You are on page 1of 6

Hubungan penatalaksanaan operatif trauma abdomen dan kejadian

laparotomi negatif di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Indah J. Umboh
Heber B. Sapan
Harsali Lampus

Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: indah.jelita.umboh@gmail.com

Abstract: Abdominal trauma abdomen is a significant cause of morbidity and mortality.


Diagnosis of abdominal trauma is oftenly missed due to the masked physical signs caused by
intoxication or head injury. The undiagnosed abdominal trauma as a cause of death should be
prevented. Some studies stated that laparotomy was not a routine procedure for abdominal
trauma. This study aimed to obtain the relationship between operative management
ofabdominal traumatic patients and the occurence of negative laparotomy. Subjects were
traumatic abdominal patients who were performed explorative laparotomy at Surgery
Department Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado and were evaluated whether the results
were negative or positive laparotomy. Blunt and sharp trauma were the independent variables
meanwhile positive and negative laparotomies were the dependent variables. The results
showed that of 37 patients with abdominal trauma, the percentage of positive laparotomy
(78,4%) was higher than of the negative laparotomy (21.6%). The Fischer exact test showed a
P value 0.058 (<0.0001). This showed that the laparotomy results, positive or negative, were
not based on the types of trauma, but were based on the intraoperative results. Conclusion:
There was no relationship between the types of trauma and the occurence of negative
laparotomy. Selective laparotomy could be abdominal trauma to prevent negative laparotomy.
Keywords: abdominal trauma, laparotomy

Abstrak: Trauma abdomen merupakan penyebab yang cukup signifikan bagi angka kesakitan
dan kematian. Diagnosis trauma abdomen sering kali terlewatkan akibat gejala fisik yang
terkadang dikaburkan oleh adanya intoksikasi maupun trauma kepala. Trauma abdomen yang
tidak diketahui masih menjadi momok penyebab kematian yang seharusnya dapat dicegah.
Beberapa studi menyatakan bahwa laparotomi tidak dilakukan rutin pada semua trauma
abdomen. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan penatalaksanaan operatif
trauma abdomen dengan kejadian laparotomi negatif. Subyek penelitian ialah pasien trauma
abdomen yang ditatalaksana dengan laparotomi eksplorasi di Bagian Bedah RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado dan dievaluasi hasil operasinya apakah laparotomi negatif atau positif.
Trauma abdomen tumpul atau tajam sebagai variabel bebas sedangkan laparotomi positif dan
negatif sebagai variabel tergantung. Hasil penelitian dari 37 pasien dengan trauma abdomen
dan dilakukan laparotomi mendapatkan hasil laparotomi positif (78,4%) lebih banyak
dibandingkan laparotomi negatif (21,6%). Hasil uji Fischer Exact terhadap hubungan
penatalaksanaan operatif trauma abdomen dengan kejadian laparotomi negatif menunjukkan
nilai P = 0,058 (<0,0001). Hal ini memperlihatkan bahwa hasil laparotomi baik positif maupun
negatif bukan didasarkan pada jenis trauma tetapi berdasarkan hasil temuan intraoperatif.
Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara jenis trauma dengan laparotomi negatif.
Laparotomi selektif dapat dilakukan pada kasus trauma abdomen untuk menghindari
terjadinya laparotomi negatif.
Kata kunci: trauma abdomen, laparotomi

S52
Umboh, Sapan, Lampus; Hubungan penatalaksanaan operatif... S53

Trauma pada penduduk sipil masih tetap laparotomy) pada awalnya mempunyai
merupakan penyebab kematian pada gejala yang tidak khas (benign physical
seluruh kelompok usia terutama pada usia examination), sehingga klinisi yang kurang
produktif yaitu kelompok usia di bawah 45 waspada menganggap bahwa tidak ada
tahun. Lebih dari setengah pasien trauma trauma abdomen.1,4
merupakan akibat kecelakaan lalu lintas, Untuk dua mekanisme yang berbeda
selebihnya akibat terjatuh, luka tembak dan yaitu trauma tajam (penetrans) dan trauma
luka tusuk, keracunan, luka bakar, dan tumpul (non penetrans) terdapat pendekatan
tenggelam.1 Trauma abdomen menempati diagnostik yang berbeda. Adanya luka
peringkat ketiga sebagai penyebab penetrasi saja sudah menarik perhatian akan
kematian akibat trauma setelah cedera besarnya kemungkinan terjadi trauma pada
kepala dan cedera pada dada.2 Trauma organ intra abdominal, sedangkan pada
abdomen merupakan penyebab yang cukup trauma tumpul biasanya terjadi multisistem
signifikan bagi angka kesakitan dan trauma yang menyebab-kan diagnosis lebih
kematian di Amerika Serikat.3 Trauma sulit ditegakkan. Agar hasil pemeriksaan
abdomen yang tidak diketahui (terlewatkan baik, selain pemeriksaan fisik diperlukan
dari pengamatan) masih tetap menjadi alat bantu diagnostik. Alat bantu utama
momok penyebab kematian yang seharus- yang ada saat ini ialah Diagnostic
nya bisa dicegah (preventable death).4,5 Peritoneal Lavage (DPL), Computed
Diagnosis dan penanganan yang tepat Tomography (CT), Ultrasonography (USG),
dari trauma abdomen merupakan unsur atau Diagnostic Laparoscopy (DL).4-6
terpenting dalam mengurangi kematian Tantangan terbesar dokter (ahli bedah)
akibat trauma abdomen.1,5,6 Pada pasien ialah bagaimana menghindari laparotomi
trauma penilaian abdomen merupakan salah negatif yaitu ketika tidak ditemukannya
satu bagian yang menarik. Penilaian cedera organ intraabdomen saat laparotomi
sirkulasi saat survei awal harus mencakup dengan cara pemeriksaan fisik dan
deteksi dini dari kemungkinan adanya modalitas alat diagnostik.8
perdarahan yang tersembunyi di dalam
abdomen dan pelvis pada pasien trauma
tumpul. Trauma tajam pada dada diantara METODE PENELITIAN
puting dan perineum harus dianggap Pasien dengan trauma abdomen
potensial menyebabkan cedera intra- sebanyak 37 orang yang ditatalaksana
abdominal. Pada penilaian abdomen, dengan laparotomi eksplorasi di Bagian
prioritas maupun metode yang terbaik Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, Manado. Pada pasien tersebut dilihat hasil
berat dan lokasi trauma maupun status operasinya apakah laparotomi negatif atau
hemodinamik penderita.7 positif, serta jenis trauma abdomen apakah
Sebagian dokter (ahli bedah) tumpul atau tajam. Variabel penelitian ialah
menganggap bahwa ruptur organ berongga trauma abdomen tajam maupun tumpul
dan perdarahan dari organ padat akan sebagai variabel bebas, serta laparotomi
menyebabkan peritonitis dan akan mudah negatif dan positif sebagai variabel
diketahui tapi kenyataannya gejala fisik tergantung. Data yang diperoleh ditabulasi
yang tidak jelas, kadang ditutupi oleh nyeri dan diuji kemaknaannya dengan uji Fisher
(shadowed by pain) akibat trauma ekstra exact.
abdomen dan dikaburkan oleh intoksikasi
atau trauma kepala yang semuanya
HASIL PENELITIAN
merupakan alasan utama terlewatkannya
diagnosis trauma abdomen. Sebagai Dari hasil penelitian pada 37 pasien
tambahan, lebih dari sepertiga pasien didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki
trauma abdomen yang membutuhkan (94,6%) lebih banyak dibandingkan
tindakan operasi segera (emergency perempuan (5,4%) (Tabel 1). Kasus trauma
S54 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S52-S57

tumpul abdomen sebanyak 27 pasien, BAHASAN


sedangkan kasus trauma tajam abdomen
sebanyak 10 pasien (Tabel 2). Terdapat 29 Penelitian ini dilakukan untuk
kasus dengan laparotomi positif dan 8 mengetahui hubungan antara penata-
kasus dengan laporotomi negatif (Tabel 3). laksanaan operatif trauma abdomen dan
kejadian laparotomi.
Perbandingan laki-laki dan perempuan
Tabel 1. Sebaran jenis kelamin pasien dalam penelitian ini berkisar 94,6% : 5,4%
dimana penderita laki-laki lebih banyak
Jenis kelamin Frekuensi Persentase dari perempuan. Hasil ini sesuai dengan
Laki-laki 35 94,6% penelitian yang dilakukan Lone et al.9 di
Perempuan 2 5,4% Mesir yang mendapatkan angka
Total 37 100,0% perbandingan antara laki-laki dan
perempuan 87,1% : 12,9%.
Rentang usia penderita pada penelitian
Tabel 2. Jenis trauma abdomen ini didapatkan antara 16 tahun usia
Jenis trauma Frekuensi Persentase terendah dan 60 tahun usia tertinggi dengan
Tumpul 27 73,0 rerata 27,08. Hal ini sejalan dengan
Tajam 10 27,0 penelitian yang dilakukan Baradaran et al.10
Total 37 100,0 di Iran yang mendapatkan laki-laki dewasa
muda usia 20-30 tahun merupakan korban
terbanyak pada trauma abdomen.
Tabel 3. Hasil operasi laparotomi Jenis trauma abdomen yang paling
sering ditemukan pada penelitian ini ialah
Hasil Frekuensi Persentase trauma tumpul abdomen (73%) dibanding-
Negatif 8 21,6%
kan dengan trauma tajam abdomen (27%).
Positif 29 78,4% Hal ini serupa dengan laporan Smith et al.11
Total 37 100,0% di Inggris yang menyatakan angka
perbandingan trauma tumpul abdomen dan
trauma tajam abdomen 76,2% : 23,8%.
Tabel 4. Tabulasi silang antara jenis trauma Berdasarkan hasil penelitian dari 37
dan laparotomi
kasus yang dilaporkan terdapat 29 kasus
Jenis Laparotomi Fisher laparotomi positif (78,4%) dan 8 kasus
trauma Negatif Positif Total exact laparotomi negatif (21,6%) dengan 27
Tumpul 8 19 27 kasus trauma tumpul (73%) dan 10 kasus
Tajam 0 10 10 P = 0,058 trauma tajam (27%). Hasil ini bertentangan
Total 8 29 37 dengan Demetriades et al.12 yang
sebelumnya didahului oleh Shaftan et al.
(1960) untuk tidak melakukan laparotomi
Berdasarkan hasil penelitian didapat-
rutin pada semua luka tusuk abdomen
kan 37 kasus yang dilaporkan dilakukan
sekaligus menempatkan penanganan
laparotomi didapatkan hasil laparotomi
operatif pada trauma tajam abdomen
positif lebih banyak ditemukan dibanding-
bukanlah laparotomi. Hal ini menyatakan
kan dengan laparotomi negatif dengan bahwa dapat dilakukan laparotomi selektif
frekuensi 78,4% : 21,6% (Tabel. 3). pada kasus trauma abdomen untuk
Analisis hubungan penatalaksanaan menghindari terjadinya laparotomi negatif.
operatif trauma abdomen dengan kejadian Hasil uji hipotesis pada hasil penelitian
laparotomi negatif menggunakan uji Fisher menyatakan tidak ada hubungan antara
exact (Tabel. 4) yang menyatakan tidak jenis trauma dengan hasil laparotomi. Hal
terdapat hubungan antara jenis trauma ini sesuai dengan Pramugyono (2004)13 di
dengan laparotomi negatif (P = 0,058). Yogyakarta yang melakukan penelitian
Umboh, Sapan, Lampus; Hubungan penatalaksanaan operatif... S55

bahwa hasil laparotomi baik laparotomi penelitian. Laparotomi rutin untuk luka
positif maupun negatif bukan didasarkan penetrans abdomen pada mulanya
pada jenis trauma tetapi pada hasil temuan dipopulerkan dinegara-negara dengan
intraoperatif. Laparotomi disebut positif kekerasan fisik yang banyak terdapat
jika pada saat laparotomi ditemukan adanya sehari-hari seperti di Amerika Utara dan
kerusakan organ visera dan harus Afrika Selatan, selain dengan senjata tajam
diinterverensi bedah sedangkan laparotomi juga dengan senjata api. Sejak tahun 1980
disebut negatif jika pada saat laparotomi banyak penelitian mengenai efektivitas
tidak ditemukan kerusakan organ visera laparotomi selektif oleh ahli bedah di Eropa
sehingga tidak memerlukan tindakan dan Inggris yaitu negara-negara dimana
interverensi bedah. kekerasan menggunakan senjata api relatif
Terdapat 2 jenis trauma abdomen yaitu lebih sedikit, dan cara laparotomi selektif
trauma tajam abdomen dan trauma tumpul dianggap sebagai cara terbaik. Suatu
abdomen yang masing-masing memiliki penelitian prospektif oleh Demetriades et
algoritma penanganan yang berbeda. al.18 (1988) meliputi 230 kasus luka tusuk
Trauma tajam abdomen terdiri dari 2 jenis yang mengenai punggung di Afrika
yaitu luka tusuk dan luka tembak, dan Selatan, melaporkan indikasi laparotomi
dibagi lagi berdasarkan lokasi luka tembus terutama hanya berdasar pemeriksaan fisik
anterior, posterior, dan lateral.11,14-16 saja. Ternyata 85% kasus dapat dirawat
Selama lebih dari 30 tahun ini, para tanpa operasi, 5 kasus (2,2%) baru
ahli trauma berpendapat bahwa indikasi dioperasi setelah observasi (delayed
laparotomi untuk luka tusuk abdomen dapat laparotomy) tanpa ditemukan komplikasi
dilakukan secara selektif; indikasi terutama yang berarti. Akurasi pemeriksaan fisik
berdasarkan pemeriksaan klinik. disini 95.2% dengan false positif 7,6% dan
Laparotomi negatif atau non terapeutik false negatif 2,2%.
akan menimbulkan morbiditas yang cukup Trauma penetrans abdomen karena
berarti. Shaftan et al. (1960) dan Nance et senjata api (gunshot wounds) memiliki
al. (1969) ialah para ahli bedah pertama penanganan yang berbeda dengan luka
yang menganjurkan untuk tidak melakukan tusuk yang indikasi laparotomi sekarang ini
laparotomi rutin pada semua luka tusuk lebih selektif. Pada luka tembus karena
abdomen.17 Demetriades dan Rabinowitz12 peluru senjata api, umumnya para ahli
pada tahun 1987 memublikasikan hasil berpendapat harus dilakukan laparotomi
penelitian prospektif 651 pasien dengan rutin di hampir seluruh pusat pelayanan
luka tusuk mengenai bagian anterior trauma. Alasan untuk melakukan
abdomen yang diobati selektif secara non laparotomi rutin pada kasus ini ialah
operatif, indikasinya sebagian besar atas insidensi terjadinya kerusakan organ
dasar pemeriksaan fisik. Setengahnya dari intraabdominal tinggi mendekati 90%.
pasien tersebut berhasil sembuh tanpa Banyak rumah sakit tidak mempunyai
laparotomi, hanya 11 pasien (1,6%) yang banyak pengalaman menangani kasus
awalnya dilakukan observasi saja, demmikian, dan kalaupun ternyata
kemudian harus menjalani laparotomi tanpa laparotominya negatif, komplikasi yang
adanya mortalitas. Akurasi hasil terjadi dianggap dapat diabaikan.
pemeriksaan awal 93,9% (false negative Pemeriksaan fisik pada kasus luka tembak
pemeriksaan awal 3,2%, dengan false sering dianggap tidak dapat dipercaya.
negatif sebenarnya 2,9%). Sejak itu banyak peneliti menganjurkan
Hal ini berbeda jika terdapat luka tusuk agar dilakukan tindakan yang lebih
yang mengenai daerah posterior atau konservatif terhadap luka tusuk abdomen
punggung. Untuk kasus sejenis ini malah sehingga indikasi laparotomi pada trauma
laparotomi terapeutik lebih sedikit lagi, tembus abdomen lebih dipertegas
yaitu hanya 15% dari seluruh pasien luka kriterianya yaitu adanya hemodinamik
tusuk daerah punggung pada suatu yang tidak stabil, SBP <90 mmHg,
S56 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S52-S57

peritonitis dengan tanda-tanda rangsangan pemeriksaan klinis yang teliti ditambahkan


peritoneal di luar daerah perlukaan, nyeri dengan pemeriksaan penunjang lainnya.20
tekan, dan bising usus yang yaitu adanya
udara bebas pada pemeriksaan penunjang
foto radiologik.19 SIMPULAN
Saat ini pemeriksaan CT scan dapat Dari hasil penelitian dan bahasan tidak
membantu menilai arah peluru dalam tubuh didapatkan adanya hubungan antara
pasien dan hubungannya dengan organ- penatalaksanaan operatif trauma abdomen
organ vital sehingga menjadi bahan dan kejadian laparotomi negatif. Mengenai
pertimbangan untuk memilih terapi non penanganan trauma tajam abdomen di
operatif. berbagai pusat pelayanan kesehatan masih
Pada trauma tumpul abdomen adanya terdapat perbedaan pendapat yang
peritonitis tetap merupakan indikasi utama menganut laparotomi rutin.
untuk segera melakukan laparotomi, yang
berbeda dengan trauma tajam tembus
abdomen, adanya hemodinamik yang tidak DAFTAR PUSTAKA
stabil tidak otomatis sebagai indikasi 1. American College of Surgeon. Abdominal
laparotomi sebelum terbukti bahwa sumber Trauma. Advanced Trauma Life
perdarahan berasal dari organ intra- Support (7th ed). Chicago, American
abdomen pada pasien multitrauma. College of Surgeons, 2004.
Dalam menegakkan diagnosis cedera 2. Kolegium Ilmu Bedah Indonesia & Komisi
akibat trauma tumpul sering tidak cukup Trauma Perhimpunan Dokter
Spesialis Bedah Indonesia. Trauma
dengan pemeriksaan fisik saja, tetapi perlu
tumpul abdomen, trauma tajam
pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen abdomen. In: Definitive Surgical
polos, pemeriksaan laboratorium, Focused Trauma Care. Indonesia, 2003.
assessment with sonography in trauma 3. Johnson DJ, Culliane DC. Abdominal
(FAST), DPL, atau DPA. Dengan Trauma. In: Kelly KA, Sarr MG,
bertambah canggihnya alat ultrasonografi Hinder RA, editors. Mayo Clinic
dan pengalaman melakukan FAST, maka Gastrointestinal Surgery.
lama kelamaan indikasi penggunaan DPL Philadelphia: Saunders, 2004.
akan berkurang. Bila FAST negatif 4. Read RA, Moore FA, Burch JM, Blunt and
sedangkan hemodinamik tidak stabil, harus Penetrating Abdominal Trauma. In:
segera dilakukan DPA (Diagnostic Zinner MD, Ashley SW, editors.
Maingot’s Abdominal Operation
peritoneal aspiration) dan bila DPA positif
(10th ed). Hongkong: Blackwell
maka pasien harus segera dilakukan Science, 1999.
laporatomi, seperti telah disebutkan di atas. 5. Windsor ACJ, Guillow PJ. Abdominal
DPL umumnya tidak perlu dilakukan pada trauma. In: Monson J, Duthie G,
pasien hemodinamik tidak stabil, tetapi O’Malley K. Surgical Emergencies.
DPA lebih menentukan. Pasien yang Oxford: Blackwell Science, 1999
hemodinamik stabil, tetapi FAST tidak 6. Peitzman AB, Rhodes M, Schwab CW,
menyakinkan, perlu dilakukan pemeriksaan Yealy DM, Fabian TC. The Trauma
dengan CT scan, untuk menentukan organ Manual: Trauma and Acute Care
apa saja yang terkena, apakah perlu Surgery (3rd ed). Philadhelphia,
laporatomi atau tergolong non operative Lippincott Williams & Wilkins, 2008
7. Salomone JA, Salomone JP. Blunt
management (NOM). Keberhasilan NOM
abdominal trauma. Available from:
untuk cedera limpa dan hati yang ringan URL: http: //emedicine.medscape.
mencapai 70-90%, tetapi kemampuan CT com/article/821995-overview, 2010.
scan untuk mendiagnosis cedera tumpul 8. Saxena AK, Nance ML. Abdominal trauma.
pada duodenum, usus halus, dan kolon, Available from: URL:
masih diperdebatkan. Untuk menghindari http://emedicine.medscape.com/articl
laporatomi non terapeutik perlu dilakukan e/940726-overview. 2010.
Umboh, Sapan, Lampus; Hubungan penatalaksanaan operatif... S57

9. Lone GN, Peer GQ, Warm KA, Bhat AM, e/822099-overview, 2010.
Warn NA, Bhat MA. An experience 15. Sjamsuhidajat, de Jong W. Buku Ajar
with abdominal trauma in adults in Ilmu Bedah (3rd ed). Jakarta: EGC,
Kashmir. JK Pract. 2001;8:225-30. 2005; p. 182-5.
10. Baradaran H, Salimi J, Nassaji-Zavareh 16. Hemilla MR, Wahl Wl. Management of
M, Rabbani AKA. Epidemiological the injured patient. Current Surgical
study of patients with penetrating Diagnosis Treatment (12 th ed). New
abdominal trauma. Acta Medica York: Lange Medical, 2006; p. 207-44.
Iranica, 2007; 45(4): 305-8 17. Aldemir M, Tacyildiz I, Girgin S.
11. Smith J, Caldwell E, D’Amours S, Predicting factors for mortality in the
Jalaludin B, Sugrue M. Abdominal penetrating abdominal trauma. Acta
trauma: a disease in evolution. ANZ Chir Belg. 2004;104:429-34.
J Surg. 2005; 75(9):790-4. 18. Demetriades D, Rabinowitz B, Sofianos
12. Demetriades D, Rabinowitz B. Indications C, Charalambides D, Melissas J,
for operation in abdominal stab Hatzitheofilou C, et al. The
wounds. A prospective study of 651 management of penetrating injuries
patients. Ann Surg. 1987;205(2):129-32. of the back. A Prospective study of
13. Pramugyono, Darmokusumo K. 230 patients. Ann. Surg.
Penerapan possum/P-possum pada 1988;207(1):72-4.
pasien trauma abdomen yang 19. Demetriades D, Velmahos G, Cornwall
dilakukan laparotomi eksplorasi di E. Selective nonoperative
Instalasu Rawat Darurat RSUP Dr. management of gunshot wounds of
Sardjito Jogjakarta Januari 2000- the anterior abdomen. Arch Surg.
April 2004 [Tesis]. Yogyakarta: 1997;132:178-83.
Universitas Gajah Mada, 2004. 20. Raza M, Abbas Y, Devi V, Prasad KVS,
14. Stanton KJ-Maxel, Geibel J. Abdominal Rizk KN, Nair PP. Non operative
Trauma, Penetrating Treatment & management of abdominal trauma – a
Management. Available from: URL: 10 years review. WJES.
http://emedicine.medscape.com/articl 2013;8(14):1-6.

You might also like