You are on page 1of 8

PEMANFAATAN POLISTIRENA LIMBAH BUNGKUS MAKANAN DAN

ZEOLIT ALAM SEBAGAI MEMBRAN KOMPOSIT POLISTIRENA


TERSULFONASI/KITOSAN VANILIN/ZEOLIT UNTUK APLIKASI
MEMBRAN POLIMER ELEKTROLIT DALAM SEL BAHAN BAKAR (FUEL
CELL)

Rachmat Surya D1*, Edi Pramono1, Ryan Crysandi1, Hartini1

1
Jurusan Kimia, FMIPA, UNS, Surakarta
*Korespondensi: rachmat_juadul@yahoo.com

Abstract

Research the manufacture of composite membranes waste sulfonated polystyrene, vanillin


chitosan, polyethylene glycol and natural zeolites have been carried out. This study aimed to
determine the effect of sulfonation and the addition of natural zeolite on the value of cation
exchange capacity, swelling degree, and thermal properties of the composite membrane.
Polystyrene sulfonated polystyrene was made by sulfonation method that was isolated from
sterofoam wrap food waste. Composite membranes made with the addition of natural zeolite and
polyethylene glycol variation (w/w). Cation exchange capacity analysis results showed an
increases in the value of the variation of the addition of natural zeolite and polyethylene glycol.
Fourier Transform Infra Red analysis showed the entry of sulfonate groups on polystyrene
characterized by the absorption at a wavelength of 1180.44 cm-1 indicating the presence of
symmetric vibrations of functional groups S=O. Inclusion of vanillin in chitosan group
characterized by vibrational C=N (imine) at wave number 1636.76 cm-1 and loss of C=O
absorption peaks at wave numbers aldehyde group in vanillin at 1666.50 cm -1. All membranes
variations have low homogenity. All variation on the thermal test showed that the more the
composition of the zeolite or PEG increases the thermal resistance of the membrane. Membrane
that has the potential to be applied to the fuel cell is the addition of zeolite membranes with 3%
and 6% polyethylene glycol by cation exchange capacity of 0.957 meq/g, 28.75% Swelling Degree
and thermal resistance to a temperature of 250 oC.

Keywords: Cation exchange capacity, chitosan vanilin, natural zeolite, polymer electolite
membrane, sulfonated polystyrene

PENDAHULUAN menghasilkan produk sisa yaitu air (H2O).


Dalam teknologi PEMFC terdapat beberapa
Selama ini bahan bakar dari fosil komponen diantaranya elektroda, sumber
digunakan sebagai sumber energi utama bahan bakar dan membran elektrolit.
yang keberadaannya tidak dapat Dari sekian banyak jenis membran
diperbaharukan. Dengan terus berjalannya elektrolit yang telah dikembangkan,
waktu, maka dibutuhkan sumber energi baru membran polimer berbasis perfluorosulfonic
yang bisa mengurangi penggunaan minyak acid (PFSA) misalnya Nafion®, merupakan
bumi untuk memenuhi kebutuhan manusia. membran yang menjadi pilihan utama dan
Banyak dikembangkan mesin – kini dapat dengan mudah ditemukan
mesin penghasil energi listrik yang ramah dipasaran namun memiliki harga yang cukup
lingkungan, salah satunya yaitu sel bahan mahal dan penurunan konduktivitas ionik
bakar (Fuel Cell). Salah satu Jenis Fuel cell pada pemakaian diatas 80°C. Oleh karena itu
adalah Polimer Electrolite Membrane Fuel saat ini beberapa usaha pengembangan
Cell (PEMFC). PEMFC menggunakan membran polimer elektrolit terus dilakukan
bahan bakar hidrogen dan oksigen untuk mendapatkan membran polimer
dengan konduktivitas ionik dan stabilitas DMac (Merck), Diklorometan (Merck),
termal maupun kimia yang tinggi serta harga PEG dengan berat molekul (BM) 1.000
yang relatif murah. (Merck).
Limbah bungkus makanan
mengandung zat – zat kimia yang berbahaya Preparasi Limbah Styrofoam
bagi tubuh dan dapat diuraikan di dalam
tanah dengan waktu yang lama. Limbah Limbah Styrofoam bungkus makanan
plastik mengandung jenis polimer sintetis dilarutkan ke dalam 200 mL klorofoam dan
diantaranya polistirena, polietilen, dan diisolasi dengan meneteskan pada akuades
polipropilena (BPPOM., 2008). panas.
Polistirena mampu digunakan sebagai Sintesis PST
bahan pembuatan membran elektrolit
(Smitha et a., 2003). Polistirena sebagai 1,2-diklorometana sebanyak 20 mL
bahan termoplastik mampu dijadikan bahan dimasukkan dalam labu leher dua lalu
membran elektrolit dengan terlebih dahulu ditambahkan polistirena sebanyak 8 gram
dilakukan sulfonasi untuk menghasilkan lalu distirer sampai semua polistirena larut
Polistirena Tersulfonasi (PST) agar dapat dan jenuh. Setelah polistirena larut dan jenuh
diaplikasikan pada Fuel cell (Smitha et al., lalu ditambahkan Asetil Sulfat (10; 20; 30;
2003). Gugus sulfonat mampu 40; 50 mL) dan direfluks pada suhu 500C
menghantarkan proton PST dibuat komposit selama 1 jam. Setelah direfluks selama 1 jam
dengan bahan lain untuk meningkatkan kemudian ditambahkan 2-propanol
kemampuan tukar kation. Penambahan sebanyak 10 ml ditunggu sampai 10 menit
Kitosan termodifikasi Vanilin (Kitosan – setelah itu akan diperoleh larutan polistirena
Vanilin / KV ) mampu mendukung tersulfonasi. PST didapat dengan
kemampuan dari pertukaran kation yang mengisolasi larutan hasil refluks ke dalam
disebabkan adanya gugus OH fenolik dari akuades mendidih sehingga terbentuk
Vanilin. Zeolit ditambahkan pada material padatan putih ( PST ) [8].
komposit karena zeolit sebagai proton
konduktor memiliki sifat hidrofilik sehingga Pembuatan Kitosan-vanilin (KV)
dapat meningkatkan konduktivitas ionik
membran. Disamping itu, Penambahan 3,5 g vanilin dilarutkan dalam 15 mL etanol
oksida dapat meningkatkan sifat fisik dan absolut dan ditambahkan 1,25 g kitosan
ketahanan termal dari membran (Yang et al., (perbandingan kitosan: vanilin = 1: 2,8)
2006). Membran PST/KV/Zeolit bersifat dengan pengadukan serta ditambahkan 2
getas dan pecah – pecah jika dicetak. Untuk tetes larutan piperidin kedalam larutan yang
itu digunakan pemlastik (plastisizer ) berfungsi sebagai katalis. Pengadukan
sehingga membran lebih elastis dan mudah dilakukan selama 48 jam pada suhu ruang.
dibentuk. Proses dilanjutkan dengan pengadukan pada
Dalam penelitian ini dibuat suhu 80 oC selama 72 jam. Setelah itu,
komposit dari PST/KV/PEG/Zeolit untuk campuran disaring kemudian endapan dicuci
aplikasi membran polimer elektrolit dalam dengan etanol. Kitosan-vanilin yang
sel bahan bakar dengan memvariasikan diperoleh dioven pada suhu 60 oC sampai
konsentrasi berat zeolit dan PEG untuk kering [9].
mengetahui pengaruhnya pada KTK dan SD.
Pembuatan Membran Polimer
Digunakan variasi penambahan
2. METODE Zeolit pada membran dengan komposisi
PST: KV: PEG: Zeolit = 12 %: 3 %: 6%: (
Bahan. Limbah Styrofoam bungkus 1%; 2%; 3%; 4% ) dan variasi penambahan
makanan. Kitosan dengan derajad deasetilasi PEG 2%; 4%; 6%; 8% dengan komposisi
(DD) 89% dari LIPI. Zeolit alam berasal dari zeolit 4%. masing – masing komposisi
Klaten jawa tengah, Vanilin (Merck), dilarutkan pada Dimetil Asetamida dengan
Kloroform (Merck), Pyperidin (Merck), komposisi total 10 g (b/b). Larutan
CH3COOH (Merck), NaOH (Merck), NaCl campuran di Stirer selama 24 jam dan di
(Merck), HCl (Merck), Etanol (Merck), cetak pada plat kaca dan diuapkan selama 12
jam pada oven dengna suhu 40 oC sehingga Uji Termal
didapat membran komposit.
Ketahanan termal membran komposit
Analisis Kapasitas Penukar Kation dianalisa menggunakan alat Linseis STA
(KTK) PT-1600. Pemanasan dilakukan pada suhu
30-700 oC dengan kecepatan pemanasan 20
o
Membran dengan ukuran 2 x 2 cm ditimbang C per menit pada atmosfer udara dan
dan dicatat beratnya. Membran dimasukan reference Al2O3.
dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50 mL
HCl 0,1 M. (khusus kitosan vanillin 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
penambahan HCl diganti akuades).
kemudian dioven pada suhu 60 oC selama Sintesis Polistirena Tersulfonasi
satu jam. Kedalam erlenmeyer ditambahkan Polistirena sebagai polimer dengan
50 mL larutan NaCl 1 M dan didiamkan penyusun gugus benzena yang terikat pada
semalam. Larutan kemudian diambil 10 mL rantai karbon dapat dimodifikasi menjadi
dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,005 M. material penukar kation dengan
Penentuan nilai KPK menggunakan menambahkan gugus yang mudah melepas
persamaan: kation seperti gugus ~SO3H. Gugus ~SO3H
ditambahkan pada matriks polimer melalui
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 reaksi substitusi gugus Hidrogen yang
𝐾𝑃𝐾 = terikat pada benzena oleh sulfur trioksida
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑟𝑎𝑛
terprotonasi (~SO3H) dengan suatu agen
sulfonasi. Pada penelitian ini digunakan
asetil sulfat sebagai agen sulfonasi karena
Swelling degre (SD) air pada membran menurut Smitha (2005), asetil sulfat mudah
bereaksi dengan matriks polimer polistirena
SD membran ditentukan dengan
sehingga menghasilkan sebaran sulfonat
menimbang membran dengan ukuran 2 x 2
yang homogen.
cm dioven 60 oC selama 12 jam dan
ditimbang sebagai berat kering kemudian
membran direndam dalam 50 mL akuades
selama 24 jam. Akuades yang menempel
dipermukaan membran dibersihkan dengan PST
tisue kemudian membran ditimbang sebagai
berat basah.

Nilai derajad swelling ditentukan


sebagai persen (%) perbandingan membran PS Limbah
berat kering dengan berat membran basah.
Swelling air pada membran dihitung
menggunakan persamaan:
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

𝑠𝑤𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑔𝑟𝑒
𝑊 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑊 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 Gambar 1. Spektrum IR Polistirena Limbah
= dan Polistirena Limbah
𝑊 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 Tersulfonasi (PST)
× 100%

Analisis FTIR
b. Karakterisasi Polistirena Tersulfonasi
Analisa spektra FT-IR diperoleh dari Pada spektra PST muncul spektra
pengukuran menggunakan alat IRPrestige- baru yaitu pada panjang gelombang 1180,44
21 SHIMADZU dengan plat KBr. Range cm-1 dan 1246,02 cm-1 yang menunjukkan
bilangan gelombang dari 4000-400 cm-1 adanya vibrasi dari gugus fungsi O=S=O
dengan resolusi 4 cm-1. yang simetris. Menurut literatur, gugus
sulfonat berada pada rentang 1000 dan 1400
cm-1. Disamping itu, adanya spektra baru
PST pada panjang gelombang 528 cm-1
menunjukkan bahwa gugus sulfonat yang Sintesis dan karakterisasi Kitosan
masuk pada polistirena menempati posisi Vanilin
para. Kitosan vanilin sebagai hasil reaksi
Smitha (2003) melaporkan bahwa dari kitosan dan vanilin menghasilkan suatu
masuknya sulfonat pada posisi para ditandai padatan kuning kecoklatan. Vanilin
dengan adanya spektra baru pada serapan mengandung gugus fenol yang bersifat asam
sekitar 520 cm-1. akan mengakibatkan polimer mudah untuk
melepas ion H+. Kemudahan polimer untuk
Analisis Kapasitas Tukar Kation (KTK), melepaskan ion H+ memberikan sifat
Rendemen, dan Swelling Degree (SD) konduktifitas ionik dan menyebabkan
PST polimer kitosan-vanilin bermuatan. Sifat
konduktifitas ionik yang disumbangkan oleh
Kapasitas Tukar Kation (KTK) gugus fenolik memungkinkan pemanfaatan
adalah ukuran kemampuan suatu bahan kitosan-vanilin sebagai polimer penukar
dalam menukarkan kation dalam gugus kation atau membran elektrolit.
fungsi dengan kation yang ditambahkan
untuk mengganti kation-kation pada suatu
KV
material. Membran polimer elektrolit yang
digunakan dalam fuel cell memiliki KTK
yang cukup tinggi, karena dengan KTK Kitosan
tinggi maka kemampuan untuk
menghantarkan kation akan semakin besar.
Pada PST mengandung gugus sulfonat yang vanilin
terprotonasi (~SO3H) sehingga mudah untuk
melepas H+.
Semakin banyak gugus sulfonat
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
yang ditambahkan dalam rantai polimer A
maka sifat kapasitas ionik semakin
meningkat. Pada kitosan vanilin, vanilin Gambar 2. Perbandingan Spektra IR
memiliki gugus OH fenolik yang mudah Vanilin, kitosan, dan kitosan vanilin
melepaskan H +. Analisa rendemen
digunakan untuk mengetahui kelarutan dari
material. PST dengan penambahan asetil Pada Gambar 2 menunjukkan
sulfat 10 mmol diberi kode PST 10, PST perbandingan spektra kitosan dan kitosan
dengan penambahan asetil sulfat sebanyak vanilin.Munculnya puncak C=N pada
20 mmol diberi kode PST 20 dan seterusnya. bilangan gelombang 1641,42 cm-1 tidak
Hasil analisa nilai KTK dan rendemen dari berbeda jauh dari penelitian Taphakorn
PST dengan variasi sulfonasi dapat dilihat (2006) dan Riham (2011) yang mendapatkan
pada Gambar 4. serapan gugus C=N (imina) pada bilangan
Gambar 4 menunjukkan bahwa gelombang 1635 cm-1 dan 1632 cm-1. Selain
semakin banyak gugus sulfonat yang serapan C=N, hilangnya serapan C=O
dihasilkan, maka KTK akan semakin besar. aldehid vanillin pada 1666,50 cm-1 yang
sulfonat yang lebih banyak mengakibatkan menunjukkan bahwa material kitosan
kelarutan PST meningkat karena adanya termodifikasi vanilin telah berhasil
gugus ~SO3H yang bersifat polar dan larut disintesis.
didalam akuades yang bersifat polar saat
dilakukan isolasi. Sehingga rendemen yang
dihasilkan relatif lebih kecil. Pembuatan
membran komposit menggunakan PST 30
karena PST 30 memiliki KTK relatif tinggi
yaitu 1,039 meq/gr dengan rendemen yang
cukup tinggi yaitu 93,03% jika dibanding
PST 40.
KTK membran. Hasil menunjukkan pada
komposisi zeolit 2 % memiliki nilai KTK
yang paling tinggi yaitu 1,268817204
meq/gr dan pada penambahan lebih dari 4 %
terjadi penurunan nilai KTK, hal ini
dimungkinkan sebaran material membran
tidak merata dibandingkan dengan
penambahan 3% zeolit. Sehingga nilai KTK
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

yang didapatkan relatif lebih kecil.


Gambar 3. Perbandingan spektra komposit Penambahan zeolit sebagai bahan
dengan material penyusun komposit dapat meningkatkan nilai tukar
kation karena zeolit mengandung ion-ion
yang dapat dipertukarkan. Selain itu, karena
zeolit bersifat hidrofilik sehingga transport
Karakterisasi membran Komposit
proton juga akan semakin meningkat.
Karakterisasi FTIR digunakan
Pada analisa swelling degree (
untuk mengetahui adanya puncak gabungan
derajat pengembangan) membran komposit
dan puncak karakteristik material penyusun
dilakukan untuk mengetahui pengaruh zeolit
pada komposit. Gambar 3 menunjukkan
sebagai oksida dan penukar kation alami
bahwa membran komposit memiliki
dalam meningkatkan sifat fisik membran.
berbagai puncak gabungan dari material
Dari gambar 8 menunjukkan bahwa
penyusun. Pada bilangan gelombang 1180
membran tanpa penambahan zeolit memiliki
cm-1 membran komposit, terdapat puncak
nilai swelling degree 47,4137931%.
gabungan dari PST,KV dan Zeolit. Tidak
Variasi penambahan PEG sebagai
ada puncak baru yang muncul pada
pemlastis dapat dilihat pada Gambar 6.
membran komposit. Sehingga membran
Penambahan komposisi berat PEG
komposit benar-benar gabungan dari
cenderung menurunkan nilai KTK. Hal ini
material penyusun dan tidak terbentuk ikatan
dimungkinkan adanya interaksi ikatan
baru.
hidrogen antara plastisizer dengan matriks
membran yang menyebabkan kation yang
Analisa Kapasitas Tukar Kation (KTK)
seharusnya dapat dipertukarkan menjadi
dan Swelling Degree membran
lebih sulit lepas sehingga KTK menurun.
Analisa KTK dari membran
Swelling Degree meningkat pada
komposit PST/KV/PEG-Zeolit ditunjukkan
penambahan komposisi PEG disebabkan
pada gambar 8. Membran dibuat dengan
PEG sebagai material hidrofil mudah
variasi penambahan Zeolit dengan
berinteraksi dengan air sehingga penyerapan
perbandingan berat/berat untuk mengetahui
air pada sistem membran lebih mudah
pengaruhnya dalam nilai KTK dan Swelling
terjadi.
Degree (derajat pengembangan).
Dari gambar 5 menunjukkan bahwa
penambahan zeolit dapat meningkatkan nilai

1.5 100
Nilai KTK (meq/gr)

95 KTK/(meq/g
rendemen (%)

1 r)
90
85 Rendemen
0.5 (%)
80
0 75
PST 10 PST 20 PST 30 PST 40

Gambar 1. Hubungan antara rendemen dan KTK Pada Variasi konsentrasi Penambahan Asetil
Sulfat
1.5 60

Swelling Degree( %)
1 40

Nilai KTK (meq/gr)


KTK
0.5 20

Swelling
0 0 Degree
Zeolit 0 % Zeolit 1 % Zeolit 2 % Zeolit 3 % Zeolit 4 %

Gambar 5. KTK dan rendemen membran komposit dengan variasi penambahan zeolit alam

Gambar 6. KTK dan Swelling Degree membran variasi PEG

Uji Termal Membran Komposit disebabkan pemutusan rantai samping dari


Uji termal pada membran komposit kitosan vanilin, PST dan dan PEG,
dilakukan untuk mengetahui suhu degradasi disamping itu pemutusan ikatan pada rantai
akibat pengaruh panas yang diberikan. Pada utama polistirena menjadi monomer yang
variasi zeolit alam menunjukkan bahwa lebih kecil juga terjadi hampir serentak pada
penambahan komposisi zeolit meningkatkan suhu tersebut. Tahap degradasi kedua terjadi
ketahanan termal membran karena pada suhu 460 oC – 650 oC. Pada suhu ini
kandungan aluminasilika zeolit memiliki terjadi degradasi pemutusan rantai utama
ketahanan termal yang tinggi sehingga kitosan sehingga menyisakan residu berupa
energi yang dibutuhkan untuk menginisiasi arang. Termogram membran komposit
pemecahan dan pemutusan ikatan menjadi variasi PEG dapat dilihat pada gambar 8.
lebih besar. Termogram variasi PEG
Dari Gambar 7 menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa semaki banyak PEG
membran komposit variasi Zeolit yang ditambahkan akan berpengaruh pada
menunjukkan adanya 2 tahapan degradasi suhu degradasi membran. Semakin banyak
yang ditandai dengan penurunan massa massa PEG, degradasi terjadi pada suhu
seiring bertambahnya energi dari panas yang yang lebih tinggi. Gugus hidroksi dari PEG
diberikan. Pengurangan massa pertama mampu membentuk ikatan hidrogen dengan
terjadi pada suhu dibawah 100 oC akibat dari gugus OH dalam kitosan atau KV. Sehingga
hilangnya kandungan air pada membran penurunan massa terjadi pada suhu yang
komposit. degradasi membran komposit lebih tinggi dan berlangsung secara
terjadi pada suhu 180 oC – 450 oC. perlahan–lahan.
Pada suhu tersebut terjadi
penurunan massa siknifikan yang
.
100
100

80
80

60

massa (%)
massa (%)

60
zeolit 0%
40
zeolit 3%
zeolit 4 % PEG 0%
40
PEG 2%
20
PEG 4 %
20 PEG 8%
0

100 200 300 400 500 600 700 0


o
suhu ( C)
100 200 300 400 500 600 700
o
suhu C

Gambar 7. Termogram variasi komposisi


zeolit Gambar 8. Termogram variasi PEG

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 9. Morfologi membran (a) komposit zeolit 0%, (b) zeolit 2% , (c) zeolit 3%, (d) PEG
6%

Morfologi membrane Komposit rendah. Pada komposisi zeolit 2%


Morfologi membran komposit dapat menunjukkan bahwa zeolit menutup pori
diketahui dengan karakterisasi Scanning dari PST dan PST juga menyelubungi Zeolit
Electron Microscope (SEM). Gambar 9 sehingga swelling degree membran
menunjukkan bahwa pembuatan komposit komposit menurun dengan semakin
menghasilkan membran dengan sebara yang besarnya komposisi zeolit.
kurang merata dan homogenitas yang
4. KESIMPULAN [4] Erfan Agusfiandifutra., 2008,
Pemanfaatan Limbah Cair Activated
Dari penelitian yang dilakukan, Alumina dan Glaswool PT. Pertamina
didapatkan kesimpulan yaitu bertambahnya UP IV Cilacap Sebagai Bahan
oksida zeolit alam pada membran komposit Campuran Pembuatan Plafon, Skripsi,
dapat meningkatkan ketahanan termal, KTK Jurusan Teknik Lingkungan,
membran dan menurunkan swelling degree Universitas Islam Indonesia.
membran. Bertambahnya PEG menurunkan [5] Awaliyyah, R., Emir Jamal, Erma, M.,
KTK, memperbesar swelling degree dan Meta, W., Mukti Wahyuningjati, R.
sedikit meningkatkan ketahanan termal 2007. Pembuatan Membran Fuel Cells
membran dan membran dengan komposisi dari Limbah Plastik LDPE (Low
Zeolit 3 % dan PEG 6% dimungkinkan dapat Density Poli-Ethilene). Bandung: ITB.
diaplikasikan sebagai membran polimer
elektrolit [6] Makowski, H. S., R. D. Lundberg and
J. Bock, 1975, Process For The
Sulfonation of An Elastomeric
UCAPAN TERIMAKSIH
Polymer, US. Patent, No. 4184988.
Terimakasih penulis ucapkan
kepada Direktorat Penelitian dan [7] Sossina M. Haile Pasadena.2003. Fuel
Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral cell materials and components.
Pendidikan Tinggi (DITLITABMAS Ditjen Department of Materials Science and of
Dikti) yang telah memberikan dana Chemical Engineering, California
penelitian ini melalui Program Kreativitas Institute of Technology, hal 138-78.
Mahasiswa-Penelitian (PKM-P) dan semua
pihak yang telah membantu dalam penelitian [8] Smitha, B., S. Sridhar and A. A. Khan,
ini. 2003, Synthesis and characterization of
proton conducting polymer membranes
5. REFERENSI
for fuel cells, J. Membr. Sci. Vol. 225,
[1] Breck, D. W., 1974, Zeolite Molecular hal 63-76.
Sieves: Structure, Chemistry and
Use, London: John Wiley and Sons, hal [9] Wiyarsi, A., 2008, Sintesin derivat
4. kitosan vanilin dan aplikasinya sebagai
agen antibakteri pada kain katun.
[2] BPPOM, 2008, Kemasan Polistirena Skripsi, Program studi kimia,
Foam (Styrofoam), Info POM, Vol. 9, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
No. 5 [10] Yang, Y., Wang, P., and Zheng, Q.,
2006, Preparation and Properties of
[3] Eniya, L.D. 2008. Sintesis dan polysulfone/TiO2CompositeUltrafiltrat
Karakteristik Nanokomposit Membran ion Membranes, Journal of Polymer
ABS Tersulfonasi Sebagai Material Science: Part B: Polymer Physics, Vol.
Polielektrolit. Jurnal Nanosains &
44, hal 879-887.
Nanoteknologi, Vol. 2, No.1, hal 27-31.

You might also like