You are on page 1of 998
€ ao Eaaees = by eC R NCU \ . Pol Cm aria it) DIRTY BABY Copyright©2018 Puspita Ratnawati ISBN: 978-602-5890-27-7 Cetakan 1. Agustus 2018 Dimensi 14x20 v +503 halaman Penyunting & Tata Letak: Novelindo Desain Sampul: Novelindo Diterbitkan oleh Novelindo Publishing Jl. Ahmad Yani, Selagalas Novelindo77@gmail. com WA: 0818331696 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang All right reserved 2[Dicty Baby Prolog Madrid, Spanyol. exford Mackenzie, siapa yang tidak mengenalnya? Re dan kastanya mampu menjajah hati para wanita. Bahkan bisa membuat kaum_ pria__ lain menyembunyikan wajah karena malu, merasa tersaingi dan memiliki impian besar sepertinya. Rexford Mackenzie, seseorang yang memiliki reputasi besar seperti Ayahnya -Allard Mackenzie- yang seorang billionaire. Akan tetapi reputasinya jauh lebih besar karena mengalahkan kesuksesan sang Ayah, Rex seorang trillionaire ternama. Sosok yang berkuasa sepertinya, bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan. Reputasinya sebagai trillionaire menyeruak bebas sampai ke ujung dunia. Pengusaha properti itu mengawali kesuksesan sejak berusia 20 tahun, hingga sampai saat ini bahkan mungkin selamanya, selagi garis takdirnya terus ditahtai oleh keberuntungan. Begitu mendengar nama "Rex" semua orang akan tersenyum dan membayangkan betapa sempurnanya dia. Seakan-akan Tuhan mengatakan kata “sempurna" ketika menciptakan Rexford Mackenzie. Namun dibalik semua itu, ada satu hal yang tidak atau belum mereka ketahui. Rex berada di lantai paling atas sebuah gedung klasik, berdiri di tepi teras dengan memasukan tangannya ke dalam saku celananya. Pria tampan itu memandangi keindahan kota Madrid di sore hari dari atas. "Hello, Mr. CEO!" Rex menoleh dan ternyata Kharel. Adik keempatnya itu memang berada di Spanyol untuk urusan bisnis dengannya. Kharel Mackenzie, CEO di salah satu cabang MKzie Group yang 3)Puspita Ratnawati ada di Paris. la tak kalah tampan dengan Rex dan kedua kakak kembarnya yang berada di New York serta Las Vegas. “Kenapa kau ada disini?” Tanya Rex. "Tadi aku ke ruanganmu, tapi kau tidak ada disana. Sekertarismu bilang, kau pergi kemari," jawab Kharel yang berdiri di sampingnya. Rex memalingkan wajahnya. Kharel mengernyit, menatap intens raut wajah kakaknya itu. “Ada apa?” Pertanyaan itu terlontar juga dari mulut Kharel. Rex menoleh dan mengerutkan dahi, "Kenapa?" "Oh, astaga! Kau justru bertanya balik. Apa masalahmu, Rex?" “Tidak ada." "Oh, benarkah? Kau seperti banyak pikiran." "Ya, meeting siang tadi dan pekerjaan hari ini cukup melelahkan. Aku disini hanya untuk refreshing sejenak, menikmati pemandangan sore hari." Mereka pun sama-sama diam. “Hemmm...," Kharel membuka suara, "berapa usiamu sekarang?” Tanyanya. “Dua puluh tujuh kenapa kau menanyakan usiaku heh? Kau kan sudah tahu," timpal Rex dengan tawa kecil. “Diusiamu yang matang ini, apa pikiranmu masih tetap sama? Kapan status single itu terhapuskan?” Tanya Kharel. Rex menatapnya datar, "Pertanyaanmu itu tidak penting." Kharel mengedarkan pandangannya ke bawah, ia pun menggerakan tangannya dengan menunjuk ke arah beberapa wanita. Rex mengikuti arah itu. “Kau lihat wanita-wanita yang sedang berjalan itu? Mereka cantik dan...yah...seksi. Wanita Spanyol memang seksi-seksi ya?” Gumam Kharel. Rex menatapnya dan mengangkat satu alisnya, "Lalu? Jika kau tertarik, dekati saja mereka." 4|Dirty Baby “Bukan aku, tapi kau. Kau itu sempurna, Rex. Cuma wanita bodoh yang berpaling darimu. Di luar sana banyak wanita yang memujamu, kau bisa manfaatkan itu. Dekati dia, ajak dia berkencan dan jalinkan sebuah hubungan. Manis bukan?” Ujar Kharel. Rex tersenyum miring, “aku sama sekali tidak tertarik. Aku tidak perduli." "Oh, come on, brother! Apa mereka masih kurang untukmu? Tenanglah, banyak yang lebih cantik dan seksi. Kau mudah dapatkan semua itu. Uang, ketampanan, status, itu semua mempermudahmu." Rex tersenyum miring, "Ah...kau selalu bahas hal yang sama. Apa tidak ada topik lain?" "Sebenarnya apa yang tidak membuatmu suka pada wanita?” Tanya Kharel, "jangan-jangan... kau.. gay?” Kharel menatapnya skeptis. Rex lantas menoyor adiknya itu, "What the fuck! Apa aku seburuk itu?" Kharel tertawa lepas dan menghela nafas. Ucapannya tadi hanya candaannya saja. Kharel tahu alasan besar mengapa Rex selalu cuek ketika membahas soal wanita, bahkan sejak kejadian tragis di masa lalu itu Rex memalingkan pandangan dari banyak wanita. Tak perduli semenawan apapun wanita itu. Selama ini Kharel mencoba untuk membuka mata dan hati Rex untuk wanita lagi, namun usahanya selalu mendapat respon yang sama. Banyak wanita mengantri dan rela bertekuk lutut padanya, akan tetapi Rex mengabaikannya. "Aku sedang ingin merajut kesuksesan. Tidak ingin memikirkan wanita," gumam Rex. Kharel mengangkat alisnya, "Kau itu kurang sukses apa? Apa hartamu yang mencapai triliunan lebih itu masih kurang?" "Lebih baik kau pergi saja," balas Rex dengan malas. Kharel menghela nafas, "Kau tak bisa sembunyikan masalahmu dariku, Rex. Aku ini adikmu yang paling dekat S|Puspita Ratnawati denganmu. Bukan karena urusan pekerjaan saja tapi ikatan persaudaraan." Rex diam membisu. “Huh... mau sampai kapan kau berdiri di atas masa lalumu?” Tanya Kharel, "Lupakan semua kejadian bertahun-tahun yang lalu. Jika dia melihatmu seperti ini, bagaimana perasaannya?” Tambahnya. Rex tidak berkomentar, perkataan Kharel justru menambah pikiran yang jenuh semakin jenuh. Amarahnya bergejolak, namun ia mencoba menetralisirnya. la harus ingat bila orang di sampingnya itu adalah keluarganya, adik kandungnya. Jujur saja, Rex benci bila ada orang yang membahas masa lalunya yang semakin membuka luka hatinya. Rex menatap telapak tangannya, jika saja Kharel bukan adiknya maka ia akan melumurinya dengan darah. Rex merogoh saku celananya, mengambil ponselnya yang bernada suara panggilan. Rex menerima telpon dari Santos, orang kepercayaannya. “Informasi apa yang kau dapat?” Rex membuka suara, “baiklah, aku akan mengirim lokasinya. Kau datang kesini dan bawa berkasnya," tambahnya setelah mendengar jawaban Santos. Kharel menghela nafas, Rex selalu menyibukan diri dalam urusan olahraga maupun bisnis. Kharel heran, pria sempurna sepertinya harusnya tinggal duduk manis dan menghabiskan banyak waktu dengan wanita. Tapi Rex berbeda, ia duduk di meja besarnya dan menghabiskan banyak waktu dengan bisnis..bisnis..dan bisnis. Pantas saja uang terus mengalir dan orang pun bisa malas menghitungnya. Kharel menertawai dirinya sendiri, seandainya ia seperti kakaknya itu, tidak, malah reputasi player berada di atas kesuksesannya. Jika kau ingin bertanya mengenai berbagai wanita, Kharel Mackenzie tahu akan hal itu karena dibalik wajah polosnya, ia memiliki banyak pengalaman dengan wanita. Kharel bergegas untuk pergi. 6|Dirty Baby Rex mematikan sambungan telponnya, usai mengirim lokasinya kepada Santos, ia menoleh ke posisi Kharel. Rex mengangkat kedua bahunya acuh, tidak perduli kemana adiknya pergi. Rex memasukan salah satu tangannya ke dalam saku celana, sedangkan tangan lainnya bertumpu pada dagu dengan jari yang berada dipipinya. Rex menunduk dan ingat dengan kata-kata Kharel... “Huh... mau sampai kapan kau berdiri di atas masa lalumu?" Rex memejamkan mata, “Aku tidak tahu... aku tidak tahu...," gumamnya lalu membuka matanya dan menajam. “Tuan.” Rex menoleh dan tampak Santos berdiri agak jauh darinya, ditangannya ada sebuah berkas. Rex memberi isyarat agar Santos menghampirinya. Mereka duduk berhadapan, di atas meja tergeletak rapih sebuah berkas. Rex meraihnya dan melihat tempat tanda tangan untuk pihak pemilik rumah yang kosong. "Mr. Euniciano..., dia memiliki banyak hutang pada perusahaanku. Seluruh aset perusahaannya sudah aku ambil, tapi itu masih kurang," kata Rex seraya menatap lembaran berkas itu. "Em... maaf, Tuan. Apa kau sungguh-sungguh akan menyita rumah itu?” Tanya Santos dengan hati-hati. Rex mengangguk. la akan menyita rumah peninggalan Mr. Euniciano untuk membayar sisa hutangnya. Namun mendapat informasi dari Santos bila rumah itu masih dihuni dan penghuninya adalah seorang gadis remaja yang hidup sendirian, ada rasa iba dalam hatinya. Akan tetapi Rex tidak bisa sepenuhnya memakai hati, ia akan tetap bersikap profesional, menyita rumah itu. "Aku tahu kau merasa kasihan pada gadis itu. Tapi hutang tetaplah hutang. Perusahaanku sudah memberi waktu, tapi sudah lebih dari 5 bulan pembayarannya terhenti dan tidak ada kabar," jelas Rex. TPuspita Ratnawati

You might also like