You are on page 1of 19
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN Ki PADA PASIEN DENGAN MASALAH BENIGNE PROS YPERPLASIA (BPH) DI RUANG AZZAHRA 2 RUMAH SAK) AM JEMURSARI SURABAYA AWATAN T Disusun Oleh: Luluk Atun Muzayyanah 1120021060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PRO ERAWATAN DAN KEBIDANAN FAKULTAS AMA SURABAYA UNIVERSITAS NAHDLA 2021 LEMBAR PEN SAHAN Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan_deng: nycri di ruang Azzahra 2 RS Islam Jemursari Surabaya, Telah diperiksa dan disahkan sebagai laporan praktik kompetensi “Keperawatan Medikal Bedah” prodi profesi ners. Nama + Luluk Atun Muzayyanah Nim 1120021060 Kompetensi Medikal Bedah (KMB) Waktu ber ~ 05 Desember 2021 Surabaya, 24 November 2021 ‘Mahasiswa (Luluk Atun Muzayyanah) Mengetabi, Kepala Ruangan Azzahra 2 Pembimbing Ruangan Azzahra 2 >j(RS ISLAM JEMUR “C\) RUANG ALZATA (TH borne (ub ¢ Agantal yf) NPP. 030107) NPP. Dosen Pembimbing Akademik Sat (Si Nor Hotirah, Gop bh. Me WKep NPP. LAPORAN PENDAHULUAN + KONSEP DASAR BENIGNE PROSTAT HYPERPLASIA (BPH) 1 Definisi Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) Kelenjar prostat adalah sebuah kelenjar kecil yang hanya dimiliki kaum pria, terletak di antara penis dan kandung kemih dan mengelilingi uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke penis). Prostat adalah salah satu alat reproduksi pria yang sangat penting Karena tugasnya ‘memproduksi semen atau air mani. Cairan semen adalah nutrisi bagi sperma dan sckaligus media yang akan mengantar sperma keluar dari penis saat ejakulasi terjadi, Posisi prostat terletak persis di bawah kandung kemih (www.seksualitas.net, diakses April 2019). Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) adalah suatu penyakit pembesaran atau hipertrofi dari prostat, Kata-kata hipertrofi seringkali: menimbulkan kontroversi di kalangan Klinik karena sering rincu dengan hiperplasia Hipertrofi bermakna bahwa dari segi (kualitas) terjadi pembesaran sel, namun tidak diikuti oleh jumlah (Kuantitas). Namun, hiperplasia merupakan pembesaran ukuran sel (kualitas) dan diikuti oleh penambahan jumlah sel (kuantitas). BPH. seringkali menyebabkan gangguan dalam liminasi urine Karena pembesaran prostat yang cederung kearah depart’ ‘menekan vesika urinaria (Prabowo dan Andi, 2014). Hiperplasia noduler ditemukan pada sekitar 20% laki-laki dengan usia 40 tahun, meningkat 70% pada usia 60 tahun dan menjadi 90% pada usia 70 tahun, Pembesaran ini bukan merupakan kanker prostat, karena konsep BPH dan karsinoma prostat berbeda. Secara anatomis, sebanamya kelenjar prostat merupakan Kelenjar ejakulasi_ yang membantu menyemprotkan sperma dari saluran (ductus). Pada waktu melakukan ejakulasi, secara fisiologis prostat membesar untuk mencegah urine dari vesika urinaria melewati uretra. Namun, pembesaran prostat yang terus menerus akan berdampak pada obstruksi saluran kencing (meatus urinarius internus) (Mitchell, 2009 dalam Prabowo dan Andi, 2014). Etiologi Benigne Prostat Hyperplasia (BPI) Penyebab yang pasti dari benigne prostat hyperplasia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, namun ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya benigne prostat hyperplasia yaitu usia dan hormonal menjadi prediposisi terjadinya BPH. usia lanjut. beberapa hipotesis menyebutkan bahwa benigna prostat hiperplasia sangat erat kaitannya dengan: 8. Peningkatan Dihidrotestosteron (DHT) Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi b. Ketidak seimbangan estroge-testoteron 4. Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pad: proses penuaan, pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan hormon testosteron, Hal ini memicu terjadinya hiperplasia stroma pada prostat Interaksi antar set stroma dan sel epitel prostat Peningkatan kadar epidermal gorwth factor atau fibroblas gonwth factor dan penurunan transforming gorwth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel, seh terjadi BPH Berkurangnya kematian s Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan la stroma dan epitel dari ketenjar prostat Teori stem sel Sel stem gea akan hidup ang meningkat akan mengakibatkan_proliferasi transit dan memicu terjadinya BPH (Prabowo dan Andi, Klasifikasi Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) b. Derajat berat BPH menurut Tanto (2014) adalah sebag Stadium 1 Ada obstruksi tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis Stadium I Ada retensi urine tetapi kandung kemit mampu mengeluarka walaupun tidak sampai habis masil tersisa kira-kira 60- asa tidak enak saat BAK atau disuria dan menjadi nocturia Stadium 1 Setiap BAK urine ter Stadium IV Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, Urine ‘menetes seeara periodik i berikut urine 0 ce, Ada a kira-kira 150 ¢¢ 4 Pengukuran Besarnya Hipertrofi Prostat ‘Menurut (Margareth, 2012 dalam Annisa, 2017), pemeriksaan colok dubur ada tiga cara: a Rectal Grading Yaitu dengan rectal toucher diperkirakan berapa em prostat_yeng menonjol ke dalam lumen rektum yang dilakukan sebail buli-buli kosong, Gradasi ini adalah : 1) 0-1em: grade 0 2) 1 2em: grade 1b 3) 2—3em: grade 2 pln an Camscaner 4) 3-4em: grade 3 5) dem: grade 4 b. Clinical Grading Dalam hal ini urine menjadi pa jokan, Pengukuran ini dilakukan dengan cara meminta pasien berkemih sa selesal 1 bangun tidur pagi, kemudian memasukkan kateter ke da 1 andung, kemih Untuk mengukur sisa urin 1) Sisa urine 0 ce : Normal 2) Sisa urin 0 ~ 50 cc : grade | 3) Sisa urin 50 ~ 150 ce : grade 2 4) Sisa urine > 150 ce : grade 3 kali tidak bisa berk cc. Intra Uretra Grading, rade 4 Dengan lat perondoskope yang diukur/ dilihat beberapa jauh penonjolan lobus 1) Grade 1 al kedalam lumen uretra clinical grading sejak berbulan-bulan, bertahunta mengeluh kalau kencing tidak lanear, pan nokturia. 2) Grade 2 bil » niksi terasa panas, sakit, dysuria. Grade 3 : gejala makin berat 4) Grade 4 buli-bult_ penuh, dysuria overflow incontinence. Bila overlow incom ibis nfeksi dapat pans 40-41°C, terjadi_ urosepsisbera kkesadaran menu 0 5. Anatomi Fisiologi Benigne Prostat Hyperplasia (BPI) Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria ya disebelah inferior bul terletak buli di depan rektum dan membun kus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari deng: berat normal pada orang, dewasa kurang lebih 20 gram, Kelenjar prostat yang terbs atas beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transi jonal, zona fibromuskuler, dan zona periuretra ebagian besar hiperplasia. pi terdapat_ pada zona transisional (zona yang terdapat bagian s: stat sat pln an Camscaner 6. yang menjadi besar akbat penumpukan urine) (Ti Kelenjar postat merupaka organ berkapsul yang terletak dibawah kandung kemih ditembus oleh uretra, Uretra yang menembus kandung kemih ini disebut uretra pars prostatika. Lumen uretra pars prostatika dilapisi oleh epitel transisional Patofisiologi Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) Menurut Tanto (2014) kelenjar prostat terletak dibaw: h_kandung, zona kemih dan tembus oleh uretrakelenjar ini dibagi empat zona yai perifer, sentral, stoma fibromuskularis anterior, dan transsisional, yang disebut dengan benign prostat obstruksi (BPO). Gejala klinis yang timbul terbagi atas dua jenis yaitu gejala obstruksi dan gejala iritasi, gejala obstruksi timbul akibat sumbatan secara langsung akibat uretra, gejala iritatif terjadi sekunder pada kandung kemih sebagai respon meningkatkan resitensi pengeluaran dan pengosongan yang tidak sempurna menyebakan ransangan pada kandung kemih berkontraksi pada kondisi belum penuh. Pada fase awal dari prostat hiperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor bethasil dalam sempura, Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak berubah, Pada fase ini di but sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata, Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat schingga tersisa urine di dalam bul ‘buli saat proses miksi berakhir seringkali prostat_ hyperplasia ‘menambah kompensasi dengan mei wekatkan tekanan intra abdominal (mengejan) schingea timbulnya hemia dan haemothoid puneak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi uri dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata Fase dekompensasi_ yang masih akut menimbulkn rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkonti ‘nsia urine secara berkala akan mengalir sendiei tanpa dapat dikendalikan, sedangkan bbuli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup pln an Camscaner menampung atau dilatasi lagi, Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine Retensi urine yang kronis dapat menimbulkan kemunduran dungsi ginjal Uitowiyono dan Weni, 2010). Penyakit BPH ini merupakan penyakit bedah, jika keluhan masih Fingan, maka observasi diperlukan dengan pengobatan simptomatis untuk ‘mengevaluasi perkembangan Klien, Namun, jika telah terjadi obstruksi/ relensi urine, infeksi, insufisiensi ginjal, maka harus dilakukan tindakan (Prabowo & Andi, 2014), Pada klien dengan BPH salah satunya adalah ‘TURP, setclah tindakan TUR.P dipasang kateter threeway. Irigasi kandung ‘emih secara terus menerus dilakukan untuk mencegah pembekuan darah, Rasa nyeri dapat dikarenakan adanya pembekuan darah yang banyak di Kandung kencing, sumbatan kateter, berlubangnya kandung kencing akibat ‘Operasi atau analgetik yang tidak adekuat (Wati, D. E. etal. 2015). 7. Pathway Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) Pesan [=t \ [pete tise -—— ar a | | Probl Ue Vodatinnath Tia Sass Mange Mesos DreemlaKantng Laka Sipe ena | [Rieti] Beaten pln an Camscaner 8. Manifestasi K' is Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) Menurut Tanto (2014) pada umumnya pasien BPH datang dengan gejala-gejala truktus urinarius bawah (lower urinari tract symptoms - LUTS) yang terdiri atas gejala obstruk: a, Gejala obtruksi 1) Miksi terputus 2) Hesitaney: saat mi 3) Harus mengedang saat mulai miksi 4) Kurangannya kekuatan dan pancaran urine 5) Sensasi tidak berkemih 6) Miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya dala wakt setelah miksi sebelumnya ) 7) Menetes pada akhir miksi Gejala Iritasi 1) Frekuensi sering miksi 2) Urgensi : rsa tidak dapat menahan 3) Nokuria : terbangun dimalam hari untuk miksi 4) Inkotenensia: urine keluar di luar kehendak pasien harus menunggu sebelum urin keluar 2 jam 9, Penatalaksanaan Klinik Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) a Observasi Biasanya pada terapi ini pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang dapat memperburuk keluhannya, misalnya jangan banyak minum dan ‘mengonsumsi kopi atau alkohol setelah makan alam, kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada bulibuli (kopi atau coklat), batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, kurangi makanan pedas dan asin, jangan menahan keneing terlalu lama. setiap 6 bulan pasien diminta untuk kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan, Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu difikirkan untuk memilih terapi yang lain (Nurarif & Hardhi, 2015) ‘Terapi Medikamentosa Menurut (Wijaya, dk, 2013. dalam Annisa, 2017), tujuan Medikamentosa adalah berusaha untuk: 1) Mengurangi retensio otot polos prostate sebagai komponen dinamik penyebab obstru penghambat adrenalgik alfa. 2) Mengurangi volume prostate sebagai komponen static dengan cara menurunkan kadar hormone testosterone dan dihidrosteron (DHT) melalui menghambat 5 alfa-reduktase. a) Penghambat Enzim intravesika dengs obat-obatan pln an Camscaner Obat yang dipa adalah steride (proscar) dengan dosis 1 XS mghhari, Obat golongan imi dapat me pembentukan DHT schingga prostat_ yang_membesar ‘mengecil, Namun obat ini bekerja lebih Lambat dari golony alfa bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostate y besar. Efe Ginekomastio b) Fitoterapi Penggunaan fitoterapi yang ada di Indonesi eviprostate. Efeknya diharapkan terjadi setelah_pemberian selama 1-2 bulan dapat memperkeeil volume prostate ©. Terapi Beda Menurut (Smeltzer S.C, & Brenda G. Bare, 2015) intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi 1) Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang bisa digunakan adalah, a) Prostatcktomi suprapubik Salah satu metode m kelenjar memalui insisi abdomen, Teknik ini untuk kelenjar de mungkin terjadi ialah pasien al ‘cukup bnyak dibandingkan dengan metode cerugian Jain yang, dapat terjadi adalah insisi abdomen akan disertai bah dari semua prosedur bedah abdomen mayor. b) Prostatcktomi perineal Tindakan dengan mengangka melalui suatu insisi dalam perineum, Teknik ini lebih praktis, dan sangat berguna untuk biopsy ter Pada periode pase operasi Iuka bedah mudah terkontaminasi karena insist dilakukan dekat dengan rectum. Komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan lah inkontin cedera rectal. ©) Prostatektomi retropubik Tindakan Iain dengan cara elhambs nping dari obat ini d anya adalah libido, ya 1 dilakukan isi abdomen rendah mendckati_ kel prostat, yakni antara arkus pubis dan kandung kemil memasuki kandung kemih, Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar prostat yang terletak 4 lalam pubis. Meskipun jumlah darah yang hilang lebih dapat dikontrol dan letak pembedahan lebih mudah dilihat, akan tetapi infeksi dapat terjadi diruang retropubik. 2) Pembedahan endourologi, dilakukan dengan memakai t a) Transurethrs endourologi transurethral aga elektrik diantaranya Prostatic Resection (TURP) TURP ditakukan dengan memakai alat yang disebut resektoskop dengan suatu pln an Camscaner by Jengkung diathermi. Jaringan kelenjar prostat dilris. selapis demi selapis dan dikeluarkan melalui selubung resektoskop. Perdar rawat dengan memakai diathermi, biasanya dilakukan dalam waktu 30 sampai 120 menit, tergantung besamnya prostat. Indikasi TURP adalah gejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90° gram. ‘Tindakan ini dilakukan apabila pembesaran prostate terjadi dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra, TUR.P merupakan tindakan operasi_yang paling banyak dilakukan, reseksi kkelenjar prostat dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah yang akan dioperasi tidak tertutup darah, Prosedur ini dilakukan dengan anastesi regional ( Blok Subarakhnoidal/ SAB/ Peridural ), Manfaat ‘TURP antara lain tidak meninggalkan atau bekas sayata erta waktu operasi dan waktu tinggal dirumah sakit lebih singkat. Setelah itu dipasang kateter threeway. Irigasi Kandung kemih secara terus menerus dilakukan_ untuk mencegah pembekuan darah. Irigasi_setelah_ TURP menggunakan cairan NaCl 0,9% atau sterilized water for irrigation, Kedua jenis cairan ini lazim digunakan di Indonesia, Setiap rumah sakit memiliki keputusan tersendiri Kedua jenis cairan ini aman ‘dan sudah terdapat penelitian yang mengungkapkannya. Di Iuar negri mungkin terdapat cairan lain seperti glisin, cytal ataupun lainnya tetapi cairan tersebut tidak masuk pasaran Indonesia, Jumlah tetesan ccairan irigasi untuk hari setelah operasi biasanya guyur. Hari pertama sckitar 60 tetes permenit, Hari kedua sekitar 40 tetes permenit, Hari ketiga intermiten. Meskipun demikian tetesan dapat berbeda antar pasien disesuaikan kondisi_ pasien Setelah urin yang keluar jemih kateter dapat dilepas. Kateter biasanya dilepas pada hari ke 3 -5. Untuk pelepasan kateter, diberikan antibiotika 1 jam sebelumnya untuk mencegah turosepsis, Biasanya Klien boleh pulang setelah miksi baik, sat atau dua hari setelah kateter dilepas (Wati, D. E. et.al 2015) ‘Transurethral Incision of the Prostate (TUIP) Tindakan ini dilakukan apabila volume prostate tidak terlalu besar atau prostate fibrotic, indikasi dari penggunaan TURP adalah keluhan sedang atau berat, dengan volume prostate normal/ kecil (30 gram atau kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan memasukan instrumen kedalam uretra, Satw atau dua buah insist dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk pln an Camscaner mengurangi tekanan prostat pada uretra dan-me konstriksi uretra, Pemeriksaan Penunjang Benigne Prostat Hyperpla: a, Pemeriksaan Laboratorium y \gurangi (BPH) Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan_ umum Klien, 2) Pemeriksaan urine lengkap, PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebag; kewaspadaan adanya keganasan (Padila, 2012 dalam Annisa, 2017). Pemeriksaan Uroflowmetri Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urine, Secara obyektif pancaran urine dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian 1) Flow rate maksimal > 15 ml/detik : non obstruktif 2) Flow rate maksimal 10-15 ml/detik : border line 3) Flow rate maksimal < 10 ml/detik : obstruksi (Padila, 2012 dalam Annisa, 2017), ¢. Pemeriksaan hi ig dan Rontgenologik 1) BOF (Buik Overzich) : untuk menilai adanya batu dan metastase pada tulang, 2) USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostate juga keadaan buli-buli termasuk residual urine, Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transurethral, dan supra pubik 3) IVP (Pyelografi: Inravena), digunakan untuk melihat exkresi ginjal dan adanya hidronefrosis, 4) Pemeriksaan panendoskop : untuk mengetahui keadaan uretra dan buli-buli (Padila, 2013 dalam Annisa, 2017). B. Asuhan Keperawatan Teori 1. Pengkajian a, Pemeriksaan fisik 1) Kepala dan leher Inspeksi : merintih, menahan sakit Rambut : Lurus/keriting, wama, Ketombe, kerontokan Mata : Simetris/tidak, pupil isokhor, akonjunctiva tidak anemis Hidung : Terdapat mukus/tidak, pernafasan cuping hidung Telinga : Simetris, terdapat mukus/tidak Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid 2) Dada Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan(-) Perkusi : Jantung : Dullness. Auskultasi : Suara nafas normal 3) Abdomen Inspeksi : terdapat luka post operasi di abdomen region inguinal Palpasi inguinalis ‘Teraba massa, terdapat_nyeri tekan pada dacrah Perkusi : Dullness ‘Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 permenit) 4) Ekstremitas Alas : Simetris, tidak ada edema Bawah : Simetris, tidak ada edema 5) Genetalia Inspeksi : Scrotum kiri dan kanan s gnosa Keperawatan metris, ada lesi Diagnosa | Kode Penyebab Gejala dan Tanda Nyert Akut |D.007 [a, Agen pencedera Gejala dan Tanda 7, iologis (mis. | Mayor pln an Camscaner Definisi Pengalama, nn sensorik atau emosional y berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, Tnflamasi, — iskemia, | Subyektif’ neoplasma) a, Mengeluh nyeri Agen pencedera| Objektif kimiawi (mis.| a. Tampak Terbakar, —bahan | -—_meringis kimia iritan) b. Bersikap ‘Agen pencedera fisik | protektif (mis. Abses,| ©. Gelisah amputasi, terbakar, | d. Frekuensi nadi terpotong, mengangkat—berat, | ¢ prosedur —operasi meningkat Sulit tidur dengan trauma, latihan fisik | Gejala dan Tanda onset berlebitian Minor mendadak Objektif atau Lambat a. Tekanan darah dan meningkat berintesitas b. Pola napas ringan berubah hingga ¢. Nafsu makan berat yang berubah berlangsun 4d. Proses berpikir ge kurang, tergangen dari 3 bulan e. Menarik dirt f. Berfokus pada iri sendiri &. Diaforesis Retensi___|1D.005 | a. Peningkatan tekanan | Gejala dan Tanda Usin 0 uretra Mayor Kerusakan —_arkus | Subyektif’ Definisi : refleks a. Sensasi penuh Pengosong Blok spingter pada kandung. pln an Camscaner an Kandung Disfungst_neurologis | __ kemih kemih yang (mis, Trauma, | Objektif tidak penyakit saraf) a. Disuria/anuria Jengkap ©. Bick agen | b. Distensi kandung farmakologis (mis.| —kemih Atropine, belladonna, | Gejala dan Tanda psikotropik, Minor antihistamin, opiate) | Subjektif a. Dribbling Objektir a. Inkontinensia berlebih b. Residu urin 150 ml atau lebih Risiko 0142 [a Penyakit — kronis Infeksi (mis. Diabetes militus) Definisi b. Efek — prosedur Berisiko invasif mengalami Malnutrisi: peningkata 4. Peningkatan nterserang aparan organisme organisme patogenik pathogen Jingkungan ¢. Ketidakadekuatan Pertahanan tubuh primer f. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder pln an Camscaner 3. Intervensi Keperawatan No 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup menu © Fungsi_—berkemih dari skala 2 (cukup ‘memburuk) menjadi skala 4 (cukup membaik) Pola tidur dari skala 2 (cukup memburuk) menjadi skala 4 SUKI SIKT Diagnosa Keperawatan | 8° | SFiteria Hasi Ko | Kriteria Hasit de de Kategori: (1. [Setclah dilakukan [T0_| Manajemen Nyert Psikologis [08 | tindakan keperawatan | 82. | Observasi 06 | sclama 2x24 jam | 38 | a. Idemtifikasi Subkategori |8 | diharapkan nyeri akut lokasi,karakteristik, + Nyeri dan dapat teratasi dengan durasi, — frekuensi, Kenyamanan kriteria hasil kualitas, _intensitas Tingkat Nyeri nyeri Kode: a. Keluhan Nyeri dari b. Identifikasi —faktor D.0007 skala 2 (cukup yang memperberat meningkat) dan memperingan Masalah : menjadi skala 4 nyeri Nyeri Akut (cukup menurun) ‘Terapeutik b. Meringis dari skala a Berikan ——teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri b. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri Edukasi a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri b. Jelaskan strate; meredakan nyeri Kolaborasi pln an Camscaner (cukup membaik) a Kolaborasi pemberian analgetik, jika perl Kategori: Fisiologis, Subkategori iminasi Kode: D.0050 Masalah : Retensi Urin Setelah——difakukan | 1.0 tindakan —-keperawatan | 41 selama 2x24 jam | 48 diharapkan retensi urin dapat teratasi_ dengan kriteria hasil Eliminasi Urine a. Sensasiberkemih dari skala 2 (cukup menurun) menjadi skala 4 (cukup meningkat) b. Desakan berkemih (urgensi) dari skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup menurun) ©. Distensikandung kemih dari skala 2 (cukup_meningkat) menjadi skala 4 (cukup menurun) d Berkemih tidak tuntas dari skala 2 (cukup_ meningkat) menjadi kala 4 (cokup menurun) ©. Frekuensi = BAK Kateterisasi urine Observasi a Periksa —_-kondisi pasien ‘Terapeutik a, Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan tindakan b. Siapkan pasien c. Pasang sarung tangan d. Bersihkan — daerah perineal atau preposium — degan cairan NaCl atau aquades e. Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan_prinsip aseptic £. Sambungkan kateter urine dengan urine bag 8 Isi_ balon dengan NaCl sesuai anjuran he Fiksasi —— selang ateter datas simpisis atau di paha pln an Camscaner dari skala 2 (cukup i, Pastikan — Kantong memburuk) urine ditempatkan menjadi skala 4 lebih rendah dari (cukup membaik) kandung kemih J. Berikan lebel waktu pemasangan Edukasi a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine b. Anjurkan —menarik nafas saat insersi selang kateter Kategori: — | L.1 | Setelah dilakukan | 11 | Pencegahan Infekst Lingkungan | 41 | tindakan keperawatan | 45 | Observasi 37 | selama 2x24 jam | 39 | a. Monitor tanda dan Subkategori diharapkan ——_risiko gejala infeksi lokal : Keamanan infeksi dapat teratasi dan sistemik dan Proteksi dengan kriteria hasil Terapeutik Tingkat Infeksi a. Pertahankan tehnik Kode: a. Kebersihan badan aseptik pada _pasien Dow2 dari skala 2 (cukup berisiko tinggi menurun) menjadi Edukasi Masalah : skala 4 (cukup a. Jelaskan tanda dan Risiko Infeksi meningkat) ecjala infeksi b. Nyeri dari skala 2 >. Ajarkan cara (cukup_meningkat) memeriksa kondisi menjadi skala 4 luka atau loka (cukup menuran) operasi ce. Kultur urin dari Kolaborasi : skala 2 (cukup a. Kolaborasi pln an Camscaner memburuky pemberian menjadi skala 4 imunisasi, jika perlu (cukup membaik) 4. Implementasi Keperawatan Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang (elah disusun pada tahap perencanaan, Implementasi_ merupakan {ahap proses keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan secara langsung dan tidak langsung terhadap klien 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi_ —merupakan proses keperawatan yang nkan perawat untuk menentukan intervensi keperawatan telah berhasil memungkinkan kondisi Klien. Evaluasi merupakan Tangkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara melakukan identfikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak, pln an Camscaner DAFTAR PUSTAKA Andi Eka Pranata, Eko Prabowo, S.Kep,M.Kes. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan Edisi I Buku Ajar, Nuha Medika : Yogyakarta Nurarif AH. dan Kusuma, H, (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta’ MediAction. Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika Sugeng, Jitowiyono dan Weni Kristiyanasari, 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika ‘Tanto. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta ‘Tim DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Ed 01 Jakarta Selatan: Dewan Pengurus PPNI Tim DPP PPNI. (2018). Standar Imervensi Keperawatan Indonesia. Ed 02. Jakarta Selatan; Dewan Pengurus PPNI ‘Tim DPP PPNI, (2019). Standar LLuaran Keperawatan Indonesia, Ed 02. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus PPNI pln an Camscaner

You might also like