Professional Documents
Culture Documents
Kajian Penambahan Gelatin Terhadap Keasaman, PH, Daya Ikat Air Dan Sineresis Yogurt
Kajian Penambahan Gelatin Terhadap Keasaman, PH, Daya Ikat Air Dan Sineresis Yogurt
1
ISSN : 1978 - 0303
The Study on Gelatine Addition to Acidity, pH, Water Holding Capacity and Syneresis of
Yogurt
ABSTRACT
The objective of this study to find out the effect of gelatine addition as a stabilizer on
acidity, pH, water holding capacity, and syneresis of yogurt. The material of these research
were yogurt made from skim milk with 14% of total solid, yogurt starter which combination of
Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophillus (1:1), and gelatine as a stabilizer.
The method was experiment using Randomized Block Design, which the factor was the
gelatine percentage (w/v) of 0 % (G0), 0.2% (G2), 0.4 % (G4), and 0.6 % (G6). The observed
variables were syneresis, water holding capacity, acidity, and pH. Data was subjected to
analysis of variance followed by Duncan s Multiple Range Test. The result of analysis
variance showed that the addition of gelatine did not gave a significant effect (P>0.05) on
acidity, significant effect (P<0.05) on pH and highly significant effect (P<0.01) on syneresis
and water holding capacity of yogurt. It was concluded that the addition of gelatine as a
stabilizer influences pH, water holding capacity and syneresis but gave no influence acidity of
yogurt. The addition of 0,6% gelatine as a stabilizer could produce yogurt with low syneresis,
high water holding capacity, and the normal pH.
Key words: Yogurt, gelatine, acidity, pH, water holding capacity, syneresis
35
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2008, Hal 35-42 Vol. 3, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
36
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2008, Hal 35-42 Vol. 3, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
Inkubasi (43 C 4
Semakin tinggi tingkat penambahan
gelatin akan berakibat menurunnya
keasaman yogurt namun dengan kisaran
angka yang relatif tidak berbeda jauh.
Keasaman yogurt disebabkan adanya
Uji keasaman,
Yogurt pH, daya ikat pemecahan laktosa oleh bakteri asam laktat,
air dan sineresis dan keasaman yogurt dapat diukur dengna
cara titrasi. Atherton dan Newlander (1981)
Gambar 1. Diagram alir prosedur menyatakan bahwa keasaman yogurt dapat
pembuatan yogurt diukur dengan cara titrasi dengan
Data keasaman, pH, daya ikat air, menggunakan larutan alkali (NaOH) 0,1 N.
dan sineresis yogurt dianalisis hasil titrasi yang terukur menunjukkan
menggunakan metode analisis varian dan konsentrasi asam yang terkandung di dalam
apabila terdapat hasil yang berbeda nyata yogurt. Eckles et al. (1980) menambahkan
maka dilanjutkan dengan Uji Jarak bahwa suasana asam pada yogurt
Berganda Duncan. disebabkan adanya metabolisme laktosa
37
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2008, Hal 35-42 Vol. 3, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
oleh bakteri asam laktat sehingga timbul yogurt dan Hasil Uji Jarak Berganda
rasa asam dan pengendapan kasein. Duncan disajikan pada Tabel 2.
Nilai keasaman yogurt yang
menurun disebabkan karena terjadi Tabel 2. pH yogurt
penurunan jumlah total asam yang Perlakuan pH
dihasilkan oleh bakteri kultur yang G0 4,48a
mengalami penghambatan aktifitas G2 4,49ab
fermentasi oleh gelatin. Speer (1998) G4 4,51bc
menyatakan bahwa gelatin merupakan G6 4,52c
bahan penstabil yang bersifat hidrofilik, Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
yaitu dapat menyerap air pada bahan perbedaan pengaruh yang tidak berbeda
nyata (P<0,05)
pangan sehingga ketersediaan air sebagai
media pertumbuhan mikroorganisme
Tabel 2 menunjukkan bahwa
berkurang dan aktifitas air yang menunjang
perlakuan G0 menghasilkan rataan pH
proses pengedaran nutrisi secara difusi
sebesar 4,48 yang merupakan nilai terendah
maupun enzimatik menurun, hal ini
sedangkan perlakuan G2, G4, dan G6
mengakibatkan bakteri asam laktat
menghasilkan rataan pH yang semakin
kekurangan air, nutrisi, dan energi untuk
tinggi, hal ini berarti bahwa semakin tinggi
memfermentasi laktosa menjadi asam
tingkat penambahan gelatin mengakibatkan
laktat.
meningkatnya pH yogurt. Nilai pH 4,48 dan
Gelatin juga merupakan bahan
4,49 masih memenuhi standart pH yogurt
penstabil yang bersifat netral nonpolar yang
menurut Eckles et al. (1980); Atherton dan
tidak dapat melepaskan atau menerima
Newlander (1981); serta Hegenbart (1995)
proton sehingga keberadaannya tidak
yaitu 4 hingga 4,5 sedangkan nilai pH 4,51
mempengaruhi nonpolar mempunyai
dan 4,52 berada sedikit di atas standart
struktur kimia yang tertutup ,yaitu tidak
tersebut. Wilkinson (2000) dan Buckle et
memiliki gugus fungsional basa dalam
al. (1989) menambahkan bahwa pada
rantai sampingnya sehingga tidak dapat
umumnya yogurt mempunyai nilai pH pada
menerima atau melepaskan proton dan tidak
kisaran 4,0 hingga 4,6 yang diperoleh dari
mempengaruhi keasaman yogurt. Gelatin
proses fermentasi menggunakan kultur
sebagai ion netral nonpolar juga memiliki
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococus
sifat tidak dapat membentuk ikatan
thermophilus dengan inkubasi pada suhu
hidrogen dengan air karena gugus
43 C (3 jam)
fungsional gelatin terdiri dari rantai cabang
Semakin tinggi tingkat penambahan
yang tidak dapat membentuk ikatan
gelatin berakibat meningkatnya nilai pH
hidrogen dengan air. Gelatin merupakan
yogurt. Peningkatan nilai pH yogurt
hidrogen netral non polar sehingga
disebabkan karena terjadi penurunan jumlah
keberadaanya yidak mempengaruhi
ion H+ yang dipicu oleh penurunan jumlah
keasaman yogurt. Tjahjadi, dkk. (2002)
total asam. Konsentrasi asam yang
menyatakan bahwa bahan penstabil,
terkandung di dalam produk fermentasi
misalnya gelatin, tidak berpengaruh
mempengaruhi nilai pH konsentrasi ion
terhadap keasaman yogurt.
hidrogen asam laktat akan diikuti dengan
meningkatnya konsentrasi ion hidrogen
pH Yogurt
sehingga nilai pH menurun, atau sebaliknya
Hasil analisis ragam menunjukkan
(Atherton dan Newlander, 1981). Tjahjadi
bahwa tingkat penambahan gelatin
(2002) menambahkan bahwa penambahan
mempunyai pengaruh yang berbeda nyata
bahan penstabil, misalnya gelatin, tidak
(P<0,05) terhadap pH yogurt. Rataan pH
berpengaruh terhadap pH yogurt.
38
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2008, Hal 35-42 Vol. 3, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
39
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2008, Hal 35-42 Vol. 3, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
melalui ikatan hidrogen dapat dicegah. 0,85 % rata-rata pH antara 4,48 hingga
Fennema (1976) menyatakan bahwa 4,52, serta rata-rata daya ikat air sebesar
penambahan bahan penstabil menyebabkan 41,6447 % hingga 71,5964 %. Yogurt yang
peningkatan sifat hidrofilik protein mempunyai pH disekitar nilai pH
sehingga kemampuannya untuk mengikat isoelektrik kasein mempunyai daya ikat air
air meningkat. yang lebih lemah dibandingkan pH normal.
Ikatan hidrogen antara molekul air dan
Sineresis Yogurt molekul protein melemah dan pori-pori di
Hasil analisis ragam menunjukkan antara molekul kasein melonggar sehingga
bahwa tingkat penambahan gelatin dapat dilalui oleh molekul air bebas
mempunyai pengaruh yang sangat berbeda (Fennema, 1996). Sineresis dapat dikurangi
nyata (P<0,01) terhadap sineresis yogurt. dengan cara menambahkan gelatin
Rataan sineresis yogurt dan Hasil Uji Jarak meskipun pH yogurt mendekati titik
Berganda Duncan disajikan pada Tabel 4. isoelektrik kasein.
Tamime dan Robinson (1989) serta
Tabel 4. Sineresis yogurt Hettiarachchy dan Zielgler (1994)
Perlakuan Sineresis (%) menyatakan bahwa gelatin mampu
G0 0,0074a membentuk ikatan peptida dengan kasein
G2 0,0128 a dan mencegah terjadinya ikatan hidrogen
G4 0,0201 bc antara kasein yang bermuatan negatif dan
G6 0,0223 c asam laktat yang bermuatan positif yang
Keterangan : Notasi menunjukkan pengaruh yang berbeda terjadi pada suasana asam, yang dapat
sangat nyata (P<0,01) mengakibatkan protein terkoagulasi dan
menurunnya daya ikat air serta memacu
Tabel 4 menunjukkan bahwa timbulnya sineresis. Zayas (1997)
perlakuan G6 menghasilkan rataan sineresis menambahkan bahwa molekul air dapat
yang terendah yaitu sebesar 0,0074 %, tertahan didalam struktur tiga dimensi gel
sedangkan perlakuan G4, G2, dan G0 protein (sekitar 10 gram air per gram
menghasilkan rataan sineresis yang protein), di dalam struktur tersebut terjadi
semakin tinggi, hal ini berarti bahwa ikatan hidrogen antara molekul air dengan
semakin tinggi konsentrasi gelatin yang grup polar, atau antara moleku air dengan
ditambahkan maka sineresis yogurt yang group ionik melalui interaksi dipolar,
dihasilkan akan semakin rendah. Gelatin dimana kedua interaksi tersebut merupakan
merupakan bahan penstabil yang bersifat interaksi penyimpanan molekul air. Ikatan
untuk mengurangi sineresis serta sebagai hidrogen yang terjadi mungkin sangat
bahan pengikat air dengan cara lemah karena molekul air dalam tingkatan
meningkatkan sifat hidrofilik protein tersebut berfungsi sebagai donor sekaligus
(Goodman, 1991; Fennema, 1996). aseptor hidrogen.
Sineresis yogurt mempunyai Gelatin juga berfungsi untuk
kemiringan (slope) negatif, dengan kata lain mencegah interaksi antara kasein dengan
bahwa semakin tinggi konsentrasi gelatin asam laktat dengan cara mengubah muatan
yang ditambahkan ke dalam yogurt maka ionnya. Kasein mengalami perubahan
tingkat sineresis yang terjadi semakin muatan ion dari negatif ke positif karena
rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi berinteraksi dengan gelatin pada saat pH
sineresis yogurt, antara lain adalah yogurt mencapai titik isoelectrik sehingga
keasaman dan pH, serta daya ikat air. kasein dan asam laktat tidak dapat saling
Yogurt pada penelitian mempunyai nilai berikatan karena memiliki muatan ion yang
rata-rata keasaman antara 0,84% hingga sama dan molekul kasein dapat tetap saling
40
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2008, Hal 35-42 Vol. 3, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
41
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2008, Hal 35-42 Vol. 3, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
James, M. J. 1988. Modern Food Van den Berg, J.C.T. 1987. Petunjuk Uji
Microbiology- second edition. Laboratorium dalam Kursus Singkat
Detroit, Michigan. Tentang Mutu Air Susu dan Produk
Jay, J. 1992. Modern Food Microbiology- Susu- Terjemahan Masdiana CH.
Fourt edition. Chapman and Hall. Padaga. Kerjasam Nuffic dan
London Program Studi Teknologi Hasil
Speer, E. 1998. Milk and Dairy Product Ternak Fakultas Peternakan
Technology. Marcell Dekker Inc. Universitas Brawijaya. Malang.
New York. Wilkinson, M. 2000. Improving the
Tamime A.Y. and R.K. Robinson. 1989. Quality of Yogurt.
Yogurt- Science and Technology. www.teagascie/research/reports/dair
Pergamon Press Ltd. England. yproduction/4615/eopr-4615.htm-
Tjahjadi, C, Debby M. S, dan Fifiani. 2002. 22k.
Makalah Seminar Nasional PATPI: Zayas, J.F. 1997. Functionality of Protein in
Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Food. Springer. Verlag, Berlin,
Bahan Penstabil terhadap Heidelberg. New York.
Karakteristik Set Yogurt Dari
Susu Skim. Jurusan Teknologi
Pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjadjaran. Bandung
42