 LAM xxIV br Future — fan untuk btpin dan tepat dan Votot-otot pelumpuh dilakukan ppsikologi ingkatkan tot tidak ‘kan saat pat kerja tot pasien siiskukan ig asisten ada posisi kan tertalu ihentikan fr intubasi itu posisi aksis yaitu {dengan smperjelas ebut tidak basi yang melakukan ‘akuannya, [an tangan ‘an pasien | penumpu ‘melakukan )) dengan telah glotis PKB ILMU PENYAKIT DALAM XXIV Emergency in Internal Medicine: Innovation for Future ‘erihat pipa endotrakeal dimasukan hati-hati dengan tangan kanan sampai ‘cuff kira-kira 2-3 cm meliwati pita suara, Laki-laki dewasa sampai 23 om di sung mulut sedangkan perempuan 21 cm. Setelah’ pipa endotrakeal masuk stylet segera di keluarkan dan cuff dikembangkan hingga tidak Sesdengar kebocoran melalui bag-ventilasi-mask(BVM). Preoksigenasi yang ‘ssekuat akan memberikan kesempatan operator melakukan beberapa kali ‘tubasi (jika terpaksa) sebelum terjadi desaturasi oksigen. Monitoring Gengan seksama terhadap irama jantung, tekanan darah, dan saturasi eksigen. Jika setelah beberapa kali tidak berhasil, periksa ulang posisi esien, apakah perlu dilakukan perubahan posisi atau menggantijenis dan Sferan laringoskop. Jika intubasi yang tidak diinginkan terjadi sepeiti ‘rasuk ke esofagus, maka pemeriksaan jalan napas harus dilakukan setiap Setelah intubasi.‘” Metode yang digunakan untuk memastikan pipa = sotrakeal yaitu pemeriksaan radiologi toraks, pulse oxymotri, deteksi =FCO2. Foto toraks dapat digunakan untuk menentukan letak pipa ‘=esotrakeal. Kombinasi teknik untuk menentukan letak pipa endotrakeal ‘Baiah seperti di bawah ini! 7 Operator memastikan pipa endotrakeal telah melewati pita suara saat intubasi 2 Auskultasi suara napas menjadi jelas dan sama di kedua lapang Paru Tidak ada suara napas setelah melewati epigastrium Amati pergerakan dada selama ventilasi Amati kelembaban pipa endotrakeal. Pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse oxymetr’ merupakan setelah intubasi. Saturasi oksigen yang menurun setelah intubasi kinan karena pipa endotakeal masuk ke esofagus. Tapi peurunan "Sadi belakangan jika pasien dilakukan preoksigenasi. Meskipun pulse Penting tapi bukan merupakan indikator utama keberhasilan jan pipa endotrakeal. Hal lain dapat digunakan untuk menilai ipa endotrakeal yang tepat pada trakeaa adalah dengan mengukur ekhalasi serta dengan perlengkapan aspirasi yaitu bulb aspirasi dan aspirasi in pasca intubasi. Setelah pemasangan pipa endotrakeal yang ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan. Pipa endotrakeal ember 2016 (04-05 November 2016 SI PKB ILMU PENYAKIT DALAM XXIV Emergency in Internal Medicine: Innovation for Future difiksasi dengan plester agar tidak berubah. Tekanan darah dan tanda vital lainnya harus dipantau secara berkala. Bradikardi setelah intubasi biasanya disebabkan pipaendotrakeal_masuk ke dalam esofagus yang menyebabkan hipoksia. Hipertensi setelah intubasi mungkin oleh karena ‘sedasi yang kurang kuat. Hipotensi bisa terjadi oleh karena pneumotoraks, Penurunan venous return, penyakit jantung atau obat induksi. Foto toraks dilakukan untuk menilai posisi dan kedalaman pipa endotrakeal serta keadaan paru pasien. Kedalaman pipa endotrakeal umumnya 2-3 om di atas karina. Komplikasi yang sering dijumpai adalah masuknya pipa endotrakeal ke dalam bronkus utama kanan.*” Gambar 11. Proses intubasi orotrakeal Intubasi Pasie Anastes melakukan inty hati, benar agi glotis, pita suar dilakukan pada Progresif atau ¢ adalah tidak n) meningkat.*® Ringkasan Manajen dimilki oleh pal bekerja di ruang dikerjakan untuk tetap memerhati saluran napas ¢ ‘normal sehingga jalan napas diin napas utama obi napas perlu dilah ‘melihat, menden, dilakukan tindak mangjemen jalan ‘Adapun tindakan alat dan dengan beberapa manuy dengan alat dapa pipa endotrakeal Daftar pustaka 4. Russo CJ, K editors. Emer Hill education 52 Denpasar, 04-05 November 2016 Denpasar, 04-05 Noven PKB ILMU PENYAKIT DALAM XXIV Emergency in Internal Medicine: Innovation for Future Intubasi Pasien Sadar ‘Anastesi lokal_ dan sedasi intravena ringan diperlukan bila melakukan intubasi pada pasien sadar. Tindakan dilakukan dengan hati- hati, benar agar tidak terjadi reflek dan napas tetap spontan sehingga alotis, pita suara dan jalan napas dalam dapat terlhat. Tindakan ini sering dilakukan pada Iuka bakar atau anafilaksis dengan peradangan jalan napas progresif atau pasien degan trauma leher anterior. Kerugian tindakan ini ‘adalah tidak nyaman, gangguan jantung dan tekanan intrakranial_ yang meningkat.** Ringkasan Manajemen jalan napas merupakan keterampilan yang harus

You might also like