You are on page 1of 10
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DALAM PENGELOLAAN PESTISIDA DENGAN AKTIVITAS ENZIM CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI CABE DI DESA SANTANA MEKAR KECAMATAN CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA ‘The Correlation Between The Behavior of Chili Farmers In Managing Pesticides Users and Their Blood Cholinesterase Enzyme Activities In Santana Mekar Village, Cisayong District, Tasikmalaya Regency Ai Sukmawati *, Astri Maharani LP ** Abstract. A study on use pesticide was conducted in Santana Mekar village, Tasikmalaya regency in hime 2003. The aim of this study was to find out the relationship between knowledge, attitude and practice of pesticide use and blood cholinesterase enzyme activities. The study used survey method and cross sectional approach, The result showed that 34.5% fiom 61 respondents have normal blood cholinesterase enzyme activity. Most of the respondents have good knowledge, attitude and praciice on using pesticides. Rank spearman correlation analysis shows that a positive relation was found between knowledge, altitude and practice on using pesticides with blood cholinesterase enzyme activity (p=0,001, o0.1), Keywords : behavior, pesticide, blood cholinesterase enzyme activity PENDABULUAN Pembangunan pertanian tidak teclepas dari penggunaan pestisida terutama pada tenaman holtikultura, karena tanaman ini sangat rawan terhadap hama. Intensifikasi penggunaan pestisida yang semakin me- ingkat, tentunya diikuti dengan me- ningkatnya pemajanan dan keracunan bagi tenaga kerja pertanian, khususnya bagi mereka yang bertugas sebagai tenaga pe- nyemprot hama (Suwarni, 1998), Saat ini tindakan pengamanan ‘terhadap —_akibat samping dani penggunaan racun akut maupun kronis dirasakan kurang memadai karena kkeracunan yang kadang me-nimbulkan Kematian itu paling banyak terjadi pada daerah pedesaan di Indonesia, yang. ‘umumnya menimpa petani maupun keluarga petani Mesurut — perkirasn —_organisasi Kesehatan sedunia (WHO) dan program Jingkungan persatuan bangsa - bangsa (UNEF), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja yang bekerja di scktor pertanian, Sebagian besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di negara sedang berkembang, yang 20,000 di antaranya ber- akibat fatal (Anonim, Infokes.com, 2000). Berdasarkan hasil mtonitoring oleh Dinkes DKI sampai tahun 1998 tentang hasil pemeriksaan cholinesterase darah pada peng- ‘guna pestisida, sebanyak 50,65% memiliki + Mabasiswe FKM UNSIL Tasikmalaya ** Penelit di Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit aktivitas cholinesterase darah dalam kategori normal, 3832% terpajan ringan, 10,54% terpajan sedang dan 0,39% terpajan berat (Dinkes DKI Jakarta, 2002). ‘Menurut laporan Sub Dinas Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, dari 101 orang yang diperiksa cholinesterasenya menunjukan 61,4% petani menderite keracunan pestisida, dengan rincian 21.8% keracunan sedang, 39.6% ke- racunan ringan dan 38,6% dalam kategori normal (Dinas Kesehatan Kabupaten ‘Tasikmalaya, 2003), Desa Santana Mekar merupakan salah satu desa di Kecamatan Cisayong Kabupaten ‘Tasikmalaya, Jawa Barat yang 85% kepala keluarga bekerja pada sektor pertanian, dan sebanyak 15% kepala keluarga menanam tanaman cabe, Tanaman cabe tersebut termasuk tanaman sayur-sayuran yang pertumbuhannya sangat rentan terhadap hama, sehingga untuk meningkatkan has produksi para petani melakukan penyers- protan dengan menggunakan —pestisida Pestisida yang digunakan di tahan usaha tani- nya adalah pestisida golongan organofosfat (Survei awal) 80 _iumal Ekologi Kesehatan Vol3 No, Agustus 2004 : 80-89 BAHAN DAN CARA Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya dengan responden penelitian adalah para petani cabe sebanyak 61 orang. Para petani ini tempilih sebagai responden penelitian arena para petani selalu melakukan —penyemprotan dengan menggunakan pestitida untuk meningkatkan hasil produksi pertaniannya sehingga risiko terpapar pestisida lebih besar. Metoda Pendlitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional menggunakan disain stadi penampang dengan metode survei. Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan, sikap dan prakick penggunaan dan _pengelolaan pestisida sebagai variabel bebas, akiivitas cholinesterase darah sebagai variabel terikat, umur, status gizi, lama pemaparan dan dosis pestisida sebagai variabel tuar yang tidak dikendalikan. Pengetabuan, sikap dan praktek mengenai penggunaan dan _pengelolaan pestisida diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner, sedangkan aktivitis cholinesterase darah diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan Tintometer it, Variabel Tuar seperti umur, lama pe- maparan dan dosis pestisida diketahui dari ‘hasil wawancara, sedangkan status gizi di- peroleh dari pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan kuadrat responden, Bahan dan Alat Kuesioner Tintometer Kit ‘Timbangan injak Microtoise Alot dan bahan untuk pengujian enzim cholinesterase Cara kerja 1, Wawancara dengan responden Wawancara —dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan praktek responden dalam penggunaan dan 81 pengelolaan pestisida, lama _pemaparan pestisida seria dosis pestisids, Masing- masing jawabar pertanyaan diberi skor dan iakukan Klesifikasi berdasarkan cut off ‘point teshadap total skor jawaban, 2, Pengukuran aktivitas cholinesterase enzim darah Pengukuran —aktivitas—enzim cholinesterse darah diawali dengan adanya test reagen untuk mengontrol reagen dan me- nentukan waktu tumggu dengan cara men- ‘campurkan 0,5 ml indikator BTB dan 0,01 ml substrat di dalam curvet berukuran 2,5 mam, diletakkan dalam comparator sebelah kanan sedang sebelah kiri berisi 0,01 ml darah dan 1 ml aguadest, kemudian Jangsung dilakukan pembacaan pada comparator disc. Setelah ilakukan test reagen, disediakan deretan tabung reaksi yang jumlahnya sesuai dengan jumlah pasien. Tiap tabung diisi 0,5 ml indikator, 0,01 ml darah orang normal, 0,5 ml substrat ‘acethyicholine, kemudian ditutup dengan karet, dicampur pelan-pelan dan ditunggu selama 18,5 menit. Setelah 18,5 menit, masukkan campuran dalam curvet dan ibaca dalam comparator disc, biasanya sekitar 87,5%-100%. Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasikan sesuai Tabel | beriket ini. 3, Penentuan status gizi Status gizi responden ditentukan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan cara membandingkan berat ‘badan dan tinggi badan responden. Berat badan —diukur dengan menggunakan timbangan injak, sedangkan. tinggi badan responden diukur dengan menggunakan microtoise. Analisa data Data yang telah terkumpul dilakukan editing, koding, skoring dan dimasukkan ke dalam program komputer dan kemudian di- analisis dengan menggunakan uji korelasi rank spearman. BASIL Aktivitas Enzim Cholinesterase Darah Hasil pengukuran dengan —meng- gunakan Tintometer Kit diketahui sebanyak Hiubungan Perilaku dan Pengelolaan ... (Ai Sukmawali dar Astri Maharani) 21 responden (34,5%) menunjukan aktivitas ‘enzim cholinesterase normal dan sebanyak 3 responden (4,9%) menunjukan — tingkat keracunan berat (Tabel 2). Aktivitas enzim cholinesterase darah erat kaitannya dengan fungsi syaraf. —Apabila’—_aktivitas cholinesterase di dalam darah antara 0 - 25%, acethycholine tidak dapat di hidrolisa, akibatnya rangsangan syaraf atau impuls ke reseptor sel-sel ofot dan kelenjar akan ter- ganggu, yang selanjutnya akan me- nimbulken gejala sesak napas, hilangnya reflels-reflek, sukar bicara, kejang-kejang, disusul paralyse, cyanose dan koma. Kematian biasanya —disebabkan oleh Kelumpuban otot-otot pernafasan (Budiono, 2001). Tabel 1 Interpretasi Data! Hasil L 75% 100% Normal Boleh terus bekerja 2 50%-75.% Keracunan ringan Tidak boleh bekerje dengan organo- osfat selama 2 minggu 3 25%-50% Keracunan sedang Tidak boleh bekerja_ dengan Keracunan pestisida, bila perlu diobati 4 0% 25% berat Harus isirahat, diobati dan dibawah pengawasan dokter Sumber: Budiono, 1976 Tabel 2 ‘Aktivitas Enzim Cholinesterase Darah di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Tahun 2003, ‘No___Abtivitas Enzim Cholinesterase darah Frekuensi Presentase (4) 1 Normal 21 345 2 Kernan ringan 1» 3h 3 Keracunan sedang 18 295 4 Keracunan berat 3 49 Jmlsh st 1000 Tabel 3 Tingkat pengetahuan responden mengenai penggunaan dan pengelolaan pestsida di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Tahun 2003 Ne Pengetahuan’ Frekocas Presentase (%) 1 Baie 6 98 2 ‘Cukup 35 57,4 3__Korang 20 328 Tomah on 82 Jumal Ekologi Kesehatan Vol3 No 2, Agustus 2004; 60-89 Tabel 4 Distribusi frekuensi jawaban responden mengenai pengetahuan penggunaan dan pengelolaan pestisida di Desa Santana Mekar Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003 Frekuenst No_ Penanysan (0-61) % 1 Pengetahuan mengenai ings pestsida Ya 2 344 b. Tidak 0 656 2 Pengetahuan mengenai petunjule penggunaan pestisda a Ya 2 639 b. Tidak 2 36.1 3 Pengetahuan mengenai pestsida jika tumpah ke tubuh a Ya 32 52.5 b. Tidak 3 475 4 Pengetshuan mengenai pemeparan pestisida aYa 2» 475 b. Tidak 32 525 5 Pengetahuan mengenat jalan masuk pestisida ke tubuh aYa 30 48.2 b. Tidak 3 50.8 6 Pengetahuan mengenai manfast pesisida aa 2 317 b, Tidak 38 623 7 Pengetahuan mengenai pencampuran pestsida 2a 0 60,7 b. Tidak 24 363 8 Pengetahuan mengenai penagunaan dosis pestisida a. Ya 18 29,5 b. Tidak 3 703 Tabel 5 Hubungee:antara Pengetahuan Responden mengenai Penggunaan dan Pengelolaan Pestisida dengan Aktivitas Cholinesterase Dara pada Petani Cabe di Desa Santana Mekar Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya ‘Aktivitat Cholinesterase Keracunan | Keracunan No| Pengetabuez | Neral Ringan Sedan Keracunan Berat 7% [7 | % t % t % Y Baik size) 1 | s9 | o | 09 1 334 2 Cukup 14/667 | 1a | 933 | 7 | 350 | 1 33,3 3 Kurang 2{9s | 2 | us| 3 | oso] 1 33,3 Jumlah 21 | 100017 | 1000 [20 | 100.0 [3 10,0 83 Hubungan Perla dan Pengelolaan (Ai Sukmawati dan Astei Maharani) Tabel 6 ‘Sikap responden mengenai pengeunaan dan pengelolaan pestisida di Desa Santana Mekar Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003 No ‘Sikap Frekuensi Presentase (%) 1 Baik 5 a2 2 Cukup 46 154 3 Kurang 10 66 Jumiah a 100 Tabel 7 Distribusi frekuensi jawaban responden mengenai sikap penggunaan dan pengelolaan pestsida di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003 Frekuenst No | Pertanyaan =n | % 1 | Pendapat mengenai pestisida mengganggu kesehatan a. Ya 32 525 b. Tidak 29 475 2. | Pendapat mengenai ara angin Ya 40 65,6 b. Tidak 2 344 3. | Pendapet mengenai penyemprotan tanpa APD aYa 2 361 ». Tidak 39 639 4 | Pendapat mengenai pembuangan kemasen pestisida aya 2 68,9 », Tidak 19 31 Tabel 8 ‘Hubungan antara Sikap Responden mengenai Penggunaan dan Pengelolaan Pestisida dengan Aktivitas Cholinesterase Darah pada Petani Cabe «i Desa Santana Mekar Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya 7 ‘Aktivitas Cholinesterase Keracunan ‘Keracunan No} Sikap Normal Ringan Sedang. Keracunan Berat ,% f % T % t %e v Baik s | ae lo 39 1 | 50 | 0 00 2 | cCokup | 15 | ma | ia | 923, is | 750] 1 33,3 Kurang 1 | 48 2 | us 4 | 200 | 2 65,7 Jumiah 21 | 1000 [17 | 1000 | 20 [1000 [ 3 100,0 84 _umal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 2, Agustus 2004 : 80 Tabel 9 Praktek responden mengenai penggunaan dan pengolahan pestisida i Desa Santana Mekar Kecamatan CisayongKabupaten Tasikmalaya Tahun 2003, No. Praktik Frekuensi Presentase (%) 1 Baik 3 82 2 ‘Cukup 3 705 3 ‘Kurang 13 213 Jumlah 6 100,0 Tabet 10 Distribusi frekuensi jawaban responden mengenai praktek penggunaan dan pengelolaan pestisida di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003, Frekuensi No __Praktek penggunaan dan pengelolaan pestisida @nél) _% 1 Mempunyai tempat khusts untuk menyimpan pestisida Ya 2% 459 , Tidak 3 Sad 2 Membaca keterangan penting, a. Ya 38 62,3 Tidak BT 3. Membeli pestisida bersamaan belanja bahan makanan aYa 3 5g b. Tidak 3049.2 4 Menggunakan alav APD pda saat mencampur pestisida a.Ya 37 607 ». Tidak. 24 393 5 Menyemprot melawan arah angin Ye 3963.9 b Tidak 2 361 6 -Menggunakan APD pada menyemprot aya 2% 393 b. Tidak 37 607 7 Menyemprdt lebih dari $ hari a.Ya 30 Sah b. Tidak 2540.9 8 Membersihkan alat semprotan 2.Ya 38623 b. Tidak 3 OT 9 Mengalami keluhan-Keluhan aya 2m 393 . Tidak 3760.7 85 Hubungan Peril dan Pengelotaan (Ai Subomavvat dan Astri Mahara) Tabel 11 Hubungan antara Praktek Responden mengenai Penggunaan dan Pengelolaan Pestisida dengan Aktivitas Cholinesterase Darah pada Petani Cabe di Desa Santana Mekar Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmnalaya Tahun 2003 Aktivitas Cholinesterase - wo| Prax | Normas | Rezcmalcracunan Seda08] ac escuna Bert t % t % f [ % t * 1 Baik 2 95 1 59 1 5,0 oO 00 2 | caup | ae fast Jas fms Jus oso | o | op a | wunng | 1 [as | a | 76 | 6 | 300 | 3 | i000 Sapien [21 [1000 [37 ~[ve.0 | 20600 [3 1000 Hasil wawancara terhadap responden, Keluhan yang dialami adalah pusing, sakit kepala, mata perih, berair, keluarnya air mata, mal, banyak meludah, gatal-gatal apabila pestisida tumpah ke kulit. Keluhan tersebut merupakan efek secara akut yang terjadi pada responden setelah menggunakan pestisida (melakukan penyemprotan). Gejala yang dirasakan oleh petani cabe tergantung pada ketahanan tubuh dan sensitivitas tethadap rasa sakit’ yang berbeda-beda, bahkan karena sudah terbiasa akhirnya tidak lagi merasakan keluhan akibat penggunaan pestisida PEMBAHASAN Pengetahuan Dalam Pengelotaan Pestisida Berdasarkan hasil wawancara, tingkat pengetahuan —responden —_mengenai penggunaan dan pengelolaan pestisida se- banyak 35 responden (57,4%) menunjukkan tingkat pengetabuan cukup (Tabel 3), Rincian selengkapnya jawaban_responden mengenai pengetahuan penggunaan dan pengclolaan pestisida dapat dilihat pada tabel 4, Pada tabel 4 terlihat bahwa sebanyak 5,6% res-ponden tidak mengetahui fungsi pestisida, 63,9% responden mengetahui petunjuk penggunaan pestisida yang benar, 52,5% responden mengetahui akibat jika pestisida tumpah ke tubuh, 52,5% responden tidak mengetahuibahaya —pemaparan pestisida yang terus menerus, 508% responden tidak mengetabui jalan masuk pestisida ke dalam tubuh, 62,3% responden tidak mengetahui manfaat pestisida, 60.7% responden mengetahui cara _pencampuran pestisida yang benar dan 70,5% responden tidak mengetahui dosis pestisida yang sebaiknya digunakan. Tingkat pengetahuan merupakan faktor penunjang dalam bersikap dan melaksanakan aktivitas (praktik) karena pengetahuan adalah salah satu faktor pertama dalam peri-laku. Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat pening untuk terbentuknya tindakan seseorang (over! behavior). Berdasarkan pengalaman dan _penefitian terbukti bahwa perilaku yang di-dasari oleh pengetahuan akan lebih dapat di-lihat secara langsung dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1993). Hubungan —antara_—_pengetahuan responden mengenai —penggunaan dan pengelolaan pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase darah pada petani cabe di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 5. Pada tabel 5 menunjukkan bahwa se- banyak 14 responden (66,7%) dengan aktivitas cholinesterase darah normal dan 14 responden (82,3%) dengan keracunan ringan memiliki tingkat pengetahuan cukup, sedangkan pada keracunan sedang 13 responden (65%) memiliki—_tngkat ‘pengetahuan kurang, Hasil perhitungan uji statistik Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,654 dan = 0,001 yang menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan mengenai pengetahuan dan pengelolaan pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase darah 86 Jurmal Ekologi Keschatan Vol 3No2, Agsstue 2004 80-89 dengan a=0,1. Hal_ini ditunjang dengan pendapat Green (1975) bahwa pengetahuan ‘merupakan faktor yang penting dalam pe- tubahan perilaku. Oleh Karena itu Pengetahuan penggunaan dan pengelolaan pestisida berdampak techadap penurunan alcivitas cholinesterase dara Karena adanya, praktek penggumaan den _pengelalaan pestisida yang salah akibat dari kurangnya pengetahuan akan berdampak terhadap praktek, Sikap Dalam Pengelolaan Pestisida Berdasarkan hasil wawancara diketahui sebanyak 46 responden (75,4%) memitiki sikep mengenai penggunaan dan pengelolaan pestisida dalam kategori cukup (Tabel 6), Rincian selengkapnya jawaban responden ‘mengenai sikep penggunaan dan pengelolaan pestiside dapat dilihat pada Tabel 6, Pada Tabel 7 terlihat bahwa sebanyak $7,4% responden setuja pestisida penting untuk digunakan, 52,5% responden setuju pestisida dapat mengganggu Kesehatan, —65,6% responden setuju bahwa Ketika melaiukan penyemprotan dengan pestisida harus sesuai dengan arah angin, 63,9% responden tidak setuju jika menyemprot tanpa APD dan 68,9% responden setuju membuang kemasan pestisida harus dengan hati-hati. Hubungin antara sikap responden ‘mengenai penggunaan dan pengelolaan pestisida dengan oktivitas cholinesterase darah pada petani cabe di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 15. responden (71,4%) dengan aktivitas cholinesterase darah normal, 14 responder (82,3%) dengan keracunan ringan dan 15 responden (75%) dengan keracunan sedang memiliki sikap vang cukup, sedangkan pada keracunan berat 2 responden (66,7%) memiliki sikap yang kurang. Hasil perhitungan uji statistik Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,786 dan p = 0,001 yang menunjukkan adanya hubungan antarasikap mengenai penggunaan dan pengelolaan pestisida dengan aktivitas cholinesterase pada 4 =0,1 Sikep merupakan respons yang masih terfutup terhadap stimulus atau objek, sikap juga merupakan predisposisi tindakan suatu 87 perilaku (Notoatmodjo, 1993). Hal ini di- tunjang dengan adanya teori Green (1975) yang menyatakan bahwa sikap dalam tingkat ‘tertentu merupakan penenta Praktik Dalam Pengelolaan Pestisida Berdasarkan hasil wawancara diketahui sebanyak 43 responden (70.5%) memiliki praktek © mengenaipenggunaan dan pengolahan pestisida kategori cukup (tabel 9), Rincian selengkapnya jawaban responden meagenai praktek —penggunaan dan pengelolaaz pestisida dapat dilihat pada tabel 10, Pada tablel 10 terlihat bahwa sebanyak 54,1% responden tidak mempunyai tempat Khusus untuk menyimpan pestisida, 50,8% responden membeli pestisida bersamaan belanja bahan makanan, 60,7% responden ‘menggunakan alat dan APD seat mencampur pestisida, 63.9% responden menyemprot me- lawan arah angin, 60,7% _responden ‘menggunakan APD saat menyemprot, 59,1% responden menyemprot setiap 5 hari sekali, 623% responden membersihkan peralatan setelah menyemprot dan 60,7% responden mergalami keluhan setelah menyemprot. Praktik merupakansuatareaksi terhadap stimulus, yang dapat diobserv langsung dalam ~—kaitannya dengan pengetahuan dan sikap._Ketiganya ‘merupakan Komponen yang tidak dapat di- pisahkan, walaupun ‘pada kenyataannya pengetahuan, sikap dan praktek tidak sejelan Hal tersebut disebabkan olch banyaknya faktor yang —mempengaruhi —misainya pengalaman, keinginan, keyakinan, sosial budaya, fisilitas dan lain-lain (Notoatmodjo, 1993), Pada praktek pengelolaan dan peng~ gunaan pestisida adakalanya seseorang (petani) mengetahui mengenai penggunaan dan pengelolaannya, tapi pada prakteknya hal tersebut tidak dilaksanakan. Hubungan antara_praktik responden mengenai penggunaan dan _pengelolaan pestisida dengan aktivites cholinesterase darah pada petani cabe di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten ‘Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 11 Tobel zersebut menunjukkan bahwa sebanyak 18 responden (85,7%) dengan aktivitas cholinesterase darah normal, 13 responden (76,5%) dengan keracunan ringan dan 13 responden (65%) dengan Keracunan sedang. Hubungan Perilaku dan Pengelolaan memiliki praktek yang cukup, sedangkan pada keracunan berat 3 responden (100%) memiliki praktek yang kurang. — Hasil perhitungan uji statistik kotelasi Rank Spearman diperoleh nil 0,820 dan p = 0,001 yang menunjukkan ada hubungan bermakna amare praktek penggunzan dan pengelolaan pestisida terhadap _aktivitas cholinesterase darah, Hasil uji. statistik tersebut sesuai dengan kenyataan di lapangan yang menunjukan bahwa praktek penggunaan dan Pengelolaan pestisida masih Kurang baik diantaranya penggunaan alat pelindung ditt (APD) yang kurang pada saat mencampur dan menyemprot, serta adanya kebiasaan menyemprot lebih dari jam dalam satu harinya. Kondisi tersebut sangat_ mem- pengaruhi terjadinya keracunan pestisida. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Umar Fahmi (1985) yang menunjukan bahwa petani yang meng-gunakan baju lengan panjang dan celana panjang mendapat efek Paparan yang lebih rendah dibanding petani ‘yang berpakaian minim. Praktik penggunaan dan pengelolaan pestisida yang kurang baik juga dapat dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan serta Kurang baiknya sikap petani cabe terhadap tata cara penggunaan dan pengelolaan pestisida. Berdasarkan —hasil statistik Korelasi Rank Spearman diketahui pula tidak ada hubungan antara umur responden (r 0,222, p = 0,086, 4 =0,05), status gizi (r 0,058, p = 0,657, @ =0,05), lama pemaparan (r= 0,018, p = 0,890, & =0,05) dengan aktivitis cholinesterase darah. Namun ada hubungan antara dosis pestisida dengan aktivitas cholinesterase darah (r= -0,266, p = 0.038, c=0,05). Dengan demikian hasil yang diperoleh mengenai_hubungen—antara pengetahuan, sikap, praktek penggunaan dan pengelolaan pestisida dengan aktivitas cholinesterase darah tidak terpengaruh oleh variabel luar penelitian, KESIMPULAN Berdasarkan basil penelitian tersebut iatas dapat disimputkan sebagai berikut: 1. Tingkat_ —pengetahuan —_responden mengenai penggunean dan pengelolaan pestisida sebagian besar__ (57.4%) responden cukup. (Ai Sokrmaysat dan Asti Maharani) 2. Sikap responden mengenai penggunaan dan pengelolaan pestisida sebagian besar (75,4%) responden cukup, 3. Praktik responden mengenai penggunsan ddan pengelolaan pestisida sebagian besar (70,5%) responden cukup. 4, Aktivitas cholinesterase darn petani cabe sebagian besar (34,5%) responden adalah normal. 5. Ada hubungan — bermakna —antara pengetahuan (F = 0,654, p=0,001, 0=0,1 ), sikap (r = 0,786, p=0,001, a =0,1) dan praktek (r = 0,820, p=0,001, a=0,1) penggunaan dan pengelolaan pestisida dengan aktivitas cholinesterase darah SARAN Berdasarkan_hhasil penelitian yang dilakukan dapat diajukan saran sebagai berikut 1. Untuk meningkatkan pengetahuary sikap dan praktik petani perlu adanya promosi untuk memberikan informasi- mengenai penggunaan dan pengelolaan pestisida sesuai dengan prosedur yang benar. 2. Perlu adanya pemeriksaan —aktivitas cholinesterase darah apabila_pestisida tersebut termasuk jenis organofosfat dan karbamat, secaraberkala—_ untuk mendeteksi secara dini tingkat keracunan yang dialami petani sehingga dapat mencegah terjadinya efek dalam jangka panjang (keracunan kronik) yang bersifat kumulatif, 3. Perlu adanya kerja sama antara dinas Kesehatan, dinas —pertanian dan. departemen tenaga kerja untuk memperhatikan Kesehatan kerja sektor informal khususnya pertanian karena mayoritas penduduk bekerja peda sektor pertanian, UCAPAN TERIMA KASIH Penulismengucepkan terima kasih kepada Kepala Desa Santana Mekar Kecamatan Cisayong yang telah member ijin pelaksanaan penelitian dan Kepala Subdinas Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya beserta staf yang telah membantu jalannya penelitian dengan baik 88 Sarna Ekologi Kesehatan Vol 3 No 2, Agustus 2004 : 80-89, DARTAR PUSTAKA Budiono AM. Sugeng, 1976. Hiperkes lan Keselamatan Kerja, YT Tritunggal Tata Fjar, Solo Bodiono AM) Sugeng, 2001. Toksitologi Industri. Balai Hiperkes Dan Keselamatan Kena Bandong Dinas Kesehatan, 2003. Profil Subdinas Kesling Dinos Kesehaien Kabupaten Tasikmaleya, ‘Tesikmalaya Diren PPM. dan PLP, Pengamanan Pestisida DI Pedesaan, Depkes RI, Jakarta, 1989 Gresa H Lowrence, 1975, Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnosth Depertemen PAK, Jakaria 89 Notostmojo Sock, 2993, Pengantar Mim Pritaky,, Ani Otte, Yogyakarta Suwa’ Agus, 1998. Tongkat Keracunan, Faktor Risiko Dan Kerugian Ekonomi! Atbat Pengginaan Pestisida Bagi Petant Bawang Merah Dan Cabe Dt kabupoten Brebes. Majalah Hiperkes Dan Keselamatan Kerja, VolXXX1 No2, Jawa. Tengah

You might also like