2. DISIPLIN BERMEDITASI
Renungan yang benar bukan merupakan tipuan
psikologis, melainkan suatu anugerah teolo-
gis.--Thomas Merton
Musuh kita pada zaman sekarang unggul dalam tiga
hal: kebisingan, ketergesaan, dan kerumunan orang. Jika
ia dapat tetap menyibukkan kita dalam banyak hal,
maka ia sudah merasa puas. Dokter penyakit jiwa, C.
G. Jung, pernah berkata, "Ketergesaan itu bukan dari
Iblis; melainkan adalah Iblis."*
dika kita berharap untuk bisa bergerak lebih jauh
daripada kedangkalan budaya kita--termasuk budaya
keagamaan--kita harus bersedia untuk turun ke tempat
sepi, ke alam renungan batin. Dalam tulisan-tulisan
mereka, semua tokoh yang terkenal dalam meditasi
telah berusaha untuk membangkitkan kita pada ke-
nyataan bahwa alam semesta ini jauh lebih besar dari
apa yang kita ketahui, ada bagian-bagian kedalaman
yang mahaluas yang belum dijelajahi yang sama
nyatanya dengan dunia fisik yang kita ketahui dengan
baik. Mereka memberi tahu tentang kemungkinan-
kemungkinan yang mengherankan untuk memperoleh
kebebasan dan hidup baru. Mereka mengajak kita untuk
bertualang, merintis daerah perbatasan dunia roh.
27Walaupun kedengarannya aneh bagi telinga orang masa
kini, seharusnya kita tanpa merasa malu mendaftarkan
diri untuk belajar dalam sekolah doa renungan ini.
Kesalahpahaman yang Dapat Dimengerti
Sering kali dipertanyakan apakah meditasi itu bisa
disebut sebagai sifat Kristen. Bukankah meditasi ini
secara khusus dilakukan agama-agama Timur? Kapan
saja saya berbicara pada sebuah kelompok tentang
meditasi sebagai Disiplin Kristen yang klasik, selalu ada
orang yang heran. "Saya kira TM (franscendental me-
ditation) adalah kelompok yang selalu melakukan
meditasi." "Anda toh tidak akan memberikan mantra
untuk kami ucapkan!"
Merupakan komentar yang menyedihkan mengenai
keadaan rohani kekristenan masa kini kalau meditasi
merupakan kata yang asing bagi telinga orang Kristen.
Meditasi selalu merupakan bagian utama dari ibadah
kristiani, persiapan penting dan tambahan bagi
pelayanan doa. Tak sangsi lagi bahwa sebagian dari
meningkatnya minat terhadap meditasi dunia Timur
disebabkan karena_ gereja telah menghapuskan
kebiasaan ini. Seorang mahasiswa yang ingin menge-
tahui ajaran Kristen mengenai meditasi pasti akan
merasa sangat kecewa bila menemukan bahwa hanya
ada sedikit orang sekarang ini yang dengan sungguh-
sungguh melakukan doa kontemplatif (yang mem-
bangkitkan renungan) dan hampir semua karya tulisan
mengenai pokok ini berusia tujuh abad atau lebih. Tidak
* Transcendental meditation (meditasi transendental) adalah
meditasi secara mendalam dan sungguh-sungguh seperti yang
dilakukan di kalangan orang Hindu. Sementara melakukan meditasi
itu sering mereka mengucapkan sebuah mantra dengan tujuan untuk
meringankan ketegangan dan meningkatkan kesadaran.
28heran jika ia beralih kepada Zen (aliran agama Budha
yang sangat berpengaruh di Jepang), Yoga, atau TM.
Meditasi sudah tentu tidak asing bagi para penulis
Alkitab. "Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk
berjalan-jalan (bermeditasi, versi King James) di padang"
(Kejadian 24:63). "Apabila aku ingat kepada-Mu di
tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal
malam" (Mazmur 63:7). Orang-orang ini dekat dengan
hati Tuhan, Allah berbicara kepada mereka bukan
karena mereka memiliki kemampuan khusus, tetapi oleh
karena mereka bersedia untuk mendengarkan Dia. Kitab
Mazmur benar-benar menyanyi tentang meditasi umat.
Allah tentang hukum-hukum Tuhan. "Aku bangun men-
dahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji-
Mu" (Mazmur 119:148). Mazmur yang memulai seluruh
kitab Mazmur memanggil seluruh umat untuk berusaha
menyamai “orang yang berbahagia" yang "kesukaannya
jialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu
siang dan malam" (Mazmur 1:2).
Selama berabad-abad, para pengarang Kristen telah
berbicara tentang cara mendengarkan Allah, berko-
munikasi dengan Sang Pencipta langit dan bumi, meng-
alami kasih dari Dia yang mengasihi dunia selama-
lamanya. Para pemikir yang baik seperti Augustinus,
Fransiskus dari Assisi, Frangois Fénelon, Madame
Guyon, Bernard dari Clairvaux, Francis de Sales,
Yuliana dari Norwich, Saudara Lawrence, George Fox,
John Woolman, Evelyn Underhill, Thomas Merton,
Frank Laubach, Thomas Kelly, dan banyak yang lain
telah berbicara tentang jalan ini yang lebih utama.
Alkitab mengatakan bahwa “pada hari Tuhan"
Yohanes "dikuasai oleh Roh" ketika ia menerima visiun
yang bersifat nubuat (Wahyu 1:10). Mungkinkah
Yohanes telah terlatih untuk mendengarkan dan melihat
dalam suatu cara yang telah kita lupakan? R.D. Laing
29menulis, "Kita hidup dalam dunia sekular.... Ada nubuat
dalam kitab Amos bahwa saatnya akan datang ketika
akan terjadi kelaparan di negeri, *bukan kelaparan akan
makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan
mendengarkan firman Tuhan.’ Waktu itu telah tiba,
yaitu zaman sekarang ini."
Marilah kita memberanikan diri untuk berpihak pada
tradisi Alkitab dan sekali lagi belajar cara meditasi
zaman dulu (tetapi sesuai dengan masa kini). Biarlah
kita bergabung bersama pemazmur dan menyatakan,
“Tetapi aku akan merenungkan titah-titah-Mu" (Mazmur
119:78).
Ada juga orang yang merasa bahwa gagasan Kristen
tentang meditasi sama artinya dengan konsepsi meditasi
yang menjadi pusat agama Timur. Dalam kenyataan
kedua gagasan ini berbeda jauh sekali. Meditasi Timur
merupakan upaya untuk mengosongkan pikiran; me-
ditasi Kristen merupakan upaya mengosongkan pikiran
agar dapat diisi. Dua pandangan ini amat berbeda.
Segala macam meditasi model Timur menekankan
perlunya melepaskan pikiran dari dunia: Yang dipen-
tingkan ialah kehilangan kepribadian dan individualitas
serta menyatu dengan Pikiran Kosmis. Ada kerinduan
untuk terlepas dari beban dan kesedihan hidup ini dan
diangkat ke dalam kebahagiaan yang pasif dan tanpa
usaha di Nirwana. Identitas pribadi terhilang dalam
genangan kesadaran kosmis. Pelepasan diri merupakan
tujuan akhir dari agama jfimur. Merupakan pelarian
dari roda keberadaan manusia yang penuh sengsara.
Tidak ada Allah yang dapat didekati ataupun didengar.
Zen dan Yoga merupakan bentuk-bentuk populer dari
pendekatan ini. Meditasi transendental (TM) bersumber
pada agama Budha juga, tetapi dalam bentuk Baratnya
merupakan suatu penyimpangan. Dalam bentuk po-
pulernya, TM merupakan meditasi orang materialis.
30Untuk mempraktikkannya saudara samasekali tidak
perlu percaya dalam dunia rohani. Meditasi jenis ini
hanya merupakan metode untuk mengendalikan gelom-
bang-gelombang otak agar bisa memperbaiki kesehatan
emosional dan fisiologis. Bentuk TM yang lebih tinggi
lagi melibatkan hal-hal yang bersifat rohani dan mem-
punyai ciri-ciri yang sama dengan semua agama Timur
lainnya.
Meditasi Kristen jauh melampaui gagasan pelepasan
dir, Memang ada perlunya untuk melepaskan diri--
“sabat kontemplasi" seperti dikatakan oleh Peter dari
Celles, seorang biarawan Benediktijn abad ke-12.° Tetapi
kita harus melangkah terus sampai mencapai hubungan.
Melepaskan diri dari semua kekacauan yang mengeli-
lingi kita agar dapat mempunyai hubungan yang lebih
erat dengan Allah dan sesama manusia. Meditasi Kris-
ten membawa kita kepada keutuhan batin yang perlu
agar kita dapat memberi diri dengan leluasa kepada
Tuhan, dan juga kepada persepsi rohani yang perlu
untuk menyerang kejahatan dalam masyarakat. Dalam
hal ini, meditasi Kristen merupekan disiplin yang paling
praktis.
Ada bahayanya jika kita berpikir hanya dari segi
pelepasan diri, seperti yang Tuhan Yesus terangkan
dalam cerita-Nya tentang seorang yang telah mengo-
songkan dirinya dari yang jahat tetapi tidak dipenubi
dengan hal-hal yang baik. "Apabila roh jahat keluar dari
manusia ... ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang
lebih jahat daripadanya, dan mereka masuk dan ber-
diam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih
buruk daripada keadaannya semula" (Lukas 11:24-26).*
Beberapa orang menghindari meditasi oleh karena
takut hal itu terlalu sulit, terlalu rumit. Mungkin lebih
pbaik jika diserahkan kepada para ahli yang memiliki
waktu lebih banyak untuk menyelidiki masalah-masalah
31batin. Tidak samasekali! Orang-orang yang diakui se-
bagai ahli dalam bidang ini tidak pernah mengatakan
bahwa jalan yang mereka tempuh itu hanya untuk
beberapa orang yang istimewa saja atau tokoh-tokoh
besar dalam kerohanian. Mereka akan menertawakan
ide seperti itu. Mereka merasa bahwa apa yang sedang
mereka lakukan itu merupakan kegiatan manusia
biasa--sama wajarnya dan sama pentingnya dengan
bernapas. Mereka akan mengatakan bahwa kita tidak
memerlukan bakat khusus atau kekuatan batin. Yang
perlu kita kerjakan hanyalah mendisiplinkan dan me-
latih kemampuan-kemampuan yang terpendam di dalam
diri kita. Setiap orang yang dapat menyadap kekuatan
imajinasi dapat belajar untuk bermeditasi. Jika kita
mampu untuk mendengarkan mimpi-mimpi kita, maka
kita sedang mengambil langkah-langkah pertama.
Thomas Merton, orang yang memahami meditasi,
berkata, "Meditasi itu sebenarnya amat sederhana, tidak
perlu ada banyak teknik yang rumit untuk mengajar
kita bagaimana melakukannya."®
Akan tetapi, agar kita tidak tersesat, kita harus
mengerti bahwa pekerjaan ini tidak bersifat sembrono.
Kita tidak mendatangi seorang pesuruh kosmis. Meditasi
adalah suatu pekerjaan yang serius bahkan berbahaya.
Yang dibutuhkan adalah pemikiran dan energi kita yang
terbaik. Jangan sekali-kali melakukan meditasi untuk
iseng-iseng saja atau karena orang lain juga melakukan-
nya, Mereka yang melakukan meditasi dengan setengah
hati pasti akan gagal. P.T. Rohrbach telah menuliskan,
"Persiapan menyeluruh yang terbaik untuk berhasil
dalam bermeditasi adalah keyakinan pribadi akan pen-
tingnya meditasi itu dan ketetapan hati yang teguh
untuk bertekun dalam melakukannya."® Seperti peker-
jaan serius lainnya, tahap-tahap permulaan dalam be-
lajar bermeditasi adalah lebih sulit; setelah kita
32mahir--berpengalaman--bermeditasi akan termasuk pola-
pola kebiasaan yang mendarah daging. "Menanti Tuhan
bukanlah bermalas-malas,” kata Bernard dari Clairvaux,
"tetapi merupakan pekerjaan yang terberat dari semua
pekerjaan lainnya bagi orang yang bukan abli di bidang
ini."
‘Ada juga orang yang memandang jalan bermeditasi
ini sebagai tidak praktis dan samasekali tak berkaitan
dengan abad ke-20. Ada ketakutan bahwa bermeditasi
akan menjadikan kita seperti tokoh yang pernah di-
abadikan oleh Dostoevski dalam bukunya The Brothers
Karamazov--yaitu Bapak Ferapont yang asketis, seorang
yang keras, berlagak suci, dan yang dengan usahanya
sendiri telah melepaskan diri dari dunia, kemudian
mengutuki dunia. Paling banter, meditasi semacam itu
hanya akan menimbulkan sikap alami yang tak sehat
yang membuat kita tidak peka terhadap penderitaan
umat manusia.
Evaluasi yang seperti itu salah samasekali. Sebenar-
nya, meditasi adalah satu-satunya cara yang dapat
mengarahkan kembali hidup kita secara memadai se-
hingga kita dapat berhasil dalam menghadapi hidup ini.
Thomas Merton menulis, "Meditasi tidak ada gunanya
dan tidak mempunyai realitas jika tidak berakar teguh
dalam hidup ini."® Secara historis, tidak ada golongan
yang lebih menekankan perlunya memasuki ketenangan
untuk mendengarkan daripada golongan Quaker dan
hasilnya adalah dampak sosial yang vital yang jauh
melebihi jumlah mereka. Tokoh-tokoh di bidang kon-
templasi itu sendiri adalah pria dan wanita yang aktif.
Meister Eckhart menulis, "Bahkan jika seseorang sedang
bersemedi seperti Rasul Paulus dan mengetahui tentang
seorang yang memerlukan makanan maka lebih baik ia
memberi makan kepadanya daripada terus bersemadi.”®
33Sering kali meditasi akan memberikan wawasan yang
amat praktis, yang dapat dikatakan biasa-biasa saja.
Akan datang arahan bagaimana harus berhubungan
dengan istri atau suami, bagaimana menanggulangi
persoalan yang peka ini atau situasi bisnis itu. Lebih
dari satu kali saya telah menerima petunjuk bagaimana
saya harus bersikap ketika memberi kuliah. Sangatlah
indah jika suatu meditasi khusus membuat kita me-
masuki suasana trans (terputus hubungan dengan seke-
lilingnya), tetapi jauh lebih bermanfaat apabila kita
diberi petunjuk dalam menghadapi masalah-masalah
manusia yang lazim. Morton Kelsey telah mengatakan:
Apa yang kita lakukan dengan hidup ini yang
mengarah keluar, yaitu betapa baiknya kita mem-
perhatikan orang lain, merupakan sebagian dari
meditasi juga sama seperti apa yang kita lakukan
dalam ketenangan dan yang mengarah ke dalam.
Sesungguhnya, meditasi kristiani mengalami
korsleting bila tidak mengadakan perubahan dalam
mutu kehidupan lahiriah seseorang. Mungkin ke-
inginan bermeditasi akan berkobar-kobar untuk
sementara waktu, tetapi jika tidak menghasilkan
hubungan-hubungan yang lebih berharga dan lebih
pengasih dengan sesama manusia atau tidak meng-
ubah berbagai situasi di dalam dunia yang me-
nyebabkan penderitaan manusia, maka mungkin
kegiatan doa orang itu akan mengalami kega-
galan.
Mungkin kesalahpahaman yang paling umum adalah
menganggap meditasi sebagai manipulasi psikologis
dalam bentuk agama. Mungkin amat berguna untuk
menurunkan tekanan darah atau untuk meringankan
tekanan batin. Mungkin juga meditasi itu akan me-
34nolong kita dengan memberikan wawasan-wawasan
yang berarti dengan menolong kita untuk berhubungan
dengan pikiran bawah-sadar kita. Tetapi gagasan
hubungan dan persekutuan yang sesungguhnya dengan
suatu lingkungan keberadaan rohani kedengarannya
tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan dan samasekali
tidak masuk akal. Jika saudara merasa bahwa kita
hidup dalam alam fisik semata-mata, saudara akan
memandang meditasi sebagai cara terbaik untuk mem-
peroleh pola gelombang alfa yang tetap dalam otak.
(Justru kesan ini yang coba diproyeksikan oleh TM,
yang membuatnya sangat menarik bagi manusia sekular
yang modern.) Tetapi jika saudara percaya bahwa kita
hidup dalam alam semesta yang diciptakan Allah yang
tidak terbatas yang merindukan persekutuan kita ber-
sama-Nya, saudara akan melihat meditasi sebagai ko-
munikasi antara Sang Pengasih dan orang yang dikasihi.
Seperti yang dikatakan Albert Agung, "Kontemplasi
orang kudus dinyalakan oleh kasih oknum yang dire-
nungkan, yaitu Allah."
Kedua konsepsi tentang meditasi ini amat bertentang-
an. Yang satu membatasi kita pada pengalaman ma-
nusiawi semata-mata, yang lain meluncurkan kita ke
perjumpaan antara manusia dan Allah. Yang satu ber-
bicara mengenai penjelajahan alam bawah sadar, sedang
yang lain berbicara tentang "perhentian di dalam Dia
yang telah kita temukan, Yang mengasihi kita, Yang
dekat dengan kita, Yang datang kepada kita untuk
menarik kita kepada diri-Nya."!* Keduanya bisa kede-
ngaran ada hubungan dengan agama bahkan memakai
istilah-istilah agama, tetapi meditasi yang terlebih
dahulu disebut tidak mungkin memberi tempat kepada
realitas rohani.
Kalau demikian, bagaimana kita bisa percaya akan
dunia roh? Dengan iman yang buta? Samasekali tidak.
35Realitas batin dunia rohani tersedia bagi setiap orang
yang mau mencarinya. Sering saya menemukan bahwa
mereka yang dengan bebas menolak dunia roh, mereka
itu belum pernah meluangkan sepuluh menit pun untuk
menyelidiki apakah dunia semacam itu ada atau tidak.
Seperti halnya dengan usaha ilmiah lainnya, kita mem-
bentuk suatu hipotesa dan mengadakan percobaan un-
tuk melihat apakah hal itu benar atau tidak. Jika
percobaan pertama gagal, kita tidak lantas putus asa
atau menganggap semuanya itu suatu tipuan. Kita
meneliti kembali prosedur kita, mungkin harus me-
nyesuaikan hipotesa kita dan kemudian mencobanya
kembali. Setidak-tidaknya kita harus mempunyai ke-
jujuran untuk bertekun dalam pekerjaan ini dalam
tingkat yang sama seperti yang akan kita lakukan di
bidang pengetahuan lainnya. Kenyataan bahwa begitu
banyak orang tidak bersedia untuk melakukan demikian
itu memperlihatkan bukan kecerdasan mereka, melain-
kan prasangka buruk mereka.
Merindukan Suara Allah yang Hidup
Ada kalanya segala sesuatu yang di dalam kita
“mengiakan" kata-kata Frederick W. Faber, yang ber-
bunyi:
Hanya duduk dan memikirkan Allah,
Alangkah senangnya!
Memikirkan Dia, membisikkan Nama-Nya;
Tak ada kebahagiaan lebih besar daripada itu di
dunia ini.
Tetapi mereka yang bermeditasi mengetahui bahwa
reaksi yang lebih sering timbul adalah kemalasan rohani,
sikap dingin, dan kurang mempunyai_ keinginan.
36Makhluk manusia kelihatannya mempunyai kecen-
derungan terus-menerus untuk membiarkan orang lain
saja yang berbicara kepada Tuhan bagi mereka. Kita
sudah puas dengan firman yang diterima dari tangan
kedua. Di Sinai umat Tuhan berseru kepada Musa,
"Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan
mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan
kami, nanti kami mati" (Keluaran 20:19). Salah satu
kesalahan Israel yang menimbulkan bencana adalah
desakan mereka untuk mempunyai seorang raja manusia
daripada bergantung pada pemerintahan Allah atas
mereka. Kita dapat merasakan nada yang sedih dalam
firman Tuhan, "Tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya
jangan Aku menjadi raja atas mereka" (I Samuel 8:7).
Sejarah agama merupakan kisah perjuangan yang nekad
untuk memiliki seorang raja, seorang pengantara, se-
orang imam, Dengan cara ini kita sendiri tidak perlu
berhubungan dengan Allah. Pendekatan semacam itu
menghindarkan kita dari kebutuhan untuk berubah,
karena berada di hadirat Tuhan berarti harus berubah.
Cara ini amat cocok, karena memberi kita keuntungan
penghormatan agama tanpa adanya tuntutan perubahan
moral. Kita tidak perlu mengamati orang-orang sekeliling
secara cermat untuk menyadari bahwa mereka telah
ditawan oleh agama pengantara.
Itulah sebabnya meditasi begitu menakutkan kita.
Dengan berani meditasi memanggil kita untuk me-
masuki hadirat Allah yang hidup demi diri kita sendiri.
Meditasi mengatakan bahwa Allah sedang berbicara
terus-menerus dan rindu untuk berbicara dengan kita.
Yesus dan para penulis Perjanjian Baru menjelaskan
bahwa meditasi tidak hanya diperuntukkan bagi kaum
rohaniwan--yaitu imam-imam--tetapi bagi setiap orang.
Semua orang yang mengakui, Yesus Kristus sebagai
Tuhan adalah keimaman universal Allah, dan
37karenanya bisa memasuki tempat Mahakudus dan ber-
cakap-cakap dengan Allah yang hidup.
Kelihatannya amat sulit untuk membawa orang ke-
pada kepercayaan bahwa mereka bisa mendengarkan
suara Allah. Para anggota Church of the Savior di
Washington D.C. telah mengadakan percobaan di bidang
ini untuk beberapa waktu lamanya. Kesimpulan mereka,
"Kita pikir, kita ini orang abad ke-20 dan ke-21;
walaupun demikian kita mempunyai petunjuk bahwa
kita dapat menerima arahan yang sama jelasnya dengan
yang telah diterima oleh Ananias, ... "Mari, pergilah ke
jalan yang bernama Jalan Lurus.”!' Mengapa tidak?
Jika Allah itu hidup dan melibatkan diri dalam urusan
manusia, mengapa suara-Nya tidak bisa didengar dan
ditaati sekarang? Suara itu dapat didengar oleh semua
orang yang mau mengenal-Nya sebagai Guru dan Nabi
yang hadir sekarang.
Bagaimana kita bisa menerima kerinduan untuk
mendengarkan suara-Nya? "Keinginan untuk berubah
ini merupakan suatu pemberian kasih karunia. Setiap
orang yang mengangankan bahwa ia bisa saja memulai
meditasi tanpa berdoa memohon kerinduan dan kasih
karunia untuk melakukannya, orang itu akan segera
berhenti dan putus asa. Tetapi keinginan untuk ber-
meditasi dan anugerah untuk memulai_ meditasi,
haruslah dipandang sebagai janji yang tersirat da-
lam anugerah yang lebih jauh lagi." Mencari dan
menerima "pemberian kasih karunia" itu adalah satu-
satunya hal yang akan menolong kita untuk tetap
bergerak maju dalam perjalanan batin ini.
Bersiap-siap untuk Bermeditasi
Tidaklah mungkin untuk belajar bagaimana bermeditasi
dari sebuah buku. Kita belajar bermeditasi dengan jalan
38bermeditasi. Namun, nasihat-nasihat yang sederhana
pada waktu yang tepat akan sangat menolong. Petunjuk
praktis dan latihan meditasi pada halaman-halaman
berikut diberikan dengan harapan agar dapat menolong
dalam praktik bermeditasi yang sebenarnya. Petunjuk-
petunjuk itu bukan merupakan hukum, juga tidak dimak-
sudkan untuk membatasi saudara, melainkan meru-
pakan beberapa contoh untuk masuk ke dalam dunia
batin.
Jika kepandaian tertentu telah diperoleh dalam kehi-
dupan batin, maka mungkinlah untuk mempraktikkan
meditasi di mana saja dan dalam situasi apa pun.
Saudara Lawrence pada abad ke-17 dan Thomas Kelly
pada abad ke-20 memberikan kesaksian yang sangat
baik tentang hal itu. Setelah mengatakan hal itu; kita
harus melihat bahwa penting bagi mereka yang baru
mulai dan mereka yang sudah pandai untuk memakai
sebagian waktu setiap hari guna bermeditasi. Jika
beratus-ratus orang yang tak terhitung banyaknya dapat
menggunakan waktu dua puluh menit dua kali sehari
untuk mengucapkan mantra, janganlah kita kalah dalam
pengabdian kita untuk bermeditasi pada saat-saat ter-
tentu.
Setelah kita yakin bahwa kita perlu menyisihkan
waktu-waktu khusus bagi kontemplasi, kita harus men-
jaga diri dari pikiran bahwa dengan melakukan per-
buatan-perbuatan religius tertentu pada waktu tertentu
berarti kita telah melakukan meditasi pada akhirnya.
Perbuatan ini merupakan tindakan seumur hidup,
merupakan pekerjaan dua puluh empat jam sehari. Doa
kontemplatif merupakan cara hidup. "Tetaplah berdoa,”
nasihat Paulus (I Tesalonika 5:17). Dengan sedikit
humor Peter dari Celles mengatakan bahwa "orang yang
mendengkur pada waktu malam ketika orang berbuat
kejahatan, ia tidak mengenal terang kontemplasi atau
renungan.”
39Oleh karena itu, kita harus mengerti betapa pen-
tingnya seluruh waktu dalam sehari dalam mempersiap-
kan diri kita untuk waktu-waktu khusus guna ber-
meditasi. Jika waktu kita terus-menerus dipenuhi
dengan berbagai kegiatan yang kelihatannya menyibuk-
kan, maka kita tidak akan bisa menyimak pada saat
keheningan batin. Pikiran yang terganggu dan terbagi-
bagi oleh urusan-urusan lahiriah hampir tidak siap bagi
meditasi. Bapak-bapak gereja sering berbicara mengenai
Otium Sanctum: "Kekeningan yang Kudus". Kata ini
menunjuk pada rasa keseimbangan dalam hidup, ke-
mampuan untuk tentram selama kegiatan-kegiatan se-
harian, kemampuan untuk istirahat dan meluangkan
waktu untuk menikmati keindahan, kemampuan untuk
mengatur waktu kita. Dengan kecenderungan kita untuk
menilai orang dari apa yang mereka hasilkan, maka
sebaiknya kita mengusahakan "keheningan yang kudus’.
Dan jika kita berharap akan berhasil dalam bermeditasi,
kita harus mengejar "keheningan yang kudus" itu de-
ngan kebulatan tekad yang tidak merasa menyalahi
janji-janji yang tercatat dalam agenda kita.
Bagaimana tentang tempat untuk bermeditasi? Hal
ini akan dibahas secara rinci di bawah Disiplin Kesen-
dirian. Sementara ini beberapa patah kata saja sudahlah
cukup. Carilah tempat yang tenang dan bebas dari
gangguan. Jangan sampai ada telepon di dekat saudara.
Jika mungkin mendapatkan tempat dengan pemandang-
an pepohonan atau tanaman, lebih baik lagi. Yang
terbaik adalah mempunyai satu tempat tertentu dari-
pada mencari-cari tempat yang berbeda setiap hari.
Bagaimana sikap badan? Dalam beberapa hal sikap
badan tidak mempengaruhi samasekali; saudara bisa
berdoa di mana saja, kapan saja, dan dalam sikap apa
pun. Akan tetapi, dari segi lainnya, sikap tubuh ini
teramat penting. Tubuh, akal, dan roh tidak terpisah-
40kan. Ketegangan dalam roh disampaikan dalam bahasa
tubuh. Saya benar-benar telah menyaksikan orang-orang
yang melewatkan sepanjang kebaktian dengan terus-
menerus mengunyah permen karet, tanpa sedikit pun
menyadari ketegangan mendalam di batin mereka. Sikap
lahiriah tidak hanya mencerminkan keadaan batin,
tetapi juga dapat menolong untuk memelihara sikap
batin dalam berdoa. Jika batin kita sarat dengan
gangguan dan kecemasan, maka sikap tubuh yang
tenang dan santai yang dengan sengaja kita pilih
cenderung akan menenangkan kegelisahan batin kita.
Tidak ada "hukum" yang menentukan keharusan
sikap tubuh, Di Alkitab terdapat bermacam-macam
sikap mulai dari berbaring terlentang di lantai sampai
berdiri dengan tangan dan kepala menengadah ke langit.
Pendekatan yang terbaik ialah mencari posisi yang
paling nyaman dan kurang gangguannya. Richard Rolle,
salah seorang tokoh pada abad ke-14 lebih suka duduk,
"... sebab saya tahu bahwa saya ... bisa tahan lebih lama
. daripada bila berjalan, berdiri, atau berlutut. Karena
jika duduk saya paling tenang, dan hati saya bisa
terpusat ke atas."'’ Saya setuju dan memang terbaik
bagi saya duduk di kursi yang tegak lurus sehingga
punggung pun lurus dengan kedua kaki di lantai. Duduk
dengan sikap lengah menunjukkan kurang perhatian
dan menyilangkan kaki membatasi peredaran darah.
Jika saudara suka, tempatkan tangan pada lutut, dengan
telapak tangan membuka ke atas sebagai isyarat ber-
sedia menerima. Kadang-kadang baik untuk menutup
mata agar menghilangkan gangguan dan memusatkan
perhatian pada Kristus yang hidup. Tidak menjadi soal
bagaimana kita melakukannya, tujuannya adalah me-
musatkan perhatian tubuh, emosi, pikiran, dan roh pada
"kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus" (II
Korintus 4:6).
41Bagaimana Bermeditasi--Langkah-Langkah Pertama
Dunia meditasi batin paling mudah dimasuki melalui
pintu imajinasi. Dewasa ini kita gagal untuk menghargai
kekuatannya yang hebat. Imajinasi itu lebih kuat
daripada pikiran yang sudah terancang dan lebih kuat
daripada kemauan. Di dunia Barat, orang cenderung
untuk mengagungkan jasa-jasa__rasionalisme--yang
memang berjasa--sehingga menyebabkan mereka menga-
baikan nilai imajinasi.
Mungkin: saja ada sedikit orang yang bisa berkon-
templasi dalam kekosongan tanpa gambaran, tetapi
kebanyakan orang perlu lebih dalam lagi berakar dalam
pancaindera. Yesus mengajarkan cara ini, dengan selalu
menantang imajinasi dan pancaindera kita. Dalam karya
Introduction to The Devout Life, Francis de Sales
menulis:
Melalui imajinasi, kita membatasi pikiran kita
dalam lingkup misteri yang kita renungkan, supaya
pikiran tidak mengembara ke sana ke mari, sama
seperti kita mengurung seekor burung dalam
sangkar atau mengikat burung elang dengan tali
kendali sehingga bisa tetap bertengger di tangan.
Ada yang mungkin saja berkata kepada Anda
bahwa lebih baik memakai pikiran iman yang
sederhana dan membayangkan misteri itu dalam
cara yang semata-mata bersifat mental dan rohani,
atau membayangkan bahwa hal-hal itu sedang
terjadi di dalam jiwa Anda. Metode ini terialu sukar
bagi orang yang baru mulai.!®
Kita benar-benar harus yakin akan pentingnya ber-
pikir dan mengalami dalam bayang-bayang (gambar
dalam pikiran). Hal ini terjadi secara spontan pada kita
sewakiu masih kecil, tetapi sekarang selama bertahun-
42tahun kita telah dididik untuk mengabaikan imajinasi,
bahkan meraca takut terhadapnya. Di dalam otobio-
grafinya, C.G. Jung melukiskan betapa sulitnya baginya
untuk merendahkan diri dan sekali lagi memainkan
permainan imajinasi anak-anak. Ia juga memberi tahu
manfaat pengalaman tersebut. Sama seperti anak-anak
harus belajar untuk berpikir secara logis, begitu pula
orang dewasa perlu menemukan kembali realitas mem-
pesonakan dari imajinasi.
Ignatius dari Loyola dalam bukunya Spiritual Exer-
cises terus-menerus mendorong para pembacanya untuk
membayangkan kisah-kisah Injil. Setiap renungan yang
ia sajikan direncanakan untuk membuka imajinasi. Bah-
kan ia mencantumkan satu renungan yang berjudul
“penerapan pancaindera", yang merupakan usaha untuk
menolong kita menggunakan semua pancaindera ketika
kita membayangkan kejadian-kejadian Injil. Bukunya
yang tipis tentang latihan meditasi dengan tekanannya
pada imajinasi berpengaruh besar pada abad ke-16.
Ketika belajar untuk bermeditasi, satu tempat yang
baik untuk mulai adalah dengan mimpi kita karena
hanya meminta kita lebih banyak memperhatikan
sesuatu yang sebenarnya telah kita lakukan. Selama
lima belas abad kebanyakan orang Kristen memandang
mimpi sebagai cara alamiah bagi dunia roh untuk
menerobos ke dalam kehidupan kita. Kelsey, yang telah
mengarang buku Dreams: The Dark Speech of The
Spirit, mencatat, "... setiap Bapa Gereja yang Mula-Mula,
mulai dari Justinus Martir sampai Ireneus, dari
Clemens, dan Tertullianus sampai Origenes dan
“Lihat The Spiritual Exercises of St. Ignatius, trans. Anthony
Mottola (New York: Doubleday & Company, 1964). Jika dijaga agar
tidak menjadi kaku dalam dogmanya, ini merupakan meditasi yang
menyenangkan.
43Cyprianus, mereka percaya bahwa mimpi merupakan
satu perantara bagi wahyu."
Dengan rasionalisme pada zaman Renaisans timbul-
lah sikap skeptis tertentu terhadap mimpi. Kemudian
pada masa berkembangnya psikologi, Freud terutama
menekankan segi negatif impian, karena ia bekerja
sebagian besar waktunya dengan orang-orang yang sakit
mentalnya. Oleh sebab itu, pria dan wanita modern
cenderung untuk mengabaikan mimpi samasckali, atau
merasa takut bahwa minat terhadap mimpi akan mem-
bawa kepada penyakit saraf. Hal ini tidak perlu terjadi
demikian, dan sebenarnya jika kita mau mendengarkan,
mimpi dapat menolong kita untuk menjadi lebih dewasa
dan sehat.
Jika kita yakin bahwa mimpi dapat menjadi kunci
untuk membuka pintu dunia batin, maka kita bisa
melakukan tiga hal yang praktis. Pertama, kita dapat
berdoa secara khusus, mengundang Allah untuk mem-
beri tahu sesuatu kepada kita melalui mimpi. Kita harus
memberitahukan pada-Nya bahwa kita bersedia untuk
membiarkan Allah berbicara kepada kita dengan cara
Jain, Pada waktu yang sama pula, amatlah bijaksana
untuk berdoa memohon perlindungan karena membuka
diri kita untuk pengaruh rohani bisa membahayakan
selain dari memberikan keuntungan. Cukup meminta
Allah untuk mengelilingi kita dengan terang perlindung-
an-Nya sewaktu Ja melayani roh kita.
Kedua, kita harus mulai mencatat mimpi kita.
Banyak orang tidak ingat mimpi mereka, sebab mereka
tidak memperhatikannya. Mencatat mimpi kita di dalam
buku catatan khusus merupakan satu cara untuk meng-
anggapnya penting. Sudah tentu amat bodoh untuk
memandang setiap mimpi sebagai sesuatu yang berarti
atau sebagai wahyu dari Tuhan. Yang lebih bodoh lagi
ialah memandang semua mimpi sebagai sesuatu yang
44kacau dan tidak logis semata-mata. Ketika mencatat
mimpi, beberapa pola mulai muncul dan Wawasan mulai
datang. Tidak lama kemudian akan mudah bagi kita
untuk membedakan antara mimpi yang penting dengan
mimpi yang diakibatkan karena menonton acara televisi
yang terakhir pada malam sebelumnya.
Ini membawa kita pada pertimbangan yang ketiga--
bagaimana menafsirkan mimpi. Cara terbaik untuk
mengetahui arti mimpi adalah dengan meminta, "Kamu
tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa"
(Yakobus 4:2). Kita bisa mengandalkan Allah untuk
memberikan kita kemampuan membedakan jika dan
bila diperlukan. Kadang-kadang amat menolong untuk
meminta pandangan orang yang secara_ khusus
berpengalaman di bidang ini. Benedictus Pererius,
seorang Yesuit abad ke-16, mengetengahkan bahwa
penafsir terbaik dari mimpi adalah "... orang yang
banyak berpengalaman dalam dunia dan permasalahan
manusia, dengan perhatian yang luas terhadap segala
sesuatu yang berhubungan dengan manusia, dan yang
terbuka bagi suara Allah.”
Bagaimana Bermeditasi--Latihan-Latihan Khusus
Dalam kehidupan rohani ada gerak maju. Tidaklah
bijaksana untuk menaklukkan puncak Gunung Everest
jika kita belum mempunyai pengalaman dengan pun-
cak-puncak yang lebih rendah. Oleh sebab itu, saya
menganjurkan untuk mulai dengan jangka waktu dari
lima sampai sepuluh menit setiap hari. Inilah saat untuk
belajar "memusatkan diri’, atau yang disebut tokoh-tokoh
kontemplasi pada abad pertengahan sebagai "pengum-
pulan kembali". Inilah waktunya bagi kita untuk menjadi
tenang, untuk memasuki keheningan yang menciptakan
4skembali, untuk memusatkan kembali pikiran kita yang
terpecah-pecah.
Berikut ini ada dua macam latihan singkat sebagai
contoh yang akan menolong saudara di dalam "me-
musatkan diri". (Ini suatu anjuran saja. Bukan suatu
keharusan.) Yang pertama sebut saja "telapak tangan ke
bawah, telapak tangan ke atas." Mulai dengan meng-
arahkan telapak tangan ke bawah sebagai petunjuk
simbolis dari keinginan saudara untuk menyerahkan
semua soal saudara kepada Tuhan. Dalam hati saudara
dapat berdoa, "Tuhan, saya serahkan kepada-Mu
kemarahan saya terhadap dia. Saya lepaskan ketakutan
untuk pergi ke dokter gigi pagi ini. Saya serahkan rasa
cemas karena mungkin tidak bisa membayar semua
rekening bulan ini. Saya lepaskan rasa frustrasi karena
tak menemukan orang untuk menjaga anak-anak malam
ini." Apa saja yang membebani pikiran atau yang
menjadi tanggungan saudara, cukup katakan, "Telapak
tangan ke bawah.” Lepaskan itu. Mungkin saja saudara
dapat merasa berkurangnya ketegangan dalam tangan
saudara. Setelah beberapa saat penyerahan, balikkan
telapak tangan ke atas sebagai simbol keinginan saudara
untuk menerima sesuatu dari Tuhan. Mungkin saudara
berdoa di dalam hati, "Tuhan, saya ingin menerima
kasih ilahi-Mu terhadap dia, damai-Mu untuk pergi ke
dokter gigi, kesabaran-Mu, kesukaan-Mu." Apa saja yang
saudara perlukan, saudara katakan, "telapak tangan ke
atas." Setelah memusatkan perhatian demikian, lewat-
kan saat-saat yang tersisa dalam keheningan total.
dangan meminta apa-apa. Beri kesempatan kepada
Tuhan untuk bersekutu dengan roh saudara, untuk
mengasihi saudara. Jika ada kesan-kesan atau petunjuk
datang, baik; jika tidak datang baik juga.
Meditasi lain yang ditujukan untuk memfokuskan diri
mulai dengan memusatkan perhatian pada pernapasan.
46(Sekali lagi jangan salah paham. Ini sekadar contoh.)
Setelah duduk dengan enak, secara perlaban mulailah
mengatur pernapasan saudara. Hal ini akan menolong
saudara untuk berhubungan dengan tubuh saudara dan
menunjukkan kepada saudara tingkat ketegangan di
dalam diri. Tariklah napas dalam-dalam, dengan per-
lahan miringkan kepala ke belakang sejauh mungkin.
Kemudian hembuskan napas saudara, serta membiarkan
kepala saudara perlahan ke depan kembali terus sampai
dagu saudara nyaris menyentuh dada. Lakukanlah hal
ini beberapa saat, sambil berdoa dalam hati seperti ini,
“Puhan, saya keluarkan ketakutan atas ujian geometri
saya, saya menghirup damai sejahtera-Mu. Saya me-
ngeluarkan kelesuan rohani, saya menghirup terang dan
hidup-Mu." Kemudian seperti sebelumnya, jadilah
tenang lahir dan batin. Perhatikan Kristus yang tinggal
di dalam diri saudara. Jika perhatian saudara menyim-
pang ke surat yang harus didikte atau ke jendela yang
harus dibersihkan, "keluarkan" persoalan itu ke tangan
Tuhan dan hiruplah damai ilahi-Nya. Kemudian de-
ngarkan sekali lagi.
Pada akhir setiap meditasi, tutuplah dengan per-
nyataan syukur yang tulus.
Setelah saudara dapat menguasai dalam hal me-
musatkan diri, tambahkan meditasi selama lima sampai
sepuluh menit atas suatu karya ciptaan Allah. Pilihlah
sesuatu dalam tatanan ciptaan ini, misalnya: pohon,
tanaman, burung, daun, awan, dan setiap hari re-
nungkanlah dengan cermat dan penuh doa. Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi memakai ciptaan-Nya
untuk menunjukkan sedikit kemuliaan-Nya dan mem-
berikan sesuatu dari hidup-Nya. "Cara yang paling
sederhana dan tertua ... yang dipakai Allah untuk
menyatakan diri-Nya adalah »... melalui bumi dan di
bumi itu sendiri. Dan Ia masih berbicara kepada kita
47melalui bumi dan lautan, burung di udara dan makhluk-
makhluk kecil di bumi, jika kita bisa diam sejenak dan
mendengarkan.""! Hendaknya jangan kita melalaikan
sarana kasih karunia-Nya ini, karena seperti Evelyn
Underhill peringatkan:
Menghindarkan diri dari alam, menolak persa-
habatannya, dan berusaha untuk melompati sungai
hidup dalam pengharapan untuk menemukan Allah
pada tepi yang lain, merupakan kesalahan besar....
Jadi, Anda haruslah memulai dengan bentuk kon-
templasi yang pertama yang kadang-kadang disebut
sebagai "menemukan Allah dalam makhluk-
makhluk-Nya.'”?
Setelah mempraktikkan dua macam contoh meditasi
seperti yang telah diterangkan di atas selama beberapa
minggu, saudara akan ingin menambahkan meditasi
tentang firman Tuhan. Seperti poros’ sebuah roda,
meditasi tentang firman Tuhan menjadi titik acuan yang
utama. Dengannya semua meditasi lainnya akan tetap
berada pada perspektif yang sebenarnya. Meditatio
Scripturarum (meditasi firman Tuhan) ini dianggap oleh
para abli sebagai landasan yang normal bagi kehidupan
batin. Sedangkan penelaahan Alkitab berpusat pada
penafsiran, meditasi firman Tuhan pada penghayatan
dan perwujudan bagian Firman itu. Firman yang ter-
tulis itu menjadi firman yang hidup yang ditujukan
kepada kita sendiri.
Ambil saja satu peristiwa seperti kebangkitan, atau
sebuah perumpamaan, atau beberapa ayat, atau bahkan
satu kata dan izinkan berakar di dalam hati.
Berusahalah untuk mengamalkan pengalaman itu, sam-
bil ingat akan nasihat Ignatius dari Loyola untuk
menggunakan semua pancaindera kita dalam melakukan
48tugas kita. Ciumlah bau lautan. Dengarkanlah bunyi
riak ombak di pantai. Pandanglah akan kerumunan
orang. Rasakan sinar matahari di kepala saudara dan
rasakan kelaparan di dalam perut. Rasailah garam di
udara. Sentuhlah kelim jubah-Nya. Francis de Sales
telah mengarahkan kita untuk
tunjukkan kepada imajinasi Anda seluruh
rahasia yang ingin Anda renungkan seolah-olah hal
itu berada di hadapan Anda. Misalnya, jika Anda
ingin untuk merenungkan Tuhan di kayu Salib,
bayangkan bahwa Anda berada di Bukit Golgota,
dan bahwa Anda melihat dan mendengar segala
sesuatu yang dilakukan dan dikatakan pada hari
Penderitaan itu.
Sewaktu saudara memasuki kisah itu, bukan sebagai
seorang pengamat yang pasif, melainkan sebagai seorang
peserta yang aktif, ingatlah bahwa karena Yesus hidup
dalam Masa Kini yang Kekal yang tidak dibatasi oleh
waktu, kejadian ini yang terjadi pada masa lampau
merupakan satu pengalaman masa sekarang yang tetap
hidup bagi-Nya. Oleh sebab itu, saudara benar-benar
dapat menjumpai Kristus yang hidup dalam kisah itu,
mendengarkan suara-Nya serta dijamah oleh kuasa-Nya
yang menyembuhkan. Hal ini bukan sekadar suatu
tindakan menggunakan imajinasi; ini bisa merupakan
konfrontasi yang sesungguhnya. Yesus Kristus betul-
petul akan datang kepada saudara.
Ini bukan saatnya untuk menelaah arti kata secara
teknis, atau melakukan analisis, atau mengumpulkan
bahan-bahan untuk dibicarakan dengan orang lain.
Singkirkan semua kecenderungan yang mengarah pada
kkesombongan dan dengan rendah hati menerima Firman
yang ditujukan kepada saudara. Sering saya merasa
49bahwa berlutut adalah sikap yang baik untuk saat-saat
seperti ini. Dietrich Bonhoeffer berkata, "... sama seperti
Anda tidak menganalisis perkataan seseorang yang Anda
cintai, melainkan menerimanya seperti yang dikatakan
kepada Anda, begitu pula terimalah firman Tuhan dan
renungkanlah di dalam hati Anda seperti yang di-
lakukan Maria, Itu saja. Itulah meditasi."** Pada waktu
Bonhoeffer mendirikan seminari di Finkenwalde, medi-
tasi Alkitab dengan berdiam selama setengah jam di-
setujui secara bersama dan dipraktikkan oleh para
mahasiswa dan staf pengajar.
Sangatlah penting untuk melawan pencobaan mem-
baca banyak ayat Alkitab secara sepintas lalu. Keter-
gesaan kita menunjukkan keadaan batin kita dan
keadaan batin itulah yang perlu diubah. Bonhoeffer
menganjurkan untuk memakai waktu seminggu untuk
mendalami satu teks Alkitab! Lagi pula, saudara akan
ingin merenungkan ayat pilihan itu sepanjang hari.
Bentuk meditasi keempat mempunyai tujuan akan
membawa saudara ke dalam persekutuan, batin yang
mendalam dengan Bapa agar saudara dapat memandang
Dia dan Ia memandang saudara. Bayangkan diri saudara
sedang berjalan menelusuri jalan setapak di hutan yang
indah, Lakukanlah hal ini dengan santai, serta mem-
biarkan kebisingan kota besar yang modern digeserkan
oleh. suara desir dedaunan yang terkena angin dan
gemercik air sungai. Setelah mengamati diri sendiri
beberapa saat lamanya, ambillah segi pandangan orang
yang sedang berjalan, bukan orang yang sedang meng-
*Tempat yang terbatas merintangi meditasi yang terinci mengenai
ayat-ayat Alkitab. Dalam buku The Other Side of Silence, Kelsey
menyediakan lebih daripada 60 halaman berisi meditasi yang khusus.
Buku The Spiritual Exercises oleh Ignatius dari Loyola merupakan
sumber lain. Juga Lyman Coleman telah menulis berbagai buku
pelajaran yang tujuannya ialah menolong saudara dalam mengalami
ayat Alkitab.
50amati. Cobalah untuk merasakan hembusan angin sepoi-
sepoi pada wajah saudara seolah-olah dengan perlahan
meniup pergi semua kegelisahan. Berhentilah di tengah
jalan untuk memperhatikan keindahan bunga-bunga
dan burung-burung. Bila saudara bisa merasakan
pemandangan itu dengan seluruh pancaindera saudara,
maka jalan setapak itu akan mencapai bukit berumput
yang indah. Berjalanlah ke arah padang hijau yang
dikelilingi pohon-pohon cemara yang tinggi. Setelah
mengelilingi dan melihat-lihat padang itu, berbaringlah
dan layangkan pandangan saudara ke langit yang bira
dan ewan-awan putih yang berarakan. Nikmatilah
pemandangan dan keharuman tempat itu. Ucapkan
syukvr kepada Tuhan karena keindahannya.
Tak lama kemudian timbullah kerinduan mendalam
untuk memasuki daerah yang berada di atas awan-awan
itu. Dalam angan-angan saudara biarkan tubuh rohani
saudara, yang bercahaya dengan terang, keluar dari
tubuh jasmani saudara dan naik ke atas. Menolehlah
agar dapat melihat diri saudara terbaring di atas rumput
dan tenangkan tubuh saudara bahwa saudara akan
kembali beberapa saat lagi. Bayangkan diri rohani
saudara, yang hidup dan bersemangat, naik melewati
awan-awan dan memasuki stratosfer. Perhatikan tubuh
fisik saudara, bukit dan hutan itu menjadi kecil semen-
tara saudara meninggalkan bumi. Masukilah tempat-
tempat yang lebih jauh lagi di angkasa luar sampai tidak
ada apa-apa lagi kecuali kehangatan kehadiran Sang
Pencipta yang kekal. Beristirahatlah di hadapan-Nya.
Dengarkan dengan tenang, harapkan sesuatu yang tidak
saudara harapkan. Perhatikan baik-baik pesan-pesan
yang diberikan. Setelah beberapa waktu melakukan hal
ini dan menjadi lebih berpengalaman, saudara akan bisa
membedekan dengan mudah antara pikiran manusia
yang muncul ke alam sadar dan Roh yang Benar yang
51bekerja di dalam hati. Jangan merasa heran bila arahan
yang diterima itu sangat praktis dan samasekali tidak
seperti yang saudara pikirkan sebagai "rohani", Jangan
kecewa jika tidak sepatah kata pun diucapkan; seperti
kawan-kawan yang baik, dengan tenang saudara menik-
mati kebersamaan itu. Jika tiba saatnya untuk saudara
meninggalkan tempat itu, dengan suara yang dapat |
didengar ucapkan syukur pada Tuhan karena kebaikan- |
Nya dan kembalilah ke padang itu. Berjalanlah kembali |
dengan senang hati sepanjang jalan setapak sampai |
saudara tiba di rumah penuh dengan hidup dan ke- |
kuatan baru. |
Ada bentuk meditasi yang kelima yang dalam bebe-
rapa hal berlawanan dengan meditasi yang baru saja
diketengahkan. Yaitu merenungkan kejadian-kejadian |
pada zaman kita lalu berusaha mengetahui maknanya.
Kita mempunyai kewajiban rohani untuk mengerti arti
yang lebih dalam dari kejadian-kejadian dan tekanan
politik, bukan untuk memperoleh kekuasaan, tetapi
untuk memperoleh pandangan nubuat. Thomas Merton
berkata bahwa orang
-» yang telah merenungkan Penderitaan Kristus,
tetapi tidak merenungkan kamp-kamp pemusnahan
di Dachau dan Auschwitz belum sepenuhnya me-
masuki pengalaman kekristenan pada zaman kita...
Sesungguhnya, orang yang bermeditasi harus ter-
utama merenungkan kenyataan-kenyataan hebat
ini yang begitu simtomatis, begitu penting, begitu
bersifat nubuat.”°
* Selama bertahun-tahun sejak penerbitan buku ini beberapa orang
bertanya apakah saya mendukung perjalanan-antariksa atau proyek-
si-astral dalam latihan meditasi ini. Jawaban saya, “Tidak, samasekali
tidak!" Meditasi ini hanya suatu pertolongan untuk memusatkan diri,
hanya itu.
52Bentuk meditasi seperti ini sebaiknya dilakukan de-
ngan Alkitab di tangan yang satu dan surat kabar di
tangan yang lain! Akan tetapi, saudara janganlah di-
kuasai oleh pernyataan-pernyataan politik yang klise dan
propaganda yang disodorkan kepada kita sekarang. Se-
benarnya, surat kabar biasanya terlalu dangkal dan
berat sebelah sehingga kurang menolong. Akan lebih
baik jika kita membawa semua kejadian pada zaman
kita ini di hadapan Allah dan memohon pengertian
seorang nabi untuk mengetahui ke mana kejadian-
kejadian ini membawa kita. Selanjutnya, kita harus
meminta petunjuk dalam segala sesuatu yang kita
pribadi harus lakukan untuk menjadi garam dan terang
di dalam dunia yang gelap dan makin rusak ini.
Jangan saudara berkecil hati jika pada permulaan
meditasi itu tidak berarti bagi saudara. Saudara sedang
belajar suatu seni yang belum pernah saudara pelajari
sebelumnya. Kebudayaan kita pun tidak memberi do-
rongan untuk mengembangkan kemampuan ini. Sau-
dara akan menantang arus, tetapi kuatkanlah hatimu;
tugas saudara amat berharga.
Masih ada banyak aspek lain dalam disiplin meditasi
yang bisa menguntungkan bila dibicarakan.” Bagai-
manapun juga, meditasi bukan suatu tindakan terpisah,
juga tidak dapat diselesaikan seperti cara menyelesaikan
pembuatan kursi. Meditasi merupakan suatu cara hidup.
Saudara terus-menerus akan belajar dan bertumbuh
sementara saudara menduga kedalamannya.
“Dua topik yang dekat hubungannya dengan meditasi akan
dibicarakan dalam Disiplin Kesendirian: menggunakan keheningan
dengan kreatif, dan konsepsi yang dikembangkan oleh St. John of
‘The Cross yang menyebutnya *malam gelapnya jiwa.”
53: