You are on page 1of 48
” TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK A. Teori Akuntansi Sektor Publik Pada dasarnya ada tign tujuan perlunya mempelajari teori akuntansi : 91) untuk memahami praktek akuntansi yang ada saat ini (2) mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktek akuntansi yang ada saat ini dilakukan (3) memperbaiki praktek akuntansi di masa yang akan datang. Pengembangan akuntansi sektor publik dilakukan untuk memperbaiki praktik yang saat ini dilakukan, Hal ini terkait dengan upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan sektor publik, ya formasi yang relevan dan dapat diandalkan 1 laporan yang menyajikan (reliabel) Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik, Hambatan tersebut adalah 1, Objektifitas 2. Konsistensi Daya banding Tepat waktu yee Ekonomis dalam penyajian laporan 6, Materialitas B. Perlunya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Untuk dapat_menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal, Sistem akuntansi yang lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan, Saat ini tem akuntansi yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah, Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi, maka diperlukan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah atau secara lebih luas Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik. Saat ini sedang dislapkan standar Akuntansi Sektor Publik 39 akuntansi keuangan untuk pemerintah daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat dipereaya, pemerintah daerah harus memil m akuntansi yang handal, Sistem akuntansi yang lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuat keputusan, Saat ini istem akun yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah, Jika dilihat dari perspektif historis, usaha pengembangan sistem akuntansi keuangan pemerintah telah dirintis sejak dua puluh tahun silam, akan tetapi samp: ini sistem yang ada belum berjalan secara efektif d k tahun 1980-an Departemen Dalam Negeri ja telah berupaya mengembangkan sistem akuntansi yang dipandang cocok dengan corak pemerintah daerah, dan untuk itu telah dihasilkan konsep Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran/SAPA (Triharta, 1999), Pada tahun 1985 Sistem Admii stras Keuangan Pemerintah Daerah sendiri telah mengalami perubahan yang cukup mendasar. Hal ini terlihat dengan mulai diperkenalkannya jem double eniy (pembukuan berpasangan) dan akuntar si berbasis akrual yang diformulasikan oleh "Studi Penyempumaan Sistem Akuntansi dan Manajemen Keuangan n yang dibentuk oleh Pusat Analisa Keuangan Daerah (PAKD), Badan ca Pembayaran (BAKNPNP) - Departemen Daerah" yaitu Analisa Keuangan Negara Perkreditan dan Nera Keuangan (Yasin, 1999). SAPA merupakan penyempurnaan dari proposal “Sistem Pereneanaan dan Manajemen Keuangan Daerah (SPMKD) ang dibuat oleh PT Redecon, yaitu Konsultan yang ditunjuk oleh Tim Studi Penyempumaan Sistem Akuntansi_ dan Manajemen Keuangan Daerah dengan bantuan World Bank SAPA adalah sistem akuntan: untuk pemerintah daerah, sedangkan sistem akuntansi untuk pemerintah pusat upaya pengembangannya telah dilakukan oleh Departemen Keuangan sejak tahun 1982 melalui Proyek Penyempumaan Sistem Akuntansi dan Pengembangan Akuntay jibentuk dan mulai aktif bekerja tahun 1991, Untuk pelaksanaan proyek tersebut, secara khusus Sub Tim Penyempurnaan Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang hasilnya antara Jain menerapkan sistem pembukuan berpasangan dalam akuntansi pemerintah pusat (Triharta, 1999). Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralsasi, maka diperlukan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (Standar Akuntansi Sektor Publik 40 Akuntansi Keuangan Sektor Publik), Standar yan; saat ini ada belum meneukupi untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentrali Sementara itu di Indonesia belum ada Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik yang baku yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah dacrah dalam penyusunan laporan keuangan dan bagi auditor dalam mengaudit laporan tersebut, Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif’ berupa rendahnya reliabilitas informasi keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan, Usaha untuk membuat standar akuntansi keuangan pemerintah sudah pemah dilakukan oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN). BAKUN merupakan lembaga yang entuk oleh Departemen Keuangan tahun 1992, yang ditugasi untuk menyelenggarakan akuntansi dan mempersiapkan laporan pertanggungjawaban konstitusional pemerintah pusat. Selain itu BAKUN juga diserahi tugas untuk membantu melakukan pengembangan akuntansi untuk nstansi (agency accounting). Pada tahun 1995 BPK telah mengirim surat kepada Menteri Keuangan untuk mempersiapkan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah, dan BAKUN sebagai Central Accounting Office ditugasi untuk mempersiapkan drafinya, Namun sampai saat ini, draft tersebut masih perlu dilakukan pembahasan dan public hearing dengan user agar dapat dijadikan standar (Sugijanto, 1999) ilkan s Upaya untuk mengh: andar akuntansi keuangan yang baku terus dilakukan Pada tahun 1999 yang lalu Ikatan Akuntan Indonesia telah membentuk kompartemen baru yaitu Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Salah satu tugas Kompartemen baru ini adalah menyusun standar akuntansi keuangan sektor publik. Saat ini baru dihasilkan exposure draft mengenai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik yang diterbitkan November 2000, Exposure draft tersebut terditi atas lima bagian, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik tentang Penyajian Laporan Keuangan; Laporan Arus Kas; Laporan Keuangan Konsolidasi dan Akuntansi untuk Entitas Kendalian; Kos Pinjaman; dan Surplus atau Defisit Neto untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi Dengan telah dihasilkannya exposure drafi tersebut diharapkan dalam waktu yang tidak teralu lama lagi sudah dapat disahkan menjadi standar yang baku, Sebenarnye Indonesia dalam hel ini sudah cukup ketinggalan, karena baru sekarang mempunyal rancangan standar akuntansi keuangan sektor publik. Tidak adanya standar akuntansi sektor publk di Indonesia saat ini menyebabkan kesulitan dalam mengauelt laporan keuangan Akuntansi Sektor Publik 4 pemerintah, Standar Auditing Pemerintah (SAP) sudah ada dan saat i i sedang kita tunggu Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP). Pada perkembangan selanjutnya perlu juga dipersiapkan alat ukur kinerja (performance measurement) untuk mengukur Jembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia, Perlunya Informasi Akuntansi Untuk Mewujudkan Akuntabilitas Publik s adalah melalui penya satu alat untuk memfasili si terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik n Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang komprehensif, Dalam era otonomi dacrah dan desentralisas i, pemerintah daerah diharapkan dapat menyajikan Japoran keuangan yang terdiri atas Laporan Surplus/Defisit, Laporan Realisa: Anggaran (Perhitungan APBD), Laporan Aliran Kas, d Neraca, Laporan keuangan tersebut merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik dan merupakan salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah. Bagi pihak eksternal, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi informasi keuangan daerah akan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Sedangkan ai pihak intern pemerintah daerah, lapor n Keuangan tersebut dapat digunakan sebag: untuk penilaian kinerja, Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, tantangan yang dihadapi akuntansi sektor publik adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memonitor akuntabilitas pemerintah daerah yang meliputi akuntabilitas finansial (financial accountability), akuntabilitas manajerial (managerial accountability), akuntabilitas bukum (legal accouniability), akuntabil $s politik (political accountability), dan akuntabilitas kebijakan (policy accountability), Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilit publik. ‘Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah daerah perlu. membuat_ laporan keuangan, Dilihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja pemerintah dan unit kerja pemerintah daerah, Sedangkan dari sisi pemakai eksternal, laporan keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan, Karena laporan tersebut akan digunakan untuk pembuatan keputusan, maka laporan keuangan pemerintah daerah perlu dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai (disclosure) mengenai informa informasi yang dapat mempengaruhi keputusan, Akuntansi Sektor Publik 42 E. TUJUAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH a, tujuan umum penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah 1, Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accounsability) dan pengelolaan (stewardship); Untuk memberikan infonmasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional, Secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah: 1. Memberikan informasi keuangan untuk me ntukan dan memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah; Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya; 3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan; 4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi pengaruh pemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi terhadap pencapaian tujuan operasional; 5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan oganisasional (a) untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga memudahkan analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya, dan dengan kinerja unit pemerintah lain; (b) untuk mengevalua tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program, aktivitas, dan fungsi tertentu di unit pemerintah; (c) untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta efektivitas terhadap peneapaian tujuan dan target; (d) untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equity) Akuntansi Sektor Publik 43 6. SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT A. Dasar Hukum 1. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan APBN Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyclenggarakan pertanggungjawaban penggunaan dana yang dikuasainya berupa laporan reali si anggaran dan neraca departemen/lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan, Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala satuan kerja yang menggunakan dana bagian anggaran yang dikuasai Menteri Keuangan wajib ‘menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan dana kepada Menteri Keuangan cq. Kepala BAKUN. 2. Keputusan Menteri Keuangan No. 337/KMK.012/2003 Tanggal 18 Juli 2003 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 3. Keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara No. KEP-16/AK/2004 tanggal 24 Juni 2004 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara /Lembaga Tahun Anggaran 2004 B. Tanggung Jawab Fungsi Akuntansi Departemen/Lembaga 1 Kakanwil mempunyai wewenang/tanggungjawab terhadap akuntansi dan pelaporan keuangan yang meliputi seluruh kantor dan proyek di wilayahnya 2. Sekjen, Dirjen dan Unit Eselon I lai nya mempunyai wewenang/ tanggungjawab terhadap seluruh Kantor dan proyek dibawah kendalinya, Juga mempuny tanggungjawab untuk penyusunan laporan konsolidasi atas seluruh kantor dan proyek yang di bawah kendali masing-masing Eselon I dimaksud 3. Sekjen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan keuangan konsolidasi untuk tingkat departemen/lembaga C. Keluaran Sistem Akuntansi Menurut Pusat PertanggungJawaban 1. Pusat Pertanggungjawaban * Seluruh Pemerintah Pusat * Departemen/Lembaga * Eselon I Akuntansi Sektor Publik 47 pasal 7 ayat (2) dan pasal 9 yang saat ini sedang dimantapkan di pusat (disosialisasikan ke daerah) Pada pasal 11 ayat (2) bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten/kotamadya meliputi pekerjaan umum (sekarang kimbangwil), keschatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja. Sedangkan Undang-Undang Nomor 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sampai saat ini belum jelas seperti apa penjabarannya ke dalam PP. Yang jelas aat ini pemerintah daerah sangat berharap agar pendelegasian kewenanga n dalam bidang keuangan yang juga sedang dirumuskan di Pusat, harus memberi kesempatan pada dacrah untuk secara aktif dan kreatif serta bertanggung jawab mengembangkan potensi daerahnya, Memang, pada saat ini untuk sementara masih berlaku UU no. 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Restribusi Daerah yang justru sangat membatasi kewenangan daerah, Pendelegasian Kewenangan Uraian mengenai pengertian dan visi dari pendelegasian kewenangan dalam otonomi daerah sebagai perwujudan dalam upaya membangun paradigma bari otonomi dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama Pendelegasian kewenangan pengelolaan keuangan, Pendelegasian kewenangan ini menyangkut khususnya pada pembagian keuangan pusat-daerah berdasarkan UU no. 25/1999 menurut pandangan daerah, Bagi kabupaten/kotamadya yang memilil » kehuta i sumber minyak bumi, 8 an, pertambangan umum maupun perikanan yang berdasarkan formula baru akan menerima lebih banyak dari pusat, serta harus segera menyiapkan program belanja yang benar-benar berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat daerah sesuai tuntutan otonomi, Di lain pihak, pemerintah pusat/propinsi harus mampu menyediakan dana alokasi Khusus untuk menghindari ketimpangan penerimaan antar kabupaten/kotamadya div satu propinsi antara lain karena tidak meratanya ketersediaan sumber-sumber alam atau potensi lainnya. Sebaliknya, bagi dacrah yang tidak memiliki sumber alam sebagaimana dimaksud UU No. 25/1999, maka untuk menjaga tingkat kesejahteraan yang sudah dicapai sampai saat ini, sebaiknya menerima alokasi bantuan/subsidi yang minimal sama dengan sebelum stem alokasi baru nanti, Di si diberlakukannya lain, kewenangan mengatur yang berkaitan Akuntansi Sektor Publik 45 F, Pemrosesan Data SAPP 1. Buku Besar * Penerimaan/pengeluaran Anggaran * Aktiva tetap * Hutang Jangka Panjang * Investasi Permanen 2. Laporan * Laporan Realisasi Anggaran * Laporan Bulanan Inventaris, Laporan Mutasi Barang Triwulanan, Laporan Tahunan * Laporan Hutang Jangka Panjang * Laporan Investasi Permanen 3. Pelaksanaan Penyusunin Neraca Departemen/Lembaga G. Waktu Penyampaian Laporan 1. Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca , selambat-lambatnya disampaikan ke BAKUN pada akhir bulan bulan Maret tahun berikutnya, Akuntansi Sektor Publik 46 OTONOMI DAERAH dan PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DERAH Pengantar Diperkirakan penerapan kewenangan otonomi daerah baru akan terlaksana pada tahun 2002 atau bahkan tahun berikutnya. Perubahan ini sekaligus ditandai dengan pergan n pemerintahan pada pemilu mendatang. Sudah menajdi persoalan publik, perihal akan berlakunya pelaksanaan otonomi yang luas. Berbagai tulisan menge 17 dan 18 jauan terhadap otonomi daerah pernah dimuat pada edisi ada Buletin Pengawasan ini, Namun yang patut disayangkan, tinjauan tentang otonomi daerah tersebut masih mengacu pada UU yang lama, yakni UU No, $ tahun 1974 dan PP No. 45 tahun 1992, Padahal UU tersebut kurang menyiratkan a as demokrasi dan jauh dari rumusan mengenai kewenangan penyelenggaman urusan pemerintahan secara luas. Belum bersinggungan terhadap proses perubahan urusan dacrah masing-masing secara penuh dan bertanggung jawab serta adanya proses reformasi yang tengah berlangsung dalam rangka penyerahan urusan pemerintahan dan pembangunan ke daerah masing-masing, Oleh karena itu melalui tulisan ini, saya mencoba mengetengahkan UU yang baru (No, 22/99 dan No, 25/99) tentang Otonomi Daerah dan Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai tinjauan umum tentang otonomi dacrah yang, dikehendaki oleh masyarakat dan pemerintah daerah, juga mencoba mencari solusi dan visi kewenangan otonomi daerah sebagai upaya membangun paradigma baru otonomi yang luas. Scbagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomr 22/1999, otonomi dacrah akan diimplementasikan ke dacrah, Bahkan dengan adanya perubahan tahun anggaran yang akan dimulai 1 Januari 2001 mendatang, sangat mungkin implementasi tersebut juga dipercepat, karena idealnya tahun anggaran 2001 harus sudah ditopang oleh kewenangan-kewenangan serta struktur organisasi/kelembagaan baru yang harus disesuaikan dengan paradigma baru otonomi. Pada pasal 11 UU no. 22/1999 yang mengatur tentang (1) Kewenangan daerah kabupaten/kotamadya ‘mencakup semua Kewenangan yang dikecualikan pasal 7 ayat (2). Substansi kewenangan daerah khususnya kabupaten/ kotamadya yang selama ini diketahui, keculal Kewenangan dalam bidang politk luar negeri, Pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter,fskal serta agama sebagal diatur pada Peraturan Pemerintah (PP) yang menjabarkan Akuntansi Sektor Publik 44 * Propinsi * Satuan Kerja * Proyek 2. Penanggung Jawab * Presiden * Menteri/Ketua Lembaga * Sekjen/Irjen/Dirjen/Kepala * Kepala Kantor Wilayah D. Unit Pelaksana SAPP 1. Departemen Keuangan * BAKUN Pusat * Kantor Akuntansi Regional * Kantor Akuntansi Khusus 2. Departemen/Lembaga * Unit Akuntansi Kantor Pusat Instansi (UAKP1) * Unit Akuntansi Eselon 1 (UAE 1) * Unit Akuntansi Wilayah (UAW) E. Laporan Departemen/Lembaga 1. Laporan Realisasi Anggaran * Laporan Realisasi Anggaran bertujuan untuk melaporkan Pelaksanaan anggaran selama periode tertentu * Laporan ini memperlihatkan perbandingan realisasi belanja dengan allotment yang dirinei menurut tujuan dan klasifikasi belanja atau perbandingan realisasi pendapatan denganestimasi pendapatan 2. Neraca ** Neraca bertujuan untuk melaporkan posisi keuangan pada suatu tanggal tertentu * Neraca menginformasikan saldo perkiraan aset, hutang dan ekuitas dana pada akhir periode pelaporan Akuntansi Sektor Publik 48 in kebijakan bersumber dana dari bantuan pusat/propinsi harus didelegasikan sepenuhnya kepada atas pereneanian dan pelaksanaan program/proyek/kegiatan yang kabupater/kotamadya. Artinya tidak perlu ada lagi mekanisme semacam rapat teknis yang hanya menambah tenaga hierarki dan pendanaan, Kedua Pendelegasian kewenangan politik, Mekanisme Pendelegasian kewenangan politik yang berlaku efektif pada saat dan setelah pelaksanaan Pemilu 1999 yang lalu, telah meneapai satu perkembangan yang sangat signifikan dibanding bidang-bidang lainnya. Pelimpahan kekuasaan politik kepada daerah, di samping telah membendayakan peran DPRDnya, juga secara pasti sedang mengarah pada terwujudnya sistem check and balance dalam sis m kekuasaan di daerah, Bahkan dalam hal-hal tertentu, implementasi kewenangan politik sudah berkembang jauh melampaui batas-batas etika dan bahkan terkadang berbenturan dengan fungsi birokrasi. Kondisi ini terjadi dimungkinkan karena : 1. Terputusnya hierarki kewenangan pusat dan propinsi atas sistem politik di kab/kota, Dengan demikian perlu diimbangi dengan tumbubnya peran kontrol masyarakat (internal control) kepada DPRDnya, agar dalam menjalankan fungsi kontrolnya yang ketat kepada ceksekutif dan perlu diimbangi pula adanya kontrol masyarakat atas perilaku politiknya, Dengan kedudukan yang sejajar bahwa DPRD merupakan mitra bagi pemerintah daerah, maka fungsi kontrol dapat dilaksanakan secara efektif. Pemilu tahun 1999 yang menghasilkan DPRD yang representatif telah mewakili politik rakyat daerah, sehingga memiliki kewenangan politik yang sangat otonom, Dalam Konteks otonomi daerah, kekuasaan politik yang dimiliki DPRD tersebut didukung oleh kedudukan dan fungsi legislatif yang terpisah dari eksekutif, DPRD sebagai badan legislatif daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah (pasal 16 ayat 2 UU no, 22/99), Kewenangan dalam politik yang demikian independen di daerah, nampaknya tidak memungkinkan lagi terbukanya peluang intervensi kepentingan pusat atau propinsi dalam proses maupun keputusan politik di daerah, termasuk dalam proses 2. pemilihan kepala daerah (Gubernur/ Walikota/Bupati). Dengan demikian, dengan melalui pendelegasian kewenangan politik ini sebagai upaya membangun paradigma baru VII. PRAKTEK AKUNTANS] KEUANGAN DAERAH DALAM PRESPEKTIF PARADIGMA BARU PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK. . PENDAHULUAN Dokumen Akumtansi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke dalam jurnal dan buku pembantu, Karena akuntansi hanya meneatat objek yang timbul akibat tran ksi yang sah maka tidak ada transaksi tanpa bukti transaksi. Adanya bukti transasksi inilah yang, memicu pencatatan akuntansi. Setiap transaksi merupakan sumber utama untuk peneatatan ke dalam jumal dan buku pembantu, Setiap transaksi harus disertai dengan dokumen atau bukti transaksi yang sah. Dokumen transaksi terditi atas: 5 Bukti Penerimaan Kas Bukti Penerimaan Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya penerimaan kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jumal penerimnaan kas. Bukti penerimaan kas dapat berupa: a. Surat Tanda Setoran b. Tanda Bukti Penerimaan cc. Rekap Penerimaan Hariian d, st sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah 2. Bukti Pengeluaran Kas Bukti Pengeluaran Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya pengeluaran kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jumal pengeluaran kas. Bukti pengeluaran kas dapat berupa: a, Surat Permintaan Pembayaran (SPP) b, Surat Perintah Membayar (SPM) c. Surat Pertanggungjawaban (SP) d. Tanda Bukti Pengeluaran fe, Dst sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah, 3. Bukti Memorial Bukti Memorial merupakan bukti pencatatan pada Jurnal Umum Akuntansi Sektor Publik 50 diberlakukan UU no. 22/99, kewenangan mulai ada pada daerah. Banyak kebijakan bisa diputuskan dengan cepat dan memungkinkan pelayanan berjalan dengan lebih baik, jika dimilikinya kewenangan mengatur oleh daerah khususnya kabupaten/kotamadya, Sedangkan upaya untuk mengaktualisasikan kewenangan mengurus, tentu akan terkait langsung dengan urusan yang benar-benar dibutubkan oleh daerah dan tidak termasuk ke dalam urusan propinsi atau pusat berdasarkan PP. Sehingga diharapkan dengan paradigma baru bahwa w n dacrah merupakan uatu yang harus lahir dari bawah, maka daerah akan menata ulang kelembagaan maupun SDMnya segera setelah PP tersebut ditetapkan, Seperti Badan/Dinas/Bagian yang ada saat ini akan disesuaikan dengan urusan yang. wajib dilaksanakan berdasarkan UU No, 22/99 (pasal 11) maupun urusan yang harus dilakukan sesuai dengan tuntutan nyata daerah, Dengan demikian, akan lebih bijaksana apabila makna otonomi luas dapat diartikan sebagai kebet aan yang bertanggung jawab untuk memilih dan menentukan urusan sesuai kebutuhan daerah dan dalam batas-batas kemampuan anggaran yang tersedia untuk membiayainya, Selanjutnya, otonomi yang luas tidak diartikan bebas semaunya dan dengan begitu maka daerah akan selalu memper mbangkan bukan hanya soal banyak atau sedikitnya urusan yang ditangani, tetapi lebih kepada manfuat (benefit) yang diperoleh bagi masyarakat daerah tersebut, Diharapkan dari sini akan lahir dan terbangun akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, Kesiapan Daerah untuk Otonomi Kesiapan daerah untuk melaksanakan otonomi di samping karena memadainya kewenangan otonom yang ddimiliki, juga harus didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh lembaga yang terdesentralisasi adalah lebih balk daripada yang tersentralisasi. Pada akhirnya, untuk melaksanakan otonomi, perlu ada sikap konsistensi dari substansi peraturan pemerintah yang mengatur pelaksanaan lebih lanjut UU No. 22/99 dan UU No.25/99. Di pihak lain, segi materi (keuangan) memang sangat penting, tetapi bukan segalanya dalam mengatur pemerintahan. Karena yang lebih penting lagi adalah diberikannya kebebasan kewenangan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi pemerintshannya yang sebenarnya sudah menjadi hhak atau milk daerah sejak lama. Yang terpenting lagi, masyarakat daerah harus mampu bersikap kritis dan. berani menyatakan hal yang benar bila para politikus (OPRD) dan birokrat menyimpang dari rel yang benar. Karena tanpa dukungan Akuntansi Sektor Publik 49 otonomi, diharapkan masalah calon an atau pendamping dari pusat yang selama ini selalu menyertai dalam pem an Kepala daerah hanya inggall ce 3. Adanya kewajiban bagi Gubernuz, Walikota dan Bupati untuk menyampaikan perlanggungjawaban pada setiap akhir tahun anggaran akan memperkuat posisi politik DPRD dalam melaksanakan fungsi kontrolnya. Sehingga, pihak eksckutif akan bekerja keras untuk tidak melakukan kesalahan sekeeil apapun dalam melaksanakan tugasnya. 4, Dalam rangka menuju bangsa yang demokratis seperti yang tersirat dalam UU no. 22/99 ini, kadangkala sering muncul berbagai kasus yang terkesan keluar dati_nilai-nilai demokrasi yang universal seperti isu politik uang atau sejenisnya di daerah. Mudah- mudahan itu hanya merupakan dampak dari keterkejutan sesaat atas terjadinya perubahan yang drastis dan global dalam sistem politik, Pada saatnya akuntabilitas publik dari para aktor politik maupun para birokrat akan menjadi syarat utama yang dituntut masyarakat, Ketiga Pendelegasian kewenangan urusan daerah, Dalam konteks UU No, 22/99 pada prinsipnya bukan merupakan sesuatu yang didelegasikan dari atas seperti pada pemerintahan orde lalu, melainkan lebih seb: juntutan dari bawah sesuai dengan kebutuhan masyarakat daerah, Yang menjadi pertanyaan, apakah benar akan demikian kenyataannya pada saat nanti? Hal ini perlu dibuktikan dan sangat tergantung pada substansi peraturan pemerintah yang mengatur kewenangan pemerintah dan propinsi yang rencananya akan dikeluarkan pada bulan (Juli 2000), Seperti yang telah kita ketahui, berdasarkan rancangan PP yang sedang disosialisasikan ke daerah, yang pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari pasal 7 dan 9 UU No,22/99 di dalamnya mengatur 26 bidang kewenangan pusat dan propins! yang mencakup 426 urusan yang masih menjadi kewenangan pusat dari 203 urusan yang menjadi kewenangan propinsi. Oleh karena itu, diharapkan urusan-urusan yang dalam PP ;ncang masih menjadi kewenangan pusat atau propinsi tersebut diharapkan tidak menyimpang (meskipun) melalui berbagai cara apapun) dari maksud otonomi {uas d 1U no. 22/99 ini. Sedangkan di luar kewenangan ppusat sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 maupun kewenangan propinsi sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 ayat 1 adalah merupalan kewenangan kab/kota sebagai daerah otonom untuk mengatur (legislasi) dan kewenangan untuk mengurusi (eksekusi). Sebagai upaya mengaktualisasikan mengatur (fungsi legislaif), hnususnya dalam menyusun, menetapkan dan mensahkan peraturan daerah sejak i Sektor Publik 33 B. CATATAN AKUNTANSI Catat akuntansi merupakan bagian dari siklus akuntansi keuangan daerah, Catatan akuntansi tersebut digunakan untuk mencatat segala macam transaksi yang terjadi di double entry lingkungan Pemerintah Daerah, Pencatatan dilakukan dengan siste berdasarkan basis Kas Modifikasian, Sistem double entry menggantikan sistem single entry. Sistem singe entry ditinggalkan karena 1. Single eniry tidak dapat memberikan informasi yang komprehensif 2. Tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya 3. Single entry telah ditinggalkan oleh banyak negar-negara maju. Sistem double entry merupakan sistem pembukuan berpasangan, dimana dalam setiap pencatatan transaksi maka kita akan meneatat dua hal yang terpengaruh dengan adanya transaksi tersebut, Pencatatan ini dikenal dengan sistem debit-kre Sistem double entry digunakan sebab memiliki keuntungan 1, Sistem double entry dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah diaudit dan penelusuran antara bukti transaksi, catatan, dan keberadaan kekayaan, utang, dan ekuitas organisasi 2, Pengukuran kinerja dapat dilakukan secara lebih komprehensit. Sedangkan basis kas modifikasian berarti pencatatan hanya dilakukan hanya terhadap transaksi yang melibatkan kas, sedangkan transaksl yang tidak ada penerimaan atau pengeluaran kas dicatat diakhir periode dalam jurnal penyesuaian. Dengan basis kas modifikasian, pencatatan anggaran menggunakan basis kas, sedangkan untuk menghasilkan laporan neraca di akhir periode akuntansi digunakan basis akrual Akuntansi Sektor Publik 55 Buku Jurnal Penerimaan Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan mengolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya penerimaan kas. Contohnya adalah penerimaan kas dari pinjaman, Data yang di fat dan digolongkan dalam buku jurnal adalah, 1, Tanggal tansaksi atau kejadian keuangan, dicatat secara urut tanggal (kronologi Jurnal Kas yang diterima, dalam bentuk ang, bukan barang, ‘Obyek Penerimaan kas, yaitu obyek yang meny ‘babkan terjadinya penerimaan kas Jurnal Standar Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan penerimaan kas umumnya berupa: 1, Penerimaan Kas dari pendapatan asti daerah 2. Penerimaan Kas dari penerimaan dana perimbangan. 3. Penerimaan Kas dari lain-lain pendapatan yang sah 4, Penerimaan Kas dari pinjaman 5. Penerimaan Kas dari tagihan piutang Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi kejadian tersebut, jurnal standar penerimaan kas adalah: Debit : Kas Kredit : Pendapatan Asti Daerah (ditulis nama obyek) Pendapatan Dana Perimbangan (ditulis nama obyek) Lain-lain Pendapatan ng Sah (ditulis nama obyek) Pembiayaan ~ Penerimaan Pinjaman (ditulis nama obyek) Pembiayaan ~ Penerimaan Piutang (ditulis nama obyek) Jurnal Pengeluaran Kas Jurnal Pengeluaran Kas memberikan makna bahwa kas dikredit dan rekening yang terdapat dalam jurnal pengeluaran kas pada tanggal terjadinya transaksi, Buku Jumal Pengeluaran Kas merupakan buku yang digunakan untuk meneatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatka terjadinya pengeluaran kas, misalnya adalah pengeluaran kas untuk belanja, Seperti halnya Jucnal Penerimaan Kas, transaksi pengeluaran kas juga terjadi berulangkal. Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah: Akuntansi Sektor Publik 54 C. ATURAN DEBIT-KREDIT Dalam si em pembukuan berpasangan dikenal aturan debit-kredit. Aturan tersebut adalah sebagai berikut: Tenis Rekening Bertambah Berkurang Aktiva D K Utang K D Modal K D Pendapatan K D Biaya D K Klasifikasi rekening diatas adalah untuk reken ig umum yang terdapat dalam neraca, Sedangkan untuk aturan debit-kredit dalam struktur APBD yang baru adalah sebagai berikut: Struktur APBD Bertambah. Berkurang Pendapatan K D Belanja Dd K Pembiayaan K D Penerimaan Derah K D Pengeluaran Daerah D K Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan utnuk melakukan pencatatan: a. Analisis transaksi b. Pencatatan dalam Jurnal ¢. Peringkasan (posting ke Buku Besar) 4. Perincian ke dalam buku pembanty ce. Laporan Keuangan Data yang terdapat dalam buku besar dan buku pembantu menjadi sumber untuk membuat Japoran keuangan. Dengan adanya pen sangat tidak n dengan sistem double eniry tersebut, maka cfisien untuk mencatat transaksi yang berulang kali, Sehingga dibuat jurnal kh Is ing, digunakan untuk meneatat trans fang terjadi berulang-ulang dengan tujuan mengurangi pekerjaan dalam membuat jurnal dan akan memudahkan pembukuan ke rekening-rekening. Catatan akuntansi terdiri dari beberapa macam jurnal, yaitu: a. Jurnal Penerimaan Kas Akuntansi Sektor Publik 56 1) Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan 2) Jumlah Kas yang Diterima 3) Obyek Pengeluaran Kas Jurnal Standar ‘Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan pengeluaran kas antara lain 1, Pengeluaran Kas untuk belanja adminstrasi umum 2. Pengeluaran Kas untuk belanja operasi 3. Pengeluaran Kas untuk belanja modal aparatur 4, Pengeluaran Kas untuk belanja modal publik 5, Pengeluaran Kas untuk belanja transfer 6. Pengeluaran Kas untuk belanja tidak tersangka 7. Pengeluaran Kas untuk pembayaran hutang pokok 8. Pengeluaran Kas untuk penyertaan modal Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian tersebut, Jurnal Standar Pengeluaran Kas adalah Debit : Belanja Administrasi Umum ( ditulis nama obyek) Belanja Operasi dan Pemeliharaan ( ditulis nama obyek) Belanja Modal aparatur ( ditulis nama obyek) Belanja modal Publik ( ditulis nama obyek) Belanja Transfer ( ditulis nama obyek) Belanja Tdak Tersangka ( ditulis nama obyck) Pembiayaan — Pembayaran Hutang ( ditulis nama obyek) Pembiayaan ~ Penyertaan Modal ( ditulis nama obyek) Kredit : Kas ¢. Jurnal Umum Kedua jurnal diatas merupakan jurnal yang digunakan hanya untuk transaksi yang melibatkan Kas Daearah, Untuk transaksi yang tidak melibatkan Kas Daerah, dicatat dalam satu buku jurnal yang lain yaitu Buku Jurnal Umum. Buku Jurnal Umum merupakan buku yang igunakan untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian yang tidak mengakibatkan terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas. Misalnya adalah donasi berupa aktiva tetap, dan pembelian barang secara kredit Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah: + Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan + Kode Reker Uraian Jumlah Debit Jumlah Kredit Di dengan kebutuhan, mping itu, buku jumal umum dapat dirancang utnuk menampung data lain sesuai Sedangkan untuk penggolangan dan perincian transal A. Buku Besar figunakan 2 buku, yaitu: Transaksiyang telah dicatat dalam buku jumal kemudian akan diringkas dalam buku besar. Proses peringkasan atau pemindahan akun/ rekening ke buku besar disebut dengan posting. Buku besar pada dasarnya terditi dari sekumpulan rekening yang digunakan untuk menmpung nama rekening yang telah dicatat dan digolongkan dalam Buku Jumal, Jenis dan macam buku besar menyesuaikan dengan kelompok rekening dalam struktur APBD yang baru, yaitu: 1, Buku Besar Pendapatan Buku Besar Pendapatan memuat rekening-rekening pendapatan, Selanjutnya dirinei lagi sesuai dengan Komponen yang menyusun rekening pendapatan yaitu: a. Pendapatan Asli Daerah Termasulk dalam buku besar kelompok Pendapatan Asli daerah adalah: 1) buku besar Pajak Hotel 2) buku besar Pajak Restoran 3) buku besar Retribusi Pelayanan Kesahatan 4) buku besar Pelayanan Parkir b, Dana Perimbangan 1) buku besar bagi Hasil Pajak 2) buku besar Bagi Hasil Bukan Pajak c. Lain-lain Pendapatan yang Sah Akuntansi Sektor Publik 58 a, buku besar Bantuan Dana Kontinjer b. buku besar Dana Darurat 2. Buku Besar Belanja Buku besar ini mencakup rekening-rekening belanja daerah, yaitu: Buku Besar Belanja Administrasi Umum, contoh Gaji dan Tunjangan b, Buku Besar Belanja Operasi dan Pemeliharaan, contoh Honorarium/ Upah ¢. Buku Besar Belanja Modal/Pembanguna ontohnya Belanja Modal Gedung, Belanja Modal Kendaraan 4d, Buku Besar Belanja Bagi Hasil dan Bantuan ¢. Buku Besar Belanja Tidak Tersangka 3. Buku Besar Pembiayaan Buku besar pembiayaan memuat ringkasan rekening-rekening pembiayaan yang dilakukan oleh daerah, baik pembiayaan dari peneris an maupun pengeluaran daerah, Jenisnya antara lain: Buku Besar Pembiayaan-Penerimaan Piutang dan Buku Besar Pembiayaan-Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo 4, Buku Besar Aktiva Retribusi b, Buku Besar Investasi Jangka Panjang, terdiri atas BB Invesatasi di m Saham ¢. Buku Besar Aktiva Tetap, terdiri atas: BB Tanah, BB Jalan dan Jembatan d, Buku Besar Dana Cadangan e. Buku Besar Aktiva Lain-tait 5, Buku Besar Utang Jenis dan Kla kasi buku besar utang sesuai dengan jenis utang dan kondisi daerah masing-masing, Contohnya adalah Buku Besar Utang Lancar (BB Utang Belanja, BB Utang Pajak) dan Buku Besar Utang Jangka Panjang (BB Utang Dalam Negeri) 6, Buku Besar Ekuitas Oana Akuntansi Sektor Publik 59 Jenis dan klasifiasi buku besar tersebut disesuaikan dengan daerah masing- masing, misalny a, buku besar Ekuitas dana Umum. b. buku besar Dana Donasi Berikut adalah Langkah-langkah yang harus dilakukan sewaktu pemindahbukuan jurnal (posting) dari buku jural ke buku besar. 1, Masukkan tanggal setiap transaksi pada kolom tanggal Masukkan jumlah setiap transaksi pada kolom yang sesuai, debit atau kredit dan masukkan saldo baru pada kolom saldo, secar kumulatif 3. Kolom Ref pada Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran serta jurnal umum diberikan tanda (V) atau check sebagai tanda bahwa transaksi atau jurnal tersebut telah diposting ke buku besar. % Buku Besar Pembantu Rekening -rekening yang terdapat dalam buku besar dapat dibedakan atas rekening yang tidak membutubkan perineian dan rekening yang membutuhkan at dalam, perincian, Untuk rekening yang memerlukan perincian lebih lanjut dan dica buku pembantu, Buku besar pembantu merupakan catatan akuntansi yang fungsinya memberikan informasi rinci dari suatu rekening yang diringkas dalam Buku Besar. Sumber pencatatan ke buku buku pembantu adalah dokumen atau bukti transak: Contoh rekening-rekening dalam buku besar yang memerlukan Buku Besar Pembantu hh: Piutang, persediaan, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap, dan Hutang. 8 Contoh Pencatatan Akuantansi Keuangan Daerah Akuntansi Sektor Publik Berikut ini adalah neraca awal (neraca Saldo) dan APBD suatu Kabupaten: PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X NERACA 1 Januari Tahun 20x4 URAIAN DE KREDIT AKTIVA LANCAR Kas 1.250,000,04 Piutang Pajak 125.0000 Piutang Retribusi 75.00.04 Piutang Lain-Lain Persediaan Bahan Habis Pakai/Material Persediaan Obat-Obatan Belanja Dibayar Dimuka INVESTASI JANGKA PANJANG. Investast Jangka Panjang AKTIVA TETAP, Tanah Jalan dan Jembatan Bangunan Air Gedung Mesin dan Peralatan Kendaraan Meubelair dan Perl Buku Perpustakaan HUTANG JANGKA PENDEK Bagian Lanear Utang Jangka Panjang. Utang Perhitungan Pihak Ketiga UTANG JANGKA PA! Utang Dalam Ne; EKUITAS DANA, Ekuitas Dana Umum 35,000.04 100,000.04 110.500,04 500,000, 4,250,000,04 1.975.000, 800.500,04 3.750.000,04 550,000.04 2.600.000,04 975,004 490,500.01 200,000,001 750.000,00) 2.800,000,00) 13.836.500,00 Tanta TRO 17,586.500,00 Akuntansi Sektor Publik emerita Kabupaten’Roia ANGGARAN PENDAPATAN DAN #1 ELANJA DAERAH. oo ots Open ear ets Pa et ist ean Kren Tans Koonge rah Ones es as ik Te la Tk Teen sa ol Akuntansi Sektor Publik 62 Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang terjadi di PemKab X selama tahun 2004: 1 Diterbitkan SKPD atas Pajak Hotel sebesar Rp 1,600.000,00, tetapi baru diterima sebesar Rp 1.475,000,00 dengan rincian sebagai berikut: ‘Nama Hotel SKPD Realisasi Hotel Bintang Lima 1.000.000 900.000 Hotel Bintang Tiga 500.000 475,000 Hotel Melati 100.000, 100.000 Jumiah 1.600.000 1.475.000 2._Retribusi Pasar yang diterima sebesar Rp 825,500,00 dengan rincian sebagai berikut: Nama Pasar Penerimaan Retr Pasar A (400.000 Pasar B 200.000 Pasar C 5.500 3. DAU ng diteri realisasinya sebesar Rp __850.000,00 0, 4. Bagi Hasil Pajak yang direalisasikan sebesar Rp 440,000,00 yang terdiri atas PBB sebesar Rp 200.000,-, PPh ps! 21 sebesar Rp 150.000,- dan BPHTB sebesar Rp 90.000, 5. Laba BUMD yang diterima sebesar Rp 300,000,-_terdiri atas PDAM sebesar Rp 200,000,- dan BPD sebesar Rp 100,000,-. 6. Membayar biaya perjalanin dinas bupati sebesar Rp 280.500,-. Dari dana tersebut telah dipertanggungjawabkan sebesar Rp 270.500,-. 7. Bagi Hasil pajak Propinsi yang diterima adalah Rp.700.000,- 8. Belanja Pegawai (BAU) Aparatur Daerah Rp 445.500,- dan Pelayanan Publik Rp 260,000,- incian dari jumah di atas yatu sebagai berikut: a. Membayar Gaji dan Tunjangan Pegawai Setda sejumlah, Rp 445.500. dengan rincian sebagai berikut: Gaji Pokok Rp 300,000 ‘Tunjangan Jabatan Rp 100,000 Tunjangan Fungsional Rp 45.500 b Membayar Gaji dan Tunjangan Pegawai untuk Kampaye Anti Narkoba sejumlah Rp 260.000,- dengan rincian sebagai berikut: Uang representasi Rp 100,000 ‘Tunjangan Kon Rp 100.000 ‘Tunjangan Panitia Rp 60.000 9. Membeli BHP kantor Setda sebesar Rp 200.000,- dari kontrak sebesar Rp 295.000,-. 10, Belanja Pemeliharaan gedung kantor Setda sebesar Rp 125.000,- dengan perineian sebagai berikut: Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat kerja Rp 75.000,- Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat tinggal Rp 50.000,- 11, Membayar Belanja Modal untuk kendaraan roda empat sebagai berikut: 63 A. Bagian Aparatur Daerah (Bidang/sektor | Kontrak ‘Anggaran | SPJ/Dibayarkan [Pertanian | 200,000 200,000 185,000 ‘ndustri& Perdag | 180,000 75.000 162.000 _Pekerjaan Umum_| 120,000 125,000. 120.000 Jumlah 500.000 500.000 467.000 B. Bagian Pelayanan Publik | Bidang/sektor | Kontrak | Anggaran | SPJ/Dibayarkan Pariwisata 99.000 100.000 80.000 Kesehatan 250.000 [250.000 247.500 Tata Ruang 145,000. 150,000 145,000 Jumlah 494.500 500.000 472.500. 12, Membayar Biaya Operasional dan Pemeliharaan (BOP) yang terial dl Setda sebagai berikut; a. Honorarium/upah Rp 200.000,- b. Biaya Cetak/Penggandaan Rp 149.000.- ¢. Biaya Perjalanan Dinas dalam Kota Rp 120.500,- . alat-alat angkutan Rp 174,500,- 13, Membayar biaya bahan habis pakai untuk pelayanan publik sebesar Rp 100.000,- dari nilai kontrak sebesar Rp 125.000,- 14, Biaya perjalanan dinas luar kota untuk pelayanan publik sebesar Rp 155.000,- 15, Belanja Operasional dan Pemeliharaan (BOP) untuk pelayanan publik adalah sebagai berikut: a, Gaji dan Tunjangan Rp 199,000,- b. Biaya makan dan minum Rp 150,000,- c. Biaya Perjalanan dinas Rp 125.000,- 4d, Biaya Pemeliharaan Instalasi_ Rp 74,000,- 16, Biaya bantuan korban banjir dan kebakaran Rp 200,000,- 17, Diterima dari Pemerintah Pusat Rp 250.000, dari 1HH yang tidak dianggarkan, 18, Bayar Utang jangka panjang yang telah jatuh tempo sebesar Rp 200.000,- 19, Pinjaman diperoleh dari BPD sebesar Rp 150,000,- 20. Menerima Dana dari Penjualan Obligasi PemKab X Rp 124.500,- 21, Dibayarkan biaya sosialisasi akuntansi keuangan daerah untuk pelaksanaan Kepmendagri No. 29/2002 (tidak dianggarkan) sebesar Rp 50.000,- Diminta ikan bahwa Anda bekerja di bagian Sub, Bag Pembukuan. Bagaimanakah peneatatan di atas dengan menggunakan sistem double entry dengan sistem tatan kas modifikasian dengan mengerjakan tahapan pekerjaan sebagai berikut a, Analisislah transaksi di atas dan bukukanlah ke dalam buku Jurnal Penerimaan Kas, Jumal Pengeluaran Kas, dan Jumal Umum, b. Postinglah ke Buku Besar sesuai dengan akunnya masing-masing. ©. Buatlah Neraca Saldo, 4, Buatlah Laporan Keuangan Daerah yang terdiri dari: 1. Laporan Perhitungan APBD poran Aliran Kas. Neraca Daerah, 2: 3. Akuntansi Sektor Publik 4 Data Tambahan Untuk Jurnal Penyesuaian 1. Persediaan Obat-obatan yang terpakai sebesar Rp S0.500,- (BOP PP), 2. Persediaan Bahan Habis Pakai yang tersisa Rp 25.000 (BAU AD). Informasi Untuk Penutupan Buku Akhir Tahun Anggaran 1, Penutupan saldo seluruh rekening Pendapatan dan saldo seluruh rekening Belanja (Kecuali Belanja Modal) ke rekening Surplus/Defisit Penutupan rekening Surplus/Defisit ke rekening Ekuitas Dana Umum 3. Penutupan elemen Pembiayaan yang digunakan untuk mengalokasikan surplus atau menutup defisit dalam Perhitungan APBD ke rekening Ekuitas Dana Umum (Kecuali elemen Pembiayaan berupa Tranfer dari Dana Cadangan dan Transfer ke Dana Cadangan ditutup ke rekening Ekuitas Dana Dicadangkan). aarkan Soal tersebut, maka pencatatan transaksi adalah sbb: JURNAL PENERIMAAN KAS (Dalam Jutaan Rupiah ) 2 | UXXXXXX.1.2.08 | Pendapatan Retibusi Pelayanan Pasar | Vv | 825,500.00 3 | AXX.XXxx.2.2.01 | Pendapatan Dana Alokasi Unum v 850,000.00, 4 | LXX.XXXX.2.1.01 | Pendapatan Bagi HasilPajak V | 440,000.09 S| LXX.XXXX.1,3.01 | Bagian Labs Perusla v 300,000,00 7 | AXX.XXXX. 2.4.01 | Bagi Hasil Pajak Propinsi v 700,000.00 jagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya 17 | LXX.XxXX. 2.1.02 | Alam v 250,000,00) 19 | 3.XX.XXXX.13 | Pembiayaan - Penerimaan Pinjaman Vv 150,000,00 124.500, 20 | 3XX.XXXX.L3 | Pembiayaan Penerimaan Pinjaman Vv 00) Tanggal Kode.Rek Uraian Ref | Jumlah Akumulasi (Rp) (Rp) Transaks i 1 L.XX.XXXX.1.1.01 | Pendapatan Pajak Hotel Vv 1.475.000,00 —_1.475,000,00 2.300.500,00 3.150,500,00 3,590,500,00 3,890,500,00 4,590,500,00 4840,500,00 4,990.500,00 5.115.000, 00 Akuntansi Sektor Publik 68 PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X JURNAL PENGELUARAN KAS (Dalam jutaan ) Tanggal Kode.Rek Uraian Ref | Jumlah | Akumulasi | (Rp) (Rp) Transaks ‘ 280,500, 6 | 2XXXXXX.1301 1) Biaya Perjalanan Dinas v 280.500,00, 445.500, 8 | 2XXXNXXI103, 1} Gaji dan Tunjangan Pegawai v 726,000.00 260,000, 2XXXXXXLL08 2) Gyjidan Tunjangan Pegawai v 4 986,000.00 200.0004 9 | 2XXXXXX1201, 1) Biaya Bahan Habis Pakai Kantor v 1.186,000,00 125.000.4 10 | 2XXXXXX14.01 1) Biaya Pemeliharain Bangunin Gedung | V 4 1.311.000,00 467.0004 11 | 2XXXXXX3901 1) Belanja Modal Kendarian Roda 4 v 1.778.000,00 472.500, 2XXXXXX3901 2) Belanja Modal Kendarasn Roda 4 v 2.250.500,00 200,000, 12 | 2XX.XXXX.21.01 1) Honorarium/Upah v 2.450.500,00 149,000, 2XXXXXX2203 — 1) Biaya Cetak din Pengyandaan v 2.599,500,00 120.500, 2XX.XXXX.2301 1) Biaya Perjalanan Dinas v 2.720.000,00 174.500 2XXXXAX24.02 1) Biaya Pemeliboruan Alat-Alat Angkutan |W 2.894.500,00 100,000, 13 | 2XXXXXX1.2.01 2) Biaya Bahan Habis Pakai Kantor y 2,994.500,00 155,000, 14 | 2XX.XXXX.1.3.01 2) Biaya Perjalanan Dinas v 3.149,500,00 199,000, 15 | 2XXXXXX.1.1.03 2) Gaji dan Tunjangan Peynwai Daerah v 3.348,500,00 150,000, 2XXXXXXL208 2) Biya Makanan dan Minuman Kantor | 3.498.500,00 125.000, 2XXAXXX.1L0L 2) Biaya Perjalanan Dinas v 3.623.500,00 2XXXXXX1403 2) Biaya Pemeliharaan Insta | 74,000.04 3.657.500,00 Akuntansi Sektor Publik 16 | 2.XX.XXXXS.1 2) Belanja Tidak Tersangka Pembiayaan - Pembayaran Utang Pokok 2) Belanja Tidak Tersangka 66 200,000,0 v 3.897.500,00 200.0004 v ) 4.097,500,00 V | 50,000,09 4.147.500,00 PEMERINTAH KABUPATENIKOTAX JURNAL UMUM Tanggal Kode Rekening Uraian Re Debet (Ayau Payal) ft «Rp) T a 3 a 3 Penyeswaian APBD 1 | 4AXX.XXXxX.1.04 LXX.XXXX.1.1,01 2 | 4.XX.XXXX.1.10 2XX.XXXXAOL 1 3 | 2XX.XXXXA2OL 1 S.XX.XXXX.1.2 XX.XXXX.3.6.01 1 2.XX.XXXX.3.6.01 S.XX.XXXX.1.2 2.XX.XXXX.1.2.01 S.XX.XXXX.1.2 6 | 2XX.XXXX.2.2.01 7 J 2XX.XXXXL201 1 Piutang Pajak Pendapatan Pajak Hotel Belanja Dibayar Dimuka Biaya Perjalanan Dinas Biaya Bahan Habis Pakai Kantor Utang Kepada Pihak Ketiga nRoda4 Belanja Modal Ken Belanja Modal Kenda Utang Kepada Pihak Keti Biaya Bahan Habis Pakai Kantor Utang Kepada Pihak Ketiga 4 Biaya Bahan/Material Persediaan Obat-Obatan Biaya Bahan Habis Pakai Kantor Persediaan Bahan Habis Pakai Vv | 125.000,00 v 125.000,00 Vv | 10.000,00 v 10,000.00 Vv] 95.000,00 95.000,00 V | 33.000.00 V | 22,000.00 Vv 55,000,00 Vv | 25.000,00 Vv 25,000,00 Vv | s0.500,00 Vv | 75,000.00 v 75.000,00 Akuntansi Sektor Publik B.XX.XXXX.24 6.XX.XXXX.1 Penyesuaian Neraca 4.XX.XXXX.3.9 2.XX.XXXX3.9.01 S.XX.XXXX.11 3.XX.XXXX.2.3 3.XX.XXXX.13 S.XX.XXXX.2.1 Pembiayaan Sisa Lebih Perhit Th Berjalan Ekuitas Dana Umum Kendaraan Belanja Modal Kendaraan Roda 4 Hutang Pembiyaan-Pembayaran Hutang Pokok Pembiyaan-Penerimaan Pinjaman Hutang Jk Panjang-Dalam Negeri Vv Vv 802.500,00 994,500,00 200,000,00 274,500,00 67 802.500,00 994,500,00 200,000,00 274.500,00 Turnal Penutup LXX.XXXX.1.1.01 LXX.XXXX.1.2.08 LXX.XXXX.2.2.01 LXX.XXXX.2.1,01 LXX.XXXX.1.3.01 LXX.XXXX, 2.4.01 LXX.XXXX. 2.1.02 XX.XXXX.1.1.03. 2.XX.XXXX.1.3.01 2.XX.XXXX.1.2.01, 2.XX.XXXX.1.4.01 2.XX.XXXX.2.4.02 2.XX.XXXX.1.1.03, 2.XX.XXXX.L 2.XX.XXXX.5.1 6.XX.XXXX.1 6.XX.XXXX.1 3.XX.XXXX.2.4 1,600.000,0 Pendapatan Pajak Hotel Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar Pendapatan Dana Alokasi Umum. Pendapatan Bagi Hasil Pajak Bagian Laba Perusda Bagi Hasil Pajak Propinsi Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA aji dan Tunjangan Pegawai Biaya Perjalanan Dinas Biaya Bahan Habis Pakai Kantor Biaya Pem. Bangunan Gedung Honorarium/Upah Biaya Cetak dan Penggandaan Biaya Pem. Alat-Alat Angkutan Gaji dan Tunjangan Pegawai Biaya Bahan Habis Pakai Kantor Biaya Perjalanan Dinas Biaya Makanan dan Minuman Kantor Biaya Pemeliharaan Instalasi Belanja Tidak Tersangka Ikhtisar Surplus/Defisit Ikhtisar Surplus/Defisit Ekuitas Dana Umum Ekuitas Dana Umum, Pembiayaan sisa Lebih Tahun Berjalan Jurnal di atas, maka buku besar masing-masing adalah sbb: LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTAX 0 825,500,00 850,000,00 440.000,00 300,000,00 700,000.00 250,000,00 1.773.000,0 802.500,04 443,500,00 390,500,00 370,000,00 125,000,00 200,000,00 149,000,00 174,500,00 -459,000,00 125,000,00 280,000,00 150,000,00 74,000.00) 250,000,00 1.773,000,00 1.773,000,00 802.500,00 Akuntansi ektor Publik 68 BUKU BESAR Nama : KAS Kode, Rek.: — 4.XX.XXXX, ‘Tanggal Uraian Ref | Debet | Kredit Rp Rp Transalsi SALDO AWAL TAT5.0004 7250,000,00 1 apatan Pajak Hotel 4 2.725,000,0 apalan Retribusi Pelayanan 2 825.500.0 3.550.500.0 3 auan DAU 850,000,0 4.400,500.0 4 apatan Bagi HasilPajak 4440.00.04 4.840500,0 5 9 Laba Perusda 300,000, 5.140,500,0 6 Biaya Perjalanan Dinas 280,500,0] 4.860.000,0 1 agi Hail PajakePropinsi 700,000.04 5.560,000,0 & Gaji dan Tunjangan Pegawai - | 445.500,0¢ 5.114.500,0 8 Gaji dan Tunjangan Pegawai 260.000,09 4.854.500. 9 Biaya Bahan Flabis Paka Kantor 200,000, 4.654.500. Biaya Pemeliharaan Bangunan 0 Ged. 125,000,0 4.529.500, Belanja Modal Angkt, Darat u Bermotor! 467.000,0] 4.062.500, Belanja Modal Angkt. Darat u Bermotor] 472.500,0] 3.590.000.0 2 Honorarium'Upah 200.000.0] 3.390,000,0 2 Baya Cotak dan Penggadaan 149,000,09 3.24100 12 | Biya Prsan Dis iaoswo} 3:20 seh 2 Biaya Pemeliharaan Alat Angkt 174,500,0} 2.946.000 3 Biaya Bahan Habis Paka Kantor 100,000,0) 2.846.000 4 Biaya Perjalanan Dinas 155,000,0] 2.691.000,0 Giaji dan Tunjangan Pegawai is Daerah 199,000.04 2.492.000, Biaya Makanan dan Minuman is Kantor 150,000.04 2.342.000,0 1s Biaya Perjalanan Dinas 125,000,0 2.217.000, 5 Biaya Pemeliharaan Inst 74,000,0 2.143.000, 16 Belanja Tidak Tersangka 200,000.04 1.943,000,0 7 agi Hail Bukan Pajak/SDA 250,000.04 2.193,000,0 Pemibiyaun - Pemby, Utang 8 Pokok 200,000,0 —1.993,000,0 Pembiyaan~ Penerimaan rr Pinjamian 150,000.04 2.143.000,04 Pembiyaan- Penerimaan 2» Pinjaman 124,500.04 2.267.50040 21 Helanja Tidak Tersangka 0,000.0) 2.217.500,00 LoGo PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X BUKU BESAR Akuntansi Sektor Publik 69 Nama : PIUTANG PAJAK Hal, Kode. Rek. : nggal Uraian Ref] Debet_ | Kredit Saldo Rp Rp Rp SALDO AAT. 125,000,001 1 penyesuaian 125,000.04 0,000.00 Loco PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X BUKU BESAR Nama : PIUTANG RETRIBUSI Mal... Kode. Rek,: 4.XX.XXXX.L5 nggal Uraian Ref | Debet | Kredit Saldo Rp Rp Rp ‘SALDO AWAL 75,000,001 LOGO, PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X BUKU BESAR Nama : PIUTANG LAIN-LAIN Hal Kode. Rek.: 4.XX.XXXX.1L.8 Tanggal Uraian Ref] Debet_ | Kredit Salado Rp Rp Rp SALDO AWAL 33.000,00) TOGO PEMERINTAH KABUPATENIKOTA X BUKU BESAR Nama DIAAN BAHAN HABIS PAKAI KANTOR Hal, Kode. Rek. 4.XX.XXXX.19 Akuntansi Sektor Publik 70 Tanggal Uraian Ref] Debet_| Kredit Saldo Rp Rp Rp Baldo aval TOO. 000.0 7 Penyesuaian 75.0000) 25,000.00 TOGo PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X BUKU BESAR PERSEDIAAN OBA’ Nama : OBATAN Hal... Kode. Rek.: 4.XX.XXXX.1.9.1 Tanggal Uraian Ref] Debet_] Kredit Saldo Rp Rp Rp Salo val TH0.S0070 7 Penyesuaian 50,500, — 60.000,0 LOGO PEMERINTAH KABU! BUKU BESAR BELANJA DIBAYAR Nama : DIMUKA Kode.Rek.: 4.XX.XXX: 10 Tanggal Uraian Ref] Debet Kredit Saldo Rp Rp Rp Penge Nowa | T0000 T0000.) LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X BUKU BESAR INV SIJANGKA Nama : PANJANG Hal. Akuntansi Sektor Publik a BUKU BESAR JALAN DAN Nama : JEMBATAN Kode. Rek.: 4.XX.XXXX.3.2 ange: ‘alan Debet | Kredit Saldo Rp Rp Rp ‘SALDO AWAL 500,000,001 LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X BUKU BESAR Nama : TANAH Hal. Kode. Rek.: 4.XX.XXXX3.1 Tanggal Uraian Ref] Debet | Kredit Saldo Rp SALDOAWAL Loco PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X Hal. Tanggal Uraian Ref] Debet | Kredit ‘Saldo Rp Rp Rp ‘SALDO AWAL 11975.000,001 LoGo : BUKU BESAR Nama : BANGUNAN AIR Habs Kode. Rek.: 4.XX.XXXX3.3 Tanggal Uraian Ref] Debet | Kredit Saldo Rp Ri Rp

You might also like