You are on page 1of 14

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 8 No. 1, APRIL 2013: 619 – 632

KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN


KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Hairina Novilita1
Universitas 17 Agustus1945 Surabaya

Suharnan2
Universitas Darul ‘Ulum Jombang

Abstract
This research was conducted aiming to determine whether there is a relationship between
Self-concept and Adversity Quotient by Student Independence. The research was conducted
in SMP Negeri 44 Surabaya. This study uses quantitative methods. Study sample amounted
to 220 students selected using stratified cluster random sampling. Retrieval of data using
the three scales, namely self-concept scale, the scale of adversity quotient, and the scale
independence of learning. Analysis of the data this study uses multiple regression analysis
techniques, with the help of SPSS version 15.0 for Windows. The results of this study found
that (1) significant relationship between self-concept and learning self-sufficiency rates
obtained with r = 18.199p = 0.000 (p <0.05), (2) there was no significant relationship
between adversity quotient to learn independence, prices obtained r = 1, 283 with p =
0.201 (p> 0.05), (3) there is a significant relationship between self-concept and adversity
quotient, together with the independence of learning, the price obtained F = 166.286 with p
= 0.000 (p <0.05). From the analysis of test results obtained also the value of R = 0.778
and R Square = 0.605. This may imply that the independent variables (self-concept and
AQ) can explain the dependent variable (independent study) of 60.5%, while the remaining
39.5% which can be explained by factors other causes is not examined. These factors can
be either internal factors (originating from within the individual) or external factors
(factors that originate from outside the individual).
Keywords: Self-Concept, Adversity Quotient, Independence Learning

Kemandirian dalam belajar memang belajar, siswa tidak sepenuhnya dapat


menjadi kunci bagi siswa dalam mencapai menyerap pengetahuan dan pembelajaran
prestasi. Namun terbentuknya kemandirian dengan maksimal, sehingga harapan
belajar pada peserta didik bukan hanya menjadi tercapainya prestasi belajar tidak akan
tanggung jawab siswa untuk mencapainya, terwujud.
tetapi terkait pula dengan peran orang tua serta Menurut Hasbullah (2005) bahwa
guru di sekolah untuk dapat menumbuhkannya. penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Karena bagaimanapun, tanpa upaya guru untuk Indonesia adalah berasal dari faktor internal
membuat siswanya lebih mandiri dalam dan faktor eksternal. Faktor internal seperti

1
motivasi, konsep diri, minat, kemandirian
Korespondensi mengenai artikel ini dapat
2
dilakukan dengan menghubungi: pascauntag@yahoo.com belajar, dan kecerdasan siswa. Sedangkan
Korespondensi mengenai artikel ini dapat
dilakukan dengan menghubungi: pascauntag@yahoo.com

JURNAL PSIKOLOGI 619


NOVILITA & SUHARNAN

faktor eksternal seperti sarana prasarana, guru, belajaar seperti masih kurang bertanggung
orangtua, dan lain-lain. jawab terhadap jadwal belajar yang telah dibuat
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sendiri, masih adanya ketergantungan yang
dari hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah tinggi terhadap orang lain dalam hal ini adalah
Pertama, dengan standar nilai kelulusan guru dan orang tua pada saat melakukan
minimal 5,00 pada setiap mata pelajaran yang kegiatan belajar, bersikap pasif pada saat
diujikan yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, proses belajar dan mengajar berlangsung
dan Bahasa Inggris, masih banyak dikelas.
menghasilkan ketidaklulusan siswa setingkat Menurut Carrol (2000) siswa yang
SMP. Seperti temuan Balitbang Jawa Timur memuliki kemandirian belajar adalah siswa
dalam suatu penelitian dilaporkan bahwa yang aktif dalam proses pembelajarannya.
60,5% guru menyatakan materi pelajaran Sedangkan menurut Johnson (2009) rata-rata
belum terserap murid, disebabkan kurangnya siswa di sekolah dalam belajar bersikap pasif.
keterampilan guru mengembangkan strategi Siswa hanya mau bertanya ketika disuruh oleh
belajar mengajar, sarana dan prasarana guru, dan proses belajar yang terjadi hanya
pendukung yang kurang memadai, dan sumber terpusat pada guru. Hal ini terus berkembang
bahan ajar yang kurang dimanfaatkan secara sehingga mutu pendidikan pun menjadi
optimal. Temuan ini menunjukkan bahwa menurun. Potensi dan bakat dari siswa juga
permasalahan mendasar yang mengakibatkan tidak akan dapat ditingkatkan jika siswa hanya
tidak terserapnya materi pelajaran secara menjadi pelajar yang pasif.
optimal yaitu kurangnya kemampuan guru Kemandirian belajar juga menekankan
dalam mengembangkan dan menerapkan pada aktivitas siswa dalam belajar yang penuh
strategi belajar mengajar yang meransang tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan
keaktifan tinggi pada siswa sehingga berakibat dalam belajar. Dengan demikian kemandirian
ketergantungan siswa kepada guru yang tinggi. belajar mengembangkan kognitif yang tinggi,
Maka pada akhirnya siswa kurang mampu hal ini disebabkan karena para siswa telah
mengembangkan potensinya untuk belajar terbiasa menghadapi tugas dan sumber belajar
secara mandiri dalam menuntaskan materi yang ada. Meski sebenarnya untuk mencapai
belajarnya. Oleh karena itu, kemandirian keberhasilan dalam belajar tidak hanya
belajar bagi siswa adalah penting. ditentukan oleh faktor kemandirian belajar saja
Selain itu, fakta di lapangan juga tetapi juga ditentukan oleh beberapa faktor
menunjukkan masih adanya siswa yang masih lain, seperti dikemukakan oleh Burns (1993)
belum bisa mandiri dalam melakukan kegiatan bahwa prestasi akademis kenyataannya tidak

620 JURNAL PSIKOLOGI


KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

hanya ditentukan oleh kecerdasan tetapi juga tingkat kemandirian dalam belajar yang rendah
oleh variabel non kognitif seperti kepribadian pula.
dan konsep diri sebagai seperangkat sikap yang Selain faktor konsep diri ada faktor lain
dinamis dan memotivasi seseorang (Burns, yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa
1993). yaitu daya juang seorang siswa dalam
Konsep diri merupakan hal penting mendapat hasil yang diinginkan yaitu prestasi
dalam membentuk tingkah laku, sehingga tinggi. Stoltz (2005) berpendapat bahwa pada
terkait dengan dunia pendidikan, saat ini dasarnya setiap orang memendam hasrat untuk
pendidik semakin menyadari dampak konsep mencapai kesuksesan, tidak terkecuali bagi
diri terhadap tingkah laku anak dalam kelas siswa yang juga ingin meraih keberhasilan
dan terhadap prestasinya (Soemanto, 1998). dalam belajar, namun kemalasanlah yang
Seperti dikemukakan oleh Burns (1993) bahwa sebenarnya menjadi faktor penghambat siswa
konsep diri yang positif dapat membantu meraih kesuksesan tersebut. Lebih lanjut
seseorang untuk meningkatkan kepercayaan dikatakan Stoltz (2005) bahwa dalam meraih
terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi kesuksesan bukan IQ (Intelligence Quotient)
seseorang untuk dapat menjadi lebih baik lagi. ataupun EI (Emotional Intelligence) yang
Mead (dalam Burns, 1993) menjelaskan berperan besar dalam diri seseorang, namun
konsep diri sebagai pandangan, penilaian, dan juga diperlukan AQ (Adversity Quotient).
perasaan individu mengenai dirinya yang Adversity Quotient adalah kemampuan
timbul sebagai hasil dari suatu interaksi sosial. seseorang dalam berjuang menghadapi dan
Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup mengatasi masalah, hambatan atau kesulitan
besar terhadap perilaku individu, yaitu individu yang dimilikinya serta akan mengubahnya
akan bertingkah laku sesuai dengan konsep menjadi peluang keberhasilan dan kesuksesan
diri yang dimiliki (Rahmat, 1996). Pernyataan (Stoltz, 2005). Sehingga Stoltz (2005)
tersebut didukung oleh Burns (1993) yang berpendapat bahwa siswa yang memiliki
menyatakan bahwa konsep diri akan adversity quotient yang tinggi maka akan
mempengaruhi cara individu dalam bertingkah mengarahkan segala potensi yang dimiliki
laku di tengah masyarakat. Maka, siswa dengan untuk memberikan hasil yang terbaik, serta
konsep diri yang tinggi akan cenderung akan selalu termotivasi untuk berprestasi.
memiliki tingkat kemandirian dalam belajar Mereka akan mengerjakan tugas sebaik
yang tinggi. Sebaliknya siswa dengan konsep mungkin, termasuk mencari informasi serta
diri yang rendah, akan cenderung.memiliki memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia
dalam hidupnya. Kesimpulannya individu

JURNAL PSIKOLOGI 621


NOVILITA & SUHARNAN

tersebut akan berusaha aktif bertindak, tidak pertimbangan, keputusan dan bertanggung
hanya bersikap pasif menunggu kesempatan jawab atas kegiatan belajarnya.
datang. Maka bila adversity quotient ini Pengukuran Kemandirian Belajar
dimiliki oleh seorang siswa, maka ia akan lebih Penyusunan skala kemandirian belajar
terdorong untuk mengarahkan dirinya pada menggunakan dasar teori dari Beller (dalam
hasil terbaik dengan upaya optimal Muththoliah, 2002) merumuskan indikator
memanfaatkan peluang, aktif bertindak, yang terdiri atas:
termasuk untuk belajar secara mandiri. 1) Mampu mengambil inisiatif, yaitu
keberanian / kemampuan untuk mengambil
Metode Penelitian suatu tindakan atau usaha dalam melakukan
Populasi dan sampel kegiatan belajar dan berani untuk
Dalam penelitian ini yang menjadi mengerjakan tugasnya tanpa diperintah
populasi adalah para siswa kelas VII, kelas oleh orang lain.
VIII, dan kelas IX SMP Negeri 44 Surabaya 2) Mampu mencoba mengatasi rintangan yang
yang berjumlah 729 orang siswa. ada, yaitu mampu mencoba memecahkan
Metode pengambilan sampel yang persoalan yang dihadapi pada saat
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan berlangsung proses belajar dan
teknik sampling kombinasi, yaitu stratified mengatasinya tanpa melibatkan atau
cluster random sampling. Subyek penelitian mengharapkan bantuan orang lain.
atau sampel penelitian adalah sebanyak 220 3) Memperoleh kepuasan dari pekerjaan yang
siswa. dilakukannya, yaitu adanya perasaan puas
Variabel penelitian dan senang jika dapat melakukan atau
Dalam penelitian ini meliputi tiga menyelesaikan tugas-tugas belajar yang
variabel, yang terdiri atas dua variabel bebas telah dikerjakan sendiri.
yaitu konsep diri (X1)dan adversiry quotient 4) Mencoba mengerjakan tugas-tugas rutinnya
(X2)dan satu variabel terikat (Y) yaitu sendiri, yaitu adanya kesadaran diri untuk
kemandirian belajar mengerjakan tugas-tugas belajar yang
1. Kemandirian belajar sudah menjadi kewajibannya tanpa harus
Definisi Operaasional Kemandirian Belajar dibantu ataupun diperintah terlebih dahulu
Kemandirian belajar adalah kesiapan oleh orang lain.
seorang anak dalam mengatur serta 5) Mengarahkan perilaku menuju
mengendalikan kegiatan belajarnya atas dasar kesempurnaan, yaitu adanya keinginan
untuk meningkatkan kemampuan dan

622 JURNAL PSIKOLOGI


KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

perilaku yang ada pada dirinya untuk hadapan orang lain yang disebabkan oleh
menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan keadaan fisiknya.
yang diinginkan. 2) Aspek psikologis, meliputi penilaian
Validitas dan Reliabilitaas Kemandirian individu terhadap keadaan psikis dirinya,
Belajar seperti rasa percaya diri, harga diri, serta
Skala kemandirian belajar terdiri dari 49 kemampuan dan ketidakmampuannya.
item. Indeks daya beda item berkisar antara Validitas dan Reliabilitaas Konsep Diri
0,326 - 0,755. Berdasarkan hasil analisis yang Skala konsep diri terdiri dari 52 item.
menggunakan SPSS 15,0 for windows didapat Indeks daya beda item berkisar antara 0,360 -
39 item valid dan 10 item gugur. 0,763. Berdasarkan hasil analisis didapat 34
Penghitungan reliabilitas Skala item valid dan 18 item gugur.
kemandirian belajar menunjukkan koefisien Sedangkan perhitungan reliabilitas Skala
korelasi Alpha Crombach sebesar 0,945 konsep diri menunjukkan koefisien korelasi
sehingga skala sebagai alat ukur dapat Alpha Crombach sebesar 0,947 sehingga skala
dikategorikan andal. sebagai alat ukur dapat dikategorikan andal.
2. Konsep diri 3. Adversity quotient
Definisi Operasional Konsep Diri Definisi Operasional Adversity Quotient
Konsep diri adalah pandangan atas diri Adversity quotient adalah suatu
sendiri, pengenalan diri sendiri dan pemahaman kemampuan seseorang dalam memahami,
diri sendiri melalui cara pandang individu menghadapi dan menyelesaikan segala
dalam melihat diri sendiri sebagai pribadi, permasalahan dalam hidupnya untuk meraih
merasakan yang ada didalam dirinya, dan kesuksesan dengan segala potensi yang
gambaran serta pandangan orang lain tentang dimilikinya, cara berfikir dan bersikap terhadap
diri individu itu sendiri. kesulitan-kesulitan tersebut.
Pengukuran Konsep Diri Pengukuran Adversity Quotient
Skala konsep diri disusun dengan item- Skala adversity quotient disusun
item yang didasari oleh aspek-aspek konsep berdasarkan dimensi dasar adversity quotient
diri menurut Hurlock (1999), yaitu : menurut Stoltz (2005), yaitu:
1) Aspek fisik, meliputi sejumlah konsep yang 1) Kemampuan mengontrol situasi (Control),
dimiliki individu mengenai penampilan, yaitu kemampuan individu dalam
kesesuaian dengan jenis kelamin, arti merasakan dan mempengaruhi secara
penting tubuh, dan perasaan gengsi di positif suatu situasi, serta mampu
mengendalikan respon terhadap situasi,

JURNAL PSIKOLOGI 623


NOVILITA & SUHARNAN

dengan pemahaman awal bahwa sesuatu 15,0 for windows didapat 24 item valid dan 17
apapun dalam situasi apapun individu dapat item gugur.
melakukannya. Sedangkan hasil penghitungan reliabilitas
2) Kemampuan menanggung akibat dari Skala adversity quotient menunjukkan
situasi (Ownership dan Origin), yaitu koefisien korelasi Alpha Crombach sebesar
kemampuan individu dalam menempatkan 0,910 sehingga skala sebagai alat ukur dapat
perasaan dirinya dengan berani dikategorikan andal.
menanggung akibat dari situasi yang ada, Teknik analisis
sehingga menciptakan pembelajaran dalam Teknik analisis data yang digunakan
melakukan perbaikan atas masalah yang dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif
terjadi. karena berkaitan dengan uji hipotesis, dan
3) Kemampuan menghadapi kemalangan teknik statistik yang digunakan adalah teknik
(Reach), yaitu kemampuan individu dalam Analisis Regresi Berganda dan Korelasi
menjangkau dan membatasi masalah agar Parsial. Untuk menganalisis data dikerjakan
tidak menjangkau bidang-bidang lain dengan program statistik SPSS 15,0 for
dalam kehidupan, sehingga ketika ada windows.
masalah atau konflik dengan seseorang
tetaplah konflik, bukan sesuatu yang harus Hasil Penelitian
mengganggu segala aktifitasnya dan lain- Uji Normalitas Sebaran
lainnya. Dari hasil analisis menunjukkan sebaran
4) Ketahanan diri dalam mempersepsi skor variable konsep diri adalah normal (KS-Z
kemalangan (Endurance), yaitu = 0,885 p = 0,414), variabel adversity quotient
kemampuan individu dalam mempersepsi adalah normal (KS-Z = 1,142; p = 0,147) dan
kesulitan, dan kekuatan dalam menghadapi untuk variabel kemandirian belajar juga normal
kesulitan tersebut dengan menciptakan ide (KS-Z = 1,037; p = 0,232). Jadi, dapat
dalam pengatasan masalah sehingga disimpulkan asumsi normalitas sebaran
ketegaran hati dan keberanian dalam terpenuhi.
penyelesaian masalah dapat terwujud.
Validitas dan Reliabilitaas Adversity Quotient Uji linearitas hubungan
Skala adversity quotient terdiri dari 41 Hasil uji linearitas hubungan variabel
item. Indeks daya beda item berkisar antara konsep diri dengan kemandirian belajar
0,311 - 0,776. Berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan F = 513,405 dengan nilai
telah dilakukan dengan menggunakan SPSS signifikasnsi p = 0,000 (p<0,05) yang berarti

624 JURNAL PSIKOLOGI


KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

hubungan kedua variabel tersebut adalah Hipotesis 3 : Ada hubungan antara Konsep
kuadratik. Diri dan Adversity Quotient dengan
Sedangkan hasil uji linearitas hubungan Kemandirian Belajar.
variabel adversity quotient dengan kemandirian Dari hasil uji F pada penelitian ini
belajar menunjukkan harga F = 1,942 dan nilai didapatkan nilai F sebear 165,348 dengan
signifikansi p = 0,165 (p>0,05) yang berarti angka signifikansi p sebesar 0,000<0,05. Hal
hubungan kedua variabel tersebut adalah linear. ini berarti variabel konsep diri dan adversity
Hasil uji hipotesis quotient mempunyai hubungan yang signifikan
Hipotesis 1 : Ada hubungan antara Konsep secara bersama-sama terhadap variabel
Diri dan tingkat Kemandirian Belajar Siswa. kemandirian belajar. Sehingga semakin tinggi
Berdasarkan hasil analisis diperoleh konsep diri dan adversity quotient siswa maka
harga t sebesar 18,058 dengan nilai signifikansi semakin tinggi pula tingkat kemandirian
p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan belajarnya. Sebaliknya semakin rendah konsep
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan diri dan adversity quotient yang dimiliki siswa
antara konsep diri dengan kemandirian belajar maka semakin rendah pula tingkat kemandirian
siswa. Dengan demikian semakin tinggi konsep belajar siswa tersebut.
diri siswa maka semakin tinggi pula Nilai R2 adalah sebesar 0,604. Hal ini
kemandirian belajar yang dimiliki siswa dapat diartikan bahwa variabel konsep diri dan
tersebut. Sebaliknya semakin rendah konsep adversity quotient dapat menjelaskan variabel
diri siswa maka semakin rendah pula tingkat kemandirian belajar sebesar 60,4%, sedangkan
kemandirian belajar siswa tersebut. sisanya yaitu 39,6% dapat dijelaskan oleh
Hipotesis 2 : Ada hubungan antara Adversity faktor-faktor penyebab lainnya yang tidak
Quotient danKemandirian Belajar Siswa. diteliti.
Setelah dilakukan uji t diperoleh harga t Sumbangan Relatif Konsep Diri adalah
sebesar 1,207 dengan nilai signifikansi p = sebesar 99,17 % dan Sumbangan Relatif untuk
0,289 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Adversity Quotient adalah sebesar 0,83 %.
ada hubungan yang tidak signifikan antara Sedangkan Sumbangan Efektif masing-masing
adversity quotient dengan kemandirian belajar variabel adalah 59,90 % untuk variabel konsep
siswa. Artinya, tinggi rendah adversity quotient diri dan 0,50 % untuk variabel adversity
siswa tidak mempengaruhi atau tidak quotient.
memberikan kontribussi yang besar pada
tingkat kemandirian belajar siswa tersebut.
Pembahasan

JURNAL PSIKOLOGI 625


NOVILITA & SUHARNAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri yang dimiliki (Rahmat, 1996).
terdapat hubungan yang positif dan signifikan Pernyataan tersebut didukung oleh Burns
antara konsep diri (X1) dengan kemandirian (1993) yang menyatakan bahwa konsep diri
belajar siswa (Y). Artinya bahwa semakin akan mempengaruhi cara individu dalam
tinggi konsep diri yang dimiliki oleh seorang bertingkah laku ditengah masyarakat. Brooks
siswa maka semakin tinggi kemandirian belajar & Emmert (Rahmat, 2000) menjelaskan ciri-
siswa tersebut, dan sebaliknya semakin rendah ciri individu yang memiliki konsep diri yang
konsep diri yang dimiliki siswa maka semakin positif diantaranya merasa yakin akan
rendah kemandirian belajar yang dimiliki siswa kemampuannya, merasa setara dengan orang
tersebut. lain, menerima pujian tanpa rasa malu,
Diterimanya hipotesis pertama pada menyadari bahwa setiap orang mempunyai
penelitian ini, menunjukkan bahwa hasil perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak
penelitian sesuai dengan pendapat yang seluruhnya disetujui oleh masyarakat, dan
dikemukakan oleh Burns (1993) bahwa mampu memperbaiki diri karena sanggup
keberhasilan belajar, kenyataannya tidak hanya mengungkapkan aspeka-spek kepribadian yang
ditentukan oleh kecerdasan tetapi juga oleh tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.
variabel non kognitif seperti kepribadian dan Sedangkan ciri-ciri individu dengan konsep diri
konsep diri. Konsep diri merupakan hal penting negatif adalah peka terhadap kritik, responsif
dalam membentuk tingkah laku, sehingga terhadap pujian, tidak pandai dan tidak
terkait dengan dunia pendidikan. Saat ini sanggup dalam mengungkapkan penghargaan
pendidik semakin menyadari dampak konsep atau pengakuan pada orang lain atau
diri terhadap tingkah laku anak dalam kelas hiperkritis, merasa tidak disenangi oleh orang
(Soemanto, 1998). lain dan bersikap pesimistis terhadap kompetisi
Pembentukan konsep diri dipengaruhi Penilaian akan kemampuan siswa dapat
oleh interaksi dengan lingkungan sekitar. timbul karena adanya dukungan dari guru di
Dalam berinteraksi, setiap individu akan sekolah yang menerapkan kemandirian dalam
memperoleh tanggapan, yang akan dijadikan metode belajar di dalam kelas. Menurut Ryan
cermin untuk menilai dan memandang dirinya. dan Grolnick (dalam Wong dan Dudley, 2002),
Tanggapan yang positif dari orang lain akan kemandirian yang diberikan oleh guru di dalam
membentuk konsep diri yang positif. kelas dapat membuat siswa merasa bahwa
Konsep diri mempunyai pengaruh yang dirinya memiliki kemampuan untuk
cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu mengerjakan tugas-tugas akademis dan
individu akan bertingkah laku sesuai dengan

626 JURNAL PSIKOLOGI


KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

memiliki motivasi yang berasal dari dirinya hubungan yang positif dengan kemandirian
sendiri. belajar.
Peningkatan tanggung jawab, Hasil analisis data juga menunjukkan
kemandirian, dan menurunnya tingkat bahwa hipotesis yang menyatakan ada
ketergantungan remaja terhadap orang tua hubungan antara adversity quotient dengan
adalah salah satu tugas perkembangan yang kemandirian belajarsiswa ditolak. Hal ini
harus dipenuhi siswa pada periode remaja. berarti bahwa tinggi rendahnya adversity
Monks dkk (1999) mengatakan bahwa orang quotient yang dimiliki siswa tidak memberikan
yang mandiri akan memperlihatkan perilaku pengaruh yang nyata terhadap kemandirian
yang eksploratif, mampu mengambil belajar siswa.
keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu Temuan pada penelitian ini tidak
juga mampu bertindak kritis, tidak takut mendukung pernyataan yang dikemukakan
berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam oleh Stoltz (2005) bahwa siswa yang memiliki
melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan adversity quotient yang tinggi maka akan
mampu menerima realitas serta dapat mengerahkan segala potensi yang dimiliki
memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi untuk memberikan hasil yang terbaik, serta
dengan teman sebaya, percaya diri, terarah akan selalu termotivasi untuk berprestasi.
pada tujuan, dan mampu mengendalikan diri. Ternyata kemandirian belajar yang dimiliki
Oleh karena itu, untuk dapat seorang siswa tidak secara signifikan
meningkatkan kemandirian belajar siswa SMP dipengaruhi oleh adversity quotient. Dengan
Negeri 44 Surabaya diperlukan konsep diri kata lain kemandirian belajar yang tinggi tidak
yang positif sebagai salah satu faktor intern hanya memerlukan AQ yang tinggi. Banyak
yang dapat mempengaruhi. Hal ini dikarenakan faktor lain yang memberikan pengaruh
bahwa dengan konsep diri yang positif terhadap kemandirian belajar seseorang.
tersebut, berarti siswa sudah mampu mengenali Seperti yang dikemukakan oleh Thoha (1996)
tentang dirinya baik dari segi sikap, emosi, bahwa kemandirian belajar dipengaruhi oleh
perasaan, kemampuan, ketidakmampuan, nilai- faktor dari dalam yang antara lain kematangan
nilai dan aspirasinya sehingga mereka memiliki usia; kecerdasan (intelegensi), dan faktor dari
keyakinan yang kuat bahwa mereka mampu luar yang meliputi kebudayaan; keluarga.
untuk mandiri untuk dapat meraih prestasi yang Berkaitan dengan tidak ditemukannya
baik. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat kontribusi yang signifikan dari AQ terhadap
disimpulkan bahwa konsep diri siswa memiliki kemandirian belajar pada siswa SMP Negeri 44
Surabaya ada beberapa kemungkinan antara

JURNAL PSIKOLOGI 627


NOVILITA & SUHARNAN

lain skor kemandirian belajar maupun skor AQ Konsep diri mempunyai pengaruh yang
sangat homogen sehingga sulit untuk cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu
mengetahui dan menilai seberapa besar individu akan bertingkah laku sesuai dengan
kontribusi AQ pada kemandirian belajar siswa. konsep diri yang dimiliki. Artinya, apabila
Kemungkina yang lain adalah diduga bahwa siswa memiliki konsep diri yang tinggi akan
alat ukur yang ada memiliki kelemahan. memiliki prestasi yang tinggi. Sebaliknya siswa
Hasil penelitian ini juga menunjukkan dengan konsep diri yang rendah, akan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan cenderung memiliki prestasi yang rendah.
signifikan antara konsep diri (X1) dan adversity Selain faktor konsep diri ada faktor lain
quotient (X2) secara bersama-sama dengan yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa
kemandirian belajar (Y). Ini berarti semakin yaitu daya juang seorang siswa dalam
tinggi konsep diri dan adversity quotient diikuti mendapat hasil yang diinginkan yaitu prestasi
juga dengan semakin tinggi kemandirian tinggi. diperlukan AQ (Adversity Quotient).
belajar. Sebaliknya, semakin rendah konsep Adversity Quotient adalah kemampuan
diri dan adversity quotient maka semakin seseorang dalam berjuang menghadapi dan
rendah pula krmandirian belajar siswa tersebut. mengatasi masalah, hambatan atau kesulitan
Hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu yang dimilikinya serta akan mengubahnya
ada hubungan positif antara konsep diri dan menjadi peluang keberhasilan dan kesuksesan.
aadversity quotient dengan kemandirian Maka apabila adversity quotient ini dimiliki
belajar. oleh seorang siswa, maka ia akan lebih
Kemandirian belajar menekankan pada terdorong mencapai prestasi atau mengarahkan
aktivitas siswa dalam belajar yang penuh dirinya pada hasil terbaik dengan upaya
tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan optimal memanfaatkan peluang, aktif
dalam belajar. Dengan demikian kemandirian bertindak, termasuk untuk belajar secara
belajar mengembangkan kognitif yang tinggi, mandiri.
hal ini disebabkan karena para siswa telah Oleh karena itu, konsep diri dan adversity
terbiasa menghadapi tugas dan sumber belajar quotient memiliki peranan dalam kemandirian
yang ada. Meski sebenarnya untuk mencapai belajar siswa. Sehingga dengan kemandirian,
keberhasilan dalam belajar tidak hanya siswa belajar dengan penuh tanggung jawab
ditentukan oleh faktor kemandirian belajar saja untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
tetapi juga ditentukan oleh beberapa faktor Sedangkan dengan konsep diri yang positif,
lain, seperti kepribadian dan konsep diri. siswa dapat meningkatkan kepercayaan
terhadap dirinya sendiri sehingga dapat

628 JURNAL PSIKOLOGI


KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

memotivasi siswa untuk dapat menjadi lebih mempengaruhi perkembangan kemandirian


baik lagi. Selain itu siswa yang memiliki anak remajanya.
adversity quotient yang tinggi maka akan d. Sistem pendidikan di sekolah. Proses
mengerahkan segala potensi yang dimiliki pendidikan di sekolah yang tidak
untuk meraih prestasi atau memberikan hasil mengembangkan demokrasi pendidikan
yang terbaik, serta akan selalu termotivasi dan cenderung menenkankan indoktrinasi
untuk berprestasi. tanpa argumentasi akan menghambat
Sumbangan efektif yang dihasilkan dari perkembangan kemandirian remaja sebagai
perhitungan analisis regresi linier berganda siswa.
diperoleh nilai R Square sebesar 0,604. Ini Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
berarti bahwa konsep diri dan adversity besarnya sumbangan efektif konsep diri
quotient secara bersama-sama memberikan terhadap kemadirian belajar adalah sebesar
sumbangan pengaruh sebesar 60,4% terhadap 59,90 % dan ini berarti masih ada 40,10 %
kemandirian belajar. Hal tersebut memberi arti faktor lain yang dapat mempengaruhi
bahwa konsep diri dan adversity quotient kemandirian belajar yang tidak diteliti dalam
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh penelitian ini. Dengan demikian dapat
terhadap kemandirian belajar sebesar 60,4%. disimpulkan bahwa semakin tinggi konsep diri
Kemandirian belajar dipengaruhi oleh faktor yang dimiliki oleh siswa maka semakin tinggi
lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini kemandirian belajar siswa dan begitu pula
sebanyak 39,6%. Faktor-faktor tersebut sebaliknya. Sedangkan besarnya sumbangan
meliputi: efektif adversity quotient terhadap kemandirian
a. Kematangan Usia. Berpengaruhnya faktor belajar siswa adalah sebesar 0,50% dan ini
kematangan usia dalam kemandirian berarti masih ada 99,50% faktor lain yang
disebabkan, seseorang mengalami dapat mempengaruhi kemandirian belajar yang
perkembangan rohani dan pertumbuhan tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan
jasmani pada umur tertentu. demikian dapat dikatakan bahwa semakin
b. Kecerdasan (Intelegensi). Intelegensi tinggi adverity quotient maka semakin tinggi
seseorang berperan penting terhadap kemandirian belajar siswa dan begitu pula
kemandirian dan keberhasilan belajar sebaliknya.
seseorang.
c. Pola asuh orang tua. Cara orang tua Simpulan dan Saran
mengasuh dan mendidik anak akan Simpulan

JURNAL PSIKOLOGI 629


NOVILITA & SUHARNAN

Latar belakang penelitian ini didasarkan dan (3) Ada korelasi positif antara konsep diri
pada rumusan masalah yaitu mengetahui dan adversity quotient secara bersama-sama
apakah ada hubungan antara konsep diri dan dengan kemandirian belajar remaja.
adversity quotient dengan kemandirian dalam Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas
belajar. Kemandirian belajar adalah kesiapan VII, VIII, dan IX SMP Negeri 44 Surabaya.
seorang anak dalam mengatur serta Responden yang digunakan dalam penelitian
mengendalikan kegiatan belajarnya atas dasar ini berjumlah 220 siswa yang diambil secara
mampu mengambil inisiatif, mencoba stratified cluster random sampling. Data
mengatasi rintangan yang ada, memperoleh mengenai konsep diri, adversity quotient, dan
kepuasan dari pekerjaan yang dilakukannya, kemandirian belajar dikumpulkan dengan
mencoba mengerjakan tugas-tugas rutinnya menggunakan skala konsep diri, skala adversity
sendiri, dan mengarahkan perilaku menuju quotient, dan skala kemandirian belajar.
kesempurnaan. Konsep diri adalah pandangan Hasil skala pengukuran diuji dengan
atas diri sendiri, pengenalan diri sendiri dan menggunakan analisis regresi berganda
pemahaman diri sendiri melalui cara pandang program SPSS 15,0 for windows dan hasil
individu dalam melihat diri sendiri sebagai penelitian telah membuktikan hipotesis yang
pribadi, cara individu dapat merasakan yang sudah dirumuskan. Pertama, konsep diri dan
ada didalam dirinya, cara individu adversity quotient berkorelasi positif dan
menginginkan dirinya sendiri menjadi individu signifikan dengan kemandirian belajar. Artinya
yang ideal dan gambaran serta pandangan bahwa semakin tinggi konsep diri dan adversity
orang lain tentang diri individu itu sendiri. quotient seorang siswa maka semakin tinggi
Sedangkan adversity quotient diartikan sebagai kemandirian belajar siswa tersebut, sebaliknya
suatu kemampuan seseorang dalam memahami, semakin rendah konsep diri dan adversity
menghadapi dan menyelesaikan segala quotient siswa maka semakin rendah pula
permasalahan dalam hidupnya untuk meraih kemandirian belajar siswa tersebut . Kedua, ada
kesuksesan dengan segala potensi yang hubungan positif dan signifikan antara konsep
dimilikinya, cara berfikir dan bersikap terhadap diri dengan kemandirian belajar, sehingga
kesulitan-kesulitan tersebut. semakin tinggi konsep diri siswa maka semakin
Hipotesis dalam penelitian ini tinggi kemanndirian belajar yang dimiliki
menyatakan (1) Ada korelasi positif antara siswa tersebut. Sebaliknya semakin rendah
konsep diri dengan kemandirian belajar remaja; konsep diri siswa maka semakin rendah pula
(2) Ada korelasi positif antara adversity kemandirian belajar yang dimiliki siswa
quotient dengan kemandirian belajar remaja; tersebut. Ketiga, tidak ada hubungan antara

630 JURNAL PSIKOLOGI


KONSEP DIRI ADVERSITY QUOTIENT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

adversity quotient dengan kemandirian belajar berbagai pihak terkait untuk membahas
siswa, artinya tinggi rendahnya adversity mengenai konsep diri, pengembangan
quotient siswa tidak memberikan kontribusi adversity quotient dan peningkatan
yang bearti terhadap kemandirian belajar siswa kemandirian belajar siswa.
tersebut. 3. Bagi Guru.
Saran Guru diharapkan dapat meningkatkan
Berdasarkan hasil penelitian dan kemandirian siswanya dengan cara
simpulan di atas maka dapat diberikan saran- menciptakan metode pengajaran yang lebih
saran sebagai berikut: kreatif sehingga memudahkan pemahaman
1. Bagi Siswa siswa dalam menyerap materi pelajaran.
Siswa diharapkan lebih mengenal diri dan 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
potensi-potensi yang dapat dikembangkan, Penelitian ini mengungkap kemandirian
baik dalam bidang akademik maupun non belajar dengan melibatkan dua variabel,
akademik. Hal tersebut membuat siswa yaitu konsep diri dan adversity quotient.
dapat menentukan tujuan yang realistis Kedua hal ini hanya mampu menjelaskan
sehingga dapat lebih mandiri dalam variansi kemandirian belajar sebesar
melakukan kegiatannya. Membuat daftar 60,4%. Hal ini menunjukkan bahwa masih
mengenai kekuatan dan kelemahan diri terdapat 39,6% faktor lain yang mampu
akan membantu mengenal diri sendiri. menjelaskan variansi kemandirian belajar.
Siswa juga lebih aktif dalam kegiatan Oleh karena itu dimungkinkan untuk
belajarnya seperti membuat jadwal belajar, mengadakan penelitian yang mengungkap
menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri tanpa faktor-faktor lain tersebut untuk dijadikan
bantuan orang lain sehingga dapat sebagai variabel yang berhubungan dengan
meningkatkan kemandirian dalam dirinya. kemandirian belajar.
Selain itu siswa juga dapat membuat sistem
belajar sendiri yang sesuai dapat Kepustakaan
meningkatkan minat belajar, karena hanya
Asrori, M., & Ali, M. 2008. Psikologi Remaja :
diri sendirilah yang mengetahui Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
kemampuan, kekurangan, dan kelebihan PT. Bumi Aksara

diri. Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur


Penelitian, Suatu Pengantar Praktik.
2. Bagi Pihak Sekolah Edisi IV. Jakarta:Rineke Cipta
Sekolah dapat mengadakan diskusi dengan Arini, A. T. 2006. Orang Tua dan Konsep Diri
mengundang pakar pendidikan dan Anak. Konsep Diri Positif, Menentukan
Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius.

JURNAL PSIKOLOGI 631


NOVILITA & SUHARNAN

Azwar, Syaifuddin. 2003. Sikap Manusia dan Mutholiah. 2002. Konsep Diri Penunjang
Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Prestasi PAI, Semarang: Gunung Jati.
Pustaka Belajar Nashori, F.N. & Kurniawan, I.N. (2006).
______________ . 2003. Reliabilitas dan Pelatihan Adversity Intellegence untuk
Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Meningkatkan Kebermaknaan Hidup
Remaja Panti Asuhan. Psikologika:
Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas
(Problematika Remaja dan Nomor 23 Tahun XII Januari
Solusinya).Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwanto, N. 2002. Psikologi Pendidikan.
Burns, R. B. 1993. Konsep Diri (Teori, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Pengukuran, Perkembangan, dan Rahmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandu
Perilaku). Alih bahasa: Eddy. Jakarta : ng : Remaja Rosdakarya
Arcan. Santrock, JW. 1995. Life Span Development.
Chaplin, J. P. 3004. Kamus Lengkap Psikologi. Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sarwono, S. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta:
Djmarah, Drs. Syaiful Bahri. 2002. Rahasia PT. Raja Grafindo Persada
Sukses Belajar. Jakarta: PT. Asdi Steinberg, L. 2002. Adolescence. New York:
Mahasatya Mc Graw Hill
Gordon, Thomas. 1991. Menjadi Orang Tua Stoltz, P. 2005. Adversity Quotient : Mengubah
Efektof. Petunjuk Terbaru Mendidik Anak Hambatan Menjadi Peluang. Alih
yang Bertanggung Jawab. Jakarta: PT. Bahasa : Hermaya. Jakarta : Grasindo
Gramedia Pustaka Utama
Surya, Hendra. 2003. Kiat Mengajak Anak
Hadi, S & Parmadiningsih. Y. 2002. Seri Belajar dan Berprestasi. Jakarta: PT.
Program Statistik (SPS). Yogyakarta Grmedia
Universitas Gadjah Mada, Versi IBM/IN
Hak Cipta © 2002, dilindungi UU Suryabrata, Sumadi. 2000. Psikologi Belajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hamalik, Oemar. 1995. Psikologi Remaja.
Bandung: Mandar Maju Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan Pelajar.
: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Alih Bahasa : Istiwidayanti Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah
dan Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta: Melakukan Analisis Statistik
Erlangga. Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta:
Andi
Monks, F. J., Haditono, S. R., Knoers, A.M.P.
2006. Psikologi Perkembangan. Winkel, WS. 2004. Psikologi Pendidikan dan
Yogyakarta: Gadjah Mada University Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia
Press.

632 JURNAL PSIKOLOGI

You might also like