You are on page 1of 8

Yoni Astuti, Hubungan antara Asupan ...

Hubungan antara Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C dengan Kadar Hb
pada Anak Umur (7-15) tahun di Desa Sidoharjo, Samigaluh, Kulon Progo

The Relation between Intake Protein, Ferrous and Vitamin C with Hb in Children
(7-15) year old at Sidoharjo Village, Samigaluh, Kulonprogo
Yoni Astuti
Bagian Biokimia, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Email : yoni_astuti@yahoo.co.id

Abstract

The high risk age of malaria infection in Kulonprogo is 5-14 year old. Anemia is a common
condition that caused by chronic infection of malaria. Anemia worse for patient with malnutrition.
This research aims to reveal how dietary intake of children, especially protein, vitamin C and iron
intake on the incidence of anemia in aged 7-15 years in malaria endemic malaria. This study use
cross sectional - retrospectif design. The research subjects were 61 children (class 4-6 elementary
school) from 6 hamlets. They are healthy children, no history of chronic illness other than malaria
or kongenita disease. Children fill list of food intake for 7 days. After that weight and height
were measured and blood Hb was deternined by Sahli method. Food intake was analyzed using
Food Proseccor I. To analyze the relationship between protein intake, vitamin C and iron and
hemoglobin concentration were used Pearson test.The result showed that the average of protein,
iron and vitamin C were 25.064 ± 10.055 g (38.9% RDA (Recommmended Daily Allowance),
6.523 ± 2.635 mg (56.33% RDA), 69.5% o RDA consecutively. The mean of hemoglobin level
was 10.3 ± 1.2 grams / dl. The statistical analysis showed that there were linear relationship
between vitamin C and iron (r = 0,765), between iron intake and hemoglobin (r = 0.675).
It can be concluded that the low of intake of protein, iron and vitamin C associated with
incidence of anemi.

Key words : Protein, Ferrous, vitamin C, endemic malaria

Abstrak

Kelompok usia risiko tinggi infeksi malaria di Kulonprogo adalah 5-14 thn.
Anemia merupakan kondisi umum yang terjadi akibat infeksi kronis malaria. Anemia akan
makin berat bila penderita menderita kekurangan gizi dan protein. Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkap hubungan antara asupan makanan anak terutama protein, vitamin C, zat
besi terhadap kejadian anemia pada usia 7-15 tahun di daerah endemik malaria. Penelitian
menggunakan rancangan cross sectional - retrospectif pada sampel terpilih. Subyek penelitian
sebanyak 61 anak (kelas 4-6 sekolah dasar) berasal dari 6 dusun. Anak sehat tidak memiliki
riwayat penyakit menahun selain malaria atau penyakit kongenital. Anak mengisi daftar asupan
makanan selama 7 hari, setelah itu diukur berat dan tinggi badan, darah diperiksa kadar Hbnya
dengan metoda Sahli. Asupan makanan dianalisis dengan Food Proseccor I, untuk mengetahui
persen asupan makanan perhari. Analisis hubungan asupan protein, vitamin C, zat besi terhadap
kadar hemoglobin digunakan uji korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan rerata asupan

172
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 172-179, Juli 2010

protein, zat besi dan vitamin C berturut-turut adalah sebesar 25,064 ± 10,055 gram (38,9% RDA
(Recommended Daily Allowance), 6,523 ± 2,635 mg (56,33% RDA), dan 69,5% RDA. Rerata
kadar hemoglobin sebesar 10,3 ± 1,2 gram/dl. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat
hubungan linier antara asupan vitamin C dengan asupan zat besi (r= 0,765), dan antara asupan
zat besi dengan kadar hemoglobin( r=0,675). Disimpulkan asupan protein, besi dan vitamin C
rendah berhubungan dengan kejadian anemia.

Kata kunci : asupan protein, zat besi, vitamin C, malaria, hemoglobin

Pendahuluan Anemia pada penderita malaria dapat


berakibat lebih kompleks, antara lain
Malaria merupakan salah satu menyebabkan gejala serebral pada anemia
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia berat dan malaria akut, atau meningkatkan
yang mempengaruhi angka kematian bayi, risiko infeksi sekunder bakterial karena
anak, dan ibu hamil serta menurunkan angka kemungkinan penurunan daya tahan tubuh.
produktivitas kerja. Diantara 5 Kabupaten/ Anemia pada penderita malaria dapat
Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, semakin berat bila mengalami kekurangan
Kabupaten Kulon Progo sampai sekarang gizi. Penderita malaria dengan status gizi
masih memiliki daerah endemis malaria kurang dan menderita anemia akan berisiko
yang tersebar di kawasan pegunungan lebih tinggi memperberat penyakit. Berbagai
menoreh yaitu di Kecamatan Kalibawang, studi di lapangan membuktikan bahwa
Samigaluh, Girimulyo, dan Kokap. angka kejadian anemia di masyarakat
Sejak Kejadian Luar Biasa pada Indonesia rata-rata masih tinggi, apalagi di
tahun 1993, sampai sekarang angka kejadian daerah endemik malaria.2
malaria di kawasan bukit menoreh bersifat Kurangnya pengetahuan ibu terhadap
fluktuatif. Pada tahun 1995 tercatat rata-rata strategi penyusunan menu sehat dan
API (Annual Paracite Incidence) sebesar 15 keterbatasan kemampuan sosial ekonomi
per seribu pemeriksaan, akhir tahun 1998 merupakan faktor tersering penyebab
sebesar 98 per seribu pemeriksaan. Pada anemia di masyarakat.3 Asupan makanan
tahun 1999 meningkat 2 kali lipat dari tahun yang diperlukan untuk menghindari
1998. Tahun 2000 terdapat 37.967 penderita terjadinya anemia antara lain protein,
dengan kematian 13 orang, tahun 2001 vitamin C, zat besi, asam folat . Senyawa –
terdapat 37.163 kasus dengan kematian 9 senyawa ini sebenarnya cukup mudah dan
orang. Tahun 2002 terdapat 28.267 kasus banyak tersedia di Indonesia.
dengan kematian 5 orang. Desa Sidoharjo Pada darah penderita malaria terdapat
mempunyai tingkat API (72, 84 %) tertinggi plasmodium yang membutuhkan makanan
diantara desa di seluruh Kabupaten Kulon berupa protein dari sel darah merah ( dari
Progo.1 haemoglobin), sehingga sel darah merah
Kelompok yang berisiko tinggi banyak yang pecah (lisis) hal ini dapat
terkena malaria di Kulonprogo adalah menyebabkan berkurangnya sel darah
kelompok umur 5-14 tahun.2 Anemia merah sehingga terjadi anemia. Oleh karena
merupakan salah satu kondisi akibat infeksi itu untuk memulihkan jumlah sel darah
malaria. Anemia berat akibat malaria antara merah penderita anemia, sangat penting
lain ditandai dengan Hb < 5% atau hmt < untuk mengkonsumsi asupan makanan
15% dengan hitung parasit > 10.000/µL. Hal tinggi protein, untuk meningkatkan jumlah
itu lebih sering dijumpai pada anak di daerah globin, dan untuk meningkatkan jumlah
holoendemik dan dalam kondisi tersebut, heme, maka membutuhkan asupan besi,
kadar hemoglobin dapat turun 2 gr% setiap asupan besi dapat efektif apabila mudah
harinya. Intensitas anemia juga berkolerasi diserap di intestinum. Agar besi mudah
dengan tingkat parasitemia (skizontemia). diserap maka memerlukan vitamin C yang

173
Yoni Astuti, Hubungan antara Asupan ...

cukup, dikonsumsi bersama – sama dengan (Informed consent). Anak – anak dengan
asupan besi. bantuan wali murid mengisi form recall gizi
Penelitian ini ingin mengungkap selama 7 hari. Recall makanan keluarga
bagaimana hubungan asupan makanan dilakukan dengan wawancara mendalam
anak terutama protein, vitamin C dan besi dipandu dengan kuesioner. Data dari recall
terhadap kejadian anemia pada anak usia makanan dianalisis menggunakan program
7-15 tahun di daerah endemic malaria, Food processor I, untuk memperoleh data
terutama di desa Sidoarjo di bandingkan asupan protein, vitamin C dan zat besi.
dengan kebutuhan yang seharusnya Data ditampilkan sebagai rerata asupan
terpenuhi untuk usia mereka. perhari. Serta berupa persentase asupan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi makanan terhadap RDA (Recommended
informasi dasar untuk masyarakat dan Daily Allowance) masing – masing anak.
pemerintah di desa Sidoarjo untuk mengatasi Sampel darah digunakan untuk
masalah gizi dan kesehatan pada anak usia pemeriksaan haemoglobin menggunakan
7-15 tahun. metode Sahli.
Untuk menganalisis ada tidaknya
Bahan dan Cara hubungan antara asupan protein, vitamin
C dan besi terhadap anemia pada anak
Penelitian ini menggunakan digunakan uji korelasi Pearson.
rancangan cross sectional design pada
sampel terpilih. Bahan yang digunakan Hasil
antara lain : sampel darah, giemsa, NaCl.
Alat yang di gunakan adalah, kuesioner, Hb Subyek yang berhasil dianalisis
Sahli, obyek glass, pengukur tinggi badan, sebanyak 61 orang, yang berasal dari Dusun
timbangan berat badan, Sulur sebanyak 13 orang, dari dusun Bleder
Cara kerja dimulai dengan sebanyak 9 orang, dari Dusun Keweron
menentukan subyek penelitian dengan sebanyak 8 orang, dari Dusun Sebo
kriteria anak usia 7-15 tahun, tinggal di Desa sebanyak 17 orang, dari Dusun Gebang
Sidoharjo meliputi dusun Bleder, Keweron, sebanyak 9 orang, dan dari Dusun Kedokan
Sebo, Gebang, Kedokan. Anak dalam sebanyak 5 orang. Subyek yang akhirnya
keadaan sehat dan tidak memiliki riwayat dapat dianalisis berusia antara 7 tahun
penyakit menahun selain malaria atau sampai 14 tahun, kondisi badan secara
penyakit kongenital, telah mendapat ijin klinis sehat. Kriteria subyek penelitian dapat
wali keluarga dan bersedia mengisi lembar dicermati pada Tabel 1.
kesanggupan sebagai peserta penelitian

Tabel 1. Kriteria Subyek Penelitian


Kriteria Rerata ± SD
Usia (tahun) 10,6 ± 1,98
Berat Badan (kg) 28,4 ± 7,84
Tinggi badan (cm) 132,38 ± 13,12

Tabel 2. Asupan Protein Anak Usia 7-15 Tahun di Desa Sidoharjo Berdasarkan Nilai Persentase
RDA (Recommended Daily Allowance)
Range persentase RDA Jumlah(N) Persentase (%)
≥ 1,00 1 1,64
0,70- 0,99 3 4,92
< 0,70 57 93,44
TOTAL 61 100

174
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 172-179, Juli 2010

Rerata asupan protein subyek Rerata asupan Vitamin C subyek


penelitian adalah di bawah 50% RDA penelitian berdasarkan nilai persentase
masing – masing. dapat dilihat pada Tabel RDA tersaji dalam Tabel 4. berikut ini.
2. atau Gambar 1. Rerata kadar hemoglobin subyek
Data pada Tabel 2. menunjukkan penelitian sebesar (10,3 ± 1,2) gram/dl,
bahwa rerata asupan protein perhari kurang nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan
dari 0,70 RDA sebanyak 93,44 % , rerata rerata kadar hemoglobin untuk anak – anak
asupan protein sebesar (25,064 ± 10,055) dengan umur (7-14) tahun yaitu sebesar 13
gram. Nilai ini termasuk sangat rendah g/dl 3. Subyek yang memiliki kadar Hb sesuai
untuk pemenuhan yang disesuaikan dengan standart sebanyak 3,28 %. Sedangkan
RDAnya, yaitu kira kira sebesar 38,9% dari kategori subanemia sebanyak 60,65 % dan
RDA. dikategori anemia 36,07%, sebagaimana
Rerata asupan zat besi subyek terlihat pada Tabel 5. berikut.
penelitian sebesar 6,523 ± 2,635 mg (56,33 Tabel 6. menampilkan rerata asupan
%) dari RDAnya. Subyek yang asupan zat protein, besi , vitamin C dan kadar Hb. Setelah
besi sesuai dengan RDAnya berjumlah 3,27 dilakukan uji korelasi Pearson menunjukkan
%, sedangkan subyek yang asupan zat besi adanya hubungan yang signifikan antara
sebanyak ≥ 70 %, berjumlah 21,31 % dan asupan vitamin C dengan asupan besi ( r=
subyek yang asupan zat besinya kurang 0,765) dan asupan besi dengan Hb (r= 0,
dari 70 % RDA sebanyak 75,41 %. Hal ini 675). Hal ini kemungkinan terjadi karena
menunjukkan bahwa masih banyak subyek pembentukan Hb membutuhkan zat besi
penelitian yang kekurangan zat besi. yang penyerapannya membutuhkan
vitamin C.

Tabel 3. Asupan Zat Besi Anak Usia 7-15 Tahun di Desa Sidoharjo Berdasarkan Nilai Persentase
RDA (Recommended Daily Allowance)
Range persentase RDA Jumlah (N) Persentase
≥ 1,00 2 3,27
0,70- 0,99 13 21,31
< 0,70 46 75,41
TOTAL 61 100

Tabel 4. Asupan Vitamin C Anak Usia 7-15 Tahun di Desa Sidoharjo Berdasarkan Nilai
Persentase RDA (Recommended Daily Allowance)
Range persentase RDA Jumlah (N) Persentase
≥ 1,00 11 18,03
0,70- 0,99 10 16,39
< 0,70 40 65,57
TOTAL 61 100


Tabel 5. Persentase Kadar Hemoglobin Anak Usia 7-15 Tahun di Desa Sidoharjo
Kisaran Kadar Hb Jumlah (N) Persentase (%)
≥13 2 3,28
10 – 12,9 37 60,65
8 - 9,99 22 36,07
TOTAL 61 100

175
Yoni Astuti, Hubungan antara Asupan ...

Tabel 6. Rerata Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C, dan Kadar Hb Anak Usia 7-15
Tahun di Desa Sidoharjo

Jenis Asupan Rerata ± SD Rerata Persentase RDA


Protein (Gram) 25,064 ± 10,055 38,89 ± 16,81
Fe (Milligram) 6,523 ± 2,635 56,33 ± 25,71
Vitamin C (Miligram) 32,72 ± 32,898 69,50 ± 71,37
Hb (g/dl) 10,3 ± 1,2 Tidak ada

Diskusi mereka tinggal di daerah endemik. Hal ini


diperkuat dengan kenyataan bahwa subyek
Rerata asupan protein subyek rata – rata pernah menderita malaria lebih
penelitian adalah sebesar 25,064 ± 10,055 dari satu kali. Asupan protein yang adekuat
g/hari (38,89 % dari kebutuhan RDA nya). sangat diperlukan untuk meningkatkan
Secara teori, asupan protein didapatkan sistem imunitas tubuh terhadap parasit atau
dari sumber – sumber protein nabati seperti infeksi lain, apalagi mereka tinggal di daerah
tempe, tahu, santan cair dan kacang endemik malaria. Mereka memerlukan
panjang. Sedangkan sumber protein hewani imunitas yang lebih baik untuk menghadapi
berasal dari telur, susu, sate ayam, ikan paparan infeksi malaria.5
pindang. Asupan protein hewani ini sangat Protein diperlukan untuk sintesis sel
jarang dikonsumsi. Asupan protein yang – sel darah merah agar tidak mengalami
seharusnya dipenuhi adalah sebesar 64,3 anemia. Protein dalam sel darah merah
gr/ hari yang berasal dari sumber protein sebagai hemoglobin, yang menjalankan
yang lengkap, mudah dicerna dan mudah peran utama sel darah merah yaitu
di absorbsi. Protein seperti ini banyak mengangkut gas O2 untuk dilepaskan ke
terkandung dalam putih telur.3 sel-sel dan mengangkut gas CO2 dari sel
Pada kenyataannya, mereka jarang ke paru2 untuk dikeluarkan dari tubuh.
mengkonsumsi telur ayam, bahkan asupan Rerata asupan zat besi dari
protein dari tempe, tahu dan sumber protein makanan subyek penelitian adalah sebesar
nabati lainnya jarang mereka konsumsi. 6,523 ± 2,635 mg/hari. Kebutuhan asupan
Alasan yang mereka berikan adalah masalah zat besi yang adekuat untuk anak – anak
ekonomi, disamping alasan operasional adalah sebesar sebesar (8-15 mg) perhari.2
karena sulit mendapatkan bahan tersebut Nampak bahwa asupan zat besi masih
setiap hari. Pasar hanya buka pada hari – kurang mencukupi. Sumber-sumber asupan
hari tertentu seminggu dua kali. Sedangkan zat besi kebanyakan berasal dari bahan
untuk memenuhi kebutuhan sayuran dan makanan jagung, beras, ubi ketela pohon,
kelapa, kebanyakan masyarakat tidak sayuran misalnya kacang panjang, bayam,
membeli tetapi mengambil di ladangnya. kangkung, santan dan lauk pauk misalnya
Pada usia 7-14 tahun anak – anak tempe, tahu, daging ayam, telur, ikan, teri.
memerlukan protein sebagai senyawa Sumber zat besi dari buah-buahan misalnya
pembangun untuk tumbuh kembang papaya, mangga dan pisang. Susu, dan
sel – sel serta jaringan maupun untuk teh juga merupakan sumber zat besi dari
memyempurnakan sistem organ, juga minuman.3
diperlukan untuk pembentukan protein Sebenarnya sumber zat besi yang
struktural yang berperan dalam regenerasi berasal dari sayuran, buah-buahan, bahan
sel dan sebagai protein fungsional untuk makanan dan sebagian lauk-pauk tersedia
aktivitas ensim, imunitas humoral dan di daerah Sidoharjo, namun keluarga kurang
seluler, dan pembentukan haemoglobin.4 Di memaksimalkan untuk mengkonsumsinya,
khawatirkan apabila zat gizi tidak tercukupi sehingga jumlah zat besi yang dikonsumsi
maka anak – anak rentan terhadap infeksi menjadi kurang dari yang seharusnya dapat
penyakit, termasuk malaria, apalagi jika mereka konsumsi. Zat besi sangat tinggi

176
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 172-179, Juli 2010

terkandung dalam sayuran seperti daun dan polong–polongan yang cukup banyak
kacang panjang, daun ubi jalar, daun cipir, tersedia di daerah tersebut.
daun talas, daun mlinjo. Rata-rata sayuran Berdasarkan survei diet yang
tersebut mengandung zat besi lebih dari dilakukan terhadap subyek penelitian,
4 mg/ 100 gram bahan, banyak terdapat terlihat bahwa keluarga kurang mampu
di daerah tersebut. Namun kenyataannya menyusun menu sehingga asupan vitamin
asupan zat besi yang mereka konsumsi C kurang terpenuhi. Di samping itu, dalam
sehari-hari sebagian besar masih kurang dari pengolahan bahan makanan mulai dari
jumlah yang seharusnya dikonsumsi. Hal ini pemilihan dan pengolahan masih belum
kemungkinan disebabkan karena kurangnya benar untuk mempertahankan kandungan
pengetahuan masyarakat mengenai sumber vitamin C. Vitamin C merupakan senyawa
zat besi yang murah dan mudah didapatkan yang larut dalam air, sehingga kemungkinan
di daerah setempat. Kemungkinan juga selama pencucian, perendaman dan
disebabkan karena rendahnya pengetahuan perebusan vitamin C dapat hilang. Vitamin C
dan kemampuan mengkombinasikan juga bersifat mudah rusak pada temperatur
berbagai bahan makanan yang ada agar yang tinggi dalam jangka lama serta rusak
dapat mengoptimalkan manfaat senyawa – oleh logam (pengirisan oleh pisau).3
senyawa yang ada. Rendahnya asupan vitamin C
Ketersediaan sumber bahan berisiko pada kerentanan terhadap infeksi,
makanan harus didukung oleh kemampuan terlebih jiks berada di daerah endemic
diabsorbsi oleh tubuh. Asupan zat besi malaria. Jika seseorang sedang menderita
yang ada pada bahan makanan terutama malaria, ia membutuhkan asupan vitamin C
sayuran dapat digunakan jika mudah yang lebih tinggi karena terjadi peningkatan
diserap. Dalam hal ini sayuran tersebut katabolisme vitamin C untuk pertahanan
harus dikombinasi dengan bahan yang tubuh.3
tinggi kandungan vitamin C nya.3 Zat besi Penyerapan vitamin C terhambat
dalam bahan sayuran kebanyakan berupa oleh karena keadaan achlorhydria, yaitu
ion Fe3+ sehingga membutuhkan vitamin sekresi HCl lambung rendah atau tidak
C sebagai reduktornya agar mudah diserap ada. Infeksi pada saluran pencernaan
oleh dinding intestinum setelah berubah juga menghambat penyerapan vitamin C.
menjadi ion Fe2+.5 Penyerapan zat besi Tubuh dapat menyimpan cadangan vitamin
dihambat oleh phytat, serat, oksalat dan C, jika masukan vitamin C lebih besar
tannin, yang banyak terdapat pada sayuran dari kebutuhannya. Lokasi penyimpanan
tertentu. Penyerapan zat besi oleh tubuh cadangan vitamin C ada pada setiap sel
hanya sebesar 10-15% karena dipengaruhi tubuh dengan konsentrasi yang berbeda.
oleh beberapa hal berikut: 1). keseimbangan Jaringan yang memilikai konsentrasi
zat besi dalam tubuh diatur dan dikendalikan vitamin C dari tertinggi ke rendah berturut-
oleh penyerapan intestinal, sedangkan turut adalah sebagai berikut: jaringan retina,
ekskresi zat besi kurang berpengaruh; 2). kelenjar pituitari, korpus luteum, korteks
pengaturan penyerapan intestinal tergantung adrenal, timus, hepar, otak, testis, ovarium,
dari kebutuhan badan; 3). penyerapan juga lien, kelenjar tiroid, pankreas, kelenjar ludah,
ditentukan oleh bentuk zat besi, sebagai paru–paru, ginjal, dinding usus, jantung,
heme atau non heme, dan 4). ada tidaknya cairan serebro spinal, leukosit, eritrosit, dan
vitamin C, asam, atau gula.2 plasma darah.7 Jika cadangan tubuh jenuh,
Rata – rata kebutuhan vitamin C kelebihan vitamin C yang diserap akan
anak usia 4-10 tahun adalah 45 mg perhari, dimetabolisme atau diekskresikan melalui
dan umur 11-14 tahun sebesar 50 mg/hari,6 urin, keringat dan tinja. Ekskresi melalui urin
sedangkan rerata asupan vitamin C subyek merupakan bagian yang terbesar.
penelitian sebesar 32,72 ± 32,898 mg. Hal Sebagian besar (96,72 %) subyek
ini menunjukkan bahwa asupan vitamin C penelitian mengalami sub anemia dan
masih kurang. Hal ini sangat disayangkan anemia. Hal ini wajar karena berdasarkan
karena sebenarnya sumber vitamin C rata – rata asupan protein, besi dan vitamin
yang berasal dari sayuran, buah–buahan C masih sangat kurang dari RDAnya.

177
Yoni Astuti, Hubungan antara Asupan ...

Kebanyakan asupan protein subyek penelitian cukup besar ( 60,65%) sedangkan


penelitian berasal dari protein nabati, dan anemia berat (36,07%) . Tercukupinya
jarang dari sumber hewani. Protein hewani makanan untuk tumbuh sesuai dengan
sangat mudah diabsorbsi sehingga sangat usia, jenis kelamin dan aktivitas pada anak
efektif untuk meningkatkan ketersediaan akan meningkatkan tumbuh kembang anak,
globin, sedangkan protein nabati memiliki sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
asam amino pembatas, sehingga tidak Neumannce, dkk. (2006) yang membuktikan
efektif dalam menyediakan globin, suatu bahwa asupan makanan tambahan susu
protein yang diperlukan untuk sintesis meningkatkan pertumbuhan, kemampuan
haemoglobin.6 kognitif, dan aktivitas fisik pada anak-anak
Haemoglobin (Hb) penting untuk di Kenya.9
transport O2 dari udara inspirasi ke
paru–paru dan mengeluarkan CO2 dari
sel atau jaringan ke paru–paru sebagai Kesimpulan
udara ekspirasi. Oksigen diperlukan untuk
bermacam–macam metabolisme dan Berdasarkan dari penelitian yang
katabolisme berbagai senyawa yang penting telah dilakukan dapat disimpulkan :
untuk pertumbuhan dan perkembangan 1. Asupan protein, besi dan vitamin C pada
tubuh. Hal inilah yang sebenarnya menjadi subyek penelitian kurang dari RDAnya.
tugas dari sel darah merah secara umum. 2. Sebagian besar kadar Hemoglobin
Rendahnya nilai Hb menggambarkan subyek penelitian kurang dari 13 g/dl.
defisiensi besi, selain itu juga 3. Asupan besi dan vitamin C berkolerasi
menggambarkan rendahnya asupan protein, secara bermakna dengan kadar
karena sintesis Hb memerlukan kecukupan hemoglobin subyek penelitian.
globin dan heme. Ketersediaan globin dapat 4. Asupan besi berkorelasi secara
dicukupi dari asupan protein yang cukup bermakna dengan vitamin C.
pula. Untuk sintesis heme memerlukan 5. Tidak ada hubungan yang signifikan
kecukupan Fe. Fe dapat digunakan bila antara kadar protein dengan kadar Hb
terdapat vitamin c yang memudahkan
penyerapan Fe.Sehingga untuk sintesis
heme memerlukan kecukupan besi dan Ucapan Terimakasih
vitamin C. Anemia defisiensi besi umum
terjadi di berbagai negara. Hampir lebih dari Penelitian ini dilakukan atas
50% populasi di banyak negara mengalami kerjasama dengan Pemerintah Daerah
anemia defisiensi besi. 8 Kulon Progo Dinas Pembangunan Daerah.
Tabel 6. menampilkan rerata asupan
protein, besi , vitamin C dan kadar Hb.
Setelah dilakukan uji korelasi menunjukkan Daftar pustaka
adanya hubungan yang signifikan antara
asupan vitamin C dengan asupan besi 1. Anonim. 2001. Laporan Tahunan.
(r= 0,765) dan asupan besi dengan Hb Puskesmas Kalibawang
(r=0,675) Kemungkinan hal ini terjadi karena 2. Harijanto, P.N. 2000. Malaria,
pembentukan Hb membutuhkan zat besi, Epidemiologi, Patogeneisi, Manifestasi
sedangkan absorbsinya membutuhkan Klinis & Penanganan, EGC, Jakarta
vitamin C. 3. Husaini, M.A. 1990. Keadaan Gizi Besi
Uji korelasi pearson menunjukkan dan Kekebalan Tubuh, Persatuan Ahli
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan Gizi Indonesia, Jakarta
antara asupan protein dengan kadar Hb 4. Soediaoetama, A.D. 1997. Ilmu Gizi,
(r=0) Kemungkinan hal ini terjadi karena Masalah Gizi Indonesia, Perbaikannya.
hampir semua subyek penelitian baik yang Jilid I. Jakarta : Dian Rakyat.
anemia maupun yang tidak anemia sama– 5. Camitta, B.M. 1996. Anemia, Nelson
sama kekurangan protein. Persentase : Ilmu kesehatan anak, ,edisi 15 vol 2,
penderita anemia ringan pada subyek EGC. Jakarta.

178
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 172-179, Juli 2010

6. Gregor Mc., I.A. 1982. Reviews of 9. Paul, R., Curdy Mc., M..D., Raymond, J.,
Infection Diseases. Malaria: Nutritional and Dern, M.D. 2004. Some Therapeutic
Implications. University of Chicago. Implications of Ferrous Sulfate-Ascorbic
4:798-804 Acid Mixtures. Food Chemistry. Juli. 86:
7. Rama, K. 2001, Nutritional Anemias. 369-379.
Boca Raton, FL. CRC Press.
8. Weigley, E.S. 1997. Basic Nutrition and
Diet Theraphy. Prentice-Hall Inc. United
States of America.

179

You might also like