You are on page 1of 100
if © PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -232- Angka 3 Pasal 16 Cukup jelas. Angka 4 Pasal 18 Ayat (1) Surat persetujuan ekspor dari Pemerintah berisi keterangan tertulis antara lain mengenai nama, jenis, bentuk dan jumlah psikotropika yang disetujui untuk diekspor, nama dan alamat eksportir dan importir di negara pengimpor, jangka waktu pelaksanaan ekspor dan keterangan bahwa ekspor tersebut untuk kepentingan pengobatan dan/atau ilmu pengetahuan. Surat Persetujuan Impor dari Pemerintah berisi keterangan tertulis antara lain mengenai nama, jenis, bentuk dan jumlah psikotropika yang disetujui untuk diimpor, naina dan alamat importir dan eksportir di negara pengekspor, jangka waktu pelaksanaan impor dan keterangan ‘bahwa impor tersebut untuk kepentingan pengobatan dan/atau ilmu pengetahuan. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Angka 5 Pasal 19 Cukup jelas. Angka 6 Pasal 20 Cukup jelas. SK No 052504 A. i PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -233 - Angka 7 Pasal 21 Cukup jelas. Angka 8 Pasal 22 Culeup jelas. Pasal 63 Angka 1 Pasal 11 Ayat (1) Ketentuan ini membuka dapat lebih mudah dilakukan. Ayat (2) ‘Cukup jelas, Ayat (3) ‘Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Angka 2 Pasal 15, Ayat (1) Cukup jelas. SK No 052505 A kemungkinan memberikan Perizinan Berusaha kepada lebih dari satu industri farmasi yang berhak memproduksi obat Narkotika, tetapi dilakukan sangat selektif dengan maksud agar pengendalian dan pengawasan Narkotika Ayat (2). untuk x PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 234- Ayat (2) Yang dimaksud dengan “dalam keadaan tertentu” dalam ketentuan ini adalah apabila perusahaan besar farmasi milik negara dimaksud tidak dapat melaksanakan fungsinya dalam melakukan impor Narkotika karena bencana alam, kebakaran dan lain- lain, ‘Ayat (3) Cukup jelas. Angka 3 Pasal 16 Cukup jelas. Angka 4 Pasal 18 Ayat (1) Perusahaan Pedagang Besar Farmasi dalam ketentuan inj adalah BUMN maupun swasta. Ayat (2) ‘Cukup jelas. Angka 5 Pasal 19 Cukup jelas. Angka 6 Pasal 22 Cukup jelas. ‘Angka 7 Pasal 24 Cukup jelas. SK No 052506 A Angke 8 * © PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA “industri farmasi, dan = 235 - Angka 8 Pasal 26 Cukup jelas. Angka 9 Pasal 36 Cukup jelas. Angka 10 Pasal 39 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pedagang besar farmasi” adalah industri farmasi, dan pedagang besar farmasi tertentu yang telah memiliki izin khusus untuk menyalurkan Narkotika. Ayat (2) Ketentuan ini menegaskan bahwa Perizinan Berusaha bagi sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah diperlukan sepanjang surat keputusan pendirian sarana penyimpanan sediaan farmasi tersebut tidak dikeluarkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Ayat (3) ‘Cukup jelas. Pasal 64 Angka 1 Pasal 1 ‘Cukup jelas. Angka 2 Pasal 14 Cukup jelas. SK No 052507 A Angka 3 x PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 236 - Angka 3 Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “untuk keperluan lain” adalah penggunaan kelebihan Produksi Pangan selain untuk konsumsi, antara lain, untuk pakan, bahan baku energi, industri dan/atau ekspor. Angka 4 Pasal 36 Cukup jelas. Angka 5 Pasal 39, Usaha tani meliputi peningkatan produksi, kescjahteraan Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan mikro dan kecil. Angka 6 Pasal 68 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “rantai Pangan” adalah urutan tahapan dan operasi di dalam produksi, pengolahan, distribusi, penyimpanan, dan penanganan suatu Pangan dan bahan bakunya mulai dari produksi hingga konsumsi, termasuk bahan yang berhubungan dengan Pangan hingga Pangan siap dikonsumsi. Yang dimaksud dengan “secara terpadu” adalah penyelenggaraan Keamanan Pangan —harus, dilaksanakan secara terpadu dan sinergis oleh semua pemangku kepentingan pada setiap rantai Pangan. Ayat (2) SK No 052508 A x PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 237 - Ayat (2) Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan dilakukan antara lain, dengan berbasis analisis risiko. Analisis risiko merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara sistematis dan transparan berdasarkan _informasi ilmiah yang meliputi manajemen risiko, kajian risiko, dan komunikasi risiko. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Angka 7 Pasal 72 Cukup jelas. Angka 8 Pasal 74 Cukup jelas. Angka 9 Pasal 77 Ayat (1) Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam Perizinan Berusaha adalah dari aspek Keamanan, Pangan. Ayat (2) SK No 052509 A i PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 238 - Ayat (2) Yang dimaksud dengan “bahan baku” adalah bahan utama yang dipakai dalam kegiatan atau proses Produksi Pangan, yang dapat berupa bahan mentah, bahan setengah jadi, atau bahan jadi. Yang dimaksud dengan “bahan lain” adalah bahan yang tidak termasuk bahan baku maupun bahan. tambahan Pangan. Ayat (3) Cukup jelas. ‘Angka 10 Pasal 81 Cukup jelas. Angka 11 Pasal 87 Dihapus. Angka 12 Pasal 88 Cukup jelas. Angka 13 Pasal 89A Cukup jelas. Angka 14 Pasal 91 ‘Ayat (1) ‘Cukup jelas. Ayat (2) SK No 052510 A if PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 239 - Ayat (2) Yang dimaksud dengan ‘Pangan Olahan tertentu” adalah pangan olahan yang dibuat oleh industri rumah tangga Pangan, yaitu industri Pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan manual hingga semi otomatis. Ayat (3) ‘Cukup jelas, Angka 15 Pasal 133 ‘Cukup jelas. Angka 16 Pasal 134 ‘Cukup jelas. Angka 17 Pasal 135 ‘Cukup jelas. Angka 18 Pasal 139 Cukup jelas. Angka 19 Pasal 140 Cukup jelas. Angka 20 SK No 052511 A. “PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA =240- Angka 20 Pasal 141 Cukup jelas. Angka 21 Pasal 65 Ayat (1) SK No 052512 A Pasal 142 (Cukup jelas. Yang dimaksud dengan kata “dapat” dalam ketentuan ini pada dasarnya kewajiban memenuhi Perizinan Berusaha tidak berlaku pada sektor Pendidikan kecuali lembaga pendidikan formal di kawasan ekonomi khusus yang diatur tersendiri. Undang-Undang ini menganut prinsip bahwa pengelolaan satuan Pendidikan bersifat nirlaba sehingga tidak dapat disamakan dengan pengelolaan kegiatan usaha. Dengan demikian perlakuan, persyaratan, dan proses izin yang diperlukan oleh satuan Pendidikan untuk kegiatan operasionalnya tidak dapat sama dengan perlakuan, persyaratan, dan proses Perizinan Berusaha untuk kegiatan yang dapat bersifat laba, Ketentuan izin untuk satuan Pendidikan tetap mengikuti ketentuan perundang-undangan di bidang Pendidikan: 1, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; 4, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran; 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren. Undang-undang . a PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA =241- Undang-Undang tersebut tidak diatur dalam Undang- Undang ini dan oleh karena itu tidak ada kewajiban bagi satuan Pendidikan tersebut termasuk satuan Pendidikan nonformal yang dikelola oleh masyarakat melakukan proses izin melalui sistem Perizinan Berusaha sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, Ketentuan pasal ini memberikan ruang bagi pengelola satuan Pendidikan secara suka rela untuk dapat menggunakan proses sistem Perizinan Berusaha antara lain untuk proses kesesuaian tata ruang, persetujuan lingkungan, dan standar bangunan Gedung. Untuk pengelolaan satuan Pendidikan cukup dengan proses yang telah ada sehingga tidak dilakukan melalui sistem Perizinan Berusaha yang diatur dalam Undang-Undang ini. Sebagai contoh bahwa untuk pendirian pesantren telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren yang mengatur bahwa pendirian pesantren hanya dengan" mendaftarkan kepada = menteri_—_-yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama. Sehingga dengan demikian pendirian pesantren tidak berlaku kewajiban untuk menggunakan sistem Perizinan Berusaha dalam Undang-Undang ini. Ayat (2) Pasal 66 ‘Cukup jelas, Angka 1 Pasal 14 Cukup jelas. Angka 2 Pasal 17 Cukup jelas. Angka 3 SK No 052513 A Pasal 22 Cukup jelas. Angka 4. x PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA =242- Angka 4 Pasal 78 Cukup jelas. Angka 5 Pasal 79 Dihapue. Pasal 67 Angka 1 Pasal 14 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan usaha wisata” adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan buatan/binaan manusia. Huruf b Yang dimaksud dengan pariwisata” adalah usaha yang kegiatannya membangun dan/atau mengelola dengan luas _ tertentu kebutuhan pariwisata. Huruf ¢ SK No 052514 A Yang dimaksud dengan usaha ‘“jasa transportasi wisata” adalah usaha khusus yang menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan Pariwisata, DuKan angkutan —_transportasi reguler/umum. Huruf d SK No 052515 A PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 243 - Huruf Yang dimaksud dengan usaha “jasa perjalanan wisata” adalah usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan —pariwisata, termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah. Usaha agen perjalanan wisata meliputi usaha jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan. Hurufe Yang dimaksud dengan usaha ‘jasa makanan dan minuman? adalah usaha jasa_penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan dapat berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar/kedai minum. Huruf f Yang dimaksud dengan usaha “penyediaan akomodasi” adalah usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan_pariwisata lainnya. Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan untuk tujuan pariwisata. Huruf g Yang dimaksud dengan usaha “penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi” merupakan usaha yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, bioskop, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata. Huruf h SK No 052516 A © PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ~244- Huruf h Yang dimaksud dengan usaha “penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran” adalah usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional. Hurufi Yang dimaksud dengan usaha “jasa informasi pariwisata” adalah usaha yang menyediakan data, berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak dan/atau elektronik. Hurufj Yang dimaksud dengan usaha “jasa konsultan pariwisata” adalah usaha yang menyediakan saran dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian, dan pemasaran di _bidang kepariwisataan, Huraf k ‘Cukup jelas, Huruf 1 Yang dimaksud dengan “usaha wisata tirta” merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk. Huruf m PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 245 - Hurufm Yang dimaksud dengan “usaha spa” adalah usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air, terapi aroma, — pijat, — rempah-rempah, —_layanan makanan/minuman sehat, dan olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia. Ayat (2) Cukup jelas. Angka 2 Pasal 15 Cukup jelas. Angka 3 Pasal 16 Dihapus. Angka 4 Pasal 26 Ayat (1) Hurufa Cukup jelas. Hurafb Cukup jelas. Hurufe Cukup jelas. Hurufd Cukup jelas. Hurufe. . SK No 052517 A x PRESIDEN REPUBLIK, INDONESIA = 246 - Hurufe Yang dimaksud dengan ‘usaha _pariwisata dengan kegiatan yang berisiko tinggi” meliputi, antara lain wisata selam, arung jeram, panjat tebing, permainan jet coaster, dan mengunjungi objek wisata tertentu, seperti melihat satwa liar di alam bebas. Huruff Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas, Hurufi Cukup jelas. Hurufj Cukup jelas, Huruf k Cukup jelas. Hurufl Cukup jelas, Hurufm ‘Cukup jelas, Hurufn ‘Cukup jelas, Ayat (2) ‘Cukup jelas, Angka 5 Pasal 29 ‘Cukup jelas, Angka 6 SK No 052518 A if ¢ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 247 - Angka 6 Pasal 30 Cukup jelas. ‘Angka 7 Pasal 54 Cukup jelas. Angka 8 Pasal 56 Dihapus. Angka 9 Pasal 64 Dihapus. Pasal 68 Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas. Angka 2 Pasal 19 Cukup jelas. Angka 3 Pasal 20 Cukup jelas. Angka 4. SK No 052519 A PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -248- Angka 4 Pasal 58 Hurufa ‘Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Hurufe Yang dimaksud dengan “jaminan bank” adalah garansi bank atau deposito atas nama biro perjalanan wisata. Huruf d Cukup jelas. Angka 5, Pasal 59 Cukup jelas. ‘Angka 6 Pasal 61 Cukup jelas. Angka 7 Pasal 63 Cukup jelas. Angka 8 Pasal 83 Cukup jelas. Angka 9 Pasal 84 Cukup jelas. Angka 10 SK No 052520 A iS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 249- Angka 10 Pasal 85 Cukup jelas. Angka 11 Pasal 89 ‘Cukup jelas. Angka 12 Pasal 90 Cukup jelas, Angka 13 Pasal 91 Cukup jelas. Angka 14 Pasal 92 ‘Cukup jelas. Angka 15 Pasal 94 ‘Cukup jelas. Angka 16 Pasal 95 Cukup jelas. ‘Angka 17 Pasal 99 Cukup jelas. SK No 052521 A Angka 18 x © PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 250 - Angka 18 Pasal 101 Cukup jelas. Angka 19 Pasal 103 Cukup jelas. Angka 20 Pasal 104 Cukup jelas. Angka 21 Pasal 106 Cukup jelas. ‘Angka 22 Pasal 118A Cukup jelas. Angka 23 Pasal 119A Cukup jelas. Angka 24 Pasal 125 Cukup jelas. Angka 25 Pasal 126 Cukup jelas. Pasal 69 SK No 052522 A if “PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -251- Pasal 69 Cukup jelas, Pasal 70 Angka 1 Pasal 10 Culup jelas. Angkea 2 Pasal 12 Cukup jelas. ‘Angka 3 Pasal 13 Dihapus, Angka 4 Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 71 Angka 1 Pasal 11 Ayat (1) Pemenuhan _Perizinan Berusaha dalam SK No 052523 A penyelenggaraan telekomunikasi dimaksudkan sebagai upaya Pemerintah dalam rangka pembinaan untuk mendorong —_pertumbuhan —_penyelenggaraan telekomunikasi yang schat. Pemerintah memublikasikan secara berkala atas dacrah/wilayah yang terbuka untuk penyelenggaraan Jaringan dan atau_—_jasa_telekomunikasi. Penyelenggaraan telekomunikasi wajib | memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam —Perizinan Berusaha. Ayat (2) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 252 - Ayat (2) Angka 2 Pasal 28 Cukup jelas. Ayat (1) Formula sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini merupakan pola perhitungan untuk menetapkan besaran tarif, Formula tarif terdiri atas formula tarif awal dan formula tarif perubahan. Dalam menetapkan formula tarif awal, yang harus diperhatikan adalah komponen biaya, sedangkan untuk menetapkan formula besaran ‘tarif perubahan diperhatikan juga antara lain faktor inflasi, kemampuan masyarakat, dan kesinambungan pembangunan telekomunikasi Ayat (2) Angka 3 SK No 052524 A Pasal 30 Cukup jelas. Ayat (1) Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah kebutuhan jasa telekomunikasi di suatu daerah yang karena keadaan tertentu belum dapat dijangkau oleh jasa telekomunikasi. Oleh karena itu Undang-Undang ini memandang —perlu untuk —_memberikan kemungkinan kepada penyelenggara_telekomunikasi khusus yang sebenarnya hanya bergerak untuk kepentingan sendiri, dapat memberikan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Ayat (2) x ¢ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA +253 - Ayat (2) Peyelenggara _telekomunikasi -khusus yang menyelenggarakan jaringan dan atau __jasa telekomunikasi dapat melanjutkan penyelenggaraan jaringan dan atau jasa telekomunikasi dengan pertimbangan investasi yang telah dilakukannya dan kesinambungan pelayanan kepada pengguna. Dalam hal ini penyelenggara telekomunikasi khusus yang bersangkutan wajib memenuhi seluruh ketentuan yang berlaku bagi penyelenggaraan jaringan dan/atau jasa telekomunikasi. vat (3) Cukup jelas. Angka 4 Pasal 32 Cukup jelas. Angka 5 Pasal 33 Ayat (1) Pemberian Perizinan Berusaha terkait penggunaan spektrum frekuensi radio didasarkan pada ketersediaan spektrum frekuensi radio dan hasil analisis teknis. Slot orbit satelit bukan merupakan aset nasional. Pemberian Perizinan Berusaha penggunaan spektrum frekuensi radio dilakukan melalui mekanisme seleksi atau evaluasi. Ayat (2) Pemberian persetujuan terkait penggunaan spektrum frekuensi radio didasarkan pada _ketersediaan spektrum frekuensi radio dan hasil analisis teknis. Pemberian persetujuan terkait penggunaan spektrum frekuensi radio dilakukan melalui mekanisme evaluasi. Ayat (3) . SK No 052525 A x PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 254- Ayat (3) Yang dimaksud dengan “sesuai dengan peruntukan” adalah penggunaan spektrum frekuensi radio wajib sesuai dengan perencanaan spektrum frekuensi radio dan ketentuan teknis penggunaan spektrum frekuensi radio yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Yang dimaksud dengan “gangguan yang merugikan” adalah jenis gangguan/inteferensi yang memberikan dampak merugikan terhadap penggunaan spektrum frekuensi radio yang mendapatkan proteksi dari Pemerintah Pusat. Ayat (4) ‘Cukup jelas, Ayat (5) ‘Cukup jelas, Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) ‘Cukup jelas, Ayat (8) ‘Cukup jelas, Ayat (9) ‘Cukup jelas. Angka 6 SK No 052526 A x PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA =255- Angka 6 Pasal 34 Ayat (1) Biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio merupakan kompensasi atas penggunaan frekuensi sesuai dengan izin yang diterima. Di samping itu, biaya penggunaan frekuensi dimaksudkan juga sebagai sarana pengawasan dan pengendalian agar frekuensi radio sebagai sumber daya alam terbatas dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Besarnya biaya penggunaan frekuensi ditentukan berdasarkan jenis dan lebar pita frekuensi. Jenis frekuensi akan berpengaruh pada mutu penyelenggaraan, sedangkan lebar pita frekuensi akan berpengaruh pada kapasitas/jumlah —informasi_ yang == dapat dibawa/diktirimkan. Ayat (2) Cukup jelas. Angka 7 Pasal 348 Cukup jelas. Pasal 34B Ayat (1) Yang dimaksud dengan “infrastruktur pasif” termasuk tetapi tidak terbatas pada gorong-gorong (ducting), tiang telekornunikasi (tower), tiang (pole), dan lain-lain yang dapat digunakan untuk penggelaran jaringan telekomunikasi. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “infrastruktur” dalam ketentuan ini adalah infrastruktur aktif, Ayat (3) ‘Cukup jelas. Ayat (4) SK No 052527 A i PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 256 - Ayat (4) ‘Cukup jelas, Ayat (5) ‘Cukup jelas, Angka 8 Pasal 45 Cukup jelas. Angka 9 Pasal 46 Dihapus. Angka 10 Pasal 47 Cukup jelas. ‘Angka 11 Pasal 48 Dihapus. Pasal 72 ‘Angka 1 Pasal 16 Cukup jelas. Angka 2 Pasal 25 ‘Cukup jelas. Angka 3... SK No 052528 A x PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 257 - Angka 3 Pasal 33 Cukup jelas. Angka 4 Pasal 34 Dihapus. Angka 5 Pasal SS Cukup jelas. Angka 6 Pasal 57 Cukup jelas. Angka 7 Pasal 58 ‘Cukup jelas, Angka 8 Pasal 60A, Ayat (1) Penyelenggaraan _penyiaran perkembangan _teknologi meningkatkan SK No 052529 A efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan spektrum elektromagnetik lainnya, —_kualitas penerimaan dan pilihan program siaran radio dan televisi bagi masyarakat, efisiensi dalam operasional penyelenggaraan jasa penyiaran radio dan televisi dan pertumbuhan industri-industri yang terkait dengan bidang penyiaran. Ayat (2) if PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 258- Ayat (2) Yang dimaksud dengan ‘migrasi penyiaran televisi terestrial dari teknologi analog ke teknologi digital” adalah proses yang dimulai dengan penerapan sistem penyiaran berteknologi digital televisi yang diselenggarakan melalui media transmisi untuk penyiaran terestrial dan dilakukan secara bertahap, diakhiri dengan penghentian penggunaan teknologi analog dalam lingkup nasional. Ayat (3) ‘Cukup jelas. Pasal 73 Cukup jelas. Pasal 74 Angka 1 Pasal 11 Cukup jelas. Angka 2 Pasal 21 Cukup jelas. Angka 3 Pasal 38 Cukup jelas. Angka 4 Pasal 52 Cukup jelas, SK No 052530 A. Angka S i “PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA +259 - Angka 5. Pasal 55 ‘Cukup jelas, Angka 6 Pasal 56 Cukup jelas. Angka 7 Pasal 66 Cukup jelas. Angka 8 Pasal 67 ‘Cukup jelas. Angka 9 Pasal 68 Cukup jelas. Angka 10 Pasal 69 ‘Cukup jelas. Angka 11 Pasal 69A, Cukup jelas, Angka 12 Pasal 72 Cukup jelas. SK No 052531 A Angka 13 PRESIDEN REPUBLIK, INDONESIA = 260 - Angka 13 Pasal 73 Cukup jelas. Angka 14 Pasal 74 Cukup jelas. Angka 15 Pasal 75 ‘Cukup jelas. Pasal 75 Pasal 15 Ayat (1) Hurufa Cukup jelas. Hurufb Cukup jelas. Hurufe SK No 052532 A Yang dimaksud dengan “penyakit masyarakat” antara Tain’ pengemisan dan pergelandangan, pelacuran, perjudian, penyalahgunaan obat dan narkotika, pemabukan, perdagangan manusia, penghisapan/praktik lintah darat, dan pungutan liar. Wewenang yang dimaksud dalam ayat (1) ini dilaksanakan secara terakomodasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Huruf d Yang dimaksud dengan “aliran” adalah semua aliran atau paham yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa antara lain aliran kepercayaan yang bertentangan dengan falsafah dasar Negara Republik Indonesia. Hurufe SK No 052533 A “PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 261 - Hurufe Cukup jelas. Huruf f Yang dimaksud dengan “Tindakan kepolisian” adalah upaya paksa dan/atau tindakan lain menurut hukum, yang bertanggung jawab guna mewujudkan tertib dan tegaknya hukum’ serta terbinanya ketenteraman masyarakat. Huruf g Cukup jelas. Hurufh Cukup jelas. Hurafi Keterangan dan barang bukti dimaksud adalah yang berkaitan baik dengan proses pidana maupun dalam rangka tugas kepolisian pada umumnya. Hurafj Yang dimaksud dengan “Pusat Informasi Kriminal Nasional” adalah sistem jaringan dari dokumentasi kriminal yang memuat baik data kejahatan dan pelanggaran maupun kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas serta registrasi dan identifikasi lalu lintas. Huruf k Surat izin dan/atau surat keterangan yang dimaksud dikeluarkan tas dasar_—permintaan yang berkepentingan. Hurufl Wewenang tersebut dilakeanakan —_berdasarlan permintaan instansi yang berkepentingan atau permintaan masyarakat. Hurufm... SK No 052534 A x PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 262 - Huruf m Yang dimaksud dengan “barang temuan” adalah barang yang tidak diketahui pemiliknya yang ditemukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia atau masyarakat yang discrahkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Barang temuan itu harus dilindungi olch Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan ketentuan apabila dalam jangka waktu tertentu tidak diambil oleh yang berhak akan diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Kepolisian Negara Republik Indonesia setelah menerima barang temuan wajib segera mengumumkan melalui media cetak, media elektronik dan/atau media pengumuman lainnya. Ayat (2) Huruf a, Yang dimaksud “keramaian umum” dalam hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 510 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu keramaian atau tontonan untuk umum dan mengadakan arak-arakan di jalan umum. Kegiatan masyarakat lainnya adalah kegiatan yang dapat membahayakan keamanan umum seperti diatur dalam Pasal 495 ayat (1), 496, 500, 501 ayat (2), dan 502 ayat (1) KUHP. Huruf b ‘Cukup jelas. Huruf Cukup jelas. Huruf d Kegiatan politik yang memerlukan pemberitahuan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah kegiatan politik sebagaimana diatur dalam perundang- undangan di bidang politik, antara lain kegiatan kampanye pemilihan umum ‘(pemilu), pawai politik, penyebaran pamflet, dan penampilan gambar/lukisan bermuatan politik yang disebarkan kepada umum. Huruf e x PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA = 263 - Hurufe Yang dimaksud dengan “senjata tajam” dalam Undang- Undang ini adalah senjata penikam, senjata penusuk, dan senjata pemukul, tidak termasuk barang-barang yang nyata-nyata dipergunakan untuk pertanian, atau untuk pekerjaan rumah tangga, atau untuk kepentingan melakukan pekerjaan yang sah, atau nyata untuk tujuan barang pusaka, atau barang kuno, atau barang ajaib sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 12/Drt/1951 Huruff Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Yang dimaksud dengan “kejahatan internasional” adalah kejahatan tertentu yang disepakati untuk ditanggulangi antarnegara, antara lain kejahatan narkotika, uang palsu, terorisme, dan perdagangan manusia. Hurafi ‘Cukup jelas, Huruf j Dalam pelaksanaan tugas ini Kepolisian Negara Republik Indonesia terikat oleh ketentuan hukum internasional, baik perjanjian bilateral maupun perjanjian multilateral. Dalam hubungan_ tersebut Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat memberikan bantuan untuk melakukan tindakan kepolisian atas permintaan dari negara lain, sebaliknya Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat meminta bantuan untuk melakukan tindakan kepolisian dari negara lain sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dari kedua negara. Organisasi kepolisian internasional yang dimaksud, antara lain, International Criminal "Police Organization (ICPO- Interpo). Fungsi National Central Bureau ICPO-Interpol Indonesia dilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. Huruf k SK No 052535 A

You might also like