You are on page 1of 13

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI

Kartika Dyah Sertiya Putri, Yustinus Denny A.W


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: kartikadyahsertiyaputri@yahoo.com

ABSTRACT
Using PPE (personal protective equipment) is the last risk control to protect the workers from
occupational safety and health hazards. Applying safety culture through compliance behavior of
wearing PPE is important to do as the responsibility of the company to protect its workers from
occupational safety and health hazards. The purpose of this research was to analyze factors which
have correlation with compliance of wearing PPE in aluminum sulfate unit production PT. Liku
Telaga Gresik. This research was analytical observational with a cross sectional design. Subject of
this research was total population that consist of 114 workers. Data would be shown in a frequency
distribution and cross tabulation afterwards analyzed using statistic chi square. The result of research
showed that most of workers obeyed to wear PPE in workplace. Statistic analytical results showed
that education (p=0,005; r=0,336) and attitude to the policy (p=0,045; r=0,233) are factors which
has correlated with compliance of wearing PPE. Age (p=1), time of work (p=1), knowledge
(p=0,483), motivation (p=1), personality (p=0,464), training (p=0,559), communication (p=0,72) and
availability of PPE (p=0,652) have no correlation with compliance of wearing PPE. Advices based on
the results to the company are recruiting workers who graduate from Senior High School, improving
the firmness of policy and organizing special training about PPE. Supervisor must care about the
workers’ compliance of wearing PPE and give example compliance behavior of wearing PPE.

Keywords: safety culture, behavior of wearing PPE, workers in aluminum sulfate unit production

ABSTRAK
Penggunaan APD (alat pelindung diri) merupakan pengendalian risiko terakhir untuk melindungi
tenaga kerja dari bahaya keselamatan dan kesehatan kerja. Menerapkan kepatuhan menggunakan APD
penting dilakukan sebagai tanggung jawab perusahaan untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya
keselamatan kerja dan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan menggunakan APD di unit produksi alumunium sulfat PT. Liku Telaga Gresik.
Penelitian ini bersifat observasional analitik, dengan desain cross sectional. Subyek penelitian ini
adalah total populasi yaitu 114 tenaga kerja. Data yang tersedia disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi dan tabulasi silang kemudian dianalisis secara statistik chi square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja patuh menggunakan APD di tempat kerja. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa pendidikan (p=0,005; r=0,336) dan sikap terhadap kebijakan
(p=0,045; r=0,233) sebagai faktor yang berhubungan signifikan dengan kepatuhan menggunakan APD
dan memiliki kuat hubungan rendah. Umur (p=1) masa kerja (p=1), pengetahuan (p=0,483), motivasi
(p=1), kepribadian (p=0,464), pelatihan (p=0,559), komunikasi (p=0,72) dan ketersediaan APD
(p=0,652) tidak berhubungan dengan kepatuhan menggunakan APD. Saran berdasarkan hasil
penelitian kepada perusahaan adalah merekrut tenaga kerja minimal tamat Sekolah Menengah Atas,
menerapkan kebijakan yang lebih tegas, mengadakan pelatihan khusus tentang APD. Supervisor juga
harus memperhatikan kepatuhan tenaga kerja dalam menggunakan APD dan memberikan contoh
perilaku patuh menggunakan APD.

Kata kunci: budaya keselamatan, kepatuhan, alat pelindung diri, kebijakan, Gresik, perusahaan kimia

24
25 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 24-36

PENDAHULUAN menggunakan APD. Tahap paling dasar


untuk menumbuhkan kesadaran tenaga
Sebagai negara yang memiliki kerja supaya patuh menggunakan APD
potensi alam besar, Indonesia berusaha yaitu dengan pembentukan budaya
memanfaatkan kekayaan alam tersebut keselamatan menggunakan APD (Reason,
dengan mengembangkan sektor industri. 2007)
Berkembangnya sektor industri seringkali Pada teori Geller (2001)
menimbulkan kecelakaan kerja yang mengungkapkan bahwa untuk membentuk
merugikan tenaga kerja, perusahaan budaya selamat terdapat tiga komponen
bahkan negara. Menurut Jamsostek yang yang saling berhubungan satu sama lain
dikutip oleh Ramli (2009), pada tahun dan harus dicapai yaitu people (orang),
2007 tercatat 65.474 kecelakaan behavior (perilaku), dan environment
mengakibatkan 1451 orang meninggal, (lingkungan) yang disebut dengan safety
5.326 orang cacat tetap dan 58.679 orang triad. Komponen person terdapat beberapa
cedera. faktor yaitu pengetahuan, kemampuan,
Melihat besarnya angka kecelakaan ketrampilan, kepandaian, motivasi dan
kerja tersebut maka harus diselenggarakan kepribadian tenaga kerja. Faktor pada
pengendalian risiko berupa eliminasi, komponen behaviour yaitu persetujuan,
substitusi, teknik, administratif dan pelatihan, pengenalan, komunikasi, dan
penggunaan APD. Berbagai upaya untuk kepedulian yang aktif. Faktor pada
mencegah kecelakaan kerja dan komponen environment adalah peralatan
melindungi tenaga kerja dengan dan perlengkapan, mesin, rumah tangga,
penggunaan APD namun masih seringkali suhu, teknik, standar dan prosedur
ditemukan tenaga kerja yang tidak patuh operasional.
dalam menggunakan APD. Menurut Sari Menurut Geller (2001) pada teori
(2012) menyebutkan dalam penelitiannya safety triad, kepatuhan (compliance)
bahwa 26,3 % tenaga kerja yang jarang merupakan salah satu faktor pada
menggunakan APD pernah mengalami komponen behavior yang dipengaruhi oleh
kecelakaan kerja saat bekerja. Hal ini interaksi faktor pada komponen person dan
berarti kepatuhan dalam menggunakan environment. Penelitian tentang kepatuhan
APD juga memiliki hubungan untuk menggunakan APD terdahulu telah
terjadinya kecelakaan kerja. meneliti faktor yang menyebabkan
Banyak faktor yang menjadi kepatuhan menggunakan APD berdasarkan
penyebab tenaga kerja tidak patuh karakteristik tenaga kerja (Azis, 2010) dan
menggunakan APD meskipun perusahaan teori perilaku Lawrence Green (Humau,
telah menyediakan APD dan menerapkan 2012). Melalui penelitian ini, perlu
peraturan yang mewajibkan tenaga kerja dibuktikan beberapa faktor yang
menggunakan APD. Hal ini berarti masih berhubungan dengan kepatuhan
ada yang perlu diteliti lebih lanjut terkait menggunakan APD melalui konsep safety
faktor yang mungkin dapat menyebabkan triad sehingga menjadi rekomendasi
tenaga kerja patuh dalam menggunakan perusahaan untuk menciptakan perilaku
APD. Risiko terjadinya kecelakaan kerja patuh menggunakan APD dari segi
dan penyakit akibat kerja yang mungkin budaya.
terjadi karena pekerjaan membuat
perusahaan tidak cukup hanya menyediaan
APD dan mewajibkan tenaga kerja METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
menggunakan APD ketika bekerja.
penelitian observasional karena melakukan
Perusahaan juga harus menciptakan
pengamatan tanpa memberikan perlakuan
kepatuhan tenaga kerja untuk
terhadap objek penelitian. Penelitian ini
Kartika Dyah S.P dan Y. Denny A.W, Analisis Faktor Yang Berhubungan…26

termasuk jenis penelitian analisis data masa kerja tergolong belum lama yaitu ≤
karena menganalisis hubungan variabel 13 tahun (92 %) dan tamat SMA (95 %).
tergantung dan variabel bebas. Penelitian Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa
ini menggunakan rancang bangun cross variabel umur dan masa kerja tidak
sectional karena pengamatan dilakukan memiliki hubungan yang signifikan dengan
pada suatu atau periode tertentu kepatuhan tenaga kerja menggunakan APD
(Notoatmodjo, 2002). Populasi penelitian di unit produksi alumunium sulfat PT.
di unit produksi alumunium sulfat PT. Liku Telaga karena memiliki nilai
Liku Telaga adalah 114 tenaga kerja. signifikan < 0,05.
Variabel dependen yang diteliti Tabel 1 juga menunjukkan bahwa
adalah kepatuhan tenaga kerja dalam variabel pendidikan berhubungan
menggunakan APD. Variabel independen signifikan dengan kepatuhan menggunakan
yang diteliti pada penelitian ini adalah APD karena memiliki nilai signifikan
umur, masa kerja, pendidikan, 0,005 < 0,05. Variabel pendidikan
pengetahuan, motivasi, kepribadian, memiliki kuat hubungan yang rendah yaitu
pelatihan komunikasi, ketersediaan APD nilai koefisien kontingensi 0,336. Tenaga
dan sikap terhadap kebijakan APD). Data kerja yang tamat SMA akan lebih patuh
diperoleh melalui kuesioner dan check list untuk menggunakan APD daripada yang
kemudian dianalisis menggunakan statistik tidak tamat SMA.
chi square. Variabel independen yang
memiliki hubungan signifikan dengan Komponen Person
variabel dependen diuji kuat hubungan Komponen person meliputi
melalui analisis statistik koefisien pengetahuan, motivasi dan kepribadian.
kontingensi. Hasil analisis akan dikaitkan Sebagian besar tenaga kerja memiliki
dengan teori yang ada dan hasil observasi pengetahuan baik (87,5 %), motivasi baik
melalui wawancara mendalam. (96,6 %) dan kepribadian tipe B (61,4 %).
Variabel pengetahuan, motivasi dan
HASIL kepribadian tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja
Tabel 1 Hubungan variabel bebas dan menggunakan APD di unit produksi
Variabel tergantung alumunium sulfat PT. Liku Telaga. Tabel 1
Variabel bebas Nilai p Nilai r Kuat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan,
Hubungan motivasi dan kepribadian memiliki nilai
Umur 1>α - -
signifikan < 0,05.
Masa Kerja 1>α - -
Pendidikan 0,05<α 0,336 Rendah
Pengetahuan 0,483>α - - Komponen Behavior
Motivasi 1>α - - Komponen behavior meliputi
Kepribadian 0,464>α - - pelatihan dan komunikasi. Sebagian besar
Pelatihan 0,559>α - - tenaga kerja pernah mendapatkan pelatihan
Komunikasi 0,720>α - - menggunakan APD (79,5 %) dan memiliki
Ketersediaan 0,611>α - -
komunikasi baik (87,5 %). Tabel 1
Sikap terhadap 0,045<α 0,233 Rendah
Kebijakan menunjukkan bahwa variabel pelatihan dan
Keterangan: α = 0,05 komunikasi tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja
menggunakan APD di unit produksi
Karakteristik Responden alumunium sulfat PT. Liku
Karakteristik responden meliputi Telaga.Variabel pelatihan dan komunikasi
umur, masa kerja dan pendidikan. memiliki nilai signifikan < 0,05.
Mayoritas tenaga kerja tergolong berusia
muda yaitu ≤ 36 tahun (77 %), memiliki
27 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 24-36

Komponen Environment adalah faktor umur yang mempengaruhi


Komponen environment meliputi perilaku patuh menggunakan APD.
ketersediaan APD dan sikap terhadap Penelitian yang dilakukan pada unit
kebijakan tentang APD. Sebagian besar produksi Alumunium sulfat di PT. Liku
APD yang dimiliki tenaga kerja dalam Telaga tidak dapat membuktikan hipotesis
kondisi lengkap dan baik (94,3 %) dan ini. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
tenaga kerja memiliki sikap yang baik tidak ada hubungan bermakna antara umur
terhadap kebijakan tentang APD (93,2 %). dan kepatuhan tenaga kerja dalam
Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel menggunakan APD. Penelitian ini sejalan
ketersediaan APD tidak memiliki dengan penelitian yang dilakukan oleh
hubungan yang signifikan dengan Ahyar (2001) yang menyatakan bahwa
kepatuhan tenaga kerja dalam tidak ada hubungan antara umur dengan
menggunakan APD di unit produksi kepatuhan menggunakan APD hidung dan
aluminum sulfat PT. Liku Telaga karena mulut.
memiliki nilai signifikan < 0,05. Pada kenyataannya berdasarkan
Tabel 1 menunjukkan bahwa penelitian yang telah dilakukan di unit
variabel sikap terhadap kebijakan tentang produksi Alumunium sulfat PT. Liku
APD memiliki hubungan yang signifikan Telaga sesuai dengan tabel 1, baik tenaga
dengan kepatuhan menggunakan APD di kerja yang memiliki usia muda atau tua
unit produksi aluminium sulfat PT. Liku memiliki persentase kepatuhan yang sama
Telaga. Sikap terhadap kebijakan memiliki tinggi. Hal ini berarti umur memang bukan
nilai signifikan p = 0,045 dan memiliki menjadi faktor yang berhubungan dengan
kuat hubungan nilai koefisien kontingensi kepatuhan menggunakan APD.
sebesar 0,233. Sikap terhadap kebijakan
memiliki kuat hubungan yang rendah Hubungan Masa Kerja dengan
dengan kepatuhan menggunakan APD. Kepatuhan Menggunakan APD
Tenaga kerja yang memiliki sikap baik Menurut Notoatmodjo (2012),
terhadap kebijakan tentang APD lebih masa kerja merupakan salah satu faktor
patuh menggunakan APD daripada yang pada karakteristik tenaga kerja yang
memiliki sikap kurang baik. membentuk perilaku. Semakin lama masa
kerja tenaga kerja akan membuat tenaga
Kepatuhan kerja lebih mengenal kondisi lingkungan
Sebagian besar tenaga kerja di unit tempat kerja. Jika tenaga kerja telah
produksi alumunium sulfat patuh mengenal kondisi lingkungan tempat kerja
menggunakan APD dengan lengkap dan dan bahaya pekerjaannya maka tenaga
benar (78 %). kerja akan patuh menggunakan APD.
Hipotesis ini tidak dapat dibuktikan
PEMBAHASAN pada penelitian di unit produksi
Alumunium sulfat PT. Liku Telaga yang
Hubungan Umur dengan kepatuhan
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
Menggunakan APD
yang signifikan antara masa kerja dengan
Menurut Notoatmodjo (2012),
kepatuhan menggunakan APD. Penelitian
perilaku merupakan perpaduan antara
ini sejalan dengan penelitian yang
faktor internal yang terdiri dari kecerdasan,
dilakukan ole Ahyar (2001) yang
persepsi, motivasi, minat dan emosi dan
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
faktor eksternal yang terdiri dari obyek
yang signifikan antara masa kerja dengan
kelompok dan hasil kebudayaan. Perilaku
kepatuhan menggunakan APD hidung dan
juga bergantung pada karakteristik atau
mulut. Buktinya, tenaga kerja yang belum
faktor lain dari tenaga kerja itu sendiri.
lama bekerja di perusahaan maupun yang
Salah satu karakteristik dari tenaga kerja
telah lama bekerja di perusahaan memiliki
Kartika Dyah S.P dan Y. Denny A.W, Analisis Faktor Yang Berhubungan…28

persentase kepatuhan yang hampir sama yang ada di tempat kerja dan cara
besar. mengatasinya misalnya dengan
menggunakan APD.
Hubungan Pendidikan dengan Berdasarkan tabel 1 yang
Kepatuhan Menggunakan APD menjelaskan hasil penelitian di unit
Berdasarkan observasi, masih produksi alumunium sulfat PT. Liku
terdapat tenaga kerja yang tidak tamat Telaga, pendidikan merupakan faktor yang
SMA. Hasil analisis statistik bivariat memiliki hubungan dengan kepatuhan
seperti yang dijelaskan pada tabel 1, menggunakan APD. Hasil penelitian ini
pendidikan memiliki hubungan yang dapat dijadikan rekomendasi bagi
signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja perusahaan untuk merekrut tenaga kerja
dalam menggunakan APD di unit produksi yang memiliki pendidikan tinggi yaitu
alumunium sulfat PT. Liku Telaga. Nilai tamat SMA. Tenaga kerja yang tamat
koefisien kontingensi kuat hubungan SMA akan lebih mudah diarahkan untuk
pendidikan dan kepatuhan menggunakan patuh menggunakan APD daripada tenaga
APD adalah rendah. kerja yang tidak tamat SMA.
Menurut Notoatmodjo (2012),
pendidikan merupakan salah satu faktor Hubungan Pengetahuan dengan
pada karakteristik tenaga kerja yang akan Kepatuhan Menggunakan APD
mempengaruhi perilaku. Pendidikan juga Pengetahuan merupakan salah satu
akan mempengaruhi tenaga kerja dalam faktor dalam komponen person pada teori
upaya mencegah penyakit dan safety triad yang akan mempengaruhi
meningkatkan kemampuan memelihara kepatuhan (Geller, 2001). Teori safety
kesehatan. Meskipun pendidikan memiliki triad ini berarti menjelaskan bahwa
kuat hubungan yang rendah dengan pengetahuan seharusnya memiliki
kepatuhan menggunakan APD namun hubungan yang signifikan dengan
pendidikan tetap menjadi faktor yang kepatuhan tenaga kerja dalam
mendukung tenaga kerja patuh menggunakan APD. Berdasarkan hasil
menggunakan APD. Patuh menggunakan penelitian pada tabel 1 yang dilakukan
APD berarti tenaga kerja berupaya pada unit produksi alumunium sulfat PT.
memelihara kesehatannya dan melindungi Liku Telaga tidak dapat membuktikan
diri dari bahaya keselamatan dan kesehatan hipotesis bahwa terdapat hubungan yang
kerja. signifikan antara pengetahuan dengan
Hal ini juga sejalan dengan kepatuhan menggunakan APD.
penelitian Humau (2012) yang menyatakan Tenaga kerja yang berpengetahuan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat baik maupun kurang memiliki persentase
pendidikan tenaga kerja dengan kepatuhan yang hampir sama besar untuk patuh
menggunakan APD. Penelitian yang menggunakan APD. Hasil penelitian ini
dilakuka oleh Jannah (2009) juga didukung oleh penelitian Hastanti (2004)
menyatakan hal yang sama tentang kuat yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan pendidikan dengan kepatuhan hubungan antara pengetahuan dengan
menggunakan APD yang rendah. pemakaian APD. Hasil penelitian Hastanti
Rendahnya kuat hubungan pendidikan (2004) menyatakan bahwa pengetahuan
dengan kepatuhan menggunakan APD yang baik maupun kurang tidak selalu
dikarenakan tingkat pendidikan tidak menyebabkan kedisiplinan untuk patuh
berpengaruh langsung terhadap menggunakan APD saat bekerja.
penggunaan APD tetapi hanya Sebagian besar tenaga kerja
mempengaruhi pola pikir tenaga kerja. memang telah memiliki pengetahuan yang
Cara berpikir tenaga kerja yang dimaksud baik namun pada kenyataanya pengetahuan
adalah tenaga kerja memahami bahaya baik tidak menjamin tenaga kerja patuh
29 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 24-36

menggunakan APD. Tidak adanya jaminan mempengaruhi kepatuhan menggunakan


bahwa tenaga kerja yang memiliki APD namun tidak menjamin suatu perilaku
pengetahuan tinggi akan patuh kepatuhan menggunakan APD akan
menggunakan APD karena pengetahuan terbentuk. Penelitian yang dilakukan di
yang dimiliki tenaga kerja hanya sampai unit produksi alumunium sulfat PT. Liku
pada pengetahuan tingkatan pertama. Telaga yang menyatakan tidak ada
Menurut Notoatmodjo (2003), hubungan antara motivasi dengan
pengetahuan tingkat pertama merupakan kepatuhan menggunakan APD karena
pengetahuan yang sekedar mengingat motivasi bukan menjadi faktor yang
informasi yang diterima. Pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan tenaga
tenaga kerja yang tinggi tentang APD kerja. Berdasarkan observasi, tenaga kerja
karena tenaga kerja hanya mengingat yang memiliki motivasi baik maupun
informasi tentang APD namun belum kurang tetap memperoleh persentase tinggi
mencapai tingkat memahami dan untuk patuh menggunakan APD. Meskipun
mengaplikasikan penggunaan APD. motivasi menggunakan APD merupakan
activator yang membentuk perilaku patuh
Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan menggunakan APD namun motivasi ini
Menggunakan APD tidak cukup memberikan pengaruh untuk
Menurut Budiono (2003), menghasilkan perilaku patuh
penggunaan APD merupakan salah satu menggunakan APD.
bentuk dari perilaku aman. Kepatuhan
merupakan salah satu faktor pada Hubungan Kepribadian dengan
komponen behavior dalam teori safety Kepatuhan Menggunakan APD
triad (Geller, 2001). Menurut Schein Geller (2001) mengemukakan
(2002) dalam Leka dan Houdmont (2010), dalam teori safety triad yang membentuk
perilaku patuh adalah contoh dari artefak budaya keselamatan, terdapat komponen
yang merupakan lapisan terluar suatu yang berkaitan satu sama lain yaitu
budaya. Interaksi antar komponen pada komponen person, behavior dan
teori safety triad menjelaskan bahwa environment. Kepribadian merupakan
motivasi dalam komponen person akan salah satu faktor dalam komponen person
mempengaruhi kepatuhan pada komponen sehingga akan berkaitan dengan perilaku
behavior. kepatuhan menggunakan APD.
Hasil penelitian seperti pada tabel 1 Kepribadian A akan cenderung selalu
yang dilakukan pada unit produksi bergerak dengan cepat, merasa tidak sabar
alumunium sulfat PT. Liku Telaga tidak dan tidak suka waktu bersantai sedangkan
dapat membuktikan hipotesis ada kepribadian B lebih suka bersantai,
hubungan antara motivasi dengan berorientasi memperoleh kegembiraan dan
kepatuhan menggunakan APD. tidak suka berkompetisi.
Berdasarkan analisis data seperti pada Penelitian yang dilakukan di unit
tabel 1, motivasi tidak memiliki hubungan produksi alumunium sulfat tidak dapat
yang signifikan dengan kepatuhan membuktikan hipotesis ini karena dari
menggunakan APD. Hasil penelitian lain hasil observasi menyatakan bahwa tidak
yang dilakukan oleh Retnani (2013) juga ada hubungan yang signifikan antara tipe
mendukung tidak terbuktinya hubungan kepribadian dengan kepatuhan
motivasi dengan kepatuhan menggunakan menggunakan APD. Berdasarkan observasi
APD yang merupakan salah satu bentuk seperti yang ditunjukkan pada tabel 1,
dari perilaku aman. meskipun tidak ada hubungan yang
McSween (2003) mengemukakan signifikan namun tipe kepribadian B
bahwa motivasi merupakan salah satu memiliki persentase lebih besar untuk
faktor dari activator yang akan patuh menggunakan APD daripada tipe
Kartika Dyah S.P dan Y. Denny A.W, Analisis Faktor Yang Berhubungan…30

kepribadian A. Persentase tipe kepribadian APD. Namun pada pelatihan pada


B yang lebih besar daripada tipe penelitian ini hanyalah pelatihan
kepribadian A menunjukkan bahwa tipe pemadaman kebakaran dan karena
kepribadian B yang memiliki sifat lebih perusahaan belum pernah ada dilakukan
santai akan lebih sabar memeriksa pelatihan penggunaan APD.
kelengkapan APD sebelum bekerja Menurut Bisen dan Priya (2010),
sehingga kepribadian B akan lebih lengkap pelatihan adalah suatu proses pembelajaran
dan benar dalam menggunakan APD. yang memperdalam pengetahuan,
kemampuan, peraturan atau mengubah
Hubungan Pelatihan dengan Kepatuhan perilaku untuk meningkatkan prestasi
Menggunakan APD kerja. Berdasarkan definisi pelatihan
Menurut Atmodiwirio (2002) tersebut, maka perusahaan harus
menyatakan bahwa pelatihan merupakan memberikan pelatihan yang mampu
kegiatan yang didesain untuk membantu memperdalam pengetahuan tentang APD
tenaga kerja memperoleh pengetahuan, kemampuan cara menggunakan APD,
ketrampilan dan meningkatkan sikap, peraturan yang mengatur tentang APD dan
perilaku yang dibutuhkan untuk mengubah perilaku tidak patuh menjadi
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Hal patuh menggunakan APD. Berdasarkan
ini berarti pelatihan seharusnya membuat observasi melalui wawancara mendalam
tenaga kerja berperilaku sesuai dengan dengan sekretaris P2K3, perusahaan
kebijakan penggunaan APD karena memberikan pelatihan menggunakan APD
pelatihan merupakan salah satu bentuk ketika briefing tiap unit produksi setiap
pembinaan yang dapat diupayakan untuk hari Senin atau Rabu oleh sekretaris P2K3
membuat tenaga kerja patuh menggunakan dan supervisor. Hal ini bertujuan agar
APD. tenaga kerja mendapatkan informasi
Tabel 1 menunjukkan bahwa tentang APD dan berperilaku patuh
penelitian yang dilakukan pada unit menggunakan APD.
produksi alumunium sulfat PT. Liku Meskipun tenaga kerja di unit
Telaga tidak dapat membuktikan hipotesis produksi alumunium sulfat PT. Liku
ini karena hasil penelitian tersebut Telaga sebagian besar mengaku telah
menyatakan bahwa tidak ada hubungan mendapatkan pelatihan menggunakan APD
yang signifikan antara pelatihan namun pelatihan ini belum mampu
menggunakan APD dengan kepatuhan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan
menggunakan APD. Hal ini mungkin dan perilaku patuh untuk menggunakan
karena desain metode pelatihan yang APD. Tenaga kerja yang sudah pernah
didapatkan tenaga kerja belum mampu mendapatkan pelatihan APD namun tidak
membantu tenaga kerja memperoleh patuh menggunakan APD mungkin karena
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tenaga kerja tidak serius mengikuti
perilaku menggunakan APD. Hasil pelatihan menggunakan APD yang
penelitian ini di dukung oleh penelitian diberikan. Desain metode pelatihan yang
yang dilakukan oleh Wibowo (2010) yang diberikan oleh perusahaan belum mampu
menyatakan bahwa tidak ada hubungan mengubah perilaku seluruh tenaga kerja
bermakna antara pelatihan menggunakan untuk patuh menggunakan APD. tenaga
APD dengan penggunaan APD. Hasil kerja yang pernah mendapatkan pelatihan
penelitian yang bertolak belakang dengan APD juga melanggar tidak menggunakan
penelitian yang dilakukan di unit produksi APD sehingga pelatihan yang diberikan
alumunium sulfat PT. Liku Telaga adalah perusahaan tersebut belum mampu
penelitian Rengganis (2012) menyatakan mengubah perilaku menjadi patuh
bahwa pelatihan K3 mempunyai pengaruh menggunakan APD.
yang signifikan terhadap penggunaan
31 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 24-36

Menurut Noe (2002) dalam masih memiliki kemungkinan untuk tidak


Yuwono (2005) pelatihan adalah suatu patuh menggunakan APD.
kegiatan yang direncanakan oleh Tidak adanya hubungan antara
perusahaan untuk memfasilitasi proses komunikasi dengan kepatuhan
belajar tenaga kerja agar dapat mencapai menggunakan APD karena rangsangan
kompetensi dalam pekerjaannya. Pelatihan yang diberikan sesama tenaga kerja
yang diberikan oleh perusahaan melalui maupun rangsangan dari atasan ke
briefing unit produksi tidak sesuai dengan bawahan tidak mampu membuat tenaga
definisi pelatihan Noe (2002) dalam kerja patuh menggunakan APD. Atasan
Yuwono (2005). Pelatihan yang diberikan atau rekan kerja yang mengingatkan
seharusnya memang diadakan khusus mungkin juga sering tidak patuh
untuk memfasilitasi tenaga kerja agar menggunakan APD sehingga meskipun
berkompetensi dalam menggunakan APD. komunikasi baik namun tidak mampu
Hal ini dapat menyebabkan tidak membentuk perilaku patuh menggunakan
berhasilnya pembuktian hipotesis bahwa APD. Komunikasi yang ada di unit
pelatihan memiliki hubungan yang produksi alumuium sulfat PT. Liku Telaga
signifikan dengan kepatuhan menggunakan sebesar 87,5 % tergolong baik namun dari
APD. Oleh karena itu perusahaan perlu 29 % dari 87,5 % tersebut masih tidak
mengadakan pelatihan khusus untuk patuh menggunakan APD. Besarnya
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, persentase yang tidak patuh tersebut
ketrampilan, kesadaran dan kepatuahan mungkin menyebabkan komunikasi tidak
menggunakan APD. Pelatihan khusus memiliki hubungan yang signifikan dngan
menggunakan APD tidak disamakan kepatuhan menggunakan APD.
dengan penjelasan informasi mengenai Berdasarkan observasi di unit produksi
APD pada briefing. alumunium sulfat PT. Liku Telaga, tenaga
kerja yang memiliki komunikasi tergolong
Hubungan Komunikasi dengan baik ternyata masih tidak patuh
Kepatuhan Menggunakan APD menggunakan APD.
Komunikasi merupakan salah satu
faktor dalam komponen behavior yang Hubungan Ketersediaan APD dengan
berkaitan dengan kepatuhan pada teori Kepatuhan Menggunakan APD
safety triad (Geller, 2001). Berdasarkan Ketersediaan merupakan salah satu
teori safety triad tersebut dapat diambil pada faktor enabling yang mempengaruhi
kesimpulan bahwa komunikasi seharusnya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
memiliki hubungan dengan perilaku Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil
kepatuhan menggunakan APD. penelitian yang dilakukan di unit produksi
Tabel 1 menunjukkan bahwa alumunium sulfat PT. Liku Telaga
penelitian yang dilakukan di unit produksi menyatakan bahwa tidak ada hubungan
alumunium sulfat PT. Liku Telaga tidak yang signifikan antara ketersediaan APD
dapat membuktikan hipotesis ini karena dengan kepatuhan menggunakan APD.
hasil penelitian menyatakan bahwa tidak Hasil penelitian ini sejalan dengan
ada hubungan yang signifikan antara penelitian yang dilakukan oleh Rengganis
komunikasi dengan kepatuhan. Hasil (2012) bahwa meskipun perusahaan telah
penelitian ini didukung oleh penelitian menyediakan APD secara gratis namun
yang dilakukan Haqi (2013) yang tidak cukup membuat tenaga kerja sadar
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh akan pentingnya APD saat bekerja. Hasil
antara interaksi atau komunikasi antar penelitian ini didukung oleh penelitian
tenaga kerja dengan terjadinya unsafe Zaendar (2009) bahwa tidak ada pengaruh
action. Hal ini berarti tenaga kerja yang antara ketersediaan APD dengan perilaku
memiliki komunikasi baik maupun kurang bekerja dengan selamat.
Kartika Dyah S.P dan Y. Denny A.W, Analisis Faktor Yang Berhubungan…32

Berdasarkan observasi di lapangan, oleh pihak manajemen untuk disesuaikan


kenyataannya masih ada tenaga kerja yang dengan anggaran perusahaan.
mengeluh mengalami sesak napas karena Sebaiknya pengadaan APD
debu alumunium sulfat pada proses disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja
grinding mill meskipun telah agar terlindungi dari bahaya keselamatan
menggunakan APD. Gangguan pernapasan dan kesehatan secara adekuat. Pengadaan
ini disebabkan oleh alat pelindung APD yang ada pada pekerjaan
pernapasan tidak mampu melindungi menggunakan mesin grinding mill tidak
tenaga kerja dari serbuk alumunium sulfat sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja
sehingga perlu dilakukan evaluasi sehingga perlu dilakukan pengadaan alat
penyediaan APD yang sesuai dengan pelindung pernapasan yang adekuat.
bahaya pekerjaan di mesin grinding mill. Berdasarkan observasi yang
Berdasarkan observasi di lapangan, dilakukan tentang alasan tenaga kerja tidak
kenyataannya masih ada tenaga kerja yang menggunakan APD adalah karena APD
mengeluh mengalami sesak napas karena yang disediakan mengganggu kenyamanan
debu alumunium sulfat pada proses tenaga kerja ketika bekerja. Meskipun
grinding mill meskipun telah tenaga kerja menyatakan merasa nyaman
menggunakan APD. Gangguan pernapasan menggunakan APD pada kuesioner yang
ini mungkin karena alat pelindung diberikan kemudian dicocokan dengan
pernapasan tidak mampu melindungi checklist kepatuhan, ternyata tenaga kerja
tenaga kerja dari serbuk alumunium sulfat tersebut tidak patuh menggunakan APD.
sehingga perlu dilakukan evaluasi Ketidaksesuaian antara kuesioner dan
penyediaan APD yang sesuai dengan checklist kepatuhan tersebut menjadi
bahaya pekerjaan di mesin grinding mill. penyebab tidak adanya hubungan yang
Berdasarkan observasi di lapangan, signifikan antara ketersediaan APD dengan
tenaga kerja menggunakan alat pelindung kepatuhan menggunakan APD.
pernapasan berupa masker. Hal ini tidak
sesuai dengan rekomendasi APD yang ada Hubungan Sikap terhadap Kebijakan
pada material safety data sheet. APD tentang APD dengan Kepatuhan
pernapasan yang seharusnya disediakan Menggunakan APD
adalah dust respirator yang mampu Kebijakan yang mengatur tenaga
menyaring partikel berukuran kecil seperti kerja untuk menggunakan APD harus
debu halus alumunium sulfat. Hal ini dapat menyatakan secara jelas bahwa APD
menyebabkan tidak terbuktinya hipotesis sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk
bahwa ketersediaan memiliki hubungan melindungi dirinya dan wajib dipatuhi.
signifikan dengan kepatuhan. Kebijakan ini juga harus secara tertulis.
Berdasarkan observasi melalui Menurut Notoatmodjo (2005) kebijakan
wawancara mendalam, ketersediaan APD merupakan faktor pendorong atau
di unit produksi alumunium sulfat memperkuat untuk terjadinya suatu
merupakan tanggung jawab supervisor. perilaku. Faktor tersebut meliputi undang-
Setiap tenaga kerja telah diberikan APD undang, peraturan, pengawasan dan
lengkap dan gratis dan jika APD tersebut sebagainya. Geller (2001) menyatakan
rusak akan ditukar dengan yang baru. APD bahwa kebijakan merupakan salah satu
juga akan diganti menurut periode tertentu faktor dalam komponen environment yang
misalnya masker akan diganti setiap tiga mempengaruhi perilaku kepatuhan
bulan sekali. Sekretaris dan supervisor menggunakan APD pada safety triad.
dapat mengajukan rekomendasi spesifikasi Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil
pengadaan APD namun pada akhirnya penelitian yang dilakukan di unit produksi
semua jenis pengadaan APD ditentukan alumunium sulfat PT. Liku Telaga dapat
membuktikan teori bahwa ada hubungan
33 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 24-36

yang signifikan antara adanya kebijakan Tenaga kerja memiliki sikap positif
dengan kepatuhan menggunakan APD terhadap adanya kebijakan yang mengatur
meskipun memiliki kuat hubungan yang penggunaan APD di perusahaan khususnya
rendah. Kuat hubungan yang rendah ini di unit produksi alumunium sulfat.
mungkin karena sikap baik maupun kurang Berdasarkan analisis data, hubungan antara
terkait kebijakan yang mengatur APD kebijakan tentang APD dengan kepatuhan
tidak cukup kuat membuat tenaga kerja tenaga kerja menggunakan APD. Hal ini
patuh menggunakan APD. berarti sikap positif tenaga kerja terhadap
Hasil penelitian lain yang adanya kebijakan yang mengatur
dilakukan oleh Rengganis (2012) bertolak penggunaan APD merupakan salah satu
belakang dengan hasil penelitian di unit faktor yang memiliki hubungan dengan
produksi alumunium sulfat PT. Liku kepatuhan tenaga kerja menggunakan
Telaga. Hasil penelitian Rengganis (2012) APD.
menyatakan bahwa tidak ada hubungan Meskipun kebijakan memiliki
yang signifikan antara peraturan dengan hubungan yang rendah, namun hal ini
perilaku menggunakan APD maupun dapat menjadi pertimbangan bahwa dengan
pengawasan dengan perilaku menerapkan kebijakan yang tegas akan
menggunakan APD. Hasil penelitian yang membuat tenaga kerja lebih patuh
dilakukan oleh Kurniawan (2009) menggunakan APD. Kebijakan yang lebih
menyatakan bahwa pemasangan rambu tegas dapat dilakukan dengan memberikan
K3 tidak memiliki hubungan yang sanksi tanpa toleransi jika tenaga kerja
signifikan dengan kepatuhan menggunakan tidak patuh menggunakan APD berulang
APD. Penelitian yang dilakukan oleh kali. Tenaga kerja tidak diberikan toleransi
Rengganis (2012) dan Kurniawan (2009) untuk memasuki tempat kerja di unit
tidak dapat membuktikan bahwa kebijakan produksi alumunium sulfat hingga tenaga
memiliki hubungan yang signifikan dengan kerja menggunakan APD dengan benar
penggunaan APD. dan lengkap sesuai peraturan.
Kebijakan perusahaan yang ada Kebijakan juga harus menyatakan
tentang APD secara tertulis menyebutkan bahwa tenaga kerja yang selalu patuh
bahwa tenaga kerja harus menggunakan menggunakan APD akan diberikan
APD yang telah diberikan secara gratis. penghargaan. Perusahaan ini telah
Setiap dinding sebelum pintu masuk unit memberikan penghargaan berupa pulsa
produksi juga telah terpasang matriks APD kepada tenaga kerja yang selalu patuh
yang memandu tenaga kerja menggunakan menggunakan APD dan diumumkan
APD yang wajib digunakan di area unit melalui buletin perusahaan. Sanksi dan
produksi tersebut. Khusus pekerjaan penghargaan yang diberikan perusahaan
tertentu seperti pada pekerjaan yang sebagai bentuk feedback perilaku
berhubungan dengan asam kuat, supervisor kepatuhan tenaga kerja harus memiliki
telah memberikan peraturan tentang APD makna. Penerapan feedback berupa sanksi
tambahan yang wajib digunakan. Tenaga dan penghargaan yang bermakna akan
kerja yang melanggar dengan tidak patuh membuat tenaga kerja patuh menggunakan
menggunakan APD akan mendapatkan APD.
sanksi berupa teguran, surat peringatan, Kebijakan merupakan faktor yang
skorsing dan pemutusan hubungan kerja. memiliki hubungan dengan kepatuhan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam tenaga kerja dalam menggunakan APD
dengan sekretaris P2K3, tenaga kerja yang sehingga manajer dapat memanfaatkan
melanggar tidak patuh menggunakan APD dengan mendesain kebijakan untuk
seringkali mendapatkan sanksi maksimal membuat semua tenaga kerja patuh pada
berupa surat peringatan pertama. peraturan penggunaan APD. Hasil
penelitian ini mungkin dapat menjadikan
Kartika Dyah S.P dan Y. Denny A.W, Analisis Faktor Yang Berhubungan…34

masukan pada pihak manajemen untuk perilaku kepatuhan tenaga kerja


memperbaiki kebijakan yang ada di menggunakan APD. Komitmen pimpinan
perusahaan agar tenaga kerja lebih patuh tersebut harus dipelihara untuk
menggunakan APD. Saat ini kebijakan menerapkan kebijakan K3 yang dibuat
yang ada di perusahaan antara lain adalah oleh perusahaan. Komitmen tidak cukup
matriks APD, perintah wajib menggunakan dengan bukti tertulis berupa tanda tangan
APD yang tertulis pada perjanjian kerja seluruh tenaga kerja dan pimpinan
bersama dan standar operasional prosedur perusahaan namun harus dibuktikan secara
tentang pemeliharaan APD. Pihak nyata melalui tindakan. Komitmen K3
manajemen mungkin bisa mengubah harus muncul pada semua elemen yang ada
budaya kepatuhan menggunakan APD di perusahaan mulai dari pembuatan
menjadi lebih baik lagi melalui perbaikan kebijakan, penganggaran pengadaan APD,
penerapan kebijakan agar semua tenaga hingga penerapan untuk menggunakan
kerja patuh menggunakan APD meskipun APD ketika berada di tempat kerja.
tanpa diawasi. Tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh
Menurut Bisen dan Priya (2005), pimpinan perusahaan termasuk supervisor
dukungan tenaga kerja dan pelatihan harus memberikan contoh yang baik
merupakan elemen yang paling penting kepada tenaga kerja dengan menggunakan
untuk menciptakan budaya pada suatu APD lengkap dan benar di tempat kerja.
perusahaan. Oleh karena itu untuk Perusahaan juga perlu
membentuk budaya kepatuhan mempertimbangkan beberapa hal dalam
menggunakan APD, perusahaan perlu membuat kebijakan tentang APD
melibatkan dukungan tenaga kerja dan diantaranya kesesuaian, standar,
melaksanakan pelatihan yang sesuai kenyamanan, sosialisasi dan evaluasi.
dengan kebutuhan. Dukungan tenaga kerja Perusahaan harus menyediakan APD yang
terhadap kebijakan APD sangat penting sesuai dengan jenis risiko bahaya yang ada
karena tenaga kerja adalah pelaku utama di lingkungan kerja untuk melindungi
dalam perilaku kepatuhan menggunakan tenaga kerja dari risiko kecelakaan dan
APD. penyakit akibat kerja. APD yang
Menurut Leka dan Houdmont disediakan harus memenuhi standar yang
(2010), budaya perusahaan sangat telah ditetapkan dan nyaman digunakan
dipengaruhi oleh tipe kepemimpinan yang oleh tenaga kerja sehingga tidak
dimiliki oleh pihak manajerial. mengganggu proses pekerjaan. Penyediaan
Berdasarkan teori kepemimpinan tersebut, APD juga harus disosialisasikan salah
dapat disimpulkan bahwa tipe satunya dengan mengadakan pelatihan
kepemimpinan pihak manajerial dalam khusus tentang APD. Perusahaan juga
menyusun kebijakan tentang APD sangat harus terus mengevaluasi kebijakan APD
mempengaruhi budaya perusahaan tentang yang telah diterapkan secara berkala.
APD. Menurut Bisen dan Priya (2010) jika
perilaku berubah maka budaya akan SIMPULAN
berubah. Budaya kepatuhan menggunakan
Karakteristik tenaga kerja
APD akan lebih baik jika tenaga kerja
menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga
mengubah perilaku tidak patuh menjadi
kerja di unit produksi alumunium sulfat
patuh menggunakan APD. Jika tenaga
PT. Liku Telaga tergolong berumur muda,
kerja berperilaku patuh menggunakan APD
belum lama bekerja dan memiliki
maka akan tercipta budaya kepatuhan
pendidikan yang tinggi. Komponen person
menggunakan APD.
menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga
Perbaikan kebijakan yang tidak
kerja di unit produksi alumunium sulfat
diimbangi dengan perbaikan komitmen
memiliki pengetahuan yang baik tentang
pimpinan tidak akan cukup menciptakan
APD, motivasi baik untuk menggunakan
35 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 24-36

APD dan berkepribadian tipe B. APD lengkap dan benar sesuai dengan
Komponen behavior menunjukkan bahwa peraturan yang ada.
sebagian besar tenaga kerja unit produksi Perusahaan sebaiknya mengadakan
alumunium sulfat PT. Liku Telaga pernah pelatihan khusus tentang penggunaan APD
mendapatkan pelatihan menggunakan APD diluar waktu briefing rutin unit produksi.
dan memiliki komunikasi yang baik. Supervisor harus lebih memperhatikan
Komponen environment perilaku tenaga kerja dalam menggunakan
menunjukkan bahwa sebagian besar APD. Perhatian lebih dapat ditunjukkan
ketersediaan APD di unit produksi melalui pemberian pujian jika tenaga kerja
alumunium sulfat PT. Liku Telaga yang selalu patuh menggunakan APD dan harus
disediakan perusahaan dalam kondisi memberikan contoh perilaku patuh
lengkap dan tidak rusak dan sebagian besar menggunakan APD kepada tenaga kerja di
tenaga kerja di unit produksi alumunium unit produksi alumunium sulfat.
sulfat PT. Liku Telaga memiliki sikap
yang tergolong baik terhadap kebijakan DAFTAR PUSTAKA
tentang APD di perusahaan. Kepatuhan
menggunakan APD menunjukkan bahwa Ahyar, M. 2001. Hubungan Karakteristik
sebagian besar tenaga kerja di unit Tenaga Kerja Terhadap Pemakaian
produksi alumunium sulfat PT. Liku Alat Pelindung Mulut dan Hidung
Telaga patuh menggunakan APD namun (Masker). Skripsi; Surabaya: FKM
masih ditemukan tenaga kerja yang tidak Universitas Airlangga.
patuh menggunakan APD. Hanya faktor Atmodiwirio, Soebagio., 2002. Manajemen
pendidikan dan kebijakan tentang APD Pelatihan. Jakarta: PT Ardadizya
yang memiliki hubungan signifikan dengan Jaya.
kepatuhan menggunakan APD dari seluruh Azis, Hamdani. 2010. Hubungan Antara
faktor yang diteliti yaitu faktor umur, masa Karakteristik dan Tipe Kepribadian
kerja, pengetahuan, motivasi, kepribadian, Pekerja dengan Tingkat Kepatuhan
pelatihan tentang APD, komunikasi, dan Penggunaan Alat Pelindung Diri.
pelatihan menggunakan APD. Pendidikan Skripsi; Surabaya: FKM
memiliki kuat hubungan yang rendah Universitas Airlangga.
(0,336) dengan kepatuhan menggunakan Bisen, Vikram dan Priya. 2010. Industrial
APD. Sikap terhadap kebijakan memiliki Psychology. New Delhi : New Age
kuat hubungan yang rendah (0,233) dengan International Publishers.
kepatuhan menggunakan APD.
Berdasarkan kesimpulan yang Budiono, Sugeng. 2003. Bunga Rampai
didapat, maka saran yang dapat diberikan Hiperkes dan Kecelakaan Kerja.
yaitu sebaiknya perusahaan merekrut Semarang: Universitas
tenaga kerja minimal tamat SMA untuk Diponegoro.
pekerjaan di unit produksi alumunium Geller, E Scott. 2001. The Psychology of
sulfat untuk memudahkan perusahaan Safety Handbook. New York:
menciptakan kepatuhan menggunakan Lewis Publishers.
APD. Perusahaan perlu menerapkan Haqi, Dani Nasirul. 2013. Analisis
kebijakan yang lebih tegas dengan Penyebab Unsafe Action dengan
memberikan sanksi tanpa toleransi kepada Pendekatan Human Factors and
tenaga kerja yang tidak menggunakan Classification System (HFACS).
APD dengan tidak memberikan izin berada Tesis; Surabaya: FKM Universitas
di tempat kerja. Tenaga kerja yang Airlangga.
diizinkan memasuki tempat kerja unit Hastanti, Rulia. 2004. Faktor yang
produksi hanya jika telah menggunakan Berhubungan dengan Pemakaian
APD pada Pekerja Konstruksi
Kartika Dyah S.P dan Y. Denny A.W, Analisis Faktor Yang Berhubungan…36

Bangunan. Skripsi; Surabaya: Kesehatan Kerja OHSAS 18001.


FKM Universitas Airlangga. Dian Rakyat : Jakarta.
Humau, Dina C. 2012. Beberapa Faktor Reason. 2007. Managing The Risk of
yang Behubungan dengan Organizational Accidents.
Kepatuhan Penggunaan Alat Ashgade: Publishing Ltd. Aldershot
Pelindung Diri APD pada Pekerja Hants.
Bagian Ring Frame PT. Lotus Rengganis. Fitriana. 2012. Faktor yang
Indah Textile Industries di mempengaruhi perilaku tenaga
Surabaya. Skripsi; Surabaya: FKM kerja percetakan terhadap
Universitas Airlangga. penggunaan APD di bagian
Jannah, Noer. 2009. Beberapa Faktor yang produksi PT. Antar Surya Jaya
Berhubungan dengan Pemakaian Surabaya. Skripsi. Surabaya : FKM
APD Pada Pekerja Laboratorium Universitas Airlangga
Patologi Klinik RSUD Sidoarjo. Retnani, N. D. 2013. Analisis Pengaruh
Skripsi; Surabaya: FKM Activator dan Consequence
Universitas Airlangga. terhadap Safe Behaviour pada
Kurniawan. Dedi. 2009. Hubungan Tenaga Kerja di PT. Pupuk
Rambu-Rambu K3 dengan Kalimantan Timur Tahun 2013.
Kepatuhan Pemakaian APD (Studi Skripsi; Surabaya . FKM
di bagian Asam Sulfat Pabrik III Universitas Airlangga.
PT. Petrokimia Gresik). Skripsi; Sari, Citra Ratna. 2012. Hubungan
Surabaya: FKM Universitas Karakteristik Tenaga Kerja dengan
Airlangga. Kecelakaan Kerja. Skripsi;
Leka, Stavroula dan Houdmont, J. 2010. Surabaya. FKM Universitas
Occupational Health Psychology. Airlangga.
Pondicherry : SPi Publisher Wibowo, Arianto. Faktor-faktor yang
Service. Berhubungan dengan Perilaku
McSween, Terry E., 2003. The Values Penggunaan Alat Pelindung Diri
Based Safety Process : Improving di Areal Pertambangan PT. Antam
Your Safety Culture with Behavior Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Based Safety. 2nd Edition. New Emas Pongkor Kabupaten Bogor.
Jersey: John Wiley & Sons Inc. Skripsi; Jakarta: FKM Universitas
Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Yuwono, I. et all 2005. Psikologi Industri
Rineka Cipta. dan Organisasi. Surabaya: FPsi
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Universitas Airlangga.
Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Zaendar, Aldo. 2009. Gambaran Aspek
Jakarta: Rineka Cipta. Perilaku Metode ABC
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan (Antecendentc-Behavior-
Perilaku Kesehatan. Jakarta.: Consequences) pada Pekerja di
Rineka Cipta. Divisi Steel Tower PT. Bukaka
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Teknik Utama, Tbk. Skripsi;
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta: FKM Universitas
Ramli, Soehatman. 2009. Sistem indonesia
Manajemen Keselamatan dan

You might also like