Professional Documents
Culture Documents
LJ 202001221579653669948
LJ 202001221579653669948
Abstract
This study aims :1) to examine the effect of strategic alliances and government
policies on the achievement of competitive advantage of micro, small and medium
creative enterprises, 2) to assess the role of government policies in moderating
the relationship between strategic alliances and competitive advantage. This
study was conducted in 130 micro, small and medium craft enterprises in Malang
Raya. Using SEM-PLS in WarpPLS 6.0, this study finds that strategic alliances
have significant effects on competitive advantage. Government policy does not
moderates the relationship between strategic alliances and competitive
advantage, but at the same time it serves as the driver of strategic alliances and
the predictor of competitive advantage. Government policies have the highest
loading factor, followed by strategic alliances. Thus, micro, small and medium
enterprises in creative economy must focus on optimizing strategic alliances to
greatly improve their competitive advantage. In addition, the government can
driven strategic alliances while providing facilitation, support, and policies that
encourage improvements in competitive advantage.
205
206
banyak faktor yang bisa menghambat sifat dan dinamika persaingan (Denisi et al.,
pertumbuhannya, yang berhubungan dengan 1998).
1) rendahnya profesionalitas, baik dari segi Secara konseptual, pendekatan yang
keterampilan, skill, pengetahuan, sikap dan populer dalam memahami dinamika
perilaku, serta terbatasnya akses bekerjasama persaingan dan cara terbaik mencapai
dan mengembangkan jaringan baik lokal, keunggulan bersaing dari perspektif yang
nasional, dan global; 2) Jumlah usaha kreatif berbeda adalah Industrial Organizational-I/O
di Indonesia lebih rendah jika dibandingkan Theory dan Resources-Based View (RBV).
dengan negara yang industri kreatifnya telah I/O Theory memandang keunggulan bersaing
berkembang; 3) Kesadaran pasar akan diperoleh dengan mempertahankan dan
produk dan karya kreatif di Indonesia masih memposisikan diri dalam posisi yang
relatif rendah meskipun keunikan dan menarik dan terus menerus menjaga diri dari
kreativitas karya dan produk kreatif diakui pesaing saat ini dan pesaing potensial dengan
oleh pasar global (Kemenparekraf, 2014). membangun dan memanipulasi hambatan
Hasil kajian BPS (2015) juga menunjukkan masuk dan mobilitas. (Porter, 1980; Caves
bahwa sektor usaha ekonomi kreatif, dan Ghemawat, 1992). Sementara itu
menghadapi permasalahan yang tidak jauh Resources-Based View (RBV) memberikan
berbeda dengan UMKM lainnya yaitu: 1) penjelasan bahwa perusahaan memiliki
pemasaran; 2) riset dan pengembangan; 3) keunggulan bersaing ketika tidak secara
infrastruktur; 4) regulasi dan HaKI; 5) akses bersamaan menerapkan sebuah strategi
keuangan dan 6) kelembagaan. penciptaan nilai dengan yang diterapkan oleh
Mengacu pada potensi dan hambatan pesaing saat ini atau pesaing potensial.
dalam pengembangan ekonomi kreatif, untuk Empat atribut utama-valuable, rare, non-
menjadikan ekonomi kreatif sebagai salah imitable, sumberdaya dan kemampuan
satu mesin pertumbuhan ekonomi di spesifik perusahaan merupakan sumberdaya
Indonesia, ada tujuh tantangan utama yang ekonomi perusahaan (Barney, 1991)
dihadapi yaitu, 1) penyediaan sumberdaya Bharadwaj et al. (1993) juga mengemukakan
kreatif yang berdaya saing, profesional, dan perusahaan yang mempunyai keunggulan
merata; 2) penyediaan sumberdaya bersaing mempunyai aset, nilai dan
pendukung yang bermutu, beragam, dan kecakapan unik sebagai sumber keunggulan
berdaya saing; 3) penguatan struktur industri bersaing. Keakuratan dan ketepatan
yang kompetitif, berkembang, dan beragam; mengidentifikasi sumberdaya dan kapabilitas
4) penyediaan pembiayaan yang tepat dan unik sebagai kompetensi inti merupakan
sesuai, bersaing, dan merata; 5) perluasan basis keunggulan bersaing, keunggulan
pasar bagi karya kreatif di tingkatan lokal strategi dan kemampuan untuk memperoleh
maupun global; 6) penyediaan infrastruktur above-average return (Hitt et al., 2011).
teknologi yang bersaing, sesuai, dan dengan Meskipun berbeda perspektif, Bridoux
mudah dapat diakses oleh orang kreatif, dan (2004) mengenali bahwa RBV dan I/O
7) penguatan kelembagaan yang memberikan Theory saling melengkapi dan dapat
dukungan bagi pengembangan ekonomi diintegrasikan dalam kerangka kerja yang
kreatif (Bekraf, 2017). menjadi sumber dari kinerja dan strategi
Permasalahan dan tantangan khususnya perilaku bersaing untuk
pengembangan ekonomi kreatif serta era memperoleh keunggulan bersaing. Melalui
revolusi industri 4.0 dan disruptive kombinasi efektif dari penggunaan model I/O
innovation menuntut UMKM ekonomi dan model RBV, perusahaan-perusahaan
kreatif mencari sumber keunggulan bersaing secara dramatis akan dapat meningkatkan
dan terlibat dalam persaingan baru guna profitabilitas dengan mencapai daya saing
meningkatkan daya saing dan keunggulan strategis, menghasilkan laba diatas rata-rata
bersaing. Hal ini pada gilirannya, dan memperoleh keunggulan bersaing
membutuhkan pemahaman yang jelas tentang berkelanjutan (Hitt et al., 2001)
207
Sektor ekonomi kreatif berbasis pada penggunaan teknologi baru (Lei et al., 1997)
ide, kreativitas, dan inovasi sebagai alat memperoleh akses sumberdaya yang bersifat
untuk menciptakan keunikan yang menjadi komplementer dan menggabungkan sumber
ciri khasnya. Ekonomi kreatif menjadi salah keahlian (Hitt et al., 1997).
satu solusi ketika perusahaan dihadapkan Dinamika Revolusi Industri 4.0,
pada kelangkaan sumberdaya. Kreativitas mengharuskan UMKM ekonomi kreatif
menjadi modal utama untuk menghasilkan meningkatkan pengelolaan usaha dengan
produk terbaik dan inovasi berkelanjutan. melibatkan multistakeholder. Untuk
UMKM ekonomi kreatif yang ingin mencapai membuka potensi pengembangan ekonomi
keunggulan bersaing harus menggunakan kreatif secara global, dibutuhkan kemauan
kreativitasnya dan melakukan inovasi agar yang lebih besar bagi para stakeholder untuk
mampu menghasilkan produk yang berbeda berkolaborasi dan bersama-sama merancang
dengan pesaingnya. Perbedaan produk ini pendekatan baru guna mengantisipasi
harus terefleksikan oleh konsumen, artinya perkembangan teknologi dan membangun
konsumen merasakan perbedaan tersebut rasa saling percaya. UMKM ekonomi kreatif
secara nyata yang berarti bahwa keunggulan di Indonesia telah menjalin kemitraan dengan
bersaing akan bergantung pada kemampuan berbagai stakeholder untuk mengembangkan
beradaptasi dengan kebutuhan konsumen usahanya diantaranya dengan perusahaan
(Treacy dan Wiersema, 1993). swasta, instansi pemerintah, perbankan,
Fakta menunjukkan bahwa bagi BUMN/BUMD dan yayasan/LSM. Jenis
kebanyakan perusahaan terutama UMKM kemitraan yang dibangun terkait dengan
termasuk usaha ekonomi kreatif yang pemasaran, mesin dan peralatan, pengadaan
memiliki banyak keterbatasan seperti akses bahan baku, uang/barang modal dan lainya
pembiayaan, terbatasnya pemasaran, (Bekraf, 2016). Motif aliansi strategis yang
kemampuan manajemen dan teknologi yang dibangun UMKM ekonomi kreatif ini sejalan
rendah dan kelembagaan yang belum dengan pendapat Varadarajan dan
maksimal (BPS, 2015), sangatlah tidak Cunningham (1995) yang menyatakan ada
mungkin memiliki semua kemampuan, beberapa motif perusahaan melakukan aliansi
sumberdaya, dan kompetensi inti yang strategis yaitu masuk kepasar internasional
diperlukan untuk bersaing dengan sukses di baru, mengatasi hambatan memasuki pasar
arena persaingan yang kompetitif dalam baru, melindungi posisi bersaing,
jangka waktu yang panjang. Keterbatasan memperluas atau mengisi gap lini produk,
tersebut menuntut usaha ekonomi kreatif memasuki domain pasar produk baru/
untuk melakukan aliansi strategis. mendapatkan pijakan di Industri yang sedang
Aliansi menjadi semakin umum berkembang, mempertajam struktur industri,
karena globalisasi dan percepatan laju mengurangi ancaman potensial persaingan
perubahan teknologi. Perusahaan dapat masa mendatang, meningkatkan dan
membentuk dan mereformasi aliansi dengan mengatasi hambatan masuk, meningkatkan
pemangku kepentingan untuk mengakses dan efisiensi dan memperluas sumberdaya dan
mengelola sumberdaya yang berharga, memperoleh keterampilan baru.
bergerak, dan langka untuk bertahan dalam Defee (2006) menyatakan bahwa
persaingan di lingkungan yang dinamis aliansi strategis merupakan sarana UMKM
(Teece et al., 1997). Pembentukan aliansi bisa upgrade kemampuan dan mengatur cara
strategis juga dimotivasi untuk meningkatkan untuk tumbuh di masa depan. Penggunaan
skill dan teknologi (Hamel et al., 1989; berkelanjutan dari aliansi strategis akan
Palakshappa dan Gordon, 2007), penyebaran mengembangkan dan menciptakan
teknologi baru dengan cepat dan efektif, pengetahuan. Kanter (1994) menyatakan
atau untuk mempelajari sesuatu dari bahwa keberhasilan aliansi bertumpu pada
perusahaan yang lebih unggul (Dyer et al., rasa kesatuan dan kebersamaan melalui
2001) meningkatkan pembelajaran tentang proses penciptaan nilai bersama-sama, bukan
208
sekedar proses pertukaran atas sejumlah nilai pengembangan ekonomi, harus mengambil
investasi tertentu Hal ini menunjukkan langkah spesifik untuk memberikan kondisi
bahwa keberhasilan suatu aliansi yang kondusif dalam memajukan UMKM
membutuhkan kesediaan memberi dan guna menciptakan peluang munculnya
menerima dari pihak-pihak yang beraliansi berbagai sektor ekonomi dan usaha (Eniola
dan tantangannya adalah seberapa besar dan Entebang, 2015).
toleransi yang dapat diberikan kepada pihak Di negara maju, kebijakan pemerintah
luar untuk mengendalikan bisnis bersama. adalah faktor yang menentukan pertumbuhan
Beberapa peneliti menemukan bahwa UMKM (Le dan Nguyen, 2009). Karakter
selain memberikan banyak manfaat, dan rentang kebijakan pemerintah membawa
kolaborasi tidak selamanya mampu dampak pada kinerja. Namun beberapa
meningkatkan kinerja dan gagal (Park dan penelitian yang dilakukan di negara sedang
Ungson, 2001; Zineldin dan Dodourova, berkembang menunjukkan bahwa kebijakan
2006). Palakshappa dan Gordon (2007) juga pemerintah menimbulkan kesan eksploitasi
menemukan dalam penelitiannya bahwa UMKM, hubungan dan jaringan sehingga
perusahaan tidak mampu merealisasikan dapat menjadi penghalang pemanfaatan
keuntungan dari kegiatan kolaborasi karena kekuatan dan sumberdaya (Harvie et al.,
tidak mampu mendapatkan ketrampilan dan 2010; Okpara, 2011). Temuan ini sejalan
kompetensi baru dari kegiatan kolaborasi. dengan pendapat (Sathe dan Handley-
Perusahaan yang mengandalkan pada Scharchler, 2006) yang menyatakan bahwa
aliansi strategis untuk membangun peraturan pemerintah dan prosedur birokrasi
keunggulan bersaing tanpa melihat bahaya bisa menghambat sekaligus memfasilitasi
ketergantungan dalam jangka panjang kegiatan kewirausahaan bisnis baru.
terhadap partnernya akan memperlemah Pemerintah dapat membuat kebijakan yang
kemampuannya untuk mempelajari atau dapat meningkatkan dan mendukung
meraih skill baru (Lynch, 1990). Hal ini pertumbuhan teknologi baru, produk, dan
terjadi karena partner tidak memiliki solusi. Di sisi lain, pemerintah juga bisa
kesamaan persepsi yang utuh sehingga menghambat kinerja ketika memperkenalkan
timbul kesulitan dalam penggabungan kebijakan yang dapat membatasi otonomi,
operasi atau tidak mempunyai motivasi serta kebebasan berwirausaha apalagi bagi
yang sama. Aliansi strategis dalam proses usaha dengan pertumbuhan dan lingkungan
pencapaian tujuan mengalami pergeseran, yang sangat dinamis.
pasar, produk dan komitmen mereka Di Indonesia, pemerintah memainkan
mengalami perubahan. Menghadapi hal peran strategis dalam pengembangan usaha
tersebut, manajer yang merencanakan aliansi ekonomi kreatif. Prinsip Connect-
harus memiliki argumentasi yang kuat Collaborate-Commerce (3C) menjadi sarana
bahwa kontribusi positif lebih besar pemerintah untuk memetakan dan
daripada potensi masalah yang muncul. mengembangkan potensi ekonomi kreatif di
Bagi usaha ekonomi kreatif di daerah dengan melibatkan unsur pentahelix
Indonesia, untuk mencapai keunggulan (Academician, Businesses, Community,
bersaing selain membutuhkan aliansi Government, dan Media).
strategis juga perlu peran pemerintah untuk Berdasarkan latar belakang dan
pengembangan usaha. Banyak proposisi dari fenomena usaha ekonomi kreatif, penelitian
literatur yang menyatakan bahwa peran ini menjadi hal yang penting jika dikaitkan
pemerintah melalui rangkaian kebijakan dengan berbagai tantangan, permasalahan dan
ekonomi untuk mempertahankan iklim yang tuntutan agar UMKM ekonomi kreatif
kondusif membantu UMKM beroperasi merumuskan strategi bersaing secara tepat
dengan sukses dan menguntungkan untuk mencapai keunggulan bersaing antara
(Dandago dan Usman, 2011; Jasra et al., lain: 1) Bagi UMKM kreatif yang
2011). Pemerintah dalam konteks menghadapi permasalahan pemasaran; riset
209
merupakan kunci keberhasilan bersaing maka dukungan aliansi strategis antara usaha
(Ohmae, 1986) dan merupakan solusi bagi kecil, dunia bisnis, komunitas, pemerintah
perusahaan untuk mendapatkan keunggulan dan media menjadi salah satu prasyarat dalam
bersaing (Hamel et al., 1989). Teng (2007) peningkatan daya saing.
menyatakan bahwa aliansi strategis adalah Banyak proposisi dari literatur yang
pilihan logis untuk mengisi kesenjangan menyatakan bahwa peran pemerintah
sumberdaya dan membantu mencapai dibutuhkan, melalui rangkaian kebijakan
keunggulan bersaing dan menciptakan nilai. ekonomi dalam pasar dengan persaingan
Ireland et al. (2002) melihat aliansi strategis yang tajam untuk mempertahankan iklim
sebagai kendaraan utama pertumbuhan dan yang kondusif agar UMKM dapat beroperasi
menghasilkan nilai pasar perusahaan. Aliansi dengan sukses dan menguntungkan
strategis menciptakan dua jenis keunggulan (Dandago dan Usman, 2011; Jasra et al.,
bersaing yaitu menciptakan nilai melalui 2011). Kang dan Park (2012) menunjukkan
penggabungan sumberdaya dan mengelola bahwa kemitraan hulu secara signifikan
portofolio aliansi untuk mencapai terkait dengan inovasi UMKM. Dukungan
keunggulan bersaing. pemerintah melalui pendanaan proyek
Menurut Hamel et al. (1989), agar secara langsung dan tidak langsung
dapat memenangkan persaingan global, mempengaruhi inovasi perusahaan dengan
perusahaan harus melakukan kolaborasi merangsang kolaborasi R dan D internal.
dengan pesaingnya guna memperkuat posisi Dandago dan Usman (2011) menjelaskan
pasar. Perusahaan yang bekerjasama dengan bahwa kebijakan industrialisasi
pesaingnya akan memperoleh manfaat dalam menumbuhkan UKM. Upaya yang ekstensif
bentuk peningkatan keahlian dan teknologi dalam perumusan ulang kebijakan dan
serta transfer keunggulan bersaing dari implementasi strategi yang menekankan
pesaingnya. Berdasarkan uraian diatas, maka perlunya dukungan pemerintah yang
dibangun hipotesis sebagai berikut : berkelanjutan terhadap industri skala kecil
H1: Meningkatnya aliansi strategis akan diperlukan untuk mengangkat negara ke
meningkatkan keunggulan bersaing posisi terdepan. Jasra et al. (2011)
menyimpulkan bahwa dukungan pemerintah
Kebijakan pemerintah, aliansi strategis memiliki dampak positif dan signifikan
dan keunggulan bersaing terhadap kesuksesan bisnis. Pengusaha juga
Bagi UMKM ekonomi kreatif di negara belum puas dengan dukungan pemerintah
sedang berkembang sangat sulit untuk bisa sehingga pemerintah harus memainkan peran
mengembangkan usaha tanpa melibatkan penting dengan memberi mereka lingkungan
aliansi strategis dengan pihak lain. yang kondusif dan menciptakan iklim yang
Kelemahan dan kekurangan dalam aliansi baik. Kebijakan yang mengarah pada
strategis antara usaha kecil dengan pihak lain keberhasilan usaha yaitu kemudahan
dapat diminimalkan dengan keterlibatan mendapatkan izin usaha dan skema
pemerintah. Kebijakan pemerintah pendanaan dari pemerintah. Pemerintah harus
merupakan tindakan pemerintah dan niat memulai program pelatihan bebas biaya
yang menentukan tindakan tersebut (Cochran terutama bagi pengusaha kecil untuk
et al., 2005). Woll (1966) menyatakan bahwa peningkatan keterampilan pengusaha kecil.
kebijakan pemerintah merupakan aktivitas Okpara (2011) mengungkapkan bahwa
pemerintah untuk memecahkan masalah di kendala umum penghambat pertumbuhan dan
masyarakat, baik secara langsung maupun kelangsungan hidup usaha kecil adalah
melalui lembaga yang mempengaruhi kurangnya dukungan keuangan, manajemen
kehidupan masyarakat. Mengadopsi konsep yang buruk, korupsi, kurangnya pelatihan dan
pentahelix yang banyak muncul di negara pengalaman, infrastruktur yang buruk,
sedang berkembang sebagai upaya penciptaan keuntungan rendah, dan rendahnya
wirausaha dan pengembangan pengetahuan, permintaan akan produk dan layanan. Oleh
211
karena itu dengan memahami faktor-faktor ditetapkan sebagai salah satu kota kreatif dari
tersebut akan membantu pembuat kebijakan 10 kota kreatif di Indonesia; 2) Malang Raya
dan pemangku kepentingan lainnya merupakan destinasi wisata terkemuka di
merancang kebijakan dan program yang akan Jawa Timur dengan branding Shining Batu,
merangsang inovasi. Beautiful Malang dan Hearth of East Java
Kemenparekraf (2014) menyatakan ada (Kab. Malang) dan menjadi daerah
lima pilar dalam pengembangan ekonomi pendukung Bromo-Tengger-semeru yang
kreatif yaitu, 1) sumber daya kreatif berupa merupakan destinasi wisata prioritas
sumber daya alam dan budaya, 2) industri nasional. 3) Usaha ekonomi kreatif menjadi
yang terdiri dari core creative industry dan pendukung pengembangan sektor pariwisata.
backward and forward linkage creative
industry, 3) pembiayaan, 4) teknologi dan Populasi dan Sampel Penelitian
infrastruktur, dan 5) pemasaran. Pilar-pilar Populasi penelitian ini adalah
ini diperkuat oleh keterlibatan unsur dalam UMKM bidang kerajinan di Malang Raya
penta-helix melalui kelembagaan berupa sebanyak 192 unit usaha (Dinas Koperasi dan
nilai, norma, peraturan, dan hukum UMKM Kab. Malang, Disperindag Kota
perundangan yang mengatur interaksi para Malang dan Kota Batu, 2018). Alasan
aktor-aktor utama (intelektual, bisnis, pemilihan subsektor kerajinan sebagai obyek
komunitas, media dan pemerintah) dalam penelitian adalah: 1) Jumlah unit usaha
pengembangan usaha ekonomi kreatif. terbesar ketiga dibidang usaha ekonomi
Fondasi yang kokoh, pilar yang kuat dan kreatif; 2) Penyumbang tenaga kerja terbesar
kelembagaan yang harmonis menjadi kunci ketiga di bidang usaha ekonomi kreatif; 3)
dalam pengembangan ekonomi kreatif. Penyumbang terbesar ketiga nilai tambah
Dengan demikian hipotesis yang dibangun ekonomi kreatif; 4) Penyumbang terbesar
dalam penelitian ini adalah : kedua ekspor ekonomi kreatif; 5) Produk
H2.Kebijakan pemerintah akan memperkuat ekonomi kreatif yang paling banyak ketiga
pengaruh aliansi strategis terhadap yang dikonsumsi masyarakat; 6) Jumlah
keunggulan bersaing. usaha kerajinan di Kota Malang sebesar
32,5%, Kabupaten Malang sebesar 60,4%
METODE dan Kota Batu sebesar 29,4% dari total usaha
Pendekatan Penelitian yang ada di masing-masing wilayah.
Penelitian ini termasuk jenis Untuk memperoleh ukuran sampel
penelitian eksplanasi yang bertujuan yang cukup representatif dipergunakan rumus
menganalisis hubungan atau pengaruh suatu Slovin. Persentase kelonggaran ketidaktelitian
variabel terhadap variabel lainnya juga yang dipakai sebesar 5%. Jumlah sampel
merupakan penelitian eksplanatori yang yang diperoleh dari perhitungan rumus Slovin
dimaksudkan untuk menjawab permasalahan adalah 130. Teknik pengambilan sampel
yang sudah dirumuskan berdasarkan tujuan dilakukan menggunakan teknik pengambilan
yang telah ditetapkan dan melakukan proportional area random sampling.
pengujian terhadap hipotesis. Ditinjau dari Variabel, dimensi dan skala pengukuran
pendekatan analisisnya, penelitian ini dalam penelitian ini menggunakan skala
menggunakan pendekatan kuantitatif yang Likert 7 poin. Terdapat 18 dimensi yang
mendasarkan pada pengujian teori yang digunakan terdiri atas: 8 dimensi Aliansi
melibatkan variabel-variabel, yang diukur Strategis yaitu motif: Posisi pasar dan akses
dengan bilangan dan dianalisis dengan pasar; Pengembangan Produk; memasuki
prosedur-prosedur statistik. pasar/produk baru; modifikasi struktur pasar;
Penelitian ini dilakukan di wilayah akselerasi, efisiensi sumberdaya; mengurangi
Malang Raya yang meliputi Kota Malang, resiko dan mengembangkan sumberdaya;
Kabupaten Malang dan Kota Batu dengan Meningkatkan kemampuan (Varadarajan dan
beberapa alasan yaitu:: 1) Kota Malang Cunningham, 1995); 5 dimensi Kebijakan
212
masih minim karena dalam rentang usia 0,757; 0,847 dan 0,661) lebih besar dari
tersebut, mereka cenderung masih ingin korelasi antar konstruk. Untuk memastikan
menuntut ilmu. bahwa tidak ada masalah terkait pengukuran
Ditinjau dari tingkat pendidikan 56,9 maka langkah terakhir dalam evaluasi outer
persen memiliki tingkat pendidikan paling model adalah menguji unidimensionalitas
tidak diploma, 27,7 persen berpendidikan dari model dengan menggunakan Cronbach’s
SMA dan sederajat dan hanya 15,4 persen Alpha dan Composite reliability. Dikatakan
yang mempunyai tingkat pendidikan sampai reliable jika Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6
dengan SMP dan sederajat. Tingkat dan Composite reliability lebih dari 0,70
pendidikan dan pengalaman usaha menjadi sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator
cerminan kemampuan responden dalam pengukur konstruk adalah reliabel.
membuat keputusan strategis yang Selanjutnuya untuk Pengujian Model
memberikan bekal bagi pemilik atau Struktural dengan melakukan Evaluasi R2
pengelola usaha untuk menggunakan ilmu, sebagai ukuran akurasi prediksi model atau
kapasitas dan pengalamannya dalam untuk mengetahui kemampuan variabel
mengembangkan usaha. eksogen menjelaskan besarnya variabel
endogen. Chin (1998) menjelaskan kriteria
Deskripsi Variabel Penelitian batasan nilai R2 dalam tiga klasifikasi 0,67
Hasil Analisis dan Evaluasi Model diartikan substansial; 0,33 diartikan moderat
Pengujian Model Pengukuran dan 0,19 diartikan lemah.
dilakukan dengan menguji convergent
validity, discriminant validity dan composite Tabel 4. Nilai R-Square
reliability. Hasil komputasi loading factor Variabel R-Square Keterangan
menunjukkan bahwa estimasi loading factor AS 0,041 Lemah < 0,19
pada seluruh dimensi konstruk nilainya di KB 0,278 Lemah < 0,19
Keterangan: AS=Aliansi Strategis; KB=Keunggulan
atas 0,6 sehingga pengukuran konstruk Bersaing
memenuhi syarat validitas konvergen. Selain
dilihat dari nilai faktor loading, convergent Deskripsi variable dan evaluasi loading
validity juga dapat dilihat dari nilai Average factor
Variance Extracted (AVE). Persepsi pemilik/pengelola UMKM
Pada penelitian ini nilai AVE masing- ekonomi kreatif terhadap variabel penelitian
masing konstruk berada di atas 0,5. Oleh masuk dalam kategori cukup tinggi kecuali
karenanya tidak ada permasalahan kebijakan pemerintah yang dikategorikan
convergent validity pada model yang diuji. cukup rendah. Persepsi tertinggi terhadap
variabel aliansi strategis, keunggulan
Tabel 3. Nilai Average Variance Extracted bersaing dan yang terrendah dukungan
Cronbach’s Composite kebijakan pemerintah.
Variabel AVE
Alpha Reliability
Evaluasi nilai loading factor
AS 0,597 0.902 0,922
bertujuan untuk mengetahui pengukur
KP 0,718 0,899 0,926
variabel yang terkuat dari setiap dimensi.
KB 0,573 0,810 0,869
Keterangan: AS=Aliansi Strategis; KP=Kebijakan Nilai loading factor tertinggi menunjukkan
Pemerintah; KB=Keunggulan Bersaing dimensi pengukur variabel yang terkuat atau
Selanjutnya, dilakukan pengujian dapat diinterpretasikan sebagai dimensi yang
discriminant validity. Metode lain untuk memiliki kontribusi dominan dalam
melihat discriminant validity adalah dengan merefleksikan variabel. Indikator motif
melihat nilai square root of average variance memasuki pasar-produk baru, kebijakan
extracted (AVE) dengan membandingkan fasilitasi pemasaran; dan kemampuan
nilai cr akar kuadrat AVE dengan nilai mengelola usaha lebih baik, lebih inovatif
korelasi antar konstruk (Fornell-Larcker dan image yang baik merupakan indikator
Criterion Nilai akar kuadrat dari AVE (0,772; dominan dalam merefleksikan aliansi
214
pada peran moderasi kebijakan pemerintah merupakan pengembangan dari fakta bahwa
pada hubungan antara aliansi strategis kajian mengenai hubungan tersebut baik
dengan keunggulan bersaing berkelanjutan secara konseptual, studi kasus maupun
sebesar 0,088 dengan probabilitas (p-value) pengujian secara empirik memberikan hasil
sebesar 0,153 lebih besar dari 0,05 (p<0,05). yang bertolak belakang. Studi empirik Cui
Hasil ini memberikan bukti empiris bahwa dan Jiao (2011) membuktikan bahwa aliansi
kebijakan pemerintah tidak memoderasi strategis berpengaruh positif terhadap
pengaruh aliansi strategis dengan keunggulan keunggulan bersaing berkelanjutan. Temuan
bersaing berkelanjutan UMKM kerajinan di tersebut memberikan dukungan terhadap
Malang Raya. hasil kajian studi kasus Dacin et al. (2007)
dan studi konseptual (Varadarajan dan
Pembahasan Cunningham, 1995; Dyer dan Singh, 1998;
Pengaruh aliansi strategis terhadap Ireland et al., 2002; Teng, 2007). Sebaliknya
keunggulan bersaing studi kasus (Palakshappa dan Gordon, 2007)
Aliansi didasarkan pada tesis bahwa dan kajian empirik (Park dan Ungson, 2001;
perusahaan harus bekerja sama untuk Lynch, 1990; Zineldin dan Dodourova, 2006)
bersaing (Morgan dan Hunt, 1994). Fakta memberikan hasil yang berbeda dan
bahwa UMKM ekonomi kreatif tidak menunjukkan bahwa aliansi strategis
mungkin memiliki semua kemampuan dan berpengaruh negatif terhadap kinerja dan
sumberdaya untuk bersaing menjadi dasar keunggulan bersaing. Kontradiksi ini,
untuk menjalin aliansi strategis. Kerja sama menjadi alasan pengujian kembali hubungan
yang efektif, memungkinkan mitra aliansi tersebut.
untuk sukses menggabungkan sumberdaya Temuan dalam penelitian ini
mereka yang berkontribusi terhadap menunjukkan bahwa aliansi strategis
pengembangan keunggulan bersaing berpengaruh signifikan terhadap keunggulan
(Madhok dan Tallman, 1998). Pandangan bersaing berkelanjutan sehingga hipotesis
faktor relasional menunjukkan bahwa diterima. Temuan penelitian ini menunjukkan
kesuksesan pertukaran relasional dihasilkan bahwa aliansi strategi memberikan dampak
dari karakteristik tertentu suatu hubungan (effect sizes = 0,125/kecil) dalam
(Mehta et al., 2006), termasuk kepercayaan, meningkatkan keunggulan bersaing.
hubungan, komitmen, komunikasi, dan kerja Temuan ini mendukung hasil penelitian
sama (Muthusamy et al., 2007). Dengan sebelumnya yang menunjukkan bahwa
demikian, pandangan relasional aliansi strategis berdampak positif terhadap
menunjukkan bahwa aliansi yang ditandai keberhasilan perusahaan dan keunggulan
dengan kepercayaan, komitmen, komunikasi, bersaing (Varadarajan dan Cunningham,
dan kerja sama akan lebih berhasil dibanding 1995; Dyer dan Singh, 1998; Ireland et al.,
yang tidak. 2002; Teng, 2007; Dacin et al., 2007;
Beberapa penelitian menunjukkan Temuan ini diartikan bahwa aliansi strategis
bahwa selain motif untuk mendapatkan yang semakin meningkat berdampak pada
berbagai macam keahlian, keterampilan, peningkatan keunggulan bersaing UMKM
teknologi dan lainnya untuk meningkatkan usaha ekonomi kreatif terutama dalam
kemampuan perusahaan, pembentukan kemampuan manajemen yang dicirikan
aliansi strategis dan kerjasama adalah dengan kemampuan untuk lebih inovatif,
terutama dimotivasi untuk mendapatkan menciptakan image yang lebih baik dan
keunggulan bersaing di pasar (Bleeke dan kemampuan mengelola usaha secara lebih
Ernst, 1991; Ohmae, 1986; Prahalad dan baik dibanding pesaing.
Hamel, 1990). Bagi UMKM ekonomi kreatif yang
Kajian empirik untuk menguji yang menghadapi banyak keterbatasan dan
pengaruh aliansi strategis terhadap kendala dalam mengembangkan usahanya
keunggulan bersaing berkelanjutan seperti rendahnya kualitas sumberdaya
216
pertumbuhan teknologi, produk, dan solusi dengan koefisien jalur 0,088 (effect sizes:
baru, di sisi lain, pemerintah bisa juga 0,014). Hasil ini berarti bahwa efektifitas
menghambat kinerja UKM ketika dukungan dan kebijakan pemerintah akan
memperkenalkan kebijakan yang dapat berpengaruh pada peningkatan aliansi
membatasi otonomi, serta kebebasan strategis dan keunggulan bersaing UMKM
kewirausahaan apalagi bagi usaha dengan ekonomi kreatif.
pertumbuhan dan lingkungan yang sangat Bukti empirik bahwa kebijakan
dinamis. Bukti lainnya adalah adanya pemerintah menjadi driven aliansi strategis
dampak negatif aliansi strategis terhadap dan predictor keunggulan bersaing sejalan
keunggulan bersaing ((Park dan Ungson, dengan temuan yang menyatakan bahwa
2001; Zineldin dan Dodourova, 2006; dukungan pemerintah akan meningkatkan
Palakshappa dan Gordon, 2007) sehingga kemampuan inovasi perusahaan dan
diharapkan peran kebijakan pemerintah dapat merangsang kolaborasi (Kang dan Park,
menjembatani lack yang muncul dan 2012) afiliasi dan kesuksesan bisnis (Jasra et
mengoptimalkan aliansi strategis. al., 2011). Temuan ini menunjukkan bahwa
Variasi hasil penelitian mengenai kebijakan pemerintah berperan dalam
kebijakan pemerintah perlu dikaji lebih lanjut meningkatkan aliansi strategis dan
dengan menjadikan sebagai variabel keunggulan bersaing UMKM ekonomi
moderasi bagi pencapaian keunggulan kreatif. Peran tersebut menjadi sangat
bersaing terutama jika dikaitkan dengan penting ketika usaha ekonomi kreatif
peran pentingnya dalam meningkatkan daya menghadapi banyak masalah. Fakta ini
saing dan mengembangkan ekonomi negara. diungkapkan oleh BEKRAF yang
Berdasarkan hasil pengujian peran moderasi menyatakan bahwa dalam konteks
kebijakan pemerintah pada pengaruh aliansi penciptaan nilai tambah kreatif yang
strategis terhadap keunggulan bersaing berfokus pada industri kreatif, ekonomi
menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah kreatif masih dihadapkan pada beberapa
tidak memoderasi pengaruh aliansi strategis tantangan besar yang dapat menghambat
terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan pertumbuhannya, terkait dengan 1) wirausaha
sebagai sehingga hipotesis 2 ditolak. Peran kreatif, yaitu masih relatif rendahnya tingkat
moderasi kebijakan pemerintah pada profesionalisme, baik dari segi keterampilan
pengaruh aliansi strategis terhadap maupun keahlian (skill), pengetahuan
keunggulan bersaing yang tidak signifikan (knowledge) maupun sikap dan perilaku
membuktikan bahwa kebijakan pemerintah (attitude), serta akses terhadap kesempatan
melalui fasilitasi pengembangan SDM, bekerjasama dan berjejaring dengan pelaku
pemasaran, infrastruktur dan teknologi serta kreatif lainnya baik di tingkat lokal, nasional,
HaKI dan kelembagaan belum mampu dan global; 2) jumlah usaha di Indonesia
memperkuat pengaruh aliansi strategis relatif rendah jika dibandingkan dengan
terhadap keunggulan bersaing. Selain itu negara-negara dengan industri kreatif yang
hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sudah berkembang. 3) produk dan karya
kebijakan pemerintah justru berperan sebagai kreatif, yaitu meskipun keunikan dan
driver untuk meningkatkan aliansi strategis kreativitas karya dan produk kreatif
dan sebagai prediktor keunggulana bersaing. Indonesia telah diakui oleh pasar global,
Peran kebijakan pemerintah sebagai driver awareness pasar mengenai produk dan karya
aliansi strategis dengan koefisien jalur 0,201 kreatif Indonesia masih rendah akibat
(effect sizes: 0,041) lebih kecil dibanding rendahnya keberlanjutan produksi dan
dengan peran prediktor keunggulan bersaing kemampuan untuk melakukan branding,
dengan koefisien jalur 0,342 (effect sizes: mengembangkan kemasan dan keragaman,
0,139) dan lebih besar dibanding peran dan menghasilkan produk dan karya kreatif
moderasi pada pengaruh aliansi strategis yang ramah lingkungan (eco-product).
terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan
219