You are on page 1of 12

Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal

Volume 11 Nomor 2, April 2021


e-ISSN 2549-8134; p-ISSN 2089-0834
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN LUKA


PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA
Delvi Hamdayani*, Velga Yazia
Program Studi S1 Keperawatan, STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang, Surau Gadang, Kec. Nanggalo, Kota
Padang, Sumatera Barat 25173, Indonesia
*delvi.hamdayani@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
pada pasien post sectio caesarea. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan “Cross Sectional
Study. Populasi ibu post sectio caesarea, jumlah sampel 34 responden dengan teknik pengambilan
accidental sampling. jenis data primer dikumpulkan dari lembar checklist. Analisa secara univariat
menggunakan distribusi frekuensi dan bivariat uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan proses
penyembuhan luka pasien post sectio caesareamengalami penyembuhan luka secara tidak normal
sebanyak 29,4%, ibu usia beresiko 32,4%, status nutrisi kategori obesitas 23,5%, gemuk 11,8%, kurus
17,6%, dan mobilisasi dini kurang baik 44,1%. Hasil analisa bivariat terdapat hubungan usia, status
nutrisi, dan mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka post sectio caesarea (X2h ≥ X2t).

Kata kunci: nutrisi dan mobilisasi; peyembuhan luka post sc; usia

FACTORS AFFECTING WOUND HEALING PROCESS IN POST SECTIO CAESAREA


PATIENTSIN MIDWIFERY

ABSTRACT
This study aims to determine the factors that influence the wound healing process in post sectio
caesarea patients. Analytical descriptive research with “Cross Sectional Study” approach. The
maternal population is post sectio caesarea, the number of samples is 34 respondents with the
accidental sampling technique. the type of primary data is collected from thesheet checklist.
Univariate analysis using frequency distribution and bivariate chi-square test. The results of
univariate analysis showed the wound healing process of patients post sectio caesarea experienced
abnormal wound healing as much as 29.4%, mothers at risk 32.4%, nutritional status 23.5 %, fat was
11.8%, thin was 17.6%, and early mobilization was not good at 44.1%. The results of the bivariate
analysis are the relationship of age, nutritional status, and early mobilization with the wound healing
process post sectio caesarea (X2h ≥ X2t).

Keywords: age; nutrition and mobilization; post sectio caesarea healing

PENDAHULUAN
Menurut Wiknjosastro (2007) ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang
lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan caesar atau sectio caesarea yaitu
tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin >500 gram.
(Veibymiaty, dkk, 2014). Menurut Schuller(2014), sectio caesarea merupakan pilihan
terakhir di negara berkembang untuk menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan dan
atau persalinan kritis. Bahaya persalinan operasi masih tetap mengancam sehingga perawatan
setelah operasi memerlukan perhatian untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
ibu.(Fadhilah, 2015). Hasil Survei Penduduk Antara Sensus (SUPAS) tahun 2015, angka
kematian ibu di Indonesia yaitu 305 per kelahiran hidup.Penyebab utama yaitu perdarahan
setelah melahirkan, hipertensi, dan infeksi setelah melahirkan.Angka kematian ibu bersalin

469
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

secara sectio caesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup, angka ini menunjukkan
risiko 25 kali lebih besar dan risiko infeksi 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan
pervaginam (Riski, 2018).

World Health Organization (WHO, 2014), menetapkan indikator persalinan sectio caesarea di
setiap Negara sekitar 5-15% untuk rumah sakit pemerintah, dan 30%untuk rumah sakit
swasta. Kejadiansectio caesarea terus meningkat diseluruh dunia, negara tersebut diantaranya
adalah Australia (32%), Brazil (54%), dan Colombia (43%).Menurut studi The SEA ORCHID
bahwa proporsi tindakan SC di Asia Tenggara pada empat negara rata-rata 27% yaituThailand
(34,8%), Malaysia (19,1%), Filipina (22,7%) dan Indonesia (29,6%) (Ririn, 2016) Data
Riskesda (2013) menunjukkan tingkat persalinan sectio caesarea di Indonesia, 15,3% sampel
dari 20.591 ibu yang melahirkan pada kurun waktu 5 tahun terakhir disurvey dari 33 provinsi.
Indikasi ibu melakukan operasi caesarea adalah 13,4 % karena ketuban pecah dini, 5,49%
karena Preeklampsia, 5,14% karena Perdarahan, 4,40% Kelainan letak Janin, 4,25% karena
jalan lahir tertutup, 2,3% karena ruptur uterus (Riski, 2018).

Persalinan sectio caesarea di Indonesiatelah melebihi standar yang ditetap kan WHO yaitu
29,6%. Sementara persalinan sectio caesarea di Sumatera Barat yaitu 14%, dimana angka
tersebut hampir mencapai batas maksimal standar WHO yaitu 5-15%. (Mulyawati, dkk, 2014)
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan (2012), tercatat
bahwa 1069 persalinan diantaranya 460 (43%) persalinan dengan sectio caesaria. Di Rumah
Sakit AB Harapan Kita Jakarta terdapat proporsi sectio caesarea 1295 (40,68%) dari 3183
persalinan dilakukan dengan sectio caesarea 7% diantaranya mengalami infeksi pada bekas
luka operasinya (Veibymiaty Sumelung, dkk, 2014). Kerugian yang dialami pasien yang
mengalami infeksi pada luka jahitan yaitu rawatan dirumah sakit menjadi lebih lama, terjadi
masalah fisik setelah operasi seperti peningkatan rasa nyeri, tidak bisa langsung kontak
dengan bayi, waktu pemulihan lebih lama. (Savitri, 2017)

Tindakan sectio caesarea dapat menimbulkan luka akibat sayatan pada


abdomen.Prinsippenyembuhan pada semua luka sama, variasinya tergantung pada
lokasi,keparahan, dan luasnya cidera. Kemampuan sel dan jaringan untuk melakukan
regenerasi atau kembali ke struktur normal melalui pertumbuhan selakan mempengaruhi
penyembuhan luka. (Potter& Perry, 2006). Menurut Gruendemann (2006) faktor yang
mempengaruhi proses penyembahan luka, yaitu usia,status nutrisi, mobilisasi dini, merokok,
kegemukan, stress luka, adanya Patologi. Usia dapat mengganggu tahapan penyembuhan luka
seperti perubahan vaskuler mengganggu sirkulasi daerah luka, penurunan fungsi hati
mengganggu sintesis factor pembekuan, respons inflamasi lambat, pembentukan antibody dan
limfosit menurun, jaringan kolagen kurang lunak, jaringan parut kurang elastis. (Potter &
Perry, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian (2015), didapatkan hasil pada
usia <35tahun penyembuhan luka tidak normal yaitu 38,5% dan pada usia >35tahun
penyembuhan luka tidak normal yaitu 61,5%. Terdapat hubungan yangsignifikan antara usia
dengan proses penyembuhan luka di RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.

Berbagai hal yang mempengaruhi penyembuhan luka bila tidak diperhatikan akan terjadi
dampak yang serius, misalnya asupan nutrisi merupakan unsur utama dalam membantu
perbaikan sel, terutama karena terdapat kandungan zat gizi di dalamnya. Makanan yang
bergizi dan sesuai porsi akan mempercepat masa penyembuhan luka operasi. Jika hal itu tidak
terpenuhi dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Menurut penelitian yang
dilakukan Selvia Richard (2017) terdapat nilai yang signifikan yaitu p = 0,040, dimana faktor

470
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

asupan nutrisi mempengaruhi penyembuhan luka Sectio Caesaria pada tahap proliferasi di
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Baptis Kediri. (Selvia Richard, 2017)

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka salah satunya yaitu mobilisasi dini. Mobilisi
merupakan salah satu kebutuhan dasar ibu nifas.(Manuaba, 2001). Menurut penelitian yang
dilakukan Rimayanti (2018),yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini
dengan proses penyembuhan luka postsectio caesarea di RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado, dimana sebagian besar ibu post SC di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado
melakukan mobilisasi dini dengan baik (83,3%) dan hasil presentase penyembuhan luka yaitu
hampir semua penyembuhan lukanya cepat. Ibu yang tidak melakukan mobilisasi yaitu
sebesar 16,7%,mengatakan kekhawatirannya jika tubuh digerakkan pada posisi tertentu
pascapembedahan akan mempengaruhi luka operasi yang masih belum sembuh yang baru saja
selesai dikerjakan dan mempunyai kemauan yang rendah dengan alasan nyeri yang tidak bisa
di tahan ibu saat diminta bergerak (Rimayanti, 2018)

RSUD dr.Rasidin merupakan rumah sakit umum daerah tipe C yang ada di Padang.Angka
persalinan di RSUD dr.Rasidin setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun2016
sebanyak 384, dimana persalinan normal 20,8 % dan sectio sesarea sebanyak 79,2%. Pada
tahun 2017 persalinan berjumlah 448, dimana persalinan normal yaitu 19,9% dan sectio
sesarea sebanyak 80,1%. (Rekam Medik, 2016 - 2017). Berdasarkan survey awal yang
peneliti lakukan di ruang kebidanan RSUD dr.Rasidin Padang dengan mewawancarai dan
mengobservasi 7 orang pasien post sectio, didapatkan hasil 4 orang berusia<35 tahun, 3
orang berusia >35 tahun, Indeks Masa Tubuh (IMT) pasien normal (18,6 – 25) kg/m²
sebanyak 2 orang, gemuk ( 25,1 – 27) kg/m² sebanyak 2 orang dan obesitas( >27) kg/m²3
orang. Pasien yang melakukan mobilisasi secara bertahap dengan baik sebanyak 4 orang dan
yang tidak melakukan tahapan mobilisasi secara bertahapdengan baik yaitu sebanyak 3 orang.
Ibu yang tidak melakukan mobilisasi sesuai tahapan,mengatakan ragu untuk melakukan
pergerakan karena masih merasa nyeri pada luka jahitan.Terdapat 2 dari 7 orang ibu
mengalami infeksi pada luka jahitan, dimana pada luka terdapat tanda nyeri (dolor),
kemerahan (rubor). Berdasarkan fenomena dan hasil studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti maka penelitianj ini bertujuan untuk mengetahui “faktor- faktor yang mempengaruhi
proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD dr.
Rasidin Padang” .

METODE
Desain penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif analitik dengan rancangan “Cross Sectional Study”, dimana data variabel dependen
dan variabel independen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini telah
dilaksanakan di Ruang Kebidanan RSUD dr. Rasidin Padang. Pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah accidental sampling yaitu setiap ibu post Sectio Caesarea dengan hari
rawatan ke-4 di RSUD dr.Rasidin Padang Tahun 2018 yang dilakukan selama 15
hari..Pengumpulan data dilakukan melalui lembar checklist dan kuesioner. Instrumen yang
digunakan untuk Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka pada Pasien
Post Sectio Caesarea yaitu kuesioner dan lembar observasi.

HASIL
Tabel 1 dari 34 responden didapatkan hasil penelitian kurang dari separoh (29,4%) ibu post
sectio caesarea mengalami penyembuhan luka tidak normal .

471
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka Pada Ibu Post Sectio Caesarea (n=34)
Penyembuhan Luka f %
Normal 24 70,6
Tidak Normal 10 29,4

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Pada Ibu Post Sectio Caesarea (n = 34)
Usia f %
Tidak Beresiko 23 67,6
Beresiko 11 32,4

Tabel 2 dari 34 responden didapatkan hasil penelitian kurang dari separoh (32,4%) ibu post
sectio caesarea berada pada usia beresiko terhadap penyembuhan luka post sectio caesarea
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Status Nutrisi Pada Ibu Post Sectio Caesarea (n = 34)
Status Nutrisi f %
Kurus 6 17,6
Normal 16 47,1
Gemuk 4 11,8
Obesitas 8 23,5

Tabel 3 dari 34 responden didapatkan hasil penelitian, sebagian kecil ibu post sectio caesarea
memiliki status nutrisi dengan IMT obesitas (23,5%), gemuk (11,8%), dan kurus (17,6%).
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesarea (n=34)
Mobilisasi Dini f %
Baik 19 55,9
Kurang Baik 15 44,1

Tabel 4 dari 34 responden didapatkan hasil penelitian kurang dari separoh (44,1%) ibu post sc
melakukan mobilisasi kurang baik
Tabel 5.
Hubungan Usia dengan Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Post Sectio Caesarea (n=34)
Proses Penyembuhan Luka Jumlah
Usia Normal Tidak Normal
f % f % f %
Tidak beresiko 20 87,0 3 13 23 100
Beresiko 4 36,4 7 63,3 11 100
Jumlah 24 70,6 10 29,4 34 100
X2 tabel = 3,841 X2 hitung = 9,379

Tabel 5 diketahui bahwa mayoritas ibu post sectio caesarea yang memiliki usia beresiko, 7
orang (63,6%) mengalami penyembuhan luka tidak normal dibandingkan ibu usia tidak
beresiko, 3 orang (13%) mengalami penyembuhan luka tidak normal.Hasil uji statistik
diperoleh nilai X² hitung = 9,379 > dari X² tabel = 3,841 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara usia dengan penyembuhan luka post sectio caesarea.

472
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 6.
Hubungan Status Nutrisi dengan Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Post Sectio
Caesarea (n=34)
Proses Penyembuhan Luka Jumlah
Status Nutrisi Normal Tidak Normal Jumlah
f % f % f %
Kurus 3 50,0 3 50,0 6 100
Normal 15 93,8 1 6,3 16 100
Gemuk 3 75,0 1 25,0 4 100
Obesitas 3 37,5 5 62,5 8 100
Jumlah 24 70,6 10 29,4 34 100

Tabel 6 diketahui bahwa dari 8 ibu post sectio caesarea dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
obesitas didapatkan 5 orang (62,5%) mengalami proses penyembuhan luka tidak normal
dibandingkan ibu post sectio caesarea dengn Indeks Massa Tubuh (IMT) Normal (6,3%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai X² hitung = 9,339 > dari X² tabel = 7,814 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status nutrisi dengan proses penyembuhan luka
post sectio caesareadi ruang kebidanan RSUD dr.Rasidin Padang Tahun 2018.

Tabel 7.
Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Post Sectio
Caesarea (n=34)
Proses Penyembuhan Luka Jumlah
Mobilisasi Dini Normal Tidak normal
f % f % f %
Baik 18 94,7 1 5,3 19 100
Kurang Baik 6 40,0 9 60,0 15 100
2 2
X tabel = 3,841 X hitung = 12,163

Tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 15 ibu post sectio caesarea yang melakukan mobilisasi
dini kurang baik, didapatkan 9 orang (60%) mengalami proses penyembuhan luka tidak
normal dibandingkan ibu post sectio caesarea yang memiliki mobilisasi dini baik (5,3%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai X² hitung = 12,163 > X² tabel = 3,841 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka pada
pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD dr.Rasidin Padang tahun 2018

PEMBAHASAN
Penyembuhan Luka Pada Ibu Post Sectio Caesarea
Tabel 1 dari 34 responden didapatkan hasil penelitian kurang dari separoh (29,4%) ibu post
sectio caesareamengalami penyembuhan luka tidak normal. Hasil penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Nurma (2012), tentang faktor - faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka pada pasien post operasi sectio caesarea kurang dari separoh (25%) ibu
mengalami luka tidak sembuh di RS Mekar Sari Bekasi. Penyembuhan luka post op Sectio
Caesarea (SC) adalah faktor penting pasca operasi yang selalu dihadapi dan merupakan
fenomena kompleks yang melibatkan berbagai proses diantaranya inflamasi, destruktif,
proliferative, maturasi (Morison, 2004).

Menurut Gruendemann (2009) faktor - faktor yang mempengaruhi proses penyembahan luka,
yaitu usia, nutrisi, mobilisasi dini, merokok, kegemukan, stress luka, dan adanya patologi.
Teori praktik dasar Helen Baston (2011) yang menyatakan bahwa proses penyembuhan luka

473
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pada pasien post operasi seksio cesarea sangat dipengaruhi oleh faktor nutrisi, mobilisasi dan
personal hygine, dimana faktor tersebut memiliki kemampuan untuk mempercepat
penyembuhan luka pasien post sectio caesarea dan jika kebutuhan ketiga faktor tersebut
terpenuhi terhadap proses penyembuhan luka pasien, maka pasien diperbolehkan kembali
pulang kerumah dengan diberikan penyuluhan tentang perawatan luka. Faktor umum yang
mempengaruhi penyembuhan luka menurut Eka Putra (2013) terdiri dari usia, nutrisi, steroid,
sepsis, penyakit ibu seperti anemia, diabetes dan obat-obatan.

Menurut analisa peneliti, ibu post sectio caesarea yang mengalami penyembuhan luka tidak
normal sebanyak (29,4%) dipengaruhi oleh usia yang beresiko (>35 tahun), status nutrisi
dengan indeks massa tubuh obesitas, dan mobilisasi dini. Hal ini dapat dilihat dari hasil
kuesioner dimana ibu yang memiliki usia beresiko sebanyak (32,4%), ibu dengan status
nutrisi dengan indeks massa tubuh kategori obesitas sebanyak (23,5%) dan mobilisasi dini
kurang baik sebanyak (44,1%). Pada lembar observasi didapatkan hasil sebanyak 10 ibu
(29,4%) mengalami rasa nyeri (Dolor), sebanyak 10 ibu (29,4%) adanya kemerahan ( Rubor ).

Usia Pada Ibu Post Sectio Caesarea


Tabel 2 dari 34 responden didapatkan hasil penelitian kurang dari separoh (32,4%) ibu post
sectio caesarea berada pada usia beresiko terhadap penyembuhan luka post sectio caesarea.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Dian (2015) tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyembuhan luka pada pasien post sectio caesareadi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado diperoleh hasil 25,2% pasien dengan usia beresiko. Pada usia >35 tahun fungsi-
fungsi organ reproduksi mulai menurun, sehingga berisiko untuk menjalani kehamilan.
Karena usia 35 tahun atau lebih merupakan kriteria kehamilan risiko tinggi (KRT), setiap
kehamilan dengan faktor risiko tinggi akan menghadapi ancaman morbiditas atau mortalitas
ibu dan janin, baik dalam kehamilan, persalinan maupun nifas. (Bartini, 2013). Oleh karena
itu seiring dengan bertambahnya usia, perubahan yang terjadi di kulit yaitu frekuensi
penggunaan sel epidermis, respon inflamasi terhadap cedera, persepsisensoris, proteksi
mekanis, dan fungsi barier kulit. (Morison, 2004). Penuaan dapat menganggu semua tahap
penyembuhan luka karena terjadi perubahan vaskuler yang menganggu sirkulasi ke daerah
luka, penurunan fungsi hati menganggu sintesis faktor pembekuan, respons inflamasi lambat,
pembentukan antibodi dan limfosit menurun, jaringan kolagen kurang lunak, jaringan parut
kurang elastis. (Potter & Perry, 2006)

Menurut analisa peneliti dari hasil penelitian bahwa ibu dengan usia>35 tahun menjadi usia
yang beresiko menjalani post SC karena semakin tua usia seseorang akan semakin lama
proses penyembuhan luka. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pernurunan elasitindan
penggantian kolagenyang mempengaruhi penyembuhan luka. Kecepatan perbaikan sel
berangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia seseorang, namun selanjutnya
proses penuaan dapat menurunkan system perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuhan luka.

Status Nutrisi Pada Ibu Post Sectio Caesarea


Tabel 3 dari 34 responden didapatkan hasil penelitian, sebagian kecil ibu post sectio caesarea
memiliki status nutrisi dengan IMT obesitas (23,5%), gemuk (11,8%), dan kurus (17,6%). Hal
ini sesuai dengan teori bahwa makanan yang dikonsumsi oleh ibu nifas harus bermutu, bergizi
dan cukup kalori. Konsumsi menu seimbang perlu diperhatikan untuk masyarakat, sebagai
contoh menu seimbang diantaranya makanan sehat yang terdiri dari nasi, lauk, sayuran dan
ditambah satu telur setiap hari (Manuaba, 2012). Status gizi merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh langsung terhadap keadaan kesehatan seseorang, dimana dipengaruhi oleh

474
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

konsumsi makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan dan
keadaan ini berlangsung lama akan mempengaruhi proses penyembuhan luka dan menaikkan
kepekaaan terhadap infeksi dan menyumbang peningkatan insiden komplikasi dan akan
mengakibatkan perawatan yang lebih lama (Smeltzer dan Bare, 2001). Obesitas merupakan
faktor yang meningkatkan risiko tejadinya infeksi, karena lemak yang berlebih dapat
memengaruhi aliran darah ke sel. Jaringan lemak menyebabkan suplai darah yang tidak
adekuat, mengakibatkan lambatnya proses penyembuhan dan menurunnya resistensi terhadap
infeksi (Johson, 2004).

Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesarea


Tabel 4 dari 34 responden didapatkan hasil penelitian kurang dari separoh (44,1%) ibu post sc
melakukan mobilisasi kurang baik. Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna unutk
membantu jalannya penyembuhan luka pasien.Mobilisasi berguna unutk mencegah terjadinya
thrombosis dan emboli.Miring ke kanan dan kekiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
pasien sadar. Latihan pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar.pada hari kedua pasien dapat didudukan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil gunanya
untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien
bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah
duduk.Selanjutnya secara berturu-turut, hari demi hari pasien dianjutkan berjalan sendiri pada
hari ke 3 sampai 5 pasca operasi.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi mobilisasi dini tidak baik adalah pengetahuan ibu,
dukungan tenaga kesehatan maupun keluarga yang menjadi dasar utama penyembuhan luka
post SC. Pasien yang memiliki kemauan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia akan
cenderung mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemauan (Wulandari, 2010). Menurut
analisa peneliti terhadap hasil penelitian ini bahwa masih banyak terdapat pasien dengan
mobilisasi kurang baik. Alasannya pasien mengatakan bahwa merasa nyeri pada bagian
jahitan luka dan mengatakan cemas saat melakukan pergerakan pasien berasumsi bahwa
jahitan luka akan terlepas. Hal tersebut dibuktikan dari jawaban kuesioner dimana sebanyak
13 ibu post sc (38,2%) setelah 6 jam pertama, tidak mengangkat tumit dan mengeangkan otot
betis, sebanyak 17 responden (50,0%) setelah 6 jam, belum menekuk dan menggeser kaki,
sebanyak 15 responden (44,1%) setelah 6-10 jam, belum miring kekiri dan kekanan,
sebanyak 20 responden (58,8%) setelah 24 jam kedua post operasi ibu belum mulai belajar
duduk, dan sebanyak 82,4% setelah 24 jam ketiga post sc ibu belum mulai belajar berjalan,
sehingga hal tersebut mengakibatkan mobilisasi ibu kurang baik.

Hubungan Usia dengan Proses Penyembuhan Luka Post SC


Tabel 5 diketahui bahwa dari 11 ibu post sectio caesarea yang memiliki usia beresiko, 7
orang (63,6%) mengalami penyembuhan luka tidak normal dibandingkan ibu usia tidak
beresiko, 3 orang (13%) mengalami penyembuhan luka tidak normal. Hasil uji statistik
diperoleh nilai X² hitung = 9,379 > dari X² tabel = 3,841 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara usia dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di ruang
kebidanan RSUD dr.Rasidin Padang. Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Dian (2015) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka pada
pasien post sectio caesareadi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan usia dengan proses penyembuhan luka post sectio caesarea di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Saiffuddin (2009) mengemukakan bahwa pada usia

475
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

20-35 tahun merupakan usia reproduksi wanita dimana di usia tersebut seorang ibu mampu
hamil dalam kondisi yang sehat baik secara fisik maupun secara psikologis. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, perubahan yang terjadi di kulit yaitu frekuensi penggunaan sel
epidermis, respon inflamasi terhadap cedera, persepsisensoris, proteksi mekanis, dan fungsi
barier kulit. (Morison, 2004).

Penuaan dapat menganggu semua tahap penyembuhan luka karena terjadi perubahan vaskuler
yang menganggu sirkulasi ke daerah luka, penurunan fungsi hati menganggu sintesis faktor
pembekuan, respons inflamasi lambat, pembentukan antibodi dan limfosit menurun, jaringan
kolagen kurang lunak, jaringan parut kurang elastis. (Potter & Perry, 2006). Menurut analisa
peneliti terhadap hasil penelitian bahwa terdapat hubunganusia dengan penyembuhan luka
pada pasien post SC. Hal ini disebabkan karena pada ibu dengan usia beresiko yaitu >35
tahun lebih besar mengalami penyembuhan luka yang tidak normal dibandingkan dengan usia
ibu yang tidak beresiko yaitu <35 tahun.

Hubungan Status Nutrisi dengan Proses Penyembuhan Luka Post SC


Hasil uji statistik diperoleh nilai X² hitung = 9,339 > dari X² tabel = 7,814 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status nutrisi dengan proses penyembuhan luka
post sectio caesareadi ruang kebidanan RSUD dr.Rasidin Padang. Sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh NIainu (2016) tentang hubungan status nutrisi ibu nifas
dengan proses penyembuhan luka post operasi sectio caesarea. Hasil menunjukkan ada
hubungan status nutrisi ibu dengan proses penyembuhan luka post sc. Menurut Niainu (2016),
ibu nifas dengan indeks massa tubuh obesitas mengalami lebih banyak penyembuhan luka
kurang baik (66,7%) dibandingkan dengan indeks massa tubuh normal dengan penyembuhan
luka kurang baik (12,9%).

Obesitas merupakan faktor yang meningkatkan risiko tejadinya infeksi, karena lemak yang
berlebih dapat memengaruhi aliran darah ke sel. Jaringan lemak menyebabkan suplai darah
yang tidak adekuat, mengakibatkan lambatnya proses penyembuhan dan menurunnya
resistensi terhadap infeksi (Johson, 2004). Ibu dengan malnutrisi juga dapat mengakibatkan
penyembuhan luka lambat. Ibu nifas yang berpantang makan, kebutuhan nutrisi akan
berkurang sehingga makanan yang dikonsumsi sebaiknya mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan ini akan mempengaruhi dalam proses
penyembuhan luka post op Sectio Caesarea (SC), yaitu mengakibatkan luka menjadi tidak
sembuh dengan baik atau tidak normal (Manuaba, 2012). Sedangkan ibu yang nutrisinya
sudah cukup akan tetapi masih mengikuti adat kebiasaan pantang makan seperti yang telah
dikatakan oleh orangtua, sehingga bisa juga menyebabkan proses penyembuhan luka post op
Sectio Caesrea (SC) menjadi kurang baik, artinya sembuh sedang. Sedangkan ibu nifas yang
nutrisinya sudah cukup baik maka proses penyembuhan luka post op Sectio Caesarea (SC)
akan lebih cepat sembuh (Mas’adah, 2010).

Protein juga merupakan zat makanan yang sangat penting untuk membuntuk jaringan baru,
sehingga sangat baik dikonsumsi oleh ibu nifas agar luka post op Sectio Caesarea (SC) cepat
sembuh. Namun jika makanan berprotein ini dipantang maka proses penyembuhan luka post
op Sectio Caesarea (SC) akan berjalan lambat, dan hal in dapat memicu terjaadinya infeksi
pada luka post op Sectio Caesarea (SC) (Manuaba, 2012). Menurut analisa peneliti terhadap
hasil penelitian bahwa terdapat hubungan nutrisi terhadap penyembuhan lukas post SC. Hal
ini disebabkan karena ibu dengan obesitas memiliki lemak yang dapat menghambat aliran
darah ke sel. asupan nutrisi yang baik dan seimbang akan mempercepat penyembuhan luka

476
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

post SC dibandingkan dengan ibu asupan nutrisi yang kurang atau pantang makan dan nutrisi
yang berlebih akan memperlambat penyembuhan luka post sectio caesarea

Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea
Hasil uji statistik diperoleh nilai X² hitung = 12,163 > X² tabel = 3,841 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka pada
pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD dr.Rasidin Padang. Sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan Rimayanti (2018) tentang hubungan mobilisasi dini
dengan prsoses penyembuhan luka post section caesareadi RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan mobilisasi dini dengan proses
penyembuhan luka post section caesareadi RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kasdu, (2012) yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk
mempercepat proses penyembuhan luka pasien post operasi seksio cesarea adalah dengan
melakukan mobilisasi dini yang dapat dilakukan secara bertahap dengan melakukan
mobilisasi secara mandiri atau dengan bantuan orang lain.

Menurut analisa peneliti didapatkan bahwa adanya pengaruh mobilisasi terhadap proses
penyembuhan luka pasien post operasi seksio. Hal ini disebabkan semakin aktif pasien
melakukan mobilisasi semakin cepat pula proses penyembuhan luka pasien, hal ini sesuai
dengan teori menurut Rustam Moctar (2007) yang menyatakan bahwa mobilisasi yang
dilakukan secara aktif akan membantu proses penyembuhan luka, dimana dengan mobilisasi
akan diperoleh kembali kekuatan otot dengan cepat, memudahkan kerja usus besar dan
kandung kemih serta organ tubuh lainnya dapat bekerja seperti semula. Adanya responden
yang melakukan mobilisasi dini secara baik tetapi mengalami penyembuhan luka kurang aik
dapat disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi penyembuhan luka seperti status nutrisi
ibu dengan indeks massa tubuh yang kurus. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh
Baroroh (2012) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah
nutrisi.

SIMPULAN
Terdapat hubungan antara usia dengan penyembuhan luka post Sectio Caesarea(X2hitung ≥
X2tabel)di ruang kebidanan RSUD dr.Rasidin Padang Tahun 2018, terdapat hubungan antara
status nutrisi dengan proses penyembuhan luka post Sectio Caesarea(X2hitung ≥ X2tabel)di
ruang kebidanan RSUD dr.Rasidin Padang Tahun 2018, Terdapat hubungan mobilisasi dini
dengan proses penyembuhan luka pada pasien post Sectio Caesarea(X2hitung ≥ X2tabel) di
ruang kebidanan RSUD dr.Rasidin Padang.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih kepada Yayasan MERCUBAKTIJAYA Padang, STIKES
MERCUBAKTIJAYA Padang dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPPM) STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2008). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Badan Pusat Statistik.( 2017). Indicator Kesejahteraan Rakyat. Dari: www.bps.go.id
Baroroh, Dewi. (2012). Konsep Luka. http:www.foxitsoftware
Bartini, I. (2013), Buku Pintar Panduan dan Tips Hamil Sehat. Yogyakarta : 2012

477
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Baston, Helen. (2011). MidwiferyEssentials Postnatal. Jakarta :EGC


Damayanti, Ika Putri. (2013). faktor-faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka
pada pasien post sectio caesareadi RSUD Arifin Achmad Riau
Dani. (2013). Gambaran Karakteristik Persalinan dengan Tindakan Sectio Caesarea di
Rumah Sakit Immabuel Bandung Periode 1 Januari- 31 Desember 2013.
David, Selvia Richard. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sectio
Caesarea pada Tahap Proliferasi di Ruang Kebidanan RS Baptis Kediri
Ekaputra, E. (2013). Evolusi Manajemen Luka. Jakarta : Trans Info Media
Farrer, Helen. (2008). Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Gruendemann, Barbara J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Operatif Vol.1 Prinsip. Jakarta :
EGC
Ima, Riski Rahmawati. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Riwayat Antenatal Care
(ANC) dengan Tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Amal Sehat.Skripsi Program
Studi S1 Pendidikan Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2018.
Jhonson. (2004). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC
Kasdu, Dini. (2012). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya.Jakarta : Puspa Swara
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2012). Buku Ajar Pengantar Kuliah Teknik Operasi Obstetri dan
Keluarga Berencana. Jakarta : Trans Info Media
Morison, Moya. (2004). Manajemen Luka. Jakarta : EGC
Mulyawati I. Dkk. (2014). Faktor-FaktorYang Berhubungan Dengan Tindakan Persalinan
Melalui Operasi Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Netty, Indarmien. (2015). Hubungan Mobilisasi dini dengan Penyembuhan Luka Post Sectio
Caesarea di Ruang Rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi
Tahun 2014.Jambi : ISSN
Niainu. (2015). Hubungan Status Nutrisi Ibu NIfas dengan Proses Penyembuhan Luka Post
Operasi Sectio Caesarea di RSUD Dr.Moewardi
Nurmah. (2012). Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka ada Pasien
Post Operasi Sectio Caesareadi Ruang Anggrek Mekar Sari Tahun 2012.
Perry, Potter. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Jakarta : EGC
Rasjidi, Imam. (2009). Manual Seksio Sesarea & Laparayomi Kelainan Adneksia
Berdasarkan Evidence Base. Jakarta : CV Sagung Seto
Saifuddin.AB. (2009). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo

478
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Salamah, Sri mahmudah. (2015). Hubungan Mobilisasi Dini dengan Pemulihan Luka Post
Sectio Caesarea di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.Yogyakarta : A’syiyah
Yogyakarta(http://jurnal.aisyiyahyogyakarta.ac.id)
Simangunsong, Rimayanti. (2018). Hubungan MObilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan
Luka Post Sectio Caesarea di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.e-journal
Keperawatan (e-Kep) Volume 6 Nomor 1, Ferbuari 2018
Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. (2005). Buku-Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta:EGC
Smetlzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Sofian, Amru. (2013). Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC
Suanidar, Putri. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka pada Ibu
Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh.
Suddarth & Brunner. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI
Sumelung, Veibymiaty. (2014). Fakto-faktor yang Berperan Meningkatkan Angka Kejadian
Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Lin dalam
(http://ejurnal.keperawatan.ac.id)
Supriasa. (2012). Penilaian Status Gizi.Jakarta : EGC
Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Jakarta : Sagung Seto

479
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 2, Hal 469 - 480, April 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

480

You might also like