Professional Documents
Culture Documents
Digital - 142042 - ( - Konten - ) - Konten C9978 Bab 4 Rencana Pola Ruang
Digital - 142042 - ( - Konten - ) - Konten C9978 Bab 4 Rencana Pola Ruang
B AB I V
R E NC ANA POL A R U A NG
Rencana pola ruang wilayah provinsi meliputi rencana pola ruang kawasan lindung
dan rencana pola ruang kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi.
Adapun kriteria setiap komponen kawasan lindung dapat dilihat pada tabel 4.1.
Sedangkan luas kawasan lindung kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 4.2.
Berdasarkan jenis dan kriteria kawasan lindung tersebut, maka rencana pola ruang
kawasan lindung Provinsi Jawa Barat 2029 adalah :
a. menetapkan kawasan lindung provinsi seluas 45% dari luas seluruh wilayah Daerah
yang meliputi kawasan lindung hutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan,
serta ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018.
b. mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi
hidroorologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air
c. mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi
lindung.
Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya
1.1 Kawasan Hutan Hutan Kawasan hutan dengan Hutan Terletak di Kesatuan
berfungsi Lindung faktor-faktor kelerengan Pemangkuan Hutan
lindung lapangan, jenis tanah, dan (KPH): Bogor,
curah hujan dengan nilai Sukabumi, Cianjur,
skor lebih dari 125; Purwakarta, Bandung
dan/atau; Utara, Bandung
Kawasan hutan yang Selatan, Garut,
mempunyai kelerengan Tasikmalaya, Ciamis,
lapangan 40% atau lebih, Sumedang,
dan pada daerah yang Majalengka, Indramayu
keadaan tanahnya peka dan Kuningan.
terhadap erosi dg
kelerengan lapangan lebih
dari 25%; dan/atau
Kawasan hutan yg
mempunyai ketinggian
2.000 meter atau lebih
diatas permukaan laut.
1.2 Kawasan Kawasan dengan curah Non Hutan Tersebar di
resapan air hujan rata-rata lebih dari kabupaten/ kota
1000 mm/tahun;
Lapisan tanahnya berupa
pasir halus berukuran
minimal 1/16 mm;
Mempunyai kemampuan
meluluskan air dengan
kecepatan lebih dari 1
m/hari;
Kedalaman muka air
tanah lebih dari 10 m
terhadap permukaan
tahan setempat;
Kelerengan kurang dari
15%;
Kedudukan muka air
tanah dangkal lebih tinggi
dari kedudukan muka air
tanah dalam.
2. Kawasan perlindungan setempat
2.1 Sempadan pantai Daratan sepanjang tepian Non Hutan Kab. Bekasi, Kab.
pantai yang lebarnya Karawang, Kab.
proporsional dengan bentuk Sukabumi, Kab.
dan kondisi fisik pantai, Cianjur, Kab. Subang,
sekurang-kurangnya 100 m Kab. Garut, Kab.
dari titik pasang tertinggi ke Tasikmalaya, Kab.
arah darat Ciamis, Kab. Cirebon,
Kab. Indramayu, Kota
Cirebon
7.4. Kawasan sekitar Kawasan dengan radius Non Hutan Lokasi tersebar di
mata air sekurang-kurangnya 200 m Kabupaten/Kota
di sekitar mata air
7.5 RTH Kota Lahan dengan luas paling Lokasi tersebar di
sedikit 2.500 meter Kabupaten/Kota
persegi;
Berbentuk satu hamparan,
berbentuk jalur, atau
kombinasi dari bentuk
satu hamparan dan jalur;
dan
Didominasi komunitas
tumbuhan.
3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
3.1 Kawasan Hutan Kawasan darat dan atau Hutan CA Arca Domas, CA
cagar alam Konservasi perairan yang ditunjuk Yanlapa, dan CA
mempunyai luas tertentu Dungusiwul, terletak
yang menunjang di Kab. Bogor;
pengelolaan yang efektif CA Talaga Warna
dengan daerah penyangga terletak di Kab.
cukup luas serta Bogor dan Kab.
mempunyai kekhasan Cianjur;
jenis tumbuhan, satwa CA Takokak, CA
atau ekosistemnya; Cadas Malang, dan
Kondisi alam baik biota CA Bojong Larang
maupun fisiknya masih Jayanti, terletak di
asli dan tidak atau belum Kab. Cianjur;
diganggu manusia CA Gunung Simpang,
terletak di Kab.
Bandung dan
Cianjur;
CA Telaga Patengan,
CA Gunung Malabar,
CA Cigenteng Cipanji
I/II, CA Yung Hun,
dan CA Gunung Tilu,
terletak di Kab.
Bandung;
CA Papandayan
(perluasan) dan CA
Sumber : Keppres No. 32/1990, SK Menhut No. 419/Kpts II/1999, Perda No. 2/1996, PP No 26 Tahun 2008
tentang RTRWN, Peta Penunjukkan Kawasan Hutan Provinsi Jawa Barat (sesuai Surat Menhut
Nomor S.276/Menhut-VII/2010), Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2009
Dalam hal pengembangan kawasan industri yang telah ada untuk mengoptimalkan
fungsi kawasan industri di Jawa Barat, ditetapkan beberapa kawasan industri baik yang
sudah operasional maupun yang belum operasional, diantaranya :
1. Kawasan Industri MM2100 Industrial Town, Cibitung Kab. Bekasi
2. Kawasan Industri EJIP (NEGAI), Cikarang, Cibarusah, Kab. Bekasi
3. Kawasan Industri Bekasi International Industrial Estate, Desa Sukaresmi, Kab. Bekasi
4. Kawasan Industri Jababeka Cikarang & Cilegon, Cikarang dan Cilegon, Kab. Bekasi
5. Kawasan Industri Lippo Cikarang Industrial Park, Cikarang, Kab. Bekasi
6. Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya Industrial Estate, Cikarang, Kab. Bekasi
7. Kawasan Industri Gobel, Cibitung, Kab. Bekasi
8. Kawasan Industri Marunda Centre-International Warehouse & Industrial Estate, Kab.
Bekasi
9. Kawasan Industri Sentul, Kab. Bogor
10. Kawasan Industri Cibinong Centre Industrial Estate, Kec. Citeureup-Klapanunggal,
Kab. Bogor
11. Kawasan Industri KIIC, Kec. Teluk Jambe, Kab. Karawang
12. Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima, Kec. Teluk Jambe, Kab. Karawang
13. Kawasan Industri Indotaisei Kota Bukit Indah, Kec. Cikampek, Kab. Karawang
14. Kawasan Industri Kujang Cikampek, Kec. Cikampek, Kab. Karawang
- Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
- Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan mencakup penetapan lokasi yang digunakan untuk
kepentingan pengembangan peternakan termasuk penyediaan rumah potong hewan,
berupa penyediaan lahan yang memenuhi persyaratan teknis peternakan dan kesehatan
hewan.
Pengembangan kawasan peternakan diselenggarakan dalam rangka mencukupi
kebutuhan pangan, barang dan jasa asal hewan secara mandiri, berdaya saing dan
berkelanjutan, bagi peningkatan kesejahteraan peternak dan masyarakat sekitarnya.
Pengembangan kawasan peternakan dapat dilaksanakan secara tersendiri dan/atau
terintegrasi dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan,
kehutanan, dan bidang lainnya yang terkait.
a. Kawasan Permukiman
Permukiman di wilayah pesisir utara dan selatan Jawa Barat memiliki karakteristik
dan masalah yang berbeda, namun secara umum permasalahan permukiman berupa
permukiman kumuh dan keterbatasan sarana prasarana dasar permukiman.
Secara mendasar, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan permukiman
di wilayah pesisir meliputi :
Prinsip pengembangan;
Pemilihan lokasi;
Kualitas lingkungan;
Aksesibilitas;
Kepadatan penduduk;
Jaya
3. Secapa Polri di Kota Sukabumi berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan dan
Latihan Markas Besar Polri
Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 4.1.