You are on page 1of 86
EDis! 2015 Pemeriksaan Klinis Neurologi Anatomi Sistem Saraf Afasia Sistem Saraf Otonom Neuroimaging Circulus Willisi Diagnosa Topis Stroke Tetanus Bell's Palsy Miastenia Gravis Parkinson Epilepsi Caison’s disease Tumor Sistem Saraf Hernia Nukleus Pulposus Obat-obatan Neurologi Obat-obatan Psikiatri dan lain-lain NEUROLOGY Make It Easy Only With Medical Mini Notes DAFTAR ISI Pemeriksaan Klinis Neurolog} .. Anatomi Sistem Saraf Pusat Pemeriksaan Kesadaran ... Pemeriksaan Fungsi Kortikal Luhu Affasia woe Pemeriksaan ‘Rangsang | Menings Pemeriksaan Nervus Cranialis .. Pemeriksaan Motorik Refleks Fisiologis. Refleks Patologis. Pemeriksaan Sensoni Dermatom Sensorik.. Sistem Saraf Otonom Tes Fungsi Koordinasi AGE SSagdans Neuroimaging........ Cirqulus Willisi . : Stroke... ag Skor Siriraj, 's Algoritma Gadjah Mada 468 Skor Hasanuddin “6 Diagnosa Tops .. “50 Hernia Nuklus Pulposus Tumor Sistem Sarai Parkinso' i 7 Tetanus = Miastenia 9 be Gullain Barre Syndrome . Catson’s Disease --- Bells’s Palsy. Nyeri kepala /Sefaigia. Meningitis ....-- Obat lain yang sering digunakat BONUS: Obat Psikiatri.....-- PEMERIKSAAN KLINIS NEUROLOGI I. Kesadaran (Glasgow Coma Scale , E,M,Vx) II. Fungsi Kortikal Luhur ( High Cortical Function) III. Rangsang Selaput Otak ( Menings sign) Iv. Pemeriksaan Saraf Cranial Vv. Sistem Motorik * Pergerakan ¢ Kekuatan ° Tonus ° Refieks Fisiologis * Refleks Patologis VI. Sistem Sensorik © Eksteroseptif e Proprioseptrif e Enteroseptif VII. Sistem Saraf Otonom (SSO) ° BAB ° BAK ¢ Keringat ik ens Miata Sestenpsietone Dilarang Mengutip / Memperbanyak Sebagian atau Seluruh Isi Buku Ini Tanpa Seizin Penulis (Tim Medical Mini Notes) Sanks! Pelanggaran Pasal 44: Uindang-undeng Nomor 7 Tahun 1967 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomar 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta: (2)Barang siapa dengan sengaja dan tanpa k mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau member! izin untuk itu, dipid dengan pidane penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). (2)Barang siapa dengan sengaja menylarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatuciptaan atau baranghasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimakcud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penfara paling lama 5 (ima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). ANATOMI SISTEM SARAF PUSAT™ Tiap_Hemispherium Cerebri, terbagi atas : 1. LOBUS FRONTALIS 2. LOBUS PARIETALIS 3. LOBUS OCCIPITALIS 4, LOBUS TEMPORALIS 5.LOBUS CENTRALIS / INSULAE Fissura longitudinalis cerebri Lobus frontals =. Sulcus centralis — Lobus parietalis —| Lobus temporalis = Sulcus parietooccpitalis ~ Lobus occpitalis Polus occipital 1 ‘Anatomi otak, dikutip dari kepustakaan . Gam! —Polus occipitalis Fossa lateralis, ~ Lobus occipitalls cerebri I \. ior i! Lobus temporatis Polus temporalis’ sulcus lateralis SEREBRI (Otak Besar) Lobus frontalis dibatasi oleh sulcus centralis sampai frontal pole dan terletak di bagian atas dan anterior sulcus centralis. Lobus ini dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu: korteks motorik primer (area 4), korteks premotor (area 6), korteks prefrontal. Keseluruhan lobus frontal memiliki fungsi penting yaitu pengatur motorik, pusat bicara motorik (Broca), pusat emosi, pusat berpikir, pusat perilaku, Pusat inisiatif ‘Incisura pre-occipitalis Lobus parietal dibatasi oleh sulcus centralis sampai lobus oksipiral, superior, dan lobus temporal. Fungsi lobus ini sebagai pusat Pemrosesan sensori somato-sensorik ayng meliputi nyeri, suhu, taktil, dan penilaian objek dalam orientasi ruang. Lobus temporal dimulai dari polus temporal sampai lokus oksipital. Lobus ini berperan sebagai pusat pendengaran, penertian bahasa (Wernicle), pemahaman suara, dan rama musik, serta pengaturan fungsi memori. Lobus oksipital terletak posterior dari parietooksipital dan peoccipital notch. Perannya adalah sebagai pusat penerima dan penganalisa pengihatan, dan untuk mengenali penglihatan serta warna. Ganglia basalis merupakan massa abu-abu yang berada pada lapisan dalam hemisfer serebri dan termasuk dalam sistem ekstrairamidalis. Ganglia basalis terdiri dari nukleus kaudatus, nukleus lentiformis (putamen dan globus palidus) dan nukleus amigdala. Lesi di daerah ini menimbulkan gerakan repetitif, bradikinesia, dan tremor seperti ada penyakit Parkinson. _ [GRRE Nanya 3 SEREBELLUM (Otak Kecil) Terletak di bagian dorsal dari pons dan medula oblogata. dipisahkan dengan lobus oksipital serebri oleh tentorium dan memenuhi hampir ! seluruh fossa posterior. Serebellum memiliki fungsi utama koordinas! gerakan volunter terlatih dengan mempengaruhi aktivitas otot, mengontrol keseimbangan, dan tonus otot melalui hubungan dengan sistem vestibular dan medula spinalis. Pyssag ee Mencakup talamus dan hipotalamus, Talamus menerima 5 informasi sensorik yang datang (kecuali bau) dan memancarkan informasi ke korteks serebri. Talamus juga merupakan bagian dari sistem pengaktifan retikular (RAS / Reticular Activating System). Hipotalamus membentuk dasar diensefalon, hipotalamus berintergrasi dan mengarahkan informasi mengenal suhu, rasa lapar, aktifitas susunan saraf otonom, dan status emosi. Hipotalamus juga menentukan kadar beberapa hormon termasuk hormon. hipofisis, EYMe laters Terdiri dari medula oblongata, pons, dan mesensefalon. Batang otak merupakan struktur penting sebagai relay station untuk banyak serabut longitudinal (asendens dan desendens). Pada bagian dorsal batang otak terdapat formasio retikularis yang mengatur fungsi kesadaran, sirkulasi darah, pernafasan, dan fungsi vital lainnya. PSR” Medula spinalis menempati 2/3 bagian atas kanalis spinalis pada dewasa dalam kolumna vertebra. Panjang keseluruhan pada dewasa normainya 42 hingga 45 cm. Pada dewasa, konus medularis (ujung distal medula spinalis) berakhir pada Li atau L2 dari kolumna vertebra. Ada 31 segmen medulla spinalis (8 Cervicalis + 12 Thoracalis + 5 Lumbalis + 5 Sacralis + 1 Coccygeus) — Segmen Cervicalis > level Foramen Magnum s/d V.C7 — Segmen Thoracalis — level V.T; - Tio = Segmen Lumbalis — level Tyo - Tiz — Segmen Sacralis + Coccygeus — level Li - Lz ong EI © snidoig suey: : (ueieya6 : r “Nopsepaquy sninopsey x | “}S@UWEASIP ‘UexeIa6 ‘IsIsod) < 4ousysog : : : NOTwalsoa snjdoag snnopses x : smeaung snynoyoses x: : SHDeID sninopsey x | < : suiepaxoulds snqzesy x | : 1 (nyns + pau) syesajeq : ; sudsonjo.snpen. x; Soneinouds mes, syesqey =} (qUOOW) sere] wa snidoud sninopsey x : seujdscanioy ——SHPIIeqeve00ulds Topuak : POEL Bis + 30} snuo}) syequan suejiaqaiazoulds smpeit x : + sqeujdsoya, snper ‘sieuidsojnaj9y Jouaquy sjjeul6sew snpel x : -oydas sninopsey x ; — syjeuidsojngnsen =: (ueyaq + eqes) JoNayuy douay | snpei, x : snojwejeyyouids smpeq x > YOTUALNW snudoig sningpseq x | (2{0j0W) souaquy sijeuldsoaj40D, snpeit PPLE REEL PELE NE ee ECE RI] MPS OTF] + SN30Na9SV € ueexeysndoy wep danyip jeses sryyeay : joqe, Gambar : Tractus piramidatis, dikutip dari kepustakaan « Gambar: A) Homonkulus sensorik, 8) Homonculus motorik Dikutip dari kepustakaan 4. Gambar: Aliran liquor cerebrospinal, dikutip dar! kepustakaan 2 Produksi LCS normal 500 ml perhari atau’0,2 - 0,35 ml/menit. LCS _diproduksi oleh pleksus choroideus yang berlokasi di sistem ventrikel»LCS lalu mengalir ke “ventrikely lateral _kemudian melalui foramenMonro / intraventrikel masuk ke ventrikel Il. Kemudian melalui Aquaductus Sylvii_mengalir ke ventrikel IV, Setelah itu melalui 2 buah foramen Luschka di sisi lateral dan 1 buah foramen magendie di sisi medial, LCS masuk ke ruang subarachnoid lalu ke sinus duramater kemudian ke aliran vena melalui vilus arachnoidalis. Aliran LCS melalui sistem ventrikuli dipermudah oleh faktor-faktor sirkulasi dan postural yang menimbulkan tekanan intrakranial normal sebesar 10 mmHg. Penurunan tekanan akibat pengeluaran LCS walau hanya beberapa mililiter dapat menimbulkan nyeri kepala hebat. 140-145 yy FOR. MONRO Ventrikel 3rd Y sett ons Ventriket 4th . LUSCHKA For. MAGENDIE Cisterna magna Vill arachnoidaiis Punksi Lumbal Punksi lumbal merupakan suatu tindakan untuk : memperoleh LCS dan memperoleh gambaran jalannya lintasan LCS dalam foramen vertebralis. Tempat melakukan punksi lumbal yaitu di arah distal dari conus medularis melalui tusukan jarum Pada daerah kulit di coral antara prosesus spinosus pada vertebra L3-4, L4-5, atau L2- PEMERIKSAAN KESADARAN * Secara kuantitatif + GLASGOW COMA SCALE 4 3 2 4 SPONTAN SUARA/ NYERI TIDAK PERINTAH SUPRAORBITA BERESPON ~ | | | ‘6 5 4 ‘Mengikuti perintah Melokalisir nyert Reaksi menghindar Nyeri supracrbita = respon ‘ign angkat tangan lewati dagu 3 2 1 Fieksi abnormal Ekstensi abnormal Tidak ada reakst J 10 Bleara/ percakapan Membingungkan (confused conversation) Suara tidak jelas Tidak ada respon (incomprehensible sounds) Secara kualitatif TINGKAT KESADARAN : o o o a rr Kompos mentis : bereaksi secara adekuat Delirium : pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi, berteriak, aktivitas motorik meningkat. Somnolen ; keadaan mengantuk, dapat pulih penuh jika dirangsang. Stupor : penderita merasakan kantuk yang dalam dan masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat namun kesadarannya segera menurun lagi (respon terhadap verbal samar, respon terhadap nyeri namun tidak dapat sadar sempurna) Koma ringan : tidak ada respon terhadap rangsang verbal, hanya terhadap rangsang nyeri berupa gerakan. Namun, Pasien tidak dapat dibangunkan. Reflex pupil, kornea, dsb masih baik Koma dalam : tidak ada gerakan spontan meskipun dengan rangsangan nyeri dan rangsangan verbal. oil PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR Mini Mental Scale Orientasi Nilai 1. |Sekarang (tahun, musim, bulan, tanggal, hari) apa? Maks 2. |Kita berada dimana? (negara, provinsi, kota, rumah sakit, 5 lantai/kamar) 5 Registrasi : 3. |Sebut 3 buah benda ( apel, meja, koin), tiap 1 detik pasien 3 disuruh mengulang ke tiga b enda t ersebut. Nil ai 1 untuk setiap benda yng bmar. Ul angi sampai paien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan. Atensi dan kalkulasi 4 |Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar, Hentikan setelah 5 jawaban. Atau, 5 minta mengeja terbalik kata , WAHYU? ( nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan, misalnya uyahw = 2 nilai ) Mengingat kembali 5 | Pasien disuruh menyebut kemball 3 nama benda di atas 3 Bahasa 6 | Pasien disuruh menyebut nama benda yang ditunjukkan 2 (pensil, buku) 7 |Pasien disuruh mengulang kata-kata : “namun, “bila” 1 8 |Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas ini 3 dengan tangan Anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di 9 |lantai” 1 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah : 10 |"Pejamkan mata Anda” 11 | Pasien disuruh menulis dengan spontan Pasien disuruh menggambar benda di bawah ini TOTAL : 30 24-30 : NORMAL 17-23 : Probable gangguan kognitif 0-16 : Defenite gangguan kognitif _J Kaku Kuduk (nuchal rigidity) * Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah neck stiffness, kepala pasien yang sedang berbaring © Kepala difleksi & diusahakan dagu mencapai dada. Kaku Kuduk + » didapatkan tahanan Kernig Sign * Fleksikan pada pasien pada persendian panggul sampai membuat sudut 90°. nites: * Tungkai bawah diekstensikan pada pes eop ot \ persendian lutut. Biasanya ekstensi Soke dapat mencapai sudut 135°. Kernig sign + =» terdapat tahanan sebelum tercapai sudut 135°. Lasegue Sign Pasien diminta berbaring lurus Satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan pada persendian panggulnya. Normalnya dapat mencapai sudut 70°. Brudzinski 1 Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring Tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang ( satunya lagi ditempatkan di dada pasien pasien, Brudzinski 1 + = fleksi kedua tungkai. Brudzinski 2 Satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedangkan tungkai yang satu berada dalan keadaan lurus. Brudzinski 2 + = tungkai yang satunya juga ikut fleksi. Brudzinski 3 Menekan Os. Zygomatikum maka akan terjadi flexi pada kedua lengan Brudzinski 4 Menekan symphisis pubis maka akan terjadi flexi pada kedua tungkai Guillain Sign Ada 2 cara yaitu: * Tusukan pada kulit yang menutup otot kuadrisep femoris * Memijat otot kuardrisep femoris Guillain sign + =» fleksi tungkai kontralateral di sendi lutut dan coxae secara reflektorik Edelmann test Fleksi tungkai atas (di sendi panggul) sedangkan Iutut diluruskan secara pasif Edelmann test + = dorsofleksi dari ibu jari kaki secara reflektorik Bikele test Lengan pasien diluruskan di atas bahu Bikele test + =» pasien menahan articulatio cubitinya (siku) tetap fleksi Tanda rangsang meningeal diperiksa untuk melihat apakah terdapat iritasi ada selaput menings. Iritasi meningeal bervariasi dan bergantung pada tingkat keparahan proses kondiri yang berhubungan. leguenemumoresznearensgyration * PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS'*" Komponen masing-masing Nn. Craniales: o Hanya Sensoris = N. I, N. II, dan N.VIIL i o Hanya Motoris © N. III, IV, VI, XI dan XII o Sensoris + Motoris = N. V, VII, IX, dan X o Parasimpatis = N. III, VII, IX, dan X NERVUS OLFACTORIUS (N.I) Cara pemeriksaan: 1. Beritahu bahwa daya penciuman pasien hendak diperiksa. 2. Pasien diminta mengidentifikasi apa yg terhidu olehnya bila suatu botol yang berisi zat tertentu didekatkan ke salah satu lubang hidungnya. 3. Lakukan hal yang sama di lubang hidung yang lain. Penilaian: - Normosmia : mampu menghidu dgn tepat - Anosmia : hilangnya daya penghidu - Hiposmia : daya penghidu kurang tajam (misalnya pada usila) - Parosmia : terhidu bau yang tidak sesuai - Kakosmia : mirip parosmia tapi selalu diidentifikasi sebagai bau yang tidak menyenangkan. - Halusinasi olfaktorik : terhidu sesuatu tanpa adanya perangsangan NERVUS OPTICUS (NIT) Pemeriksaan terdiri dai 1.Ketajaman penglihatan (visual acuity / visus) * Penglihatan jauh =» normal 5/5 atau 6/6 dan abnormal jika : o Menghitung jari pada jarak 1 meter : VOS-D: 1/60 o Mengenal gerakan tangan: VOS-D: 1/300 o Mengenal cahaya: VOS-D: 1/~ © Tidak mampu mengenal cahaya: VOS-D: 0 2. Lapangan pandang (visual field) =» dengan perimeter / kampimeter dan tes konfrontasi Berikut cara tes konfrontasi: ¢ Pasien diberi penjelasan mengenai tes * Pemeriksa yang normal lapangan pandangnya duduk berhadapan dengan pasien dimana kedudukan mata keduanya sama tinggi. * Fiksasi mata pasien dengan meminta melihat ke mata pemeriksa. Tutup mata yang tidak diperiksa. * Pasien tetap menatap ke depan ketika sesuatu benda yang menyolok didekatkan oleh pemeriksa memasuki kawasan medan penglihatannya dari berbagal arah telah terlihat olehnya. Gamber: A) Tes konfrontasl, B) Besar arah lapangan pandang normal, dikutip dari kepustaksan 7 3.Pemeriksaan fundus : retina dan papil NII 4.Pengenalan warna : stilling ishihara test card Fungsi: Gerak Bola Mata (III, IV, VI), Konstriksi Pupil, Pengaturan Akomodas! (III) Pemeriksaan terdiri dari: 1.Pemeriksaan Pupil -Normal ; Bentuk bulat, isokor, diameter 2-4mm ( < 2mm: miosis, > 4mm: midriasis) -Refleks pupil terhadap cahaya : ‘© Langsung (RCL) : terjadi miosis pada mata yang di senter. ( Tidak langsung / refleks cahaya yp konsensual (RCTL) : jatuhkan sinar pada salah satu mata terjadi miosis pada mata yang tidak disenter. -Refleks pupil akomodatif atau 17 o Pasien diminta menatap lurus ke depan, kemudian secara tiba - tiba datangkan suatu benda dengan cepat kearah pangkal hidung o terjadi Kontraksi ke dua otot rektus medialis (= konvergens!) dan kontraksi otot siliaris (= konstriksi pupil). 2. Pemeriksaan Gerakan Bola Mata Pemeriksaan ini dapat memberikan info penting adanya lesi mulai dari korteks serebri, mesensefalon sampai di saraf otak. Dibedakan atas : * Gerakan voluntar (diatur oleh korteks serebri) dilaksanakan oleh otot-otot okular kiri dan kanan. Hasil pemeriksaan : gerakan konyugat dan gerakan diskonyugat (gerakan konvergen). * Gerakan involuntar : nistagmus dan gerakan okulogirik Null T> MRectus medial ‘ Null NIV M.Rectus inferior M. Oblikus superior Gambar: A)Pemerlksaan gerakan bola mata, B) Arah, otot, dan persarafan bola mata, dikutip dari kepustakaan 7 Ptosis terjadi akibat kelumpuhan nervus III yang mengakibatkan kelopak mata atas yy terjatuh, mata tertutup, dan tidak dapat membuka. Hal ini terjadi karena nervus III mempersarafi M. Levator palpebrae. Pada ptosis ringan, kelopak mata masih dapat membuka akibat kompensasi dari M. Frontalis jadi untuk pemeriksaan harus menekan alis mata agar kompensasi M. Frontalis dapat diredam. Diplopia (penglihatan kembar) dapat terjadi apabila terjadi kelumpuhan pada otot pengerak bola mata. a= 18 kanan Stimulus berupa cahaya yang cahaya masuk di mata kanan akan) dikirim melalui nervus optikus (| N II) sebagai impuls aferen ke news midbrain (kolikulus superior). Dari sana nervus optikus akan] berganti neuron menuju_ ke} nukleus Edinger-Westphal pada} ipsilateral. Serat saraf berlanjut} menjadi N III untuk kedua mata} lalu menuju ke ganglion ciliary dan menjadi nervus ciliary brevis} yang akan mempersarafi M. Sphincter pupillae. Pada mata kanan, respon ini akan dianggap sebagai refleks cahaya langsung sedangkan pada mata kiri sebagai refleks cahaya tidak| langsung. a) Mata kanan pasien diperiksa a. teriebih dahulu = RCL kanan (-), RCTL kirl (-) => > ) &D Alasannya: FY karena N IT pada mata kanan yang CL) berfungsi menerima cahaya rusak, maka tidak ada impuls yang masuk dan| pupil tidak berespon dengen miosis tidak ada rangsangan yang diteruskan RCL kanan (-), RCTL kid (-) ke chiasma opticum sehingga kedua oy Vor. pupll tidak akan miosis, ee QD te Gambar a: Mata kanan pasien clisinart: Kedua b) Tetapi ketika mata kiridiperiksa =» \el RCL kiri (+) dan RCTL kanan (+). Pupil a kiri akan miosis begitu juga dengan ) Pupil kanan. Hal ini karena N II kiri dan | Sambar b: Mata kir pasien disinari: Kedua a i berespon dengan NII kanan berfungsi dengan baik, Revi), Rot kanan o) ja) Mata kanan pasien diperiksa terlebih dahulu > RCL kanan (-), RCTL kiri (+) Alasannya: ada impuls yang masuk ke mata dan Mata kanan pasien disrarl: Puot serabut motorik N III kanan rusak makal unsunan NI neve, Pool ti Goespon pupil kanan tidak akan miosis» ~ dengan miosis sedangkan pupil kiri akan miosis. EL ads CA UT Fa C8 b) Ketika mata kiri diperiksa => RCL kiri (+), RCTL kanan (-). Pupil kiri akan miosis karena N II dan N III dari mata kiri berfungsi dengan baik, Sedangkan pada mata kanan hanya N II yang =.) berfungsi baik namun karena N III | eambarbs Hata pasion dinar Pup tin mengalami kerusakan maka tidak akan | Perron dengan miosis, run Kanan Sn memberikan respon miosis. REL kiri (+), RCTL kanan (-) 7 NERVUS TRIGEMINUS (N.V) i P Percabangan: N. Ophthalmicus (V), N. Maxillaris (V2), N. Mandibularis (V3) Fungsi: * Sensorik : Untuk sensibilitas wajah * Motorik : Untuk otot pengunyah * Refleks : - Dagu - Kornea = aferen : N.V, eferen N.VII Cara pemeriksaan * Gores sclera ke arah limbus kornea. Respon normal : terjadi kedipan mata MERVUS FACTALIS (N.VII) Fungsi: © Pengecapan 2/3 anterior lidah - e Ekspresi Wajah + otok mimik wajah © Sekresi Kelenjar Lakrimalis Pemeriksaan terdiri dari: © Motorik : perhatikan penutupan kelopak mata, elevas! asimetri dari sudut bibir, pendangkalan lipatan nasolabial Untuk pemeriksaan motorik, minta pasien untuk: a.a.Mengerutlan dahi dengan cara melihat ke atas (M.frontalis) b.Menutup mata lalu pemeriksa mencoba memaksa membuka (M.orbicularis ocull) sao c.Mengunci bibi sambil menggembungkan pipi (M. Buccinator) d.Tersenyum sambil memperlihatkan gigi (M. Orbicularis oris) tr Sensorik : julurkan lidah, keringkan, oleskan zat manis, =) asin, asam,pahit. me TAHUKAH KAMU...7 Otot wajah bagian atas mendapat persarafan dari 2 sisi. Pada gangguan sentral, sekitar mata dan dahi mendapat persarafan dari kedua sisi jadi tidak lumpuh, | akibatnya yang lumpuh hanya bagian bawah wajah. Pada gangguan jenis perifer yang lumpuh adalah semua otot wajah, baik volunter maupun involunter dan mungkin juga termasuk cabang saraf yang mengatur pengecapan dan sekresi air liur yang berjalan bersama dengan nervus VII. Hal ini bisa Terdiri dari: N. vestibularis + N. cochlearls Fungst: Pendengaran dan Keseimbangan Pemeriksaan terdiri dari: 1,Pemeriksaan daya pendengaran 2.Pemeriksaan fungsi vestibularis? Fungs! ini diteliti bila terdapat keluhan pusing o Observasi sikap berdiri & sikap badan > seevsites bergerak o Observasi nistagmus spontan o Observasi nistagmus yg dibangkitkan TEST RINNE Tujuan: membandingkan hantaran udara dan tulang pada satu telinga pasien Garpu tala 512 Hz dibunyikan latu tempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyi, segera pindahkan garpu tala didepan meatus akustikus eksternus pasien. Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : 1) Normal: tes rinne positif 2) ‘Tuli konduktif: tes rinne negatif (getaran dapat didengar aoe tulang Jebih lama) 3) Tull pense terdapat 3 kemungkinan : i aw TI penderita masih mendengar bunyi b. Interpretasi: 1) Normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya 2) Bila mendengar pada satu telinga disebut lateratisast ke sisi. telinga tersebut. 3) Pada lateralisal ke kanan (misalkan) terdapat kemungkinan: a) Tuli konduksi lateralisasi ke telinga sakit. - Tull konduksi sebelah kanan, misal adanya ototis media disebelah kanan. > Tuli konduksi kedua telinga, tapi _gangguannya pada telinga kanan lebih hebat. b) Tuli persepsi lateralisasi ke telinga sehat. - Tull persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. ~ Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada sebelah kanan. c) Gabungan : tuli persepsi telinga kiri dan tuli konduksi sebelah kanan (jarang ditemukan) TEST SWABACH Tufuan : membandingkan daya transpor melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan pasien. Cara Kerja: pemeriksa meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada prosesus mastoid pasien. Pasien akan mendengar. suara’ garputala itu makin lama makin meiemah dan akhimys tidak mendengar lagi, Saat pasien_ : tidak mendengar suara garpu tala, segera pindahkan garpu tala ke prosesus mastoid pemeriksa. “Bagh: pemeriksa.dua kemungkinan dapat terjadi : ° mendengar suara, atau tidak mendengar suara. reer Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut swabach pemertksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan 2 aes dengan cara sebaliknya yaltu ee diletakkan: prosesus mastold peme! dahole jal dl pasien. Ika pasien masih dapat mendengarbunyl disebut swabachmemaniang. ~. Pasien dan pemeriksa mendengar swabach sama dengan oe meriksa. ae Sama dengan NORMAL | Positif | Tidak ada lateralisasi pemeriksa Negatif petearetiees! Fs deine Memanjang | TULI KONDUKTIF | Positir | ‘@teralisasi ke telinga | wemendek | TULT SENSORINEURAL Catatan : pada tuli konduktif < 30 dB, rinne masih dapat positif. Klinik gangguan N. VIII: 1. Gangguan daya pendengaran tanpa gangguan vestibuler — proses patologik prekokhlear di: = liangtelinga - membrana timpani tuli konduktif “ sampai dgn kavum timpani 2. Gangguan vestibular tanpa gangguan kokhlear — gangguan alat keseimbangan 3. Gangguan vestibular dan kokhlear yg tergabung dalam 1 sindroma / penyakit : Penyakit Meniere, intoksikasi streptomycin, lesi N.VII akibat trauma, infek: meningitis, arakhnoiditis, penekanan oleh neoplasma, neuritis akustikus (disfungsi kokhlearis dan vestibularis bukan oleh sebab infeksi : akibat DM, nefritis, hipotiroidea, miksedema, avitaminosis). Sering vertikel atau rotatoar | Terutama horisontal, kadang rotatoar; unidireksional dan Nistagmus | dapat berubah sesual arah gaze; Imeningkat saat melihat ke sisi lesi | Kon™ungesti meningkat saat coy melihat menjauh dari sisi lesi Tidak ada latensi setelah Latensi setelah pergerakan Latensi onset | pergerakan kepala; persisten dan | _kepala; fatigable dan bertahan >60 detik perlangsungan <60 detik Tes Kalor Dapat normal ‘Abnormal pada sisi lesi Ggn batang otak Lat ec ansatel Seringkali positif Tidak ada (Gan pendengaran, ene ms Mi it ae Tidak ada Seringkali positif Mual dan muntah Ringan atau tidek ada Hebat Vertigo Biasanya ringan Hebat, sering kali rotational ; 1c) | Sering kali jatuh ke sisi yang Jatuh Sering kali jatuh ke sisi lest | ee ee se gn nistagrmus Fiksasi vis ae Cm Tidak ada perubahan atau tidak Keiuhan vertigo dan ae ada penambahan gejala nistagmus berkurang 24 Penyebab umum vertigo Sentral ,. Perifer Stroke atau TIA batang otak, Vestibular neuronitis, Benign positional Multipel sklerosis, Neoplasma, vertigo, Meniere disease, Trauma lokal atau Syringobulbia, Arnold Chlari post-tramatic, Fisiologis (misal : mabuk malformation, Migrain basilaris, darat), Tumor / massa di fossa posterior Perdarahan cerebellar Obat / toksin (misal : antibiotik dll) NERVUS GLOSSOPHARYNGEUS (N.IX) Fungsi : © Sensoris : Pengecapan 1/3 posterior lidah ° Sekresi kelenjar parotis NERVUS VAGUS (N.X) Fungsi : © Menelan, fonasi e Parasimpatis untuk jantung dan viseral abdomen Pemeriksaan N.IX dan N.X selalu dilakukan bersamaan -Pemeriksaan orofarings: o dalam keadaan istirahat 0 dalam keadaan berfonasi © pembangkitan refleks: penyentuhan arcus pharyngeus atau uvula dgn spatel : timbul refleks batuk atau muntah. -Pemeriksaan larings : Suara serak — parese N. X unilateral Klinis gangguan N. IX dan X 1. Disfagia: kesukaran menelan yang berat (=keselek = salah telan) - akibat palatum mole parese —-terjadiregurgitasi - akibatepiglottis tidak bekerja, makanan menuju larings ~refleks batuk - bila terganggu bilateral UMN (paralysis pseudobulbar) - disfagia berat: perlu pipa hidung untuk menyalurkan makanan 2. Suara serak/lemah: kerusakan N. X unilateral NERVUS ACCESORIUS (N.XI) Fungsi: Gerakan kepala, leher, bahu Pemeriksaan : menilai fungsi dari m. trapezius dan m. sternokleidomastoideus WRIA T PNG TINGS ISVEsition 25 PP —— Klinik gangguan N. XI: ® TORTIKOLIS: disfungsi unilateral kedua otot, kepala miring, wajah menoleh ke salah satu sisi, dagu sedikit terangkat. e —Kelumpuhan LMN bilateral kedua otot sehingga leher/kepala tak dpt ditegakkan (kepala menunduk ke bawah). NERVUS HIPOGLOSSUS (N.XII) Fungsi : mengatur pergerakan lidah persarafan otot-otot penggerak lidah : m. stiloglosus , m. hipoglosus , m. genioglosus , m. longitudinalis inferior dan superior Pemeriksaan: Pasien diminta menjulurkan lidah. Terlihat lidah menyimpang ke sisi yg lumpuh (lesi UMN dan LMN) disertai hemiatropi (lesi LMN). Lesi supranuklear / UMN Lesi infranuklear / LMN Atrofi lidah tidak ada Atrofi otot lidah Fasciculasi tidak ada Fasciculasi positif Persarafan pada lidah Pengecapan = N. Vil Sensoris = N.V Gambar: Nervi Craniales (distribusi motorik dan sensorik), dikutip dari kepustakaan 1 ----+- Spinal nerve fibers —Efferent (motor) fibers SS — Afferent (sensory) fibers vill Vestibulocochlear jear vestibular x Glossopharyngeal Taste-postetior 1/3 of tongue Sensory-tonsil pharynx middle ear Motor- stylopharyngeus. upper pharyngeal muscles, parotid gland x Vagus Motor- heart, lungs, palate, pharynx, larynx, trachea, bronchi, "!\ stemosleddomasted Hypogiossaly\"trapeziug muscle if Bulbus Olfactorius [Nia Mesencephaion NIX, X, XI, XII Medulla Oblongata PEMERIKSAAN MOTORIK Nilai Kekuatan Otot | 1 Ada sedikit kontraksi, tapi tidak didapatkan gerakan pada persendian yang harus digerakan oleh otot 3 = Ada gerakan dan bisa lawan gravitasi 5 Tidak ada kelumpuhan / normal REFLEKS FISIOLOGIS - Refleks adalah respon involunter terhadap suatu stimulus. - Syarat reflex : Relaksasi, Cepat, Rangsang yang diberi harus adekuat Refleks fisiologis terbagi atas 2 yaitu: o Refleks dalam (regang otot) : timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan dan sebagai jawabannya, otot berkontraksi, contoh : refleks triseps, refleks biseps, dil. 0 Refleks superfisial : timbul akibat terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawah atau disekitar area yang dirangsang, contoh : refleks dinding perut superfisial, kremaster, kornea, anus superfisial Lengkung Refleks dorsal root intercatalated neuron Tingkat Jawaban reflex Klasifikasi reflex Reflex brachioradialis (C 5-6) (L2-3-4) 29 Manuver Jendrassik* Refleks Dinding Perut Refleks Achilles (L5-S2) ———— - | . on \¥ Ay Ww * Manuver Jendrassik : meningkatkan sensitivitas refleks dalam (muscle stretch reflexes / MSR) dengan cara mengalihkan perhatian pasien saat dilakukan pemeriksaan. TAHUKAH KAMU...? Refleks fisiologis artinya refleks tersebut ti dapat dibangkitkan pada orang sehat. g, Kelainan pada refleks fisiologis dapat berupa hiper-refleks dan hipo-refleks. Refleks dikatakan meningkat apabila : © Stimulasi ringan sudah dapat membangkitkan refleks yang kuat Perluasan titik stimulasi (stimulasi dilakukan di sekitar tendo tapi| sudah menimbulkan gerak refleks) Sering diikuti dengan k/onus (kontraksi dan relaksasi otot yang) _——- ° ° bergantian secara cepat) REFLEKS PATOLOGIS ee 7 Tangan pasein harus rileks, jari tengah diangkat kemudian pemeriksa menjentikkan phalanx distal dengan cepat. +=> Fleksi ibu jari dan jari telunjuk Reflex Hoffman Stimulasi berupa garukan / goresan pada kuku jari tengah pasien. +=» Fleksi ibu jari dan jari telunjuk Refleks Gordon Refleks Gonda Stimulasi dengan memijit otot pada betis. += dorsofleksi atau ekstensi ibu jari dan pengembangan jari lain Stimulasi dengan menarik jari kaki ke-4 ke arah bawah dalam waktu singkat dan melepaskan secara tiba- tiba +=> dorsofleksi atau ekstensi ibu | jari dan pengembangan jari lain 31 Refleks Oppenheim . 2 Stimulas! dengan mengurut / menggores kulit yang menutup! os.tibia Refleks Babinski Stimulasi dengan menggores bagian lateral telapak kaki mengarah ke medial Refleks Chaddock Refleks Schaeffer ‘Stimulasi dengan menggores kulit di sekitar maleolus lateral atau di sisi lateral dorsum pedis. ‘Stimulasi dengan memencet tendon achilles secara keras Refleks Bing Pe Stimulasi dengan memberi rangsang pada kulit yang menutupi metatarsal ke-5 Reflex Rosolimo Stimulasi dengan mengetuk telapak kaki. + dorsofleksi atau ekstensi ibu jari dan pengembangan jari lain 32 i fe TAHUKAH KAMU...2 UMN merupakan neuron-neuron dari korteks motorik ke inti-inti saraf di batang otak dan medulla spinalis. LMN merupakan neuron saraf dari inti motorik di batang otak dan medulla spinalis ke otot. Perbedaan kelumpuhan les| UMN dan LMN Spastis (ak i (I pee eae) Beene. Sering kali pada esi Hipertoni Hipotoni UMN ditemui tonus: Refieks Fisiologis Meningkat / Hiper-_Refleks Fisiologis Menurun / Liste elena dapat refleks Hipo-refleks + lesi UMN fase akut Refleks patologis meningkat Reflex patologis (-) = lesi di cerebellum Tidak ada atroft ‘Rtrofi otot PEMERIKSAAN SENSORIS Eksteroseptif (superficial) 1. Rasa Raba=> gunakan ujung kapas, kertas lalu sentuhkan pada kulit dan tanyakan pada pasien apakah dapat merasa = atau tidak y 2. Rasa Nyeri=> gunakan ujung jarum atau peniti, lakukan tusukan ringan ke kulit, tanyakan pada pasien apakah dapat erasa atau tidak 3. Rasa suhu => sentuhkan tabung yang berisi air panas atau air dingin ke kulit pasien, tanyakan pada pasien apakah dapat merasa atau tidak Proprioseptif (Dalam) 1. Rasa Gerak => pasien tahu bahwa bagian tubuhnya sedang digerakkan. 2. Rasa sikap =» pasien tahu bagaimana sikap tubuh Cara pemeriksaan rasa gerak & sikap: menggerakkan jari- Jari secara pasif, balk ke atas maupun ke bawah lalu tanyakan pada pasien apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut dan tanyakan arahnya. 3. Rasa getar Ketok garpu tala 128 Hz lalu tempatkan pada ibu jari kaki > / malleolus. Tanyakan pada pasien apakah getarannya terasa dan minta pasien untuk memberi tanda apabila getaran sudah tidak dirasakan lalu garpu tala dipindahkan ke kaki pemeriksa untuk dibandingkan, 4, Rasa Tekan Menekan dengan jari / benda tumpul pada kulit dan tanyakan pada pasien apakah ia merasakan tekanan dan minta pasien menunjukkan lokasinya. 5. Nyeri dalam Memencet otot lengan atas, lengan bawah, paha, betis, tendon Achilles pasien dan tanyakan apakah pasien dapat merasa atau tidak 33 es a a a 7 n 2 us a " ne " n 1 mm ig Sistem saraf otonom (SSO) dibagi menjadi dua divisi: SIMPATIS PARASIMPATIS Preganglion berasal dari batang otak (nervus III, VII, IX, X) dan dari S2 - S4 dari medula spinalis Preganglion berasal dari T1-L2 medula spinalis Preganglion melepas Acethyicoline (Ach) Preganglion juga melepas Acethylcoline (Ach) Post ganglion melepas epinefrin {adrenalin , norepinefrin / Postganglion melepas Acethylcoline noradrenalin, dan isoprenalin (ACh) MNES Reseptor Adrenergik Dikelompokkan menjadi adrenoseptor -a dan adrenoseptor- B. Adrenoseptor -a terbagi menjadi a-1 (terutama pada otot polos arteri post sinaps) dan a-2 (terutama pada ujung saraf simpatis pre sinaps). Adrenoseptor- B terbagi menjadi B-1 (dominan di jantung), B-2 (dominan di organ viseral lain), dan B-3 (dominan di jaringan lemak). ‘Adrenalin adalah agonis semua adrenoseptor -a dan adrenoseptor- f sedang nor-adrenalin adalah prototipe agonis adrenoseptor -a dan isoprenalin adalah protipe agonis adrenoseptor- p, Beberapa obat yang berkerja di reseptoradrenergik antara lain: a. Simpatomimetik: adrenalin, nor-adrenalin / nor-epinefrin, isoprenalin, dobutamin (agonis -f poten, efek sama isoprenalin), dopamin (prekursor nor- adrenalin), efedrin (merangsang adrenoseptor adan B, efek mirip adrenalin). . Simpatolitik (anti-adrenergik): reserpin (mengurangi perangsangan al dan 1), klonidin, golongan a blocker, golongan B blocker. Pupil: midriasis (adrenoseptor a) + Jantung: kentraks! dan taju meningkat (adrenoseptor a dan B) + Pembuluh darah: vasokonstriksi (adrenoseptor-a) + Paru-paru: : bronkorelaksasi (adrenoseptor-f2) + Liver: glukogenolisis dan glukoneogenesis meningkat + Jaringan lemak:lipolisis (adrenoseptor-§3) + Saluran ce ristaltik menurun (adrenoseptor a dan p) + Vesica urinarla: kontraksi sfingter (adrenoseptor a), relaksasi detrusor (adrenoseptor }) + Medula adrenal: pengingkatan sekresi renin (adrenoseptor B) Reseptor Kolinergik Dikelompokkan menjadi reseptor nikotinik (N) dan muskarinik (M). Reseptor nikotinik terdapat pada ganglion otonom dan pada medulla adrenal. Ach dan nikotin merupakan agonis dari reseptor nikotinik. Reseptor muskarinik terdapat pada organ yang dipersarafi oleh saraf parasimpatis. Beberapa obat yang berkerja di reseptor kolinergik antara lain: la. Parasimpatomimetik: agen muskarinik (pilokarpin, metoklorpamide), anti koninesterase (kolinesterase, physostigmin, neostigmin, prostigmin, pyridostigmin). b. Parasimpatolitik (anti-kolinergik): anti spasmodik dan penghambat sekresi lambung (scopolamine, pirenzepin, hyoscine-N-butylbromide), agen midriatikum, anti parkinson, agen bronkodilator. ATROPIN merupakan agen anti-kolinergik yang paling sering digunakan karema bekerja dengan cara menghambat aktivitas parasimpatis dari nervus vagus. Saat ini atropin diketahul memblok reseptor muskarinik ada otot jantung, otot polos viseral, dan sel kelenjar. Tes Jari-Hidung + Minta pasien menutup mata dan meluruskan lengan ke samping lalu minta pasien menyertuh hidungnya + Lesi cerebelar : telunjuk tidak sampai di hidung tapi melewati atau sampai di pipi=> Dismetria (salah ukur) + Jika mendekati hidung dan terlihat tremor (intention tremor) maka minta pasien menunjuk jari telunjuk pemeriksa kemudian menunjuk hidung pasien berulang-ulang Tes pronasi-Supinasi + Minta pasien melakukan gerakan pronasi dan Supinasi secara berganti-gantian secara cepat dengan posisi siku diam + Lesi cerebelar : gerakan dilakukan lamban dan tidak tangkas@> Disdiadokinesia a nea 38 Tes Tumit 67) Es eee Ee aieiaa Kemudian diminta menempatkan t —y~—J | _kakt yang lain. Minta pasien menggerak tumit nal turun tanpa mengenal lutut * Lest cerebelar : gerakan dllakukan tidak tangkas dan Rebound Phenomenon ‘*” * Minta pasien fleks! lengan melawan tahanan yang diberiken pemeriksa. Lalu lepaskan lengan pasien secara tiba-tiba * Lesi cerebelar : fengan pasien memukul dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena kontraksi M. Triceps teriambat akibat gangguan cerebelar. ‘Arm bounce °7)_ 7 * Minta pasien merentangkan kedua ke depan Jalu diminta melawan tahanan yang diberikan pemeriksa dari atas. Lalu lepaskan tahanan secara tiba-tiba * Lesi cerebelar: lengan akan berayun ke atas dan ke bawah secara berlebinan tanpa dapat | dihentikan oleh pasien Tes Telunjuk ke Telunjuk 7) * Pasien diminta merentangkan kedua tangan sambil menutup mata lalu diminta mempertemukan kedua Jari telunjuk di tengah depan * Lesi cerebelar : Lengan di sisi lesi akan ketinggalan sehingga jari sisi yang sehat melampui garis tengah terutama pada tahap akhir masa gerakan tangkas. Tremor ini Intention tremor adalah tremor yang bersifat kinetik yang menandakan adanya gangguan di cerebelar dimana tremor akan lebih jelas pada waktu tangan/lengan melakukan suatu gerakan dianggap sebagai suatu usaha korektif terhadap adanya ataksia. 39 CT-SCAN aN totus tonal tom frontal we one. ‘septum verte otra om ios pa: fat sorb lobes oksiita Tulang Darah yg di luar pembuluh darah Edema atau air Zat kontras Lemak ‘Trombosis pada pembuluh darah besar udara Perkiraan volume perdarahan otak dari CT-Scan: mer”) HIPERINTENS: Lemak, Methemoglobin, Zat kontras gadolinium HIPOINTENS: Tulang, LCS, Edema atau air, Aliran darah HIPERINTENS: Edema atau air, LCS,Methemoglobin ekstraselular NS: Tulang, Udara, Lemak, Aliran darah, Hemosiderin, Deoksihemoglobin, Potongan axial kepala Methemoglobin (dalam sel darah merah) Keterangan: MABP : mean arterial Blood pressure S : Sistolic pressure D Diastolik pressure CIRCULUS WILLIS Lateral posterior choroidal a. —; Anterior choroidal a- 41 anterior cerebral a. internal carotid a. middle cerebral a posterior communicating a. anterior choroidal a. posterior cerebral a. superior cerebellar a. basilar a. anterior inferior cerebellar a. labyrinthine a. posterior inferior cerebellar a. vertebral a. anterior spinal a. Anterior cerebral a. Middle cerebral a. Ae Posterior cerebral a. Anterior choroidal a. ‘Gambar: Area yang Diperdarahi Cit Z f Clreulus Willist 1931 |. a) potongan coror nal, b) potongan horisontal, dikutip dart 42 STROKE**’ Defenis! : gejala dan atau tanda gangguan fungsi otak fokal maupun global yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung progresif atau menetap atau berakhir dengan kematian tanpa penyebab lain selain gangguan vaskular, tanpa didahului trauma atau infeksi. oes stroke: . Stroke hemoragik / perdarahan: Gejala peningkatan TIK lebih menonjol: ¢ Perdarahan intraserebri nyeri kepala mendadak dan hebat, mah * Perdarahan subarachnoid Proyektil, penurunan kesadaran Gejala lateralisasi (fokal)lebih menonjol: | Cs Me sibectecen tine kelemahan gerak satu sisi, afasia, © Emboli serebri gangguan memori, kelumpuhan nervus © Trombosis serebri kranial (bicara pelo, mulut mencong, baal sesisi wajah, kesulitan menelan) | STROKE HEMORAGIK / PERDARAHAN Sering pd usia Penyebab terbanyak => j dekade 5-8 akibat pecahnya aneurisma + Tidak ada gejala pembuluh darah Prodormal yang jelas.|. Sering pd usia dekade 3-5 Kadang hanya dan7 berupa nyeri kepala |. Gejala prodromal berupa hebat, mual, muntah.) —nyeri kepala hebat dan + Sering terjadi waktu mendadak + Kesadaran sering terganggu > UP and DOWN Tanda rangsang menings (+) kesadaran menurun ‘SKOR HASANUDDIN cenderung > 15 TAHUKAH KAMU...7 Arteri serebri media merupakan cabang terbesar dari arteri karotis interna. Arteri serebri media akan bercabang menjadi arteri lentikulostriata yang memperdarahi kapsula interna. Arteri lentikulostriata merupakan arteri yang sering menyebabkan perdarahan intraserebri terutama A. Serebri pada pasien dengan riwayat hipertens/ lama. + Gejala mendadak (paling cepat dan sering didahulul | = a semua jenis stroke) deeete pecronate ering terjadi waktu bergiat, 7A, kadang waktu istrahat « Barlig taxfeat wont ||" wires kesadaran bagus, fstrahat dan esat famun dapat juga menurun + Gejala akut / subakut | angina = Sepa iment ia dekad ~ Biasanya kesadaran |” O02 Mengenal usia dekade oon + Harus ada sumber emboli Senate Ctiree = Sering mengenai usia {esi hipodens pada (umumnya dari jantung akibat | “stroke iskemik gangguan irama atau katup) SKOR HASANUDDIN cenderung < 15 dekade 6-8 Gambaran klinis bergantung pada pembuluh darah yang terkena A.KAROTIS INTERNA | A.SEREBRI ANTERIOR A. SEREBRI MEDIA Amaurosis fugaks Hemiparesis: PANGKALNY/ JEMIPARESIS Hemiparesis / plegi kontralateral : lengan = tungkai kontralateral lesi tungkai > lengan DI DISTAL = Lengan > tungkai A.SEREBRI POSTERIOR hemiparesis kontralateral hemihipestesia kontralateral protopatis (nyeri,suhu,dll) dan proprioseptif (getar, sikap,dil) = Gambar : Infark otak, dikutip dari kepustakaan 10 Ingat! Stroke termasuk dalam Standar kompetensi Dokter dengan grade 3 B. Artinya sebagai dokter umum harus mampu membuat diagnosa klinik berdasar pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya dengan pemeriksaan lab sederhana). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat) SKOR SIRIRAJ (2,5xS) + (2xM) + (2xN) + (0,1-D) = (3xA) = rp S: kesadaran 0 = kompos mentis A: ateroma 0 = tidak ada 1 = somnolen 1 = salah satu atau lebih 2.= stupor/koma (DM, Angina, M: muntah 0 = tidak ada penyakit pembuluh 1=ada darah) D; tekanan diastolik Skor SSS > 1: perdarahan supratentorial Skor SSS < -1 : infark serebri Skor SSS -1 s/d 1: meragukan ALGORITMA GADJAH MADA aidari STROKE PERDARAHAN STROKE PERDARAHAN STROKE PERDARAHAN STROKE ISKEMIK AKUT ATAU STROKE INFARK STROKE ISKEMIK AKUT ATAU STROKE INFARK VUYY 45 Oleh Dr. David Gunawan Umbas Sp.S TEKAWAN OARAH 1 | © Ststole > 200, Diastole > 110 + Sistole < 200, Diastole < 110 2 6,5 © Tidak sedang bergiat i } | SAKIT KEPALA 10 3 7,8 1 0 10 sesudah onsat 4 | 6 tfam 2/24 jam 7.8 6 1 0 10 5 | 6 1 jam s/d 24 jam sesudah 7.5 ‘* > 26 jam sesudah onset 1 * Tidak eda _ o interpretasi:NHS <15 HS > 15 | Nilal tertinggi: 44 Nilai terendah: 2 OBAT YANG SERING DIPAKAI DALAM KASUS STROKE * ‘ASPILET® Tab kunyah 100 mg ASTARDIA® Tab salut 80 mg MINIASPI® Tab salut 80 mg Kontraindikas!: ulkus peptikum, gastritis berat, CLOGIN®, CPG®, COPIDREL" Dosis: PLACTA®, PLADEL®, PLAVIX®, 75 mg/hart PLADOGREL®, VACLO® ‘Tab salut 75 mg Dosis: bolus 1 gr/kgB8 dalam OTSU®-MANITOL 20-30 menit latu turunkan Kalf 250 ml dan 500 mi el REOTAL’ Amp. 20 mg/ml 15 mi, Kaps. SR 400 mg ‘TRENXY® Dewasa awal 800 mg 3xhari, pemeliharaan 400 mg 3x/hari. Dosis hingga 1.2-4.8 gr/hari dpt bila pertu Anak sir 30-50 mg/kgBB/hari dalam 2- 3 dosis terbag! Kontraindikas! pada insufisiensi ginjal Dosis: Fase akut 250-500 mg 1-2 kali/hart ‘secara drips atau bolus 1V Kronik 100-300 mg 1-2 kali/hari secara atau IM NEUROBION® 5000 Tiap tablet dan ampul mengandung : Vit. B; 100 mg, Be 200 mg, ‘By2 5000 meg PIRACETAM OGB MERSI® ‘Tab. 400 mg, 800 mg,1200 ma Ing 3 gr/15eni,Inj 129r/15 rt, ‘sir 500 mg/5. mi Kaps. 400 mg, 800 mg, 1200 mg ‘Ap. 1gr/Seni, Amp. 39r/ 158 Lar. Infus 1297/60! NEURODEX® Vit. By 100 mg, By 200 mg, 8,2 250 meg NEUROBION® IND ‘Amp. 3 mi Vit. 8, 100 mg, Be 200 mg, 812 1000 meg

You might also like