You are on page 1of 173
Lsaywong UGLY WIFE Penerbit Ay Publisher Prolog "Aku menikahimu, dengan sebuah cincin yang melingkar di jari manismu. Dengan ini, aku dan kamu telah menjadi sebuah sepasang suami istri yang SAH," ucap Albert Ketika janji yang di ucap oleh Albert, itu hanya sebatas status pernikahan angan - angan yang kelabu. Setelah semua pernikahan telah selesai, hidup menjadi istri tidak ada keindahan untuk Linda. Linda ayu Purnamasari, seorang perempuan yang paras buruk rupa,dengan luka bakar di wajah tak akan pernah hilang lagi untuk selamanya. Meskipun telah menikah dengan pengusaha kaya raya sekalipun Linda tidak pernah di sentuh oleh suaminya yaitu Albert Afando Robertson. Suami yang bersedia menikahi Linda, sebuah perjodohan semata dari orang tua yang hanya harta kekayaan yang melimpah. KK "Ini istrimu?" tanya seseorang mungkin pria ini adalah teman bisnis suaminya. Albert memang sangat baik pada Linda, dia selalu mengakui kalau Linda adalah istrinya. "Iya, dia istriku. Ada yang salah dengan istriku?" jawabnya lalu Albert bertanya kembali. Linda menutup wajah buruknya menggunakan penutup kepala. "Gila, kamu ini buta, apa nggak sih? Istrimu ini jelek banget, kamu nggak merasa jijik dengan wajah yang penuh luka bakar itu?" jawab temannya terus terang dan suaranya sedikit keras agar Linda mendengar secara langsung. Linda berdiri dari duduknya, lalu pergi menuju dapur untuk menghindari dari hinaan mereka. "Tidak, untuk apa jijik. Aku tidak menyentuh dirinya selama menikah dengannya." Itu jawaban Albert pada temannya RE "Kamu kenapa, Lin? wajahmu? siapa yang tega perlakukan dirimu seperti ini?" tanya Windy sahabat baik Linda. Linda hanya sesenggukan dalam tangisan. Seluruh tubuhnya memar seperti mendapat semua siksaan dari seseorang. "Katakan padaku, Lin. Siapa yang lakukan ini semua?!" Linda tidak kuat untuk menjawab karena lidahnya kelu sulit mengeluarkan semua rasa guncangan yang hebat. Perjodohan Linda Ayu purnamasari, seorang wanita 24 tahun, dari keluarga sederhana yaitu Santi Fitri Purnamasari dan Zainal Ahmad Syarifuddin. Keluarga sederhana tapi bosan dengan kehidupan kemiskinan mereka berdua, Linda dijodohkan oleh seorang pengusaha kaya raya yaitu Albert Afando Robertson, seorang Pria berumur 36 tahun. Selain itu Albert pun tidak keberatan menikahi Linda. Linda sebenarnya malu harus menikah dengan pria yang begitu tampan dan awet muda. Meskipun usia mereka terlihat sangat jauh 12 tahun. Santi dan Zainal terus mendesak putrinya untuk menerima perjodohan ini. Albert bersedia menerima lamaran dari kedua orang tua Linda, tentunya dengan syarat Santi dan Zainal tidak mengikut campur urusan_ keluarga mereka berdua yaitu Albert dan Linda. "Baik, saya bersedia menikahi putri anda, dengan satu syarat. Jangan ikut campur urusan kepribadian rumah tangga saya dan juga istri saya, untuk imbalan kalian, tentu saya akan berikan semua apa yang kalian mau. Ingat, tidak mengikut campur urusan keluargaku. Jika kalian tidak mau apa yang kalian ingin di tarik olehku. Kalian mengerti?!" Tukas Albert memberitahukan sepakatan pada Santi dan Zainal. "Pasti, kami mengerti, tentu kami tidak akan ikut campur urusan tuan dan juga istri anda," jawab Santi sedikit cengegesan menuruti syarat dari Albert. Linda di dalam kamar, menunggu kabar baik dari orang tuanya. Linda menatap salip di dinding, Yesus. Ya Tuhan, apa ini sudah benar jalanku menerima perjodohan ini. Ibu dan Ayah, mendesak diriku untuk menikah. Apa pantas diriku menikahi seorang pria tampan yang sangat kaya raya. Berikan petunjukMu tuhan. Aku selalu menyertaimu. "Linda!!! Ayo keluar?!" teriak Santi menyuruh Linda segera keluar menemui calon suaminya. Albert duduk sedang mengobrol dengan seseorang di sana. Mungkin seorang pendeta. Albert menoleh melihat wajah yang sangat jelek dan sangat buruk sekali. Tidak untuk Albert merasa jijik. Linda menunduk tidak berani memperlihatkan wajahnya yang dari tadi di tutup oleh selendang. "Angkat kepalamu," bisik Santi memerintahkan Linda mengangkat kepalanya. Linda mengangkat kepalanya menatap wajah tampan yang berjanggut tipis di rahangnya, alis yang tebal, hidung mancung, mata yang sangat tajam senyuman nya membuat Linda tercegah diam. Linda tersadar langsung, saat Santi menariknya untuk duduk di sebelahnya. Semua berjalan cukup lama perbincangan orang tua dan perbincangan dengan pendeta saat akan menyelenggarakan janji suci di altar. Pernikahan begitu singkat dan sederhana tanpa ada undangan meriah. Albert mengambil semua cincin di kota kecil. Pakaian sederhana yang bukan pakaian pengantin. Wajah buruk rupa — terbuka lebar memperlihatkan oleh keluarganya sahabat dekatnya. Di sinilah, janji suci di ucap oleh Albert sendiri. "Aku menikahimu, dengan sebuah cincin yang melingkar di jari manismu. Dengan ini, aku dan kamu telah menjadi sebuah sepasang suami istri yang SAH," ucap Albert. Tanpa ada tepuk tangan, Linda diam menatap sebuah cincin telah melingkar di jari manisnya yang begitu berkilau. Perpisahan dengan orang tua nya tidak di berikan sambutan hangat dalam tangisan. Hanya sebuah senyuman merekah di wajah mereka tersebut. Windy menangis dan memberikan secarik kertas kepadanya. Linda meliriknya, senyuman di paksa namun merasakan oleh Linda, bahwa Windy tidak kuasa menahan untuk berpisah. Albert menunggu di dalam mobil, Linda menyusul masuk. Mobil berjalan meninggalkan kenangan pahit di sana dan kembali dengan kehidupan baru bersama suaminya sekarang. RK Setahun kemudian.... Linda sehari - hari bekerja di rumah suaminya yang lumayan besar, Albert setiap hari pulang malam dalam keadaan mabuk berat. Entah apa yang membuat Albert selalu begitu. Linda selalu membantu Albert menggantikan pakaiannya yang tercampur bau alkohol. Selama menikah Linda tidak pernah sedikit pun di sentuh oleh suaminya sendiri. Tapi, Albert selalu mengakui kepada semua orang kalau dirinya adalah istrinya. sering sekali pertanyaan dari teman - temannya tidak percaya kalau Linda adalah istrinya. Albert tidak pernah tersinggung atas ucapan teman - temannya yang sering datang ke rumah. "Ini benar istrimu, Bert?" tanya temannya ujung jarinya menunjukkan arah Linda yang duduk di sebelah Albert. "lya dia istriku, kenapa? ada yang salah dengannya?" jawab Albert santai lalu bertanya kembali pada temannya. Temannya malah ke tawa terbahak, dia sendiri tidak yakin kalau Linda benar istrinya Albert. Linda sendiri sudah tahu kalau mereka tidak akan percaya kalau dirinya benar istri Albert, mungkin karena wajahnya yang penuh dengan luka bakar. "Aku nggak yakin kalau dia ini istrimu. Aku kira dia pembantu di sini!" kata temannya tanpa dosa. Albert diam tidak menggubris kata-kata temannya. Linda merasa tidak nyaman jika harus di olok - olok oleh temannya ini. Linda lebih memilih untuk menghindar yaitu dirinya ke dapur mengerjakan pekerjaannya di rumah. Temannya melirik arah Linda telah jauh dari tempat nongkrongnya. Kemudian menanyakan kembali lagi pada Albert. "Apa benar dia itu istrimu? Jelek begitu dijadikan istri, kayak nggak punya wanita lain saja! Kenapa harus dia sih? Aku pikir dia itu pembantu dari mana kamu mempekerjakannya," cecar teman Albert, Albert malah tidak menggubris perkataan temannya yang benar mulut ember. "lya benar dia istriku, tapi aku tidak pernah menyentuhnya,” balas Albert tenang dan santai. 10 "Jangan sampai ... Jijik aku lihat luka bakar di wajahnya itu," cicit temannya merinding geli. Linda mendengar semua celoteh temannya, pasti dong semua jijik melihat wajah Linda yang begitu. mengerikan. Jika bisa di bilang tidak berbentuk. Meskipun lukanya tidak separah dulu. Linda juga tidak ingin memiliki wajah seperti ini kalau bukan kecelakaan menimpa dirinya lima tahun yang lalu. "Jangan masukkan ke hati, mereka memang begitu. Ucapan mereka tidak pernah di didik," tiba seseorang bersuara. Itu suara dari Albert yang sudah berdiri di depan pintu dapur. Linda = meliriknya’ =sebentar kemudian mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Linda bersyukur kalau suaminya begitu baik padanya meskipun dirinya jijik untuk disentuh. RR Albert masuk ke diskotek, di sana para pria berkumpul. Serta di kelilingi oleh beberapa wanita cantik dan seksi. "Woi, Bert! Sini?!" teriak Nisan. Albert 1 mendekati Nisan yang di kelilingi oleh tiga wanita di sana. "Makin bahagia saja dirimu, San!" seru Albert menuangkan minuman beralkohol di gelas kosong. "Macam kamu tidak tahu saja. Mereka yang mendekatiku. Kalau bukan barangku bagus untuk di mainkan," balas Nisan memainkan salah satu payudara wanita di dekatnya. "Kapan kamu bisa berubah?? Kalau kamu hanya main wanita terus?!" kata Albert sok bijak. "Nggak usah mengguruiku, bangsat!!! Kamu juga bakal sama kayak aku. Barangmu sepertinya masih perawan, mau aku kenalkan wanita cantik. Aku jamin kamu pasti ke tagihan dengannya?!" Seru Nisan menawarkan satu wanita yang bekerja di tempat ini. Albert tidak menjawab, ia lebih memilih untuk minum bukan untuk memainkan tubuh seseorang. 12 Sang Bidadari Albert telah mabuk berat, entah bagaimana dirinya suka minum beralkohol saat berada di diskotek. Albert tidak dapat berdiri dari tempatnya, tiba seorang datang mendekatinya, Albert mencoba membuka kedua matanya melihat wajah seorang wanita yang sangat cantik. Wanita itu sangat mirip dengan wajah istrinya. Albert terbayang jika wajah Linda secantik wanita di depannya. "Kamu tidak apa - apa?" tanya wanita yang tengah menanyakan keadaan Albert. "Linda..." sebut Albert, menyebut nama Linda, istrinya. "Maaf nama saya Rinda bukan Linda?" wanita itu terkejut kalau Albert tiba menyebutkan nama istrinya. Ternyata wanita yang bekerja di diskotek itu juga bernama_ Rinda. Namun paras wajahnya memang lebih cantik dari istrinya. Rinda membantu Albert untuk masuk ke dalam penginapan, kata Nisan ada yang meminta untuk di temani. Mungkin yang di 13 maksud adalah Albert. Albert tertatih - tatih berjalan di rangkul oleh Rinda. Di tempat diskotek memang tersedia tempat penginapan. Wanita itu menghempaskan tubuh pria itu di atas ranjang ukuran medium. "Berat sekali sin?! tapi, dari lihat wajahnya dia tampan juga," ucap wanita itu mulai mendekati tubuhnya dengan cara menindih tubuh Albert. Albert menggerak tubuhnya sedikit karena ada yang aneh di dadanya sesuatu tengah menekan bagiannya. Albert membuka mata, wajahnya tidak begitu. jelas, buram. Rinda senyum = malah menggesek-gesek kejantanannya yang memang telah menegang dari pelindung celananya. "Apa yang kamu lakukan?" terdengar suara serak basah dari mulut Albert. "Kamu tampan, tuan," ucap_— Rinda menggodanya. "Kenapa kamu ada di sini? benarkah kamu Linda?" racau Albert membuat Rinda_ bingung, kenapa terus menyebutkan nama Linda. "Siapa Linda, tuan?" Rinda penasaran dengan 14 nama Linda. "Linda, istriku. Istri yang jelek tidak pernah ada. Dia baik hati, tapi, aku salah menikahinya tanpa cinta. Apa kamu menyesal. Aku menikahimu karena sebuah imbalan. Aku tidak cinta kamu, tapi, kenapa aku harus di pertemukan olehmu," jawab Albert menatap langit kamar berwarna Jingga. Rinda menatap paras wajah sayup milik pria itu. "Kenapa tuan bisa menikahinya kalau tidak mencintainya?" tanya Rinda mencoba mengorek informasi. "Karena orang tuanya menjual kepadaku sebagai harta kekayaan yang mereka inginkan," jawab Albert "Apa istri anda tahu hal ini??" tanyanya kali ini dia tidak menindih tubuhnya lagi. Sepertinya Rinda berubah pikiran, dia seperti mengerti situasi pria ini. Rinda sering melihat Albert datang ke tempat ini seorang diri. "Tidak, dia tidak tahu kalau orang tuanya menjual kepadaku. Apakah aku sejahat itu?" Albert lirik wajah cantik dimilikinya. Rinda membalas 15 menatapnya. "Tidak, kamu tidak jahat. Kamu melakukan sangat benar. Kamu telah menyelamatkan dirinya dari kadang buaya yaitu orang tuanya," jawab Rinda Albert menutup matanya dengan punggung lengannya. Sepertinya Albert menangis, menangis atas kesedihannya. Rinda turun dari ranjang lalu membuat sesuatu untuk Albert. Albert bangun menjadi posisi terduduk menatap punggung rapuh itu di sana. Rinda membawa secangkir teh untuk Albert. Albert menerima lalu meminumnya sedikit demi sedikit. Kesadarannya kembali, tidak ada rasa sakit di kepala saat meminum alkohol itu. "Siapa namamu?" tanya Albert lirik. "Rinda Maulana Jia," jawabnya. "Rinda dan Linda, namanya tidak jauh beda," ucap Albert. "Ya benar, lalu tuan sudah pernah menyentuh istrimu? Maaf jika aku lancang menanyakan hal ini.” tanya Rinda hanya ingin tahu. Nisan mengatakan kalau Albert masih perjaka 16 belum pernah di sentuh oleh siapa pun termasuk istrinya. KK Dalam perjalanan menuju ke rumahnya, Albert masih mengingat pertanyaan Rinda. "Apa karena tuan tidak mencintai istri anda sehingga anda tidak pernah melakukan hubungan suami - istri selama setahun? apa tuan merasa jijik dengan istri anda yang parasnya jelek. Seberapa jelek itu adalah istri anda, tuan," ucap Rinda. Ketika sampai di rumahnya Albert dapat melihat istrinya yaitu Linda tengah tertidur di ruang tengah sambil menunggu dirinya pulang dari klub. Albert menutup pintu perlahan. Dengan langkah kaki tanpa suara, mendekati istrinya yang buruk rupa itu. Linda selalu memakai selendang menutupi wajahnya agar tidak ada yang melihat bekas luka itu. la mencoba untuk menyentuh bekas luka bakarnya. Belum sempat di sentuh, Linda membuka kedua matanya. Albert tidak berkutik saat kedua mata mereka bertemu. Linda langsung bangun menjadi __posisi 17 terduduk. Albert mendongak kepalanya, lalu melihat paras wajah cantik istrinya. "Kamu sudah pulang, apa kamu ingin minum? Biar aku ambilkan seben—“ Albert menahannya. Linda menatapnya, di tarik kembali tangan yang di genggam oleh suaminya sendiri. Albert bisa merasakan kalau istrinya tidak ingin di sentuh, begitu bersalahkah dia terhadapnya. "Aku ke kamar dulu." Dia berdiri lalu pergi meninggalkan suaminya yang masih berjongkok menatap punggung yang begitu kurus dan letih itu. Linda masuk ke kamar segera ia menuju tempat sofa di mana ia tidur selama berpisah ranjang dengan suaminya. Rasa kantuk telah menyerangnya, Linda menutup kedua matanya. Albert di menyusul masuk kamar tersebut dan melihat sosok wanita yang tengah tidur lelap di atas badan sofa. Albert segera mengangkat tubuh Linda memindahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur yang ukuran besar itu. Selendang yang biasa menutup kepalanya terlepas. Albert bisa lihat begitu 18 jelas wajah istrinya secara dekat. Luka bakar di wajah sebelah kirinya tidak terlalu terlihat, hanya bekas merah yang masih belum kering. 19 Dinner Cit... yit... Cit... yit... Srak ... Srak ... Srak ... Suara kicauan burung di temani suara seseorang menyapu halaman rumah. Linda membuka kedua mata, sinar matahari sudah meninggi telah memasuki cahaya di lubang dinding kamarnya. Linda bangun kemudian bingung, perasaan semalam dirinya tidur di sofa kenapa bisa ada di atas ranjang tempat tidur. Tidak mungkin dirinya berjalan dalam keadaan tertidur. Klek! Suara pintu terbuka dari arah kamar mandi, Linda langsung menoleh, Albert keluar dalam keadaan telanjang dada di perlihatkan tubuh atletisnya. Hanya di baluti oleh handuk melekat di pinggangnya. Linda sontak memerah dengan apa yang ia lihat, tapi tetap dirinya tidak terbawa suasana. Segera ia turun dari ranjang mengambil selendang tipis warna Jingga muda, lalu di Pakaikan untuk menutup 20 wajahnya. Albert sendiri yang masih berdiri di depan pintu melihat sikap istrinya yang biasa saja tidak merasa kaget saat dirinya hanya memakai handuk di pinggangnya. Tentu Albert ulasan tipis ke tarik dari ujung bibirnya panjang. Albert mengerti, Linda mencoba menghindar darinya. Linda bersiap merapikan tempat tidurnya. Tubuh Linda terdiam kaku, bagaimana tidak kaku kalau Albert tengah memeluk tubuhnya dari belakang. Pelukan itu tidak pernah ada, tidak pernah di rasakan oleh Linda sebelumnya. Selama setahun menikah Albert memang tidak pernah menyentuh sedikit pun tubuh Linda. Bukan karena merasa jijik atau apa. Karena tidak pernah mencintai istrinya sendiri. Semua itu berawal dari imbalan orang tuanya menjual putrinya untuk kekayaan yang mereka mau. Linda mencoba memegang tangan_ kekar suaminya, Albert tentu merasa senang kalau istrinya akan membalas tangan yang dirinya melingkar di tubuhnya. Bukan itu yang Linda mau sekarang. Masih 21 banyak orang - orang belum yakin kalau dirinya memang benar istri Albert sesungguhnya. Karena keadaan tidak pernah mendukung dirinya. Linda juga tidak bisa berbuat apa - apa. Linda menarik kedua tangan kekar yang memeluknya erat di buka secara perlahan kemudian terlepas sempurna dari tubuhnya menjijikkan itu. Albert sendiri juga bingung, kenapa istrinya menolak untuk di peluk. Apa yang salah dengan dirinya sendiri. Albert sendiri mencoba untuk sebaik mungkin agar dirinya menerima apa adanya. Memang selama ini Albert bersalah, tidak pernah menyentuh dirinya. Tapi salahkah jika suami berusaha meyakinkan istri agar dirinya percaya kalau suami benar memedulikannya. "Jangan sentuh saya yang tidak pantas di sentuh. Tubuh saya menjijikkan jika kamu menyentuhnya," ucap Linda menunduk lalu pergi dari hadapan Albert dalam posisi terpaku diam. Albert sendiri terdiam saat mendengar ucapan dari istrinya sendiri. Jangan sentuh saya yang tidak pantas di sentuh. Tubuh saya menjijikkan jika 22 kamu menyentuhnya. Albert menoleh cepat melihat istrinya telah menghilang dari kamarnya. Linda sekarang berada di belakang rumah untuk menjemur pakaian yang sudah di cuci bersih menggunakan mesin penyucian. Linda bersenandung riang dengan suara biasa saja. Setiap pagi hari Linda suka menyanyikan lagu Betawi, meskipun bukan orang Betawi. Tapi, Linda benar menyukainya. Untuk menenangkan rasa pikiran yang selalu menghantui dan mengguncangkan tubuhnya jika mengingat masa lalunya sendiri. Jika saja lima tahun itu tidak ada kejadian kecelakaan mungkin Linda tentu sudah dikaruniai seorang anak yang cantik dan tampan, apalagi hidup damai bukan hidup menuntut kesalahan. Albert masih berdiri menatap punggung istrinya sedari tadi menjemur pakaian di tempat jemuran itu. Baru kali ini Albert mendengar suara yang begitu merdu dari mulut istrinya sendiri. Albert ingin tahu yang sebenarnya maksud dari ucapan istrinya beberapa menit yang lalu itu. Sebab, Albert memang tidak terlalu peduli keadaan 23 yang selalu di ingat adalah perkataan Rinda yang ia temui semalam di diskotek. Sejijik apapun itu, kamu tetap harus menyentuhnya, karena dia adalah istrimu. Suami harus menerima semua penderitaan dari istri, Seberapa pun penderitaan, masa lalu harus menerimanya dengan lapang dada. Aku percaya tuan bisa mengatasinya sendiri dengan cara apapun itu. Walaupun kita baru saja di pertemukan sekali, dari cara tuan menceritakan itu semua. Jangan pernah menyalahkan istri anda. Karena anda_ telah membuatnya menderita seperti itu. Walaupun begitu, Albert tentu ingin tahu sebenarnya di masa lalu istrinya. Masa lalu yang telah menimpa luka bakar itu. Tapi dengan cara apa supaya Linda menuruti perkataannya. Linda baru saja selesai menjemur pakaian, waktunya dia kembali melakukan pekerjaan lain lagi, saat akan melangkah kaki, di depan pintu sosok tinggi tengah menatapnya lurus tanpa berkedip. Albert melanjutkan langkah kakinya mendekati istrinya berdiri terdiam. 24 "Nanti malam pakailah baju yang cantik. Aku ingin mengajakmu makan malam berdua." Albert mencoba mengajak Linda untuk makan bersama nanti malam. Tentu. Linda’ menginginkan itu selama setahun, Albert menunggu jawaban dari istrinya. "Tapi ...." Akhirnya Linda bersuara, namun nadanya tidak bersemangat. "Tidak perlu di pikirkan masalah desas - desus dari orang luar. Makan malam untuk perayaan ulang tahun pernikahan yang pertama. Maaf, kalau sebelumnya tidak memberikan rasa spesial padamu. Tapi, kali ini aku akan melakukan untukmu. Aku menunggu dirimu jam delapan malam di depan rumah," potong Albert lalu pergi dari hadapannya. Linda mengangkat kepala menatap lurus punggung yang lebar, kokoh tak pernah hancur masih tetap seperti dulu. Meskipun jarak sebatas suami - istri hanya angan semata. RE Malam tibanya, Albert tengah menunggu istrinya keluar dari rumahnya. Lima menit kemudian, 25 Linda keluar menggunakan Dress warna hitam selutut tanpa lengan, disertai rambut hitam kecokelatan di ikat sembarang menjadi lebih cantik. Sedikit polesan di wajahnya meskipun luka bakar di sebelah wajah sedikit mengganggu. Albert percaya benar istrinya sangat cantik dengan wajah terbuka meskipun luka bakar di wajahnya bisa meyakinkan ia tidak sia-sia menikahi seorang wanita buruk rupa. Linda merasa sangat malu, jika dalam posisi seperti ini. Baru pertama kali dirinya memperlihatkan wajah tanpa menutup kain selendang. Albert tentu tidak berkutik sama sekali. Diangkat dagu istrinya untuk perlihatkan wajahnya. "Kamu cantik, seperti itik buruk rupa. Tunggu saja kamu akan menjadi wanita cantik sedunia," ucap Albert berhasil memikat hati Linda. Selama perjalanan menuju restoran, Linda meremas kedua tangannya merasa sangat cemas dan juga takut, dirinya cemas karena siap mendengar desas - desus dari para pengunjung di restoran, kemudian kedua dirinya takut jika suaminya akan 26 meninggalkan istrinya sendirian di restoran tersebut. Sampai di restoran makanan Italia, Albert membuka pintu untuk Linda keluar dari duduknya. Linda tidak keluar juga karena dirinya sangat tegang sekali. Sebuah uluran tangan di depannya, Linda menoleh lirik suaminya senyum dengan sabar menunggu sambutan tangan dari istrinya. Tangan Linda gugup, gemetar dan keringat dingin. Linda membalas sambutan ulur tangan dari suaminya, Albert menggenggamnya langsung membawa Linda keluar dari dalam mobil. tepat di mana Linda berdiri di samping suaminya. Albert melepaskan genggamnya kemudian berpindah melingkar pinggang ramping istrinya. Mereka berdua masuk ke dalam restoran makanan Italia, seorang penyambut mereka berdua dengan menunduk kepala. Linda tidak berani mengangkat kepalanya, dengan sisa rambutnya menutupi wajah agar tidak ada yang melihat paras wajah pada luka tersebut. "Angkat kepalamu," bisik Albert mendekatkan telinganya. 27 Linda mengangkat kepala melihat sekitar tempat itu sangat begitu indah, indah di malam hari. Linda tidak pernah sekalipun mendapat suasana yang begitu indah. Albert melepaskan tangan yang melingkar di pinggang ramping. Albert = menarik kursi mempersilakan Linda duduk di sana, Linda menuruti. "Bagaimana?" Albert bersuara meminta pendapat dari istrinya. Albert sengaja membawa Linda ke sini karena tempat ini jarang ada yang kunjungi. "Ini sangat bagus, dan indah. Terima kasih," ucap Linda merasa terharu yang ia rasakan saat ini. "Happy aniversary, istriku." Albert mengucapkan hari ulang tahun pertama kali dari mulutnya, meskipun sangat canggung mengucapkannya tapi dirinya harus melakukannya. Tak lama kemudian, makanan Italia sesuai dengan restoran tersebut datang menghidangkan di atas meja berukuran segi empat walaupun sederhana suasana sudah termasuk romantis bagi Linda. 28 "Albert!!!" Terdengar suara seseorang memanggil Albert di saat dirinya tengah menyuapi istrinya yang pertama kali, saat menoleh mencari suara yang memanggil namanya. Membuat dirinya terdiam kaku dan membulatkan kedua matanya. 29 Alkira "Albert!!!" Terdengar suara seseorang memanggil Albert di saat dirinya tengah menyuapi istrinya yang pertama kali, saat menoleh mencari suara yang memanggil namanya. Membuat dirinya terdiam kaku dan membulatkan kedua matanya. Linda juga menoleh_ seseorang _ berlari menghampiri meja makan mereka berdua. Seorang pria parasnya yang sangat tampan, tampan melebihi suaminya. "Kamu?" Albert menggumam. Linda tidak mengenal siapa pria yang ada di dekat Albert, paras mereka tidak jauh berbeda. Apakah mereka kembar, tidak mungkin menurut Linda sendiri. Jika memang Albert mempunyai kembar tentu di hari pernikahan mereka, dia pasti datang. "Wah ... kamu makan malam tidak pernah mengajakku. Selalu berduaan dengan ..., siapa dia?" Pria itu berbicara dengan Albert seolah mereka sudah 30 sangat akrab, saat pria itu melirik Linda, ekspresinya berubah seketika. Linda langsung menutup bekas luka di wajahnya dengan rambutnya yang tidak terikat kuat. "Dia istriku, kenapa? Ada yang salah dengannya? Apa yang membuatmu datang ke acara ulang tahun pernikahanku2" Pertanyaan terus bertubi-tubi dari Albert kepada pria di sampingnya. "Wow... Wow ... Tenang, Brother. Aku ke sini hanya kebetulan. Aku sedang reuni bersama teman bisnisku. Saat aku keluar untuk ke kamar kecil tidak sengaja melihat dirimu tengah bermesraan dengan . apa istrimu? Aku rasa dia bukan istrimu? Bukankah istrimu itu yang begitu cantik dan Seksi. Aku rasa matamu sedikit rusak. Menjadikan dirinya istrimu. Apa kata dunia nanti jika pengusaha Robertson telah menikah dengan wanita yang buruk rupa?!" Pria itu sepertinya telah mengacaukan suasana keharmonisan rumah tangganya. "Ah ... mungkin aku telah membuat suasana begitu menegangkan, aku hanya bercanda. Ekhem! perkenalkan namaku Alkira Afando Robertson, adik 31 kembar dari Albert Afando Robertson." Ulurkan tangan ke depan Linda, Linda tentu akan menyambut tangan dari pria yang bernama Alkira itu. Sebelum menyambut tiba saja Alkira menarik tangannya kembali. Tentu dia tidak akan mendapat sentuhan dari tangan si buruk rupa. Albert bisa melihat apa yang di lakukan oleh adik sialan itu. la paling benci suasana yang sudah ia rencana selalu di gagalkan oleh adiknya. Kenapa dia tidak ingin mengajak adik kembarnya untuk datang ke acara pernikahan yang sederhana itu. Sudah jelas bagaimana situasi sekarang telah menghancurkan acara ulang tahun pernikahannya. Alkira. tidak akan pernah memberikan kebahagiaan seseorang yang telah melewatinya lebih dulu. Meskipun Alkira lebih dulu di lahirkan dari rahim ibunya jauh beda lima menit dari Albert. Tentu Alkira tidak mempercayai mitos leluhurnya kalau Albert yang menjadi saudara tertua. "Sudahkah basa-basinya? Kamu bisa kembali ke tempat reunianmu. Jangan pernah mengusik kehidupanku. Pergi sana!" Albert kembali bersuara 32 lalu mencoba mengusir adik kembarnya. Linda memperhatikan sikap mereka berdua sangatlah jauh beda. Meskipun mereka di lahirkan bersama. Albert memiliki sifat yang lembut dan baik hati, tidak mudah tergoyang dengan omongan orang- orang yang selalu§ mengolok dirinya sendiri. Sedangkan Alkira memiliki sifat yang keras, selalu menjelekkan keburukan orang lain. — Selalu merendahkan diri orang di sekitar termasuk Albert, abang tertuanya. Dari tatapan Alkira terhadapnya bisa Linda rasakan kalau Alkira sangatlah berbahaya. Bisa saja menghancurkan rumah tangga kelak nantinya. "Oke-oke, aku pergi. Aku juga tidak sudi berada di sini yang kotor dan menjijikkan mungkin kamu sudah di pelet oleh istrimu sendiri," ucapnya terakhir kalinya. Alkira pergi kembali ke tempat reuni, Albert mulai melanjutkan makan malam walaupun suasananya sudah berbeda dari beberapa menit yang lalu. Jika tidak ada pengganggu yang datang secara tiba - tiba. Mungkin keharmonisan mereka berdua 33 sudah bahagia. eR Di dalam mobil, tetap sama Linda dan Albert terdiam. Entah apa yang mereka diamkan. Hingga berada di rumah pun Linda langsung memilih masuk ke kamarnya. Albert sendiri merasa bersalah jikalau Alkira tidak muncul di hadapannya. Albert masuk menyusul kamar miliknya. Tidak mungkin kamar mereka terpisah terkecuali Albert menyibukkan diri di kamar kerjanya. Pada saat masuk, Linda sudah posisi miring tidur di atas sofa. Albert menghela napas panjang sikap istrinya masih seperti dulu. Apa begitu jijiknya sehingga dia tidak ingin tidur di ranjang berdua bersama suaminya sendiri. Albert mencoba menggendong tubuhnya, namun Linda membuka kedua matanya. Dirinya masih terjaga dalam tidur. Dia spontan mendorong tubuh suaminya menjauh darinya. Linda posisi terduduk menatap suaminya jarak beberapa meter saja. Tatapan mereka bertemu. Linda seperti mendapat sebuah kebencian, kebencian 34 yang perih di dalam dirinya. Albert tentu tidak mau mengiakan kesempatan untuk tidak menjauh dari istrinya, walaupun masih kekosongan pada benaknya. "Maafkan atas sikap adikku tadi. Dia tidak bermaksud untuk—“ "Adikmu benar, mungkin matamu_rusak, kenapa bisa menikahiku dengan wajah buruk rupa ini. Tidak perlu lagi membela diriku, aku tahu kamu juga merasakan apa yang aku rasakan. Apa kata dunia jika seorang pengusaha Robertson telah menikahi seorang wanita yang parasnya sangat menjijikkan," Linda memotong pembicaraan. Albert kelu sulit mengatakan yang sebenarnya dia memang sakit dengan apa yang dia rasakan saat semua mengolok-olok istrinya. Hanya karena pendirian sebagai pengusaha kaya raya saja, harus mendapat hinaan untuk istrinya. "Aku mengerti, kamu baik terhadapku, mengakui aku benar istrimu. Tapi, jika omongan dari temanmu, adikmu, saudaramu hingga semua yang mengenal dirimu bahwa aku bukan benar istrimu. Aku dan kamu hanya di batas status pasangan suami - 35 istri yang sah, tapi tidak bersungguh-sungguh hanya angan yang ada. Jika memang aku dan kamu benar istri yang benar - benar nyata. Mungkin suami yang aku idamkan itu tidak seperti ini. Pembelaan kamu sudah benar, tapi penilaian orang lebih benar. Apa yang akan kamu katakan kepada yang lain kalau aku istrimu yang benar SAH di depan saksi mata Yesus Kristus," ungkap Linda sebenarnya menatap wajah suaminya yang kini sudah tidak berkutik setiap kata yang di lontarkan dari mulutnya. Albert menunduk menatap lantai yang bersih selalu mendapatkan kotoran dari para manusia, yang selalu menerima goresan benda yang tajam. Apa seperti istrinya saat mendapat olokan dari orang - orang yang dia kenal. Hanya jawaban. "Ya dia istriku, kenapa, ada yang salah dengannya?” Setiap dirinya melontarkan kepada orang - orang, pertanyaan mereka selalu sama. Apa dirinya benar salah memilih istri yang paras benar seperti monster. Apa benar seperti itik buruk rupa yang tidak di sayangi oleh orang - orang. 36 Albert mengangkat kepalanya, menatap punggung yang kurus itu dari belakang. Sosok istri yang kuat tidak seperti dirinya yang lemah akan godaan mulut orang - orang yang selalu mengolok- olok istrinya sendiri. Albert tetap menggendong tubuh Linda memindahkan di atas ranjang tempat tidur. Linda menyadari jika suaminya tetap akan memindahkan posisi tidurnya. Linda merasa bahagia jika suaminya tidak merasa kecewa atas ucapannya. "Kamu tetap istriku, apapun itu. Jangan pernah dengarkan omongan orang - orang. Mereka hanya iri dengan paras wajah cantik yang ada di dalam dirimu. Maaf, jika aku belum bisa membahagiakan apa yang kamu mau. Tapi, suatu saat nanti aku akan membahagiakanmu, jika selama ini aku telah mengecewakanmu," ungkap Albert mengatakan semua pada Linda. Linda mendengar sangat baik meskipun kedua matanya sudah tertutup rapat. Ada rasa hangat di keningnya. Albert tengah mencium yang hampir menyentuh bekas luka itu. Lalu Albert pun kembali 37 berbaring tidur posisi memeluk istrinya dalam keadaan benar nyata sebagai suami sayang istri. 38 Giovani Sejak kejadian malam hari acata Dinner hingga suasana tegang menjadi kerukunan. Albert dan Linda kembali melakukan aktivitas masing- masing. Albert sudah bersiap untuk berangkat ke kantor, tumben-tumbenan Albert mulai terbiasa mencium pundak kepala istrinya saat akan berangkat kerja. Linda diam membiarkan suaminya melakukan sesuka hati. Meskipun tidak sampai melakukan lebih jauh. pundak kepala saja sudah bersyukur daripada tidak di syukuri. "Ini uang belanja, mungkin di kulkas sudah kehabisan stok sayuran, kamu bisa pergi berbelanja kapan saja kamu mau. Mungkin nanti malam aku sedikit terlambat pulang, ada beberapa yang harus aku kerjakan sebelum hari lebaran tiba." Albert memberikan kartu debit Platinum kepadanya. "Jika kamu merasa kesepian, kamu_ bisa mengajak teman kamu yang namanya siapa? Wi — wi—“ 39 "Windy," sambung Linda bersuara. "Ah itu... Padahal mudah saja. Mungkin terlalu. memikirkan | namamu." Senyum = Albert mengacak rambut Linda tertutup selendang biru muda tipis itu. Linda mengantar Albert sampai di depan pintu rumah, setelah mobil suaminya keluar dari area rumah. Pintu pagar memang tertutup Otomatis. Saat akan kembali masuk ke dalam, seseorang memanggil namanya. "LINDAI!!" la langsung menoleh mencari suara itu, sebuah tangan melambai ke atas_ tinggi-tinggi. Jaraknya cukup sangat jauh, untuk perlihatan Linda masih normal. "Gio?" tebak Linda menyebutkan namanya. Linda berlari kecil untuk membuka pintu pagar itu. Sosok wanita tinggi kulit cokleat manis menghampiri pagar besar itu. "Apa kabar kamu?! Kok kamu ada di sini? kemarin aku ke kampung kamu. Kata tetangga sebelah rumah kamu sudah di jual. Orang tuamu 40 sudah meninggal dan kamu sudah menikah sama juragan kaya raya. Apa benar kamu menikah?" Panjang lebar si cewek tinggi itu. Namanya Giovani Hikaru) Amarta. Dia campuran, tapi entah kenapa kulitnya cokelat mungkin itu ciri khasnya. Giovani pernah sekelas dengan Linda di masa sekolah menengah atas. Linda sih tidak terlalu akrab dengannya, karena reputasi mereka jauh berbeda. Giovani adalah Cucu Amarta seorang Preman kaya raya. Ke mana pun dia berkelana, selalu memamerkan benda yang ada di tubuhnya seperti perhiasan, gelang, anting- anting dan lain sebagainya. Sekarang Giovani berada di ruang tengah sambil melihat-lihat ruangan rumah dekorasi penuh dengan barang antik yang sangat ekstrem. Apa saja seperti hiasan patung dari Bali, Sunda, segalanya ada. Benar, Albert mengoleksi barang itu karena hobi. Selain itu banyak peninggalan dari nenek buyut keluarga Albert sendiri. Linda membawa minuman untuk temannya. Di sana Giovani duduk manis, nyaman dan sejuk suasana 41 ruangan ini. "Ini rumah suamimu? suamimu ke mana? Kok tak nampak?" Pertanyaan di sebut oleh Giovani. "lya ini rumahnya, dia sedang kerja, pagi-pagi sudah berangkat kerja mengurus beberapa pekerjaan di kantor. Dia selalu sibuk," jawab Linda itu yang dia tahu. Giovani mangut-mangut lalu menyeruput minuman di cangkirnya. "Tapi, kalau di lihat - lihat rumah suami kamu, benar keren ya. Seumur - umur aku tidak pernah lihat ada yang bisa mengoleksi barang antik peninggalan zaman nenek moyang kita loh. Kamu tidak merasa takut sendirian di rumah dengan benda seperti ini?" Giovani memuji lalu kembali bertanya. Linda sih sudah biasa dengan rumah ini. Pertama kali menginjak rumah ini, memang sangat menyeramkan karena suasana rumahnya tergolong sangat gelap. Lampu hiasnya berwarna kuning merah. seperti cahaya remang tanaman. "Tidak, biasa saja. Memang karena koleksian dari keluarganya tersebut," jawab Linda singkat. "Begitu ya. Tapi, aku tak menyangka kamu 42 sudah menikah. Memang suami kamu seperti apa sih? Bisa menikahi dirimu dengan wajah seperti itu. Apa suami kamu tidak merasa jijik dengan wajah bekas luka bakarmu?" Giovani mulai menjelekkan dirinya. Linda sih sudah biasa dengan ocehan jelek dari mulutnya itu. "Terima kasih atas pujianmu, Gio. Aku senang ada yang mengatakan itu meskipun cobaan yang di berikan oleh Tuhan selalu menerima ketabahan dan kesabaran yang ada pada diriku," ucap Linda, Giovani merasa kata - kata Linda seperti menyudutkan dirinya telah salah menghinanya. "Ahahahaha .... Aku hanya bercanda saja. Jangan berkata seperti itu. Kamu cantik meskipun Tuhan telah memberikan wajah yang jelek padamu. Kamu tetap harus tegar. Maaf jika aku telah menghinamu. Aku tidak bermaksud...." "Tidak apa-apa, aku mengerti, situasi mana pun aku selalu menerima. Aku tidak tersinggung, malahan kamu sudah memberikan dorongan untukku meskipun orang masih belum percaya dan yakin kalau aku benar sudah menikah," potong Linda 43 melanjutkan ucapannya. Giovani seperti menarik ulasan senyum di sudut bibirnya, dia di gurui oleh Linda. Meskipun Giovani tidak terlalu menaati agamanya sendiri. la telah di remehkan oleh teman sekolahnya yaitu Linda. Seburuk apapun Linda memiliki jiwa yang suci dan bersih. "Baiklah, kalau begitu aku harus kembali. Tadi aku hanya mampir saat melihat kamu di luar. Kapan - kapan kita reuni lagi ya seperti dulu. Datanglah ke rumahku, rasanya aku kesepian tanpa ada yang bisa di ajak bicara seperti dirimu," ucap Giovani menatap sayup mata Linda. "Pasti aku akan ke rumah di lain waktu," balas Linda dengan senyuman "Sekali lagi aku minta maaf, aku bukan menyudut dirimu. Aku hanya merasa—“ "Tidak perlu di irikan. Kamu juga bisa seperti yang lain. Jika kamu yakin adanya Tuhan di sisimu. Kamu juga akan merasakan bagaimana kehidupanmu yang sebenarnya. Aku begini hanya tuhan belum menunjukkan sesungguh atas kesalahanku di masa lalu." Linda memotong kembali, dirinya tahu Giovani selalu mengatakan dia iri padanya karena kemuliaan hatinya terhadap Yesus Kristus. "Terima kasih, kamu benar teman yang sangat baik. Tidak sia-sia suami menerimamu dalam keadaan seperti ini. Aku berharap kamu selalu bahagia selalu bersama suamimu dan keluarga kecilmu." "Terima kasih kembali," balas Linda. Setelah Giovani beranjak pergi meninggalkan rumah ini, Linda hampir melupakan sesuatu, dia harus berbelanja. Dia tidak lupa mengunci pintu rumah. Lalu dia menggunakan Gojek untuk menuju ke minimarket terdekat. Hanya memberi beberapa sayuran. Sampai_ di depan = minimarket, Linda memberikan beberapa lembar untuk tukang gojek itu. Linda pun masuk ke dalam tetap dalam keadaan menutup wajahnya. Dia tidak ingin ada yang melihat wajah menjijikkan itu. Dia mendorong troli belanjaan. Sambil berkeliling, meskipun minimarketnya tergolong sedang. Tapi barangnya sangat lengkap. Tidak perlu waktu yang lama, cukup dia puluh menit belanja stok 45 sayuran di kulkas selesai. Linda menuju kasir, tiba seseorang menyenggol dirinya. Membuat Linda sedikit menghindar. Linda menoleh menatap sosok pria yang begitu mencurigakan, tentu membuat Linda waspada bisa saja pria ini hanya modus untuk melakukan kriminal. Linda memeriksa tasnya apa ada yang hilang. Untung tidak ada. Karena dia sedikit takut jika kartu yang di berikan suaminya tiba menghilang. Maka terjadilah masalah serius. 46 Pencopet Linda baru saja selesai membayar di_kasir dengan menggunakan kartu debit platinum milik suaminya. Setelah itu, Linda mencoba memesan gojek. Karena bawaannya lumayan banyak. Setelah selesai memesan tinggal menunggu, sepeda motor bercorak hijau telah datang. Linda pun mulai membawa belanjanya menenteng ke tempat sih tukang gojek tersebut. Baru beberapa langkah saja, tiba seseorang dari arah samping menyambar tas gantung miliknya. Terperanjat kaget ia dengan cepat berlari mengejar si pencopet itu. "Copet! Copet! Berhenti!" Linda terus berlari hingga selendang miliknya terlepas. Di sekitar penduduk yang nongkrong malah duduk diam tidak mencoba untuk mengejar si pencopet itu. Linda terus berlari, berhasil menangkap tali tasnya. Namun bukan dilepas malah di seret sama si pencopet. Jadinya Linda ikut terseret, kedua kakinya 47 merasakan perih yang amat dalam, tidak kuasa menahan pada akhirnya’ Linda =melepaskan genggaman tali tas miliknya. Dan si pencopetnya pun pergi menggunakan sepeda motor bersama kawanannya. Linda menangis tersedu-sedu merasakan betapa sakitnya di kedua kakinya yang terus mengalir darah segar. Orang - orang setempat malah menonton secara gratis. RK Di dalam rumah Linda tertatih, belum lagi sikunya, di bersihkan perlahan dengan sendiri. Air mata terus mengalir di kedua pipinya. Teringat bagaikan kejadian di jalan, orang - orang malah tidak memedulikannya. Begitu teganya mereka membiarkan ia dalam keadaan korban pencopetan. Sudah terobati, ia memasukkan sayuran di kulkas. Dari pantulan kaca kulkas tersebut, Linda bisa melihat wajahnya begitu mengerikan. Pantas semua orang tidak berani menolong karena wajahnya. Wajah luka bakar, kenapa selalu ada setiap kejadian harus menimpa dirinya. 48 "Ibu, ampun ibu.... Ampun!! Linda tidak akan ulangi lagi?! Ampun!!!" "Dasar anak tidak tahu diri, beraninya kamu ambil uang ibu! Rasakan ini?" “Ampun ... hiks ... aampuun...." Tap! Satu tepukan dari seseorang menyadarkan Linda dari lamunannya. Linda menoleh, suaminya sudah pulang lebih awal. Albert mendelik matanya wajah istrinya semakin memerah dan basah karena air matanya. Linda tersadar, lalu mundur beberapa langkah. Albert makin di kejutkan luka di tubuhnya. "Kenapa ini?!" Albert bertanya. Linda menghempaskan tangan Albert secara kasar. "Jangan sentuh! jangan, jangan sentuh! Jangan, aku tidak akan ulangi lagi?! jangan.... aku tidak akan ulangi lagi... hiks...". Linda tiba-tiba mengigau membuat Albert semakin bingung. Linda surut di terduduk memeluk kedua lututnya. Albert mencoba mendekat. "JANGAN SENTUH, JANGAN, JANGAN, AMPUN .." Linda terus mengigau. 49 Alkira sang adik kembarnya datang. Di mana Albert mencoba menenangkan istrinya. Linda terus mengigau buat Albert terus memeluk semakin erat. "Ada apa dengannya?" Alkira bertanya "Aku juga tidak tahu. Cepat telepon dokter Zian." Alkira segera menelepon Zian dokter ahli spesialis. Biasanya menangani keluarga Robertson. "Sebentar lagi dia akan datang." Lapor Alkira. Linda terus meronta, hingga akhirnya dia lelah sendiri. Albert masih bingung dengan luka pada lutut dan sikunya. Albert masih bertanya apakah Linda memiliki trauma atau hal lain. la menggendong istrinya ke kamar. Zian pun datang langsung menanganinya. Alkira di depan pintu memperhatikan Linda. Setitik ulasan di bibirnya tercetak. Suara ketukan pintu dari depan. Albert membukanya seorang warga setempat datang ke rumah. Albert makin bingung jadinya. "Maaf, pak. Ini rumah neng Linda?" tanya warga seorang bapak sekitar usia lima puluh tahunan. "lya, ada perlu apa?" tanya Albert. 50 "Begini, Pak. Tadi di persimpangan tiga, si eneng Linda belanja. Terus terjadi perampokan. Terus tas yang di ambil si perampok itu terlepas. Kasihan si eneng nya tak ada yang bantui, ini dompetnya. Di cek saja dulu takut ada yang hilang," jawab bapak tua itu. Albert mengeceknya semua masih lengkap, ia mulai mengerti jadi luka itu dari pengejaran rampok. "Semua lengkap, makasih ya!" Albert kembali masuk ke dalam di sana Zian sedang berbincang dengan Alkira. "Dari siapa, bang?" tanya Alkira sok perhatian. "Dari warga," jawab Albert, "bagaimana keadaannya?" Albert bertanya pada Zian "Seperti hasil pemeriksaan. Dia mengalami trauma di masa lalu. Luka di wajahnya seperti seseorang menyiramnya atau mencelakainya. Hingga mengandung sedikit trauma," jelas Zian. 51 Mimpi Buruk Suhu tubuh Linda semakin panas, Albert dari tadi menyeka keringat yang terus mengalir di keningnya. Bibir Linda kelu menahan rasa nyeri di tubuhnya serta wajah yang masih belum kering. Di dalam mimpi, Linda berada disuatu tempat, tempat yang tidak pernah dirinya berpijak. Rasa suara bisikkan membuatnya semakin yakin, orang yang selalu menyiksanya. Plas! Plas! Plas! “Ampun ... bu... Linda tidak akan ulangi lagi ... hiks hiks ... sakit bu! Ampun!" suara tangisan berderu - raungan tanpa ampun. Tali tambang terus mengayun di tubuh Linda yang telah bergaris merah penuh darah yang keluar di sana. “Dasar anak tidak tahu di untung! Percuma ibu besarkan kamu, kenapa kamu mengambil uang, ibu! Rasakan ini, berani mencuri!!" 52

You might also like