Professional Documents
Culture Documents
Determinan Rokok Elektrik Di Indonesia: Data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun 2017
Determinan Rokok Elektrik Di Indonesia: Data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun 2017
2 Tahun 2019
Research Article
Deter minan rokok e le ktr ik di Indonesia:
data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
tahun 2017
Abstract
1,2
Ekonomi Kesehatan, Universitas Indonesia
41
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 35 No. 2 Tahun 2019
42
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 35 No. 2 Tahun 2019
elektrik, studi ini melakukan analisis ekonometrik dengan Tabel 1. Gambaran Variabel dalam Model Studi
menggunakan analisis LPM, dan Probit. Penggunaan Standar
Variabel Definisi Mean
ketiga analisis tersebut dikarenakan variabel dependen Deviasi
(penggunaan rokok elektrik) meruapakan variabel binary Variabel Dependen
(1 dan 0) sehingga dapat melihat probabilitias responden Merokok 1 iresponden yang merokok 0.021 0,143
Elektrik elektrik, 0 lainnya
yang merokok elektrik. Analisis ini dilakukan dengan Variabel Independen
menggunakan software STATA versi 14. Age Umur responden
Peneliti hanya memasukkan variabel yang dapat 15-24 tahun 1 jika responden memiliki 0,241 0,428
eksogen. Umur memiliki hubugan dengan penggunaan umur 15-24 tahun, 0 lainnya
rokok elektrik dibuktikan dengan penelitian (17), 25-45 tahun 1 jika responden memiliki 0,474 0,499
umur 25-45 tahun, 0 lainnya
jenis kelamin (18), pendidikan (19,20), status wilayah >45 tahun 1 jika responden memiliki 0,305 0,460
(21), tingkat pengeluaran (21,22), dan status merokok umur >45 tahun, 0 lainnya
konvensional atau tembakau (23,24). Gender 1 jika laki-laki, 0 perempuan 0,503 0,499
Variabel yi merupakan variabel interest. yi=1 Status 1 jika responden tinggal di 0,453 0,498
Wilayah wilayah perkotaan, 0 lainnya
menunjukkan bahwa observasi i sebagai karakteristik
Status Pendidikan
responden yang merokok elektrik dan yi=0 menunjukkan Pendidikan 1 jika pendidikan terakhir 0,545 0,498
bahwa observasi i sebagai karakteristik responden yang rendah responden SD atau tidak
tidak merokok elektrik. Secara umum, model dari binary sekolah, 0 lainnya
dependen variabel dapat didefinisikan sebagai berikut: Pendidikan 1 jika pendidikan terakhir 0,331 0,470
menengah responden SMP-SMA, 0
E[yi|Xi ]= Pr(yi = 1|Xi )= F(Xi) lainnya
Pendidikan 1 jika pendidikan terakhir 0,123 0,329
Model diatas menjelaskan E[ ] mengindikasi ekspektasi tinggi responden D1-S3,0 lainnya
nilai dan Pr ( ) merupakan probabilitas sedangkan F( ) Status Ekonomi
mendefinisikan perbedaan spesifik model (variabel Kuintil 1 1 jika pengeluaran responden 0,174 0,379
berasa pada kuintil 1 (20%
independen). Secara matematik, bentuk fungsi dalam pengeluaran terendah), 0
studi ini sebagai berikut: lainnya
Kuintil 2 1 jika pengeluaran responden 0,188 0,390
P (Y=1|X) = β0 + β1X1 + β2 X4 +β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 ………….. + u berasa pada kuintil 2, 0
lainnya
Kuintil 3 1 jika pengeluaran responden 0,207 0,405
HASIL berasa pada kuintil 3, 0
lainnya
Kuintil 4 1 jika pengeluaran responden 0,218 0,413
Gambaran variabel yang digunakan dalam analisis
berasa pada kuintil 4, 0
ini dan hasil rangkuman statistiknya dapat dilihat pada lainnya
tabel 1. Terdapat 2,1% responden yang merokok elektrik Kuintil 5 1 jika pengeluaran responden 0,213 0,409
di Indonesia. Sekitar 47% dari sampel berumur antara berasa pada kuintil 5 (20%
pengeluaran tertinggi), 0
25-45 tahun, sebagiannya merupakan laki-laki, dan 54%
lainnya
berpendidikan rendah. Selain itu, proporsi terbanyak dari Status Rokok Konvensional
pengeluaran responden adalah 20% pengeluaran teratas current use 1 jika responden merupakan 0,293 0,455
dan sekitar 68% tidak pernah merokok. perokok konvensional saat
ini, 0 lainnya
Berdasarkan hasil uji asumsi menunjukkan bahwa
Past Use 1 jika responden merupakan 0,016 0,127
error term (uhat) tidak terdistribusi normal karena hasil perokok sebelumnya
Prob>z nya 0,000 (<0,05). Akan tetapi, asumsi normalitas kemudian berhenti saat ini, 0
error term (uhat) tidak dapat dipertahankan untuk LPM lainnya
Never Use 1 jika responden merupakan 0,689 0,463
karena variabel y (dependen variabel) gangguan uhat
tidak pernah merokok
nya hanya terdiri dari 2 nilai yaitu (1 dan 0). Hasil uji konvensional, 0 lainnya
multikolenariti yang mana standarnya bahwa jika vif
menunjukkan bilangan lebih dari 10 maka terdapat sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa hipotesis nul
kolenariti dalam model. Hasil uji model ini menunjukkan ditolak, artinya terdapat heteroscendasticity didalam
tidak terdapat kolenariti pada setiap variabel independen model tersebut. Solusi untuk mengatasi masalah
pada model ini. Studi ini melakukan uji endogenitas heteroscedasticity adalah dengan melakukan remedial
yang mana hasil model menunjukkan bahwa tidak measure (robust) pada model tersebut. Sebesar 72,54%
terdapat endogenitas pada model tersebut sehingga keseluruhan rate di dalam model dapat diklasifikasikan
model dapat diterima. Selanjutnya studi ini melakukan dengan benar, selain itu kemampuan covariat (X) dalam
uji heteroscendasity yang mana hasilnya berdasarkan memprediksi Y(merokok elektrik) yang merokok elektrik
uji Breusch-Pagan dan White test, Prob>chi2 diperoleh sebesar 97,22% (sensitivity), sendangkan kemampuan
43
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 35 No. 2 Tahun 2019
Tabel 2. Perbandingan Model Analisis LPM dan Probit R2 pada model probit menunjukkan hasil sebesar 0,2373.
LPM (OLS) Probit (MLE) Berdasarkan hasil uji LPM, persentasi variabel
Koefisien Koefisien Marginal dependen yang dapat dijelaskan oleh model ini sebesar
Variabel
(Robust) (Robust) Effect 5,3% sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor lain
Umur yang tidak masuk dalam model yang diamati oleh peneliti.
>45 tahun
Responden yang berusia lebih dari 45 tahun akan lebih
15-25 tahun 0.000 -0.006 0.000
berpeluang merokok elektrik dibandingkan responden
(0.001) (0.020) (<0.000)
25-45 tahun 0.003*** 0.052*** 0.000** yang berusia 15-24 tahun sebesar 0,0007 setelah dikontrol
(0.001) (0.015) (<0.000) variabel lainnya. Responden yang berumur antara 24-
Jenis Kelamin 0.002*** 0.355*** 0.003*** 45 tahun akan akan lebih berpeluang merokok elektrik
(0.000) (0.038) (<0.000) sebesar 0,002 dibandingkan responden yang berusia
Status Wliayah 0.007*** 0.160*** 0.002*** lebih dari 45 tahun setelah dikontrol variabel lainnya.
(0.001) (0.013) (<0.000)
Responden dengan jenis kelamin laki-laki akan lebih
Pendidikan
berpeluang merokok elektrik sebesar 0,002 dibandingkan
Pendidikan Rendah --- ---
Pendidikan Menengah 0.002*** 0.030** <0.000** perempuan setelah dikontrol variabel lainnya.
(0.001) (0.014) (<0.000) Responden yang tinggal di wilayah perkotaan akan lebih
Pendidikan Tinggi 0.002** 0.079*** <0.000*** berpeluang merokok elektrik sebesar 0,007 dibandingkan
(0.001) (0.023) (<0.000) responden yang tinggal di pedesaan setelah dikontrol oleh
Status Ekonomi variabel lainnya. Responden yang memiliki pendidikan
Kuintil 1 --- --- menengah maupun tinggi akan lebih berpeluang merokok
Kuintil 2 -0.001 -0.019 <-0.000
elektrik sebesar 0,002 dibandingkan dengan responden yang
(0.001) (0.022) (<0.000)
memiliki pendidikan rendah setelah dikontrol oleh variabel
Kuintil 3 0.000 0.007 <0.000
(0.001) (0.022) (<0.000) lainnya. Responden yang memiliki pada kuintil 5 akan lebih
Kuintil 4 0.001 0.034 <0.000 berpeluang merokok elektrik sebesar 0,007 dibandingkan
(0.001) (0.022) (<0.000) dengan responden dengan pengeluaran pada kuintil 1
Kuintil 5 0.007*** 0.155*** 0.001*** setelah dikontrol oleh variabel lainnya.
(0.001) (0.023) <0.000 Responden yang current use (saat itu perokok rokok
Status Merokok Tembakau tembakau) akan lebih berpeluang merokok elektrik
current use --- ---
sebesar 0,067 dibandingkan dengan responden yang past
Past Use -0.067*** -0.910*** -0.003***
use (saat itu telah berhenti merokok tembakau) sebesar
(0.002) (0.054) (<0.000)
Never Use -0.076*** -1.585*** -0.054*** 0,076 dibandingkan dengan responden yang never use
(0.001) (0.033) (0.002) (tidak pernah merokok tembakau) setelah dikontrol oleh
Constant 0.069*** -1.939*** variabel lainnya.
(0.001) (0.043) Ada banyak konsistensi di antara estimator dalam
Observations 703,388 703,388 tingkat signifikansi koefisien. Seperti yang disarankan,
R-squared 0.054 membagi koefisien probit dengan 2.5, membuat hasil
Pseudo R2 0,2373
probit kira-kira sebanding dengan koefisien LPM. Untuk
Log Likelihood -63565659
0,0000 koefisien pada jenis kelamin, yang memberikan 0,142
Prob>Chi2
(= 0,355 / 2,5) untuk probit, yang mana lebih besar dari
Robust standard errors in parentheses
*** p<0.01, ** p<0.05, * p<0.1 koefisien LPM sebesar 0,002.
44
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 35 No. 2 Tahun 2019
bahaya rokok elektrik lebih rendah dibandingkan rokok (27). Penggunaan rokok elektrik didominasi oleh perokok
tembakau, kelompok usia dewasa dan tua mengatakan dengan pendapatan yang tinggi (14). Hal ini dikaitkan
bahwa rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok dengan paparan iklan pada social ekonomi tinggi yang
tembakau (25). Alasan lain oleh kelompok remaja dan lebih besar disbanding status ekonomi lainnya yang pada
muda adalah dikarenakan bentuk rokok elektrik yang akhirnya berhubungan dengan peningkatan frekuensi
unik, ragam rasa, dan penambahan energy menggunakan pengguna rokok elektrik (10).
USB sehingga mudah digunakan (18). Berdeda dengan Studi ini menunjukkan bahwa di Indonesia current
sebuah studi yang menyebutkan bahwa rokok elektrik use memiliki probabilitas yang paling besar terhadap
merupakan cara dalam upaya berhenti mrokok tembakau penggunaan rokok elektrik dibandingkan dengan past use
(26). dan never use. Secara umum, orang yang telah berhenti
Temuan studi ini menunjukkan bahwa pengguna rokok merokok tembakau menjadikan rokok elektrik sebagai
elektrik di Indonesia memiliki hubungan yang signifikan alternative dari rokok tembakau atau berhenti merokok
dengan jenis kelamin dimana probabilitas laki-laki lebih tembakau dan mayoritas dari mereka telah sukses dalam
besar dibandingkan perempuan. Laki-Laki menggunakan upaya berhenti merokok (3), akan tetapi perokok elektrik
rokok elektrik dengan tunjuan untuk mendapatkan masih hawatir dengan potensi racun yang berhaya dari
kenikmatatan terhadap rasa, fasilitas social dan energy rokok tersebut (6). Studi di 2 kota di Indonesia juga
sedangkan perempuan mengatakan bahwa penggunaan menunjukkan hasil yang sama dimana mayoritas pengguna
rokok elektrik untuk mengendalikan berat badan rokok elektrik adalah perokok aktif konvensional yang
(13). Studi lainnya yang dilakukan di komunitas rokok mana juga memberikan alasan bahwa penggunaan
elektrik di Surabaya dan Semarang juga menunjukkan rokok elektrik sebagai alternatif untuk upaya berhenti
bahwa mayoritas perokok elektrik adalah laki-laki merokok. Sebuah studi menyarankan bahwa rokok elektrik
(27,28). Begitupun di salah satu Sekolah Menengah dapat menjadi alternative untuk mengurangi kebiasaan
Atas menunjukan laki-laki merupakan perokok elektrik rokok tembakau (27,18). Studi yang dilakukan di Britain
terbanyak (29). Di Indonesia, probabilitas merokok menunjukkan bahwa perokok tembakau meyakini bahwa
elektrik paling besar oleh perokok yang tinggal di wilayah rokok elektrik memberikan ancaman yang lebih kecil
perkotaan dibandingkan dengan yang tinggal di wilayah terhadap kesehatannya dibandingkan rokok tembakau (31).
pedesaan. Hal ini bertentangan dengan penemuan di Studi yang dilkukan di 7 negara menunjukkan
amerika yang menunjukkan bahwa status wilayah tidak proporsi terbesar yang mengkonsumsi rokok elektrik
menunjukkan perbedaan sedangkan di Poland dan Eropa adalah current use (perokok tembakau) dan proporsi
tingkat penggunaan rokok elektrik di wilayah perkotaan terendah adalah never use (bukan perokok tembakau) (4).
lebih besar dibandingkan dengan yang tinggal dipedesaan Akan tetapi,mayoritas perokok tembakau mengatakan
(11). Beberapa studi pun menemukan bahwa terdapat bahwa penggunaan rokok elektrik dikarenakan rasa
perbedaan antara pengguna rokok elektrik yang tinggal ingin tahu terhadap rokok elektrik diikuti dengan
diwilayah perkotaan dan pedesaan (30). alasan sebagai cara untuk berhenti merokok tembakau.
Hasil studi ini menunjukkabn bahwa di Indonesia, Sedangkan yang pernah merokok tembakau dan
pendidkan menengah dan pendidikan tinggi memiliki yang tidak pernah merokok juga menyatakan bahwa
probabilitas yang lebih besar terhadap merokok elektrik penggunaan rokok elektrik dikarenakan keingin tahuan
dibandingkan dengan pendidikan rendah. Ketiga terhadap rokok elektrik (25). Berbeda dengan studi
kelompok pendidikan menjelaskan bahwa mayoritas di Kanada yang membuktikan bahwa alasan terbesar
alasan penggunakan rokok elektrik adalah dikarenakan penggunaan rokok elektrik adalah untuk membantu
rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok tembakau berhenti dari rokok tembakau kemudian diikuti dengan
(25). Berbeda dengan studi yang dilakukan di Hawai rasa ingin tahu (Samantha shiplo). Hasil sistematik review
mengindikasikan bahwa pendidikan tidak memiliki mengenai efektifitas Nicotine Replacement Therapy
hubungan yang signifikan dengan penggunaan rokok (NRT) menemukan bahwa pengaruh rokok elektrik
elektrik. Beberapa studi di Indonesia pun menunjukkan sebagai solusi mengatasi perilaku merokok tembakau
bahwa mayoritas pengguna rokok elektrik adalah hanya sebagai secondary outcome akan tetapi hasil meta-
orang yang memiliki pendidikan tinggi (27,28). Akan analisis membuktikan rokok elektrik berkontribusi dalam
tetapi sebuah studi menjelaskan bahwa pendidikan merduksi pengguna rokok tembakau dan merupakan
dan pendapatan pengaruhnya terhadap rokok elekktrik intervens yang efektif (32).
tidak berhubungan secara statistic (15). Status ekonomi Beberapa studi di Indonesia mengindikasikan
pada kuintil 5 (20% pendapatan tertinggi) di Indonesia penggunaan rokok elektrik terus meningkat dan cukup
memiliki hubungan yang signifikan terhadap penggunaan besar. Beberapa studi pun menjelaskan bahwa efektifitas
rokok elektrik. Begitupun studi di Semarang yang rokok elektrik dalam mengatasi penggunaan rokok
menunjukkan sekitar 76,7% perokok elektrik adalah tembakau masih belum terbukti. Selain itu, analisis
orang yang memiliki pendapatan tinggi (≥Rp. 2.000.000) zat nikotin pun masih terdapat pada beberapa rokok
45
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 35 No. 2 Tahun 2019
elektrik yang mengatakan free-nicotin (2). Beberapa yang lebih besar terhadap perilaku rokok elektrik
peraturan yang mengatur tentang rokok elektrik di dibadingkan perempuan dan individu yang bertempat
Indonesia belum mencakup semua aspek dimana tinggal di wilayah perkotaan memiliki probabilitas lebih
peraturan baru hal tentang aturan import rokok elektrik besar dibandingkan dengan yang tinggal di pedesaan.
dan menetapkan biaya cukai sebesar 57% (9). Di US, Selain itu, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan
pemerintah menetapkan beberapa peraturan untuk individu yang memiliki status ekonomi pada kuintil 5
mengontrol penggunaan rokok elektrik seperti peraturan berhubungan dengan penggunaan rokok elektrik. Faktor
tata cara marketing dan batal minimal penggunaan rokok penggunaan rokok tembakau yang saat itu perokok aktif,
elektrik (8). Studi ini menunjukkan bahwa pengguna yang telah berhenti merokok dan yang tidak pernah
rokok elektrik di Indonesia cukup besar maka dari itu. merokok pun berkontribusi dalam perilaku merokok
Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan kajian elektrik. Studi ini masih menggunakan data cross sectional
tentang produk rokok elektrik yang beredar di Indonesia yang dilakukan pada satu waktu sehingga tidak mampu
serta melakukan analisis efektivitas rokok elektrik melihat probabilitas secara dinamis dalam kurun waktu
terhadap upaya berhenti merokok tembakau. tertentu. Oleh karena itu, disarankan menggunakan data
panel agar mampu menjelaskan perubahan perilaku
Abstrak
Tujuan: Kesenjangan social ekonomi telah ditetapkan untuk menggunaan rokok konvensional, akan tetapi gambaran social
ekonomi terhadap penggunaan rokok elektrik belum tergambarkan dengan baik. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk
mengestimasi determinan social ekonomi dan perilaku rokok konvensional terhadap penggunaan rokok elektrik di Indonesia.
Metode: Data studi ini menggunakan data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) dengan metode cross sectional yang
dikumpulkan pada bulan maret tahun 2017. Untuk melihat determinan penggunaan rokok elektrik, studi ini melakukan
analisis ekonometrik dengan menggunakan analisis LPM dan Probit. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software
STATA versi 14. Hasil: dari seluruh variabel independen pada studi ini, yang menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap
variabel dependen (merokok elektrik) adalah umur 25-45 tahun, jenis kelamin, status wilayah, pendidikan, status ekonomi
pada kuintil 5, dan seluruh kategori status merokok tembakau. Hasil pseudo R2 pada model probit menunjukkan hasil sebesar
0,2373. Simpulan: Sosial ekonomi menjadi faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok elektrik begitupun status
merokok tembakau. Umur memiliki hubungan dengan perilaku merokok elektrik dimana untuk Indonesia kelompok umur
yang merokok elektrik didominasi oleh dewasa (25-45) dan orang tua (45-65). Selain itu, pendidikan menengah, pendidikan
tinggi, dan individu yang memiliki status ekonomi pada kuintil 5 memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan
rokok elektrik. Faktor penggunaan rokok tembakau yang saat itu perokok aktif, yang telah berhenti merokok dan yang tidak
pernah merokok pun berkontribusi dalam perilaku merokok elektrik.
46
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 35 No. 2 Tahun 2019
47
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 35 No. 2 Tahun 2019
26. Shiplo S, Czoli CD, Hammond D. E-cigarette use in 30. Mumford EA, Stillman FA, Tanenbaum E, Doogan NJ,
Canada: prevalence and patterns of use in a regulated Roberts ME, Wewers ME, et al. Regional Rural-Urban
market. [Online] BMJ Open. 2015. p. e007971. Differences in E-Cigarette Use and Reasons for Use in
Available from: doi:10.1136/bmjopen-2015-007971 the United States. The Journal of rural health: official
27. Istiqomah., D.R: Cahyo., K, Indraswari. R. Gaya Hidup journal of the American Rural Health Association and
Komunitas Semarang Vaper Corner. Jurnal Kesehatan the National Rural Health Care Association. [Online]
Masyarakat. 2016;4(2): 1–10. 2018; Available from: doi:10.1111/jrh.12333
28. Damayanti. A. Penggunaan Rokok Elektrik di 31. Dockrell M, Morrison R, Bauld L, McNeill A. E-cigarettes:
Komunitas Personal Vaporizer Surabaya. 2016; prevalence and attitudes in Great Britain. Nicotine
Available from: doi:10.20473/jbe.v4i2.2016.250–261 & tobacco research: official journal of the Society
29. Putra. GNE, Putra. MR, Prayoga. DGA, Astuti. PAS. for Research on Nicotine and Tobacco. 2013;15(10):
Gambaran Pemahaman, Persepsi, dan Penggunaan 1737–1744.
Rokok Elektrik pada Siswa Sekolah Menengah 32. Wang D, Connock M, Barton P, Fry-Smith A, Aveyard P,
Keatas di Kota Denpasar. Universitas Udayana. Moore D. ‘Cut down to quit’ with nicotine replacement
2017; Available from: https://www.researchgate.net/ therapies in smoking cessation: a systematic review
publication/322757539 of effectiveness and economic analysis. [Online]
Health Technology Assessment. 2008. Available from:
doi:10.3310/hta12020
48