You are on page 1of 8

p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (2): 99-106 Th.

2017
e-ISSN: 2597-436X

PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK


KIMIA DAN ORGANOLEPTIK TAPE PISANG KEPOK

Effect of Fermentation Time on Chemical Characteristic and Organoleptic of


Kepok Banana Tape

Cahyaning Rini Utami


Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Yudharta Pasuruan
Email : cahyaningriniutami@gmail.com

ABSTRACT
Tape is one of traditional Indonesian fermented food. Kepok banana can be used as tape
because of having resistence starch and high fiber food. Starch content at kepok banana is 22-
25%. The quality of banana tape is determined based on chemical characterization during
fermentation process. In fermentation of tape have three compound as the products are sugar,
alcohol, and organic acid so in this study chemical characteristic that measured are pH, sugar
content, and alcohol content as quality control. This research was aimed to know the effect of
fermentation time on the chemical characteristic and organoleptic of kepok banana tape. The
study was being conducted making kepok banana tape with various fermentation time of 1, 2, 3,
4, 5 and 6 days. The results of fermentation was analyzed by pH, sugar content, alcohol content,
and organoleptic. All of data was analyzed by one way ANOVA and continued by BNT test. The
result show that fermentation time have effect to chemical characteristic and organoleptic. The
best kepok banana tape was produced on third days with chemical characteristic: pH 4,76;
sugar content 11,97%; alcohol content 4,45% and organoleptic value to taste, color, texture,
and flavor were 5.34; 5.56 ; 4.43; and 5.26 respectively (4=least liked, 5=liked). Based on
chemical characteristic and organoleptic test, kepok banana tape good for consumption with
fermentation time 3-4 days.

Keywords: Tape, Kepok banana, Fermentation time, Chemical characteristic

ABSTRAK

Tape merupakan salah satu makanan fermentasi tradisional di Indonesia. Pisang kepok dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar membuat tape karena memiliki kelebihan pati yang resisten
dan serat tinggi. Kandungan pati yang ada pada pisang kepok sekitar 22-25%. Kualitas tape
pisang ditentukan berdasarkan karakteristik kimia selama proses fermentasi. Dalam fermentasi
tape sendiri selalu melibatkan tiga senyawa sebagai produknya yakni gula, alkohol, dan asam
organik sehingga karakteristik kimia yang diukur sebagai kontrol kualitas adalah pH, kadar gula
dan kadar alkohol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi tape
pisang kepok terhadap karakteristik kimia dan organoleptik. Penelitian ini dilakukan dengan
membuat tape pisang kepok dengan variasi waktu fermentasi selama 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 hari.
Hasil fermentasi diuji pH, kadar gula, kadar alkohol dan organoleptik. Seluruh data dianalisa
menggunakan analisis varian (ANOVA) satu arah yang dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil
penelitian menunjukkan waktu fermentasi berpengaruh terhadap karakteristik kimia dan
organoleptik. Tape pisang kepok terbaik dihasilkan pada hari ketiga dengan karakteristik kimia:
pH 4,76; kadar gula 11,97%; kadar alkohol 4,45% dan nilai organoleptik terhadap rasa, warna,
tekstur, dan aroma berturut-turut sebesar 5,34; 5,56 ; 4,43; dan 5,26 (4= sedikit suka, 5= suka).
Berdasarkan hasil uji karakteristik kimia dan organoleptik tape pisang kepok dengan waktu
fermentasi 3- 4 hari layak untuk dikonsumsi.

Kata kunci: Tape, Pisang kepok, Waktu Fermentasi, Karakteristik kimia

99
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (2): 99-106 Th. 2017
e-ISSN: 2597-436X

PENDAHULUAN prebiotik (Umam, M. F. 2012). Pisang


kepok termasuk pisang berkulit tebal dengan
Makanan fermentasi adalah makanan kulit berwarna kuning apabila sudah
yang digunakan sebagai menu makanan matang. Tingkat kematangan pisang
sehari hari karena cara membuatnya sangat menjadi pertimbangan dalam hal membuat
mudah, praktis, dan aman. Banyak pisang. Perubahan kimia yang sangat
keuntungan yang dapat diambil dari menonjol pada saat proses pematangan
makanan hasil fermentasi diantaranya baik pisang secara alamiah adalah perubahan pati
untuk kesehatan tubuh, memiliki cita rasa menjadi gula. Saat buah pisang sudah
yang khas, dan memiliki nilai gizi yang matang, sebagian besar pati akan berubah
lebih baik. Oleh karenanya, makanan menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa serta
fermentasi menjadi lebih penting untuk sejumlah kecil maltosa. Kadar pati serentak
menjaga kesehatan tubuh (Fanworth, 2003). turun dari 20% daging buah menjadi 1-2%
Salah satu makanan fermentasi yang disukai (Shiga, Carpita, Lajolo, Cordenunsi-
adalah tape. Lysenko, 2017). Kandungan gula pada
Tape merupakan makanan hasil pisang yang matang akan lebih dominan
fermentasi yang sangat populer di Indonesia. sehingga mempengaruhi senyawa yang
Bahan yang biasanya digunakan untuk terbentuk pada saat proses peragian
membuat tape adalah bahan yang (fermentasi). Proses fermentasi bahan yang
mengandung pati seperti singkong (Manihot mengandung gula oleh yeast akan
utilissima Pohl) yang telah dilakukan oleh menghasilkan etanol sebagai produk
(Hasanah, 2012). Zat pati yang ada dalam akhirnya. Pada penelitian ini pisang yang
bahan makanan diubah menjadi bentuk yang akan diolah adalah pisang kepok yang agak
sederhana yaitu gula, dengan bantuan suatu matang, dengan harapan agar tape yang
mikroorganisme yang disebut ragi atau dihasilkan memiliki rasa dominan tape
khamir. daripada rasa asam atau alkohol.
Salah satu alternatif bahan berpati Kualitas tape secara umum ditentukan
untuk membuat tape adalah buah pisang dari segi rasa. Tape memiliki rasa manis,
mengingat produksi buah pisang menduduki sedikit asam dan beraroma alkohol.
peringkat pertama hasil pertanian di Fermentasi tape terjadi karena adanya
Indonesia. Pemanfaatan buah pisang sendiri aktivitas mikroba yang mengubah pati
baik dari kulit sampai buahnya sudah menjadi gula, sebagian gula akan diubah
banyak dilakukan. Dari segi energi, limbah menjadi alkohol dan komponen flavor.
pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan Selain dari segi rasa, kualitas tape juga dapat
baku pembuatan bioetanol (Suryaningsih ditentukan dari karakteristik kimia tape.
dan Pasaribu, 2015). Dari segi pangan, Karakteristik dari tape yang bisa diukur
pisang dimanfaatkan untuk tepung, wine, adalah jumlah gula, jumlah alkohol dan pH
dan pembuatan asam cuka (Byarugaba- (derajat keasaman).
Bazirake G.W., 2014) Pembuatan tape Beberapa penelitian yang telah
pisang sendiri merupakan alternatif baru dilakukan adalah menguji karakteristik
penganekaragaman olahan buah pisang kimia tape berbahan dasar selain pisang
dibidang pangan. dengan satu parameter saja. Yulianti (2014)
Pisang yang dipilih sebagai bahan telah melakukan uji kadar alkohol pada tape
dasar tape adalah jenis pisang kepok (Musa beras, ketan, dan singkong dengan variasi
paradisiaca L). Pisang kepok ini memiliki waktu fermentasi. Santosa (2010)
kelebihan kandungan pati yang resisten dan melakukan kajian tentang tape buah sukun
serat yang tinggi. Kandungan pati dalam dengan uji pH, tekstur, rasa sebagai
pisang kepok sebesar 22-25%. Pisang kepok parameter kualitas tape. Dalam fermentasi
mengandung senyawa fruktooligosakarida tape sendiri selalu melibatkan tiga senyawa
sekitar 0,3% yang merupakan sumber sebagai produknya yakni gula, alkohol, dan

100
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (2): 99-106 Th. 2017
e-ISSN: 2597-436X

asam organik sehingga perlu dikaji Pelaksanaan Penelitian


parameter pH, kandungan gula, dan alkohol
Pembuatan Tape Pisang Kepok
sekaligus untuk menentukan kualitas dari Sebanyak 500 g pisang kepok
tape pisang pada penelitian ini. Pembuatan disortasi, dikupas kulitnya dan dicuci air
tape dari pisang sudah dilakukan tetapi bersih. Pisang yang sudah bersih dikukus
untuk jenis pisang yang bebeda. Unika dan selama 15-20 menit. Pada saat dikukus
Astuti (2015) membuat tape berbahan dasar dijaga tingkat kematangannya agar tidak
pisang tanduk dengan variasi waktu dan matang sempurna dengan ditandai
dosis ragi. Penelitian mengenai tape perubahan warna daging buah kuning muda
berbahan dasar pisang kepok masih jarang dengan tekstur lunak. Pisang diangkat dan
dilakukan. dibiarkan dingin selama 1 jam.
Faktor yang mempengaruhi fermentasi Sebanyak 100 g pisang yang sudah
salah satunya adalah waktu fermentasi. dikukus ditimbang dan ditambahkan ragi
Waktu fermentasi akan mempengaruhi
tape sebesar 0,5% (b/b) secara merata
kualitas tape dalam hal layak tidaknya kesemua bagian. Pemberian inokulum ragi
dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut maka tape tersebut didasarkan pada literatur
perlu dikaji tentang pengaruh waktu bahwa inokulum yang ditambahkan dalam
fermentasi terhadap kualitas tape jenis pembuatan tape biasanya kurang dari 1%
pisang kepok. Kualitas tape pisang kepok per kilogam bahan, dan umumnya 0,2-0,5%
dengan variasi lama fermentasi diuji melalui dengan suhu fermentasi pada suhu ruang
karakteristik kimianya (pH, jumlah gula, antara 25-30 oC (Hidayat, 2006). Pisang
jumlah alkohol) dan didukung dengan uji yang sudah diberi ragi tersebut dibungkus
organoleptik untuk melihat tingkat kesukaan dengan daun pisang dan disimpan dengan
orang mengkonsumsi tape pisang. variasi waktu fermentasi 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
hari pada suhu ruang. Perlakuan masing-
METODE PELAKSANAAN masing sampel diulang sampai dua kali
(duplo) pengulangan sehingga terdapat 12
Alat dan Bahan kali percobaan. Sampel hasil fermentasi
Bahan yang digunakan dalam diuji pH menggunakan pHmeter.
penelitian ini: pisang kepok dengan tingkat
kematangan yang seragam, dipilih sedikit Penentuan Kadar Gula
matang, ragi tape merk NKL yang sudah Kadar gula ditentukan menggunakan
dihaluskan, akuades. metode Brix (Gebregergs et al., 2016). Tape
Peralatan yang digunakan dalam hasil fermentasi dihaluskan menggunakan
penelitian:(1) Peralatan untuk preparasi mortar. Sebanyak 5 gram sampel ditimbang
berupa piring, garpu, pisau, baskom, sarung dan diencerkan ke dalam labu ukur 100 mL.
tangan, timbangan analitikal Mettler Toledo Larutan sampel dihomogenkan dengan
MS204S, (2) Peralatan untuk pengolahan pengaduk magnetik selama 10 menit.
berupa kompor, dandang, daun pisang, Larutan sampel yang homogen disaring dan
termometer suhu ruang, plastik (3) Peralatan dianalisa dengan densitymeter untuk
untuk pengujian berupa: pHmeter digital menentukan brix. Hasil dibaca pada layar
TOA DKK HM-3OP, tabung reaksi, gelas monitor. Cara perhitungan (% brix):
ukur 5, 10, 20 mL, 1 set destilasi fraksional, Brix (%) = hasil brix x faktor pengenceran.
pemanas listrik densitymeter Mettler Toledo
DM40, mortar, magnetic stirer Labinco, Penentuan Kadar Alkohol
Kadar alkohol ditentukan dengan
kertas saring Whatman no.92, piknometer
destilasi sampel terlebih dahulu kemudian
HITACHI skala 0-100.
diukur dengan alat piknometer (Sugiyono,
2010). Tape pisang hasil fermentasi yang
sudah dilarutkan dengan air didestilasi

101
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (2): 99-106 Th. 2017
e-ISSN: 2597-436X

dengan suhu terkontrol 75-78 ºC (titik didih


etanol) sampai tidak ada yang keluar sebagai
destilat. Destilat yang diperoleh merupakan
alkohol, kemudian ditentukan volume dan
kadar alkoholnya dengan alkoholmeter.
Kadar alkohol (%) :
Fp x Pembacaan skala alkoholmeter (%).

Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik tape pisang
kepok dengan variasi waktu fermentasi
dilakukan oleh 15 panelis dari berbagai
tingkat usia, pendidikan dan pekerjaan.
Rentang skor 1-7 (sangat suka sampai tidak
suka). Parameter yang diuji meliputi, warna, Gambar 1. Nilai rata-rata pH Tape pisang
rasa, tekstur dan aroma. Kepok dengan variasi Waktu
Fermentasi.
Analisis Statistik
Berdasarkan Gambar 1 nilai pH paling
Data yang diperoleh dianalisis kecil terjadi pada fermentasi hari ke-6
statistik menggunakan ANOVA satu arah dengan nilai sebesar 4,61 dan diperkirakan
(one way) selang kepercayaan 5%, akan turun terus jika fermentasi dilanjutkan.
dilanjutkan dengan uji BNT untuk melihat Apabila proses fermentasi tape terus
tingkat signifikan antar perlakuan. berlanjut maka terbentuk asam-asam
organik karena adanya mikroba dalam ragi
HASIL DAN PEMBAHASAN tape. Didalam ragi tape terdapat berbagai
spesies yang memiliki kemampuan yang
Karakteristik Kimia Tape Pisang berbeda-beda dalam fermentasi meng-
pH hasilkan tape. Dalam ragi tape mikroba
Berdasarkan hasil uji nilai pH rata-rata Aspergillus dapat merombak pati menjadi
dari tape pisang kepok berkisar antara 4,92- glukosa. Saccharomyces, Candida dan
4,61 selama proses fermentasi dapat dilihat Hansenula mengkonversi glukosa menjadi
pada Gambar 1. Menurut mikroorganisme alkohol, sedangkan Acetobacter dapat
pada fermentasi tape termasuk dalam merombak alkohol menjadi asam
mikroorganisme asidofilik yaitu mikro- (Dwijoseputro, 2005).
organisme yang mampu hidup pada kisaran Kadar Gula Reduksi
pH antara 2 sampai 5 (Bede et al., 2015). Gula merupakan faktor utama dalam
Analisis ragam menunjukkan bahwa fermentasi tape karena tape yang baik
perlakuan waktu fermentasi berpengaruh memiliki rasa dominan manis. Pada
nyata terhadap nilai pH dari tape pisang penelitian ini, gula yang ditentukan adalah
kepok antara waktu fermentasi hari pertama gula reduksi. Hasil uji kadar gula reduksi
sampai dengan hari kelima. Terjadi rata-rata memiliki rentang 14,34-9,16%
penurunan pH tape pisang seiring lamanya selama fermentasi ditunjukkan pada Gambar
waktu fermentasi. Penurunan pH disebabkan 2. Berdasarkan analisis ragam menunjukkan
oleh aktivitas mikroba yang merombak pati bahwa perlakuan waktu fermentasi ber-
dari pisang menjadi senyawa dengan produk pengaruh nyata terhadap kadar gula dari
alkohol. Alkohol merupakan senyawa yang tape pisang kepok. Kadar gula reduksi
bersifat asam. Semakin lama waktu tertinggi terjadi pada hari pertama
fermentasi alkohol semakin banyak fermentasi sebesar 14,34%. Kadar gula yang
terbentuk, pH semakin turun. tinggi pada hari pertama fermentasi

102
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (2): 99-106 Th. 2017
e-ISSN: 2597-436X

disebabkan: pertama, pada penelitian ini menjadi asam asetat oleh Acetobacter,
menggunakan pisang sedikit matang sehingga tape terasa asam (Barus, 2011).
sehingga pisang sebelum fermentasi sudah
mengandung gula. Kedua, sebagian pati Kadar Alkohol
yang terkandung dalam pisang mengalami Berdasarkan hasil uji alkohol
pemecahan menjadi gula saat proses menunjukkan bahwa terjadi kenaikan
pengukusan. Pisang dengan jenis pisang jumlah alkohol selama proses fermentasi.
kepok memiliki kandungan gula sebesar Analisis ragam menunjukkan bahwa
12,23 g, pati sebesar 22,84 g per 100 gram perlakuan waktu fermentasi berpengaruh
sehingga menyebabkan buah pisang matang sangat nyata terhadap kadar alhokol tape
memiliki rasa manis (Aurore et al., 2009). pisang kepok. Hasil kadar alkohol rata-rata
tape pisang kepok pada hari pertama sampai
keenam dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Nilai Rata-rata Kadar Gula Tape


Pisang Kepok dengan Variasi Gambar 3. Nilai Rata-rata Kadar Alkohol
Waktu Fermentasi Tape Pisang Kepok dengan
Gambar 2 menunjukkan kadar gula Variasi Waktu Fermentasi
semakin menurun seiring lamanya waktu Kenaikan jumlah alkohol seiring
fermentasi. Penurunan kadar gula signifikan dengan bertambahnya waktu fermentasi
terlihat pada fermentasi hari ke-6 dan karena semakin lama fermentasi maka
diperkirakan akan turun terus jika waktu semakin banyak glukosa yang dirombak
fermentasi berlanjut. Hal tersebut karena menjadi alkohol sehingga kadar alkohol
perubahan glukosa menjadi etanol oleh kerja yang dihasilkan semakin tinggi. Pada hari
yeast yang ada dalam ragi tape. Paulinea et pertama, kadar alcohol masih sangat sedikit
al. 2017 telah menunjukkan penurunan gula yaitu sebesar 0,67%. Hal ini disebabkan
hasil fermentasi pisang menggunakan yeast bakteri Sacharomyces cerevisiae dalam ragi
untuk produksi minuman alkohol. Kadar belum aktif dan masih dalam tahap adaptasi.
gula terendah sebesar 9,16% dengan waktu Meningkatnya kadar alkohol yang dihasil-
fermentasi 6 hari. Pada hari ketiga sampai kan oleh tape pisang kepok berkaitan
kelima kadar gula masih cukup tinggi dengan fase-fase pertumbuhan
dengan rentang rata-rata 11,97-10,35% Sacharomyces cereviciae, yang dimulai dari
karena adanya aktivitas Aspergillus dalam fase adaptasi (Lag phase), fase eksponensial
ragi tape yang mengubah pati pisang (Log phase), fase stasioner (Stationer
menjadi gula. Proses fermentasi pada tape phase), dan fase kematian (Death phase)
melibatkan tiga tahap, yaitu (1) pemecahan (Paulinea et al., 2017).
pati menjadi glukosa oleh Aspergillus sp., Gambar 3 menunjukkan jumlah
(2) Perubahan glukosa menjadi etanol oleh alkohol tertinggi terjadi pada hari keenam
kerja khamir, dan (3) Perubahan etanol dengan perbedaan yang cukup signifikan

103
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (2): 99-106 Th. 2017
e-ISSN: 2597-436X

dengan nilai sebesar 11,56%. Menurut pada hari kedua ketiga dan keempat, akan
Alfarenga et al. (2011) menunjukkan bahwa menurun pada hari ke-5.
dalam selang waktu 1- 7 hari kadar etanol Tabel 1. menunjukkan hasil uji dengan
dalam tape terus meningkat, sedangkan parameter aroma sama dengan hasil uji rasa
setelah 7 hari kadar etanol dalam tape yaitu skor tertinggi ditunjukkan pada hari
menurun. Menurut SNI No. 01-4018-1996 ke-3 dan ke-4 sebesar 5,26 dan 5,22.
mengenai batas kadar alkohol dalam Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma
makanan dan minuman adalah sebesar 8- menurun setelah hari kelima karena jumlah
20%, artinya tape pisang kepok pada hari alkohol pada tape meningkat (lihat Gambar
keenam masih dalam batas normal. Dari 3) dan keasamannya tinggi (lihat Gambar 1).
hasil kesepakatan MUI, makanan dan Menurut Hasanah (2012), semakin lama
minuman yang mengandung alkohol tidak proses fermentasi, maka kadar alkohol dan
boleh melebihi 1 %, sehingga makanan dan keasamannya akan semakin tinggi yang
minuman yang mengandung kadar alkohol membuat aroma tape semakin menurun.
melebihi 1 % termasuk dalam kategori Hasil uji lanjut menunjukkan
haram untuk dikonsumsi (Hasanah, 2012). perlakuan lama fermentasi hari ketiga dan
Namun, batas maksimal yang ditetapkan keempat berbeda tidak nyata terhadap warna
oleh MUI tersebut berlaku hanya apabila tape pisang kepok. Begitu juga dengan hari
pada kadar alkohol sebesar 1% dalam suatu kelima tidak berbeda nyata dengan hari
makanan dapat menyebabkan konsumen keenam. Warna tape pisang akan berubah
merasa hilang kesadaran atau mabuk. menjadi kuning cerah semakin lama proses
fermentasi. Perubahan warna pada tape
Organoleptik Tape Pisang Kepok
Uji Organoleptik dilakukan untuk pisang salah satunya disebabkan oleh
mengetahui tingkat penerimaan konsumen adanya saccharomyses cerevisiae, candida,
terhadap tape yang terbuat dari pisang kepok Hansenulla. Saccharomyses cerevisiae
dengan perbedaan waktu fermentasi. Hasil merupakan khamir ”permukaan” dan selama
fermentasi terbawa ke permukaan bahan
uji organoleptik ditampilkan pada Tabel 1.
Kesukaan panelis terhadap parameter rasa, yang sedang difermentasi oleh gelembung-
warna, tekstur dan aroma berturut-turut gelembung karbondioksida yang oleh
berkisar pada nilai 1,84 sampai 5,34; 2,10 karenanya memproduksi bagian atas yang
sampai 4,50; 2,30 sampai 5,56; 1, 78 sampai mengandung khamir (Barus, 2011).
5,26 (tidak suka sampai suka). Hasil uji Berdasarkan Tabel 1. tingkat
lanjut menyatakan skor rasa tertinggi kesukaan panelis terhadap tekstur tape
dihasilkan pada tape pisang dengan waktu pisang tertinggi pada fermentasi hari ketiga
fermentasi 3 hari yang berbeda tidak nyata sebesar 5,56 dan paling rendah pada hari
dengan waktu fermentasi 4 hari dan berbeda pertama sebesar 2,30. Pada hari pertama,
nyata pada waktu fermentasi 1, 2, 5 dan 6 tekstur tape masih agak keras sedangkan
hari. Kesukaan panelis terhadap rasa pada hari keenam teksturnya sangat lunak.
tersebut disebabkan pada hari ke-3 dan ke-4 Menurut Hidayat dan Suhartini (2009),
semakin lama proses fermentasi, maka
menunjukkan khas tape yang ideal. Rasa
tape yang ideal artinya komposisi gula jumlah alkohol dan asam-asam organik yang
masih dominan dengan sedikit asam berwujud cair dan yang dihasilkan akan
beralkohol yang sejalan dengan karakteristik semakin tinggi. Hal inilah yang
kimia sebelumnya. Pada hari pertama tape menyebabkan tekstur tape yang dihasilkan
belum terbentuk sehingga rasa khas dari semakin lunak seiring dengan lama
tape belum muncul, baru muncul pada hari fermentasi.
kedua dan meningkat hari berikutnya.
Menurut Unika (2015) rasa tape meningkat

104
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (2): 99-106 Th. 2017
e-ISSN: 2597-436X

Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik Tape Pisang Kepok


Tape Pisang Kepok Skor
Variasi Waktu Rasa Warna Tekstur Aroma
Fermentasi (hari)
1 1,84a 2,10a 2,30a 1.78a
2 2,92b 3,21b 2,82b 3.78c
3 5,34c 4,43c 5,56e 5.26d
4 5,00c 4,47c 5,10d 5.22d
5 2,62b 4,55d 3,60c 2.52b
6 1,90a 4,50d 3,16b 1.80a

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Aurore, G., Parfait, B., & Fahrasmane, L.


(2009). Bananas, Raw Materials For
Waktu Fermentasi berpengaruh Making Processed Food Products.
terhadap nilai pH, kadar gula, kadar alkohol Food Science and Technology. 20:78–
dan organoleptik tape pisang kepok. Kriteria 91.
tape pisang kepok terbaik dihasilkan pada
perlakuan waktu fermentasi selama 3 hari Barus T, Wijaya LN. (2011). Mikrobiota
dengan nilai pH 4,76; kadar gula 11,97% Dominan Dan Perannya Dalam Cita
dan kadar alkohol 4,45%. Nilai organoleptik Rasa “Tape” Singkong. Biota. 16:354-
tape pisang waktu fermentasi 3 hari untuk 361.
rasa, warna, tekstur dan aroma berturut-turut Bede, E.N., Okeke, C.E., Amandikwa, C.,
sebesar 5,34; 5,56 ; 4,43; dan 5,26 (4= (2015). Physicochemical properties
sedikit suka, 5= suka). Berdasarkan hasil uji and sensory evaluation of Kunu-zaki
karakteristik kimia dan organoleptiknya tape beverage produced by substitution of
pisang dengan waktu fermentasi 3- 4 hari sweet potato with fruits. Food
layak untuk dikonsumsi. Technol. 9 (3): 81–84.
Byarugaba-Bazirake, G.W., Byarugaba, W.,
Saran
Tumusiime, M., Kimono, D.A. (2014).
1. Perlu dilakukan uji kadar gula pada
The technology of producing banana
pisang kepok setelah pengukusan
wine vinegar from starch of banana
sebagai kontrol fermentasi.
peels. African Journal of Food Science
2. Perlu dikaji variasi pemberian ragi tape
and Technology. Vol. 5(1):1-5.
untuk menentukan dosis ragi yang tepat.
Dwidjoseputro. (2005). Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
DAFTAR PUSTAKA
Farnworth, E.R. (2003). Handbook of
[BSN] Badan Standar Nasional. (1996). SNI Fermented Functional Foods. Ed ke-2.
No. 01-4018-1996: Batas Maksimum Florida: CRC Pr.
Alkohol dalam Makanan dan
Gebregergs, A., Gebresemati M., Sahu, O.,
Minuman. Jakarta:BSN.
(2016). Industrial Ethanol from
Alvarenga, R.M., Carrara, A.G., Silva, C., Banana Peels for Developing
Oliveira, E.S., (2011). Potential Countries: Response Surface
Application of Saccharomyces Methodology. Pacific Science Review
Cerevisiae Strains for the A: Natural Science and Engineering
Fermentation of Banana Pulp. Afr. J. 18: 22-29.
Biotechnol. 10 (18):3608–3615.

105
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (2): 99-106 Th. 2017
e-ISSN: 2597-436X

Hasanah, H., Jannah, A., Fasya, A.G. Unika, A. Astuti, N. (2015). Pengaruh
(2012). Pengaruh Lama Fermentasi jumlah ragi dan waktu fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol Tape terhadap sifat organoleptik Tapai
Singkong (Manihot utilissima Pohl). pisang tanduk. e-journal Boga. Vol.
ALCHEMY, Vol. 2 (1): 68-79. 4(1): 192-201.
Hidayat dan Suhartini. (2009). Mikrobiologi Yulianti, H.C. (2014). Uji Beda Kadar
Industri. Andi. Yogyakarta. Alkohol Pada Tape Beras, Ketan
Irianto, K, (2006), Mikrobiologi: Menguak Hitam Dan Singkong. Jurnal Teknika.
Dunia Mikroorganisme Jilid 2, Vol 6 (1):531-536.
Bandung: CV. Yrama Widya: 214-
215.
Paulinea M., Alexandre O., Andoseh, B.K.
(2017). Production Technique and
Sensory Evaluation of Traditional
Alcoholic Beverage Based Maize and
Banana. International Journal of
Gastronomy and Food Science. 10:11–
15.
Santosa, A. Prakosa, C. (2010).
Karakteristik tape buah sukun hasil
fermentasi Penggunaan konsentrasi
ragi yang berbeda. Magistra, No. 73
Th. XXII: 48-55.
Shiga, T. M., Carpita N.C., Lajolo, F.M.,
Cordenunsi-Lysenko, B.R. (2017).
Two Banana Cultivars Differ in
Composition of Potentially
Immunomodulatory Mannan and
Arabinogalactan. Carbohydrate
Polymers. 164 :31–41.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. R & B.
Bandung: Alfabeta.
Suryaningsih, N.L.S., Pasaribu, Y.P. (2015).
Dewaka Banana as an Alternative
Energy Source. Procedia Food
Science 3:211 – 215.
Umam, M. F. (2012). Kajian Karakteristik
Minuman Sinbiotik Pisang Kepok
(Musa paradisiaca forma typical)
Dengan Menggunakan Starter
Lactobacillus Acidophillus Ifo 13951
Dan Bifidobacterium Longum Atcc
15707. Jurnal Teknosains Pangan.
Vol.1(1): 2-11.

106

You might also like