Lsaywong
UGLY WIFE
Penerbit
Ay PublisherProlog
"Aku menikahimu, dengan sebuah cincin yang
melingkar di jari manismu. Dengan ini, aku dan kamu
telah menjadi sebuah sepasang suami istri yang SAH,"
ucap Albert
Ketika janji yang di ucap oleh Albert, itu hanya
sebatas status pernikahan angan - angan yang
kelabu. Setelah semua pernikahan telah selesai,
hidup menjadi istri tidak ada keindahan untuk Linda.
Linda ayu Purnamasari, seorang perempuan
yang paras buruk rupa,dengan luka bakar di wajah
tak akan pernah hilang lagi untuk selamanya.
Meskipun telah menikah dengan pengusaha
kaya raya sekalipun Linda tidak pernah di sentuh oleh
suaminya yaitu Albert Afando Robertson.
Suami yang bersedia menikahi Linda, sebuah
perjodohan semata dari orang tua yang hanya harta
kekayaan yang melimpah.
KK
"Ini istrimu?" tanya seseorang mungkin pria
ini adalah teman bisnis suaminya.Albert memang sangat baik pada Linda, dia
selalu mengakui kalau Linda adalah istrinya.
"Iya, dia istriku. Ada yang salah dengan
istriku?" jawabnya lalu Albert bertanya kembali. Linda
menutup wajah buruknya menggunakan penutup
kepala.
"Gila, kamu ini buta, apa nggak sih? Istrimu ini
jelek banget, kamu nggak merasa jijik dengan wajah
yang penuh luka bakar itu?" jawab temannya terus
terang dan suaranya sedikit keras agar Linda
mendengar secara langsung.
Linda berdiri dari duduknya, lalu pergi menuju
dapur untuk menghindari dari hinaan mereka.
"Tidak, untuk apa jijik. Aku tidak menyentuh
dirinya selama menikah dengannya." Itu jawaban
Albert pada temannya
RE
"Kamu kenapa, Lin? wajahmu? siapa yang
tega perlakukan dirimu seperti ini?" tanya Windy
sahabat baik Linda.
Linda hanya sesenggukan dalam tangisan.
Seluruh tubuhnya memar seperti mendapat semuasiksaan dari seseorang.
"Katakan padaku, Lin. Siapa yang lakukan ini
semua?!" Linda tidak kuat untuk menjawab karena
lidahnya kelu sulit mengeluarkan semua rasa
guncangan yang hebat.Perjodohan
Linda Ayu purnamasari, seorang wanita 24
tahun, dari keluarga sederhana yaitu Santi Fitri
Purnamasari dan Zainal Ahmad Syarifuddin.
Keluarga sederhana tapi bosan dengan
kehidupan kemiskinan mereka berdua, Linda
dijodohkan oleh seorang pengusaha kaya raya
yaitu Albert Afando Robertson, seorang Pria berumur
36 tahun. Selain itu Albert pun tidak keberatan
menikahi Linda.
Linda sebenarnya malu harus menikah
dengan pria yang begitu tampan dan awet muda.
Meskipun usia mereka terlihat sangat jauh 12 tahun.
Santi dan Zainal terus mendesak putrinya untuk
menerima perjodohan ini.
Albert bersedia menerima lamaran dari kedua
orang tua Linda, tentunya dengan syarat Santi dan
Zainal tidak mengikut campur urusan_ keluarga
mereka berdua yaitu Albert dan Linda.
"Baik, saya bersedia menikahi putri anda,
dengan satu syarat. Jangan ikut campur urusankepribadian rumah tangga saya dan juga istri saya,
untuk imbalan kalian, tentu saya akan berikan semua
apa yang kalian mau. Ingat, tidak mengikut campur
urusan keluargaku. Jika kalian tidak mau apa yang
kalian ingin di tarik olehku. Kalian mengerti?!" Tukas
Albert memberitahukan sepakatan pada Santi dan
Zainal.
"Pasti, kami mengerti, tentu kami tidak akan
ikut campur urusan tuan dan juga istri anda," jawab
Santi sedikit cengegesan menuruti syarat dari Albert.
Linda di dalam kamar, menunggu kabar baik
dari orang tuanya. Linda menatap salip di dinding,
Yesus.
Ya Tuhan, apa ini sudah
benar jalanku menerima perjodohan ini. Ibu dan
Ayah, mendesak diriku untuk menikah. Apa pantas
diriku menikahi seorang pria tampan yang sangat
kaya raya. Berikan petunjukMu tuhan. Aku selalu
menyertaimu.
"Linda!!! Ayo keluar?!" teriak Santi menyuruh
Linda segera keluar menemui calon suaminya.
Albert duduk sedang mengobrol denganseseorang di sana. Mungkin seorang pendeta. Albert
menoleh melihat wajah yang sangat jelek dan sangat
buruk sekali. Tidak untuk Albert merasa jijik.
Linda menunduk tidak berani memperlihatkan
wajahnya yang dari tadi di tutup oleh selendang.
"Angkat kepalamu," bisik Santi
memerintahkan Linda mengangkat kepalanya.
Linda mengangkat kepalanya menatap wajah
tampan yang berjanggut tipis di rahangnya, alis yang
tebal, hidung mancung, mata yang sangat tajam
senyuman nya membuat Linda tercegah diam.
Linda tersadar langsung, saat Santi
menariknya untuk duduk di sebelahnya. Semua
berjalan cukup lama perbincangan orang tua dan
perbincangan dengan pendeta saat akan
menyelenggarakan janji suci di altar.
Pernikahan begitu singkat dan sederhana
tanpa ada undangan meriah. Albert mengambil
semua cincin di kota kecil. Pakaian sederhana yang
bukan pakaian pengantin.
Wajah buruk rupa — terbuka lebar
memperlihatkan oleh keluarganya sahabat dekatnya.Di sinilah, janji suci di ucap oleh Albert sendiri.
"Aku menikahimu, dengan sebuah cincin yang
melingkar di jari manismu. Dengan ini, aku dan kamu
telah menjadi sebuah sepasang suami istri yang SAH,"
ucap Albert.
Tanpa ada tepuk tangan, Linda diam menatap
sebuah cincin telah melingkar di jari manisnya yang
begitu berkilau.
Perpisahan dengan orang tua nya tidak di
berikan sambutan hangat dalam tangisan. Hanya
sebuah senyuman merekah di wajah mereka
tersebut.
Windy menangis dan memberikan secarik
kertas kepadanya. Linda meliriknya, senyuman di
paksa namun merasakan oleh Linda, bahwa Windy
tidak kuasa menahan untuk berpisah.
Albert menunggu di dalam mobil, Linda
menyusul masuk. Mobil berjalan meninggalkan
kenangan pahit di sana dan kembali dengan
kehidupan baru bersama suaminya sekarang.
RKSetahun kemudian....
Linda sehari - hari bekerja di rumah suaminya
yang lumayan besar, Albert setiap hari pulang malam
dalam keadaan mabuk berat. Entah apa yang
membuat Albert selalu begitu.
Linda selalu membantu Albert menggantikan
pakaiannya yang tercampur bau alkohol. Selama
menikah Linda tidak pernah sedikit pun di sentuh
oleh suaminya sendiri.
Tapi, Albert selalu mengakui kepada semua
orang kalau dirinya adalah istrinya. sering sekali
pertanyaan dari teman - temannya tidak percaya
kalau Linda adalah istrinya. Albert tidak pernah
tersinggung atas ucapan teman - temannya yang
sering datang ke rumah.
"Ini benar istrimu, Bert?" tanya temannya
ujung jarinya menunjukkan arah Linda yang duduk di
sebelah Albert.
"lya dia istriku, kenapa? ada yang salah
dengannya?" jawab Albert santai lalu bertanya
kembali pada temannya.
Temannya malah ke tawa terbahak, diasendiri tidak yakin kalau Linda benar istrinya Albert.
Linda sendiri sudah tahu kalau mereka tidak akan
percaya kalau dirinya benar istri Albert, mungkin
karena wajahnya yang penuh dengan luka bakar.
"Aku nggak yakin kalau dia ini istrimu. Aku kira
dia pembantu di sini!" kata temannya tanpa dosa.
Albert diam tidak menggubris kata-kata temannya.
Linda merasa tidak nyaman jika harus di olok -
olok oleh temannya ini. Linda lebih memilih untuk
menghindar yaitu dirinya ke dapur mengerjakan
pekerjaannya di rumah.
Temannya melirik arah Linda telah jauh dari
tempat nongkrongnya. Kemudian menanyakan
kembali lagi pada Albert.
"Apa benar dia itu istrimu? Jelek begitu
dijadikan istri, kayak nggak punya wanita lain saja!
Kenapa harus dia sih? Aku pikir dia itu pembantu dari
mana kamu mempekerjakannya," cecar teman
Albert, Albert malah tidak menggubris perkataan
temannya yang benar mulut ember.
"lya benar dia istriku, tapi aku tidak pernah
menyentuhnya,” balas Albert tenang dan santai.
10"Jangan sampai ... Jijik aku lihat luka bakar di
wajahnya itu," cicit temannya merinding geli.
Linda mendengar semua celoteh temannya,
pasti dong semua jijik melihat wajah Linda yang
begitu. mengerikan. Jika bisa di bilang tidak
berbentuk. Meskipun lukanya tidak separah dulu.
Linda juga tidak ingin memiliki wajah seperti
ini kalau bukan kecelakaan menimpa dirinya lima
tahun yang lalu.
"Jangan masukkan ke hati, mereka memang
begitu. Ucapan mereka tidak pernah di didik," tiba
seseorang bersuara. Itu suara dari Albert yang sudah
berdiri di depan pintu dapur.
Linda = meliriknya’ =sebentar kemudian
mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Linda
bersyukur kalau suaminya begitu baik padanya
meskipun dirinya jijik untuk disentuh.
RR
Albert masuk ke diskotek, di sana para pria
berkumpul. Serta di kelilingi oleh beberapa wanita
cantik dan seksi.
"Woi, Bert! Sini?!" teriak Nisan. Albert
1mendekati Nisan yang di kelilingi oleh tiga wanita di
sana.
"Makin bahagia saja dirimu, San!" seru Albert
menuangkan minuman beralkohol di gelas kosong.
"Macam kamu tidak tahu saja. Mereka yang
mendekatiku. Kalau bukan barangku bagus untuk di
mainkan," balas Nisan memainkan salah satu
payudara wanita di dekatnya.
"Kapan kamu bisa berubah?? Kalau kamu
hanya main wanita terus?!" kata Albert sok bijak.
"Nggak usah mengguruiku, bangsat!!! Kamu
juga bakal sama kayak aku. Barangmu sepertinya
masih perawan, mau aku kenalkan wanita cantik. Aku
jamin kamu pasti ke tagihan dengannya?!" Seru Nisan
menawarkan satu wanita yang bekerja di tempat ini.
Albert tidak menjawab, ia lebih memilih untuk minum
bukan untuk memainkan tubuh seseorang.
12Sang Bidadari
Albert telah mabuk berat, entah bagaimana
dirinya suka minum beralkohol saat berada di
diskotek. Albert tidak dapat berdiri dari tempatnya,
tiba seorang datang mendekatinya, Albert mencoba
membuka kedua matanya melihat wajah seorang
wanita yang sangat cantik. Wanita itu sangat mirip
dengan wajah istrinya. Albert terbayang jika wajah
Linda secantik wanita di depannya.
"Kamu tidak apa - apa?" tanya wanita yang
tengah menanyakan keadaan Albert.
"Linda..." sebut Albert, menyebut nama
Linda, istrinya.
"Maaf nama saya Rinda bukan Linda?" wanita
itu terkejut kalau Albert tiba menyebutkan nama
istrinya.
Ternyata wanita yang bekerja di diskotek itu
juga bernama_ Rinda. Namun paras wajahnya
memang lebih cantik dari istrinya. Rinda membantu
Albert untuk masuk ke dalam penginapan, kata Nisan
ada yang meminta untuk di temani. Mungkin yang di
13maksud adalah Albert.
Albert tertatih - tatih berjalan di rangkul oleh
Rinda. Di tempat diskotek memang tersedia tempat
penginapan. Wanita itu menghempaskan tubuh pria
itu di atas ranjang ukuran medium.
"Berat sekali sin?! tapi, dari lihat wajahnya dia
tampan juga," ucap wanita itu mulai mendekati
tubuhnya dengan cara menindih tubuh Albert.
Albert menggerak tubuhnya sedikit karena
ada yang aneh di dadanya sesuatu tengah menekan
bagiannya. Albert membuka mata, wajahnya tidak
begitu. jelas, buram. Rinda senyum = malah
menggesek-gesek kejantanannya yang memang telah
menegang dari pelindung celananya.
"Apa yang kamu lakukan?" terdengar suara
serak basah dari mulut Albert.
"Kamu tampan, tuan," ucap_— Rinda
menggodanya.
"Kenapa kamu ada di sini? benarkah kamu
Linda?" racau Albert membuat Rinda_ bingung,
kenapa terus menyebutkan nama Linda.
"Siapa Linda, tuan?" Rinda penasaran dengan
14nama Linda.
"Linda, istriku. Istri yang jelek tidak pernah
ada. Dia baik hati, tapi, aku salah menikahinya tanpa
cinta. Apa kamu menyesal. Aku menikahimu karena
sebuah imbalan. Aku tidak cinta kamu, tapi, kenapa
aku harus di pertemukan olehmu," jawab Albert
menatap langit kamar berwarna Jingga.
Rinda menatap paras wajah sayup milik pria
itu. "Kenapa tuan bisa menikahinya kalau tidak
mencintainya?" tanya Rinda mencoba mengorek
informasi.
"Karena orang tuanya menjual kepadaku
sebagai harta kekayaan yang mereka inginkan,"
jawab Albert
"Apa istri anda tahu hal ini??" tanyanya kali ini
dia tidak menindih tubuhnya lagi.
Sepertinya Rinda berubah pikiran, dia seperti
mengerti situasi pria ini. Rinda sering melihat Albert
datang ke tempat ini seorang diri.
"Tidak, dia tidak tahu kalau orang tuanya
menjual kepadaku. Apakah aku sejahat itu?" Albert
lirik wajah cantik dimilikinya. Rinda membalas
15menatapnya.
"Tidak, kamu tidak jahat. Kamu melakukan
sangat benar. Kamu telah menyelamatkan dirinya
dari kadang buaya yaitu orang tuanya," jawab Rinda
Albert menutup matanya dengan punggung
lengannya. Sepertinya Albert menangis, menangis
atas kesedihannya. Rinda turun dari ranjang lalu
membuat sesuatu untuk Albert. Albert bangun
menjadi posisi terduduk menatap punggung rapuh itu
di sana.
Rinda membawa secangkir teh untuk Albert.
Albert menerima lalu meminumnya sedikit demi
sedikit. Kesadarannya kembali, tidak ada rasa sakit di
kepala saat meminum alkohol itu. "Siapa namamu?"
tanya Albert lirik.
"Rinda Maulana Jia," jawabnya.
"Rinda dan Linda, namanya tidak jauh beda,"
ucap Albert.
"Ya benar, lalu tuan sudah pernah menyentuh
istrimu? Maaf jika aku lancang menanyakan hal ini.”
tanya Rinda hanya ingin tahu.
Nisan mengatakan kalau Albert masih perjaka
16belum pernah di sentuh oleh siapa pun termasuk
istrinya.
KK
Dalam perjalanan menuju ke rumahnya,
Albert masih mengingat pertanyaan Rinda. "Apa
karena tuan tidak mencintai istri anda sehingga anda
tidak pernah melakukan hubungan suami - istri
selama setahun? apa tuan merasa jijik dengan istri
anda yang parasnya jelek. Seberapa jelek itu adalah
istri anda, tuan," ucap Rinda.
Ketika sampai di rumahnya Albert dapat
melihat istrinya yaitu Linda tengah tertidur di ruang
tengah sambil menunggu dirinya pulang dari klub.
Albert menutup pintu perlahan. Dengan langkah kaki
tanpa suara, mendekati istrinya yang buruk rupa itu.
Linda selalu memakai selendang menutupi
wajahnya agar tidak ada yang melihat bekas luka itu.
la mencoba untuk menyentuh bekas luka bakarnya.
Belum sempat di sentuh, Linda membuka kedua
matanya. Albert tidak berkutik saat kedua mata
mereka bertemu.
Linda langsung bangun menjadi __posisi
17terduduk. Albert mendongak kepalanya, lalu melihat
paras wajah cantik istrinya.
"Kamu sudah pulang, apa kamu ingin minum?
Biar aku ambilkan seben—“ Albert menahannya.
Linda menatapnya, di tarik kembali tangan
yang di genggam oleh suaminya sendiri. Albert bisa
merasakan kalau istrinya tidak ingin di sentuh, begitu
bersalahkah dia terhadapnya.
"Aku ke kamar dulu." Dia berdiri lalu pergi
meninggalkan suaminya yang masih berjongkok
menatap punggung yang begitu kurus dan letih itu.
Linda masuk ke kamar segera ia menuju
tempat sofa di mana ia tidur selama berpisah ranjang
dengan suaminya.
Rasa kantuk telah menyerangnya, Linda
menutup kedua matanya. Albert di menyusul masuk
kamar tersebut dan melihat sosok wanita yang
tengah tidur lelap di atas badan sofa.
Albert segera mengangkat tubuh Linda
memindahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur
yang ukuran besar itu. Selendang yang biasa
menutup kepalanya terlepas. Albert bisa lihat begitu
18jelas wajah istrinya secara dekat. Luka bakar di wajah
sebelah kirinya tidak terlalu terlihat, hanya bekas
merah yang masih belum kering.
19Dinner
Cit... yit... Cit... yit...
Srak ... Srak ... Srak ...
Suara kicauan burung di temani suara
seseorang menyapu halaman rumah. Linda membuka
kedua mata, sinar matahari sudah meninggi telah
memasuki cahaya di lubang dinding kamarnya.
Linda bangun kemudian bingung, perasaan
semalam dirinya tidur di sofa kenapa bisa ada di atas
ranjang tempat tidur. Tidak mungkin dirinya berjalan
dalam keadaan tertidur.
Klek!
Suara pintu terbuka dari arah kamar mandi,
Linda langsung menoleh, Albert keluar dalam
keadaan telanjang dada di perlihatkan tubuh
atletisnya. Hanya di baluti oleh handuk melekat di
pinggangnya.
Linda sontak memerah dengan apa yang ia
lihat, tapi tetap dirinya tidak terbawa suasana. Segera
ia turun dari ranjang mengambil selendang tipis
warna Jingga muda, lalu di Pakaikan untuk menutup
20wajahnya.
Albert sendiri yang masih berdiri di depan
pintu melihat sikap istrinya yang biasa saja tidak
merasa kaget saat dirinya hanya memakai handuk di
pinggangnya. Tentu Albert ulasan tipis ke tarik dari
ujung bibirnya panjang.
Albert mengerti, Linda mencoba menghindar
darinya. Linda bersiap merapikan tempat tidurnya.
Tubuh Linda terdiam kaku, bagaimana tidak kaku
kalau Albert tengah memeluk tubuhnya dari
belakang.
Pelukan itu tidak pernah ada, tidak pernah di
rasakan oleh Linda sebelumnya. Selama setahun
menikah Albert memang tidak pernah menyentuh
sedikit pun tubuh Linda. Bukan karena merasa jijik
atau apa. Karena tidak pernah mencintai istrinya
sendiri. Semua itu berawal dari imbalan orang tuanya
menjual putrinya untuk kekayaan yang mereka mau.
Linda mencoba memegang tangan_ kekar
suaminya, Albert tentu merasa senang kalau istrinya
akan membalas tangan yang dirinya melingkar di
tubuhnya. Bukan itu yang Linda mau sekarang. Masih
21banyak orang - orang belum yakin kalau dirinya
memang benar istri Albert sesungguhnya.
Karena keadaan tidak pernah mendukung
dirinya. Linda juga tidak bisa berbuat apa - apa. Linda
menarik kedua tangan kekar yang memeluknya erat
di buka secara perlahan kemudian terlepas sempurna
dari tubuhnya menjijikkan itu.
Albert sendiri juga bingung, kenapa istrinya
menolak untuk di peluk. Apa yang salah dengan
dirinya sendiri. Albert sendiri mencoba untuk sebaik
mungkin agar dirinya menerima apa adanya.
Memang selama ini Albert bersalah, tidak pernah
menyentuh dirinya. Tapi salahkah jika suami
berusaha meyakinkan istri agar dirinya percaya kalau
suami benar memedulikannya.
"Jangan sentuh saya yang tidak pantas di
sentuh. Tubuh saya menjijikkan jika kamu
menyentuhnya," ucap Linda menunduk lalu pergi dari
hadapan Albert dalam posisi terpaku diam.
Albert sendiri terdiam saat mendengar
ucapan dari istrinya sendiri. Jangan sentuh saya yang
tidak pantas di sentuh. Tubuh saya menjijikkan jika
22kamu menyentuhnya. Albert menoleh cepat melihat
istrinya telah menghilang dari kamarnya.
Linda sekarang berada di belakang rumah
untuk menjemur pakaian yang sudah di cuci bersih
menggunakan mesin penyucian. Linda bersenandung
riang dengan suara biasa saja. Setiap pagi hari Linda
suka menyanyikan lagu Betawi, meskipun bukan
orang Betawi. Tapi, Linda benar menyukainya. Untuk
menenangkan rasa pikiran yang selalu menghantui
dan mengguncangkan tubuhnya jika mengingat masa
lalunya sendiri.
Jika saja lima tahun itu tidak ada kejadian
kecelakaan mungkin Linda tentu sudah dikaruniai
seorang anak yang cantik dan tampan, apalagi hidup
damai bukan hidup menuntut kesalahan.
Albert masih berdiri menatap punggung
istrinya sedari tadi menjemur pakaian di tempat
jemuran itu. Baru kali ini Albert mendengar suara
yang begitu merdu dari mulut istrinya sendiri.
Albert ingin tahu yang sebenarnya maksud
dari ucapan istrinya beberapa menit yang lalu itu.
Sebab, Albert memang tidak terlalu peduli keadaan
23yang selalu di ingat adalah perkataan Rinda yang ia
temui semalam di diskotek.
Sejijik apapun itu, kamu tetap harus
menyentuhnya, karena dia adalah istrimu. Suami
harus menerima semua penderitaan dari istri,
Seberapa pun penderitaan, masa lalu harus
menerimanya dengan lapang dada. Aku percaya tuan
bisa mengatasinya sendiri dengan cara apapun itu.
Walaupun kita baru saja di pertemukan sekali, dari
cara tuan menceritakan itu semua. Jangan pernah
menyalahkan istri anda. Karena anda_ telah
membuatnya menderita seperti itu.
Walaupun begitu, Albert tentu ingin tahu
sebenarnya di masa lalu istrinya. Masa lalu yang telah
menimpa luka bakar itu. Tapi dengan cara apa supaya
Linda menuruti perkataannya.
Linda baru saja selesai menjemur pakaian,
waktunya dia kembali melakukan pekerjaan lain lagi,
saat akan melangkah kaki, di depan pintu sosok tinggi
tengah menatapnya lurus tanpa berkedip. Albert
melanjutkan langkah kakinya mendekati istrinya
berdiri terdiam.
24"Nanti malam pakailah baju yang cantik. Aku
ingin mengajakmu makan malam berdua." Albert
mencoba mengajak Linda untuk makan bersama
nanti malam.
Tentu. Linda’ menginginkan itu selama
setahun, Albert menunggu jawaban dari istrinya.
"Tapi ...." Akhirnya Linda bersuara, namun
nadanya tidak bersemangat.
"Tidak perlu di pikirkan masalah desas - desus
dari orang luar. Makan malam untuk perayaan ulang
tahun pernikahan yang pertama. Maaf, kalau
sebelumnya tidak memberikan rasa spesial padamu.
Tapi, kali ini aku akan melakukan untukmu. Aku
menunggu dirimu jam delapan malam di depan
rumah," potong Albert lalu pergi dari hadapannya.
Linda mengangkat kepala menatap lurus
punggung yang lebar, kokoh tak pernah hancur masih
tetap seperti dulu. Meskipun jarak sebatas suami -
istri hanya angan semata.
RE
Malam tibanya, Albert tengah menunggu
istrinya keluar dari rumahnya. Lima menit kemudian,
25Linda keluar menggunakan Dress warna hitam selutut
tanpa lengan, disertai rambut hitam kecokelatan di
ikat sembarang menjadi lebih cantik. Sedikit polesan
di wajahnya meskipun luka bakar di sebelah wajah
sedikit mengganggu.
Albert percaya benar istrinya sangat cantik
dengan wajah terbuka meskipun luka bakar di
wajahnya bisa meyakinkan ia tidak sia-sia menikahi
seorang wanita buruk rupa.
Linda merasa sangat malu, jika dalam posisi
seperti ini. Baru pertama kali dirinya memperlihatkan
wajah tanpa menutup kain selendang. Albert tentu
tidak berkutik sama sekali. Diangkat dagu istrinya
untuk perlihatkan wajahnya.
"Kamu cantik, seperti itik buruk rupa. Tunggu
saja kamu akan menjadi wanita cantik sedunia," ucap
Albert berhasil memikat hati Linda.
Selama perjalanan menuju restoran, Linda
meremas kedua tangannya merasa sangat cemas dan
juga takut, dirinya cemas karena siap mendengar
desas - desus dari para pengunjung di restoran,
kemudian kedua dirinya takut jika suaminya akan
26meninggalkan istrinya sendirian di restoran tersebut.
Sampai di restoran makanan Italia, Albert
membuka pintu untuk Linda keluar dari duduknya.
Linda tidak keluar juga karena dirinya sangat tegang
sekali. Sebuah uluran tangan di depannya, Linda
menoleh lirik suaminya senyum dengan sabar
menunggu sambutan tangan dari istrinya.
Tangan Linda gugup, gemetar dan keringat
dingin. Linda membalas sambutan ulur tangan dari
suaminya, Albert menggenggamnya langsung
membawa Linda keluar dari dalam mobil. tepat di
mana Linda berdiri di samping suaminya. Albert
melepaskan genggamnya kemudian berpindah
melingkar pinggang ramping istrinya.
Mereka berdua masuk ke dalam restoran
makanan Italia, seorang penyambut mereka berdua
dengan menunduk kepala. Linda tidak berani
mengangkat kepalanya, dengan sisa rambutnya
menutupi wajah agar tidak ada yang melihat paras
wajah pada luka tersebut.
"Angkat kepalamu," bisik Albert mendekatkan
telinganya.
27Linda mengangkat kepala melihat sekitar
tempat itu sangat begitu indah, indah di malam hari.
Linda tidak pernah sekalipun mendapat suasana yang
begitu indah.
Albert melepaskan tangan yang melingkar di
pinggang ramping. Albert = menarik kursi
mempersilakan Linda duduk di sana, Linda menuruti.
"Bagaimana?" Albert bersuara meminta
pendapat dari istrinya. Albert sengaja membawa
Linda ke sini karena tempat ini jarang ada yang
kunjungi.
"Ini sangat bagus, dan indah. Terima kasih,"
ucap Linda merasa terharu yang ia rasakan saat ini.
"Happy aniversary, istriku."
Albert mengucapkan hari ulang tahun
pertama kali dari mulutnya, meskipun sangat
canggung mengucapkannya tapi dirinya harus
melakukannya.
Tak lama kemudian, makanan Italia sesuai
dengan restoran tersebut datang menghidangkan di
atas meja berukuran segi empat walaupun sederhana
suasana sudah termasuk romantis bagi Linda.
28"Albert!!!"
Terdengar suara seseorang memanggil Albert
di saat dirinya tengah menyuapi istrinya yang
pertama kali, saat menoleh mencari suara yang
memanggil namanya. Membuat dirinya terdiam kaku
dan membulatkan kedua matanya.
29Alkira
"Albert!!!"
Terdengar suara seseorang memanggil Albert
di saat dirinya tengah menyuapi istrinya yang
pertama kali, saat menoleh mencari suara yang
memanggil namanya. Membuat dirinya terdiam kaku
dan membulatkan kedua matanya.
Linda juga menoleh_ seseorang _ berlari
menghampiri meja makan mereka berdua. Seorang
pria parasnya yang sangat tampan, tampan melebihi
suaminya.
"Kamu?" Albert menggumam.
Linda tidak mengenal siapa pria yang ada di
dekat Albert, paras mereka tidak jauh berbeda.
Apakah mereka kembar, tidak mungkin menurut
Linda sendiri. Jika memang Albert mempunyai
kembar tentu di hari pernikahan mereka, dia pasti
datang.
"Wah ... kamu makan malam tidak pernah
mengajakku. Selalu berduaan dengan ..., siapa dia?"
Pria itu berbicara dengan Albert seolah mereka sudah
30sangat akrab, saat pria itu melirik Linda, ekspresinya
berubah seketika. Linda langsung menutup bekas
luka di wajahnya dengan rambutnya yang tidak
terikat kuat.
"Dia istriku, kenapa? Ada yang salah
dengannya? Apa yang membuatmu datang ke acara
ulang tahun pernikahanku2" Pertanyaan terus
bertubi-tubi dari Albert kepada pria di sampingnya.
"Wow... Wow ... Tenang, Brother. Aku ke sini
hanya kebetulan. Aku sedang reuni bersama teman
bisnisku. Saat aku keluar untuk ke kamar kecil tidak
sengaja melihat dirimu tengah bermesraan dengan
. apa istrimu? Aku rasa dia bukan istrimu?
Bukankah istrimu itu yang begitu cantik dan Seksi.
Aku rasa matamu sedikit rusak. Menjadikan dirinya
istrimu. Apa kata dunia nanti jika pengusaha
Robertson telah menikah dengan wanita yang buruk
rupa?!" Pria itu sepertinya telah mengacaukan
suasana keharmonisan rumah tangganya.
"Ah ... mungkin aku telah membuat suasana
begitu menegangkan, aku hanya bercanda. Ekhem!
perkenalkan namaku Alkira Afando Robertson, adik
31kembar dari Albert Afando Robertson." Ulurkan
tangan ke depan Linda, Linda tentu akan menyambut
tangan dari pria yang bernama Alkira itu.
Sebelum menyambut tiba saja Alkira menarik
tangannya kembali. Tentu dia tidak akan mendapat
sentuhan dari tangan si buruk rupa.
Albert bisa melihat apa yang di lakukan oleh
adik sialan itu. la paling benci suasana yang sudah ia
rencana selalu di gagalkan oleh adiknya. Kenapa dia
tidak ingin mengajak adik kembarnya untuk datang ke
acara pernikahan yang sederhana itu. Sudah jelas
bagaimana situasi sekarang telah menghancurkan
acara ulang tahun pernikahannya.
Alkira. tidak akan pernah memberikan
kebahagiaan seseorang yang telah melewatinya lebih
dulu. Meskipun Alkira lebih dulu di lahirkan dari
rahim ibunya jauh beda lima menit dari Albert. Tentu
Alkira tidak mempercayai mitos leluhurnya kalau
Albert yang menjadi saudara tertua.
"Sudahkah basa-basinya? Kamu bisa kembali
ke tempat reunianmu. Jangan pernah mengusik
kehidupanku. Pergi sana!" Albert kembali bersuara
32lalu mencoba mengusir adik kembarnya.
Linda memperhatikan sikap mereka berdua
sangatlah jauh beda. Meskipun mereka di lahirkan
bersama. Albert memiliki sifat yang lembut dan baik
hati, tidak mudah tergoyang dengan omongan orang-
orang yang selalu§ mengolok dirinya sendiri.
Sedangkan Alkira memiliki sifat yang keras, selalu
menjelekkan keburukan orang lain. — Selalu
merendahkan diri orang di sekitar termasuk Albert,
abang tertuanya.
Dari tatapan Alkira terhadapnya bisa Linda
rasakan kalau Alkira sangatlah berbahaya. Bisa saja
menghancurkan rumah tangga kelak nantinya.
"Oke-oke, aku pergi. Aku juga tidak sudi
berada di sini yang kotor dan menjijikkan mungkin
kamu sudah di pelet oleh istrimu sendiri," ucapnya
terakhir kalinya.
Alkira pergi kembali ke tempat reuni, Albert
mulai melanjutkan makan malam walaupun
suasananya sudah berbeda dari beberapa menit yang
lalu. Jika tidak ada pengganggu yang datang secara
tiba - tiba. Mungkin keharmonisan mereka berdua
33sudah bahagia.
eR
Di dalam mobil, tetap sama Linda dan Albert
terdiam. Entah apa yang mereka diamkan. Hingga
berada di rumah pun Linda langsung memilih masuk
ke kamarnya. Albert sendiri merasa bersalah jikalau
Alkira tidak muncul di hadapannya.
Albert masuk menyusul kamar miliknya. Tidak
mungkin kamar mereka terpisah terkecuali Albert
menyibukkan diri di kamar kerjanya.
Pada saat masuk, Linda sudah posisi miring
tidur di atas sofa. Albert menghela napas panjang
sikap istrinya masih seperti dulu. Apa begitu jijiknya
sehingga dia tidak ingin tidur di ranjang berdua
bersama suaminya sendiri.
Albert mencoba menggendong tubuhnya,
namun Linda membuka kedua matanya. Dirinya
masih terjaga dalam tidur. Dia spontan mendorong
tubuh suaminya menjauh darinya.
Linda posisi terduduk menatap suaminya
jarak beberapa meter saja. Tatapan mereka bertemu.
Linda seperti mendapat sebuah kebencian, kebencian
34yang perih di dalam dirinya. Albert tentu tidak mau
mengiakan kesempatan untuk tidak menjauh dari
istrinya, walaupun masih kekosongan pada benaknya.
"Maafkan atas sikap adikku tadi. Dia tidak
bermaksud untuk—“
"Adikmu benar, mungkin matamu_rusak,
kenapa bisa menikahiku dengan wajah buruk rupa ini.
Tidak perlu lagi membela diriku, aku tahu kamu juga
merasakan apa yang aku rasakan. Apa kata dunia jika
seorang pengusaha Robertson telah menikahi
seorang wanita yang parasnya sangat menjijikkan,"
Linda memotong pembicaraan.
Albert kelu sulit mengatakan yang sebenarnya
dia memang sakit dengan apa yang dia rasakan saat
semua mengolok-olok istrinya. Hanya karena
pendirian sebagai pengusaha kaya raya saja, harus
mendapat hinaan untuk istrinya.
"Aku mengerti, kamu baik terhadapku,
mengakui aku benar istrimu. Tapi, jika omongan dari
temanmu, adikmu, saudaramu hingga semua yang
mengenal dirimu bahwa aku bukan benar istrimu.
Aku dan kamu hanya di batas status pasangan suami -
35istri yang sah, tapi tidak bersungguh-sungguh hanya
angan yang ada. Jika memang aku dan kamu benar
istri yang benar - benar nyata. Mungkin suami yang
aku idamkan itu tidak seperti ini. Pembelaan kamu
sudah benar, tapi penilaian orang lebih benar. Apa
yang akan kamu katakan kepada yang lain kalau aku
istrimu yang benar SAH di depan saksi mata Yesus
Kristus," ungkap Linda sebenarnya menatap wajah
suaminya yang kini sudah tidak berkutik setiap kata
yang di lontarkan dari mulutnya.
Albert menunduk menatap lantai yang bersih
selalu mendapatkan kotoran dari para manusia, yang
selalu menerima goresan benda yang tajam. Apa
seperti istrinya saat mendapat olokan dari orang -
orang yang dia kenal. Hanya jawaban.
"Ya dia istriku, kenapa, ada yang salah
dengannya?”
Setiap dirinya melontarkan kepada orang -
orang, pertanyaan mereka selalu sama. Apa dirinya
benar salah memilih istri yang paras benar seperti
monster. Apa benar seperti itik buruk rupa yang tidak
di sayangi oleh orang - orang.
36Albert mengangkat kepalanya, menatap
punggung yang kurus itu dari belakang. Sosok istri
yang kuat tidak seperti dirinya yang lemah akan
godaan mulut orang - orang yang selalu mengolok-
olok istrinya sendiri.
Albert tetap menggendong tubuh Linda
memindahkan di atas ranjang tempat tidur. Linda
menyadari jika suaminya tetap akan memindahkan
posisi tidurnya. Linda merasa bahagia jika suaminya
tidak merasa kecewa atas ucapannya.
"Kamu tetap istriku, apapun itu. Jangan
pernah dengarkan omongan orang - orang. Mereka
hanya iri dengan paras wajah cantik yang ada di
dalam dirimu. Maaf, jika aku belum bisa
membahagiakan apa yang kamu mau. Tapi, suatu
saat nanti aku akan membahagiakanmu, jika selama
ini aku telah mengecewakanmu," ungkap Albert
mengatakan semua pada Linda.
Linda mendengar sangat baik meskipun kedua
matanya sudah tertutup rapat. Ada rasa hangat di
keningnya. Albert tengah mencium yang hampir
menyentuh bekas luka itu. Lalu Albert pun kembali
37berbaring tidur posisi memeluk istrinya dalam
keadaan benar nyata sebagai suami sayang istri.
38Giovani
Sejak kejadian malam hari acata Dinner
hingga suasana tegang menjadi kerukunan. Albert
dan Linda kembali melakukan aktivitas masing-
masing. Albert sudah bersiap untuk berangkat ke
kantor, tumben-tumbenan Albert mulai terbiasa
mencium pundak kepala istrinya saat akan berangkat
kerja.
Linda diam membiarkan suaminya melakukan
sesuka hati. Meskipun tidak sampai melakukan lebih
jauh. pundak kepala saja sudah bersyukur daripada
tidak di syukuri.
"Ini uang belanja, mungkin di kulkas sudah
kehabisan stok sayuran, kamu bisa pergi berbelanja
kapan saja kamu mau. Mungkin nanti malam aku
sedikit terlambat pulang, ada beberapa yang harus
aku kerjakan sebelum hari lebaran tiba." Albert
memberikan kartu debit Platinum kepadanya.
"Jika kamu merasa kesepian, kamu_ bisa
mengajak teman kamu yang namanya siapa? Wi —
wi—“
39"Windy," sambung Linda bersuara.
"Ah itu... Padahal mudah saja. Mungkin
terlalu. memikirkan | namamu." Senyum = Albert
mengacak rambut Linda tertutup selendang biru
muda tipis itu.
Linda mengantar Albert sampai di depan
pintu rumah, setelah mobil suaminya keluar dari
area rumah. Pintu pagar memang tertutup Otomatis.
Saat akan kembali masuk ke dalam, seseorang
memanggil namanya.
"LINDAI!!"
la langsung menoleh mencari suara itu,
sebuah tangan melambai ke atas_ tinggi-tinggi.
Jaraknya cukup sangat jauh, untuk perlihatan Linda
masih normal.
"Gio?" tebak Linda menyebutkan namanya.
Linda berlari kecil untuk membuka pintu
pagar itu. Sosok wanita tinggi kulit cokleat manis
menghampiri pagar besar itu.
"Apa kabar kamu?! Kok kamu ada di sini?
kemarin aku ke kampung kamu. Kata tetangga
sebelah rumah kamu sudah di jual. Orang tuamu
40sudah meninggal dan kamu sudah menikah sama
juragan kaya raya. Apa benar kamu menikah?"
Panjang lebar si cewek tinggi itu.
Namanya Giovani Hikaru) Amarta. Dia
campuran, tapi entah kenapa kulitnya cokelat
mungkin itu ciri khasnya. Giovani pernah sekelas
dengan Linda di masa sekolah menengah atas.
Linda sih tidak terlalu akrab dengannya,
karena reputasi mereka jauh berbeda. Giovani adalah
Cucu Amarta seorang Preman kaya raya. Ke mana
pun dia berkelana, selalu memamerkan benda yang
ada di tubuhnya seperti perhiasan, gelang, anting-
anting dan lain sebagainya.
Sekarang Giovani berada di ruang tengah
sambil melihat-lihat ruangan rumah dekorasi penuh
dengan barang antik yang sangat ekstrem.
Apa saja seperti hiasan patung dari Bali,
Sunda, segalanya ada. Benar, Albert mengoleksi
barang itu karena hobi. Selain itu banyak peninggalan
dari nenek buyut keluarga Albert sendiri. Linda
membawa minuman untuk temannya. Di sana
Giovani duduk manis, nyaman dan sejuk suasana
41ruangan ini.
"Ini rumah suamimu? suamimu ke mana? Kok
tak nampak?" Pertanyaan di sebut oleh Giovani.
"lya ini rumahnya, dia sedang kerja, pagi-pagi
sudah berangkat kerja mengurus beberapa pekerjaan
di kantor. Dia selalu sibuk," jawab Linda itu yang dia
tahu. Giovani mangut-mangut lalu menyeruput
minuman di cangkirnya.
"Tapi, kalau di lihat - lihat rumah suami kamu,
benar keren ya. Seumur - umur aku tidak pernah lihat
ada yang bisa mengoleksi barang antik peninggalan
zaman nenek moyang kita loh. Kamu tidak merasa
takut sendirian di rumah dengan benda seperti ini?"
Giovani memuji lalu kembali bertanya.
Linda sih sudah biasa dengan rumah ini.
Pertama kali menginjak rumah ini, memang sangat
menyeramkan karena suasana rumahnya tergolong
sangat gelap. Lampu hiasnya berwarna kuning merah.
seperti cahaya remang tanaman.
"Tidak, biasa saja. Memang karena koleksian
dari keluarganya tersebut," jawab Linda singkat.
"Begitu ya. Tapi, aku tak menyangka kamu
42sudah menikah. Memang suami kamu seperti apa
sih? Bisa menikahi dirimu dengan wajah seperti itu.
Apa suami kamu tidak merasa jijik dengan wajah
bekas luka bakarmu?" Giovani mulai menjelekkan
dirinya. Linda sih sudah biasa dengan ocehan jelek
dari mulutnya itu.
"Terima kasih atas pujianmu, Gio. Aku senang
ada yang mengatakan itu meskipun cobaan yang di
berikan oleh Tuhan selalu menerima ketabahan dan
kesabaran yang ada pada diriku," ucap Linda, Giovani
merasa kata - kata Linda seperti menyudutkan dirinya
telah salah menghinanya.
"Ahahahaha .... Aku hanya bercanda saja.
Jangan berkata seperti itu. Kamu cantik meskipun
Tuhan telah memberikan wajah yang jelek padamu.
Kamu tetap harus tegar. Maaf jika aku telah
menghinamu. Aku tidak bermaksud...."
"Tidak apa-apa, aku mengerti, situasi mana
pun aku selalu menerima. Aku tidak tersinggung,
malahan kamu sudah memberikan dorongan untukku
meskipun orang masih belum percaya dan yakin
kalau aku benar sudah menikah," potong Linda
43melanjutkan ucapannya.
Giovani seperti menarik ulasan senyum di
sudut bibirnya, dia di gurui oleh Linda. Meskipun
Giovani tidak terlalu menaati agamanya sendiri. la
telah di remehkan oleh teman sekolahnya yaitu
Linda. Seburuk apapun Linda memiliki jiwa yang suci
dan bersih.
"Baiklah, kalau begitu aku harus kembali. Tadi
aku hanya mampir saat melihat kamu di luar. Kapan -
kapan kita reuni lagi ya seperti dulu. Datanglah ke
rumahku, rasanya aku kesepian tanpa ada yang bisa
di ajak bicara seperti dirimu," ucap Giovani menatap
sayup mata Linda.
"Pasti aku akan ke rumah di lain waktu," balas
Linda dengan senyuman "Sekali lagi aku minta maaf,
aku bukan menyudut dirimu. Aku hanya merasa—“
"Tidak perlu di irikan. Kamu juga bisa seperti
yang lain. Jika kamu yakin adanya Tuhan di sisimu.
Kamu juga akan merasakan bagaimana kehidupanmu
yang sebenarnya. Aku begini hanya tuhan belum
menunjukkan sesungguh atas kesalahanku di masa
lalu." Linda memotong kembali, dirinya tahu Giovaniselalu mengatakan dia iri padanya karena kemuliaan
hatinya terhadap Yesus Kristus.
"Terima kasih, kamu benar teman yang sangat
baik. Tidak sia-sia suami menerimamu dalam keadaan
seperti ini. Aku berharap kamu selalu bahagia selalu
bersama suamimu dan keluarga kecilmu."
"Terima kasih kembali," balas Linda.
Setelah Giovani beranjak pergi meninggalkan
rumah ini, Linda hampir melupakan sesuatu, dia
harus berbelanja. Dia tidak lupa mengunci pintu
rumah. Lalu dia menggunakan Gojek untuk menuju
ke minimarket terdekat. Hanya memberi beberapa
sayuran.
Sampai_ di depan = minimarket, Linda
memberikan beberapa lembar untuk tukang gojek
itu. Linda pun masuk ke dalam tetap dalam keadaan
menutup wajahnya. Dia tidak ingin ada yang melihat
wajah menjijikkan itu.
Dia mendorong troli belanjaan. Sambil
berkeliling, meskipun minimarketnya tergolong
sedang. Tapi barangnya sangat lengkap. Tidak perlu
waktu yang lama, cukup dia puluh menit belanja stok
45sayuran di kulkas selesai. Linda menuju kasir, tiba
seseorang menyenggol dirinya. Membuat Linda
sedikit menghindar.
Linda menoleh menatap sosok pria yang
begitu mencurigakan, tentu membuat Linda waspada
bisa saja pria ini hanya modus untuk melakukan
kriminal. Linda memeriksa tasnya apa ada yang
hilang. Untung tidak ada. Karena dia sedikit takut jika
kartu yang di berikan suaminya tiba menghilang.
Maka terjadilah masalah serius.
46Pencopet
Linda baru saja selesai membayar di_kasir
dengan menggunakan kartu debit platinum milik
suaminya. Setelah itu, Linda mencoba memesan
gojek. Karena bawaannya lumayan banyak.
Setelah selesai memesan tinggal menunggu,
sepeda motor bercorak hijau telah datang. Linda pun
mulai membawa belanjanya menenteng ke tempat
sih tukang gojek tersebut.
Baru beberapa langkah saja, tiba seseorang
dari arah samping menyambar tas gantung miliknya.
Terperanjat kaget ia dengan cepat berlari mengejar si
pencopet itu.
"Copet! Copet! Berhenti!" Linda terus berlari
hingga selendang miliknya terlepas.
Di sekitar penduduk yang nongkrong malah
duduk diam tidak mencoba untuk mengejar si
pencopet itu. Linda terus berlari, berhasil menangkap
tali tasnya. Namun bukan dilepas malah di seret sama
si pencopet.
Jadinya Linda ikut terseret, kedua kakinya
47merasakan perih yang amat dalam, tidak kuasa
menahan pada akhirnya’ Linda =melepaskan
genggaman tali tas miliknya. Dan si pencopetnya pun
pergi menggunakan sepeda motor bersama
kawanannya.
Linda menangis tersedu-sedu merasakan
betapa sakitnya di kedua kakinya yang terus mengalir
darah segar. Orang - orang setempat malah
menonton secara gratis.
RK
Di dalam rumah Linda tertatih, belum lagi
sikunya, di bersihkan perlahan dengan sendiri. Air
mata terus mengalir di kedua pipinya. Teringat
bagaikan kejadian di jalan, orang - orang malah tidak
memedulikannya. Begitu teganya mereka
membiarkan ia dalam keadaan korban pencopetan.
Sudah terobati, ia memasukkan sayuran di
kulkas. Dari pantulan kaca kulkas tersebut, Linda bisa
melihat wajahnya begitu mengerikan. Pantas semua
orang tidak berani menolong karena wajahnya.
Wajah luka bakar, kenapa selalu ada setiap kejadian
harus menimpa dirinya.
48"Ibu, ampun ibu.... Ampun!! Linda tidak akan
ulangi lagi?! Ampun!!!"
"Dasar anak tidak tahu diri, beraninya kamu
ambil uang ibu! Rasakan ini?"
“Ampun ... hiks ... aampuun...."
Tap!
Satu tepukan dari seseorang menyadarkan
Linda dari lamunannya. Linda menoleh, suaminya
sudah pulang lebih awal. Albert mendelik matanya
wajah istrinya semakin memerah dan basah karena
air matanya. Linda tersadar, lalu mundur beberapa
langkah. Albert makin di kejutkan luka di tubuhnya.
"Kenapa ini?!" Albert bertanya.
Linda menghempaskan tangan Albert secara
kasar. "Jangan sentuh! jangan, jangan sentuh!
Jangan, aku tidak akan ulangi lagi?! jangan.... aku
tidak akan ulangi lagi... hiks...". Linda tiba-tiba
mengigau membuat Albert semakin bingung.
Linda surut di terduduk memeluk kedua
lututnya. Albert mencoba mendekat.
"JANGAN SENTUH, JANGAN, JANGAN, AMPUN
.." Linda terus mengigau.
49Alkira sang adik kembarnya datang. Di mana
Albert mencoba menenangkan istrinya. Linda terus
mengigau buat Albert terus memeluk semakin erat.
"Ada apa dengannya?" Alkira bertanya
"Aku juga tidak tahu. Cepat telepon dokter
Zian."
Alkira segera menelepon Zian dokter ahli
spesialis. Biasanya menangani keluarga Robertson.
"Sebentar lagi dia akan datang." Lapor Alkira.
Linda terus meronta, hingga akhirnya dia lelah
sendiri. Albert masih bingung dengan luka pada lutut
dan sikunya. Albert masih bertanya apakah Linda
memiliki trauma atau hal lain. la menggendong
istrinya ke kamar. Zian pun datang langsung
menanganinya. Alkira di depan pintu memperhatikan
Linda. Setitik ulasan di bibirnya tercetak.
Suara ketukan pintu dari depan. Albert
membukanya seorang warga setempat datang ke
rumah. Albert makin bingung jadinya. "Maaf, pak. Ini
rumah neng Linda?" tanya warga seorang bapak
sekitar usia lima puluh tahunan.
"lya, ada perlu apa?" tanya Albert.
50"Begini, Pak. Tadi di persimpangan tiga, si
eneng Linda belanja. Terus terjadi perampokan. Terus
tas yang di ambil si perampok itu terlepas. Kasihan si
eneng nya tak ada yang bantui, ini dompetnya. Di cek
saja dulu takut ada yang hilang," jawab bapak tua itu.
Albert mengeceknya semua masih lengkap, ia
mulai mengerti jadi luka itu dari pengejaran rampok.
"Semua lengkap, makasih ya!"
Albert kembali masuk ke dalam di sana Zian
sedang berbincang dengan Alkira.
"Dari siapa, bang?" tanya Alkira sok perhatian.
"Dari warga," jawab Albert, "bagaimana
keadaannya?" Albert bertanya pada Zian
"Seperti hasil pemeriksaan. Dia mengalami
trauma di masa lalu. Luka di wajahnya seperti
seseorang menyiramnya atau mencelakainya. Hingga
mengandung sedikit trauma," jelas Zian.
51Mimpi Buruk
Suhu tubuh Linda semakin panas, Albert dari
tadi menyeka keringat yang terus mengalir di
keningnya. Bibir Linda kelu menahan rasa nyeri di
tubuhnya serta wajah yang masih belum kering.
Di dalam mimpi, Linda berada disuatu
tempat, tempat yang tidak pernah dirinya berpijak.
Rasa suara bisikkan membuatnya semakin yakin,
orang yang selalu menyiksanya.
Plas!
Plas!
Plas!
“Ampun ... bu... Linda tidak akan ulangi lagi ...
hiks hiks ... sakit bu! Ampun!" suara tangisan berderu
- raungan tanpa ampun.
Tali tambang terus mengayun di tubuh Linda
yang telah bergaris merah penuh darah yang keluar
di sana.
“Dasar anak tidak tahu di untung! Percuma
ibu besarkan kamu, kenapa kamu mengambil uang,
ibu! Rasakan ini, berani mencuri!!"
52