You are on page 1of 57
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA DI MAN BIAU KABUPATEN BUOL SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Iimu Keperawatan Stikes Widya Nusantara Palu OLEH: FAHRUROZI 201201088 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA DI MAN BIAU KABUPATEN BUOL Fahrurozi', Ahmil’, Nurhayati? ABSTRAK Tingginya jumlah perokok dikalangan remaja sangat mengkhawatirkan, karena kuranenya pengetahuan siswa tentang rokok, Merokok merupakan masalah yang masih sulit diselesaikan. Banyak faktor yang mendorong dikalangan siswa untuk merokok. Salah satu yang mempengaruhi Kebiasaan tersebut adalah pengetahuan dan sikap terhadap bahaya rokok itu Sendiri, Pengetahuan dan sikap ini dapat diubah dengan penyuluhan dan bimbingan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok remaja di MAN Biau Kabupaten Buol. “enis penelitian in adalah analiik dengan pendekatan cross sectional study, jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 36 orang siswa, dan pengambilan sampel ‘menggunakan {chnik purposive sampling yakni sebanyak 36 orang siswa. Analisis data menggunakan uji chi ‘square, dengan variabel independen pengetahuan dan variabel dependen perilaku merokok- Berdasarkan hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok remaja di MAN Biau Kabupaten Buol diperoleh nilai p value = 0,024. Siswa yang mem) pengetahuan baik sebanyak 26 orang (72,8%) dan yang memiliki pengetahuan kurang baik Sebanyak 10 orang (27,2%6) dan siswa yang memiliki perilaku baik sebanyak 21 orang (58,3%) Gan yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 15 orang (41.7%). Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku merokok remaja di MAN Biau Kabupaten Buol. KKesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok remaja di MAN Biau Kabupaten Buol. Diharapkan pihak sekolah memahami dan menyadari akan kemampuan intelektual peserta didik yang wajib dipupuk dan dikembangkan agar potensi yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan perbedaan masing-masing, khususnya menyangkut Kesehatan dalam hal ini pengetahuan tentang rokok. Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku Merokok 1. Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Widya Nusantara Palu 2. STIKes Widya Nusantara Pal Correlation Of Knowledge To Smoking Behavior Of ‘Students In MAN Biau Of Buol Regency Fahrurozi', Ahmil’, Nurhayati” Abstract Increasing of smoker among teenager is worried. It is due to less of knowledge about sided effect of smoking, And smoking is one of tough problem be solved. One of preiptation factors that make students smoking is knowledge and toward dangerous of Tmoking. The knowledge and behavior could be changed by illumination and health guidance. The aim of this research to know correlation of knowledge and smoking behavior of student in MAN Biau of Buol Regency. ‘This is analytical research that used cross sectional study approaching. Total population were 36 students and taken by purposive sampling technique. Chi ~ Square test was used in analyzing the data and knowledge for independent variable and smoking behavior for dependen variable. Based on result of research that correlation of knowledge to smoking behavior of students in MAN Biau of Buol Regency found p value : 0,024. The students who have good knowledge about 10 (27,2%) and the students who have poor behavior about 15 (41,7%). The result of this research show there is a correlation between knowledge and smoking behavior of students grade x of MAN Biau of Buol Regency. In conclusion, there is a correlation of knowledge to smoking behavior of students in MAN Biau of Buol Regency. It is suggested to school to realise and understanding well of students intellectual ability to improve their capability, especially the knowledge about smoking. Keywords : Knowledge, Smoking Behavior 1. Study Program of Nursing of STIKes Widya Nusantara Palu 2. STiKes of Widya Nusantara Palu Nursing we fos BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut badan keschatan dunia (WHO) jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 milyar terdiri dari pria 47%, wanita 12% dan 49% anak-anak. Survey yang dilakukan di Indonesia terdapat angka yang beragam 4% anak sekolah dan 2,9% mahasiswa merokok (Sadikin & Louisa, 2008). World Health Organization (WHO) telah menyusun strategi pengendalian dalam mengatasi masalah terkait rokok. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang merokok. Tindakan merokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang dapat berujung pada kematian. Hal ini terjadi pada sekitar 6.000.000 orang per tahun, Lebih dari 5.000.000 kematian terjadi pada perokok aktif dan lebih dari 600.000 pada perokok pasif. Merokok menjadi faktor resiko kematian paling tinggi di Cina, di Indonesia kematian 20% penduduk laki-laki dan 12% penduduk ‘wanita akibat penyakit terkait rokok (Eriksen, 2012). Tingkat kematian akibat rokok di Indonesia telah mencapai 57.000 orang setiap tahunnya dan 4,000.000 kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2030 diperkirakan tingkat kematian di dunia akibat konsumsi tembakau akan mencapai angka 10.000 orang setiap tahunnya dan sckitar 70% terjadi di negara- negara berkembang termasuk Indonesia (Heryani, 2014). Laporan WHO (2008) disebutkan bahwa 2/3 perokok tinggal di 10 negara. Saat ini, Indonesia adalah negara terbesar urutan ke-3 pengguna rokok setelah Cina dan India, Konsumsi rokok dikalangan remaja Indonesia meningkat 144% selain itu lebih dari 70% anak Indonesia terpapar asap rokok dan menanggung risiko berbagai penyakit akibat asap rokok (Aula, 2010). Jumlah perokok pada usia remaja merupakan salah satu kondisi yang memperihatinkan, The Global Youth Tobacco survey (GYTS) World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 6 dari 10 pelajar di Indonesia terpapar asap rokok sclama mereka di rumah. Lebih dari sepertiga (37,3%) pelajar biasa merokok, dan lebih mengejutkan lagi adalah 30,9% atau 3 di antara 10 pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur di bawah 10 tahun, pada tahun 2007 dalam GYTS, jumlah perokok usia 13-18 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia, Jumlah ini akan diperkirakan akan menginkat dari tahun ketahun (Aditama, 2006). Menurut Poltekes Depkes Jakarta 1 (2010), jumlah perokok setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Sebesar 35% penduduk umur 15 tahun keatas merokok (tiap hari dan kadang-kadang). Kasus merokok pada pelajar juga semakin memprihatinkan. Prevalensi merokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun menunjukkan 30,4% pernah merokok, dan lebih mengejutkan lagi 20,3% anak sekolah merupakan perokok aktif (Kusumawardani, 2012). Merokok merupakan masalah yang belum dapat terselesaikan hingga saat ini. Merokok sudah melanda berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, baik anak- anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan, Salah satu sasaran program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat adalah _menurunnya prevalensi perokok serta meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok di sekolah, tempat kerja dan tempat umum (Kemenkes RI, 2010). Tingginya prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) termasuk salah satu masalah kesehatan yang menjadi prioritas. Ada 4 PTM terkemuka di dunia yaitu penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit par kronik. Merokok merupakan faktor risiko dari 4 PTM terkemuka tersebut, sedangkan pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktifitas fisik, dan konsumsi alkohol hanya faktor fisiko dari 3 PTM. Hal ini menunjukkan rokok merupakan masalah besar bagi kesehatan masyarakat (Eriksen, 2012). Efek rokok terhadap Kesehatan sangat membahayakan, akibat kandungan berbagai bahan kimia berbahaya yang ada didalam rokok, maka merokok sama dengan memasukkan bahan-bahan tersebut ke dalam tubuh. Bahaya rokok sudah banyak diketahui, tetapi masih banyak remaja yang menjadi perokok aktif Kebiasaan merokok umumnya dilakukan pada saat usia remaja, kebiasaan tersebut sebanyak 47% pada remaja 11-15 tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita (Caldwell, 2009). Tingginya jumlah perokok di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan, arena kurangnya pengetahuan siswa tentang rokok. Merokok merupakan masalah yang masih sulit diselesaikan. Banyak faktor yang mendorong di kalangan siswa untuk merokok. Salah satuh yang mempengaruhi kebiasaan tersebut adalah pengetahuan dan sikap terhadap bahaya rokok itu sendiri. Pengetahuan dan sikap ini dapat diubah dengan penyuluhan dan bimbingan kesehatan (Fitriani, 2011). Secara teori perubahan perilaku memiliki tahap proses perubahan dari pengetahuan menjadi sikap kemudian tindakan, Beberapa penelitian telah memberikan hal ini, namun ada pula yang sebaliknya seperti seseorang berperilaku positif meskipun pengetahuan dan sikapnya negatif (Notoatmodjo, 2007). Perilaku merokok pada remaja merupakan perilaku simbolisasi_ untuk menunjukkan kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap Tawan jenis, Selain itu, perilaku merokok juga bertujuan untuk mencari kenyamanan karena dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi. Perilaku merokok ini merupakan perilaku yang dipelajari dan ditularkan melalui aktivitas teman sebaya dan perilaku permisif orang tua, perilaku ini didorong oleh nilai-nilai dalam diri remaja. Merokok pada remaja adalah kegiatan kompulsif dengan menghisap asap berasal dari gulungan tembakau yang dibakar untuk mendapatkan kepuasan fisiologis dan sosiologis dan juga upaya eliminasi perasaan negatif yang ada dalam diri remaja yang banyak dipelajari dari Jingkungan teman sebaya dan didorong oleh keinginan mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing baliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive) (Aprianai, 201: 2). Masa SMA adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju ke dewasa yang mencari jati diti mereka dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan dan meniru perlakuan orang dewasa seperti kebiasaan merokok. Selain itu, interaksi yang dilakukan remaja dengan lingkungannya dapat mempengaruhi karakter mereka. Maka dari itu, untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya maka remaja tersebut melakukan kebiasaan merokok, minum-minuman keras dan pesta narkoba, Hal ini dapat berdampak negatif pada masa depan remaja sebagai calon generasi penerus bangsa yang besar pengaruhnya dimasa depan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk hindari terjadinya efek yang buruk bagi remaja maka dilakukan pendidikan kesebatan (Gunarsa, 2008). Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi, kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya merokok bagi kesehatan dapat ‘memicu remaja untuk merokok. Perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik menjadi tanggung, jawab tenaga keschatan. Tenaga keschatan yang memberikan informasi akan lebih efektif untuk mencegah perilaku merokok dari pada usaha pasien sendiri untuk bethenti merokok. Perilaku merupakan suatu apresiasi yang disertai dengan pemahaman. Pemahaman merupakan persepsi yang dipengaruhi oleh proses komunikasi (Fatimah, 2006). Berdasarkan hasil survey Riskesdas dan GYTS, dapat memberikan gambaran bahwa prevalensi merokok pada remaja di Indonesia terus meningkat dan usia merokok terjadi pada masa remaja yaitu paling banyak pada usia 15-19 tahun atau seusia remaja di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas). Pendidikan keschatan merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak, sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya meningkatkan keschatan masyarakat Karena sekolsh merupakan lembaga yang sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan sumber daya manusia baik fisik, mental, moral maupun intelektual. Pendidikan keschatan melalui sekolah paling efektif diantara usaha keschatan masyarakat yang lain (Notoatmodjo, 2007). Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur kebijakan pelarangan merokok dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan pasal 22 mengenai kawasan tanpa rokok (KTR). Tempat umum sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok, penetapan KTR disuatu wilayah pada dasamya adalah kebijakan untuk perlindungan terhadap perokok pasif, remaja, ibu hamil dan kelompok rentan, terhadap dampak kesehatan akibat asap rokok, serta pencemaran dalam ruang (Kemenkes, 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BP MAN Biau Kabupaten Buol ada beberapa siswa ditemukan merokok di dalam area sekolah yang berjumlah 2 orang, dan jumlah siswa siswi keseluruhan Madrasah Aliayah Negeri Biau tahun 2015/2016 berjumlah 274 orang dengan jumlah laki-laki 107 dan jumlah siswa perempuan sebanyak 167 orang. Jumlah keseluruhan Kelas X adalah 113 orang, jumlah siswa laki-laki sebanyak 41 orang dan jumlah siswi perempuan sebanyak T2 orang. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian iswa MAN Biau dengan judul hubungan pengetahuan dengan perilaku meroko! kabupaten Buol. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang akan diteliti maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok siswa MAN Biau Kabupaten Buol?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok remaja di MAN Biau Kabupaten Buol. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengetahuan remaja di MAN Biau Kabupaten Buol tentang bahaya merokok. b. Mengetahui perilaku merokok pada remaja di MAN Biau Kabupaten Buol. c. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok remaja di MAN Biau Kabupaten Buol. D. Manfaat Penelitian 1. Sekolah MAN Biau Kabupaten Buol Hasil penelitaian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sebagai sumber informasi bagi sekolah MAN Biau Kabupaten Buol. 2. Peneliti Menambah wawasan tentang penerapan metodologi penelitian selama perkuliahan serta sebagai tambahan pengetahuan, pengalaman secara nyata. » . Instansi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi pembacanya guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, dan dapat diterapkan dalam kehidupan, E. Keaslian Penelitian Laporan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan pengetahuan dengan perilaku merokok siswa sebagai berikut: 1. Ratri Setianingrum (2009), dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Bahaya Merokok dengan Perilaku Merokok pada Remaja di Desa Boro Wetan Kecamatan Banyu Urip Purworejo. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada remaja di Desa Boro. Metode penelitian yang digunakan yaitu survei analitik dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan Cross sectional. Subyek penelitian ini adalah remaja usia 13-17 tahun. Analisis data menggunakan korelasi Product Moment. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu hubungan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada remaja. 2. Ikasari, D (2006): Hubungan Tingkat pengetahuan dengan sikap Remaja Tentang merokok di sekolah seni rupa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan cross tian ini adalah 66 orang tional. Sampel pada pen siswa kelas 1 dan kelas 2 sekolah menengah seni Yogyakarta. Hasilnya adalah sebagian siswa mempunyai tingkat pengetahuan tentang merokok dan bahayanya bagi Kesehatan serta tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap remaja tentang merokok. Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah variabel, sampel dan metode yang digunakan, Penelitian hanya menggunakan satu variabel yaitu pengetahuan dengan sampel masyarakat Dusun Pogung Dalangan. Selain itu penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dilengkapi dengan hasil wawancara untuk memperkuat data dari kuesioner. Kedua penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan terdapat perbedaan dan persamaan. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan yang sekarang adalah sama-sama menggunakan rancangan penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sedangkan perbedaannya anatara Jain lokasi yang berbeda, populasi dan sampel yang berbeda. BABII TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian pengetahuan Menurut Rowella Oktaviani (2009), pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui, atau segala sesuatu yang tidak diketahui, atau segala sesuatu yang berkenan dengan hal (mata pelajaran). Pengetahuan didifinisikan sebagai keahlian, dan keterampilan yang diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan, pemahaman teoritis atau praktis dari suatu objek. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Penelitian Rogers (1994, dalam Notoatmodjo 2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang tersebut mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni: 1), Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2). Interest (merasa tertarik) dimana seseorang mulai tertarik pada stimulus. 3). Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4). Trial, dimana seseorang telah mencoba perilaku baru. ‘Namun pada penelitian berikutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melawati tahapan di atas jika penerima perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku itu akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama (Nursalam, 2011). b.Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut: 1). Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Remaja tahu tentang pengetahuan rokok, kandungan dalam rokok dan penyakit yang diakibatkan oleh rokok. 2). Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui_ dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan scbagainya terhadap objek yang dipelajari. Remaja memahami damapk-dampak yang diakibatkan oleh mengkonsumsi rokok dan akan berhenti merokok. 3). Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4). Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5). Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6). Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada. ¢. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1). Pendidikan Suatu bentuk intervensi atau upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2010). 2). Informasi/media masa Kemudahan seseorang untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Hidayat, 2009). 3). Sosial budaya dan ekonomi Sosial budaya adalah sebagai suatu pengembangan dari kata budi daya, budi daya adalah daya yang dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa tersebut (Hidayat, 2009). 4). Pekerjaan Lingkungan pekerjaan menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara Jangsung maupun tidak langsung, 5). Minat Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhinya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 6). Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. 7). Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. 8). Usia Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa (Hidayat, 2009). 2. Perilaku a. Pengertian perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dati luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor lain dari organ yang bersangkutan (Azwar, 2007). Perilaku adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses berpikir, bekerja (Risnawati, 2010). Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang dinilai sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Meskipun semua orang mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas merokok, hal itu tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditoleransi oleh masayarakat (Aula, 2013). Perilaku terbentuk akibat adanya stimulus terhadap organisme, dan organism memberikan respons. Respons dalam iri manusia dikelompokkan menjadi dua bagian (Lubis dkk, 2010) yaitu: a). Respondent respons (reflexive) Respondent respons (reflexive) adalah respon yang muncul akibat stimulus tertentu (eliciting stimulation), dan sifat responnya relatif menetap. Misalya cahaya lampu yang akan merespon mata untuk menutup mata. b). Operant response (instrumental respons) Operant response yaitu respon yang timbul akibat rangsangan. Rangsanganya disebut reinforcing stimulating, arena selalu memperkuat respons. Misalnya perawat yang melaksanakan tugasnya dengan baik, dan dapat penghargaan, namun sebaliknya ketika dia tidak mendapat respons terhadap hasil kerjanya, maka dia tidak mau memperkuat stimulus yang diterimanya. Stimulus yang diterima atau ditolak dapat membentuk perilaku terbuka atau tertutup. Perilaku kesehatan itu mencakup hal sebagai berikut ( Notoatmodjo, 2007): a). Perilaku tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (cover). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b). Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadp stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang mudah dan dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. b. Faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Levy (1984, dalam Nasution, 2007) Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya namun masih banyak orang yang melakukannya, setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Proses terjadinya perubahan perilaku secara psikologis (Lubis dkk, 2010) disebabkan oleh: 1). Perubahan secara alamiah (Natural Change) Perilaku manusia cenderung berubah-ubah, dan hampir sebagian besar perubahannya disebabkan kejadian secara alamiah. 2). Perubahan terencana ( Planed Chenge ) Perilaku juga dapat terjadi akibat direncanakan sendiri. 3). Penerimaan informasi Informasi yang diterima oleh individu atau kelompok mempengaruhi perubahan perilaku, namun tergantung banyaknya informasi yang diterima. 4). Perubahan kondisi fisiologis Perubahan perilaku manusia dapat juga terjadi akibat perubahan fisiologis, terutama yang berhubungan kesehatan dan penyakit yang dialaminya. Adanya perubahan terhadap kondisi kesehatan fisik akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang yang akhimya membawa perubahan sikap dan perilaku. 5). Ketersediaan berubah Tnovasi program pembangunan kesehatan dalam masyarakat, dengan perubahan perilaku, akan terlihat perubahan pola sikap dan perilaku masyarakat. Sebagian cepat menerima program, dan ada sebagian yang menunjukkan perilaku menolak terhadap perubahan tersebut. Hal ini disebabkan kesiapan dan ketersediaan untuk berubah akibat perbedaan dari sikap, minat, dan kemampuan diri. 3. Merokok a. Pengertian rokok dan merokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara). Diameter sekitar 10 mm yang berisi daun- daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dihirup lewat mulut pada ujung yang lain (Hernowo, 2007). Merokok adalah kegiatan mengeluarkan asap dengan membakar tembakau secara langsung melalui mulut dan dengan menggunakan pipa. Menurut sebagian orang, merokok sebagai wujud kemandirian dan kebanggaan (Hernowo, 2007). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi merokok 1). Pengaruh orang tua Remaja yang tinggal dengan orang tua yang tidak memperhatikan anak dan adanya hukuman fisik yang keras dalam keluarga, akan lebih mudah 19 menjadi perokok. Salah satu faktor risiko pencetus bagi remaja untuk merokok adalah memiliki keluarga yang merokok, perilaku orang (ua yang merokok akan berpengaruh pada anak. Sebab anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku yang dicontohkan oleh orang tua (Mu’tadin, 2007), 2). Pengaruh teman Menyebutkan bahwa salah satu faktor risiko pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga sebagai perokok, di antara remaja perokok terdapat 87% di antaranya memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan remaja bukan perokok Al Bachri (1991, dalam Widianti, 2007). 3), Faktor keperibadian Menurut Atkinson (1999, dalam Widianti, 2007) salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja untuk mengonsumsi rokok dan obat-obatan, yaitu sifat konformitas sosial, individu yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna rokok dan obat-obatan dibandingkan dengan individu yang memiliki skor rendah. 4). Pengaruh iklan Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok, baik dari media cetak maupun media clektronik, yang menggambarkan bahwa perokok terlihat jantan dan gaga (Laily, 2007). c. Bahaya merokok Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Saat batang rokok dibakar, maka asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan tiga komponen utama, yaitu nikotin yang menyebabkan Ketergantungan/adiksi; tar yang bersifat karsinogenik; karbon monoksida yang aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang; dan bahan-bahan kimia lain yang sangat berbahaya bagi tubuh. Zat-zat berbahaya tersebut meliputi Polonin-20] (bahan radioaktif), acetone (bahan pembuat cat), ammonia (bahan untu pencuci lantai), napthalene (bahan kapur barus), DDT dan arsenic (bahan untuk racun serangga), hydrogen cyanida (gas beracun untuk hukuman mati), methanol (bahan bakar roket), cadmium (digunakan untuk accu mobil), vinyil chloride (bahan plastik PVC), phenol bhutane (bahan korek api), carbon monoxide (asap dari kendaraan bermotor), naftalene (kamper), toluene (pelarut industri), dan masih banyak lagi (Jabbar, 2008). Efek merokok tidak hanya mempengaruhi keschatan perokok saja, tetapi juga mempengaruhi kesehatan orang di sekitamya yang tidak merokok, karena tidak terpapar asap rokok tersebut yang disebut perokok pasif. Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel. Komponen padat atau partikel dibagi menjadi nikotin dan tar. Tar adalah 21 kumpulan dari ratusan atau bahkan ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok setelah dikurangi nikotin dan air. Tar ini mengandung bahan-bahan karsinogen (dapat menyebabkan kanker). Nikotin adalah suatu bahan aditif, bahan yang dapat membuat orang menjadi ketagihan dan menimbulkan ketergantungan, Pada daun tembakau, mengandung satu sampai tiga persen nikotin (Jabbar, 2008). Bahaya merokok menurut Departemen Kesehatan RI (2010) adalah: a). Perokok aktif 1). Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung. 2). Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke. 3). Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol tinggi. 4). Meningkatkan risiko sepuluh kali lebi besar untuk mengalami serangan jantung bagi wanita pengguna pil-KB. 5). Meningkatkan risiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan anggota tubuh yang rentan. b). Perokok pasif 1). Bahaya kerusakan paru-paru, Kadar nikotin, karbon monoksida, serta zat- zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit yang sedang diderita, dan kemungkinan mendapat serangan jantung yang lebih tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung. Anak-anak yang orang tuanya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru lebih tinggi. Wanita hamil yang merokok berisiko mendapatkan bayi mereka lahir lurus, cacat, dan kematian, 2). Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan mempengaruhi bayi dalam kandungan. d. Dampak merokok bagi kesehatan Beberapa penyakit yang muncul akibat merokok menurut Mustofah (2008) antara 1), Penyakit paru-paru Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. 2). Penyakit jantung koroner Seperti yang teh diuraikan di atas mengenai zat- zat yang terkandung dalam rokok. Pengaruh ulama pada penyakit jantung 23 ferutama disebabkan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida. Dimana nikotin dapat mengeanggu irama jantung dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan CO menyebabkan pasokan oksigen untuk jantung berkurang karena berikatan dengan Hb darah. 3). Impotensi Nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan mengganggu proses spermatogenesis sehingga Kualitas sperma menjadi buruk. Selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fingsi seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (DE). 4). Osteoporosis Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang belakang. 5). Kanker kulit, mulut dan bibir Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir dimulut, bibir dan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal menjadi sel ganas yang menyebakan kanker. Selain 24 itu, kanker mulut dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari asap. 6). Merusak otak dan indera Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan suplai oksigen yang menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh system tubuh. 7). Mengancam kehamilan Hal ini terutama dityjukan pada wanita perokok. Banyak hasil penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran babkan bayi meninggal saat dilahirkan (Mustofah, 2008). 4, Remaja a. Pengertian remaja Menurut WHO, remaja merupakan masa berkembangnya individu yang dimulai dari individu tersebut menunjukan tandatanda seksual sekundernya hingga individu tersebut mencapai kematangan seksualnya. Saat masuk ke periode remaja, individu tersebut akan mengalami berbagai perkembangan di antaranya perkembangan biologik, psikologis dan 25 sosiologik yang saling terkait antara satu dengan yang lainya. Batasan usia remaja menurut WHO adalah individu yang berusia antara 10-18 tahun, Selain itu, menurut BKKBN usia remaja dimulai pada usia 10 tahun dan beakhir pada usia 21 tahun (Fahrosi, 2013). Definisi mengenai remaja tidak hanya melibatkan pertimbangan mengenai usia saja tetapi juga menyangkut aspek sosio-historis seperti yang sudah dijelaskan di awal. Pertimbangan konteks sosio-historis dapat mendefinisikan bahwa masa remaja atau biasa disebut dengan istilah adolescence merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang merupakan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Sebenarnya tugas pokok dari remaja adalah mempersiapkan individu untuk masuk ke masa dewasa. Para ahli membedakan masa remaja menjadi dua tahap, yaitu periode awal dan periode akhir. Masa remaja awal (early adolescence) merupakan masa remaja yang Kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir merupakan perubahan puberitas terbesar yang terjadi, Masa remaja akhir (late adolescence) merupakan periode yang terjadi kurang lebih pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan (Santrock, 2007). b. Ciri-ciri masa remaj Menurut Lubis (2010) ciri-ciri masa remaja yaitu: a), Periode mencari identitas diri Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya.ape perannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menjadi orang dewasa, apakah siap menjadi suami atau istri, apakah percay dirt dengan latar belakang berbeda. b). Perubahan fisik masa remaja Perkembangan fisik mulai pada periode remaja awal hingga periode remaja akhir terlihat lebih sedikit mengalami penurunan, Penurunannya terutama terjadi pada perkembangan eksternal. Akan tetapi, perkembangn internal pada masa itu terlihat semakan menonjol. c. Perkembangan pada masa remaja 1), Perkembangan fisik Perubahan fisik pada masa pubertas merupakan hasil perubahan hormonal yang berada di bawah pengaruh system saraf pusat, Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan fisik serta pada penampakan dan perkembangan karakteristik seks sekunder. Perubahan fisik antara ke dua jenis kelaman ditentukan berdasarkan dua karakteristik , yaitu (1) karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (misal ovarium, uterus, payudara, penis) dan (2) karakteristik seks sekunder pin an Canscaner yang merupakan perubahan di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misal perubahan suara, munculnya rambut pubertas, penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam fungsi reproduksi (Wong, 2008). 2), Perkembangan emosional Remaja seringkali dijuluki sebagai orang yang abil, tidak konsisten, dan tidak dapat diterka. Hal ini dikarenakan status emosional remaja masih belum stabil. Remaja awal bereaksi dan cepat emosional sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosi hingga mendapatkan situasi dan kondisi yang tepat untuk mengekspresikan dirinya (Wong, 2008). 3). Perkembangan kognitif Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif pada remaja mencapai puncaknya pada kemampuan berpikir abstrak. Remaja suda memiliki polo pikir sendiri sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan abstrak (Wong, 2008). 4). Perkembangan moral Kohlberg menyebutkan bahwa pada masa remaja mulai terbentuk sikap autonomi. Remaja sudah memiliki suatu prinsip yang diyakani, mulai me! ikirkan keabsahan dari pemikian yang ada, serta mencari dan mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk mencapai tujuan (Wong, 2008). 28 5). Perkembangan spiritual Perkembangan spiritual remaja ditandai dengan munculnya pertanyaan terkait nilai-nilai yang dianut keluarga. Remaja akan mengeksplorasi keberadaan Tuhan dan membandingkan agamanya dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan remaja seringkali mempertanyakan kepercayaan yang dianut oleh diri remaja sendiri (Wong, 2008). 6). Perkembangan sosial Perkembangan sosial remaja ditandai dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat, mulai_membebaskan diri dari dominasi keluarga, serta menetapkan identitas yang mandiri dari wewenang orang tua (Wong, 2008). 7). Perkembangan konsep diri Perkembangan konsep diri remaja ditandai dengan menerima perubahan tubuh, menggali tujuan hidup untuk masa depan, menilai positif tentang dirinya sendiri, dan terjalin hubungan dengan lawan jenis. Perkembangan konsep diri, khususnya harga diri, akan terus mengalami perkembangan (Shaffer, 2008). d, Faktor yang mempengaruhi remaja untuk merokok ‘Ada beberapa penyebab remaja merokok menurut Sukendro (2007, dalam Aula, 2010) yatu: a). Faktor sosial Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau lingkungan terkait itu, kita tentu telah mengetahuai bahwa karate seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar, baik keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulan. Bersosialisasi merupakan cara utama pada anak-anak dan remaja untuk mencari jati diri mereka. Biasanya mereka memperhatikan perilaku orang disekitamya, dan kadang kala mencoba untuk meniru perlakuannya. Hal ini sebagai suatu proses yang terjadi pada remaja untuk mencati jati diri dan belajar menjalani hidup. Namun sangat disayangkan Karena tidak hanya kebiasaan-kebiasaan yang baik saja dituruti, melainkan juga kebiasaan- kebiasaan buruk, termasuk kebiasaan merokok. b). Faktor psikologis ‘Ada beberapa alasan psikologis yang menyababkan seseorang merokok, yaitu demi relaksasi atau ketenangan, serta mengurangi Kecemasan atau ketenanagan. Jika seseorang bethenti merokok akan menyentu aspek kejiwaan yang sangat mendasar yang mungkin selama ini telah _memberikan ketenangan, mengurangi ketegangan, serata mengatasi kegelisahan. Psikologis remaja/siswa Menurut Mustofa (2008) merokok berkaitan erat dengan 30 penurunan kualitas hidup. Penelitian yang melibatkan 4.181 responden, disimpulkan bahwa responden memilki ketergantungan _nikotin mempunyai Kualitas hidup yang buruk. Remaja perokok memiliki resiko mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja yang tidak meroko. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi dapat memnyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala depresi dan kecemasan (ansietas). c). Faktor genetik Genetik atau keturunan adalah sifat-sifat dan karakter-karaktr individu yang bisa terlihat pada seseorang anak yang didapat dari Kedua orang tua. Dari faktor genetik ini dapat menjadikan seseorang tergantung pada rokok. Faktor genetik atau biologis ini dipengaruhi juga oleh faktorsfaktor yang lain. Sepertifaktor sosial dan faktor psikologis. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan seseorang merokok adalah pengaruh iklan di media gaml massa atau elektronik yang menampilkan baran bahwa perokok adalah lambang kejantanan. st B. Kerangka Teori Keterangan : CJ =Diteriti Tidak diteliti C. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori di atas yang telah di uraikan dalam tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan skema sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen vom B, Hipotesis Ha : ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok remaja di MAN Biau Kabupaten Buol. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study, dimana data yang menyangkut data variabel independen dan dependen akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2012). B, Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat ‘Tempat penelitian di langsungkan di MAN Biau Kabupaten Buol. 2. Waktu Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan tanggal Juni- Juli 2016. C. Populasi dan Sampel 1, Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek /subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat, 2011). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Biau Kabupaten Buol yaitu sebanyak 113 orang. 2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi, Dalom penelitan 32 keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria cksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2011). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Jumlah atau besar sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan rumus Slovin, yaitu : N "=T4N Keterangan : n= Besar Sampel N=Besar Populasi 4d =Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,15) (Nursalam, 2008). oN "=TEN 113 __ 1B n=T¥ 113 0.15)" 113 = —— 114 (0,0225) n 34 _ 13 ne 324 n = 34,87 n= 35 orang Maka jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan rumus tersebut adalah adalah : 35 Rumus proporsi: Populasi kelas X Total sampel Total populasi 24 1. Kelas X IPA A= 24x35 3 =1 2. Kelas X IPAB ==~x35 + Kelas’ 113 =6 29 3. Kelas X IPS= ms 9 22 4, Kelas X Agama A =7 85 22 5. Kelas X Agama B= me Diambil dengan memperhatikan kriteria inklusi dan ekstusi dari sampel a. Kriteria inklusi 1. Siswa kelas X 2. Siswa bersedia untuk diteiti 3. Siswa yang masih aktif dan belum menyelesaikan pendidikannya b. Kriteria eksklusi 1. Siswa yang sedang izin 2. Siswa yang sedang sakit D. Variabel Peneli 1. Variabel independen Variabel independen (bebas) ini merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Hidayat, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan. 2. Variabel Dependen Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2011). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku merokok siswa. E. Defenisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang di amati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objck atau fenomena (Hidayat, 2011).

You might also like