You are on page 1of 29
2. DISIPLIN BERMEDITASI Renungan yang benar bukan merupakan tipuan psikologis, melainkan suatu anugerah teolo- gis.--Thomas Merton Musuh kita pada zaman sekarang unggul dalam tiga hal: kebisingan, ketergesaan, dan kerumunan orang. Jika ia dapat tetap menyibukkan kita dalam banyak hal, maka ia sudah merasa puas. Dokter penyakit jiwa, C. G. Jung, pernah berkata, "Ketergesaan itu bukan dari Iblis; melainkan adalah Iblis."* dika kita berharap untuk bisa bergerak lebih jauh daripada kedangkalan budaya kita--termasuk budaya keagamaan--kita harus bersedia untuk turun ke tempat sepi, ke alam renungan batin. Dalam tulisan-tulisan mereka, semua tokoh yang terkenal dalam meditasi telah berusaha untuk membangkitkan kita pada ke- nyataan bahwa alam semesta ini jauh lebih besar dari apa yang kita ketahui, ada bagian-bagian kedalaman yang mahaluas yang belum dijelajahi yang sama nyatanya dengan dunia fisik yang kita ketahui dengan baik. Mereka memberi tahu tentang kemungkinan- kemungkinan yang mengherankan untuk memperoleh kebebasan dan hidup baru. Mereka mengajak kita untuk bertualang, merintis daerah perbatasan dunia roh. 27 Walaupun kedengarannya aneh bagi telinga orang masa kini, seharusnya kita tanpa merasa malu mendaftarkan diri untuk belajar dalam sekolah doa renungan ini. Kesalahpahaman yang Dapat Dimengerti Sering kali dipertanyakan apakah meditasi itu bisa disebut sebagai sifat Kristen. Bukankah meditasi ini secara khusus dilakukan agama-agama Timur? Kapan saja saya berbicara pada sebuah kelompok tentang meditasi sebagai Disiplin Kristen yang klasik, selalu ada orang yang heran. "Saya kira TM (franscendental me- ditation) adalah kelompok yang selalu melakukan meditasi." "Anda toh tidak akan memberikan mantra untuk kami ucapkan!" Merupakan komentar yang menyedihkan mengenai keadaan rohani kekristenan masa kini kalau meditasi merupakan kata yang asing bagi telinga orang Kristen. Meditasi selalu merupakan bagian utama dari ibadah kristiani, persiapan penting dan tambahan bagi pelayanan doa. Tak sangsi lagi bahwa sebagian dari meningkatnya minat terhadap meditasi dunia Timur disebabkan karena_ gereja telah menghapuskan kebiasaan ini. Seorang mahasiswa yang ingin menge- tahui ajaran Kristen mengenai meditasi pasti akan merasa sangat kecewa bila menemukan bahwa hanya ada sedikit orang sekarang ini yang dengan sungguh- sungguh melakukan doa kontemplatif (yang mem- bangkitkan renungan) dan hampir semua karya tulisan mengenai pokok ini berusia tujuh abad atau lebih. Tidak * Transcendental meditation (meditasi transendental) adalah meditasi secara mendalam dan sungguh-sungguh seperti yang dilakukan di kalangan orang Hindu. Sementara melakukan meditasi itu sering mereka mengucapkan sebuah mantra dengan tujuan untuk meringankan ketegangan dan meningkatkan kesadaran. 28 heran jika ia beralih kepada Zen (aliran agama Budha yang sangat berpengaruh di Jepang), Yoga, atau TM. Meditasi sudah tentu tidak asing bagi para penulis Alkitab. "Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan (bermeditasi, versi King James) di padang" (Kejadian 24:63). "Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam" (Mazmur 63:7). Orang-orang ini dekat dengan hati Tuhan, Allah berbicara kepada mereka bukan karena mereka memiliki kemampuan khusus, tetapi oleh karena mereka bersedia untuk mendengarkan Dia. Kitab Mazmur benar-benar menyanyi tentang meditasi umat. Allah tentang hukum-hukum Tuhan. "Aku bangun men- dahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji- Mu" (Mazmur 119:148). Mazmur yang memulai seluruh kitab Mazmur memanggil seluruh umat untuk berusaha menyamai “orang yang berbahagia" yang "kesukaannya jialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam" (Mazmur 1:2). Selama berabad-abad, para pengarang Kristen telah berbicara tentang cara mendengarkan Allah, berko- munikasi dengan Sang Pencipta langit dan bumi, meng- alami kasih dari Dia yang mengasihi dunia selama- lamanya. Para pemikir yang baik seperti Augustinus, Fransiskus dari Assisi, Frangois Fénelon, Madame Guyon, Bernard dari Clairvaux, Francis de Sales, Yuliana dari Norwich, Saudara Lawrence, George Fox, John Woolman, Evelyn Underhill, Thomas Merton, Frank Laubach, Thomas Kelly, dan banyak yang lain telah berbicara tentang jalan ini yang lebih utama. Alkitab mengatakan bahwa “pada hari Tuhan" Yohanes "dikuasai oleh Roh" ketika ia menerima visiun yang bersifat nubuat (Wahyu 1:10). Mungkinkah Yohanes telah terlatih untuk mendengarkan dan melihat dalam suatu cara yang telah kita lupakan? R.D. Laing 29 menulis, "Kita hidup dalam dunia sekular.... Ada nubuat dalam kitab Amos bahwa saatnya akan datang ketika akan terjadi kelaparan di negeri, *bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan.’ Waktu itu telah tiba, yaitu zaman sekarang ini." Marilah kita memberanikan diri untuk berpihak pada tradisi Alkitab dan sekali lagi belajar cara meditasi zaman dulu (tetapi sesuai dengan masa kini). Biarlah kita bergabung bersama pemazmur dan menyatakan, “Tetapi aku akan merenungkan titah-titah-Mu" (Mazmur 119:78). Ada juga orang yang merasa bahwa gagasan Kristen tentang meditasi sama artinya dengan konsepsi meditasi yang menjadi pusat agama Timur. Dalam kenyataan kedua gagasan ini berbeda jauh sekali. Meditasi Timur merupakan upaya untuk mengosongkan pikiran; me- ditasi Kristen merupakan upaya mengosongkan pikiran agar dapat diisi. Dua pandangan ini amat berbeda. Segala macam meditasi model Timur menekankan perlunya melepaskan pikiran dari dunia: Yang dipen- tingkan ialah kehilangan kepribadian dan individualitas serta menyatu dengan Pikiran Kosmis. Ada kerinduan untuk terlepas dari beban dan kesedihan hidup ini dan diangkat ke dalam kebahagiaan yang pasif dan tanpa usaha di Nirwana. Identitas pribadi terhilang dalam genangan kesadaran kosmis. Pelepasan diri merupakan tujuan akhir dari agama jfimur. Merupakan pelarian dari roda keberadaan manusia yang penuh sengsara. Tidak ada Allah yang dapat didekati ataupun didengar. Zen dan Yoga merupakan bentuk-bentuk populer dari pendekatan ini. Meditasi transendental (TM) bersumber pada agama Budha juga, tetapi dalam bentuk Baratnya merupakan suatu penyimpangan. Dalam bentuk po- pulernya, TM merupakan meditasi orang materialis. 30 Untuk mempraktikkannya saudara samasekali tidak perlu percaya dalam dunia rohani. Meditasi jenis ini hanya merupakan metode untuk mengendalikan gelom- bang-gelombang otak agar bisa memperbaiki kesehatan emosional dan fisiologis. Bentuk TM yang lebih tinggi lagi melibatkan hal-hal yang bersifat rohani dan mem- punyai ciri-ciri yang sama dengan semua agama Timur lainnya. Meditasi Kristen jauh melampaui gagasan pelepasan dir, Memang ada perlunya untuk melepaskan diri-- “sabat kontemplasi" seperti dikatakan oleh Peter dari Celles, seorang biarawan Benediktijn abad ke-12.° Tetapi kita harus melangkah terus sampai mencapai hubungan. Melepaskan diri dari semua kekacauan yang mengeli- lingi kita agar dapat mempunyai hubungan yang lebih erat dengan Allah dan sesama manusia. Meditasi Kris- ten membawa kita kepada keutuhan batin yang perlu agar kita dapat memberi diri dengan leluasa kepada Tuhan, dan juga kepada persepsi rohani yang perlu untuk menyerang kejahatan dalam masyarakat. Dalam hal ini, meditasi Kristen merupekan disiplin yang paling praktis. Ada bahayanya jika kita berpikir hanya dari segi pelepasan diri, seperti yang Tuhan Yesus terangkan dalam cerita-Nya tentang seorang yang telah mengo- songkan dirinya dari yang jahat tetapi tidak dipenubi dengan hal-hal yang baik. "Apabila roh jahat keluar dari manusia ... ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat daripadanya, dan mereka masuk dan ber- diam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula" (Lukas 11:24-26).* Beberapa orang menghindari meditasi oleh karena takut hal itu terlalu sulit, terlalu rumit. Mungkin lebih pbaik jika diserahkan kepada para ahli yang memiliki waktu lebih banyak untuk menyelidiki masalah-masalah 31 batin. Tidak samasekali! Orang-orang yang diakui se- bagai ahli dalam bidang ini tidak pernah mengatakan bahwa jalan yang mereka tempuh itu hanya untuk beberapa orang yang istimewa saja atau tokoh-tokoh besar dalam kerohanian. Mereka akan menertawakan ide seperti itu. Mereka merasa bahwa apa yang sedang mereka lakukan itu merupakan kegiatan manusia biasa--sama wajarnya dan sama pentingnya dengan bernapas. Mereka akan mengatakan bahwa kita tidak memerlukan bakat khusus atau kekuatan batin. Yang perlu kita kerjakan hanyalah mendisiplinkan dan me- latih kemampuan-kemampuan yang terpendam di dalam diri kita. Setiap orang yang dapat menyadap kekuatan imajinasi dapat belajar untuk bermeditasi. Jika kita mampu untuk mendengarkan mimpi-mimpi kita, maka kita sedang mengambil langkah-langkah pertama. Thomas Merton, orang yang memahami meditasi, berkata, "Meditasi itu sebenarnya amat sederhana, tidak perlu ada banyak teknik yang rumit untuk mengajar kita bagaimana melakukannya."® Akan tetapi, agar kita tidak tersesat, kita harus mengerti bahwa pekerjaan ini tidak bersifat sembrono. Kita tidak mendatangi seorang pesuruh kosmis. Meditasi adalah suatu pekerjaan yang serius bahkan berbahaya. Yang dibutuhkan adalah pemikiran dan energi kita yang terbaik. Jangan sekali-kali melakukan meditasi untuk iseng-iseng saja atau karena orang lain juga melakukan- nya, Mereka yang melakukan meditasi dengan setengah hati pasti akan gagal. P.T. Rohrbach telah menuliskan, "Persiapan menyeluruh yang terbaik untuk berhasil dalam bermeditasi adalah keyakinan pribadi akan pen- tingnya meditasi itu dan ketetapan hati yang teguh untuk bertekun dalam melakukannya."® Seperti peker- jaan serius lainnya, tahap-tahap permulaan dalam be- lajar bermeditasi adalah lebih sulit; setelah kita 32 mahir--berpengalaman--bermeditasi akan termasuk pola- pola kebiasaan yang mendarah daging. "Menanti Tuhan bukanlah bermalas-malas,” kata Bernard dari Clairvaux, "tetapi merupakan pekerjaan yang terberat dari semua pekerjaan lainnya bagi orang yang bukan abli di bidang ini." ‘Ada juga orang yang memandang jalan bermeditasi ini sebagai tidak praktis dan samasekali tak berkaitan dengan abad ke-20. Ada ketakutan bahwa bermeditasi akan menjadikan kita seperti tokoh yang pernah di- abadikan oleh Dostoevski dalam bukunya The Brothers Karamazov--yaitu Bapak Ferapont yang asketis, seorang yang keras, berlagak suci, dan yang dengan usahanya sendiri telah melepaskan diri dari dunia, kemudian mengutuki dunia. Paling banter, meditasi semacam itu hanya akan menimbulkan sikap alami yang tak sehat yang membuat kita tidak peka terhadap penderitaan umat manusia. Evaluasi yang seperti itu salah samasekali. Sebenar- nya, meditasi adalah satu-satunya cara yang dapat mengarahkan kembali hidup kita secara memadai se- hingga kita dapat berhasil dalam menghadapi hidup ini. Thomas Merton menulis, "Meditasi tidak ada gunanya dan tidak mempunyai realitas jika tidak berakar teguh dalam hidup ini."® Secara historis, tidak ada golongan yang lebih menekankan perlunya memasuki ketenangan untuk mendengarkan daripada golongan Quaker dan hasilnya adalah dampak sosial yang vital yang jauh melebihi jumlah mereka. Tokoh-tokoh di bidang kon- templasi itu sendiri adalah pria dan wanita yang aktif. Meister Eckhart menulis, "Bahkan jika seseorang sedang bersemedi seperti Rasul Paulus dan mengetahui tentang seorang yang memerlukan makanan maka lebih baik ia memberi makan kepadanya daripada terus bersemadi.”® 33 Sering kali meditasi akan memberikan wawasan yang amat praktis, yang dapat dikatakan biasa-biasa saja. Akan datang arahan bagaimana harus berhubungan dengan istri atau suami, bagaimana menanggulangi persoalan yang peka ini atau situasi bisnis itu. Lebih dari satu kali saya telah menerima petunjuk bagaimana saya harus bersikap ketika memberi kuliah. Sangatlah indah jika suatu meditasi khusus membuat kita me- masuki suasana trans (terputus hubungan dengan seke- lilingnya), tetapi jauh lebih bermanfaat apabila kita diberi petunjuk dalam menghadapi masalah-masalah manusia yang lazim. Morton Kelsey telah mengatakan: Apa yang kita lakukan dengan hidup ini yang mengarah keluar, yaitu betapa baiknya kita mem- perhatikan orang lain, merupakan sebagian dari meditasi juga sama seperti apa yang kita lakukan dalam ketenangan dan yang mengarah ke dalam. Sesungguhnya, meditasi kristiani mengalami korsleting bila tidak mengadakan perubahan dalam mutu kehidupan lahiriah seseorang. Mungkin ke- inginan bermeditasi akan berkobar-kobar untuk sementara waktu, tetapi jika tidak menghasilkan hubungan-hubungan yang lebih berharga dan lebih pengasih dengan sesama manusia atau tidak meng- ubah berbagai situasi di dalam dunia yang me- nyebabkan penderitaan manusia, maka mungkin kegiatan doa orang itu akan mengalami kega- galan. Mungkin kesalahpahaman yang paling umum adalah menganggap meditasi sebagai manipulasi psikologis dalam bentuk agama. Mungkin amat berguna untuk menurunkan tekanan darah atau untuk meringankan tekanan batin. Mungkin juga meditasi itu akan me- 34 nolong kita dengan memberikan wawasan-wawasan yang berarti dengan menolong kita untuk berhubungan dengan pikiran bawah-sadar kita. Tetapi gagasan hubungan dan persekutuan yang sesungguhnya dengan suatu lingkungan keberadaan rohani kedengarannya tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan dan samasekali tidak masuk akal. Jika saudara merasa bahwa kita hidup dalam alam fisik semata-mata, saudara akan memandang meditasi sebagai cara terbaik untuk mem- peroleh pola gelombang alfa yang tetap dalam otak. (Justru kesan ini yang coba diproyeksikan oleh TM, yang membuatnya sangat menarik bagi manusia sekular yang modern.) Tetapi jika saudara percaya bahwa kita hidup dalam alam semesta yang diciptakan Allah yang tidak terbatas yang merindukan persekutuan kita ber- sama-Nya, saudara akan melihat meditasi sebagai ko- munikasi antara Sang Pengasih dan orang yang dikasihi. Seperti yang dikatakan Albert Agung, "Kontemplasi orang kudus dinyalakan oleh kasih oknum yang dire- nungkan, yaitu Allah." Kedua konsepsi tentang meditasi ini amat bertentang- an. Yang satu membatasi kita pada pengalaman ma- nusiawi semata-mata, yang lain meluncurkan kita ke perjumpaan antara manusia dan Allah. Yang satu ber- bicara mengenai penjelajahan alam bawah sadar, sedang yang lain berbicara tentang "perhentian di dalam Dia yang telah kita temukan, Yang mengasihi kita, Yang dekat dengan kita, Yang datang kepada kita untuk menarik kita kepada diri-Nya."!* Keduanya bisa kede- ngaran ada hubungan dengan agama bahkan memakai istilah-istilah agama, tetapi meditasi yang terlebih dahulu disebut tidak mungkin memberi tempat kepada realitas rohani. Kalau demikian, bagaimana kita bisa percaya akan dunia roh? Dengan iman yang buta? Samasekali tidak. 35 Realitas batin dunia rohani tersedia bagi setiap orang yang mau mencarinya. Sering saya menemukan bahwa mereka yang dengan bebas menolak dunia roh, mereka itu belum pernah meluangkan sepuluh menit pun untuk menyelidiki apakah dunia semacam itu ada atau tidak. Seperti halnya dengan usaha ilmiah lainnya, kita mem- bentuk suatu hipotesa dan mengadakan percobaan un- tuk melihat apakah hal itu benar atau tidak. Jika percobaan pertama gagal, kita tidak lantas putus asa atau menganggap semuanya itu suatu tipuan. Kita meneliti kembali prosedur kita, mungkin harus me- nyesuaikan hipotesa kita dan kemudian mencobanya kembali. Setidak-tidaknya kita harus mempunyai ke- jujuran untuk bertekun dalam pekerjaan ini dalam tingkat yang sama seperti yang akan kita lakukan di bidang pengetahuan lainnya. Kenyataan bahwa begitu banyak orang tidak bersedia untuk melakukan demikian itu memperlihatkan bukan kecerdasan mereka, melain- kan prasangka buruk mereka. Merindukan Suara Allah yang Hidup Ada kalanya segala sesuatu yang di dalam kita “mengiakan" kata-kata Frederick W. Faber, yang ber- bunyi: Hanya duduk dan memikirkan Allah, Alangkah senangnya! Memikirkan Dia, membisikkan Nama-Nya; Tak ada kebahagiaan lebih besar daripada itu di dunia ini. Tetapi mereka yang bermeditasi mengetahui bahwa reaksi yang lebih sering timbul adalah kemalasan rohani, sikap dingin, dan kurang mempunyai_ keinginan. 36 Makhluk manusia kelihatannya mempunyai kecen- derungan terus-menerus untuk membiarkan orang lain saja yang berbicara kepada Tuhan bagi mereka. Kita sudah puas dengan firman yang diterima dari tangan kedua. Di Sinai umat Tuhan berseru kepada Musa, "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati" (Keluaran 20:19). Salah satu kesalahan Israel yang menimbulkan bencana adalah desakan mereka untuk mempunyai seorang raja manusia daripada bergantung pada pemerintahan Allah atas mereka. Kita dapat merasakan nada yang sedih dalam firman Tuhan, "Tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka" (I Samuel 8:7). Sejarah agama merupakan kisah perjuangan yang nekad untuk memiliki seorang raja, seorang pengantara, se- orang imam, Dengan cara ini kita sendiri tidak perlu berhubungan dengan Allah. Pendekatan semacam itu menghindarkan kita dari kebutuhan untuk berubah, karena berada di hadirat Tuhan berarti harus berubah. Cara ini amat cocok, karena memberi kita keuntungan penghormatan agama tanpa adanya tuntutan perubahan moral. Kita tidak perlu mengamati orang-orang sekeliling secara cermat untuk menyadari bahwa mereka telah ditawan oleh agama pengantara. Itulah sebabnya meditasi begitu menakutkan kita. Dengan berani meditasi memanggil kita untuk me- masuki hadirat Allah yang hidup demi diri kita sendiri. Meditasi mengatakan bahwa Allah sedang berbicara terus-menerus dan rindu untuk berbicara dengan kita. Yesus dan para penulis Perjanjian Baru menjelaskan bahwa meditasi tidak hanya diperuntukkan bagi kaum rohaniwan--yaitu imam-imam--tetapi bagi setiap orang. Semua orang yang mengakui, Yesus Kristus sebagai Tuhan adalah keimaman universal Allah, dan 37 karenanya bisa memasuki tempat Mahakudus dan ber- cakap-cakap dengan Allah yang hidup. Kelihatannya amat sulit untuk membawa orang ke- pada kepercayaan bahwa mereka bisa mendengarkan suara Allah. Para anggota Church of the Savior di Washington D.C. telah mengadakan percobaan di bidang ini untuk beberapa waktu lamanya. Kesimpulan mereka, "Kita pikir, kita ini orang abad ke-20 dan ke-21; walaupun demikian kita mempunyai petunjuk bahwa kita dapat menerima arahan yang sama jelasnya dengan yang telah diterima oleh Ananias, ... "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus.”!' Mengapa tidak? Jika Allah itu hidup dan melibatkan diri dalam urusan manusia, mengapa suara-Nya tidak bisa didengar dan ditaati sekarang? Suara itu dapat didengar oleh semua orang yang mau mengenal-Nya sebagai Guru dan Nabi yang hadir sekarang. Bagaimana kita bisa menerima kerinduan untuk mendengarkan suara-Nya? "Keinginan untuk berubah ini merupakan suatu pemberian kasih karunia. Setiap orang yang mengangankan bahwa ia bisa saja memulai meditasi tanpa berdoa memohon kerinduan dan kasih karunia untuk melakukannya, orang itu akan segera berhenti dan putus asa. Tetapi keinginan untuk ber- meditasi dan anugerah untuk memulai_ meditasi, haruslah dipandang sebagai janji yang tersirat da- lam anugerah yang lebih jauh lagi." Mencari dan menerima "pemberian kasih karunia" itu adalah satu- satunya hal yang akan menolong kita untuk tetap bergerak maju dalam perjalanan batin ini. Bersiap-siap untuk Bermeditasi Tidaklah mungkin untuk belajar bagaimana bermeditasi dari sebuah buku. Kita belajar bermeditasi dengan jalan 38 bermeditasi. Namun, nasihat-nasihat yang sederhana pada waktu yang tepat akan sangat menolong. Petunjuk praktis dan latihan meditasi pada halaman-halaman berikut diberikan dengan harapan agar dapat menolong dalam praktik bermeditasi yang sebenarnya. Petunjuk- petunjuk itu bukan merupakan hukum, juga tidak dimak- sudkan untuk membatasi saudara, melainkan meru- pakan beberapa contoh untuk masuk ke dalam dunia batin. Jika kepandaian tertentu telah diperoleh dalam kehi- dupan batin, maka mungkinlah untuk mempraktikkan meditasi di mana saja dan dalam situasi apa pun. Saudara Lawrence pada abad ke-17 dan Thomas Kelly pada abad ke-20 memberikan kesaksian yang sangat baik tentang hal itu. Setelah mengatakan hal itu; kita harus melihat bahwa penting bagi mereka yang baru mulai dan mereka yang sudah pandai untuk memakai sebagian waktu setiap hari guna bermeditasi. Jika beratus-ratus orang yang tak terhitung banyaknya dapat menggunakan waktu dua puluh menit dua kali sehari untuk mengucapkan mantra, janganlah kita kalah dalam pengabdian kita untuk bermeditasi pada saat-saat ter- tentu. Setelah kita yakin bahwa kita perlu menyisihkan waktu-waktu khusus bagi kontemplasi, kita harus men- jaga diri dari pikiran bahwa dengan melakukan per- buatan-perbuatan religius tertentu pada waktu tertentu berarti kita telah melakukan meditasi pada akhirnya. Perbuatan ini merupakan tindakan seumur hidup, merupakan pekerjaan dua puluh empat jam sehari. Doa kontemplatif merupakan cara hidup. "Tetaplah berdoa,” nasihat Paulus (I Tesalonika 5:17). Dengan sedikit humor Peter dari Celles mengatakan bahwa "orang yang mendengkur pada waktu malam ketika orang berbuat kejahatan, ia tidak mengenal terang kontemplasi atau renungan.” 39 Oleh karena itu, kita harus mengerti betapa pen- tingnya seluruh waktu dalam sehari dalam mempersiap- kan diri kita untuk waktu-waktu khusus guna ber- meditasi. Jika waktu kita terus-menerus dipenuhi dengan berbagai kegiatan yang kelihatannya menyibuk- kan, maka kita tidak akan bisa menyimak pada saat keheningan batin. Pikiran yang terganggu dan terbagi- bagi oleh urusan-urusan lahiriah hampir tidak siap bagi meditasi. Bapak-bapak gereja sering berbicara mengenai Otium Sanctum: "Kekeningan yang Kudus". Kata ini menunjuk pada rasa keseimbangan dalam hidup, ke- mampuan untuk tentram selama kegiatan-kegiatan se- harian, kemampuan untuk istirahat dan meluangkan waktu untuk menikmati keindahan, kemampuan untuk mengatur waktu kita. Dengan kecenderungan kita untuk menilai orang dari apa yang mereka hasilkan, maka sebaiknya kita mengusahakan "keheningan yang kudus’. Dan jika kita berharap akan berhasil dalam bermeditasi, kita harus mengejar "keheningan yang kudus" itu de- ngan kebulatan tekad yang tidak merasa menyalahi janji-janji yang tercatat dalam agenda kita. Bagaimana tentang tempat untuk bermeditasi? Hal ini akan dibahas secara rinci di bawah Disiplin Kesen- dirian. Sementara ini beberapa patah kata saja sudahlah cukup. Carilah tempat yang tenang dan bebas dari gangguan. Jangan sampai ada telepon di dekat saudara. Jika mungkin mendapatkan tempat dengan pemandang- an pepohonan atau tanaman, lebih baik lagi. Yang terbaik adalah mempunyai satu tempat tertentu dari- pada mencari-cari tempat yang berbeda setiap hari. Bagaimana sikap badan? Dalam beberapa hal sikap badan tidak mempengaruhi samasekali; saudara bisa berdoa di mana saja, kapan saja, dan dalam sikap apa pun. Akan tetapi, dari segi lainnya, sikap tubuh ini teramat penting. Tubuh, akal, dan roh tidak terpisah- 40 kan. Ketegangan dalam roh disampaikan dalam bahasa tubuh. Saya benar-benar telah menyaksikan orang-orang yang melewatkan sepanjang kebaktian dengan terus- menerus mengunyah permen karet, tanpa sedikit pun menyadari ketegangan mendalam di batin mereka. Sikap lahiriah tidak hanya mencerminkan keadaan batin, tetapi juga dapat menolong untuk memelihara sikap batin dalam berdoa. Jika batin kita sarat dengan gangguan dan kecemasan, maka sikap tubuh yang tenang dan santai yang dengan sengaja kita pilih cenderung akan menenangkan kegelisahan batin kita. Tidak ada "hukum" yang menentukan keharusan sikap tubuh, Di Alkitab terdapat bermacam-macam sikap mulai dari berbaring terlentang di lantai sampai berdiri dengan tangan dan kepala menengadah ke langit. Pendekatan yang terbaik ialah mencari posisi yang paling nyaman dan kurang gangguannya. Richard Rolle, salah seorang tokoh pada abad ke-14 lebih suka duduk, "... sebab saya tahu bahwa saya ... bisa tahan lebih lama . daripada bila berjalan, berdiri, atau berlutut. Karena jika duduk saya paling tenang, dan hati saya bisa terpusat ke atas."'’ Saya setuju dan memang terbaik bagi saya duduk di kursi yang tegak lurus sehingga punggung pun lurus dengan kedua kaki di lantai. Duduk dengan sikap lengah menunjukkan kurang perhatian dan menyilangkan kaki membatasi peredaran darah. Jika saudara suka, tempatkan tangan pada lutut, dengan telapak tangan membuka ke atas sebagai isyarat ber- sedia menerima. Kadang-kadang baik untuk menutup mata agar menghilangkan gangguan dan memusatkan perhatian pada Kristus yang hidup. Tidak menjadi soal bagaimana kita melakukannya, tujuannya adalah me- musatkan perhatian tubuh, emosi, pikiran, dan roh pada "kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus" (II Korintus 4:6). 41 Bagaimana Bermeditasi--Langkah-Langkah Pertama Dunia meditasi batin paling mudah dimasuki melalui pintu imajinasi. Dewasa ini kita gagal untuk menghargai kekuatannya yang hebat. Imajinasi itu lebih kuat daripada pikiran yang sudah terancang dan lebih kuat daripada kemauan. Di dunia Barat, orang cenderung untuk mengagungkan jasa-jasa__rasionalisme--yang memang berjasa--sehingga menyebabkan mereka menga- baikan nilai imajinasi. Mungkin: saja ada sedikit orang yang bisa berkon- templasi dalam kekosongan tanpa gambaran, tetapi kebanyakan orang perlu lebih dalam lagi berakar dalam pancaindera. Yesus mengajarkan cara ini, dengan selalu menantang imajinasi dan pancaindera kita. Dalam karya Introduction to The Devout Life, Francis de Sales menulis: Melalui imajinasi, kita membatasi pikiran kita dalam lingkup misteri yang kita renungkan, supaya pikiran tidak mengembara ke sana ke mari, sama seperti kita mengurung seekor burung dalam sangkar atau mengikat burung elang dengan tali kendali sehingga bisa tetap bertengger di tangan. Ada yang mungkin saja berkata kepada Anda bahwa lebih baik memakai pikiran iman yang sederhana dan membayangkan misteri itu dalam cara yang semata-mata bersifat mental dan rohani, atau membayangkan bahwa hal-hal itu sedang terjadi di dalam jiwa Anda. Metode ini terialu sukar bagi orang yang baru mulai.!® Kita benar-benar harus yakin akan pentingnya ber- pikir dan mengalami dalam bayang-bayang (gambar dalam pikiran). Hal ini terjadi secara spontan pada kita sewakiu masih kecil, tetapi sekarang selama bertahun- 42 tahun kita telah dididik untuk mengabaikan imajinasi, bahkan meraca takut terhadapnya. Di dalam otobio- grafinya, C.G. Jung melukiskan betapa sulitnya baginya untuk merendahkan diri dan sekali lagi memainkan permainan imajinasi anak-anak. Ia juga memberi tahu manfaat pengalaman tersebut. Sama seperti anak-anak harus belajar untuk berpikir secara logis, begitu pula orang dewasa perlu menemukan kembali realitas mem- pesonakan dari imajinasi. Ignatius dari Loyola dalam bukunya Spiritual Exer- cises terus-menerus mendorong para pembacanya untuk membayangkan kisah-kisah Injil. Setiap renungan yang ia sajikan direncanakan untuk membuka imajinasi. Bah- kan ia mencantumkan satu renungan yang berjudul “penerapan pancaindera", yang merupakan usaha untuk menolong kita menggunakan semua pancaindera ketika kita membayangkan kejadian-kejadian Injil. Bukunya yang tipis tentang latihan meditasi dengan tekanannya pada imajinasi berpengaruh besar pada abad ke-16. Ketika belajar untuk bermeditasi, satu tempat yang baik untuk mulai adalah dengan mimpi kita karena hanya meminta kita lebih banyak memperhatikan sesuatu yang sebenarnya telah kita lakukan. Selama lima belas abad kebanyakan orang Kristen memandang mimpi sebagai cara alamiah bagi dunia roh untuk menerobos ke dalam kehidupan kita. Kelsey, yang telah mengarang buku Dreams: The Dark Speech of The Spirit, mencatat, "... setiap Bapa Gereja yang Mula-Mula, mulai dari Justinus Martir sampai Ireneus, dari Clemens, dan Tertullianus sampai Origenes dan “Lihat The Spiritual Exercises of St. Ignatius, trans. Anthony Mottola (New York: Doubleday & Company, 1964). Jika dijaga agar tidak menjadi kaku dalam dogmanya, ini merupakan meditasi yang menyenangkan. 43 Cyprianus, mereka percaya bahwa mimpi merupakan satu perantara bagi wahyu." Dengan rasionalisme pada zaman Renaisans timbul- lah sikap skeptis tertentu terhadap mimpi. Kemudian pada masa berkembangnya psikologi, Freud terutama menekankan segi negatif impian, karena ia bekerja sebagian besar waktunya dengan orang-orang yang sakit mentalnya. Oleh sebab itu, pria dan wanita modern cenderung untuk mengabaikan mimpi samasckali, atau merasa takut bahwa minat terhadap mimpi akan mem- bawa kepada penyakit saraf. Hal ini tidak perlu terjadi demikian, dan sebenarnya jika kita mau mendengarkan, mimpi dapat menolong kita untuk menjadi lebih dewasa dan sehat. Jika kita yakin bahwa mimpi dapat menjadi kunci untuk membuka pintu dunia batin, maka kita bisa melakukan tiga hal yang praktis. Pertama, kita dapat berdoa secara khusus, mengundang Allah untuk mem- beri tahu sesuatu kepada kita melalui mimpi. Kita harus memberitahukan pada-Nya bahwa kita bersedia untuk membiarkan Allah berbicara kepada kita dengan cara Jain, Pada waktu yang sama pula, amatlah bijaksana untuk berdoa memohon perlindungan karena membuka diri kita untuk pengaruh rohani bisa membahayakan selain dari memberikan keuntungan. Cukup meminta Allah untuk mengelilingi kita dengan terang perlindung- an-Nya sewaktu Ja melayani roh kita. Kedua, kita harus mulai mencatat mimpi kita. Banyak orang tidak ingat mimpi mereka, sebab mereka tidak memperhatikannya. Mencatat mimpi kita di dalam buku catatan khusus merupakan satu cara untuk meng- anggapnya penting. Sudah tentu amat bodoh untuk memandang setiap mimpi sebagai sesuatu yang berarti atau sebagai wahyu dari Tuhan. Yang lebih bodoh lagi ialah memandang semua mimpi sebagai sesuatu yang 44 kacau dan tidak logis semata-mata. Ketika mencatat mimpi, beberapa pola mulai muncul dan Wawasan mulai datang. Tidak lama kemudian akan mudah bagi kita untuk membedakan antara mimpi yang penting dengan mimpi yang diakibatkan karena menonton acara televisi yang terakhir pada malam sebelumnya. Ini membawa kita pada pertimbangan yang ketiga-- bagaimana menafsirkan mimpi. Cara terbaik untuk mengetahui arti mimpi adalah dengan meminta, "Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa" (Yakobus 4:2). Kita bisa mengandalkan Allah untuk memberikan kita kemampuan membedakan jika dan bila diperlukan. Kadang-kadang amat menolong untuk meminta pandangan orang yang secara_ khusus berpengalaman di bidang ini. Benedictus Pererius, seorang Yesuit abad ke-16, mengetengahkan bahwa penafsir terbaik dari mimpi adalah "... orang yang banyak berpengalaman dalam dunia dan permasalahan manusia, dengan perhatian yang luas terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia, dan yang terbuka bagi suara Allah.” Bagaimana Bermeditasi--Latihan-Latihan Khusus Dalam kehidupan rohani ada gerak maju. Tidaklah bijaksana untuk menaklukkan puncak Gunung Everest jika kita belum mempunyai pengalaman dengan pun- cak-puncak yang lebih rendah. Oleh sebab itu, saya menganjurkan untuk mulai dengan jangka waktu dari lima sampai sepuluh menit setiap hari. Inilah saat untuk belajar "memusatkan diri’, atau yang disebut tokoh-tokoh kontemplasi pada abad pertengahan sebagai "pengum- pulan kembali". Inilah waktunya bagi kita untuk menjadi tenang, untuk memasuki keheningan yang menciptakan 4s kembali, untuk memusatkan kembali pikiran kita yang terpecah-pecah. Berikut ini ada dua macam latihan singkat sebagai contoh yang akan menolong saudara di dalam "me- musatkan diri". (Ini suatu anjuran saja. Bukan suatu keharusan.) Yang pertama sebut saja "telapak tangan ke bawah, telapak tangan ke atas." Mulai dengan meng- arahkan telapak tangan ke bawah sebagai petunjuk simbolis dari keinginan saudara untuk menyerahkan semua soal saudara kepada Tuhan. Dalam hati saudara dapat berdoa, "Tuhan, saya serahkan kepada-Mu kemarahan saya terhadap dia. Saya lepaskan ketakutan untuk pergi ke dokter gigi pagi ini. Saya serahkan rasa cemas karena mungkin tidak bisa membayar semua rekening bulan ini. Saya lepaskan rasa frustrasi karena tak menemukan orang untuk menjaga anak-anak malam ini." Apa saja yang membebani pikiran atau yang menjadi tanggungan saudara, cukup katakan, "Telapak tangan ke bawah.” Lepaskan itu. Mungkin saja saudara dapat merasa berkurangnya ketegangan dalam tangan saudara. Setelah beberapa saat penyerahan, balikkan telapak tangan ke atas sebagai simbol keinginan saudara untuk menerima sesuatu dari Tuhan. Mungkin saudara berdoa di dalam hati, "Tuhan, saya ingin menerima kasih ilahi-Mu terhadap dia, damai-Mu untuk pergi ke dokter gigi, kesabaran-Mu, kesukaan-Mu." Apa saja yang saudara perlukan, saudara katakan, "telapak tangan ke atas." Setelah memusatkan perhatian demikian, lewat- kan saat-saat yang tersisa dalam keheningan total. dangan meminta apa-apa. Beri kesempatan kepada Tuhan untuk bersekutu dengan roh saudara, untuk mengasihi saudara. Jika ada kesan-kesan atau petunjuk datang, baik; jika tidak datang baik juga. Meditasi lain yang ditujukan untuk memfokuskan diri mulai dengan memusatkan perhatian pada pernapasan. 46 (Sekali lagi jangan salah paham. Ini sekadar contoh.) Setelah duduk dengan enak, secara perlaban mulailah mengatur pernapasan saudara. Hal ini akan menolong saudara untuk berhubungan dengan tubuh saudara dan menunjukkan kepada saudara tingkat ketegangan di dalam diri. Tariklah napas dalam-dalam, dengan per- lahan miringkan kepala ke belakang sejauh mungkin. Kemudian hembuskan napas saudara, serta membiarkan kepala saudara perlahan ke depan kembali terus sampai dagu saudara nyaris menyentuh dada. Lakukanlah hal ini beberapa saat, sambil berdoa dalam hati seperti ini, “Puhan, saya keluarkan ketakutan atas ujian geometri saya, saya menghirup damai sejahtera-Mu. Saya me- ngeluarkan kelesuan rohani, saya menghirup terang dan hidup-Mu." Kemudian seperti sebelumnya, jadilah tenang lahir dan batin. Perhatikan Kristus yang tinggal di dalam diri saudara. Jika perhatian saudara menyim- pang ke surat yang harus didikte atau ke jendela yang harus dibersihkan, "keluarkan" persoalan itu ke tangan Tuhan dan hiruplah damai ilahi-Nya. Kemudian de- ngarkan sekali lagi. Pada akhir setiap meditasi, tutuplah dengan per- nyataan syukur yang tulus. Setelah saudara dapat menguasai dalam hal me- musatkan diri, tambahkan meditasi selama lima sampai sepuluh menit atas suatu karya ciptaan Allah. Pilihlah sesuatu dalam tatanan ciptaan ini, misalnya: pohon, tanaman, burung, daun, awan, dan setiap hari re- nungkanlah dengan cermat dan penuh doa. Tuhan yang menciptakan langit dan bumi memakai ciptaan-Nya untuk menunjukkan sedikit kemuliaan-Nya dan mem- berikan sesuatu dari hidup-Nya. "Cara yang paling sederhana dan tertua ... yang dipakai Allah untuk menyatakan diri-Nya adalah »... melalui bumi dan di bumi itu sendiri. Dan Ia masih berbicara kepada kita 47 melalui bumi dan lautan, burung di udara dan makhluk- makhluk kecil di bumi, jika kita bisa diam sejenak dan mendengarkan.""! Hendaknya jangan kita melalaikan sarana kasih karunia-Nya ini, karena seperti Evelyn Underhill peringatkan: Menghindarkan diri dari alam, menolak persa- habatannya, dan berusaha untuk melompati sungai hidup dalam pengharapan untuk menemukan Allah pada tepi yang lain, merupakan kesalahan besar.... Jadi, Anda haruslah memulai dengan bentuk kon- templasi yang pertama yang kadang-kadang disebut sebagai "menemukan Allah dalam makhluk- makhluk-Nya.'”? Setelah mempraktikkan dua macam contoh meditasi seperti yang telah diterangkan di atas selama beberapa minggu, saudara akan ingin menambahkan meditasi tentang firman Tuhan. Seperti poros’ sebuah roda, meditasi tentang firman Tuhan menjadi titik acuan yang utama. Dengannya semua meditasi lainnya akan tetap berada pada perspektif yang sebenarnya. Meditatio Scripturarum (meditasi firman Tuhan) ini dianggap oleh para abli sebagai landasan yang normal bagi kehidupan batin. Sedangkan penelaahan Alkitab berpusat pada penafsiran, meditasi firman Tuhan pada penghayatan dan perwujudan bagian Firman itu. Firman yang ter- tulis itu menjadi firman yang hidup yang ditujukan kepada kita sendiri. Ambil saja satu peristiwa seperti kebangkitan, atau sebuah perumpamaan, atau beberapa ayat, atau bahkan satu kata dan izinkan berakar di dalam hati. Berusahalah untuk mengamalkan pengalaman itu, sam- bil ingat akan nasihat Ignatius dari Loyola untuk menggunakan semua pancaindera kita dalam melakukan 48 tugas kita. Ciumlah bau lautan. Dengarkanlah bunyi riak ombak di pantai. Pandanglah akan kerumunan orang. Rasakan sinar matahari di kepala saudara dan rasakan kelaparan di dalam perut. Rasailah garam di udara. Sentuhlah kelim jubah-Nya. Francis de Sales telah mengarahkan kita untuk tunjukkan kepada imajinasi Anda seluruh rahasia yang ingin Anda renungkan seolah-olah hal itu berada di hadapan Anda. Misalnya, jika Anda ingin untuk merenungkan Tuhan di kayu Salib, bayangkan bahwa Anda berada di Bukit Golgota, dan bahwa Anda melihat dan mendengar segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan pada hari Penderitaan itu. Sewaktu saudara memasuki kisah itu, bukan sebagai seorang pengamat yang pasif, melainkan sebagai seorang peserta yang aktif, ingatlah bahwa karena Yesus hidup dalam Masa Kini yang Kekal yang tidak dibatasi oleh waktu, kejadian ini yang terjadi pada masa lampau merupakan satu pengalaman masa sekarang yang tetap hidup bagi-Nya. Oleh sebab itu, saudara benar-benar dapat menjumpai Kristus yang hidup dalam kisah itu, mendengarkan suara-Nya serta dijamah oleh kuasa-Nya yang menyembuhkan. Hal ini bukan sekadar suatu tindakan menggunakan imajinasi; ini bisa merupakan konfrontasi yang sesungguhnya. Yesus Kristus betul- petul akan datang kepada saudara. Ini bukan saatnya untuk menelaah arti kata secara teknis, atau melakukan analisis, atau mengumpulkan bahan-bahan untuk dibicarakan dengan orang lain. Singkirkan semua kecenderungan yang mengarah pada kkesombongan dan dengan rendah hati menerima Firman yang ditujukan kepada saudara. Sering saya merasa 49 bahwa berlutut adalah sikap yang baik untuk saat-saat seperti ini. Dietrich Bonhoeffer berkata, "... sama seperti Anda tidak menganalisis perkataan seseorang yang Anda cintai, melainkan menerimanya seperti yang dikatakan kepada Anda, begitu pula terimalah firman Tuhan dan renungkanlah di dalam hati Anda seperti yang di- lakukan Maria, Itu saja. Itulah meditasi."** Pada waktu Bonhoeffer mendirikan seminari di Finkenwalde, medi- tasi Alkitab dengan berdiam selama setengah jam di- setujui secara bersama dan dipraktikkan oleh para mahasiswa dan staf pengajar. Sangatlah penting untuk melawan pencobaan mem- baca banyak ayat Alkitab secara sepintas lalu. Keter- gesaan kita menunjukkan keadaan batin kita dan keadaan batin itulah yang perlu diubah. Bonhoeffer menganjurkan untuk memakai waktu seminggu untuk mendalami satu teks Alkitab! Lagi pula, saudara akan ingin merenungkan ayat pilihan itu sepanjang hari. Bentuk meditasi keempat mempunyai tujuan akan membawa saudara ke dalam persekutuan, batin yang mendalam dengan Bapa agar saudara dapat memandang Dia dan Ia memandang saudara. Bayangkan diri saudara sedang berjalan menelusuri jalan setapak di hutan yang indah, Lakukanlah hal ini dengan santai, serta mem- biarkan kebisingan kota besar yang modern digeserkan oleh. suara desir dedaunan yang terkena angin dan gemercik air sungai. Setelah mengamati diri sendiri beberapa saat lamanya, ambillah segi pandangan orang yang sedang berjalan, bukan orang yang sedang meng- *Tempat yang terbatas merintangi meditasi yang terinci mengenai ayat-ayat Alkitab. Dalam buku The Other Side of Silence, Kelsey menyediakan lebih daripada 60 halaman berisi meditasi yang khusus. Buku The Spiritual Exercises oleh Ignatius dari Loyola merupakan sumber lain. Juga Lyman Coleman telah menulis berbagai buku pelajaran yang tujuannya ialah menolong saudara dalam mengalami ayat Alkitab. 50 amati. Cobalah untuk merasakan hembusan angin sepoi- sepoi pada wajah saudara seolah-olah dengan perlahan meniup pergi semua kegelisahan. Berhentilah di tengah jalan untuk memperhatikan keindahan bunga-bunga dan burung-burung. Bila saudara bisa merasakan pemandangan itu dengan seluruh pancaindera saudara, maka jalan setapak itu akan mencapai bukit berumput yang indah. Berjalanlah ke arah padang hijau yang dikelilingi pohon-pohon cemara yang tinggi. Setelah mengelilingi dan melihat-lihat padang itu, berbaringlah dan layangkan pandangan saudara ke langit yang bira dan ewan-awan putih yang berarakan. Nikmatilah pemandangan dan keharuman tempat itu. Ucapkan syukvr kepada Tuhan karena keindahannya. Tak lama kemudian timbullah kerinduan mendalam untuk memasuki daerah yang berada di atas awan-awan itu. Dalam angan-angan saudara biarkan tubuh rohani saudara, yang bercahaya dengan terang, keluar dari tubuh jasmani saudara dan naik ke atas. Menolehlah agar dapat melihat diri saudara terbaring di atas rumput dan tenangkan tubuh saudara bahwa saudara akan kembali beberapa saat lagi. Bayangkan diri rohani saudara, yang hidup dan bersemangat, naik melewati awan-awan dan memasuki stratosfer. Perhatikan tubuh fisik saudara, bukit dan hutan itu menjadi kecil semen- tara saudara meninggalkan bumi. Masukilah tempat- tempat yang lebih jauh lagi di angkasa luar sampai tidak ada apa-apa lagi kecuali kehangatan kehadiran Sang Pencipta yang kekal. Beristirahatlah di hadapan-Nya. Dengarkan dengan tenang, harapkan sesuatu yang tidak saudara harapkan. Perhatikan baik-baik pesan-pesan yang diberikan. Setelah beberapa waktu melakukan hal ini dan menjadi lebih berpengalaman, saudara akan bisa membedekan dengan mudah antara pikiran manusia yang muncul ke alam sadar dan Roh yang Benar yang 51 bekerja di dalam hati. Jangan merasa heran bila arahan yang diterima itu sangat praktis dan samasekali tidak seperti yang saudara pikirkan sebagai "rohani", Jangan kecewa jika tidak sepatah kata pun diucapkan; seperti kawan-kawan yang baik, dengan tenang saudara menik- mati kebersamaan itu. Jika tiba saatnya untuk saudara meninggalkan tempat itu, dengan suara yang dapat | didengar ucapkan syukur pada Tuhan karena kebaikan- | Nya dan kembalilah ke padang itu. Berjalanlah kembali | dengan senang hati sepanjang jalan setapak sampai | saudara tiba di rumah penuh dengan hidup dan ke- | kuatan baru. | Ada bentuk meditasi yang kelima yang dalam bebe- rapa hal berlawanan dengan meditasi yang baru saja diketengahkan. Yaitu merenungkan kejadian-kejadian | pada zaman kita lalu berusaha mengetahui maknanya. Kita mempunyai kewajiban rohani untuk mengerti arti yang lebih dalam dari kejadian-kejadian dan tekanan politik, bukan untuk memperoleh kekuasaan, tetapi untuk memperoleh pandangan nubuat. Thomas Merton berkata bahwa orang -» yang telah merenungkan Penderitaan Kristus, tetapi tidak merenungkan kamp-kamp pemusnahan di Dachau dan Auschwitz belum sepenuhnya me- masuki pengalaman kekristenan pada zaman kita... Sesungguhnya, orang yang bermeditasi harus ter- utama merenungkan kenyataan-kenyataan hebat ini yang begitu simtomatis, begitu penting, begitu bersifat nubuat.”° * Selama bertahun-tahun sejak penerbitan buku ini beberapa orang bertanya apakah saya mendukung perjalanan-antariksa atau proyek- si-astral dalam latihan meditasi ini. Jawaban saya, “Tidak, samasekali tidak!" Meditasi ini hanya suatu pertolongan untuk memusatkan diri, hanya itu. 52 Bentuk meditasi seperti ini sebaiknya dilakukan de- ngan Alkitab di tangan yang satu dan surat kabar di tangan yang lain! Akan tetapi, saudara janganlah di- kuasai oleh pernyataan-pernyataan politik yang klise dan propaganda yang disodorkan kepada kita sekarang. Se- benarnya, surat kabar biasanya terlalu dangkal dan berat sebelah sehingga kurang menolong. Akan lebih baik jika kita membawa semua kejadian pada zaman kita ini di hadapan Allah dan memohon pengertian seorang nabi untuk mengetahui ke mana kejadian- kejadian ini membawa kita. Selanjutnya, kita harus meminta petunjuk dalam segala sesuatu yang kita pribadi harus lakukan untuk menjadi garam dan terang di dalam dunia yang gelap dan makin rusak ini. Jangan saudara berkecil hati jika pada permulaan meditasi itu tidak berarti bagi saudara. Saudara sedang belajar suatu seni yang belum pernah saudara pelajari sebelumnya. Kebudayaan kita pun tidak memberi do- rongan untuk mengembangkan kemampuan ini. Sau- dara akan menantang arus, tetapi kuatkanlah hatimu; tugas saudara amat berharga. Masih ada banyak aspek lain dalam disiplin meditasi yang bisa menguntungkan bila dibicarakan.” Bagai- manapun juga, meditasi bukan suatu tindakan terpisah, juga tidak dapat diselesaikan seperti cara menyelesaikan pembuatan kursi. Meditasi merupakan suatu cara hidup. Saudara terus-menerus akan belajar dan bertumbuh sementara saudara menduga kedalamannya. “Dua topik yang dekat hubungannya dengan meditasi akan dibicarakan dalam Disiplin Kesendirian: menggunakan keheningan dengan kreatif, dan konsepsi yang dikembangkan oleh St. John of ‘The Cross yang menyebutnya *malam gelapnya jiwa.” 53:

You might also like