You are on page 1of 35

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029

B AB I V
R E NC ANA POL A R U A NG

Rencana pola ruang wilayah provinsi meliputi rencana pola ruang kawasan lindung
dan rencana pola ruang kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi.

4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung


Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya
buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan
berkelanjutan.
Pengembangan kawasan lindung di Jawa Barat bertujuan untuk mewujudkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga
keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan
berkelanjutan di Jawa Barat.
Kawasan lindung Provinsi Jawa Barat meliputi :
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, terdiri atas:
1. kawasan hutan lindung
2. kawasan resapan air
b. kawasan perlindungan setempat, terdiri atas:
1. sempadan pantai
2. sempadan sungai
3. kawasan sekitar waduk dan danau/situ
4. kawasan sekitar mata air
5. ruang terbuka hijau kota
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri atas:
1. kawasan cagar alam
2. kawasan suaka margasatwa
3. kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
4. kawasan mangrove

Rencana Pola Ruang 149


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
5. taman nasional
6. taman hutan raya
7. taman wisata alam
8. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
d. kawasan rawan bencana alam, terdiri atas:
1. kawasan rawan tanah longsor
2. kawasan rawan gelombang pasang
3. kawasan rawan banjir
e. kawasan lindung geologi, terdiri atas :
1. kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars
2. kawasan rawan bencana alam geologi
3. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
f. kawasan lindung lainnya, terdiri atas :
1. taman buru
2. kawasan perlindungan plasma nutfah
3. terumbu karang
4. kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi
5. kawasan yang sesuai untuk hutan lindung tersebar di luar kawasan hutan negara,
yang memiliki skor > 175, yang dihasilkan dari analisis hutan lindung kriteria SK
Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980.

Adapun kriteria setiap komponen kawasan lindung dapat dilihat pada tabel 4.1.
Sedangkan luas kawasan lindung kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 4.2.

Berdasarkan jenis dan kriteria kawasan lindung tersebut, maka rencana pola ruang
kawasan lindung Provinsi Jawa Barat 2029 adalah :
a. menetapkan kawasan lindung provinsi seluas 45% dari luas seluruh wilayah Daerah
yang meliputi kawasan lindung hutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan,
serta ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018.
b. mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi
hidroorologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air
c. mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi
lindung.

Rencana Pola Ruang 150


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
TABEL 4.1
KRITERIA DAN LOKASI KAWASAN LINDUNG

Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya
1.1 Kawasan Hutan Hutan  Kawasan hutan dengan Hutan Terletak di Kesatuan
berfungsi Lindung faktor-faktor kelerengan Pemangkuan Hutan
lindung lapangan, jenis tanah, dan (KPH): Bogor,
curah hujan dengan nilai Sukabumi, Cianjur,
skor lebih dari 125; Purwakarta, Bandung
dan/atau; Utara, Bandung
 Kawasan hutan yang Selatan, Garut,
mempunyai kelerengan Tasikmalaya, Ciamis,
lapangan 40% atau lebih, Sumedang,
dan pada daerah yang Majalengka, Indramayu
keadaan tanahnya peka dan Kuningan.
terhadap erosi dg
kelerengan lapangan lebih
dari 25%; dan/atau
 Kawasan hutan yg
mempunyai ketinggian
2.000 meter atau lebih
diatas permukaan laut.
1.2 Kawasan  Kawasan dengan curah Non Hutan Tersebar di
resapan air hujan rata-rata lebih dari kabupaten/ kota
1000 mm/tahun;
 Lapisan tanahnya berupa
pasir halus berukuran
minimal 1/16 mm;
 Mempunyai kemampuan
meluluskan air dengan
kecepatan lebih dari 1
m/hari;
 Kedalaman muka air
tanah lebih dari 10 m
terhadap permukaan
tahan setempat;
 Kelerengan kurang dari
15%;
 Kedudukan muka air
tanah dangkal lebih tinggi
dari kedudukan muka air
tanah dalam.
2. Kawasan perlindungan setempat
2.1 Sempadan pantai Daratan sepanjang tepian Non Hutan Kab. Bekasi, Kab.
pantai yang lebarnya Karawang, Kab.
proporsional dengan bentuk Sukabumi, Kab.
dan kondisi fisik pantai, Cianjur, Kab. Subang,
sekurang-kurangnya 100 m Kab. Garut, Kab.
dari titik pasang tertinggi ke Tasikmalaya, Kab.
arah darat Ciamis, Kab. Cirebon,
Kab. Indramayu, Kota
Cirebon

2.2 Sempadan  Sekurang-kurangnya 5 m Non Hutan Terletak di seluruh


sungai di sebelah luar sepanjang Daerah Aliran Sungai
kaki tanggul di luar (DAS)
kawasan perkotaan dan 3
m di sebelah luar

Rencana Pola Ruang 151


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
sepanjang kaki tanggul di
dalam kawasan perkotaan
 Sekurang-kurangnya 100
m di kanan kiri sungai
besar dan 50 meter di
kanan-kiri sungai kecil
yang tidak bertanggul
diluar kawasan perkotaan
 Sekurang-kurangnya 10 m
dari tepi sungai untuk
yang mempunyai
kedalaman tidak lebih
besar dari 3 m
 Sekurang-kurangnya 15 m
dari tepi sungai untuk
sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 3 m
- 20 m
 Sekurang-kurangnya 20 m
dari tepi sungai untuk
sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dr 20 m
 Sekurang-kurangnya 100
m dari tepi sungai untuk
sungai yang terpengaruh
oleh pasang surut air laut,
dan berfungsi sebagai
jalur hijau
2.3 Kawasan sekitar Daratan sepanjang tepian Non Hutan  Waduk Ir H.
waduk dan waduk dan situ yang Djuanda-Jatiluhur
danau/situ lebarnya proporsional Kab. Purwakarta;
dengan bentuk dan kondisi  Waduk Darma,
fisik waduk dan situ Waduk Wukulut,
sekurang-kurangnya 50 m Waduk Dadap
dari titik pasang tertinggi ke Beredung Kab.
arah darat. Kuningan;
Waduk Cirata (Kab.
Bandung Barat,
Cianjur, dan
Purwakarta);
 Waduk Cileunca,
Waduk
CipanunjangSitu
Sipatahunan (Kab.
Bandung);
 Waduk Saguling,
Situ Ciburuy, Situ
Lembang Kab.
Bandung Barat
 Situ Patok, Waduk
Sedong Kab.
Cirebon;
Situ Gede, Waduk
Pongkor, Situ
Kemang, Waduk
Lido, Waduk Cikaret
Kab. Bogor;
 Waduk Cipancuh dan
Situ Bolang Kab.

Rencana Pola Ruang 152


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
Indramayu;
 Waduk Sindang
Pano, Waduk
Sangyang, Situ
Anggrarahan, Situ
Rancabeureum (Kab.
Majalengka);
 Waduk Jatigede
(Kab. Sumedang);
 Waduk Cibeureum
(Kab. Bekasi);
 Situ Kamojing (Kab.
Karawang);
 Situ Bagendit (Kab.
Garut);
 Situ Gede (Kab.
Tasikmalaya);
 Situ Bojongsari (Kota
Depok)

7.4. Kawasan sekitar Kawasan dengan radius Non Hutan Lokasi tersebar di
mata air sekurang-kurangnya 200 m Kabupaten/Kota
di sekitar mata air
7.5 RTH Kota  Lahan dengan luas paling Lokasi tersebar di
sedikit 2.500 meter Kabupaten/Kota
persegi;
 Berbentuk satu hamparan,
berbentuk jalur, atau
kombinasi dari bentuk
satu hamparan dan jalur;
dan
 Didominasi komunitas
tumbuhan.
3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
3.1 Kawasan Hutan  Kawasan darat dan atau Hutan  CA Arca Domas, CA
cagar alam Konservasi perairan yang ditunjuk Yanlapa, dan CA
mempunyai luas tertentu Dungusiwul, terletak
yang menunjang di Kab. Bogor;
pengelolaan yang efektif  CA Talaga Warna
dengan daerah penyangga terletak di Kab.
cukup luas serta Bogor dan Kab.
mempunyai kekhasan Cianjur;
jenis tumbuhan, satwa  CA Takokak, CA
atau ekosistemnya; Cadas Malang, dan
 Kondisi alam baik biota CA Bojong Larang
maupun fisiknya masih Jayanti, terletak di
asli dan tidak atau belum Kab. Cianjur;
diganggu manusia  CA Gunung Simpang,
terletak di Kab.
Bandung dan
Cianjur;
 CA Telaga Patengan,
CA Gunung Malabar,
CA Cigenteng Cipanji
I/II, CA Yung Hun,
dan CA Gunung Tilu,
terletak di Kab.
Bandung;
 CA Papandayan
(perluasan) dan CA

Rencana Pola Ruang 153


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
Kawah Kamojang,
terletak di Kab.
Bandung dan Garut;
 CA Gunung
Tangkuban Parahu,
terletak di Kab.
Bandung dan
Subang;
 CA Talaga Bodas dan
Cagar Alam
Leuweung Sancang,
terletak di Kab.
Garut;
 CA Sukawayana,
Cagar Alam
Tangkuban Parahu
(Palabuhanratu) &
Cagar Alam
Cibanteng, terletak di
Kab. Sukabumi;
 CA Burangrang,
terletak di Kab.
Purwakarta;
 CA Gunung Jagat,
terletak di Kab.
Sumedang;
 CA Pananjung
Pangandaran dan
Cagar Alam Panjalu/
Koorders, terletak di
Kab. Ciamis

3.2. Kawasan Hutan  Kawasan yang ditunjuk Hutan  Suaka Margasatwa


suaka Konservasi merupakan tempat hidup Cikepuh terletak di
margasatwa & perkembangan dari Kab.Sukabumi
suatu jenis satwa yang  Suaka Margasatwa
perlu dilakukan upaya Gunung Sawal
konservasi terletak di
 Memiliki keanekaraga-man Kabupaten Ciamis
dan/atau keunikan satwa  Suaka Margasatwa
 Memiliki luas yang cukup Sindangkerta,
sebagai habitat jenis terletak di Kab.
satwa yang bersangkutan Tasikmalaya
3.3 Kawasan suaka Hutan Kawasan berupa perairan Hutan  Suaka Alam Laut
alam laut dan Konservasi laut, perairan darat, wilayah Leuweung Sancang,
perairan lainnya pesisir, muara sungai, terletak di
gugusan karang dan/atau Kabupaten Garut
yang mempunyai ciri khas  Suaka Alam Laut
berupa keragaman dan/atau Pangandaran,
keunikan ekosistem terletak di
Kabupaten Ciamis
3.4 Kawasan Hutan Minimal 130 kali nilai rata- Hutan  Muara Gembong,
mangrove Konservasi rata perbedaan air pasang terletak di
tertinggi dan terendah Kabupaten Bekasi
tahunan diukur dari garis air  Muara Bobos dan
surut terendah ke arah Blanakan, terletak di
darat. Kabupaten Subang
 Tanjung Sedari,
terletak di

Rencana Pola Ruang 154


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
Kabupaten
Karawang
 Eretan, terletak di
pantai Kabupaten
Indramayu dan
Kabupaten Cirebon
3.5 Taman nasional Hutan  Kawasan darat dan/atau Hutan  Taman Nasional
Konservasi perairan yang ditunjuk Gunung Gede
relatif luas, tumbuhan Pangrango di
dan/atau satwanya Kabupaten Sukabumi
memiliki sifat spesifik dan , Cianjur, dan
endemik serta berfungsi Kabupaten Bogor
sebagai perlindungan  Taman Nasional
sistem penyangga Gunung Halimun-
kehidupan, pengawetan Salak terletak di
keanekaragaman jenis Kabupaten Sukabumi
tumbuhan dan satwa dan Bogor
serta pemanfaatan secara  Taman Nasional
lestari sumberdaya hayati Gunung Ciremai,
dan ekosistemnya; terletak di
 Dikelola dengan sistem Kabupaten Kuningan
zonasi yang terdiri atas dan Majalengka
zona inti, zona
pemanfaatan dan zona
lain sesuai dengan
keperluan.
3.6. Taman hutan Hutan  Kawasan yang ditunjuk Hutan  Taman Hutan Raya
raya Konservasi mempunyai luasan Ir. H. Juanda
tertentu, yang dapat terletak Kota
merupakan kawasan Bandung, Kabupaten
hutan dan/atau bukan Bandung, dan
kawasan hutan; kabupaten Bandung
 Memiliki bentang alam Barat
dan akses yang baik untuk  Taman Hutan Raya
kepentingan pariwisata. Pancoran Mas
terletak di Kota
Depok
 Taman Hutan Raya
Gn. Kunci dan
Palasari terletak di
Kab. Sumedang
3.7. Taman wisata Hutan  Kawasan darat dan/atau Hutan  Taman Wisata Alam
alam Konservasi perairan yang ditunjuk Gunung Salak
mempunyai luas yang Endah, Taman
cukup dan lapangannya Wisata Alam Talaga
tidak membahayakan Warna dan Taman
serta memiliki keadaan Wisata Alam Gunung
yang menarik dan indah, Pancar terletak di
baik secara alamiah Kab. Bogor
maupun buatan;  Taman Wisata Alam
 Memenuhi kebutuhan Sukawayana terletak
rekreasi dan/atau olah di Kab. Sukabumi
raga serta mudah  Taman Wisata Alam
dijangkau. Jember terletak di
terletak di
Kab.Cianjur
 Taman Wisata
Alam Telaga
Patengan dan
Taman Wisata Alam

Rencana Pola Ruang 155


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
Cimanggu terletak di
Kab. Bandung
 Taman Wisata Alam
Curug Dago, terletak
di Kota Bandung
 Taman Wisata
Gunung Tangkuban
Parahu terletak di
Kab.Bandung Barat
dan Subang
 Taman Wisata Alam
Curug Santri,
terletak di Kab.
Karawang
Taman Wisata
Alam Kawah
Kamojang, terletak
di Kab. Bandung dan
Garut
 Taman Wisata
Alam Papandayan,
Taman Wisata Alam
Gn. Guntur, dan
Taman Wisata Alam
Talaga Bodas,
terletak di Kab.
Garut
 Taman Wisata
Alam Gunung
Tampomas, terletak
di Kab. Sumedang
 Taman Wisata
Alam Linggarjati,
terletak di Kab.
Kuningan
 Taman Wisata
Alam Pananjung
Pangandaran,
terletak di Kab.
Ciamis
3.8. Kawasan cagar  Benda buatan manusia, Non Hutan  Istana Bogor, Batu
budaya dan ilmu bergerak atau tidak Tulis dan Gedung
pengetahuan bergerak yang berupa Negara Badan
kesatuan atau kelompok, Koordinasi
atau bagian-bagiannya Pemerintahan dan
atau sisa-sisanya, yang Pembangunan
berumur sekurang- Wilayah I, terletak di
kurangnya 50 tahun atau Kota Bogor
mewakili masa gaya yang  Istana Cipanas,
khas dan sekurang- Megalitikum Gunung
kurangnya 50 tahun serta Padang, Kawasan
dianggap mempunyai nilai Makam Rd. Aria
penting bagi sejarah, ilmu Wiratanudatar di
pengetahuan, dan Cikundul, terletak di
kebudayaan; Kab. Cianjur
 Lokasi yang mengandung  Kawasan Gedung
atau diduga mengandung Sate, Gedung
benda cagar budaya Merdeka dan
Gedung Indonesia
Menggugat terletak

Rencana Pola Ruang 156


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
di Kota Bandung
 Situs Gunung
Kendan, Candi
Bojong Menje dan
Kawasan Makam
Syech Mahmud,
terletak di Kab.
Bandung
Observatorium
Bosscha dan
Kampung Budaya
Gua Pawon terletak
di Kab. Bandung
Barat
 Makam Sunan
Gunungjati, terletak
di Kab. Cirebon
 Gua Sunyaragi,
Keraton Kasepuhan,
Keraton Kanoman,
dan Keraton
Kacirebonan, Makam
Sunan Gunung Jati
dan Gedung Negara
Badan Koordinasi
Pemerintahan dan
Pembangunan
Wilayah III, terletak
di Kota Cirebon
 Museum Linggajati,
terletak di Kab.
Kuningan
 Kampung Naga dan
Kawasan Makam
Syech Abdul Muchyi
Pamijahan, terletak
di Kab. Tasikmalaya
 Gunung Kunci,
Komplek Museum
Prabu Geusan Ulun
& Komplek Makam
Dayeuh Luhur,
terletak di Kab.
Sumedang
 Candi Cangkuang,
Kampung Dukuh,
Kawasan Makam
Syech Muhidin dan
Gedung Negara
Badan Koordinasi
Pemerintahan dan
Pembangunan
Wilayah IV, terletak
di Kab. Garut
 Batu Tulis Ciaruteun,
Kampung Budaya
Sindangbarang,
Kampung Adat
Lemah Duhur, dan
Gua Gudawang,

Rencana Pola Ruang 157


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
terletak di Kab.
Bogor
Ciung Wanara
Karang Kamulyan,
Situ Lengkong dan
Kampung Kuta,
terletak di Kab.
Ciamis;
 Pulau Biawak,
terletak di Kab.
Indramayu;
 Kampung Ciptagelar,
terletak di Kab.
Sukabumi
Kawasan Makam
Syech Tb. Ahmad
Bakri dan Gedung
Negara Badan
Koordinasi
Pemerintahan dan
Pembangunan
Wilayah II, terletak
di Kab. Purwakarta
 Kawasan Situs Candi
Jiwa, Makam Syech
Quro dan Komplek
Monumen
Rengasdengklok,
terletak di Kab.
Karawang
Lain-lain kawasan
cagar budaya dan
ilmu pengetahuan
yang tersebar di
Kabupaten/ Kota
4. Kawasan rawan bencana alam
4.1. Kawasan  Kawasan berbentuk lereng Non Hutan Kab. Bogor, Kab.
rawan tanah yang rawan terhadap Sukabumi, Kab.
longsor perpindahan material Cianjur, Kab. Bandung,
pembentuk lereng berupa Kab. Garut, Kab.
batuan, bahan rombakan, Purwakarta, Kab.
tanah atau material Sumedang, Kab.
campuran; Tasikmalaya, Kab.
 Kawasan yang Ciamis, Kab.
diidentifikasi sering dan Majalengka, Kab.
berpotensi mengalami Kuningan, dan Kab.
kejadian tanah longsor. Cirebon

4.2. Kawasan  Kawasan sekitar pantai No n Hutan Kab. Cirebon, Kab.


gelombang yang rawan terhadap Indramayu, Kab.
pasang gelombang pasang Subang, Kab.
dengan kecepatan antara Karawang, dan Kab.
10 sampai dengan 100 Bekasi
kilometer per jam yang
timbul akibat angin
kencang atau gravitasi
bulan atau matahari;
 Kawasan yang
diidentifikasi sering dan
berpotensi tinggi

Rencana Pola Ruang 158


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
mengalami bencana
gelombang pasang.
4.3 Kawasan rawan Kawasan yang diidentifikasi Non Hutan Kab. Ciamis, Kota
banjir sering dan berpotensi tinggi Banjar, Kab. Cirebon,
mengalami bencana banjir. Kota Cirebon, Kab.
Majalengka, Kab.
Indramayu, Kab.
Subang, Kab. Bandung,
Kab. Karawang, dan
Kab. Bekasi

5. Kawasan lindung geologi


5.1. Kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars
a. Cagar alam Non Hutan  Kawasan Geologi
geologi Pasir Pawon dan Gua
Pawon Kab. Bandung
Barat
 Kawasan Geologi
Batu Obsidian
Nagreg, terletak di
Kab. Bandung
 Kawasan Geologi
Ciletuh Kab.
Sukabumi
 Kawasan Geologi
Rancah Kab. Ciamis
 Kawasan Geologi
Pasirgintung Kab.
Tasikmalaya

b. Kawasan Kars Pengertian : Kawasan Kars Non Hutan Kabupaten Bogor,


merupakan bentang alam Kabupaten Sukabumi,
yang unik dan langka. Kabupaten Cianjur,
Karena terbentuk dengan Kabupaten Karawang,
proses yang berlangsung Kabupaten Bekasi,
lama dan hanya dijumpai Kabupaten Purwakarta,
pada daerah-daerah Kabupaten Cirebon,
tertentu, sudah tentu Kabupaten Bandung
kawasan kars menjadi objek Barat, Kabupaten
eksplorasi dan eksploitasi Garut, Kabupaten
manusia. Tasikmalaya, dan
Kabupaten Ciamis
5.2. Kawasan rawan bencana alam geologi
a. Kawasan  Kawasan dengan jarak Non Hutan  Kawasan Gunung
rawan atau radius tertentu dari Salak, terletak di
letusan pusat letusan yang Kabupaten Bogor
gunung api terpengaruh langsung dan dan Sukabumi;
tidak langsung, dengan  Kawasan Gunung
tingkat kerawanan yang Gede-Pangrango,
berbeda; terletak di Kab.
 Kawasan di sekitar kawah Bogor, Cianjur, dan
atau kaldera; dan/atau Sukabumi
 Kawasan berupa lembah  Kawasan Gunung
yang dapat menjadi Patuha, Kawasan
daerah terlanda awan Gunung Wayang
panas, aliran lahar, lava, Windu, dan Kawasan
lontaran atau guguran Gunung
bau pijar dan/atau aliran Talagabodas,
gas beracun. terletak di Kab.
Bandung

Rencana Pola Ruang 159


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
 Kawasan Gunung
Ciremai, terletak di
Kab. Kuningan,
Cirebon, dan
Majalengka
 Kawasan Gunung
Guntur, terletak di
Kabupaten Garut
Kawasan Gunung
Tangkuban Parahu,
terletak di
Kab.Bandung dan
Subang
 Kawasan Gunung
Papandayan, terletak
di Kab. Garut dan
Bandung
 Kawasan Gunung
Galunggung, terletak
Kab. Tasikmalaya
dan Garut

b. Kawasan  Kawasan yang berpotensi Non Hutan  Tersebar di daerah


rawan dan/atau pernah rawan gempa bumi
gempa bumi mengalami gempa bumi Bogor-Puncak-
tektonik dengan skala VII sampai Cianjur, daerah
dengan XII Modified rawan gempa bumi
Mercally Intensity (MMI); Sukabumi-
 Kawasan yang mempunyai Padalarang-Bandung
sejarah kegempaan yang  Daerah rawan
merusak; gempa bumi
 Kawasan yang dilalui oleh Purwakarta-Subang-
patahan aktif Majalengka
daerah yang mempunyai  Daerah rawan
catatan kegempaan gempa bumi Garut-
dengan kekuatan Tasikmalaya-Ciamis
(magnitudo) lebih besar
dari 5 pada skala richter;
 Kawasan dengan batuan
dasar berupa endapan
lepas seperti endapan
sungai, endapan pantai
dan batuan lapuk;
 Kawasan lembah
bertebing curam yang
disusun batuan mudah
longsor.

c. Kawasan Kawasan dengan kerentanan Non Hutan Kab. Bogor, Kab.


rawan tinggi untuk terpengaruh Cianjur, Kab.
gerakan gerakan tanah, terutama jika Sukabumi, Kab.
tanah kegiatan manusia Purwakarta, Kab.
menimbulkan gangguan Subang, Kab. Bandung,
pada lereng di kawasan ini. Kab. Bandung Barat,
Kab. Sumedang, Kab.
Garut, Kab.
Tasikmalaya, Kab.
Ciamis, Kab. Kuningan
dan Kab. Majalengka

Rencana Pola Ruang 160


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
d. Kawasan  Sempadan dengan lebar Non Hutan  Kawasan yang
yang terletak paling sedikit 250 meter berada di sekitar
di zona sesar dari tepi jalur patahan Sesar Cimandiri
aktif aktif; (Palabuhanratu-
 Kawasan dengan Padalarang)
kerentanan karena  Kawasan yang
terdapat pada zona sesar berada di sekitar
yang aktif. Sesar Lembang
(Bandung Barat)
 Kawasan yang
berada di sekitar
Sesar Baribis
(Kuningan-
Majalengka)

e. Kawasan Pantai dengan elevasi Non Hutan Tersebar di Kab.


rawan rendah dan/atau berpotensi Ciamis, Kab.
tsunami atau pernah mengalami Tasikmalaya, Kab.
tsunami. Garut, Kab. Cianjur,
dan Kab. Sukabumi
f. Kawasan Pantai yang berpotensi Non Hutan Kab. Bekasi, Kab.
rawan abrasi memiliki kerentanan Karawang, Kab.
terjadinya abrasi dan/atau Subang, Kab.
pernah mengalami abrasi. Indramayu, Kab.
Cirebon, Kab.
Sukabumi, Kab.
Cianjur, Kab. Garut,
Kab. Tasikmalaya dan
Kab. Ciamis
5.3 Kawasan yang Meliputi kriteria kawasan Non hutan Tersebar di
memberikan imbuhan air tanah : Kabupaten/Kota
perlindungan  Memiliki jenis fisik batuan
terhadap air tanah dengan
tanah kemampuan meluluskan
air dengan jumlah yang
berarti;
 Memiliki lapisan penutup
tanah berupa pasir sampai
lanau;
 Memiliki hubungan
hidrogeologis yang
menerus dengan daerah
lepasan; dan/atau
 Memiliki muka air tanah
tidak tertekan yang
letaknya lebih tinggi
daripada muka air tanah
yang tertekan.

6. Kawasan lindung lainnya


6.1 Taman Buru Hutan  Areal yang ditunjuk Hutan Taman Buru Gunung
Konservasi mempunyai luas yang Masigit Kareumbi
cukup dan lapangannya terletak di Kab.
tidak membahayakan; dan Bandung, Garut, dan
atau Sumedang

Rencana Pola Ruang 161


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
 Kawasan yang terdapat
satwa buru yang
dikembangbiakan
sehingga memungkinkan
perburuan secara teratur
dengan mengutamakan
segi rekreasi, olahraga,
dan kelestarian satwa.
6.2 Kawasan  Areal yang ditunjuk Non Hutan  Muara Gembong,
perlindungan memiliki jenis plasma terletak di
plasma nutfah nutfah tertentu yang Kabupaten Bekasi
eks-situ belum terdapat di dalam  Kebun Raya Bogor,
kawasan konservasi yang terletak di Kota
telah ditetapkan; Bogor
 Merupakan areal tempat  Taman Safari
pemindahan satwa yang Indonesia,
merupakan tempat Taman Buah
kehidupan baru bagi Mekarsari, dan
satwa tersebut Gunung Salak
mempunyai luas cukup Endah, terletak di
dan lapangannya tidak Kabupaten Bogor
membahayakan.  Taman Bunga
 Kawasan perlindungan Nusantara, Kebun
plasma nutfah eks-situ Raya Cibodas,
adalah kawasan di luar terletak di
kawasan suaka alam dan Kabupaten Cianjur
pelestarian alam yang  Pantai Pangumbahan
diperuntukkan bagi dan Perairan
pengembangan dan Sukawayana,
pelestarian pemanfaatan terletak di
plasma nutfah tertentu. Kabupaten Sukabumi
 Jatiluhur-
Sanggabuana,
terletak di Kabu-
paten Purwakarta
 Kawah Putih dan
Gunung Patuha,
terletak di
Kabupaten Bandung
 Kebun Binatang
Bandung, terletak di
Kota Bandung
 Cimapang-
Rancabuaya, terletak
di Kab. Garut
Gunung Cakrabuana,
Sirah Cimunjul, dan
Gunung
Galunggung, terletak
di Kab. Tasikmalaya
Pantai Majingklak,
Karang Kamulyan,
Cipanjalu, dan
Cukang Taneuh,
terletak di Kab.
Ciamis
 Gunung Ageung,
terletak di Kab.
Majalengka;

Rencana Pola Ruang 162


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
 Muara Cimanuk dan
Pulau Biawak,
terletak di Kab.
Indramayu
 Kebun Raya
Kuningan, terletak di
Kab. Kuningan
6.3 Kawasan  Berupa kawasan yang Perairan Laut  Pantai Cilamaya,
Terumbu Karang berbentuk dari koloni terletak di Kab.
masif dari hewan kecil Karawang
yang secara bertahap  Pantai Bobos di Kab.
membentuk terumbu Subang
karang;  Pantai Majakerta dan
 Terdapat di sepanjang Pulau Biawak di Kab.
pantai dengan kedalaman Indramayu
paling dalam 40 meter;  Pantai Karang Hawu,
dan Cisolok, Citepus,
 Dipisahkan oleh laguna Surade, Ciracap,
dengan kedalaman antara Ciwaru di Kab.
40 sampai dengan 75 Sukabumi
meter.  Santolo,
Cilauteureun sampai
Cagar Alam sancang,
Cikelet di Kab. Garut
 Pantai Cipatujah
sampai
Karangtawulan di
Kab. Tasikmlaya
 Pantai Krapyak,
Pantai Timur dan
Barat Cagar Alam
Pananjung, Pantai
Karang Jaladri di
Kab. Ciamis
6.4 Kawasan Koridor  Berupa kawasan yang  Tempat bertelur
bagi Satwa atau memiliki ekosistem unik, penyu hijau,
Biota Laut yang biota endemik, atau terdapat di Ciracap
Dilindungi proses-proses penunjang dan Ujung Genteng,
kehidupan; dan Kab. Sukabumi
 Mendukung alur migrasi  Tempat bertelur
biota laut. penyu hijau,
terdapat di Pantai
Keusik Luhur, Kab.
Ciamis
 Tempat bertelur
penyu, terdapat di
Pantai Cipatujah,
Kab. Tasikmalaya
6.5 Kawasan yang Kawasan yang berdasarkan Non hutan Tersebar di luar
sesuai untuk kriteria teknis digolongkan ke kawasan hutan negara,
hutan lindung dalam kawasan lindung yang memiliki skor >
175, dihasilkan dari
analisis hutan lindung
kriteria SK Mentan No.
837/KPTS/Um/11/1980

Sumber : Keppres No. 32/1990, SK Menhut No. 419/Kpts II/1999, Perda No. 2/1996, PP No 26 Tahun 2008
tentang RTRWN, Peta Penunjukkan Kawasan Hutan Provinsi Jawa Barat (sesuai Surat Menhut
Nomor S.276/Menhut-VII/2010), Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2009

Rencana Pola Ruang 163


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Tabel 4.2 Luas Kawasan Lindung per kab/kot

Rencana Pola Ruang 164


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Pola Ruang 165


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Berdasarkan proporsi kawasan lindung per kabupaten/kota, Kabupaten Garut


memiliki luas kawasan lindung terbesar yaitu 81,39%, selanjutnya Kabupaten Bandung
70,40%, Kabupaten Tasikmalaya 64,32%, Kabupaten Cianjur 58,27%, dan Kabupaten
Bandung Barat sebesar 57,18%. Dengan demikian, untuk mencapai rencana penetapan
kawasan lindung di Jawa Barat sebesar 45% sasaran pengembangan kawasan lindung
adalah :
a. Tercapainya proporsi luas kawasan lindung Jawa Barat sebesar 45 % dari luas Jawa
Barat atas dasar kriteria kawasan-kawasan yang berfungsi lindung.
b. Terjaganya fungsi lindung pada kawasan lindung non hutan.
c. Terjaganya kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis.
Terjaminnya ketersediaan sumber daya air.
d. Berkurangnya lahan kritis.
e. Terbentuknya kawasan penyangga di sekitar kawasan hutan lindung dan konservasi.
f. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya pada kawasan lindung.
g. Berkurangnya dampak bencana alam yang diakibatkan oleh kerusakan alam.

4.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang menjadi kewenangan provinsi dan
merupakan kawasan strategis provinsi, dapat berupa kawasan peruntukan hutan
produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian pangan ,
kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan
pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan
peruntukan lainnya.

4.2.1 Kawasan Hutan Produksi


Dengan memperhatikan kriteria kawasan budidaya hutan produksi yang terdapat
dalam RTRWN maka arah pengembangan kawasan budidaya hutan produksi adalah :
1. Meningkatkan pembangunan lintas sektor dan subsektor, serta kegiatan ekonomi
sekitarnya
2. Meningkatkan fungsi lindung
3. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya hutan

Rencana Pola Ruang 166


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
4. Meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat
5. Meningkatkan kesempatan kerja terutama masyarakat setempat
6. Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah
setempat.

4.2.2 Kawasan Hutan Rakyat

Arah pengembangan kawasan budidaya hutan rakyat adalah sebagai berikut :


1. Mengarahkan pengembangan kawasan budidaya hutan rakyat pada kawasan yang
dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.
2. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan
3. Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah
setempat

4.2.3 Kawasan Pertanian Pangan

Kawasan budidaya pertanian pangan merupakan kawasan yang ditujukan untuk


mewujudkan ketahanan pangan nasional. Karena memiliki fungsi yang demikian krusial
maka arahan pengembangan pertanian difokuskan pada :

1. Mempertahankan kawasan pertanian pangan irigasi teknis


2. Mendukung ketahanan pangan provinsi dan nasional
3. Meningkatkan produktivitas melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola tanam
yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim
4. Ditunjang dengan pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu
menjamin ketersediaan air
5. Meningkatkan kesejahteraan petani dan pemanfaatan yang lestari.
Pengembangan kawasan pertanian pangan merujuk pada ketentuan sebagai
berikut:
1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian
2. Terutama berada dalam di lahan beririgasi teknis
3. memiliki kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan hortikultura dan
memperhatikan aspek penetapan kawasan hortikultura sesuai ketentuan peraturan
perundangan.
Kawasan pertanian pangan irigasi teknis, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten
Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten

Rencana Pola Ruang 167


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang,
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kota Bogor, Kota Bekasi,
Kota Depok, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, dan Kota
Banjar.

4.2.4 Kawasan Perkebunan


Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk:
1. meningkatkan pembangunan lintas sektor dan subsektor, serta kegiatan ekonomi
sekitarnya
2. meningkatkan pendapatan daerah
3. meningkatkan kesempatan kerja masyarakat setempat
4. mendorong terciptanya keterkaitan sektor hulu dan hilir perkebunan yang dapat
menstimulasi pengembangan ekonomi wilayah
5. meningkatkan nilai ekspor
6. mendukung keberlanjutan ekosistem di wilayah sekitarnya, terutama yang berfungsi
lindung.
Kawasan perkebunan, ditetapkan dengan ketentuan:
1. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan
2. memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan
Kawasan perkebunan, tersebar di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung
Barat, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Indramayu, Subang, dan
Purwakarta.

4.2.5 Kawasan Perikanan

Pengembangan kawasan perikanan, meliputi:

a. pengembangan kawasan budidaya air tawar;


b. pengembangan kawasan budidaya air payau;
c. pengembangan kawasan budidaya air laut; dan
d. pengembangan kawasan industri pengolahan perikanan.
Pengembangan kawasan perikanan, dilaksanakan untuk:
a. meningkatkan produksi ikan;
b. meningkatkan konsumsi ikan;

Rencana Pola Ruang 168


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
c. meningkatkan ekspor hasil pertanian;
d. meningkatkan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja;
e. meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan dan udang; dan
f. meningkatkan pengelolaan dan pelestarian sumberdaya perikanan.
Kawasan Perikanan, tersebar di Kabupaten Bekasi, Subang, Karawang, Indramayu,
Cirebon, Kuningan, Majalengka, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Bandung,
Bandung Barat, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kota Bandung, Bogor, dan
Sukabumi

4.2.6 Kawasan Pertambangan


Pengembangan kawasan pertambangan di perdesaan dilakukan dengan menjaga
kualitas lingkungan seingga kemantapan sektor pertambangan yang sudah tercapai terus
terjaga dan ditingkatkan sehingga pada tahapan ini adalah masa pemeliharaan pasokan
pertambangan, mantapnya desa mandiri pertambangan, mantapnya kemampuan
masyarakat dalam pembangunan sektor pertambangan.
Pengembangan kawasan pertambangan secara kewilayahan dalam bentuk
Wilayah Pertambangan yang terdiri dari Wilayah Pencadangan Negara (WPN), Wilayah
Usaha Pertambangan (WUP) maupun Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), diarahkan
untuk:
1. Meningkatkan pendapatan daerah dan perekonomian wilayah
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan
3. Mendorong peningkatan nilai tambah barang tambang untuk ekspor
4. Mendorong upaya pengendalian pemanfaatan kawasan pertambangan secara lestari,
baik untuk pertambangan skala besar maupun skala kecil
5. Meningkatkan penerapan penambangan yang memenuhi persyaratan keselamatan
dan kesehatan kerja
6. Meningkatkan penanggulangan kerusakan lahan di wilayah kerja pertambangan
7. Mendukung keberlanjutan ekosistem di wilayah sekitar kawasan
8. Mengembangkan alih teknologi penambangan bagi masyarakat sekitar kawasan
Kriteria kawasan pertambangan yang dimaksud adalah kawasan yang :
1. Memiliki sumberdaya dan potensi pertambangan yang berwujud padat, cair atau gas
berdasarkan data geologi, setelah dikoreksi oleh ruang yang tidak diperbolehkan, dan
masih layak untuk dieksploitasi secara ekonomis

Rencana Pola Ruang 169


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
2. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan
pertambangan secara berkelanjutan dan bukan merupakan daerah rawan bencana
dengan kerentanan bencana tinggi
3. Merupakan bagian proses upaya mengubah kekuatan ekonomi potensial menjadi
ekonomi riil
4. Tidak mengganggu fungsi kelestarian lingkungan hidup dan masyarakat sekitarnya
5. Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Penetapan kawasan pertambangan dilaksanakan :
1. Secara transparan, partisipatif dan bertanggungjawab;
2. Secara terpadu dengan memperhatikan pendapat dari instansi pemerintah terkait dan
masyarakat, dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya,
serta berwawasan lingkungan
3. memperhatikan aspirasi kabupaten/kota

4.2.7 Kawasan Industri


Pembangunan lokasi industri ditetapkan dengan ketentuan :
a. Kewajiban perusahaan industri berlokasi di kawasan industri kecuali untuk industri
yang memerlukan lokasi khusus, industri mikro, kecil dan menengah, serta industri di
kabupaten/kota yang belum memiliki kawasan industri,sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Memenuhi ketentuan teknis, tata ruang dan lingkungan untuk kegiatan industri, serta
efisien, memberikan kemudahan dan dayatarik bagi investasi
c. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menjamin pemanfaatan
sumberdaya alam yang berkelanjutan
d. Tidak mengubah kawasan pertanian berlahan basah dan beririgasi teknis; dan
menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah
Dengan mempertimbangkan hasil analisis ekonomi untuk Jawa Barat maka arahan
pengembangan bagi kawasan industri ditekankan pada :
1. Mengoptimalkan kawasan industri yang telah ada di koridor Cikarang-Cikampek
2. Mengembangkan kawasan industri di koridor Bandung-Cirebon dan koridor Sukabumi-
Bogor
3. Mendorong pengembangan industri kreatif dan telematika di WP KK Cekungan
Bandung

Rencana Pola Ruang 170


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
4. Memprioritaskan pengembangan industri yang berteknologi tinggi, ramah lingkungan,
dan membangkitkan kegiatan ekonomi
5. Memprioritaskan pengembangan industri yang menerapkan manajemen dan kendali
mutu, clean development mechanism, serta produksi bersih
6. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan industry mikro, kecil, dan menengah
yang ramah lingkungan, hemat lahan dan dapat menyerap tenaga kerja lokal
Pembangunan lokasi industri yang dilakukan di luar kawasan industri atau zona
industri, ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumberdaya alam serta mencegah
timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
b. dilengkapi dengan unit pengolahan limbah
c. memperhatikan pasokan air bersih dari sumber air permukaan
d. industri ramah lingkungan dan memenuhi kriteria ambang limbah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
e. pengelolaan limbah secara terpadu untuk industri dengan lokasi berdekatan

Dalam hal pengembangan kawasan industri yang telah ada untuk mengoptimalkan
fungsi kawasan industri di Jawa Barat, ditetapkan beberapa kawasan industri baik yang
sudah operasional maupun yang belum operasional, diantaranya :
1. Kawasan Industri MM2100 Industrial Town, Cibitung Kab. Bekasi
2. Kawasan Industri EJIP (NEGAI), Cikarang, Cibarusah, Kab. Bekasi
3. Kawasan Industri Bekasi International Industrial Estate, Desa Sukaresmi, Kab. Bekasi
4. Kawasan Industri Jababeka Cikarang & Cilegon, Cikarang dan Cilegon, Kab. Bekasi
5. Kawasan Industri Lippo Cikarang Industrial Park, Cikarang, Kab. Bekasi
6. Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya Industrial Estate, Cikarang, Kab. Bekasi
7. Kawasan Industri Gobel, Cibitung, Kab. Bekasi
8. Kawasan Industri Marunda Centre-International Warehouse & Industrial Estate, Kab.
Bekasi
9. Kawasan Industri Sentul, Kab. Bogor
10. Kawasan Industri Cibinong Centre Industrial Estate, Kec. Citeureup-Klapanunggal,
Kab. Bogor
11. Kawasan Industri KIIC, Kec. Teluk Jambe, Kab. Karawang
12. Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima, Kec. Teluk Jambe, Kab. Karawang
13. Kawasan Industri Indotaisei Kota Bukit Indah, Kec. Cikampek, Kab. Karawang
14. Kawasan Industri Kujang Cikampek, Kec. Cikampek, Kab. Karawang

Rencana Pola Ruang 171


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
15. Kawasan Industri Mandalapratama Permai, Kec. Cikampek. Kab. Karawang
16. Kawasan Industri Mitrakarawang, Kec. Ciampel, Kab. Karawang
17. Kawasan Industri Karawang 2000 Industrial Estate, Kab. Karawang
18. Kawasan Industri Suryacipta City of Industry, Kec. Ciampel, Kab. Karawang
19. Kawasan Industri Kota Bukit Indah-Industrial City, Kab. Karawang dan Kab.
Purwakarta
20. Kawasan Industri Lion, Kec. Campaka, Kab. Purwakarta
21. Kawasan Industri Ciambar, Kab. Sukabumi.
22. Kawasan Industri Rancaekek Industrial Estate, Kab. Sumedang dan Kab. Bandung

4.2.8 Kawasan Pariwisata


Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pengembangan kawasan pariwisata di
Jawa Barat diarahkan kepada tiga jalur wisata unggulan, yaitu kawasan wisata unggulan
jalur utara, tengah dan selatan. Kawasan wisata unggulan yang terletak pada jalur utara
adalah :
a. Kawasan Wisata Industri dan Bisnis Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang
b. Kawasan Wisata Agro di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten
Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Cirebon
c. Kawasan Wisata Budaya Pesisir Cirebon

Kawasan wisata yang terletak di jalur tengah adalah :


a. Kawasan Eko Wisata Puncak, Kebun Raya Cibodas, Gunung Gede-Pangrango, Talaga
Warna, Gunung Tangkubanparahu, Gunung Ciremai, Gunung Halimun dan
Pegunungan di kawasan Bandung Selatan
b. Kawasan Wisata Agro Kabupaten Bogor, Kota Bogor,Kabupaten Cianjur, Kota
Sukabumi, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung Barat
dan Kabupaten Bandung
c. Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan di WP KK Cekungan Bandung
d. Kawasan Wisata Kriya dan Budaya Priangan

Kawasan wisata yang terletak di jalur selatan adalah :


a. Kawasan Eko Wisata Palabuhanratu, Cipatujah, Hutan Sancang, Ujunggenteng,
Rancabuaya, Cilauteureun dan Cijayanti

Rencana Pola Ruang 172


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
b. Kawasan Wisata Agro di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten
Tasikmalaya dan Kota Banjar
c. Kawasan Wisata Minat Khusus Daerah bagian Selatan
d. Kawasan Wisata Rekreasi Pantai Pangandaran

4.2.9 Kawasan Budidaya lainnya


- Kawasan Perdagangan dan Jasa
Sektor perdagangan dan jasa juga merupakan sektor yang menjadi unggulan
dalam setiap wilayah pengembangan. Sektor ini akan difokuskan untuk dikembangkan
pada kawasan perkotaan (PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL) Jawa Barat sesuai dengan
fungsinya.
Kawasan perdagangan dan jasa yang dimaksud adalah kawasan perdagangan dan
jasa yang berada pada simpul perkotaan setingkat PKN/ PKNp untuk melayani kegiatan
lintas provinsi atau berada pada simpul perkotaan setingkat PKW/ PKWp untuk melayani
kegiatan lintas kabupaten/kota. Kawasan ini juga memiliki prasarana berupa jaringan
jalan, pelabuhan laut dan/atau bandar udara, prasarana listrik, telekomunikasi dan air
baku. Selain itu, kawasan perdagangan dan jasa hendaknya juga memiliki fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi kawasan.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa diarahkan pada:
1. Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa guna mewujudkan pusat-pusat
kegiatan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL sebagai kawasan perkotaan sesuai
dengan fungsinya
2. Membatasi perluasan kegiatan perdagangan di perkotaan pada kawasan yang telah
berkembang pesat dan kawasan yang berfungsi lindung
3. Peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal, regional,
nasional dan internasional
4. Peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok masyarakat yang efektif
dan efisien
5. Peningkatan perlindungan konsumen, pasar tradisional dan kesadaran penggunaan
produksi dalam negeri
6. Penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor

- Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

Rencana Pola Ruang 173


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
Pengembangan kawasan permukiman di Jawa Barat dirumuskan dalam bentuk
indikasi arahan peraturan zonasi berupa pengaturan pengembangan fungsi kawasan
perkotaan untuk PKN dan pengembangan fungsi kawasan perkotaan untuk PKW.
Kawasan pengembangan permukiman perkotaan merujuk pada kriteria berikut:
1. Pengembangan permukiman perkotaan di kawasan rawan bencana alam dan
bencana alam geologi, dilaksanakan dengan persyaratan teknis
2. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana gunung api
3. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan
4. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung
5. Sesuai kriteria teknis kawasan peruntukan permukiman yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Arahan pengembangan kawasan permukiman perkotaan adalah :


a. mengembangkan kawasan permukiman vertikal pada kawasan perkotaan dengan
intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi
b. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang
menengah hingga tinggi, mencakup kawasan perkotaan yang menjadi kota inti PKN
c. mengendalikan kawasan permukiman horizontal pada kawasan perkotaan dengan
intensitas pemanfaatan ruang menengah, termasuk kota mandiri dan kota satelit
d. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang
menengah, mencakup kawasan perkotaan selain yang berfungsi sebagai kota inti
PKN.

- Ruang Terbuka Hijau (RTH)


RTH menurut RTRWN adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Dengan memperhatikan definisi dan pembahasan mengenai RTH maka arahan
pengembangan RTH adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan luasan RTH minimal 30% dari luasan kawasan perkotaan.
2. Menegaskan dan melindungi kawasan-kawasan yang termasuk ke dalam RTH. Adapun
komponen RTH di kawasan perkotaan Jawa Barat dibagi menjadi dua komponen
besar, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Rencana Pola Ruang 174


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
3. Komponen RTH yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah:
a. RTH privat, meliputi :
1. pekarangan rumah tinggal
2. halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha
3. taman dan taman di atap bangunan (roof garden)
4. lapangan olahraga
b. RTH publik, meliputi :
1. RTH taman dan hutan kota, meliputi :
a) taman RT, taman RW, taman kelurahan dan taman kecamatan
b) taman kota
c) hutan kota
d) sabuk hijau (green belt)
2. RTH jalur hijau jalan, meliputi :
a) pulau jalan dan median jalan
b) jalur pejalan kaki
c) ruang di bawah jalan layang
3. RTH fungsi tertentu, meliputi :
a) RTH sempadan rel kereta api
b) jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi
c) RTH sempadan sungai
d) RTH sempadan pantai
e) RTH pengamanan sumber air baku/mata air
f) lapangan olahraga
g) Taman Pemakaman

- Kawasan Budidaya Perdesaan


a. Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan, diarahkan pada pengembangan
ruang permukiman horisontal dengan mempertimbangkan kegiatan dalam
kawasan perdesaan, mencakup kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, perikanan, pengelolaan sumberdaya alam, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Rencana Pola Ruang 175


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
b. Kawasan Agribisnis
Pengembangan agribisnis dimulai dengan penataan dan penyelesaian
permasalahan yang dihadapi di setiap subsistem agribisnis di perdesaan. Dari segi
sistem agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah :
(1) penataan agribisnis yang ada
(2) perbaikan subsistem agribisbnis yang bermasalah
(3) revitalisasi agribisnis untuk pembangunan ekonomi
(4) mengubah proporsi peran agribisnis dalam struktur PDRB Provinsi Jawa Barat,
dan
(5) realokasi sumber daya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan agribisnis.

Revitalisasi agribisnis dalam kerangka pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat


terkait dengan koreksi, pemantapan, dan pengembangan, kebijakan yang telah
dibuat. Koreksi dilakukan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem
yang lebih luas, bukan hanya identik dengan sektor pertanian primer. Dengan
menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan mengubah
proporsi peran agribisnis dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Implikasi lebih
lanjut dari reposisi ini adalah realokasi sumber daya ekonomi yang lebih berat ke
pengembangan agribisnis.

c. Kawasan Wisata Perdesaan


Pengembangan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan keunggulan daya tarik
wisata di wilayah perdesaan melalui pengembangan produk wisata yang unik,
tradisional dan mencerminkan jati diri masyarakat Jawa Barat yang berakar pada
alam dan budaya, peningkatan kinerja objek dan daya tarik wisata yang berdaya
saing serta pemanfaatan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan. Selain itu, dilakukan juga peningkatan pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat (community based development) serta kualitas
sarana dan prasarana pariwisata dengan standar internasional.

- Kawasan Industri Kecil Menengah (IKM)


Aspek industri diarahkan untuk meningkatkan konsolidasi dan jejaring
(networking), melalui peningkatan peran sektor industri kecil dan menengah (IKM),
Industri Kreatif, IKM berorientasi ekspor dan IKM berbasis sumberdaya lokal serta ramah
lingkungan, dalam struktur industri, peningkatan kemitraaan antarindustri, dan

Rencana Pola Ruang 176


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
peningkatan tumbuhnya industri-industri andalan masa depan Jawa Barat sebagai
kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi. Arahan pengembangan kawasan IKM
dilakukan dengan penataan sentra-sentra industri yang sudah ada dengan tetap menjaga
aspek ramah lingkungan.

- Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan mencakup penetapan lokasi yang digunakan untuk
kepentingan pengembangan peternakan termasuk penyediaan rumah potong hewan,
berupa penyediaan lahan yang memenuhi persyaratan teknis peternakan dan kesehatan
hewan.
Pengembangan kawasan peternakan diselenggarakan dalam rangka mencukupi
kebutuhan pangan, barang dan jasa asal hewan secara mandiri, berdaya saing dan
berkelanjutan, bagi peningkatan kesejahteraan peternak dan masyarakat sekitarnya.
Pengembangan kawasan peternakan dapat dilaksanakan secara tersendiri dan/atau
terintegrasi dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan,
kehutanan, dan bidang lainnya yang terkait.

- Kawasan Pesisir dan Laut


Rencana pengembangan kawasan pesisir Jawa Barat terdiri dari arah
pengembangan kawasan permukiman, arah pengembangan kawasan bisnis kelautan dan
arah pengembangan kawasan wisata. Arah pengembangan wilayah pesisir Jawa Barat
dibedakan ke dalam 2 (dua) wilayah, yaitu wilayah pesisir utara dan wilayah pesisir
selatan Jawa Barat.

a. Kawasan Permukiman
Permukiman di wilayah pesisir utara dan selatan Jawa Barat memiliki karakteristik
dan masalah yang berbeda, namun secara umum permasalahan permukiman berupa
permukiman kumuh dan keterbatasan sarana prasarana dasar permukiman.
Secara mendasar, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan permukiman
di wilayah pesisir meliputi :
 Prinsip pengembangan;
 Pemilihan lokasi;
 Kualitas lingkungan;
 Aksesibilitas;
 Kepadatan penduduk;

Rencana Pola Ruang 177


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
 Dominasi kegiatan.
Prinsip pengembangan permukiman pesisir mengacu pada prinsip keberlanjutan,
harmonis, faktor hukum dan peraturan, daya dukung lingkungan, kondisi eksisting dan
profil demografi, kondisi fisik lingkungan, kebutuhan, pelayanan sosial, kepuasan
penghuni, supply demand, visi masa depan, isu strategis, konsultasi publik, monitoring
dan review program.
Wilayah pesisir yang dapat dikembangkan sebagai lokasi permukiman antara lain :
1. Wilayah pantai terbuka
Tipe permukiman yang dapat dikembangkan adalah permukiman kepadatan rendah,
menengah dan tinggi, mengacu pada kriteria kesesuaian lahan. Contoh wilayah ini
antara lain pada pantai berpasir dengan kemiringan landai.
2. Wilayah pantai tertutup
Batasan pengembangan kawasan permukiman didasarkan pada aspek lokasi, mitigasi
bencana, serta dukungan adanya sistem jaringan transportasi serta diselaraskan
dengan rencana pengembangan lainnya. Contoh wilayah ini antara lain teluk, laguna,
estuari, dan lain-lain.

Proses penentuan kawasan permukiman di wilayah pesisir adalah berdasarkan :


 Kriteria pemilihan lokasi mencakup kriteria fisik-ekologis, kriteria kebijakan, dan
kriteria sosial budaya.
 Kriteria perencanaan kawasan permukiman di wilayah pesisir mengacu pada kriteria
perencanaan tapak kawasan dan pertimbangan masalah lingkungan, mencakup
analisis makro dan mikro iklim, analisis daerah rawan banjir dan pasang surut,
perencanaan drainase, analisis persediaan air di kawasan, perbandingan tapak
kawasan, analisis dampak lingkungan dan data penunjang rencana tapak
permukiman.
Pengembangan kawasan permukiman nelayan di kawasan pesisir Jawa Barat
diarahkan sebagai berikut :
 Wilayah pesisir utara, dilaksanakan melalui pengembangan kawasan permukiman
yang dilengkapi sarana dan prasarana dasar serta berada di luar kawasan kerusakan
pesisir dan rawan bencana pesisir; dan
 Wilayah pesisir selatan, dilaksanakan melalui penataan kawasan permukiman berbasis
mitigasi bencana, serta peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar
permukiman yang terintegrasi.

Rencana Pola Ruang 178


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
b. Kawasan Bisnis Kelautan
Bisnis kelautan meliputi perikanan laut, pariwisata bahari, pertambangan, industri
maritim, angkatan laut, bangunan kelautan, dan jasa kelautan. Pengembangan bisnis
kelautan Jawa Barat didasarkan pada potensi sumber daya laut, penetapan lokasi-lokasi
potensial dan pemanfaatan sumber daya kelautan.
Pengembangan kawasan bisnis kelautan diarahkan pada :
a. mengembangkan kawasan di bidang perikanan laut, meliputi :
1. kawasan pelabuhan perikanan;
2. kawasan perikanan tangkap;
3. kawasan perikanan budidaya; dan
4. kawasan industri pengolahan perikanan.
b. mengembangkan kawasan di bidang pertambangan dengan memperhatikan faktor
nilai tambah, potensi bahan galian, faktor pembatas, dayadukung dan dayatampung
lingkungan serta kebijakan Pemerintah;
c. mengembangkan kawasan di bidang industri maritime dengan memperhatikan :
1. kondisi wilayah hinterland;
2. persaingan dengan wilayah sekitar;
3. lokasi strategis terhadap aglomerasi aktivitas perekonomian masyarakat;
4. kebutuhan permintaan lahan industri;
5. kecenderungan industri yang berkembang;
6. ketersediaan prasarana transportasi regional;
7. ketersediaan jaringan utilitas;
8. keberlanjutan dan berwawasan lingkungan;
9. sumberdaya manusia; dan
10. jaminan keamanan.
d. mengembangkan infrastruktur perhubungan laut, mencakup pelabuhan utama untuk
kapal cepat maupun ferry yang menghubungkan antarpulau serta pelayaran rakyat
untuk pengangkutan barang dan jasa; dan
e. mengembangkan jasa kelautan, meliputi dukungan jasa finansial dan jasa bisnis
informasi.

c. Kawasan Wisata di Wilayah Pesisir


Kawasan wisata di Jawa Barat dikembangkan dengan prinsip pengembangan
ekowisata, agrowisata dan wisata budaya, yang didukung ketersediaan infrastruktur yang

Rencana Pola Ruang 179


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
memadai dan memperhatikan perkembangan kondisi fisik wilayah terkini. Sehingga
menghasilkan pengembangan kawasan wisata yang memiliki aksesibilitas tinggi dengan
dukungan kebijakan dan investasi wisata, serta berpotensi dapat memberikan efek
pengembangan kegiatan lain yang tentunya mendukung kegiatan wisata itu sendiri.
Arah pengembangan kawasan wisata di wilayah pesisir Jawa Barat terdiri dari:
 mengembangkan kawasan wisata pesisir, laut dan pulau kecil yang mempertahankan
konservasi lingkungan dan keberadaan kehidupan sosial masyarakat setempat;
 mengembangkan kawasan wisata di wilayah pesisir utara dengan prioritas pada
pengembangan Kawasan Wisata Budaya Pesisir Cirebon; dan
 mengembangkan kawasan wisata bahari di wilayah pesisir selatan yang ditetapkan
berdasarkan perwilayahan pengembangan pariwisata secara nasional, meliputi
pengembangan Kawasan Pantai Pangandaran, Kawasan Palabuhanratu, dan Pantai
Rancabuaya.

- Kawasan Pertahanan dan Keamanan


Rencana kawasan pertahanan keamanan mencakup penetapan lokasi yang
digunakan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan, yang bertujuan mengamankan
dan menjaga fungsi kawasan pertahanan keamanan. Sedangkan sasaran rencana
pengamanan tersebut adalah agar terkendalinya kegiatan pembangunan di kawasan
pertahanan keamanan, serta terjaminnya kepentingan pertahanan keamanan.
Kawasan pertahanan keamanan merupakan kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk kepentingan kegiatan pertahanan dan keamanan yang terdiri dari
kawasan pendidikan dan/atau latihan militer TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Udara,
TNI Angkatan Laut dan Kepolisian, kawasan pangkalan TNI angkatan Udara (Lanud),
kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal), serta kawasan militer dan kepolisian
lainnya. Kawasan pertahanan keamanan ditetapkan berdasarkan lokasi yang telah
ditentukan oleh TNI sebagai daerah latihan militer atau daerah pengamanan militer.
Kawasan pertahanan keamanan ditetapkan berdasarkan lokasi yang telah
ditentukan oleh TNI sebagai daerah latuhan militer atau daerah pengamanan militer.
a. Penetapan lokasi kawasan pendidikan dan/atau latihan militer TNI
Angkatan Darat
Lokasi kawasan pendidikan dan/atau latihan militer Tentara Nasional Indonesia
(TNI) Angkatan Darat, meliputi :

1. Kota Depok Kecamatan Pancoran Mas Kelurahan Cilodong

Rencana Pola Ruang 180


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
2. Kabupaten Bogor kecamatan Pamijahan Desa Gunung Bunder, Kecamatan Cibinong
Desa Kalibaru, Kecamatan Parung Desa Cogreg
3. Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Batujajar Desa Galanggang, Kecamatan Cisarua
Situ Lembang, Kecamatan Cipatat Desa Sumur Bandung
4. Kota Cimahi Gunung Bohong dan Kecamatan Cimahi Tengah Desa Setia Manah
5. Kabupaten Bandung Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Nagreg, dan Kecamatan
Cimenyan Desa Sindanglaya
6. Kabupaten Sukabumi Kecamatan Ciracap Desa Cibenda
7. Kabupaten Purwakarta Kecamatan Sukasari Desa Kertamanah
8. Kabupaten Karawang Kecamatan Pangkalan Gunung Sanggabuwana

b. Penetapan kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara


Kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara, meliputi:
1. Lanud Husein Sastranegara Kecamatan Andir, Kota Bandung
2. Sulaeman Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung
3. Suryadarma Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang
4. Atang Sanjaya Kecamatan Semplak, Kabupaten Bogor
5. Penggung Kota Cirebon
6. Sukani Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka
7. Nusawiru Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis
8. Wiryadinata Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Tasikmalaya
9. Pameungpeuk, Kecamatan pameungpeuk Kabupaten Garut
10. Kawasan pendidikan/latihan militer TNI AU Detasemen Bravo di Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor.

c. Penetapan kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut

Kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut, meliputi :


1. Lanal Bandung di Kota Bandung,
2. Posal Palabuhanratu dan Puslatpur Marinir TNI AL Antralim di Kabupaten Sukabumi,
3. Posal Pangandaran di Kabupaten Ciamis,
4. Lanal Cirebon di Kota Cirebon,
5. Posal Gebang di Kabupaten Cirebon,
6. Posal Eretan di Kabupaten Indramayu,
7. Posal Blanakan di Kabupaten Subang,

Rencana Pola Ruang 181


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
8. Kawasan latihan pendaratan di Pantai Santolo Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten
Garut
Kawasan Pos Polair, meliputi :
1. Pos Polair Cirebon dengan Sub Pos Kejawanan, Gebang, Bondet, Dadap, Eretan,
Mayangan, dan Ciparage
2. Pos Polair Pelabuhanratu dengan Sub Pos Cisolok, Ujunggenteng, dan Ciwaru
3. Pos Polair Pangandaran dengan Sub Pos Kalipucang, Pangandaran, Parigi, Batukaras,
dan Pameungpeuk

d. Penetapan lokasi kawasan pendidikan/latihan POLRI

Kawasan pendidikan/latihan POLRI, meliputi :


1. SPN Cisarua, Lembang di Kabupaten Bandung Barat berada di bawah naungan
Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat
2. SPN Lido di Kabupaten Bogor berada di bawah naungan Kepolisian Daerah Metro

Jaya
3. Secapa Polri di Kota Sukabumi berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan dan
Latihan Markas Besar Polri

e. Penetapan lokasi kawasan militer lainnya


Kawasan militer dan kepolisian lainnya, meliputi :
1. Kodam, Korem, dan Koramil
2. Komando Pendidikan dan Latihan TNI-AD dan Satuan Pelaksana dibawahnya, seperti

Pusdik Kav, Pusdiktop, Pusdikzi, dan Pusdik Ajen


3. Pusat Kesenjataan Kavaleri/Pusserkav, Pussen Armed, Pussen Arhanud, dan Pusenif
4. Secapa TNI AD dan Resimen Induk Komando Daerah Militer/Rindam
5. Pangkalan Peluncuran Roket di Pameungpeuk, Kabupaten Garut

Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Rencana Pola Ruang 182


MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029
Gambar 4.1
Peta Rencana Pola Ruang

Rencana Pola Ruang 183

You might also like