You are on page 1of 38
eo EVERYTHING IS F® CKED SEBUAH BUK@ TENTANG HARRI SEGALA- GALANYA *&MBYAR™ i aran Pasal 113 | Satengunesna! No. 28 Th. 2014, Tentang Hak Cipta i sebagaima- langgaran hak ekonomi sel dengan tanpa hak melakukan pe - Oo dicaleud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komers i i nyak dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling bany: p100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) ‘ ‘ ng Hak Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau Pommeg i aes Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksu' 1a Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan : idana Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau Pi denda paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah), &) Setiap Orang yang dens Cipta melakukan Pasal 9 ayat (1) hi ; Hak gan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegand Komersial dipidar pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud = raf 2, buruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Seca’? na dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau P! denda paling banyak Rp1.000.01 100.000,00 (satu miliar rupiah), (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sel dalam be Kukan bagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dil! entuk pembajakan, dipidana d an/atau pidana denda Paling b: jh) lengan pidana penjara paling lama 10 (sep) anyak RP4.000.000.000,00 (empat miliar uP! tahun di Juga oleh MARK MANSON Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat (The Subtle Art of Not Giving a F*ck) SEGALA- GALANYA *XMBYAR™ SEBUAH BU KU TENTANG HARAPAN MARK MANSON Grasindo Segala-galanya Ambyar ©2020 Mark Manson York, AS, oleh Penerbit Harper (imprint HarperCollins ERBIT PERTAMA KALI Dt NEW eer blisher), de ‘cked (©2019 Mark Manson) Publishers), dengan judul asli Everything Is F* ID: 572040009 Diterbitkan dalam Bahasa Indonesia pertama kali oleh Penerbit PT, Gramedia Widiasarana Indonesia Gedung Kompas Gramedia lantai 3, Jalan Palmerah Barat No. 33-37, Jakarta 10270, Anggota IKAPI, Jakarta, Februari, 2020 Cetakan I: Februari, 2020 Alih bahasa: Adinto F. Susanto Tata isi: wesfixity@gmail.com Sampul: wesfixity@ gmail.com (memodifikasi desain asli karya Leah Carlson-Stanisic) Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. www.grasindo.id ISBN: 978-602-052-283-8 Dicetak oleh Percetakan PT. Gramedia, Jakarta. Isi di luar tanggung jawab Percetakan. Untuk Fernanda, tentu saja Daftar Isi BAGIAN I: HARAPAN BAB 1 BAB 2 BAB 3 BAB 4 BAB 5 Kebenaran yang Menggelisahkan..........-+++++ 3 Kendali-Diri adalah Sebuah Ilusi...........+-++++ 27 Hukum Newton tentang Emosi..........-.---+++ 63 Cara Mewujudkan Mimpi-Mimpi Anda.........- 101 Harapan itu Ambyar ..............:eee cence ee 147 BAGIAN II: SEGALA-GALANYA AMBYAR BAB 6 Formula Kemanusiaan.............2--00eeeeee 179 BAB 7 Rasa Sakit adalah Konstanta Universal......... 213 BAB 8 Ekonomi Perasaan. ..........-..eeeee cece eens 253 BAB9 Agama Final .........--+. sees eee eeeeeee eee e es 285 UCAPAN TERIMA KASIH ..s.sseseeeeeeeeeseeeenenenenes 309 CATATAN 0... cece cccc ec ee ee eeeeeeeeeeenenteeeeenenes 311 BAGIAN I: HARAPAN BABI Kebenaran yang Menggelisahkan Di sepetak lahan di sebuah pedesaan yang garing di Eropa Tengah, di antara gudang-gudang yang sebelumnya merupakan barak-barak militer, kelak muncul sebuah pusat tempat berkumpulnya kejahat- an secara geografis, lebih sesak dan lebih mengerikan ketimbang se- gala yang pernah dilihat oleh dunia. Dalam rentang waktu 4 tahun, lebih dari 1,3 juta jiwa akan dipisah-pisahkan secara sistematis, diperbudak, disiksa, dan dibinasakan di sini, dan itu semua kelak terjadi di sebuah wilayah yang sedikit lebih luas dari Central Park di Manhattan. Dan tidak ada satu orang pun yang tergerak untuk menghentikannya. Kecuali satu orang. Persis kisah-kisah dalam dongeng dan komik: seorang pahla- wan berjalan tegap menuju gerbang neraka yang diliputi lidah api untuk menghadapi sesosok manifestasi setan yang sangat tang- guh. Mustahil ia bisa menang. Sebuah pilihan yang konyol. Mes- ki demikian pahlawan fantastis kita ini tidak pernah ragu, tidak pernah mundur. Ia berdiri tegak dan membasmi naga, menebas setan pengganggu, menyelamatkan planet, dan barangkali bahkan menyelamatkan putri. Dan untuk sementara, ada harapan. SEGALA-GALANYA AMBYAR Tapi ini bukanlah kisah tentang harapan. Ini adalah kisah ten- tang segala sesuatu yang sepenuhnya dan tanpa sisa menjadi am- byar. Ambyar dalam proporsi dan perbandingan yang di masa ini, dengan kenyamanan Wi-Fi gratis dan selimut Snuggie yang kedodoran, akan sangat sulit untuk saya dan Anda bayangkan. Witold Pilecki sudah menjadi pahlawan perang sebelum ia memu- tuskan untuk menyusup ke Auschwitz. Di usia mudanya, Pilec- ki telah menjadi perwira dengan banyak tanda penghormatan di Perang Polandia-Soviet pada 1918. Dia telah memerangi anggota Komunis sebelum banyak orang bahkan menyadari kebengisan serdadu komunis Soviet tersebut. Setelah perang usai, Pilecki ber- pindah ke pedesaan Polandia, menikahi seorang guru, dan hidup bahagia bersama 2 anak mereka. Ia menikmati berkuda dan gemar mengenakan topi dan mengisap cerutu. Hidupnya sederhana dan membahagiakan. Kemudian huru hara yang dibuat Hitler merebak, dan sebelum Polandia sempat bersiap, Nazi telah menggempur separuh wilayah negara tersebut. Polandia kehilangan seluruh teritorinya dalam waktu kurang dari sebulan. Penyerangan itu bisa dibilang curang: selagi Nazi menyerang bagian barat, tentara-tentara Soviet juga tengah menyerang bagian timur. Ini seperti terjepit di antara batu karang dan tempat yang keras—karang tersebut mewakili si pem- bunuh sinting dan megalomaniak yang berambisi menguasai dunia, Sementara tempat kerasnya adalah genosida yang sangat buas dan dingin. Saya masih kebingungan mana yang lebih sadis. eel corinne Soviet malah lebih kejam ketim- lah mempraktikkan keculasan tersebut, Anda Kebenaran yang Menggelisahkan tahu—gerakan “menggulingkan sebuah pemerintahan lalu mem- perbudak populasi tertentu sesuai ideologi gila yang Anda anut”. Nazi masih terhitung sebagai imperialis yang culun (yang pastinya, jika Anda melihat foto-foto kumis Hitler, tidaklah sulit untuk mem- bayangkan). Selama bulan-bulan pertama peperangan, diperkira- kan tentara-tentara Soviet telah mengumpulkan lebih dari satu juta penduduk Polandia dan mengirim mereka ke timur. Pikirkanlah se- jenak. Sejuta orang, hanya dalam waktu sebulan, lenyap. Sebagian dari mereka tidak berhenti berjalan sampai berakhir di gulag-gulag di Siberia; lainnya ditemukan di kuburan-kuburan massal puluhan tahun kemudian. Banyak yang tidak terdata hingga detik ini. Pilecki berperang di medan-medan pertempuran tersebut— menghadapi baik tentara Jerman maupun Soviet. Dan setelah keka- lahan mereka, ia dan beberapa perwira Polandia memulai gerakan perlawanan bawah tanah di Warsawa. Mereka menamai kelompok tersebut Secret Polish Army (Tentara Rahasia Polandia). Pada musim semi 1940, Secret Polish Army mendapat kabar bah- wa pemerintahan Jerman sedang membangun kawasan penjara raksasa di luar kota kecil di wilayah selatan Polandia. Orang-orang Jerman menamai kawasan penjara baru itu Auschwitz. Menjelang musim panas 1940, ribuan perwira militer dan pejabat nasional Po- landia mulai hilang dari Polandia barat. Rasa takut mulai meng- hinggapi anggota kelompok pemberontak tersebut, bahwa nantinya penyanderaan massal yang telah dilakukan oleh Soviet di timur, akan diterapkan pula di barat. Pilecki dan kelompoknya curiga, di Auschwitzlah, sebuah penjara seluas kota kecil itu, orang-orang yang lenyap dan ribuan bekas tentara Polandia disembunyikan. Inilah yang membuat Pilecki secara sukarela menyerahkan diri untuk dipenjarakan di Auschwitz. Awalnya, ini merupakan sebuah SEGALA-GALANYA AMBYAR misi pembebasan tawanan—ia akan merelakan dirinya ditangkap, dan sesampainya di sana, ia akan merancang bersama tentara- tentara Polandia lainnya, mengatur sebuah pembangkangan, dan melarikan diri dari kamp tawanan. Misi tersebut sama saja bunuh diri, seolah ia meminta izin ko- mandannya untuk menenggak seember cairan pemutih. Atasannya pun mengira Pilecki sudah gila, dan menasihatinya cukup lama. Namun begitu, seiring bergantinya minggu demi minggu, situasi semakin memburuk: ribuan elite Polandia telah menghilang, dan Auschwitz masih misterius di mata jaringan intelijen Sekutu. Seku- tu sungguh tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana dan hampir tidak ada peluang untuk mencari tahu. Akhirnya, komandan pun mengutus Pilecki. Suatu petang, di sebuah titik pengecekan rutin di Warsawa, Pilecki sengaja merelakan diri ditawan oleh SS atas tuduhan pelanggaran jam malam. Tak lama, ia dikirim ke Aus- chwitz, Satu-satunya orang yang diketahui menyerahkan diri secara sukarela untuk dimasukkan ke kamp konsentrasi Nazi. Segera setelah tiba di sana, ia melihat bahwa re sungguh jauh lebih buruk dari yang diperkirakan ol alitas Auschwitz ch siapa pun. Se- Cara rutin, para penghuni penjara mengantre giliran untuk dipanggil dan ditembak, atas kesalahan remeh, seperti menggerakkan jemari Kebenaran yang Menggelisahkan 7 Oh, Pilecki—kau jagoan, kau jawara, pejuang yang sangat tang- guh—bagaimana caramu merekayasa jaringan intelijen dengan menyelipkan pesan-pesan di keranjang cucianmu? Bagaimana caramu membangun radio transistor sendiri dengan memanfaatkan suku cadang dan baterai curian, yang dirakit ala MacGyver, hingga sukses mengitimkan taktik penyerangan di kamp penjara kepada Secret Polish Army di Warsawa? Bagaimana caramu menciptakan rantai penyelundupan demi membawa masuk makanan, obat, dan pakaian pada para tawanan, menyelamatkan nyawa-nyawa yang jumlahnya tak terhingga dan menyematkan harapan ke lubuk hati manusia yang paling gersang? Apa yang dunia berikan kepadamu, hingga engkau berbuat seperti ini? Selama 2 tahun, Pilecki membangun sebuah unit perlawanan di dalam Auschwitz. Terdapat rantai komando, lengkap dengan jenjang-jenjang dan para perwira; jaringan logistik; dan jalur-jalur komunikasi ke dunia luar. Dan semua ini tidak tercium oleh sipir- sipir SS selama 2 tahun. Tujuan utama Pilecki adalah untuk mengo- barkan revolusi besar-besaran di dalam kamp. Dengan bantuan dan koordinasi dari luar, ia percaya dapat mendorong perlawanan di penjara, menaklukkan penjaga-penjaga SS yang kurang cekatan itu, dan memerdekakan berpuluh-puluh ribu pejuang gerilya Polandia yang terlatih. Ia mengirimkan rencana-rencananya beserta aneka reportase ke Warsawa. Selama berbulan-bulan, ia menunggu. Sela- ma berbulan-bulan, ia selamat. Namun kemudian datanglah orang-orang Yahudi Awalnya, di- antar dengan beberapa bus. Kemudian, dikirim dengan gerbong- gerbong kereta yang sangat penuh. Tidak lama, berpuluh-puluh 8 ee ee a ee ribu orang datang terus-menerus, seperti gelombang besar Yang terapung-apung di tengah lautan kematian dan kesengsaraan. Dily. cuti segenap martabat dan hak-haknya, mereka ditempatkan secarg mekanis di barak-barak yang kini telah direnovasi, hingga sekaligus menjadi tempat mereka mandi, juga tempat di mana mereka dibius sampai mati, dan dibakar. Reportase Pilecki sekejap menggemparkan dunia. Di sini, mereka membunuhi puluhan ribu orang setiap hari. Kebanyakan orang-orang Yahudi. Angka kematian bisa jadi mencapai jutaan. Ia memohon dengan sangat kepada Secret Polish Army untuk membe- baskan kamp saat itu juga. Ia berkata kalaupun kalian tidak mampu membebaskan kamp, setidaknya membom saja. Demi Tuhan, pa- ling tidak hancurkan kamar-kamar gas itu. Paling tidak. Secret Polish Army menerima pesan-pesannya, namun mengira ia hanya melebih-lebihkan. Dalam angan mereka yang paling liar sekalipun, tidak ada yang sebangsat itu. Tidak ada. Pilecki adalah orang pertama yang memperingatkan dunia me- ngenai Holocaust. Laporan intelijensinya telah diteruskan ke berbagai kelompok perlawanan di seantero Polandia, hingga sampai ke peme- tintahan Polandia (dalam pembuangan) di Inggris, yang kemudian meneruskan laporan tersebut ke Komando Sekutu di London. Pada akhirnya, informasi itu diterima oleh Eisenhower dan Churchill. Mereka pun menganggap Pilecki telah melebih-lebihkan. Pada 1943, Pilecki menyadari bahwa rencana-rencana pem- berontakan dan pelarian diri yang ia rancang tidak akan pernah terlaksana: Secret Polish Army tidak akan datang. Tentara Amerika dan Inggris tidak akan datang. Dan di antara segala kemungkinan, barangkali tentara Sovietlah yang akan ke situ—dan mereka tent Kebenaran yang Menggelisahkan 9 akan lebih biadab. Dalam perhitungan Pilecki, berdiam di dalam kamp akan sangat berbahaya. Inilah waktu untuk melarikan diri. Tentu saja, rencananya tampak mudah dikerjakan. Pertama, ia akan berpura-pura sakit, dan meminta dirawat di klinik kamp. Dari sana, ia akan berbohong pada para dokter bahwa ia harus segera kembali ke unit kerjanya, sebab ia kena jatah jaga malam di pabrik roti, yang letaknya ada di pojok kamp, dekat sungai. Ketika para dokter melepasnya, ia akan pergi ke pabrik roti, dan “bekerja” di sana hingga pukul 2 pagi, di saat pabrik itu menyelesaikan pang- gangan terakhir. Dari sana, pertama-tama ia harus memotong ka- bel telepon, lalu menyelinap diam-diam melalui pintu belakang, berganti baju penduduk curian tanpa diketahui petugas SS, berlari kencang sejauh 1,5 kilometer menuju sungai sambil berkelit dari tembakan-tembakan, dan kemudian kembali ke perkampungan ter- dekat melalui navigasi bintang-bintang. Kini, segala-galanya di dunia ini tampak ambyar. Memang bukan di level ambyar-nya Holocaust-Nazi (bahkan belum apa-apanya), tapi tetap saja, bagaimanapun sangat ambyar. Kisah-kisah seperti Pilecki menginspirasi kita. Memberi kita harapan. Kisah-kisah itu membuat kita berkata, “Wow, gila, keadaan saat itu rasanya sudah sangat buruk, tapi pria ine berhasil menghadapinya. Aku sendiri, apa yang sudah kulakukan?”—dan di era di mana orang betah bersantai di sofa sambil ngoceh berpanjang- Panjang di twitter atau melihat konten porno, pertanyaan itu ba- rangkali memang patut kita camkan untuk diri sendiri. Ketika kita melihat secara keseluruhan dan sungguh mencernanya, kita sadar bahwa di saat pahlawan-pahlawan seperti Pilecki menyelamatkan SEGALA-GALANYA AMBYAR 10 dunia ini, kita sedang menepuk lalat sambil mengeluhkan posisi unl ly AC yang terlalu rendah. Kisah Pilecki adalah hal paling heroik yang pernah saya temu- kan di sepanjang hidup saya. Karena heroisme bukanlah sekadar keberanian atau nyali atau manuver cerdik. Hal-hal tersebut sudah umum dan sering dipakai untuk hal-hal yang sungguh tidak heroik. Bukan, menjadi heroik merupakan kemampuan untuk memuncul- kan harapan ketika tidak ada sama sekali. Untuk memantik seber- kas cahaya yang menerangi dunia. Untuk menunjukkan pada kita kemungkinan munculnya dunia yang lebih baik—bukan sebuah dunia yang lebih baik seturut keinginan kita, tapi sebuah dunia yang sebelumnya bahkan tidak kita yakini bakal ada. Menghadapi situasi di mana segalanya tampak benar-benar parah dan bagaimanapun tetap bisa membenahinya. Keberanian itu hal biasa. Ketabahan itu hal biasa. Tapi kepahla- wanan memiliki unsur filosofis di dalamnya. Terdapat kata “Me- ngapa?” yang agung maknanya yang dipertaruhkan oleh para pahlawan—suatu kepedulian atau keyakinan yang luar biasa, yang tak tergoyahkan, biar apa pun yang terjadi. Dan inilah mengapa, sebagai sebuah budaya, kita sangat merindukan seorang pahlawan saat ini: bukan lantaran suasana saat ini begitu kacau, tapi karena kita kehilangan “mengapa?” yang sejati, yang telah menggerakkan generasi-generasi sebelumnya. Bukan kedamaian atau kemakmuran atau hiasan kap mobil lis- trik ban itu soc Aiburuhkan oleh budaya kita. Kita sudah memiliki yang jauh (him sebuah budaya yang mendambakan sesuatt cnasyarate membahayakan. Kita adalah sebuah budaya dan at yang, membutuhkan harapan. Kebenaran yang Menggelisahkan an Setelah menjadi saksi mata atas perang, penyiksaan, kematian, dan pembasmian selama bertahun-tahun, Pilecki tidak pernah kehilang- an harapan. Meski kehilangan tanah air, keluarga, sahabat, dan hampir seluruh hidupnya, ia tidak pernah kehilangan harapan. Bahkan setelah perang, dalam keadaan teraniaya di bawah domi- nasi Soviet, ia tidak pernah kehilangan harapan akan datangnya Polandia yang merdeka. Ia tidak pernah kehilangan harapan akan kehidupan yang tenang dan membahagiakan untuk anak-anaknya. Ja tidak pernah kehilangan harapan untuk bisa menyelamatkan be- berapa nyawa lagi, menolong beberapa orang lagi. Setelah perang, Pilecki kembali ke Warsawa dan kembali men- jadi mata-mata, kali ini menyelidiki Partai Komunis, yang baru saja memulihkan kekuasaannya. Lagi-lagi, ia kelak menjadi orang per- tama yang memperingatkan Barat akan merebaknya kebengisan, dalam hal ini mengenai antek-antek Soviet yang telah menyusup ke pemerintahan Polandia dan mencurangi pemilu. Ia kelak juga men- jadi yang pertama yang mendokumentasikan kebiadaban Soviet di daerah timur selama peperangan. Kali ini, sayangnya, ia terendus. Ia pun diperingatkan bahwa akan ditahan, dan bahwa ia memiliki kesempatan untuk kabur ke Italia. Meski begitu, Pilecky bergeming—ia memilih tetap tinggal dan mati sebagai orang Polandia, ketimbang lari dan hidup sebagai seseorang yang bukan dirinya. Polandia yang merdeka dan inde- Penden, sejak itu, adalah satu-satunya harapan baginya. Tanpa itu, ia merasa hampa. Dan oleh karena itulah, harapannya juga sekaligus sumber pe- taka untuknya. Partai Komunis menangkap Pilecki pada 1947, dan mereka tidak main-main kali ini. Ia disiksa selama hampir setahun, SEGALA-GALANYA AMBYAR i E ada istrinya begitu keras dan tanpa henti sampai-sampal 14 berkata p: yi “Auschwitz tidak ada apa-apanya” dibanding ini. Tetap, ia tidak pernah mau menyerah pada interogatornya. Akhirnya, sadar bahwa mereka tidak akan pernah mendapat- kan informasi apa pun darinya, Partai Komunis memutuskan un- tuk menjadikan Pilecki sebagai pelajaran bagi yang lain. Pada 1948, mereka melangsungkan pengadilan terbuka dan menghujani Pilec- ki dengan segala tuduhan, mulai dari pemalsuan dokumen dan pe- langgaran jam malam hingga keterlibatan dalam spionase dan pem- berontakan. Sebulan kemudian, ia divonis bersalah dan dijatuhi hu- kuman mati. Pada hari terakhir pengadilan tersebut, Pilecki diberi kesempatan untuk berbicara. Ia menyatakan bahwa kesetiaannya senantiasa hanya ia tambatkan pada Polandia dan segenap warga- nya, sehingga ia tidak pernah membahayakan atau mengkhianati warga Polandia, dan bahwa ia sama sekali tidak menyesali perbuat- annya. Ia menutup pidatonya demikian “Aku telah mencoba untuk menjalani hidupku sebaik mungkin, maka menjelang ajalku kini yang kurasakan justru kegembiraan, bukan ketakutan.” Dan jika itu bukan hal paling dahsyat yang pernah Anda dengar, maka saya ingin tahu sebenarnya Anda sedang punya masalah apa. Bagaimana Saya Bisa Membantu Anda? Seands ‘ eandainya saya bekerja di Starbucks, ketimbang menulis nama Orang di gelas kopi, saya akan tuliskan ini: Kelak, kam «4 dan semua orang yang kamu cintai akan mati. Dan dal el ‘alam sekelompok kecil orang, selama wakty Yang cukup sing- kat Sua, hanya sedikit kata-kata tau tindakanmu yang masih Kebenaran yang Menggelisahkan berpengaruh, Inilah Kebenaran yang Menggelisahkan tentang Kehidupan. Dan semua yang kamu pikir dan kerjakan hanyatah untuk menghindari kenvataan itu. Kita adalah debu kosmtk yang tidak berguna, bertabrakan dan berputar-putar seperti titik biru yang kecil. Kita sendiri yang merasa sok ‘penting. Kita mencari-cari tujuan kita—kita bukan apa-apa. Enjoy your fucking coffee. Tulisannya tentu saja saya buat kecil sekali. Dan tentu dibutuh- kan waktu yang cukup lama untuk menulisnya, artinya para pe- langgan yang telah mengantre pagi-pagi di jam sibuk akan memilih cabut. Bukan sebuah layanan yang istimewa, memang. Barangkali inilah alasan utama mengapa saya tidak layak jadi pegawai. Tapi serius, bagaimana Anda bisa mengatakan pada orang lain, secara meyakinkan, untuk “menjalani hari yang menyenangkan” padahal Anda tahu bahwa semua kepercayaan dan motivasi itu ber- akar pada keinginan yang tiada-batas untuk menghindari kenyata- an bahwa tiada makna apa pun dalam eksistensi manusia. Pasalnya, dalam lingkup ruang/waktu yang tanpa batas ini, se- mesta tidak peduli apakah operasi penggantian sendi pinggul ibu Anda berjalan dengan baik, atau apakah anak-anak Anda diterima di suatu kampus,.atau apakah bos Anda mencium laporan abal- abal yang Anda bikin. Semesta tidak peduli apakah Demokrat atau Republikan yang memenangkan pilpres. Ia tidak peduli pada sele- bnitas yang tertangkap basah memakai kokain sambil bermasturbasi (lagi) dengan berapi-api di kamar mandi sebuah bandara. Semesta ‘ak peduli jika ada hutan terbakar atau es meleleh atau Lautan par Sang atau udara memanas atau jika kita semua dilenyapkan oleh ras makhluk lain yang lebih kuat. 4 SEGALA-GALANYA AMBYAR Anda yang peduli. Anda peduli, dan Anda berusaha keras meyakinkan diri sendi- ti bahwa karena Anda peduli, pastilah ada suatu makna agung di palik alam semesta 1n1. Anda peduli karena, jauh di lubuk hati, Anda butuh merasakan kesadaran akan pentingnya hal itu (sense of importance), semata supaya bisa menghindar dari Kebenaran yang Menggelisahkan, untuk menghindar dari ketidakjelasan eksistensi diri Anda, dan supaya Anda tidak ambyar terlindas oleh materi keberadaan Anda yang tidak signifikan itu. Dan Anda—seperti saya, atau orang lain—kemudian mengalihkan sense of importance yang bercokol di imajinasi Anda sendiri ke dunia di sekitar Anda karena dengan cara itu, Anda memperoleh harapan. Apakah terlalu dini untuk memperbincangkan hal ini? Ini, saya beri kopi lagi. Saya bahkan menuang krim susu membentuk emoji senyum dan mata berkedip di atasnya. Lucu banget ‘kan? Saya akan menunggu, sembari Anda memostingnya di Instagram. Oke, sampai di mana kita? Oh, iya! Ketidakjelasan eksistensi Anda—benar. Kini, Anda mungkin sedang berpikir, “Well, Mark, aku percaya kita terlahir karena suatu alasan, dan sama sekali tidak ada yang kebetulan, dan setiap orang bernilai karena setiap tindakan kita berdampak pada orang Jain, dan bahkan hanya dengan menolong } orang saja, itu membuktikan kita tetap memiliki makna, bukan? Ooo, betapa manisnya Anda sekarang! Lihat, yang kini bicara adalah harapan Anda, Itu adalah cerita yang dibuat ole “t oleh pikiran Anda sendiri supaya Anda bersemangat 236 wena, yang beret. S memiliki makna karena tanpa ‘akna, maka tid; " lak ada alasan untuk terus bangu gun di pagi hari: seswatw haru: Kebenaran yang Menggelisahkan 1s menjalani hidup ini. Dan sebentuk altruisme yang sederhana atau K ga a C1 eritas hasrat untuk meringankan penderitaan selalu_ mer upakan resep pikiran kita untuk membuat suatu tindakan pantas kita kerjakan Jiwa kita membutuhkan harapan supaya kita bisa hidup, sama seperti ikan membutuhkan air, Harapan adalah bahan bakar untuk mesin mental kita. Seperti mentega pada biskuit kita. Tampak seperti sebuah metafor yang kacangan. Tanpa harapan, seluruh suku cadang jiwa Anda akan aus atau rusak. Jika Anda tidak percaya ada harapan akan masa depan yang kelak lebih baik dari hari ini, bahwa hidup kita akan menjadi lebih bagus, maka secara spiritual kita mati. Di atas segalanya, jika tidak ada harapan bahwa hal-hal akan menjadi lebih baik, lalu buat apa hidup—buat apa mengerjakan sesuatu? Inilah yang tidak dipahami oleh banyak orang: lawan dari keba- hagiaan bukanlah amarah atau kesedihan.' Jika Anda marah atau sedih, berarti Anda masih peduli akan sesuatu. Artinya, ada sesuatu yang bernilai di sana. Artinya, Anda masih memiliki harapan.? Bukan, lawan dari kebahagiaan adalah ketiadaan harapan, se- buah pemandangan kelabu keputusasaan dan kelunglaian.’ Lawan dari kebahagiaan adalah keyakinan bahwa segala-galanya ambyar, jadi apa faedahnya melakukan sesuatu? Ketiadaan harapan merupakan sebuah nihilisme yang dingin dan Suram, perasaan di mana segala sesuatu tidak ada gunanya, jac per- Setan sajalah—kenapa tidak lari sambil membawa-bawa gunting atau “eniduri istri bosmu atau menembaki sekolah? Itulah Kebenaran yang Menggelisahkan, sebuah kesadaran bisu bahwa di hadapan ke- luasan ‘anpa batas, segala yang kita kasihi sekejap menjadi hampa. Ketiadaan harapan adalah akar kecemasan, penyakit jiwa, = “presi alah sumber segala penderitaan dan piang kerok segala ke- SEGALA-GALANYA AMBYAR ‘ 4 ataan yang melebih-lebihkan Kecemas- 4. Inj bukan pert akan krisis harapan, yal krisis harapan, yaitu keya- canduan wk ap tu rasa was-was akan ga- an kronis merv depan. Deprest merupakan kinan akan masa depan yang tidak memiliki makna. Angan palsu, -hal-hal itu adalah langkah-langkah putus asa mi melahirkan harapan, gal di masa kecanduan, obsesi dan kompulsif yang dibuat oleh pikiran de schingga penderita neurosis bisa bergerak atau sekaligus mengejar sesuatu secara membabi buta.* Menghindari ketiadaan harapan—yang merupakan pembangun- an harapan—kemudian menjadi proyek utama pikiran kita. Segala makna, semua hal yang kita pahami tentang diri kita sendiri dan dunia, dibangun dengan tujuan untuk mempertahankan harapan. Maka, harapan merupakan satu-satunya hal yang membuat siapa pun dari kita berani berkorban sampai mati. Kita percaya harapan bahkan lebih mulia ketimbang diri kita. Tanpanya, kita percaya kita tidak bermakna. Ketika saya masih duduk di bangku kuliah, kakek saya mening- gal. Selama beberapa tahun sesudahnya, saya masih menyimpan perasaan kuat bahwa saya harus hidup dengan sebaik-baiknya, demi membuat ia bangga. Ini rerasa beralasan dan wajar jika dipikir se- cara mendalam, namun sebenarnya tidak. Kenyataannya, perilaku tersebut tidak logis sama sekali Saya tidak memiliki hubungan yi dek pan ka ckat dengan kakek, Kami tidak pernah bertelepon. Kami tidak nah berkirim surat. Saya bahk terakhir atau lebih saat ia ma ‘ang, per- ‘an tidak menjenguknya selama 5 tahun sih hidup, Apalagi perlu diingat na bisa “menjalani hidup Suatu dampak? pula: sekarang ia sudah tiada. Bagaima- demi membuat kakek bangga” memberi

You might also like