You are on page 1of 47
HUBUNGAN PENGETAHUAN pe KELENGKAPAN IMUNISASI DASA DIPUSKESMAS TAWAELI KECAMATAN PALU UTARA Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Dipuskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara Aisyah', Firdaus’, Sringati’ Abstrak Imunisasi merupakan salah satu bagian dari program yang direncanakan pemerintah Republik Indonesia untuk menuju Indonesia Sehat. Program Imunisasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1956 dan mencapai keberhasilannya ketika Indonesia sempat dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974, dan eradikasi polio liar pada tahun 1995. Program imunisasi dikatakan efektif atau bisa memberikan dampak penurunan penyakit apabila cakupan tinggi dan mutu pelayanan terjaga sesuai standar termasuk penanganan rantai dingin. Tujuan penelitian diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bayi di puskesmas Tawaeli berjumlah 124 ibu. Jumlah sampel dalam penelitian ini sejumlah 55 ibu, cara pengambilan sampel dengan cluster sampling. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara dengan nilai_ p value=(0,750 > 0,05). Tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara dengan nilai Nilai p =(0,446 > 0,05). Kesimpulan dalam pefelitian ini tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara. Saran bagi Puskesmas Tawaeli agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, ibu, Bayi, Imunisasi 1. Program Studi IImu Keperawatan Stikes Widya Nusantara Palu 2. STIKes Widya Nusantara Palu Correlation Of Mother’s Knowledge And Behavior Toward Baby’s Basic Immunization Completeness At Tawaili Public Health Centre Of North Palu District Aisyah', Firdaus’, Sringati® ABSTRACT Immunization is one of programs that are planned by the government of Indonesia to achieve Health Indonesia. Immunization program has been started since 1956 and was successfully achieved when Indonesia was stated free from small pox in 1974 and eradicated wild small pox in 1995, Immunization program is succeeded effectively or contribute to the decreasing of illness in high achievement and stable service quality based on the standard include handling cold chain. This research aims at finding out correlation between knowledge and basic immunization completeness of baby at Tawaili Health Public Centre of North Palu district. Method used was observational analytic that applied cross sectional approach. Populations of this research were all baby’s mother at Tawaili Public Health Center that consisted of 124 people. The numbers of sample were 55 people that taken by cluster sampling technique. Based on findings, there is no a significant correlation between knowledge and basic immunization completeness of baby at Tawaili Public Health Centre in which p value = (0,750>0,05). Meanwhile, there is also no a significant correlation between behavior and basic immunization completeness of baby at Tawaili Public Health Centre of North Palu district in which p value = (0,446>0,05). In conclusion, there is no a significant correlation between behavior and basic immunization completeness of baby at Tawaili Public Health Centre of North Palu district. It is suggested to Tawaili Public Health Centre to conduct counseling to society in line with how important basic completeness of immunization is. Keywords _: Knowledge, Behavior, Mother, Baby, Immunization 1, Study Program of Nursing of STIKes Widya Nusantara Palu 2. STIKes Widya Nusantara Palu BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Dalam rangka lebih meningkatkan dan memfokuskan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah merumuskan visi yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat (Kemenkes, 2013). Mencapai visi dan misi tersebut dikembangkan empat strategi yaitu menggerakkan dan membudayakan masyarakat untuk hidup shat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan sistem surveilans monitoring informasi kesehatan dan meningkatkan pembiayaan kesehatan (Depkes RI, 2009). Pencapaian visi dan misi Departemen Kesehatan Republik Indonesia ditempuh melalui berbagai cara, salah satunya dengan menerapkan azas desentralisasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Metode tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sementara pemerintah pusat lebih berperan sebagai pengarah sesuai keputusan Menteri Kesehatan No.1457 tahun 2003 bahwa keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota diukur dengan indikator yang ditetapkan dalam standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan setempat (Depkes RI, 2009). Imunisasi merupakan salah satu bagian dari program yang direncanakan pemerintah Republik Indonesia untuk menuju Indonesia Sehat. Program Imunisasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1956 dan mencapai kebethasilannya ketika Indonesia sempat dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974, dan eradikasi polio liar pada tahun 1995. Bermula dari satu-dua jenis imunisasi saja, saat ini sudah terdapat beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan program imunisasi di Indonesia yang digunakan dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) (Syaifuddin, 2011). Imunisasi bertujuan untuk menimbulkan dan meningkatkan kekebalan seseorang terhadap penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang dahulu masih menjadi masalah besar bagi negara maju saat ini telah dapat ditekan serendah- rendahnya. Namun bagi negara berkembang penyakit infeksi masih menjadi masalah utama. Indonesia saat ini dalam masa transisi, di satu pihak penyakit infeksi masih menjadi masalah utama dan merupakan penyebab kematian yang tinggi sedangkan dilain pihak penyakit non infeksi sudah menunjukkan peningkatan dan mulai menjadi masalah yang sulit untuk dipecahkan (Maryunani, 2012). Pencapaian keberhasilan program imunisasi secara Nasional masih cukup rendah, yakni baru mencapai 69,6% pada tahun 2009. Hal ini masih jauh dari target yang diinginkan, yaitu 80% untuk tahun 2010 bahkan 100% yang ditargetkan terpenuhi pada tahun 2014. Pengerjaan program imunisasi terutama dipusatkan di Puskesmas (Maryunani, 2012). Pemberian imunisasi tidak hanya memberikan pencegahan tetapi juga memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang lebih banyak. Dengan peningkatan imunisasi dijadikan sebagai salah satu program pemerintah dalam pencegahan penyakit. Program imunisasi dikatakan efektif atau bisa memberikan dampak penurunan penyakit apabila cakupan tinggi dan mutu pelayanannya terjaga sesuai standar termasuk penanganan rantai dingin. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata itu berupa pencapaian UCI (Universal Child Imunization). Bayi dengan status imunisasi tidak lengkap di desa yang tidak mencapai UCI dapat menimbulkan peluang meningkatnya kejadian luar biasa suatu penyakit yang dapat dicegah dengan imuniasi (PD31) (Budioro, 2007). Upaya untuk memperoleh standar pelayanan yang baik puskesmas harus didukung oleh kelengkapan imunisasi dasar, menekankan pentingnya mutu pelayanan kesehatan mendahulukan fungsinya secara profesional yang berkesinambungan guna tercapainya tujuan pelayanan kesehatan yang baik (Budioro, 2007). Pengetahuan tentang imunisasi oleh ibu sangat diperlukan (Budioro, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan terhadap stimulus berupa materi, Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2010). Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap manipestasinya tidak dapat dilihat secara langsung tetapi hanya ditafsirkan lebih dahulu. Sikap merupakan predisposisi tindakan perilaku Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Secara lebih spesifik sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2007). Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) merupakan proaksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Target UCI tahun 2010 menurut Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 adalah 80%. Sedangkan standar pelayanan minimal menetapkan target 100 % desa/kelurahan UCI pada tahun 2010 untuk setiap kabupaten/kota. Pada tahun 2014, Indonesia telah mencapai cakupan imunisasi sebesar 94,2 % sebanyak 4.547.130 bayi telah diimunisasi, pada sasaran 4.861.382 bayi di Indonesia (Profil Data Kesehatan Indonesia, 2014). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014 jumlah sasaran imunisasi tercatat 51.575 yang berhasil diimunisasi_tercatat 50.852 (98,59%). Tahun 2015 jumlah sasaran imunisasi tercatat 52.035, yang berhasil diimunisasi tercatat 51.245 (98,48%) (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2015). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palu tahun 2014, cakupan imunisasi dasar terendah adalah imunisasi HBO (0<7 hari) 6.831 (98,4 %) dan imunisasi dasar tertinggi adalah Poliol 7.481 (108,5 %), dengan sasaran 6.804 bayi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palu menunjukkan bahwa dari 12 Puskesmas yang berada di Kota Palu, Puskesmas yang memiliki cakupan imunisasi yang rendah adalah Puskesmas Tawaeli (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2015). Puskesmas Tawaeli memiliki 4 RW dengan cakupan imunisasi dasar terendah adalah HBO 560 (85,2 %) dan cakupan imunisasi dasar tertinggi adalah Polio 1 635 (96,7%) dengan sasaran 657 bayi. Imunisasi BCG dari 635 bayi yang mendapat imunisasi BCG 503 (79,21%). Tahun 2015 dari 682 bayi yang mendapat imunisasi 612. Pada imunisasi campak dari 657 bayi, yang mendapat imunisasi 602. Tahun 2015 dari 612 yang mendapat imunisasi campak 582, Data dari Januari-April 2016 jumlah sasaran imunisasi tercatat 124 orang, dengan rincian 25 bayi di RW 1, 30 bayi di RW 2, 34 bayi di RW 3 dan di RW 4 39 bayi, namun yang diimunisasi 105 (84,67%) (Puskesmas Tawaeli, 2016). Pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita merupakan salah satu perilaku Kesehatan, Terwujud tidaknya perilaku Kesehatan tersebut bethubungan dengan berbagai faktor meliputi pengetahuan ibu, pendidikan, sikap serta petugas kesehatan (Jerniati, 2014). Penelitian sebelumnya Simanjuntak (2012) hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar dari 55 responden yang berpengetahuan baik tentang imunisasi dasar lengkap 35 responden. Kebanyakan responden berpengetahuan baik disebabkan Karena pendidikan responden adalah pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Studi pendahuluan peneliti lakukan tanggal 20 Mei 2016 terhadap 4 ibu bayi, 3 orang ibu bayi mengatakan bahwa mereka enggan membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi karena setelah diimunisasi buah hati mereka akan panas, | orang ibu bayi lainnya mengatakan bahwa tanpa imunisasi bayi mereka tetap akan sehat karena mereka memberikan Air Susu Ibu (ASI) yang cukup. Sikap mereka terhadap kegiatan imunisasi tidak begitu ditanggapi karena kebanyakan dari mereka sibuk dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan anggapan mereka cukup 1 atau 2 kali saja bayi diimunisasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara ”. . Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya rumusan masalah penelitian tersebut adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian tersebut adalah diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara. b. Diketahuinya hubungan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Tawaeli Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi khususnya kepada perawat tentang pentingnya kelengkapan imunisasi pada bayi. 2. Bagi Widya Nusantara Palu Penelitian ini sebagai bahan informasi diperpustakaan berupa bahan bacaan bagi para pembaca. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat betharga terutama dalam penelitian analitik. E. Keaslian Penelitian Albertina (2013), Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Balita Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Peran Perawat Di Poliklinik Anak Dibeberapa Poliklinik di Jakarta, bahwa masih banyak perawat puskesmas yang mengerjakan tugas non keperawatan di luar tugas sebagai perawat, desain yang digunakan dalam penelitian adalah analitik cross sectional dengan sampel 65 orang, 45 orang (69,2 %) yang berperan baik, sedangkan 20 responden (30,8 %) berperan kurang baik . Hasil uji statistik dengan Chi Square didapat nilai p = 0,006, artinya ada hubungan kelengkapan imunisasi dasar pada balita dengan eran perawat dibeberapa poliklinik di Jakarta, ‘Ningrum (2008), Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten Boyolali. diperoleh hasil bahwa pengetahuan ibu, jarak dengan puskesmas merupakan faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi, desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, dari 45 responden, berpengetahuan baik tentang tentang imunisasi sebanyak 30 (66,67%), berpengetahuan kurang baik 15 (33,33%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapat nilai p = 0,007, artinya ada hubungan faktor Pengetahuan ibu maupun jarak dengan puskesmas mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten Boyolali. BABII TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1, Pengertian a, Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar Ppengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). b, Pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions), dan penerangan-penerangan yang keliru (Sockanto, 2012). 2. Komponen Pengetahuan Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi (2011) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku buruk), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : a. Awareness (Kesadaran) Yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest (Ketertarikan) ‘Yaitu orang mulai tertarik pada stimulus. ¢. Evaluation (Menimbang-nimbang) Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial (Mencoba) Yaitu orang telah mencoba perilaku baru. e. Adoption (Adaptasi) Yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007). 3, Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan dibagi_ menjadi beberapa _bagian (Notoatmodjo, 2010), yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat Kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini ‘merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan . b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. . Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Analisis (Analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan _ seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan. . Sintesis (Synthesis) Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. |. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya (Wawan, 2011) : Pendidikan, dimana pendidikan adalah sebuah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. . Media, yang secara khusus didesain untuk meneapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah radio, koran dan majalah. . Keterpaparan informasi, pengertian informasi menurut kamus menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, data base, dan informasi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi. B. Tinjauan Umum Tentang Sikap 1, Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup pada seseorang tethadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Louis Thurstone dalam Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap sescorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukungatau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai derajad efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis. La Pierre dalam Azwar mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenal obyek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya (Sunaryo, 2013). Pengertian lain sikap disampaikan oleh Zimbardo dalam Rahmat (2010) merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan XN cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman Kognitif, reaksi afektif, kehendak dan perilaku. Sikap meliputi rasa suka tidak suka, mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya termasuk gagasan abstrak dan kebijakan sosial. Berdasarkan definisi atau pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju. Struktur Sikap Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang dickspresikan dalam kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu. Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap dan hal ini sudah terpolakan dalam pikirannya. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional atau evaluasi. Pada umumnya reaksi emosional sebagai komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai sesuatu yang benar dan berlaku bagi objek temaksud. Komponen konatif adalah aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak ‘mempengaruhi perilaku (Wawan, 2011). Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individu. Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai Komponen afektif, dengan tendensi perilaku sebagai komponen konatif menjadi landasan dalam upaya menyimpulkan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Bentuk perilaku yang mencerminkan komponen konatif tidak hanya dilihat secara langsung saja tetapi juga meliputi bentuk-bentuk perilaku berupa pemyataan atau perkataan yang disampaikan seseorang (Rahmat, 2010). Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : a. Menerima, artinya seseorang menerima stimulus yang diberikan. b. Menanggapi, artinya sescorang akan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau obyek yang dihadapi. c. Menghargai, artinya seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti, mau membahas dengan orang lain bahkan mempengaruhi orang lain untuk ikut merespons. d. Bertanggung jawab, artinya seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus berani menghadapi resikonya. 3. Pembentuk Sikap Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu. Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap obyek psikologis yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi pendidikan atau agama dan faktor emosi dalam diri individu. Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus, yang kemudian akan membentuk sikap positif atau negatif. Di samping itu, orang-orang di sekitar kita juga mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Penyampaian pesan melalui media pun telah memberi dasar afektif pada seseorang dalam menilai sesuatu sehingga terbentuklah sikap tertentu. Institusi pendidikan memberikan dasar pengertian dan konsep moral sehingga mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap seseorang (Azwar, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).. b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Kerena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka. Dalam bagian lain Allport dalam Wawan (2011) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni: a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu konsep b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek ¢. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Kadangkala sikap dapat bertabrakan dengan realitas, situasi menciptakan cognitive dissonanance. Cognitif dissonance adalah merupakan ketidaknyamanan psikologis apabila sikap dan perilaku tidak konsisten. Oleh karena itu, orang perlu menjaga konsistensi antara sikap, keyakinan dan perilaku mereka, Cognitif dissonance merupakan kondisi yang terjadi ketika kita merasakan ketidakkonsistenan antara keyakinan, Perasaan dan perilaku (Wibowo, 2014). C. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi 1, Pengertian Imunisasi dan Imunisasi Dasar Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa (Indarti, 2008). Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi-antibodi yang dalam bidang ilmu immunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut sebagai antigen). Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu (Pusat Promosi Kementerian Kesehatan, 2010). Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes, 2005). Yang dimaksud dengan imunisasi dasar menurut Ranuh, ef al dalam lisnawati (2011) adalah pemberian imunisasi BCG (1 kali), Hepatitis B (3 kali), DPT (3 kali), polio (4 kali) dan campak (1 Kali) sebelum bayi berusia 1 tahun . Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa imunisasi adalah usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin dalam tubuh bayi atau anak. Tujuan Imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit schingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Hidayat, 2009). Manfaat Imunisasi a. Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. b. Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan stres akibat anak sering sakit, Mendorong keluarga untuk menciptakan kondisi bagi anaknya untuk menjalani masa kanak-kanak yang ceria dan sehat. c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan cerdas untuk melanjutkan pembangunan negara (Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes, 2010). Macam-macam Imunisasi Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi 2 yaitu : 20 a. Imunisasi Aktif Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan Tespon seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory. Sika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. b. Imunisasi Pasif Imonisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat yang diperoleh melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Hidayat, 2009). 5. Vaksin dan Imunisasi Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin juga membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi tubuh terhadap penyakit (Lisnawati, 2011). ‘Macam-macam vaksin yang diberikan pada imunisasi yaitu: a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine) Tujuan pemberian vaksin BCG adalah untuk membuat Kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup. 2 Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2-3 bulan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas. Dosis untuk bayi berumur Kurang dari 1 tahun adalah 0,05 mL dan dosis untuk anak berumur lebih dari 1 tahun adalah 0,1 mL. BCG tidak menyebabkan demam. Suntikan BCG akan meninggalkan jaringan parut pada bekas suntikan (Rukiyah, 2010). Reaksi yang mungkin terjadi yaitu : 1) Reaksi lokal yaitu 1-2 minggu setelah penyuntikkan, pada tempat penyuntikkan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lau pecah dan membentuk Iuka terbuka (ulkus). Luka ini akhimya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu. 2) Reaksi regional yaitu pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau Ieher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. Vaksin DPT-HB (Combo) Vaksin DPT-HB merupakan vaksin kombinasi yang termasuk jmunisasi dasar bagi bayi yang wajib diberikan sebelum usia anak 1 tahun (Komalasari, 2013). Pemberian vaksin kombo ini memiliki keuntungan karena lebih praktis, mengurangi jumlah suntikan, mengurangi jumlah kunjungan kee fasilitas Kesehatan, dan mengurangi biaya pengobatan schinggs o 2 mampu meningkatkan kepatuhan terhadap imunisasi. Secara tidak Jangsung pemberian vaksin kombo dapat meningkatkan cakupan imunisasi. Imunisasi DPT-HB diberikan sebanyak 3 kali yaitu DPT- HBI pada usia 2-3 bulan, DPT-HB2 usia 3-4 bulan dan DPT-HB3 usia 4-6 bulan, Vaksin Polio Vaksin polio adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Vaksin polio disimpan dalam kemasan. Sebaiknya diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan diberikan sebanyak 3 kali pemberian dengan dosis 2 tetes dengan interval 4 minggu. imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). . Vaksin Campak Vaksin campak adalah virus yang dilemahkan. Tujuan pemberian vaksin ini adalah mendapat kekebalan terhadapa penyakit campak secara aktif, Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Apabila diberikan kurang dari usia 9 bulan harus diulangi pada usia 15 bulan. Vaksin disuntikkan secara subkutan dengan dosis 0,5 cc. 23 Efek samping dari vaksin ini yaitu demam tinggi yang terjadi 8- 10 hari setelah vaksinasi, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7-12 hari Pasca imunisasi (Deslidel, 2011) e. Vaksin hepatitis b Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Penularan dengan kontak darah yang terinfeksi atau produknya melalui suntikan yang tidak aman, transfusi darah, dari ibu ke bayi selama proses persalinan atau melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak sering kali subklinis dan biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya yaitu merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. 6. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi a. Difteria Penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas, Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gage! jantung. Penularan umumnya melalui udara (batuk/bersin). Selain itu, dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi (Lisnawati, 2011). 24 b. Pertusis Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “Batuk Seratus Hari” adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking. Bila dibiarkan berlarut-larut pertusis bisa _menyebabkan infeksi paru-paru. Selain itu, karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus, membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan otak (Rukiyah, 2010). c. Tetanus Penyakit tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang dan manusia. Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar yang terkontaminasi. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, Jengan atas dan paha (Lisnawati, 2011). 25 d. Tuberkulosis Penyakit TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tubercolosa. Penularan penyakit TBC terhadap Seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Gejala awalnya yaitu nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, demam lama (> 2 minggu), batuk terus menerus (> 3 minggu) dan bisa berkeringat pada malam hari . Poliomyelitis Penyakit poliomyelitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus polio 1,2,3 (genus enterovirus). Secara Klinis sering terjadi pada anak dibawah umur 15 tahun dengan gambaran kelumpuhan layuh akut (dcute Flaccid Paralysis). Penyebarannya melalui oro-fecal sedangkan kelumpuhannya dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan biasanya terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bila terjadi kelumpuhan otot-otot pernafasan dan tidak segera ditangani. . Campak Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita. Gejala-gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. ercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian 26 menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya (Rukiyah. 2010). Hepatitis B Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Penularan dengan kontak darah yang terinfeksi atau produknya melalui suntikan yang tidak aman, transfusi darah. dari ibu ke bayi ‘selama proses persalinan atau melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak sering kali subklinis dan biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya yaitu merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. 7, Jadwal Pemberian Imunisasi Tabel 2.1 : Jadwal Pemberian Imunisasi wajib pada bayi Kategori BCG DPTHB Polio Combo) Pemberian Thal Skat kali kali U kali Interval = 4 mii 4 HBO. : ‘Umur Toulan 2-11 O-lI bulan 0-7hari 9 bulan tan “Dosis____0,05 ce 0.Sec __2vees_0,5c¢ _05 cs TemparSuntikan Lengan Paha Diteteskan Paha Lengan tas tengah = dimulut_tengah iri Tuar, IC__luar, 1M war, [M___atas, IM (umber : Depkes RI, 2009). 8. Peralatan imunisasi Setiap obat yang berasal dari bahan biologik harus dilindungi terhadap sinar matahari, panas, suhu Deku termasuk juga vaksin Untuk sarana rantai vaksin dibuat socara khusus untuk menjaga potensi vaksin. Di bawah ini merupakan kebutuhan dan peralatan yang digunakan sebagai sarana penyi a Penyimpanan dan pembawa vaksin (Ditjen PP dan PL Depkes RI, 2009) : a. Lemaries Setiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari es standart Program. Setiap lemari es sebaiknya mempunyai 1 stop kontak tersendiri. Jarak lemari es dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan Kiri 15 om, sirkulasi udara di sekitarnya harus baik. Lemari es tidak boleh terkena panas matahari langsung. Suhu di dalam lemari es harus berkisar + 2° C sid + 8° C, sedangkan di dalam freezer berkisar antara -259 C s/d -15°C (Ranuh, 2008). b. Termos (vaccine carrier) Vaccine carrier adalah alat untuk mengirim atau membawa vaksin dari puskesmas ke posyandu atau tempat pelayanan jmunisasi lainnya yang dapat mempertahankan suhu 42°C =48°C. ©. Cold boks Cold box di tingkat puskesmas digunakan penyimpanan vaksin sementara apabila dalam keadaan darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lame, atau lemari es sedang rusak yang bila diperbaiki memakan waktu lama. Cold box berukuran besar, dengan ukuran 40-70 liter, dengan penyekat subu dari poliuetan, 4. Freeze tag ‘Freeze tag digunakan untuk memantau suhu dari kabupaten xe pukesmas pada waktu membawa vaksin, serta dari pukesmas 28 sampai ke lapangan atau posyandu dalam upaya peningkatan kualitas rantai vaksin, 9. Kelengkapan Iminisasi Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan Campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali, dan Campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (Depkes, 2009) : a. Imunisasi BCG Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang masih hidup (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009) : 1) Cara pemberian dan dosis Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada tay! umur <2 bulan, Pada bayi yang kontak erat dengan pasien ‘TB dengan bakteri tahan asam (BTA) +3 sebaiknya diberikan INH proflaksi dulu, apabila pasion Kontak sudeh tenang bayi dapat diberi BCG (Ranuh, 2008). 2) 3) 29 within Pa vaksin BCG harus_dilarutkan : larutkan dengan menggunakan alat suntik Herl (ADS 5 mi Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali Disuntian secara_j a ee : intrakutan di daerah lengan kanan atas insertion musculas deltoideus), dengan menggunakan ADS 9.05 mil. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum Jewat 3 jam (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009). Kontraindikasi Imunisasi BCG tidak boleh digunakan pada orang yang reaksi uji tuberkulin >5 mm, menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat imuno-supresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum_ tulang atau sistem limfe, menderita gizi buruk, menderita demam tinggi, menderita infeksi kulit yang halus, pemah sakit tuberkulosis, kebamilan (Ranuh, 2008). Efek samping Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat ‘umum seperti demam 1-2 minggukemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang terubeh menjadi pustula, kemudian peeah menjadi Taka, Luka pengobatan, akan sembuh secara spontan dan parut, Kadang-kadang terjadi tidak perlu meninggalkan ‘anda 30 Padat, tidak sakit, dan 4: i “=, dan tidak menimbulkan demam, Reaksi ini L, tidak Memerlukan Pengobatan, dan akan ‘te i mean sendiinya (Ditjen pp PL b. Imunisasi ppp menghilang Depkes RI, 2009). Imunisasi * DPT gunanya untuk pemberian kekebalan secara simultan a ‘ethadap difter, pertusis, dan tetanus (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009), 1) Cara pemberian dan dosis Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan). Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan : 1) Vaksin tidak kadalwarsa 2) Vaksin disimpan dalam suhu 2°c-8°c. 3) Tidak pernah terendam air 4) Sterilnya terjaga 2) Kontraindikasi Hipersensitif terhadap komponen vaksin sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh éiberikan ce 1 kepada penderta feksi : infeksi berat Yang disertai kejang (Ditjen PP & 1. Depkes RI, 2009), 3) Efek samping Gcialagejala yang bersifat sementara seperti lemas, a kemerahan pada tempat suntikan, Kadang-kadang ‘eriadi gejala berat seperti demam tinggi, irtablitas, dan ‘meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009), Imunisasi hepatitis B Imunisasi hepatitis B gunanya untuk pemberian kekebalan aktif tethadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hamsenula Polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009) 1) Cara pemberian dan dosis Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler sebaiknya pada anterolateral paba. Pemberian sebanyak 3 dosis, dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, 32 dosis berikutny ya dengan i ini ~ "gan interval minimum 4 minggu (1 bulan) Hen PP & PL Depkes Ri, 2009), 2) Kontraindikasi Hipersensitif terhadap komponen vaksin sama halnya Seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infoksi berat yang disertai kejang (Dien PP & PL Depkes RI, 2009). 3) Efek samping Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan, dan pembekakan di sekitar tempat penyuntikan, Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009). 4. Imunisasi polio Vaksinoral polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal era dan distabilkan dengan sukrosa. Imunisasi polio ini memberikan kekebalan aktif tethadap penyakit poliomyelitis Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009). 1) Cara pemberian dan dosis Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dsis) pemberian, dengan interval stiap dosis minimal 4 minggu. Setiap membuka vial baru harus 2) 3) dilemahkan. Setiap dosis (0,5 m) mengandung t 1000 infective unit virus 100 meg residu canamycin 3 menggunakan pene ©S (dropper) yang baru. Di unit pea . aya Stats Polio yang toch dia, hanya boich ‘ a minggu dengan ketentuan : igunakan selama 2 8) Vaksin belum kadalwarsa b) Vaksin disimpan dalam suhu ee ) Tidak pemah terendam aip 4) Sterilnya terjaga Kontraindikasi Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009). Efek samping Pada umumnya tidak terdapat efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (Ditjen PP & PL Depkes, 2009). . Imunisasi campak Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dak Kurang dari sarain CAM 70 dan tidak lebih dari dan 30 mog residu erythromycin. 2) 3) 34 harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah . tersedia yang berisi S ml caitan pelart, Dog, ~ Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan . aaa lengan kis atas, pada usa 9-11 bulan dan ulangan (booster) i *) Pada usia 6-7 tahun (Kelas 1 SD) setelah catch. i “P campaign campak pada Anak Sekolah Dasar kelas 1-6 Ditien PP & PL Depkes RI, 2008), Kontraindikasi Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma, Efek samping Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ingan dan kemerahan selma 3 hari yang dapat _terjadi 812 hari setelah divaksinasi (Ditjen PP & PL. Depkes RI 2009). Walaupun dilaporkan ada beberapa variasi temuan, efek samping vaksin campak hidup (iunggal atau gabungan) i terbatas untuk anak-anak yang ‘umumnya adalah ringan dan rentan. ae -2 hari, 7 Panas yang timbul dirasakan tidak mengganggu anak. jang-kedan, jedi B dapat terjadi kejang-demam, Ruam pada kulit Tetapi muncul sekitar 59 far 5% anak yang mendapat imunisasi, biasanya terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-10 sesudah mendapat imunisasi dan lamanya sekitar 2 hari. Efek samping imunisasi ulang umumnya lebih ringan dan jarang terjadi dibandingkan dengan imunisasi pertama, karena anak sudah mendapat dosis pertama maka ia sudah imun, sehingga pada imunisasi kedua virus vaksin tidak dapat bereplikasi. Efek ikutan imunisasi kedua lebih seringterjodi bila 10-12 tahun dibandingkan dengan bila g terjadi 1 bulan diberikan pada umur diberikan umur 4-6 tahun. Gejala ikutan yan pada anak yang berumur 1 1,7/1000), yang paling sering berupa dan nyeri sendi (Made Setiawan, imunisasi 0-12 tahun sangat jarang terjadi ( munculnya ruam pada bau 2009). 36 D. Landasan Teori Imunisasi mery rpakan uscha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan ju : juga orang dewasa, Imunisasi adalah usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif dengan memasukan vak if seseorang terhadap suatu penyakit ‘an vaksin dalam . tubuh bayi atau anak (Syaifuddin, 2011). Kelengkapan imunisasi . nunisasi dasar pada bayi akan memberikan hasil yang aksimal dalam pel: imunieact ™ pelaksanaan imunisasi. Oleh karena itu keberhasilan dalam jmunisasi bila ibu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kelengkapan imunisasi dasar. Pengetahuan adalah hasil dari tabu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan sikap perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Secara lebih spesifik sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis. BE Kerangka Konsep Kerangka k nel igetahu eka Konsep penelitian hubungan pen; wan dan sikap il dengan kelengkapan imunisas, dasar pada cesmas beyi di i Kecamatan Palu Utara disusun sebagai beri — = ikut : Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan ibu Sikap ibu |_| Dasar Hipotesis 1, Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara. 2, Ada hubungan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Palu Utara BABI ME ‘TODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang di; . ‘gunakan adalah observasional analitik den pendekatan cross sectional yaitu suatu penelit = ian yang mempelajari dinamil korelasi antara faktor- i ae aktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau ngumpulan data sckali . aligus secara bersamaan (Notoatmodjo, 2010). . Tempat dan waktu penclitian _ 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tawaeli Kecamatan Pal. Utara. 2. Waktu Penelitian dilaksanakan tanggal 10 Juni 2016-24 Juni C. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah kumpulan semua elemen atau individu dari mana data atau informasi akan dikumpulkan (Nasir, 2011). Populasi pada jah ibu yang mempunyai bayi usia 12-24 bulan di -April 2016 berjumlah 124 orang. penelitian ini adal: Puskesmas Tawaeli dari bulan Januati 2. Sampel Besar sampel diambil untuk menentukan sampel dari populasi agai berikut: dengan menggunakan rumus Slovin sebi 9 — a“ 14N(d?) n= Besar sampel N= Besar populasi d_ =tingkat kepercayean‘ketepetan yan 8 diinginkan Hasil perhitungan besar sampel ene a” 1+N(@) 124 a= 1240.2) n= 55,35 dibulatkan menjadi 55 orang. Jumlah sampel per RW = jumlah bayi per RW Populast — * Sampel 1. RWI 25 1 Te 55 = 11,08 dibulatkan menjadi 11 2. RW2 ax 55 = 13,30 dibulatkan menjadi 13 3, RW3 x55 = 13,55 dibulatkan menjadi 14 4, RW4 2x55 = 1729 dibutatkan menjadi 17 ia Pengambilan sam Pel diak ‘ukan teknik pengambilan sampel gi dengan ctus i : et dima semug iniy, "7 sampling yaitu sisematis sebaga anggota san "¥idu dalam poputas pel. i Secara : vyariabel Penelitian anggota suatu kelompok Yang berbeda dengan ea limiliki oleh kelomy pok in (Si y '@ pene ve adalah jain (Saryono, 2011). Pada penelitian ini variabel yang digunakan etahuan dan sikay . peng’ P (variabel devenden), yaitu ae yang dipengaruhi. Kelengkapan imunisasi yaitu imunisasi BCG, g pepatitis B (variabel indevenden), yaitu satel peeteteie Yang mempengaruhi, __ Definisi Operasional 1. Pengetahuan Definisi : Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh ibu tentang kelengkapan imunisasi meliputi (pengertian, tujuan, ‘mangfaat, jenis imunisasi dan efek samping) . Alatukur : Kuesioner Cara ukur : Pengisian kuesioner Skala ukur : Baik, bila jawaban responden = 20 (median) Kurang baik, bila awaban responden <20 (median) 2. Sikap Definisi : Kecenderungan ibu untuk ‘melakukan imunisasi pada bayi mereka. 4 Alatukur—: Kuesioner Caraukur = Pengisian kuesion, ler skalaukur : Baik, bila ik, bila Jawaban responden nden > Kurang bai 2 14 (median) ik, bilaj » ao bila jawaban Te Kelengkapan imunisasi len < 14 (median). Definisi Kelengkapan imur, pan imunisasi yang diberikan selama selama 12-24 bulan pada bayi ayi dengan bukti buku KMS yang diberikan dari puskesmas, Alatukur : Cheklist Caraukur : Pengisian lembar observasi Skelaukur : Lengkap, apabila imunisasi dasar pada bayi lengkap. Tidak lengkap, apabila imunisasi dasar pada bayi tidak lengkap. F. Jenis Data 1, Data Primer Data primer adalah data atau kumpulan fakta yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data, langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011). Data primer ini diperoleh melalui dengan menggunakan kuesioner. 42 pata Sekunder Se i, hata Tawaeli. n Kota p, alu dan Puskesmas : jpstramen Penelitian Intsrumen yang dij igu akan dalam penelian ini didas arkan pada goesionet sebagai alat dalam Pengumpul 'Pulan data yaj jenbar observasi. Kuesioner diadopsi ‘thse lari Iskandar (2009) = ). Kuesioner untuk en yaan dan kuesioner sikap 20 pertany menggunakan skala guttman, ai ih pengolahan Data Pengolahan data pada itian ini dil Pada penelitian ini dibagi dalam 6 tahap, yaitu (Notoatmodjo, 2010): 1, Editing adalah memeriksa semua data yang diperolch dari has kuesioner dengan melihat kembali kelengkapan jawaban, nama dan identtas, 2. Coding adalah memberikan kode dan skor pada nomor disetiap pernyataan pada kuesioner. 3, Tabulating adalah menghitung semua jawaban responden serta rmenjumlahkannya Kemudian diklsifikasikan sesuai _variabel pengetahuan dengan Kategori baik dan Kurang baik, seta variabel sikap dengan kategori baik dan kurang paik dalam master tabel. 4. Entering adalah memasukkan data ke dalam tabel distribust frekuensi pada variabel pengetahuan dan sikap. 43 ; leaning adalah metihat kembay; ; i data penelit . cee itian yang dihitung, apakah : pescribing adalah menggambarkan atay me enjel aa njelaskan data yang sudah gixumpulkan bentuk Pembahasan, salisa Data a teknik analisis data yang digunakan adal lah: 1, Analise Univariat Analisis univer isis univariat adalah analisis tabel sederhana yang digunakan ituk mengetahui frekuensi masi : t ekuensimasingmasng vaiabe yang atan dtl pistribusi frekuensi : f =xk n P Keterangan p: Persentase (f Frekuensi n: Jumlah responden k: 100 2. Analisis Bivariat ‘Analisis bivariat adalah analisis antara variabel yang ditelit ‘untuk melihat hubungan ‘masing-masing dengan variabel dependen agai berikut = Dengan uji chi-square dilakukan lent (umur dan paritas) ang di gunakan adalah Ss variabel independ (BBLR). Adapun rumus ¥ aad Keterangan : x? : nilai chi-kuadrat E _: frekwensi yang diharapkan O _ : frekwensi yang diperoleh Jika hasil uji statistik didapatkan x? hitung > x? tabel maka hal ini membuktikan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar. J, Penyajian Data Data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi

You might also like