You are on page 1of 15

KINERJA PEMANFAATAN MEKANISASI PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI PANGAN DI 163

INDONESIA Rizma Aldillah 

KINERJA PEMANFAATAN MEKANISASI PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA


DALAM UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI PANGAN DI INDONESIA

Agricultural Mechanization and Its Implications for Food Production


Acceleration in Indonesia
Rizma Aldillah
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111, Jawa Barat, Indonesia
Email: rizmaaldillah@gmail.com

Naskah diterima: 19 Agustus 2016 Direvisi: 5 September 2016 Disetujui: 10 November 2015

ABSTRACT

Based on typical agro-ecology and socio-economy conditions, Indonesian agriculture needs agricultural tools
and machinery support with certain characteristics. The government has provided agricultural tools and
machinery, especially in the last three years, although its success is limited. This paper is a scientific review
discussing needs of agricultural tools and machinery for agricultural development, its implementation, and efforts
to achieve effectiveness. Materials are compiled from various sources, both documentation of development
planning, program reports, as well as the results of critical evaluation and analysis of various research results.
The results show that development of agricultural tools and machinery in Indonesia requires a good mapping with
respect to the needs and availability, as well as institutional efforts to increase its effectiveness. Use of agricultural
tools and machinery can reduce farming costs and provide benefits for farmers and it contributes to food self-
sufficiency. Agriculture mechanization has a good prospect if it is preceded by a mapping of needs and availability
as well as an adequate institutional environment. Consequently, farm costs become lower and farming efficiency
will improve.
Keywords: agricultural tools, food self-sufficiency, machinery, mechanization, production

ABSTRAK

Dengan kondisi agroekologis dan sosial ekonomi yang khas, pertanian Indonesia membutuhkan dukungan
penggunaan alat dan mesin pertanian (Alsintan) dengan karakter tertentu. Pemerintah telah lama
mengembangkan Alsintan, terutama tiga tahun terakhir, meskipun keberhasilannya masih terbatas. Tulisan ini
merupakan review ilmiah (scientific review) yang membahas kebutuhan Alsintan untuk pembangunan pertanian,
pelaksanaannya, serta upaya mencapai efektivitas penggunaannya secara optimal. Bahan disusun dari berbagai
sumber baik dokumentasi perencanaan pembangunan, laporan program, maupun hasil evaluasi dan analisis
kritis dari berbagai hasil penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan Alsintan di Indonesia
membutuhkan pemetaan yang baik berkenaan dengan kebutuhan dan ketersediaannya, serta upaya
kelembagaan untuk peningkatan efektivitasnya. Penggunaan Alsintan mampu menekan biaya usaha tani dan
memberikan keuntungan bagi petani, sehingga mampu berkontribusi pada pencapaian swasembada pangan.
Mekanisasi Pertanian mempunyai prospek yang baik kalau didahului dengan pemetaan kebutuhan dan
ketersediaan serta langkah langkah kelembagaan (enabling institutional environment) yang memadai. Sebagai
konsekuensinya biaya usaha tani dapat ditekan dan efisiensi usaha tani dapat diperbaiki.
Kata kunci: alat dan mesin pertanian, mekanisasi, produksi, swasembada pangan

PENDAHULUAN mesin pertanian (Sukirno 1999). Dengan


demikian, mekanisasi pertanian diharapkan
Penggunaan mesin pertanian merupakan dapat meningkatkan efisiensi tenaga manusia,
salah satu cara untuk meningkatkan produk- derajat dan taraf hidup petani, kuantitas dan
tivitas dan efisiensi usaha tani, meningkatkan kualitas produksi pertanian, memungkinkan
mutu dan nilai tambah produk, serta pember- pertumbuhan tipe usaha tani dari tipe subsisten
dayaan petani. Pada hakekatnya, penggunaan (subsistence farming) menjadi tipe pertanian
mesin di pertanian adalah untuk meningkatkan perusahaan (commercial farming), serta
daya kerja manusia dalam proses produksi mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia
pertanian, di mana setiap tahapan dari proses dari sifat agraris menjadi sifat industri (Wijanto
produksi tersebut dapat menggunakan alat dan 2002).
164 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 2, Desember 2016: 163-177

Namun demikian, mekanisasi juga Efektivitas penerapan Alsintan sebagaimana


menimbulkan dampak yang tidak disukai, di dijelaskan Alihamsyah (2007) dalam usaha tani
antaranya menggeser tenaga kerja manusia dan padi dan jagung tergantung pada jenis kegiatan
ternak serta kesenjangan pendapatan. dan kebutuhan wilayah dan harus sesuai
Penerapan mekanisasi juga perlu berdampak dengan lingkungan strategis. Sebagai contoh,
terhadap peluang kerja perempuan. Mekanisasi traktor roda dua (TR2) dibutuhkan untuk
membutuhkan biaya yang tinggi dalam mengatasi kesulitan tenaga pengolah tanah dan
pengadaan dan perawatan alat-alat, dimana mengejar waktu tanam serempak. Mesin
sebagian alat memerlukan arus listrik yang perontok digunakan untuk mengatasi
besar. terbatasnya tenaga panen dan menekan
kehilangan hasil. Penggunaan TR4 untuk
Berbagai lembaga internasional telah
mengembangkan mekanisasi cukup lama. pengolahan tanah dan alat tanam benih dapat
Beberapa program sukses, namun sebagian mempercepat dan menjamin keserempakan
mengalami kegagalan. Menurut IRRI (1986), waktu tanam.
keberhasilan pengembangan mekanisasi Bantuan Alsintan yang digelontorkan selama
pertanian bergantung pada kondisi agroklimat, ini terkesan lebih mementingkan dampaknya
sistem ekonomi, dan budaya yang sejalan secara teknis namun belum mempertimbangkan
dengan peluang ekonomi penerapan alat dan aspek sosial budaya. Banyak kemungkinan
mesin pertanian (patterns of agricultural mecha- penyebab belum optimalnya pengembangan
nization). teknologi dalam kegiatan ekonomi dan sosial
Indonesia juga telah cukup lama mengem- pada hampir semua sektor pembangunan di
bangkan mekanisasi pertanian, terutama dalam Indonesia, termasuk sektor pertanian.
tiga tahun terakhir, di mana banyak jenis Penyebabnya adalah karena belum terjalinnya
peralatan baru didistribusikan, terutama traktor komunikasi dan interaksi yang intensif dan
pengolahan tanah, alat tanam (rice transplanter), terbuka antara para pengambil kebijakan
dan alat panen kombinasi (rice combine (pemerintah) yang didukung oleh lembaga riset
harvester). Introduksi mesin dalam pertanian dan pengembangan teknologi dengan para
sudah dilakukan semenjak kemerdekaan, pengguna dari hasil riset dan pengembangan
namun banyak menemui ketidakefektifan. Hal ini teknologi tersebut (Lakitan 2013).
mencerminkan apa yang disebut premature Tulisan ini merupakan review terhadap
mechanization, yaitu proses introduksi Alsintan program mekanisasi di Indonesia yang
yang kurang diikuti kesiapan kelembagaan. membahas aspek rasionalitas program,
Dengan ciri pertanian yang berlahan sempit, distribusi, efektivitas, dan dampaknya pada
permodalan terbatas, dan pendidikan petani efisiensi dan percepatan produksi tanaman
rendah, maka dibutuhkan pendekatan pengem- pangan. Bahan disusun dari berbagai sumber
bangan mekanisasi yang sesuai. baik dokumentasi perencanaan pembangunan,
Distribusi bantuan Alsintan secara nasional laporan program, maupun hasil evaluasi dan
menunjukkan peningkatan yang cukup besar, analisis kritis dari berbagai hasil penelitian. Pada
terutama sejak adanya program Upsus untuk bagian awal dipaparkan tinjauan konseptual
percepatan produksi padi, jagung, dan kedelai tentang peran mekanisasi pertanian, dilanjutkan
(Pajale). Data BPS dan PSP yang telah diolah dengan kinerja program, dan diakhiri dengan
hingga tahun 2016 menunjukkan bahwa rata- analisis efisiensi dan efektivitas program.
rata pertumbuhan program bantuan Alsintan
sebelum Upsus untuk traktor, pompa air dan rice
ransplanter berada di kisaran 11–124% pada PERAN MEKANISASI PERTANIAN DALAM
periode 2010–2014, dan meningkat menjadi 63– PEMBANGUNAN PERTANIAN
1.190% per tahun pada periode 2014–2016.
Bantuan ini memberikan dampak yang cukup
Fokus pembangunan ekonomi Indonesia
bagi peningkatan produksi padi dan jagung,
adalah pembangunan pertanian, dengan alasan
dimana produksi rata-rata padi meningkat
karena pertanian merupakan sektor yang
sebesar 4,51% per tahun (2014–2016) setelah
menghidupi lebih dari 50 persen tenaga kerja di
adanya Upsus, dibanding sebelum adanya
Upsus hanya meningkat rata-rata sebesar Indonesia, di samping penguasaan sumber daya
1,64% per tahun (2010–2014). Begitu pun untuk pertanian yang sangat mendukung. Pada saat
produksi rata-rata jagung meningkat sebesar reformasi ekonomi beban sektor ini sangat berat
2,34% per tahun setelah adanya Upsus, dan namun tetap mampu menjadi tulang punggung
sebelumnya hanya meningkat rata-rata sebesar ekonomi. Gambaran ini menunjukkan bahwa
1,08% per tahun pada periode yang sama. sektor pertanian akan tetap penting dalam
KINERJA PEMANFAATAN MEKANISASI PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI PANGAN DI 165
INDONESIA Rizma Aldillah 

perekonomian serta tetap berperan dalam yang melakukan modifikasi sesuai dengan
pembangunan nasional. Keterkaitan yang erat kondisi lokal, kemudian baru memproduksi
antara pertanian dan industri serta jasa sendiri untuk digunakan oleh petani setempat
senantiasa menuntut kebijaksanaan (Mangunwidjaja dan Sailah 2005).
pembangunan pertanian yang dinamis sejalan
Pengembangan teknologi pertanian di Indo-
dengan transformasi perekonomian yang nesia hingga kini masih pada tahap awal.
sedang terjadi. Keberlangsungan pertanian Kondisi yang dihadapi saat ini adalah kurang
dengan beban yang berat ini membutuhkan memadainya dukungan prasarana pertanian.
dukungan mekanisasi pertanian (Irwanto 1980). Prasarana pertanian kita belum dikelola secara
Menurut Olmstead dan Rhode (c2014), baik sehingga masih sulit atau lambat dalam
mekanisasi adalah “… involved the replacement melakukan introduksi mesin-mesin pertanian
of simple hand tools and human power by more (Robbins 2005). Pengelolaan lahan, pengaturan
complicated machinery powered by animals, dan manajemen pengairan yang meliputi irigasi
fossil fuels, and electricity.” Secara konseptual, dan drainase, serta pembuatan jalan-jalan
mekanisasi pertanian adalah proses pengenalan transportasi daerah pertanian (farm road) belum
dan penggunaan bantuan yang bersifat mekanis memadai. Karena itu perlu diupayakan
untuk melangsungkan operasi pertanian. konsolidasi lahan serta penyediaan prasarana
Bantuan yang bersifat mekanis tersebut dan sarana pertanian secara tepat waktu
termasuk semua jenis alat atau perlengkapan sehingga dapat mengakselerasi pencapaian visi
yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, dan misi pertanian modern (Umar 2008).
motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber Pengembangan teknologi pertanian diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan
energi lainnya. Secara umum mekanisasi perta-
kemandirian masyarakat umumnya dan petani
nian dapat juga diartikan sebagai penerapan
khususnya. Dapat dipastikan bahwa jika
ilmu teknik untuk mengembangkan,
teknologi pertanian yang cocok tersebut telah
mengorganisasikan, dan mengendalikan operasi
berhasil dikembangkan dan diterapkan di negara
di dalam produksi pertanian (Robbins 2005).
kita, maka ketahanan pangan atau swasembada
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga pangan pasti akan tercapai dan kemandirian
berkembang sejalan dengan perkembangan dalam hal ekonomi dan politik dapat kita
teknologi dan modernisasi pertanian. Ada yang wujudkan (Siahaan 2001).
mengartikan bahwa saat ini teknologi mekani-
Apabila hal tersebut benar-benar kita miliki,
sasi yang digunakan dalam proses produksi
maka kita sudah punya ketahanan pangan yang
sampai pascapanen bukan hanya teknologi
kokoh, sehingga bahaya kekurangan pangan
yang didasarkan pada energi mekanis, namun
atau kelaparan akibat tajamnya persaingan pada
sudah mulai menggunakan teknologi elektronika
era global dapat dihindarkan. Tujuan tersebut
atau sensor, nuklir, image processing, bahkan
dapat dicapai apabila penggunaan dan
sampai teknologi robotik. Penggunaan mesin
pemilihan alat mesin pertanian dilakukan secara
sudah mencakup baik untuk proses produksi,
tepat dan benar (Rizaldi 2006).
pemanenan, dan penanganan atau pengolahan
hasil pertanian (Mugniesyah dan Machfud 2006). Pada prinsipnya, konsepsi pengembangan
mekanisasi didasarkan pada dua pendekatan,
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertu-
yaitu pendekatan wilayah dan pendekatan
juan untuk meningkatkan produktivitas tenaga
teknologi, yang keduanya harus diselaraskan
kerja, meningkatkan produktivitas lahan, dan
dengan tujuan pembangunan pertanian sehing-
menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat
ga konsep mekanisasi selektif benar-benar
dan mesin juga dimaksudkan untuk meningkat-
dapat dilaksanakan dengan tepat. Pendekatan
kan efisiensi, efektivitas, produktivitas, kualitas
wilayah dimaksudkan sebagai tingkat kesiapan
hasil, dan mengurangi beban kerja petani.
suatu wilayah dalam hal menerima suatu
Pengalaman dari negara-negara Asia
teknologi baru. Pendekatan wilayah ini dibagi
menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi
menjadi empat tingkat, yaitu (1) lancar, (2) siap,
pertanian diawali dengan penataan lahan
(3) setengah siap, dan (4) terbatas. Pendekatan
(konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengen-
teknologi dibedakan berdasarkan kompleksitas
dalian air, serta masukan teknologi biologis dan
dan tingkat kemudahan teknologi itu digunakan
teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi
oleh pemakai, yang dibedakan menjadi (1)
pertanian yang gagal terjadi di Srilangka yang
teknologi sederhana, (2) teknologi madya, dan
disebabkan kecerobohan dengan penerapan
(3) teknologi maju (Pramudya 1996).
mesin-mesin impor secara langsung tanpa
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik Penelitian Diao et al. (2014) menggunakan
pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang pendekatan supply chain untuk menganalisis
166 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 2, Desember 2016: 163-177

dua tipe mekanisasi di Ghana, yaitu (1) program seperti mesin tanam bibit padi (rice transplanter)
pemerintah (state-led mechanization program), yang dilakukan di sawah irigasi. Satu penelitian
dan (2) penyewaan Alsintan oleh swasta (the dengan alat ini yang menggunakan varietas
private sector-led service hiring market). Mekongga dengan jarak tanam 30 x 18 cm, di
Pendekatan pemerintah yang banyak mempro- Desa Plosorejo, Kecamatan Gondang,
mosikan traktor kurang berhasil. Pola kedua Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa Tengah) pada
dengan penyewaan traktor oleh pemilik-pemilik MT I dan MT II; terbukti mampu meningkatkan
swasta justru lebih berkembang baik dan hal produktivitas masing-masing sebesar 16,13%
tersebut konsisten dengan pengalaman interna- dan 17,14%. Hasil penelitian yang lain dengan
sional. menggunakan varietas Inpari I mampu
meningkatkan produktivitas sebesar 30%
Beberapa keunggulan mekanisasi pertanian dibandingkan dengan sistem tegel 20 x 20 cm
antara lain adalah: (1) meningkatkan produksi (Suhendrata et al. 2012).
per satuan luas; (2) meningkatkan pendapatan
petani karena tambahan produksi; (3)
meningkatkan efektivitas, produktivitas,
PROGRAM DAN KINERJA PEMANFAATAN
kuantitas, dan kualitas hasil pertanian; (4)
MEKANISASI PERTANIAN DI INDONESIA
mempertahankan mutu pada penanganan segar,
meningkatkan nilai tambah pada hasil produksi
dengan proses pengolahan yang benar dan Mekanisasi pertanian pada dasarnya ber-
tepat, tanpa memengaruhi rasa dan aroma; (5) tujuan untuk meningkatkan efisiensi lahan dan
meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja; tenaga kerja, meningkatkan luas lahan yang
(6) menghemat energi dan sumber daya (benih, dapat ditanami, menghemat energi dan sumber
pupuk, dan air); (7) meminimalkan faktor-faktor daya (benih, pupuk, dan air), meningkatkan
penyebab kegagalan dalam produksi; (8) efektivitas, produktivitas dan kualitas hasil
meningkatkan luas lahan yang ditanami dan pertanian, mengurangi beban kerja petani,
menghemat waktu; dan (9) menjaga kelestarian menjaga kelestarian lingkungan dan produksi
lingkungan dan produksi pertanian yang pertanian yang berkelanjutan, serta mening-
berkelanjutan (Hardjosentono et al. 1996). katkan pendapatan dan kesejahteraan petani
(Salokhe dan Ramalingam 1998). Awal perkem-
Penggunaan alat mesin pertanian juga dapat
bangan mekanisasi pertanian di Indonesia
meningkatkan mutu dan nilai tambah produk
ditandai dengan pemanfaatan alat dan mesin
pertanian, serta memperluas kesempatan kerja
pertanian peninggalan Belanda di Sekon. Alat
di pedesaan melalui penciptaan agribisnis
dan mesin pertanian peninggalan Belanda ini
terpadu yang pada akhirnya akan memacu
kemudian dipindahkan ke Jawa dan digunakan
kegiatan ekonomi di pedesaan (Manwan dan
sebagai pengenalan mekanisasi pertanian ke
Ananto 1994). Keuntungan ekonomi dari
pemanfaatan mekanisasi pertanian terihat dari petani. Pada tahun 1950-an mulai didirikan pool-
nilai net present value (NPV), net benefit cost pool traktor di berbagai wilayah di Indonesia.
ratio (B/C), dan internal rate return (IRR) seperti Dengan bantuan pool traktor dan alat-alat
dalam penelitian yang dilakukan oleh Subagiyo pertanian ini, dilakukan pembukaan lahan di
(2016), dimana Alsintan sudah merupakan berbagai daerah.
kebutuhan bagi para petani untuk mengelola Pada awal-awal perkembangan mekanisasi
usaha taninya. Karena penggunaan Alsintan pertanian ini, Indonesia mengadopsi langsung
mampu menghemat biaya tenaga kerja dan teknologi dari negara maju, padahal kondisi
waktu yang lebih cepat, maka Indeks lahan pertanian kita dan sistem usaha taninya
Pertanaman (IP) menjadi naik. Hasil analisis jauh berbeda. Akibatnya, berbagai masalah
menunjukkan bahwa pengelolaan jasa Alsintan timbul, seperti batas sawah menjadi hilang dan
(traktor, thresher, dan RMU) menguntungkan lapisan bawah yang kedap air rusak. Harapan
dengan nilai B/C lebih besar 1,0. Keuntungan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejah-
usaha jasa traktor yang diusahakan memberikan teraan juga tidak tercapai. Proses alih teknologi
nilai NPV sebesar Rp13.496.519, B/C ratio seperti ini sering disebut sebagai material
sebesar 1,23, dan nilai IRR 50,12%, dengan transfer.
tingkat pengembalian investasi 4,1 tahun. Data
teknis dan ekonomis hasil analisis biaya dan Perkembangan mekanisasi pertanian, khu-
kelayakannya menunjukkan bahwa susnya padi, di Indonesia ditandai dengan
pengusahaan mesin perontok tersebut kegagalan dan keberhasilan. Perkembangan
menguntungkan dan layak. tersebut tidak terlepas dengan perkembangan
usaha tani padi dan intervensi serta partisipasi
Begitupun keuntungan pemanfaatan Alsintan pemerintah dalam upaya mempercepat adopsi
juga ditunjukkan dari penggunaan alat yang lain, teknologi. Pada dekade 1950–1960, mekanisasi
KINERJA PEMANFAATAN MEKANISASI PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI PANGAN DI 167
INDONESIA Rizma Aldillah 

pertanian di Indonesia ditandai oleh penggunaan keterbatasan dalam kemampuan mendesain alat
Alsintan ukuran besar, namun ternyata kurang yang sesuai dengan kondisi lahan setempat.
sesuai dan gagal dengan dilikuidasinya Kelemahan tersebut diperparah oleh rendahnya
Mekatani (Ananto dan Trip 2012). daya beli petani sebagai konsumen, sementara
pemberian kredit pertanian oleh pemerintah
Belajar dari pengalaman tersebut, maka pada
masih rendah. Masuknya Alsintan impor dari
dekade 1960–1980 terjadi penyesuaian-penye-
China dengan harga yang sangat murah
suaian dalam pemilihan teknologi dengan kon-
(cenderung dumping) menjadi tantangan nyata
disi Indonesia. Tahun 1966 impor alat dan mesin
terhadap industri Alsintan Indonesia. Masuknya
pertanian semakin banyak masuk sehinggga
Alsintan China tersebut sudah mulai dirasakan
cukup membantu pengembangan alat dan mesin
merugikan oleh petani karena mutunya yang
pertanian dalam negeri. Pihak swasta semakin
sangat rendah (PSP-IPB dan Deptan 2003).
berperan dalam pengembangan dan penyediaan
Alsintan yang terlihat dengan mulai Pada awal perkembangannya, mekanisasi
diproduksinya rice huller, rice polisher, dan rice pertanian di Indonesia mengalami banyak
milling. Tetapi pengembangan teknologi pada hambatan baik dalam hal teknis, ekonomis,
periode ini masih bersifat meniru. Pada dekade maupun sosial. Penggunaan alat dan mesin
ini juga terjadi pergeseran pemilikan alat dan pertanian baru mengalami peningkatan sejak
mesin pertanian dari pemerintah ke petani. tahun 1970-an karena kesadaran petani yang
Bersamaan dengan itu, terjadi pula pergeseran semakin tinggi akan manfaat mekanisasi
pemakaian alat dan mesin pertanian dari yang pertanian. Kesadaran ini muncul bersamaan
besar ke yang lebih kecil buatan Jepang. Petani dengan penerapan kebijakan untuk program
mulai tertarik untuk membelinya karena harga swasembada beras pada waktu itu, sehingga
yang lebih murah dan aplikasi yang lebih sesuai semua usaha untuk peningkatan produksi padi
dengan kondisi agroekologi pertanian Indonesia. diupayakan dengan prioritas tinggi, terutama
pada pembangunan irigasi, penyuluhan dan
Dekade 1960–1970 merupakan tahap awal
perluasan areal pencetakan sawah baru.
masuknya Alsintan ukuran kecil, disertai studi
Walaupun pemakaian Alsintan di Indonesia terus
aspek agroteknis dan ekonominya untuk melihat
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
kelayakan penggunaannya. Pada dekade 1970–
tetapi tingkat mekanisasi di Indonesia masih
1980, perkembangan mekanisasi pertanian
ketinggalan dari negara-negara lain.
dimulai dengan program Bimbingan Massal
(Bimas) dan Intensifikasi Khusus (Insus), Menurut Alfan (1999), Indonesia masih
walaupun pada akhirnya ditandai dengan sangat ketinggalan pada pengembangan traktor.
perdebatan tentang bagaimana sesungguhnya Pemakaian traktor di Indonesia hanya 0,005
dampak sosial ekonomi dari traktorisasi. Pada kW/ha, bandingkan dengan Amerika Serikat 1,7
dekade 1980–1990, mutu intensifikasi terus kW/ha, Belanda 3,6 kW/ha, dan Jepang 5,6
ditingkatkan melalui Operasi Khusus (Opsus) kW/ha. Rendahnya pemakaian traktor ini
dan Supra Insus. Pada dekade 1990–2000 mencerminkan mekanisasi pertanian yang masih
industri Alsintan dalam negeri semakin rendah. Kehilangan hasil dalam pertanian masih
berkembang, namun pada dekade 2000–2010 besar dan penanganan pasca panen juga
pengembangan Alsintan di Indonesia terhambat kurang sehingga produk yang dihasilkan
akibat dampak krisis moneter. mutunya kurang baik. Data BPS menunjukkan
bahwa pada tahun 1986/1987 susut pasca-
Dari tahun ke tahun kemampuan untuk
panen ada pada angka 18–19%. Kehilangan
melakukan alih teknologi di bidang alat dan
(lossing) terbesar terjadi pada proses panen dan
mesin pertanian semakin meningkat. Jika
perontokan, masing-masing sebesar 3 dan 5%.
kemampuan ini diukur dengan jumlah produsen
Lisyanto (2002) menemukan bahwa dengan
dan industri alat dan mesin pertanian, hal ini
teknologi penggilingan gabah yang banyak
dapat dijadikan acuan dalam capacity transfer
digunakan masyarakat, rendemen penggilingan
alih teknologi dalam memproduksi teknologi
hanya mencapai rata-rata 59%.
mekanisasi pertanian. Pada tahun 2000
misalnya, terdapat kurang lebih 30 industri Alsintan pada saat ini telah menjadi kebu-
menengah dan besar penghasil Alsintan (Anon tuhan dalam pelaksanaan budi daya pertanian
2000). Pertumbuhan industri Alsintan Indonesia mengingat ketersediaan tenaga kerja pertanian
masih tergolong lambat yang disebabkan karena yang sudah semakin menurun, karena kalangan
riset yang masih kurang. Walaupun lembaga muda enggan terjun ke sektor pertanian. Upah
riset pemerintah maupun swasta sudah berdiri tenaga kerja yang mahal diatasi dengan
sejak lama, tetapi interaksi antara lembaga riset mekanisasi pertanian. Hal ini terlihat dari masih
dengan industri Alsintan masih kurang. banyaknya usulan daerah untuk tambahan
Akibatnya industri Alsintan dalam negeri memiliki bantuan Alsintan (BBP Mektan 2006).
168 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 2, Desember 2016: 163-177

Namun, tidak semua teknologi dapat diadopsi yang tidak memiliki otoritas penuh dalam
dan diterapkan begitu saja karena karakteristik memutuskan adopsi suatu inovasi baru.
pertanian di Indonesia tidak sama dengan
Secara umum, inovasi (innovation) adalah
negara sumber teknologi diproduksi. Teknologi
proses terjadinya penciptaan nilai tambah dari
tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikem-
ilmu pengetahuan (the process by which social
bangkan, dan selanjutnya baru diterapkan ke
actors create value from knowledge) (FAO
dalam sistem pertanian kita. Secara umum,
2014), sedangkan inovasi teknologi (techno-
alasan tidak diadopsinya teknologi mekanisasi
logical innovations) adalah “comprise new
tersebut adalah tidak sesuai dengan kondisi
products and processes and significant
fisik, serta lingkungan agrososioekonomi usaha
technological changes of products and
tani. Beberapa penyebab yang telah dirangkum
processes” (OECD 2015). Sementara, UU No.
dari Pretty (1995), Roggers (1995), Handaka
18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional
dan Joyowinoto (2002), Handaka (2004), dan
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Joyowinoto (2004) adalah sebagai berikut.
Pengetahuan dan Teknologi membedakan
1. Inovasi merespons pada masalah yang antara “invensi” dengan “inovasi”. Pada Pasal 1
keliru. Petani kurang merespons teknologi disebutkan bahwa “invensi” adalah suatu ciptaan
yang ditawarkan karena tidak sesuai dengan atau perancangan baru yang belum ada
pilihan petani. Kebutuhan (demand) petani sebelumnya yang memperkaya khazanah serta
seringkali salah diidentifikasi oleh inovator, dapat dipergunakan untuk menyempurnakan
sehingga Alsintan yang diintroduksikan tidak atau memperbarui ilmu pengetahuan dan
diadopsi oleh petani. teknologi yang telah ada. Sementara, “inovasi”
adalah kegiatan penelitian, pengembangan,
2. Petani melakukan teknik budi daya yang
dan/atau perekayasaan yang bertujuan
lebih baik atau sama dengan inovasi yang
mengembangkan penerapan praktis nilai dan
diperkenalkan. Meskipun hasil penelitian
konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara
menyebutkan inovasi teknologi yang diha-
baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
silkan lebih unggul, namun aplikasi di lapang
teknologi yang telah ada ke dalam produk atau
memberikan hasil akhir yang berbeda,
proses produksi.
sehingga petani enggan mengadopsi.
Dari kajian Handaka dan Prabowo (2014)
3. Inovasi tidak bekerja sebagaimana
tentang implementasi mekanisasi selama kurun
seharusnya. Inovasi teknologi hanya berlaku
waktu 1950-an sampai saat ini, diperoleh suatu
untuk kondisi suatu tempat, tapi tidak untuk
pembelajaran bahwa penerapan alat dan mesin
tempat yang lain. Tidak semua Alsintan bisa
pertanian sebagai wujud fisik mekanisasi
diterima dengan mudah di semua tempat
pertanian cenderung memunculkan premature
karena faktor lingkungan, misalnya pene-
mechanization jika sistem pengembangannya
rapan combine harvester di daerah dengan
tidak memperhatikan aspek-aspek teknis,
lumpur yang dalam.
ekonomis, infrastruktur, dan kelembagaan sosial
4. Kegagalan penyuluhan. Lemah dan kurang budaya setempat. Konsekuensi dari premature
efektifnya pelayanan penyuluhan telah mechanization tersebut tidak hanya akan
menyebabkan proses komunikasi dan adopsi menjadi beban bagi sistem usaha tani, dan
Alsintan terhambat. masyarakat, tetapi juga pemerintah yang sudah
memberikan investasi yang cukup besar secara
5. Inovasi ternyata sangat mahal. Biaya nasional. Pilihan pada jenis mesin sangat
bahan, tenaga kerja, atau opportunity cost penting, sebagaimana pengalaman di Ghana
sangat mahal. Opportunity cost yang dan Nigeria yang memilih mesin yang sesuai
diakibatkan inovasi ini juga mahal yang
dengan lahan-lahan sempit. Kedua negara ini
akhirnya inovasi berhenti dan pengem- mengembangkan mekanisasinya dengan belajar
bangannya tidak berlanjut. Beban biaya dari Bangladesh yang menghadapi kondisi yang
sifatnya lebih jelas, tetapi manfaatnya masih
serupa (Patrick et al. 2016).
berisiko. Manfaat seringkali overestimate,
dimana hitungan teoritis yang dilakukan
menghasilkan keuntungan yang berlipat Perkembangan Sebaran Alsintan secara
tetapi sebenarnya tidak demikian. Nasional dan Kesenjangannya
6. Tidak ada jaminan bagi status tanah. Penggunaan alat dan mesin pertanian
Status tanah dan kepemilikannya kurang (Alsintan) di Indonesia sudah dimulai sebelum
menjamin keberlangsungan inovasi baik Perang Dunia II. Pada masa itu alat dan mesin
sebagai jaminan maupun sebagai sumber pertanian yang digunakan sebagian besar
usaha. Petani umumnya adalah penggarap berupa mesin pengolahan hasil pertanian
KINERJA PEMANFAATAN MEKANISASI PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI PANGAN DI 169
INDONESIA Rizma Aldillah 

komoditas tanaman pangan dan tanaman transplanter meningkat tajam. Awalnya hanya
perkebunan. Perkembangan permintaan akan berkisar ratusan hingga ribuan unit saja, namun
Alsintan telah mendorong para pengusaha 2–3 tahun terakhir bisa mencapai belasan
industri alat dan mesin pertanian unluk hingga ratusan ribu. Peningkatan ini didorong
meningkatkan investasi dan produksinya, program percepatan pembangunan pertanian
bahkan banyak pengusaha baru yang membuka modern menuju kedaulatan pangan dan
usaha di bidang industri ini. Kecenderungan ini kesejahteraan petani dalam dua tahun terakhir
mulai tampak pada Pelita IV dan sampai semenjak tahun 2014. Pemerintah menargetkan
sekarang masih terus berlanjut. Kondisi ini perlu distribusi Alsintan sebesar 180 ribu unit, dan
dipertahankan dengan memberikan pembinaan tahun 2016 telah mencapai 600 ribu lebih unit.
dan perlindungan yang diperlukan sehingga Bahkan peningkatan distribusi Alsintan sejak 2–
akan sangat membantu perkembangan 3 tahun terakhir mencapai 100 sampai 1000
penggunaan alat dan mesin pertanian di daerah. lebih% per tahun (Tabel 2).
Peran pihak swasta tinggi dalam Peningkatan bantuan Alsintan nasional
pengembangan mesin di Bangladesh (Patrick et sejalan dengan pengembangan mekanisasi
al. 2016). Penyediaan spare parts yang baik pertanian yang memiliki urgensi penting dalam
mendorong permintaan terhadap mesin, pembangunan pertanian dengan pertimbangan
terutama yang dipasok dari China. Khusus untuk yang disebutkan dalam Saliem et al. (2015),
tresher, penggunaan dalam tiga musim secara yaitu antara lain (a) untuk memberikan
intensif dalam setahun mampu menutupi dukungan terhadap pengembangan pertanian
setengah biaya pembeliannya. Jadi, dalam dua modern dan pertanian bioindustri; (b) sebagai
tahun telah mampu mengembalikan harga beli. respons atas semakin meningkatnya kebutuhan
Negara Ghana dan Nigeria memiliki pusat dan diversifikasi produksi pertanian; (c) perlunya
pengembangan mekanisasi, yaitu Agricultural peningkatan efisiensi, nilai tambah, diversifikasi
Equipment Hiring Enterprises (AEHE) di Nigeria produk pertanian, dan daya saing komoditas
dan Agricultural Mechanization Service pertanian; (d) sebagai upaya mengatasi semakin
Enterprise Centers (AMSEC) di Ghana. enggannya generasi muda dan langkanya
tenaga kerja di bidang pertanian; dan (e)
Perkembangan Alsintan di Indonesia terlihat
perlunya dukungan terhadap penanganan
meningkat pesat. Tabel 1 menunjukkan bahwa
dampak perubahan iklim di bidang pertanian.
sejak tahun 2014, peningkatan traktor roda 2
(TR2), traktor roda 4 (TR4), pompa air, dan rice

Tabel 1. Realisasi distribusi bantuan Alsintan nasional per jenis Alsintan, 2010–2016 (unit)

Tahun Traktor roda 2 Traktor roda 4 Pompa air Rice transplanter


2010 4.036 7 3.622 0
2011 652 11 410 176
2012 1.567 50 600 0
2013 3.996 0 2.002 153
2014 15.435 0 4.069 379
2015 25.509 1.244 16.271 5.074
2016 262.090 2.822 354.699 8.601
Sumber: Ditjen PSP (2016)

Tabel 2. Pertumbuhan jumlah bantuan Alsintan di Indonesia, 2010–2016 (%)


Tahun Traktor roda 2 Traktor roda 4 Pompa air Rice transplanter
2010–2011 -83,85 57,14 -88,68 100,00
2011–2012 140,34 354,55 46,34 -100,00
2012–2013 155,01 -100,00 233,67 100,00
2013–2014 286,26 0,00 103,25 147,71
2014–2015 65,27 100,00 299,88 1238,79
2015–2016 927,44 101,00 2.079,95 69,51
Rataan 2010–2016 248,41 85,45 445,74 259,34
Rataan 2014–2016 496,35 100,50 1.189,91 654,15
Sumber: Ditjen PSP (2016)
170 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 2, Desember 2016: 163-177

Tabel 3. Kebutuhan Alsintan berdasarkan ketersediaan luas lahan dengan coverage area masing-masing
Alsintan di Indonesia, 2010–2016 (unit)

Tahun Traktor roda 2 Traktor roda 4 Pompa air Rice transplanter


2010 320.102 177.834 533.503 400.128
2011 323.838 179.910 539.731 404.798
2012 325.091 180.606 541.818 406.363
2013 324.484 180.269 540.807 405.605
2014 325.977 181.098 543.295 407.471
2015 327.476 181.931 545.794 409.345
2016 328.983 182.768 548.304 411.228
Sumber: Ditjen PSP (2016)

Mekanisasi pertanian berperan dalam: (a) analisis kebutuhan (unit) Alsintan memerlukan
menyediakan tambahan tenaga kerja mekanis, data standarisasi coverage area yang telah
sebagai komplemen terhadap kekurangan ditetapkan berdasarkan spesi-fikasi Alsintan
tenaga kerja manusia; (b) meningkatkan yang telah melalui uji coba di lapangan.
produktivitas tenaga kerja; (c) mengurangi susut
Coverage area untuk TR2, yaitu 25 ha per
dan mempertahankan mutu hasil; (d)
musim per unit, TR4 seluas 45 ha per musim per
meningkatkan nilai tambah hasil dan limbah
unit, pompa air 15 ha per musim per unit, dan
pertanian; (e) mendukung penyediaan
rice transplanter 20 ha per musim per unit.
sarana/input; (f) mengurangi kejerihan kerja
Ketersediaan luas lahan untuk padi, jagung, dan
dalam kegiatan produksi pertanian; dan (g)
kedelai yang disajikan dalam Tabel 4
berperan mentransformasikan pertanian tradisi-
menunjukkan bahwa selama enam tahun
onal ke pertanian modern yang lebih efisien dan
terakhir perkembangan ketersediaan luas lahan
efektif, sehingga terjadi perubahan kultur bisnis.
meningkat rata-rata hampir 0,5% per tahun.
Jumlah bantuan yang diberikan ke petani
masih jauh di bawah kebutuhan ideal. Dari Tabel Tabel 4. Perkembangan ketersediaan luas lahan
3 berikut terlihat bahwa kebutuhan Alsintan di padi dan palawija di Indonesia, 2010–2016
Indonesia berkali-kali lipat dibandingkan dengan
Luas lahan (ha) Pertumbuhan
yang sudah tersedia, terutama untuk alat yang Tahun
(%)
lebih modern, yakni transplanter dan combine
harvester. Kesenjangan alat yang tersedia tidak 2010 8.002.552 -
hanya terjadi pada usaha tani padi, namun juga 2011 8.095.962 1,17
pada jagung. 2012 8.127.264 0,39
Program pemerintah dalam pencapaian 2013 8.112.103 -0,19
swasembada pangan khususnya padi, jagung 2014 8.149.419 0,46
dan kedelai membutuhkan upaya peningkatan 2015 8.186.906 0,46
produksi secara nasional, yang dapat dilakukan 2016 8.224.566 0,46
melalui peningkatan luas tanam (peningkatan IP
Rata-rata 8.128.396 0,46
dan perluasan areal lahan) dan penurunan susut
hasil panen (panen-pengolahan hasil). Seluruh Sumber: Kementan (2016)
upaya ini memerlukan dukungan alat dan mesin
pertanian. Tentunya dalam program bantuan Realisasi penggunaan Alsintan berdasarkan
Alsintan ini memerlukan juga analisis distribusi yang telah dilakukan mulai dari tahun
kesesuaian dan kebutuhan sesuai input 2010–2016 belum mencapai kondisi yang ideal.
ketersediaan tenaga kerja pertanian, luas lahan, Tabel 5 memperlihatkan bahwa realisasi luas
intensitas perta-naman (IP), ketersediaan lahan garapan berdasarkan penggunaan
Alsintan existing, kesesuaian agroekosistem. (adopsi) per jenis Alsintan masih jauh lebih kecil
Dengan ketersediaan dan kesesuaian input dibandingkan ketersediaan luas lahan itu sendiri.
tersebut akan menghasilkan output yang Luas lahan garapan palawija yang
dikehendaki, seperti target produksi pertanian, menggunakan TR2 hanya rata-rata sekitar 1.298
biaya produksi rendah, pendapatan meningkat, ha, sementara untuk penggunaan TR4 hanya
efisiensi kerja meningkat, dan susut hasil sekitar 9 ha, begitu pun dengan lahan yang
rendah. Semua analisis kebutuhan dan menggunakan transplanter hanya 72 ha. Luas
kesesuaian Alsintan perlu didukung juga oleh lahan rata-rata yang paling banyak adalah yang
kebijakan pemerintah, pendidikan, dan teknologi menggunakan pompa air yaitu sebesar 2.549
yang diadopsi. Dalam perhitungan indikator ha. Artinya, masih sangat besar lahan palawija
KINERJA PEMANFAATAN MEKANISASI PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI PANGAN DI 171
INDONESIA Rizma Aldillah 

yang belum digarap dengan Alsintan. petani lebih menyukai penggunaan TR2 untuk
Berdasarkan hasil perhitungan, luas lahan mengolah lahan dan pompa air untuk
garapan yang sudah menggunakan teknologi mendukung irigasi sawah, khususnya saat
Alsintan ini hanya sekitar 0,000002% hingga musim kemarau. Data ini juga didukung oleh
0,00044% saja. Dengan kata lain, ada sebanyak pendistribusian TR2 dan pompa air yang
99,99% lahan palawija yang belum terjamah semakin banyak dan semakin menurunnya
penggunaan Alsintan. Masih terdapat banyak kesenjangan antara realisasi distribusi Alsintan
kesenjangan dalam distribusi program bantuan dengan kebutuhan Alsintan. Untuk sementara,
Alsintan di seluruh lokasi pertanian di Indonesia. indikasi awal memperlihatkan bahwa transplan-
ter dan TR4 belum menjadi primadona bagi
Tabel 5. Luas lahan garapan (hektare) berdasarkan petani dalam membantu usaha tani palawijanya,
penggunaan per jenis Alsintan, 2010–2016 khususnya padi, jagung, dan kedelai.
Traktor Traktor Pompa Rice Kesenjangan antara realisasi dengan
Tahun
roda 2 roda 4 air transplanter kebutuhan Alsintan per jenis selama periode
2010 161 0,16 241 0 2010–2016 menunjukkan bahwa Alsintan yang
2011 26 0,24 27 9 paling dibutuhkan adalah pompa air dengan
2012 63 1,11 40 0 jumlah kesenjangan rata-rata sekitar 541 ribu
2013 160 - 133 8 unit per tahun, sedangkan TR4 menunjukkan
2014 617 - 271 19 kesenjangan rata-rata sekitar 180 ribu unit. Dua
Alsintan lainnya berada pada posisi sekitar 325
2015 1.020 27,64 1.085 254
ribu unit untuk TR2 dan 406 ribu unit untuk
2016 10.484 62,71 23.647 430 transplanter per tahunnya. Dilihat dari
Sumber: Ditjen PSP (2016) kuantitasnya (unit), hal ini mengindikasikan
bahwa kebutuhan petani paling krusial dalam
Kesenjangan antara realisasi distribusi mendukung percepatan produksi padi, jagung,
Alsintan (Tabel 1) dengan kebutuhan Alsintan dan kedelai adalah pompa air karena program
yang sebenarnya (Tabel 3) berdasarkan data irigasi selama ini tidak pernah tuntas dalam
ketersediaan luas lahan palawija (Tabel 4) ini mengatasi kebutuhan air. Hal ini juga dibuktikan
rata-rata mencapai antara 180 ribu unit untuk dari tingkat kejenuhan (perbandingan
TR4 hingga 487 ribu unit untuk pompa air, persentase antara realisasi atau ketersediaan
sedangkan untuk TR2 memiliki kekurangan rata- Alsintan dengan kebutuhannya yang telah
rata sebesar 280 ribu unit dan transplanter disesuaikan dengan ketersediaan luas lahan
sebanyak 404 ribu unit untuk periode yang sama palawija) Alsintan TR2 menunjukkan bahwa
(tahun 2010–2016). rata-rata sebesar 15,68% (perhitungan Tabel 1
terhadap Tabel 3), artinya realisasi Alsintan TR2
Namun demikian, dilihat dari pertumbuhan-
hanya sekitar 15,68% dari kebutuhan yang
nya, kekurangan Alsintan ini semakin menurun
seharusnya, sedangkan pompa air sekitar 11,5%
setiap tahunnya. Untuk TR2 dan pompa air
per tahun. Pada periode yang sama, tingkat
penurunannya masing-masing sebesar 13,72%
kejenuhan paling kecil yaitu TR4 dan
untuk TR2 dan 10,58% untuk pompa air (Tabel
transplanter dengan masing-masing sebesar
6), sedangkan kesenjangan kebutuhan TR4 dan
0,38% dan 0,58%. Dilihat dari tingkat
transplanter justru mengalami pertumbuhan
kejenuhannya, TR2 dan pompa air lebih cepat
yang meningkat dengan laju peningkatan
berkembang pendistribusiannya dibanding TR4
masing-masing sebesar 0,2% untuk TR4 dan
dan transplanter.
0,11% untuk transplanter. Artinya, rata-rata

Tabel 6. Kesenjangan (gap) perkembangan Alsintan (unit) di Indonesia, 2010–2016

Tahun Traktor roda 2 Traktor roda 4 Pompa air Rice transplanter


2010 (316.066) (177.827) (529.881) (400.128)
2011 (323.186) (179.899) (539.321) (404.622)
2012 (323.524) (180.556) (541.218) (406.363)
2013 (320.488) (180.269) (538.805) (405.452)
2014 (310.542) (181.098) (539.226) (407.092)
2015 (301.967) (180.687) (529.523) (404.271)
2016 (66.893) (179.946) (193.605) (402.627)
Sumber: Ditjen PSP (2016)
172 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 2, Desember 2016: 163-177

Permasalahan Pengembangan Alsintan penguasaan lahan (landholding size) (Nepal dan


Thapa 2009). Tingkat komersialisasi merupakan
Dari pengalaman selama ini, terdapat
faktor penting dalam keberhasilan mekanisasi.
sejumlah permasalahan dalam upaya
pengembangan Alsintan di dalam negeri, yakni
Perkembangan Kelembagaan UPJA (Usaha
(a) sistem standarisasi, sertifikasi, dan pengujian
Penyewaan Jasa Alsintan)
alat dan mesin pertanian (Alsintan) masih lemah;
(b) ketersediaan Alsintan masih kurang; (c) skala UPJA didefinisikan sebagai kelompok yang
usaha penggunaan belum memadai; (d) mengusahakan atau kelompok tani yang
dukungan perbengkelan masih lemah; (e) belum memiliki atau mengelola usaha pelayanan jasa
mantapnya kelembagaan Alsintan; (f) belum Alsintan (Keputusan Dirjen TPH No. 1
optimalnya pengelolaan Alsintan di sub sektor HK.050.98.71 tanggal 2 Desember 1998), serta
peternakan; dan (g) masih rendahnya partisipasi tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian
masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan Nomor 25/Permentan/PL.130/5/2008 tentang
pengembangan Alsintan serta terbatasnya daya Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan
beli maupun permodalan. Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin
Pertanian. Dari kedua peraturan tersebut dapat
Faktor-faktor penghambat perkembangan
dikatakan bahwa fungsi utama UPJA adalah
mekanisasi pertanian di Indonesia di antaranya
melakukan kegiatan ekonomi dalam bentuk
adalah: (1) permodalan, di mana umumnya
penyewaan jasa Alsintan, baik dalam melakukan
petani mempunyai lahan yang sempit dan
kegiatan pra-panen (seperti jasa pompa air
kurang dalam permodalannya, sehingga tidak
irigasi, jasa penanaman, jasa pengolahan tanah)
semua petani mampu membeli Alsintan yang
maupun jasa panen, pascapanen (seperti
harganya relatif mahal; (2) kondisi lahan, di
perontokan) dan jasa pengolahan hasil (seperti
mana tofografi lahan pertanian di Indonesia
penggilingan padi). Pada hakikatnya, tujuan
kebanyakan bergelombang dan bergunung-
pengembangan UPJA adalah membangun
gunung sehingga menyulitkan untuk
sistem dan kelembagaan usaha pelayanan jasa
pengoperasian mesin khusus-nya mesin
Alsintan di sentra produksi tanaman pangan dan
prapanen; (3) tenaga kerja, di beberapa wilayah
hortikultura yang berorientasi bisnis (Siam
tenaga kerja cukup berlimpah sehingga
2001).
mekanisasi dikhawatirkan menimbulkan
pengangguran; serta (4) tenaga ahli, yakni Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA)
kurangnya tenaga yang kompeten dalam merupakan rekayasa sosial yang dimaksudkan
menangani mesin-mesin pertanian (Priyanto untuk mendorong pemanfaatan Alsintan oleh
2011). Mengingat hal tersebut, terutama poin petani (Ariningsih dan Tarigan 2005).
nomor 3 maka perngembangan mekanisasi Penggunaan teknologi, termasuk Alsintan
pertanian di Indonesia menganut azas merupakan salah satu faktor pertumbuhan
mekanisasi pertanian selektif, yaitu ekonomi di samping akumulasi modal dan
mengintroduksi alat dan mesin pertanian yang pertumbuhan populasi. Selain itu, UPJA
disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. merupakan terobosan untuk mengatasi masalah
usaha tani pada kondisi dimana kepemilikan
Adapun tantangan yang dihadapi dalam
lahan pertanian relatif sempit sehingga
pengembangan teknologi Alsintan adalah
kepemilikan Alsintan secara individu tidak
menyiapkan perangkat peraturan perundang-
menguntungkan (Todaro 1993).
undangan tentang Alsintan, me-
numbuhkembangkan industri dan penerapan Pengembangan ini merupakan rangkaian
Alsintan, mengembangkan kelembagaan Usaha upaya untuk memfasilitasi, melayani, dan
Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang mandiri, mendorong berkembangnya usaha agroindustri
mengembangkan lembaga pengujian Alsintan berbasis usaha tani tanaman pangan, khu-
yang terakreditasi di daerah, dan mengem- susnya padi sawah. Secara ekonomi, program
bangkan Alsintan sesuai dengan kondisi sosial UPJA ini diharapkan dapat meningkatkan
budaya masyarakat setempat, dan mening- pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani
katkan partisipasi masyarakat dalam pengem- di perdesaan secara signifikan. Kementerian
bangan Alsintan. pertanian mendorong kepemilikan Alsintan
dalam UPJA secara mandiri. Kehadiran UPJA
Riset dari 120 sampel di Nepal mendapatkan
dalam menyediakan jasa Alsintan dibutuhkan
empat variabel penting dalam modernisasi dan
oleh masyarakat tani, karena dapat menutupi
mekanisasi petanian, yaitu jumlah penggunaan
kekurangan ketersediaan tenaga kerja perta-
pupuk area, jumlah areal yang menggunakan
nian, terutama untuk pengolahan tanah. Selain
traktor (tractor-ploughing), area yang dilayani
itu, penyediaan jasa Alsintan oleh UPJA akan
irigasi pompa (pump-set irrigation), dan ukuran
meningkatkan pendapatan petani dalam usaha
KINERJA PEMANFAATAN MEKANISASI PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI PANGAN DI 173
INDONESIA Rizma Aldillah 

taninya karena meringankan beban petani untuk Kontribusi mekanisasi pertanian untuk
biaya produksi usaha taninya (Yogatama et al. tanaman pangan ditandai dengan meningkatnya
2003). kebutuhan tenaga kerja pada pengolahan lahan,
karena indeks pertanaman yang meningkat. Di
Hasil kajian Priyati dan Abdullah (2015)
samping itu, keserempakan tanam dalam satu
mendapatkan bahwa kinerja UPJA yang diteliti
kawasan yang luas menyebabkan volume
mulai mengalami penurunan dikarenakan bebe-
pekerjaan meningkat, waktu pengolahan lahan
rapa alat yang menunjang program tersebut
menjadi singkat, sehingga permintaan tenaga
sudah mulai rusak dan sudah tidak mampu
kerja juga meningkat.
diperbaiki lagi dikarenakan usia alat yang sudah
tua. Ketidakmampuan pemerintah dalam Penelitian lain menunjukkan bahwa
mengganti alat-alat tersebut membuat para pendapatan rata-rata usaha tani padi meningkat
pengelola berinisiatif membeli alat sendiri dari setelah penggunaan Alsintan (Hermanto et al.
hasil usaha UPJA. Dampak lainnya, karena alat 2016). Peningkatan pendapatan merupakan
banyak rusak, para operator mesin banyak yang akumulasi dari meningkatnya produktivitas padi,
meninggalkan kelompok UPJA dan mencari berkurangnya losses, pengeluaran biaya
pekerjaan lain. Untuk itu, pelaksanaan program nontenaga kerja menjadi lebih kecil, dan
UPJA bila tidak didasari dengan persiapan yang penggunaan tenaga kerja luar keluarga juga
matang, baik dalam hal SDM pengelolanya, berkurang.
kesesuaian jenis, jumlah maupun kualitas
Penelitian Saliem et al. (2015) mendapatkan
Alsintan yang dibutuhkan; dapat mengurangi
hal serupa. Penggunaan Alsintan dalam suatu
kualitas maupun kuantitas hasil yang diperoleh
hamparan yang cukup luas memberikan
serta menyebabkan program tidak berjalan
beberapa manfaat berupa penghematan waktu,
lancar. Dengan demikian, Alsintan UPJA yang
pengurangan penggunaan tenaga kerja, pengu-
masih belum optimal penggunaannya perlu
rangan biaya, peningkatan produktivitas dan
dioptimalkan dengan cara kerja sama dengan
pengurangan kehilangan hasil. Dari segi waktu,
kelompok tani lain di luar UPJA. Alsintan yang
penggunaan Alsintan menghemat waktu cukup
tidak digunakan dapat dipindahkan ke UPJA lain
banyak sehingga bisa dilaksanakan tanam
yang membutuhkan atau dibentuk UPJA baru.
serempak. Tenaga kerja pertanian (buruh tani)
yang terbilang langka seperti di Kabupaten
Soppeng (Sulse) dapat diatasi dengan
MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DAN masuknya Alsintan. Dibanding dengan pertanian
OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALSINTAN konvensional yang biasa dipraktikkan petani,
penggunaan Alsintan mampu meningkatkan
Posisi strategis mekanisasi pertanian produksi dari 6,7 menjadi 8,05 ton/ha.
memiliki makna yang sangat kompleks bagi Kehilangan hasil pada saat panen yang berkisar
Indonesia karena mengandung banyak manfaat antara 10-12%, dengan penggunaan combine
mulai dari peningkatan produksi, mengurangi harvester bisa ditekan hingga 3%. Manfaat lain
losses dalam proses panen, menekan biaya dari pertanian modern adalah berkurangnya
usaha tani, serta memperluas dan meningkatkan biaya usaha tani dan bertambahnya pendapatan
intensitas tanam (BBP Mektan 2016). Banyak petani. Di lokasi kajian terjadi penurunan biaya
negara telah mengembangkan mekanisasi usaha tani rata-rata 20–25% dan peningkatan
pertanian, namun keberhasilannya bervariasi. keuntungan sekitar 50%. Dari sisi usaha
Menarik untuk mencermati faktor-faktor apa penyewaan Alsintan, UPJA mendapat
yang mendukung keberhasilannya. keuntungan usaha yang cukup baik dengan
kisaran RC rasio 1,4 hingga 2,3, di mana
Hasil riset Handaka (2012) mendapatkan keuntungan tertinggi diperoleh dari penyewaan
bahwa sumbangan penggunaan Alsintan dalam combine harvester.
pembangunan pertanian dapat diukur pada
berbagai kasus, misalnya penggunaan pompa Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan
air tanah di Jawa Timur yang mampu merubah turunnya biaya karena menggunakan mesin.
pola tanam dari padi-bero menjadi padi-padi Penelitian dari 255 unit usaha peternakan ayam
atau padi-palawija-palawija. Demikian pula (livestock farms) mendapatkan bahwa peter-
penggunaan mesin perontok padi yang nakan dengan biaya kotor lebih tinggi membu-
menurunkan susut panen dari >5% menjadi tuhkan biaya mekanisasi yang juga lebih besar.
kurang dari 2%. Penelitian juga menunjukkan Namun, pada peternakan penggemukan sapi,
bahwa perbaikan dan penyempurnaan mesin biaya mekanisasi yang lebih besar tidak
penggilingan padi mampu menaikkan rendemen dikompensansi oleh margin biaya kotor (gross
giling. margin) yang lebih tinggi (Miserque 2015).
174 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 2, Desember 2016: 163-177

Satu negara yang telah cukup berhasil dalam (turnaround time) akan lebih pendek, sehingga
mekanisasi pertanian adalah Korea Selatan. meningkatkan produktivitas lahan. Pertanian
Negara ini telah mengembangkan mekanisasi Indonesia dalam tiga tahun terakhir baru berada
selama 45 tahun, di mana untuk usaha tani padi pada tahap ini.
perkembangannya telah cukup lengkap, namun
Tahap kedua, mekanisasi untuk menggan-
untuk hortikultura dan peternakan sedang
tikan fungsi tugas kontrol (human control
dikembangkan (Kim 2009). Penggunaan
functions). Mesin membantu petani dalam
Alsintan hanya salah satu komponen dalam
mengontrol usaha tani, meskipun menjadi lebih
sistem usaha tani. Pengalaman dari negara ini
kompleks dan membutuhkan biaya besar.
mendapatkan bahwa mekanisasi hanya
berkembang jika usaha pertanian tersebut Tahap ketiga, adaptasi pola usaha tani
memberi keuntungan (economically viable) dan (cropping system). Salah satu model yang akan
mesin juga harus mampu mereduksi biaya terbentuk karena penggunaan mesin secara
tenaga kerja. intensif nantinya adalah pertanian monokultur.
Pertanian mixed crops akan kesulitan dalam
Skala usaha tani yang kecil semestinya tidak
menerapkan Alsintan.
menjadi hambatan sebagaimana di China. China
juga menghadapi masalah penguasaan lahan, Tahap keempat, adaptasi sistem usaha tani
fragmentasi, dan semakin tingginya upah buruh dengan lingkungan karena menggunakan mesin
tani terutama untuk kegiatan panen (Zhang dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas
2017). Pertanian skala kecil tetap dapat dan keuntungan dari skala usaha tani. Bagai-
mempertahankan daya kompetitifnya. “By mana penggunaan mesin menjadi pertimbangan
sourcing labor and power-intensive steps of dalam investasi dan konsolidasi lahan, namun
production to others, smallholder farmers can juga membutuhkan dukungan yang optimal.
maintain their competiveness despite their small Penggunaan fully mechanized pada padi sawah,
and fragmented land size. However, as the misalnya, mengharuskan prasarana irigasi yang
current old-generation farmers with low optimal. Pilihan mesin yang sesuai menjadi
opportunity cost of labor die out in the near faktor penting, sebagaimana pengalaman di
future, land consolidation will become inevitable” Turki (Akedmir 2013).
(Zhang 2017). Masalah di Turki juga sama, yakni
skala usaha kecil dan lahan terfragmentasi Tahap kelima, adaptasi tanaman untuk
(Akedmir 2013). pemenuhan mekanisasi. Pihak pemulia tanam-
an misalnya, akan menciptakan bibit dengan
Satu hal yang harus dipertimbangkan pula karakteristik yang sesuai untuk satu alat dan
adalah membangun pabrik dan industri mesin mengefisienkan biaya penggunaan alat tersebut.
pertanian secara mandiri, sehingga tidak ber-
Tahap keenam, sistem produksi pertanian
gantung pada impor mesin dari luar. Sebagai
contoh, mekanisasi pertanian di Korea Selatan yang otomatis (automation of agricultural
berhasil karena didukung oleh pengembangan production). Pada tahap ini hampir seluruh
pekerjaan pertanian telah digantikan mesin,
industri dalam negerinya (Kim 2009). Indonesia
juga sudah harus memikirkan bagaimana termasuk komputerisasi yang akan memandu
mengembangkan industri yang memproduksi kegiatan keseluruhan utamanya dalam
penetapan jadwal kegiatan dan dosis.
Alsintan, karena kebutuhan ke depan masih
sangat besar. Perkembangan Alsintan di Indo- Perkembangan mekanisasi pertanian di
nesia sesungguhnya baru berada pada tahap Indonesia tentu saja masih pada tahap awal. Ke
permulaan. depan, masih banyak kendala yang harus
Hasil analisis dari berbagai negara ber- dihadapi. Verma (2005) menyarankan bahwa
produksi pertanian terutama padi, pada masa
kembang menyimpulkan bahwa pengembangan
mekanisasi secara bertahap akan mengikuti datang akan menghadapi beberapa masalah
langkah-langkah berikut (IRRI 1986). Tahap seperti keterbatasan lahan subur, air, dan
tenaga kerja, namun dituntut untuk lebih
pertama, substitusi tenaga (power substitution).
Penggunaan mesin pada level ini hanya sekedar memperhatikan masalah lingkungan hidup.
mengganti tenaga manusia dan hewan dengan Konsekuensinya adalah perlunya pemikiran
yang lebih rasional untuk mendorong perluasan
mesin. Dengan kata lain, yang berubah adalah
level power change the farming systems. areal baru, dalam mengantisipasi berkurangnya
Penggunaan mesin akan meningkatkan luasan lahan subur dengan mencari sumber lahan baru
yang potensial untuk dikembangkan. Mekanisasi
lahan yang terolah, sehingga pada gilirannya
akan meningkatkan produksi nasional secara merupakan alternatif jawaban untuk masalah
total. Penggarapan lahan dapat dilakukan keterbatasan tenaga kerja, karena meningkatnya
pembangunan industri dan turunnya minat
bahkan sebelum hujan turun, waktu olah
KINERJA PEMANFAATAN MEKANISASI PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI PANGAN DI 175
INDONESIA Rizma Aldillah 

bekerja di sektor pertanian. Teknologi ramah puan SDM dan manajemen dalam UPJA
lingkungan harus terus menerus dikembangkan mendesak untuk ditingkatkan sehingga optima-
dalam usaha membangun dan mengembangkan lisasi penggunaan Alsintan lebih baik. Pening-
good farming practice. katan kapasitas dan kinerja UPJA membutuhkan
pendampingan dari dinas teknis dan penyuluhan
Pengalaman menunjukkan bahwa pendekat-
pertanian, berupa pelatihan teknis dan mana-
an pengembangan mekanisasi pertanian dari
jemen, pendampingan, serta dukungan infra-
sisi teknologi akan bias kepada teknologi yang
stuktur perbengkelan dan ketersediaan spare
lebih maju dari yang eksis, dengan efisiensi
parts. Optimalisasi operasional Alsintan mem-
tinggi, dan teknik operasi yang kurang pas
butuhkan jejaring kerja yang lebih luas sehingga
dengan kondisi sistem usaha tani yang ada.
komunikasi dan kerja sama antar-UPJA dari
Seringkali dikatakan bahwa teknologi mekani-
wilayah yang berbeda perlu dijalin.
sasi yang dikembangkan tidak layak secara
ekonomis maupun sosial, meskipun secara Hasil review terhadap kinerja pemanfaatan
teknis dikatakan layak. Namun demikian, pende- Alsintan terhadap kinerja pemanfaatan meka-
katan sosial ekonomi dan budaya juga menda- nisasi pertanian dan implikasinya dalam upaya
patkan kritikan akan menjadikan Indonesia percepatan produksi pangan di Indonesia mem-
terlambat mengejar pertumbuhan dan persa- berikan pemikiran bahwa kinerja petani dalam
ingan dengan negara negara tetangga seperti adopsi teknologi belum cukup efektif. Walaupun
Thailand, Malaysia, Filipina, dan bahkan demikian, pemanfaatan Alsintan dapat membe-
Vietnam (BBP Mektan 2016). rikan keuntungan secara ekonomi atau finansial.
Di samping itu, Alsintan terlihat masih belum
matang dalam pendistribusiannya, penggu-
PENUTUP naannya di petani belum merata, dan belum
memperhitungkan kesesuaian berdasarkan kon-
disi sosial budaya masyarakat sekitar. Beberapa
Mekanisasi pertanian telah cukup lama lokasi sangat kekurangan Alsintan, sementara di
dijalankan di Indonesia, dan semakin ditingkat- lokasi lainnya Alsintan justru mengalami
kan semenjak beberapa tahun terakhir. Upaya kemubaziran karena tidak sesuai dengan kondisi
ini berada dalam konteks menciptakan lahan maupun sosial budayanya. Untuk itu,
“pertanian modern”, di mana penggunaan mesin program bantuan teknologi semacam ini perlu
dapat meningkatkan luas dan intensitas tanam, memperhitungkan dan mempertimbangkan tidak
mempercepat pekerjaan, menekan biaya, me- hanya aspek ekonomi, namun juga aspek sosial
ngurangi losses, dan meningkatkan produksi. budaya dari masyarakat setempat.
Meskipun telah dikembangkan semenjak era
tahun 1960-an, namun sampai saat ini Alsintan
yang berkembang dan telah memasyarakat
UCAPATAN TERIMA KASIH
masih terbatas pada traktor pengolah tanah dan
mesin perontok (tresher). Alat terbaru yang
diintroduksikan oleh pemerintah adalah alat Terima kasih penulis ucapkan kepada Dewan
tanam padi (rice transplanter) dan alat panen Redaksi dan Redaksi Pelaksana Forum Peneli-
kombinasi (rice combine harvester). tian Agro Ekonomi yang telah memberikan saran
perbaikan serta melayani penyempurnaannya.
Namun demikian, sebagaimana diuraikan di
Secara khusus ucapan terima kasih dihaturkan
atas, efektivitas program dan penggunaan
kepada Dr. Hermanto, M.P., Dr. Henny Mayro-
Alsintan di lapangan belum optimal. Salah satu
wani, dan Dr. Agung Prabowo atas dukungan
penyebabnya karena distribusi alat yang kurang
moril serta masukan kepada penulis dalam
sesuai dengan kebutuhan dan belum siapnya
menyelesaikan naskah ini. Ucapan terima kasih
kelembagaan petani penerima. Dari berbagai
juga disampaikan kepada semua pihak yang
hasil studi, pengembangan Alsintan ke depan
telah membantu menyediakan data, informasi,
membutuhkan peningkatan efektivitas dan
serta pengetahuan dan temuan-temuan studi
optimalisasi, serta penguatan kelembagaan
untuk penyempurnaan penulisan naskah ini.
pengelolanya. Peran swasta juga harus diberi
ruang yang lebih besar, sembari mengem-
bangkan industri produsen Alsintan dalam negeri
DAFTAR PUSTAKA
sehingga lebih mandiri.
Kelembagaan pengelola Alsintan di level Akdemir B. 2013. Agricultural mechanization in
petani adalah kelembagaan Usaha Pelayanan Turkey. 2013. IERI Procedia. 5:41-44.
Jasa Alsintan (UPJA) yang berada di bawah
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kemam-
176 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 2, Desember 2016: 163-177

Alihamsyah T. 2007. Teknologi mekanisasi pertanian Handaka, Prabowo A. 2014. Kebijakan antisipatif
mendukung sistem pertanian tanaman pangan pengembangan mekanisasi pertanian. Anal Kebijak
industrial. Makalah pada Simposium Tanaman Pertan. 11(1):27-44.
Pangan V di Bogor; 2007 Agu 28-29 Agustus;
Bogor, Indonesia. Hardjosentono M, Wijarto, Elon R, Badra IW, Dadang
TR. 1996. Mesin-mesin pertanian. Jakarta (ID):
Alfan Z. 1999. Mekanisasi, pemecahan masalah Dunia Aksara.
efisiensi kerja petani [Internet]. [diuduh 2006 Mei
2]. Tersedia dari: http://www.indomedia.com/bpost/ Hermanto, Mayrowani H, Prabowo A, Aldillah R,
012000/20/opini/opini1.htm Soeprapto D. 2016. Evaluasi rancangan,
implementasi dan dampak bantuan mekanisasi
Ananto EE, T Alihamsyah. 2012. Pengembangan terhadap percepatan peningkatan produksi padi,
mekanisasi pertanian: keberhasilan dan jagung dan kedelai. Laporan Akhir Penelitian.
permasalahan. Dalam: Kemandirian pangan Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Indonesia dalamperspektif MP3EI. Jakarta (ID): Pertanian.
IAARD Press. hlm. 212-238.
[IRRI] International Rice Research Institute. 1986.
Anon 2000. Kebijakan pengembangan industri Small farm equipment for developing countries.
Alsintan. Makalah pada Seminar Sehari Alat dan Proceedings of the International Conference on
Mesin Pertanian (Alsintan) Produksi Dalam Negeri. Small Farm Equipment for Developing Countries:
Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Industri Logam Past Experiences and Future Priorities; 1986 Sep
Mesin Elektronika dan Aneka. 2-6; Los Baños, Filipina. Los Baños (PH):
International Rice Research Institute.
Ariningsih E, Tarigan H. 2005. Keragaan usaha
pelayanan jasa Alsintan (UPJA) di Jawa Barat: Irwanto KA. 1980. Alat dan mesin budidaya pertanian
studi kasus di Kabupaten Indramayu. ICASEPS Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung, Fakultas
Working Paper No. 79. Bogor (ID): Pusat Analisis Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian.
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Joyowinoto. 2004. Pengembangan mekanisasi
[BBP Mektan]. 2006. Telaah Strategis Mekanisasi pertanian kinerja dan tinjauan kelembagaan.
Pertanian dalam Pembangunan Pertanian Tangerang (ID): Balai Besar Pengembangan
Berwawasan Agribisnis. Laporan Akhir. Tangerang Mekanisasi Pertanian.
(ID): Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2016. Statistik
Pertanian 2016. Jakarta (ID): Kementerian
[BBP Mektan]. 2016. Laporan akhir: telaah strategis Pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi
mekanisasi pertanian dalam pembangunan Pertanian.
pertanian berwawasan agribisnis. Tangerang (ID):
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Kim KU. 2009. Farm mechanization policies in Korea.
Eng Agric Environ Food. 2(4):132-143.
Diao X, Cossar F, Houssou N, Kolavalli S. 2014.
Mechanization in Ghana: emerging demand and Lakitan B. 2013. Connecting all the dots: identifying
the search for alternative supply models. Food the “actor level” challenges in establishing effective
Policy. 48:168-181 innovation system in Indonesia. Technol Soc.
35:41-54.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United
Nations. 2014. Agricultural innovation: common Lisyanto. 2002. Pengembangan teknologi berbasis
understanding the upcoming SOFA 2014 [Internet] pertanian (suatu modal kemandirian dalam
Rome (IT): Food and Agriculture Organization of menghadapi era global). Makalah Pengantar
the United Nations; [cited 2016 May 2]. Available Falsafah Sains. Bogor (ID): Institut Pertanian
from: http://www.fao.org/fileadmin/templates/tci/pdf/ Bogor, Program Pascasarjana.
Investment_Days_2012_1st_day/Session_I/Julien Manwan I, Ananto EE. 1994. Strategi penelitian dan
DeMeyer.pdf pengembangan mekanisasi pertanian tanaman
Handaka. 2004. Inovasi mekanisasi pertanian pangan Dalam: Ananto EE, editor. Prospek
berkelanjutan: suatu alternatif pemikiran. mekanisasi pertanian tanaman pangan. Bogor (ID):
Tangerang (ID): Balai Besar Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Mekanisasi Pertanian. Pangan. hlm. 1- 9.

Handaka. 2012. Kontribusi mekanisasi pertanian dan Mangunwidjaja D, Sailah I. 2005. Pengantar teknologi
teknologi pasca panen pada sistem dan usaha pertanian. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
agribisnis. Makalah pada Expose dan Seminar Miserque O. 2015. Mechanization costs in Walloon
Mekanisasi Pertanian dan Teknologi Pasca Panen; livestock farms. Farm Machinery and Processes
2002 Jul 30-31. Malang, Indonesia. Management in Sustainable Agriculture, 7th
Handaka, Joyowinoto. 2002. Proses inovasi teknologi International Scientific Symposium. Agriculture and
mekanisasi pertanian di Indonesia. Tangerang (ID): Agricultural Science Procedia 7 ( 2015 ) 170 – 176.
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Mugniesyah, Machfud SS. 2006. Peranan penyuluhan
pertanian dalam pembangunan pertanian. Bogor
(ID): IPB Press.
KINERJA PEMANFAATAN MEKANISASI PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI PANGAN DI 177
INDONESIA Rizma Aldillah 

[OECD] The Organisation for Economic Co-operation Conference of the Philippines. Los Banos (PH):
and Development. 2015. Frascati manual: Society of Agricultural Engineers.
proposed standard practice for surveys on
research and experimental development [Internet]. Siahaan S. 2001. Penelitian tentang Diklat jarak jauh
6th ed. Paris (FR): The Organisation for Economic penyuluhan pertanian dan dampaknya terhadap
Co-operation and Development; [cited 2016 Jun peningkatan kualitas hidup petani di Kabupaten
13]. Available from: http://www.oecd.org/sti/ Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Bogor
frascatimanual (ID): IPB Press.

Nepal R, Thapa GB. 2009. Determinants of Siam S. 2001. Membangun sistem dan kelembagaan
agricultural commercialization and mechanization usaha pelayanan jasa Alsintan (UPJA) mendukung
in the hinterland of a city in Nepal. Appl program ketahanan pangan. Dalam: Pembangunan
Geography. 29:377-389. Pertanian. Bogor (ID): Pusat Penelitian Agro
Ekonomi.
Olmstead AL, Rhode PW. c2014. Agricultural
mechanization. In: van Alken NK, editor in chief. Subagiyo. 2016. Analisis kelayakan finansial
Encyclopedia of Agriculture and Food Systems. penggunaan Alsintan dalam usaha tani padi di
London (UK): Elsevier Inc. p. 168-178 Daerah Istimewa Yogyakarta. Agros. 18(1):33-48.

Patrick OA, Abubakar AG, Adama AI, Lawal AO, Suhendrata T, Kushartini E, Prasetyo A, Ngadimin.
Musa AA. 2016. Agricultural mechanization and 2011. Alsintan di Kabupaten Sukoharjo dan
south-south knowledge exchange: What can Sragen. Laporan Akhir Kegiatan. Ungaran (ID):
Ghanaian and Nigerian policymakers learn from BPTP Jawa Tengah.
Bangladesh’s experience? GSSP Policy Note and Suhendrata T, Kushartini E, Sudaryanto T, Jauhari S,
NSSP Policy Note 6 and 36. Washington, DC (US): Budiman, Ngadimin. 2012. Pengkajian intensifikasi
International Food Policy Research Institute. padi pada lahan sawah tadah hujan melalui
Pramudya B. 1996. Strategi pengembangan alat dan perbaikan teknologi budidaya. Laporan Akhir
mesin pertanian untuk usaha tani tanaman pangan. Kegiatan. Ungaran (ID): BPTP Jawa Tengah.
Agrimedia. 2(2):5-12. Sukirno MS. 1999. Mekanisasi pertanian: pokok
Pretty J. 1995. Regenerating agriculture: policies and bahasan alat mesin pertanian dan pengelolaannya.
practice for sustainability and self reliance. London Diktat Kuliah UGM. Yogyakarta (ID): Universitas
(UK): London Press. Gadjah Mada.

Priyanto A. 2011. Penerapan mekanisasi pertanian. Todaro MP. 1993. Pembangunan ekonomi di dunia
Bul Keteknikan Pertan. 11(1):54-58. ketiga. Aminuddin, Mursaid, penerjemah. Jakarta
(ID): Ghalia Indonesia.
Priyati A, Abdullah SH. 2015. Studi keberadaan usaha
pelayanan jasa alat dan mesin pertanian (UPJA) Umar S. 2008. Pengembangan alat tanam biji-bijian
Kaliaji di Desa Monggas Kecamatan Kopang pada beberapa kondisi lahan untuk peningkatan
Lombok Tengah. J Ilm Rekayasa Pertan Biosist. efisiensi. Prosiding Seminar Nasional Teknik
3(1):153-158. Pertanian 2008; 2008 Nov 18-19; Yogyakarta
Indonesia. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah
PSP-IPB dan Departemen Pertanian. 2003. Evaluasi Mada, Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan
Dampak Deregulasi Agroinput. Laporan Akhir Teknik Pertanian. hlm. 1-12.
Kegiatan. Bogor (ID): PSP-IPB bekerja sama
dengan Departemen Pertanian. Verma SR. 2005. Impact of agricultural mechanization
on production, productivity, cropping intensity
Rizaldi T. 2006. Mesin peralatan. Medan (ID): income generation and employment of labour
Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, [Internet]. Pensylvania (US): Pensylvania State
Departemen Teknologi Pertanian. University, Departemen of Engineering; [cited 2016
Aug 23]. Available from: http://citeseerx.ist.psu.edu/
Robbins JH. 2005. CRC handbook of engineering in viewdoc/download? doi:10.1.1.511.5214&rep=rep
agriculture. Boka Raton. (US): CRC Press. 1&type=pdf
Roggers EM. 1995. Diffusion of Innovations. New Wijanto. 2002. Mesin dan peralatan usaha tani.
York (US): The Free Press. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Saliem HP, Kariyasa K, Mayrowani H, Agustian A, Yogatama MR, Ciptohadijoyo S, Masithoh RE. 2003.
Friyatno S, Sunarsih. 2015. Prospek pengem- Kajian kinerja usaha pelayanan jasa alat dan mesin
bangan pertanian modern melalui penggunaan pertanian (UPJA): kontribusi dalam strategi
teknologi mekanisasi pertanian pada lahan padi pengembangan alat dan mesin pertanian (Studi
sawah. Laporan Analisis Kebijakan. Bogor (ID): Kasus UPJA di DIJ). Agritech. 21(4):149-156.
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Zhang X, Yang J, Thomas R. 2017. Mechanization
Salokhe VM, N. Ramalingam. 1998. Agricultural outsourcing clusters and division of labor in
mechanization in South and South-East Asia. Chinese agriculture. China Econ Rev. 43:184-195.
Paper at the Plenary Session of the International

You might also like