You are on page 1of 48
SANKSI HUKUM BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMERASAN (STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF) SKRIPSI IAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARV’AH UNIVERSITASASLAM.NEGERI SUNAN KALIIAGA-YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR'SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU BUKUM ISLAM OLEH: SULT WANYUDIN 01361009 PEMBIMBING 1, Drs. MAKHRUS MUNAJAT, M.Hum, 2. UDIYO BASUKI, S.H., M.Hum. PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS §YARP’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA, 2006 ABSTRAK Perkembangan kehidupan masyarakat yang begitu cepat sebagai hasil dari pelaksanaan pembangunan diberbagai bidang telah membawa dampak baik positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah dapat memperlihatkan hasi yang bermanmanfaat bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang berarti uas, termasuk terpenuhinya kebutuhan akan keamanan, Sedangkan dampak negatifnya adalah menghasilkan sejumlah permasaalahan yang menyangkut berbagai ketidak harmonisan dan ketidak merataan yang merupakan fator dari sosiokultural, factor interaksi dan factor munculnya jenis perilaku menyimpang y uti Kejahatan-kejahatan yang merugikan dan meresahkan masyarakat Salah satu bentuk perbuatan menyimpang adalah pemerasan yaitu kejahatan tethadap harta benda, dimana: kejahatan tersebut pada dasarnya termasuk perbuatan mencuri yang dilakukan secara nyata alas sepengetahuan pemiliknya yang dilakukan menggunakan.kekerasan, yang mana dengan kekerasan tersebut dapat mengakibatkan Kerugian, baik kerugian harta maupun kerugian jiwa. Pemerasan adalah kejahatan yang timbul dari Kkalangan masyarakat Perbuatan tersebut sangat tercela serta merupakan tindakan yang tidak bermoral Sehingga hal ini sangat bertentangan dengan hukum positif dan hukum Islam, Upaya penerapan hukum pemerasan sudah diatur dalam KUHP Buku Il Bab XXIII Pasal 368. Kejahatan tersebut dianggap sebagai pelanggaran hukum, Karena terdapat//unstir"paksaan dengan memakaiKeKerasan dan ancamar. kekerasan dengan maksud memberiken barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepuayaan orang it, sendiri atau orang lain atau membuat hutang dan meniadakannya, Kejahatan pemerasana dalam hukum pidana{ Islam dapat dikategorikan kedalam jarimah ¢a’2if, yakni semua perbuatan yang dilarang syara’ tetapi tidak diancam dengan sesuatu macam hukuman dalam al-Qur'an atau Sunnah Rasul, penguasa bédhisi\yiiepentikar/imledsit pidanaa Kejaagarnemerasan. Hakim dapat memilipshukuman yang lebih tepatybagi si pelakupsesuai, dengan perbuatan, kondisi Pelaku, sittasi dan fempat kejadian, Kejalnlan, Di Rafangai) Mézhab\Mangli balywva Sang diséehkat kepada hakim itu tentang penéntuan-jenis-ta’zir yang akan diterapkan. Hanyé saja bila jarimah ta'zinya berkaitan dengan jarimah Audud, maka jilidnya tidak boleh melampaui batas /had, bila sanksi itu tidak berupa jilid, maka batas terendah dan tertingginya diserahkan sepenulnya kepada hakim. Demikian pula Mazhab Maliki, Syali"i dan Hambali, bahwa perbedaan waktu dan tempat terjadinya kejahatan itu membawa perbedaan sanksi /a’zif, terutama sanksi yang berkaitan dengan adat kebiasaan negeri tertentu. Drs. Makhrus Munajat, M.Hum, Dosen Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Hal : Skripsi Saudara Juli Wahyudin Kepada Yth. Bapak Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Di Yogyakarta Assalamu‘alaikum We. Wo. Setelah membaca, meneliti dan mengoreksi serta menyarankan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi Saudara: Nama: Juli Wahyudin NIM — : 0136 1009 Judul Pemerasan (Studi Koi ‘um Pidana Positif)” Sudah dap: ik memperoleh gelar sarjana strata satu dé Syari’ah UIN Sunan Kalij Dengan shi karnt mengharap/aganskripsi Sauderaltersetyydi atas dapat segera dimunag: JUniak isf kta fica sib. aaa A RALIFAGA YOGYAKARTA Yogyakarta23_J. Tsaniyah 14271 19 Juli 2006M Pembimbing 1 ~ Komuntls Gada wit Ario, KLARA Jang cian menjadikanku seperti dirumah sendiri, Mr. “Bob (Dug)”, terimakasih banyak alas pinjaman uangnya, aku tak bisa balas semua kebaikanmu, Agung Mesin, thank's atas candanya, cepat nikah yal, Soe Chung, Tig, Deep, Pig, Wanto thank’s telah mensuport secara emosional. Penyusun sungguh berhutang budi. ix Kepada bapak ibu yang telah merelakan segala keinginannya dan mengorbankan fisiknya, tak pemah berhenti berjuang untuk pecahkan teka-teki kehicupan hanya untuk buah hatinya yang tersayang. Engkau relakan kakimu bernanah, dan keringatmu berdarah. Engkau legowo menerima takdirmu, dan kakak tercita, khususnya Teh Marfu’ah dan Bang Wahab (alm) penyusun mengueapkan terimakasih yang dalam atas dorongan psikologis, materil dan spirituil yang telah diberikan secara tulus, sehingga studi dan tugas akhir saya bisa terselesaikan dengan baik, Dan kepada pihak lain yang tidak bisa penyusun sebutkan di sini. Pada akhimya, penyusun’senantiasa mengharapkan kritik dan koreksi dari semua pihak, karena bagaimanapun skripsi ini masih jauh dari sempurna, Dan tidak Jupa, dengan segala kerendahan hati dan keterbukaan nurani, penyusun mohon maf ‘Yoyakarta, 19 Juli. 2006 STATE ISLAMIC UNIVERSITY Peayesun, SUNAN KALIJA YOGYAKART AY PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ‘Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tertanggal 22 Januari 1998 Nomor : 157/1987 dan 0593b/1987. Konsonan Tunggal HorufArab | Nama | Huruf Latin Keterangan I ‘alif | tidak dilambangkan |" tidak dilambangkan ba! b a be tal t 4 te sal) 3 | es (dengan titik di atas) jim dé ie hat h ha (dengan titik di kh kh bawah) dal ka dan ha zal de ‘ gan titik di atas) er n ATE Is AMIG, UNI ERSITY. LIJA Gaye ( titik di bawah) O“GIY Ak AR TA. » ~< Ba cee ee GE PEE HEA Ae BE Tal in titik di Za Zz bawah) ‘ain . te (dengan titik di bawah) gain g zet (dengan titik di fa! f bawah) gat q koma terbalik di atas kat k ge J lam 1 ’ mim m o nun a 3 wawa w ° ha! h . hamzah . ¢ ya’ y Konsonan Rangkap karens Syaddah ditutis Ranghap eC RR AR TR = ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan scbagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). a. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h ely Lis ~— Ditulis Karimah al-auliya’ — xii rar b. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t. hall sis 5 = = Dyes |= 2 _— Zakat al fitri Vokal Pendek aes Kasrah | ditulis ai a fathah ditulis a , “NS i Vokal Panjang = es I fathah + alif a jahiliyyah 2 fathah + fi i a yas'd 3 it i li karim 4 ditulis a dammé iwu mati dlitulis furad, SFATEISEAMHC-UNEVERSHEY SUNAN KALIJAGA Vokal Ra i Qs VAK te FAs ditulis bainakum fathah + wawa mati ditulis au ia. ditulis Qaulun ‘Vocal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof a Ditulis — aantum euch ditulis e widdat 2 Su gi ar asel ditulis Jain syakartum Kata Sandang Alif + Lam . Bila diikuti Huruf Qamariyyah \ ola al-Gur an ‘ole al-Qiyais me > Bila diikuti huruf Syamsiyyah ‘Syamsiyyah ys ‘mengikutiny ‘ YOGYAKARTA xiv — STATE ISLAMIC UNIVERSITY SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA DAFTAR IST HALAMAN JUDUL ABSTRAK.. HALAMAN NOTA DINAS. HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN: HALAMAN MOTTO. KATA PENGANTAR TRANSLITERASI DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pokok Mee RTE ISLAMIC UNIVERSITY SINAN KALHAGA BABIL TINDEK OPTAPE eR Ee “ew A. Pengertian dan Dasar Hukum Tidak Pidana Pemerasan B. Unsur dan Syarat Tindak Pidana Pemerasan . C. Pertanggungjawaban Pidana Pemerasan dalam Hukum Islam .. BAB Il TINDAK PIDANA PEMERASAN DALAM HUKUM PIDANA POSITIF ‘A. Pengertian dan Dasar Hukum Tindak Pidana Pemerasan .. xiv B. Unsur dan Syarat Tindak Pidana Pemerasan .. C. Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku Pemerasan BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PEMERASAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF A. Unsur dan Kriteria Tindak Pidana Pemerasan ... B. Sanksi Pelaku Tindak Pidana Pemerasan .... \ BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .. B. Saran-saran ..... DAFTAR PUSTAKA .. STATE ISLAMIC UNIVERSITY SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA xv STATE ISLAMIC UNIVERSITY SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa dalam dinamika kehidupan masyarakat yang begitu cepat sebagai hasil dari pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang akan membawa dampak positif maupun negatif. Adapun dampak positifnya adalah dapat memperlihatkan hasil yang bermanfaat bagi terwujudnya bagi kesejahteraan’ yang berarti luas, termasuk akan terpenuhinya segala kebutuhan akan keamanan, Sedangkan dampak negatifhya menghasilkan sejumiah permasalahan yang menyangkutberbagai ketidakharmonisan dan ketidakmerataan yang kesemuanya ini merupakan akibat faktor sosio-kultural, impang yang meliputi rakat.! kuat lagi menahan penderitaan panjang akibat krisis moneter. Dua tahun lebih STATE ‘ae UNIVERSITY. is) NY i banyak He AAA A a meron heft AA Buda. Bila mereka gampang tersulut api kemarahan, tak lain karena kebutuhan perut yang tak terpenuhi. Padahal kebutuhan yang satu ini sangat vital, kalau Kemudian ada yang tidak kuat, Jalu ia memeras mencuri atau, ini juga ' Mulyana W. Kusumah, Kejahatan dan Penyimpangan Suatu Prospektif Kriminologis (Jakarta: Yayasan LBHI, 1988), him. 68 konsekuensi dari ketidakberdayaan orang untuk mengais rejeki pada masa krisis. Setiap kejadian tentu ada sebab musababnya, di samping merupakan konsekuensi dari dinamika kehidupan secara keseluruhan, Aksi kriminalitas yang semakin marak tentu ada sebab intemal dan eksternalnya, kedua hal ini memperoleh suntikan dari “carut marut”nya masalah yang terjadi selama ini mulai dari unsur ekonomi, hukum, keadilan, sosial kemasyarakatan, psikologi massa dan sebagainya, Pada akhirnya masyarakat kita terkondisikan tidak nyaman, tidak tenang, tidak bersemangat, masa bodoh, egois, saling curiga satu sama lain, tidak manusiawi dan sebagainya. Krisis yang melanda ‘bangsa Indonesia itu tidak lepas dari akibat performence dati sekian banyak pejabat negara yang melanggar prosedur kerja, Dan _pelang ara_garis bess Korupsi Kolusi dan besar bagi bangsa kan semakin kesulitan untuk memenuhi lengan adanya gelombang reformasi sag/isatahugackan (eh oko] teEnRH pyempakan pemicw dari et Lob] eB he Ardell iy Ag manera kebutuhan’\éandaiy Gap ysneyh sérfa PendiPiayIn Alan tindakan yang mengancam terhadap harta benda orang tain dengan melakukan pemerasan bahkan sampai kepada hal-hal yang dapat mengancam jiwa manusia Selain itu, akibat dari kejadian tersebut secara langsung dirasakan terutama olch kaum hawa yang berbelanja kepasar, supermarket, sekembalinya mereka dari bank untuk mengambil ang, di stasiun, terminal bus, dermaga kerapkali banyak dijumpai tindakan pemerasan oleh sekawanan penjahat dan ironisnya meskipun kejadian pemerasan tersebut banyak yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mereka bersikap acub tidak peduli apalagi menolong si korban, Fenomena semacam ini jelas tidak cukup hanya diamati saja tetapi harus ditanggulangi karena)akibatnya akan merusak jiwa manusia, yang, seharusnya ‘manusia ciptakan agar bisa bermanfaat bagi yang lain, baik bagi sesama manusia, alam maupun benda-benda atau makhluk Jainnya, malah menjadi seorang pemeras, Hal ini sangat perlu mendapat perhatian Khususnya para penegek hukum, ulama dan masyarakat pada umumnya. Sesuai dengan teori sebab-sebab terjadinya kejahatan, menurut Abdul Syani, salah si dari kemelaratan atau barkan, bahwa awal atas dorongan dari keinginan manusia iki” Ista BASE Saad REDRIIN AME ROPE Veciahatan, terutama ial leans Baka, Mec Jota (nin nak ik seseorang skay Slay gekai dak moehaalkaysestorang memeras hak milik orang lain, Sebagaimana telah ditegaskan dalam al-Qur’an : * Abdul Syani, Sosiologi Kriminalitas, (Bandung: Remaja Karya CV, 1987), him. 22, AN Segal ge Waa LISTS ISL UI sighs LLL Key ppl LIS bY, > Oyabe giily AVL Jarimah pemerasan berbeda dengan jarimah pencurian, meskipun terdapat persamaan kasus yaitu adanya maksud untuk mengambil harta milik orang lain, Namun demikian perhedaannya sangat jelas, di mana dalam jarimah pencurian mengambil harta benda orang lain’ dilakukan dengan cara diam-diam tanpa sepengetahuan si pemiliknya, berbeda dengan jarimah pemerasan yang mana perbuatan mengambil harta benda orang.lain dilakukan secara terang-terangan 4 dan menggunakan kekerasan. Pada prinsi ur’an_merupak; ia dasar dan hanya sfujuan_memberikan kondisi masyarakat tersebut, mencip yang sesuai dengan Kepentingsns PEE TSEARIC UNIVERSITIES Ye ‘eh cl bh Mae i: He jet tn fare TT AK ARTA Jenis-jenis kejahatan yang telah ditentukan syari’at berikut hukumannya. pada prinsipnya adalah apa yang dikehendaki syari’at dalam pemeliharaan dan. keharusan keberadaannya yang sifatnya sangat urgen bagi kehidupan 9 AL-Bagarah (2), 188 * Abdul Qadir Audah, at-Tasyri” al-Jina’i al-Islami, Cet, 2 (Cairo: Maktabah Dar al-Uriibah, 1963), I: 638 keharusan keberadaannya yang sifatnya sangat urgen bagi kehidupan kemanusiaan, Hal yang sangat darur7 itu ditujukan untuk pemeliharaan tethadap jiwa, akal pikiran, agama, harta dan keturunan, Semua jenis kejahatan yang telah ditentukaa hukumannya mencerminkan tujuan-tujuan dan bagian dari bentuk konsistensi syari’at dalam mewujudkan kelestarian lima hal tersebut.> Selebihnya, yang merupakan bagian terbesar dari jumlah tindak pidana dan hukuman, diserakan kepada wlu/ amri dalam menentukan jenis pelanggaran maupun bentuk hukumannya, Kepereayaan yang diberikan oleh pembuat syari’at dalam menentukan bentuk pelanggaran dan macam hukuman tersebut dityjukan agar penguasa agar dapat secara leluasa mengatur masyarakatnya, Seandainya pembuat syari’at menentukan semua bentuk-pelanggaran dan jenis hukuman endapatkan kesulitan Karena, kemaslahatan chingga sangat rentan Mer gia pests Baa dak peeves dalam hukum Islam tema Bd idan id Seah ln ess dan jus ens hhukumannJpy yd) maha dA ferminGlogi fe digebuy/Yengan ¢a’zir. Yang mana suatu jenis jarimah dan sanksi hukumnya menjadi wewenang u/u! amri dalam mengaturnya. Tujuan dari hukuam pidana sendiri adalah melindungi dan menyelamatkan masing-masing individu atas adanya kejahatan yang ada dalam * Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: Pustaka Seta: 2000), hm, 139 masyarakat atau dalam kata Jain untuk mengayomi masyarakat.' Di samping itu juga yang mutlak harus dicapai adalah keamanan dan ketertiban, sehingga tujuan tersebut harus dijaga agar adanya kejahatan yang telah membawa korban jangan sampai membawa korban yang lain. Dalam rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) juga dilukiskan tujuan dari hukum pidana yaitu: 1. Untuk mencegah dilakukannya:tindak pidana demi pengayoman negara, masyarakat dan penduduk, 2. Untuk membimbing agar terpidana insaf dan menjadi anggota masyarakat yang berbudi baik dan berguana: 3. Untuk menghilangkan noda-noda yang diakibatkan oleh tindak pidana. tidak diperkenankan indang Hukum Pidana ‘agai berikut: “BaLangsiabe degen, mast beak] mpenganiaipkan dir sendiri atau ‘orang Jain si el yuki smaks 2 dengan kekerasan atau ancat Teer mnt gab se sl of ehrya atau ian adalah kepu sebagian imyaan orang itu atau orang lain, atau supaya member h a ci , , , de Be OCGA IR Paro © Abdur Rahman I Doi, Syari’ah Jilid 1 Syari‘ah dan Kewarisan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), him. 59) 7 Djoko Prakoso dan Nurwachid, Studi tentang Pendapat-pendapat Mengenai Efektifitas Pidana ‘Mati di Indonesia Dewasa ini, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), him. 24. * Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarat: Buri Aksara, 1999), him, 131 Berdasar pada fakta di atas maka masalahnya adalah, apakah perilaku semacam pemerasan dapat ditolelir. Bagaimana sebenamya hukum pidana Islam dan hukum pidana positisf dapat mensikapi tindakan kejahatan pemerasan seperti contoh-contoh yang kemukakan di atas. Berangkat dari pemyataan di atas, penyusun sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dalam bentuk skripsi'mengenai tindak pidana pemerasan dengan membandingkannya antara-hukum pidana Islam dengan hukum pidana positif (KUHP) terutama mengenai kriteria-kriteria serta bagaimana sanksi ukum bagi pelaku tindak pidana pemerasan. B. Pokok Masalah Berdasar latar belakang di atas, maka untuk memperjelas arah penelitian sebagai berikut: 2. Bagaimana perbandingan dari kedua sistem hukum tersebut ? STATE ISLAMIC ALIIAG C. Tajuay TIN? AN KA LU AGA cc vr tujuan dari penyusunan se ini tra’ OGYAKARTA a, Untuk mengetahui sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana pemerasan dalam hukum pidana Islam b. Untuk mengetahui sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana pemerasan dalam hukum pidana positif 2. Kegunaan Sedangkan keguanaan penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: a, Sebagai kontribusi konkrit bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam studi hukum pidana Islam dan hukum pidana positif terkait dengan tindak pidana pemerasan, b. Untuk memberikan tambahan informasi pada masyarakat luas pada umumnya dan’ dapat berguna bagi'mereka yang berkecimpung dalam ‘menggali dan mempelajari hukum pida [slam dan hukum pidana positif. D. Telaah Pustaka Di dalam al- Qur’an ataupun al- Hadis tidak terdapat keterangan secara jelah dan rinci mengenai tindak pidana pemerasan terhadap harta kekayaan orang lain. ‘Akan tetapi tentu bisa menilai dari banyaknya nas al- Quran yang menyatakan bahwa Allah Jarang manusi ras milik orang lain. Sepetti dalam old! Shel ot ppl iis BY, STATE ISLAMIC UNIVERSITY 0,015 pty ¢Yu SUNAN KALIJJAGA Tsk kgayatgr alge hyumg eto: ‘pe. oa dengan jarimah di ‘mana menurut Abdul Qadir Audah adalah sebagai suatu larangan-larangan syara’ yang diancam oleh Allah dengan hukuman fad atau ¢a’zir.'° Perbuatan yang dilarang tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang atau ° Al-Bagarah (2): 188 © Abd al-Qadir Audah, Ar Tasyri” I:hlm. 66 meninggalkan perbuatan yang diperintah. Dalam pengertian lain kejahatan sebagai perbuatan atau tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian, ketika Kepatutan di masyarakat. Maka dalam kondisi seperti ini negara harus menjatuhkan sanksi pada setiap pelaku kejahatan,'" Sedangkan menurut hukum kejahatan adalah perbuatan manusia yang melanggar atau bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah hukum, tegasnya perbuatan yang melanggar larangan yang dititipkan dalam kaidah hukum, dan tidak memenuhi: atau melawan perintah-perintah yang ditetapkan dalam kaidah hukum yang berlaku dalam masyatakat di mana yang bersangkutan bertempat tinggal.'? Di samping jenis-jenis kejahatanterhadap jiwa sescorang terdapat yaitu suatu kejahatan aan ada hubungannya wajib dipelihara demi kelangsungan hi materil diS Bana akibtinya) dikenkao jan) Wigner deygan hukuman oleh wambytat NAN KALIJAGA Daliyh Kb YdanBinddne HGkurh Pigana"Biengenai delik Kejahatan khususnya kejahtan yang berhubungan dengan harta kekayaan telah diatur dalam kejahatan yang. bersifat Buku II Bab XXIII Pasal 368-371. Di dalamnya kiranya dapat _mengetahui "' Sudjono D Simanjuntak B, Dokarin-dokirin Kriminologi, (Bandung: Alumni, 1987), him. 40 " Sudjono D Simanjuntak B, /dmu Jiwa Kejahatan, (Bandung: Karya Nusantara, 197), hm. 15 Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Kbusus (KUHP buku 11), (Bandung: Citra Adiya Bakti, 1994), him. 88) pengertian pemerasan dengan segi unsur-unsur dati pada tindak pidana pemerasan. Dapat disebutkan disini bahwa Pasal 368 KUHP adalah Pasal umum tentang pemerasan, yang berbunyi sebagai berikut: “Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan barang’sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya memberi hhutang maupun menghapuskan.piutang, dianeam, Karena pemerasan, dengan pidana penjara palinga lama sembilan tahun’”"* R. Soesilo menegaskan dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-komentamya Lengkap Pasal Demi Pasal menyebutkan bahwa kata “memaksa” yang dimaksud dalam Pasal 368 KUHP yakni melakukan te jelakukan sesuatu yang in untuk menyerahkan hhukum, atau bertent Dalat bokuiyal Déliksdehik"KndstbKejthaliiehejahatan Terhadap Harta sated ed NAA Nall: AG al eine rine Mies Mail Abea TA ier kenyataan bahwa unsur “mengambil” tidak terdapat dalam tindak pidana ™*R, Sugandhi, KUHP dan Penjelasan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1980), hal. 387 "© R, Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentat-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 1980), hm. 221 Ml pemerasan.'® Benda yang menjadi obyek tindak pidana pemerasan itu dapat berade di tangan pelakunya, bukan Karena diambil, melainkan karena adanya penyerahan yang dipaksakan oleh orang yang menguasai benda tersebut kepada pelaktnya, Akan tetapi antara kedua tindak pidana itu juga terdapat kesamaan, yakni bahwa kedua-duanya merupakan kejahatan-kejahatan yang diajukan pada harta kekayaan orang lain, Berdasarkan hasil pengamatan penyusun, ternyata pembahasan mengenai tindak pidana pemerasan cukup menarik untuk dibahas, terutama mengenai Pasal 368 KUHP serta Undang-Undang lain yang mengaturnya, yang nantinya akan dikomparasikan dengan hukum Islam, Dan dalam hal ini penyusun belum bahas secara spesifik mengenai bagaimana san! indones SONAR MIC pee NAN RALIJAGA Pada Y.O,G% a Ag RLS ‘mempunyai tujuan terhada pelaku pemerasan di untuk merealisir kemaslahatan umum, memberi manfaat dan menghindari kemudlaratan bagi manusia. “© PAF Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan-kejahatan terhadap Harta Kekayaan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm, 64 12 Dalam merealisir kemaslahatan tersebut berdasar pada penelitian ahli ushul ada lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan. Kelima unsur tersebut adalah agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Seorang mukallaf akan memperoleh kemaslahatan manakala ia sanggup memelihara kelima aspek tersebut, sebaliknya ia akan merasa adanya mafsadat manakala ia tidak dapat memelihara kelima unsur tersebut dengan baik.'? s Jika salah satu dari kelima jaminan tersebut sudah terancam, maka hal itu adalah merupakan keadaan darurat, dan dalam keadaan seperti ini syari’at Islam memperbolehkan sesuatu yang tadinya dilarang, sebagaiman kaidah menyatakan. 18 gah ed Alyy pal Jlanggar aturan hukum, oleh Allah dengan ukuman fad atau (a7 iman yang jenisnya ditetapkan STATE ISLAMIC UNIVERSITY oleh syara, SUNAN.KALUAGA .. nau canary ot ah endif RE. maupun tindak " Rathurraman Djamil, Filsafie Hukum Islun, cet. ke-1 ( Jakarta: Logos Wacana flmu, 1997), him. 125 "* Wahbah az- Zuhaili, Konsep Darurat dalam Hukum Islam ,alth bahase, Said Aqil al-Munawar, cet. 1, Gakarta: Gaya Media Pratama, 1997), lm, 343 "A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana, cet. ke-2 (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), lm. 12 13 kriminal.” Kata “al- ‘ugdbah” berasal dari “ ’agb ” berarti sesuate yang datang setelah sesuatu yang lainnya, karena hukuman dikenakan setelah pelanggaran atas batas-batas yang ditetapkan oleh hukum agama.”! Adapun suatu perbuatan dipandang sebagai jarimah dan pelakunya dapat diminta pertanggungjawaban pidana apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : 1. Unsur formil, yaitu adanya nas atau peraturan yang menunjukkan larangan terhadap suatu perbutan yang dianeam hukuman, 2. Unsur materil, yaitu adanya perbuatan melawan hukum baik perbuatan nyata atau sikap tidak berbuat. Demikian juga dalam wna Tslam terdapat dua bush teori yang lazim disebut “adnband > Ljaivitié act tbat? PebA Yiawabir. maksudnya pn NAN CALLS AGA mengulangy lagi Rejdhatantiya. Sedabgkay\teokt jatyabiAadalah pemidanaan tersebut dapat _mencegah orang lain untun tidak melakuakan tindakan yang serupa, serta memberikan pengajaran dan pendidikan kepada pelaku untuk ® A. Rahman | Doi, Znilah Syari"at Islam, (Jakarta: Pustaka Panji Emas Jakarta, 1991), him, 317 2". Rahman I Doi, Hudud dan Kewarisan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada Jakarta, 1996), hlm. 7 ® Ahmad Fathi Bahansi, 2! Ugibah f7al-Figh al-Islim(Kairo: Maktabah Dar a-Urubah, 1961), him 14 meninggalkan perbuatan tersebut bukan karena takut pada ancaman hukum melainkan atas kesadaran sendiri. Pemberian besar kecilnya hukuan pidana harus sedemikian rupa sehingga dapat mewujudkan tujuan hukum, mengajak pada kebaikan dan menolak segala macam kerusakan dalam kehidupan masyarakat serta mewujudkan kehidupan yang berkeadilan secara merata. Hal ini sesuai dengan qaidah: Me Yaa Syari’at Islam dalam menetapkan hukuman ada yang secara tegas dan jelas dan ada yang bersifat elastis. Tegas dalam arti harus diterapkan padanya sebagaimana yang telah ditentukan oleh nass, baik al-Qur’an maupun oleh as- Sunnah, di mana kebenarannya bersifat mutlak dan berlaku bagi seluruh manusia isa berubah, ditambah padanya.| Maka atas dasar inilah 2 alll oy yo Bolger! Y STATE ISLAMIC UNIVERSITY SINAN ACAI LAGI A sctaiy tae kekayaan Ong aid dam Yéri'AAisidG diflasuban fiauAikategorikan sebagai jarimah fa’zir, karena kejahatan pemerasan merupakan kejahatan yang sudah ® Asimuni Abdurrahman, Qaidab-gaidah Figh, cet. 1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), him. 97 * Ibid, him. 100 15 ditentukan bentuknya oleh u/u/ amri sebagai suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai, prisip-prisip dan tujuan syari’ah.?> Adapun dalam hukum positif (KUHP), dalam menjatubkan sanksi hukum. terhadap suatu tindak pidana terlebih dahulu dibedakan apakah perbuatan tersebut termasuk delik hukum atau atau delik undang-undang, Kejahatan adalah delik hukum, yaitu peristiwa: yang bertentangan dengan asas hukum yang hidup dalam keyakinan rakyat terlepas dari undng-undang. Sebaliknya pelanggaran adalah merupakan delik undang-undang, yaitu peristiwa yang dilarang oleh undang-undang demi kesejahteraan umum, tetapi tidak bertentangan dengan kesadaran hukum dan rakyat,° terhadap perbuatan tersebut diancam dengan hukuman yang merupakan penderitaan dan. penyiksaan, Suatu perbuatan dapat wr-unsur, perbuatan itu hukum, dilakukan oleh ung jawab atas segala Peni RTOS ERNE CAN EVERSEEY Os Pelaasamve can ls leah gl, gy ain spe encegahan, Suda dignByap)dali\mamypu agi gpuieyne itu penjatuhan pidana juga merupakan suatu konkretisasi dalam undang-undang Jesaikannya, Selain yang merupakan suatu ketentuan yang abstrak, dan menjadi suatu yang konkrit > HLA Djazli, Figh Jinaya, him, 159 % Van Apeldor, Pengantar imu Hukuun, cet. ke-2 (Jakarta: Pradnya Paramita, 1973), him. 342 ” BY, Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Gokarta: Alumni A.H.M, 1982), him. 205 16 ketika dalam pelaksanaan ketentuan dipegang oleh hakim yang mempunyai Kebebasan untuk memilih bentuk pidana mana yang sekiranya sesuai dengan bentuk delik yang dilakukan, Sebagai contoh, barangsiapa mencuri dihukum pidana maksimal 5 tahun, maka rumusan tersebut merupakan yang abstrak, lebih- lebih tidak pasti dan tidak dapat diramalkan berapa pidana yang sesungguhnya akan dijatuhkan kepada pelaku karena dalam hal ini hakim mempunyai keluasan dalam menentukan berat ringannya pidana serta lamanya pidana. Dalam penjatuhan pidana, hukum positif menganut tiga teori 1. Teori absolut, yaitu pidana tidaklah bertujuan untuk yang praktis seperti memperbaiki penjahat, Dan’ Kejehatan-kejahatan itu sendirilah yang ‘mengundang unsur-unsur untuk dijatuhkannya pidana, 2. Teori rel tertib mesyarakat dan lebih menitikberatkan_ pada pembal an berdasarkan_prevensi seimb°ATE ISLAMIC UNIVERSITY Seiad dh ods ol, Risdon: fly stem haku Pidana Islay dai hukghy pita pasiif ékap\digGBekA unfuk menelititerhadap sanksi-sanksi hukum antara keduanya, Teori-teori tersebut kemudian akan diperbandingkan untuk mengetahui perbedaan dan persamaan sistem dalam merumuskan hukuman terhadap tindak pidana pemerasan, F, Metode Penelitian % Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1986), him. 73, 17 Dalam setiap kegiatan ilmiah, dipertukan sebuah metode yang. sesuai dengan obyek yang dikaji. Metode ini merupakan cara bertindak dan mengerjakan sesuatu agar supaya kegiatan penelitian dapat terlaksana secara terarah untuk mendapatkan hasil yang optimal dan memuaskan.”” 1, Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk kedalam penelitian kajian pustaka (ibrary research), yakni penelitian yang menekankan pada pengumpulan data primer, sekunder dan. tersier, Sumber data tersebut diperoleh dan dikumpulkan dari bahan hukum sebagai berikut: a. Bahan Hukum Primer Adalah data yang diperoleh dari sumber aslinya, memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini, Adapun dari hl jun mengambil sumber lari hukum positifnya b. Bahan Hukum$ Adalah data yadg\diambilSdafh /Sihber-Surhber Wang Sbuikan aslinya, ibd ANAKALA hans era penelitian ini. Rha Rukein yariy’diafhbil ldslanf\periyisushan sr adalah dari ilmu Ushul Fiqh. Adapun dari hukum positif adalah dari pendapat para ahli yang disusun ke dalam suatu buku, media massa atau data yang diperoleh melalui interview jika diperlukan, ¢, Bahan Hukum Tersier ® Anton Bakker, Metode Penelitian Filsafa, (Jakarta: Ghalia indonesia, 1986), him. 10 18 Adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan tethadap hukum primer dan sekunder seperti makalah, kamus, ensiklopedi, ‘majalah maupun surat kabar yang ada hubungannya dengan topik yang dibahas dalam skripsi.*! 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitik-komparatif,” yaitu menguraikan secara teratur terhadap permasalahan yang dibahas kemudian dibandingkan secara kritis-analitis. 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah yuridis-normatif, artinya pendekatan tersebut dilakukan melihat Undang- Undang yang berkaitan dengan pokok masalah penyusunan skripsi ini yang Melalui_pendekai hukum SIstath [dalahe inéhibénidun \hukiim Velasionel [bik materil. maupun »SI NAN KALIJAGA 4 ramithndibes Y AK ART A Setelah data tersebut terkumpul, kemudian dianalisis secara kualitatif, jemperjelas fungsi dan peran yaitu digambarkandan dijabarkan dengan kata-kata dan kalimat terpisah-pisah * Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), him. 2 G. Sistematika Pembal 19 ‘menurut kategorinya untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkan pola berpikir yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah: a. Deduktif, yakni propses analisa yang berangkat dati misi dan gaya pemikiran yang sifatnya umum atau pola berpikir yang diambil berdasarkan data umum, untuk kemudian diaplikasikan kepada kesimpulan yang. bersifat khusus setelah terlebih dahulu dilakukan kategorisasi *!, metode ini digunakan menyoroti operasional pelaksanaan sanksi yang diberlakukan“kepada pelaku tindak pidana pemerasan baik menurut KUHP dan Hukum Islam. Dalam hal ini hukum Islam dijadikan patokan untuk menilai fenomenologi pemersan. b. Komparatif, yaitu dengan membandingkan pendapat para ulama, sarjana dan cendekiawan, kemudian dicari titik persamaan dan perberdaannya suatu (J untuk menentukan Seodra garistbebar) pon yisuh medtbagi\Skeipsd int Ke dalam tiga bagian viama Hla) nea All i elon. Adan sistematikdlpentbabasénya Adalablsebagai beri [AV Bab pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah yang kemudian dirumuskan pokok masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka yang menguraikan beberapa kajian terdahulu baik berupa buku-buku atau kitab-kitab atau artikel, kamus, ensiklopedi yang ada relevansinya dengan % Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Yayasan Penetbit Fak. Psikologi UGM, 1980), balm, 42

You might also like