You are on page 1of 19
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") Mengapa Bank Indonesia (B1) perlu menerbitkan PBI PIP? a. Perkembangan digitalisasi dan inovasi dalam bidang Sistem Pembayaran (SP) pada satu sisi memberikan peluang bagi peningkatan efisiensi industri SP dan percepatan inklusi Ekonomi dan Keuangan Digital(EKD). Pada sisi lain, perkembangan digitalisasi dan inovasi SP menimbulkan tantangan yang berasal dari semakin tingginya kompleksitas kegiatan dan variasi model bisnis penyelenggara SP sehingga meningkatkan berbagai risiko dalam penyelenggaraan SP yang dapat berdampak pada Stabiltas Sistem Keuangan (SSK) secara keseluruhan. b. Bl telah menerbitkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSP! 2025) dengan salah satu deliverablesyaitu reformasi pengaturan SP yang bertujuan untuk mencari titik keseimbangan antara upaya optimalisasi peluang inovasi digital untuk menciptakan SP yang cepat, mudah, murah, aman dan andal, dengan tetap memperhatikan stabilitas, perluasan akses, perlindungan konsumen, praktik bisnis yang sehat, dan penerapan best practices. c. _ Sebagai upaya reformasi pengaturan SP, BI telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/23/PBV2020 tentang Sistem Pembayaran (PBI SP) yang diharapkan dapat menata kembali struktur industri SP berdasarkan aktivitas yaitu Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran (PIP), serta memayungi ekosistem penyelenggaraan SP secara menyeluruh sejalan dengan perkembangan EKD. d. Walau demikian, muatan pengaturan PBI SP masih bersifat prinsipil dalam memayungi ekosistern penyelenggaraan SP secara end-to-end, khususnya terkait PIP. Untuk itu diperlukan pengaturan lebih lanjut terkait PIP ini melalui penerbitan PBI PIP yang bersifat prinsipil dan operasional agar dapat diimplementasikan, dengan tetap mengedepankan prinsip forward looking, agile dan terstruktur. Sebagai tindak lanjut implementasi PBI SP, PBI PP bertujuan untuk mengakomodir kebutuhan pengaturan berdasarkan perkembangan inovasi dan model bisnis di bidang SP dan penyesuaian ketentuan SP existing, Bagaimana pengaturan terkait access policy di sisi PIP berdasarkan reklasifikasi kegiatan penyelenggara SP yang baru? Tethadap aktivitas yang dilakukan oleh PIP, access policy yang diberikan oleh Bl berupa mekanisme penetapan. Penetapan PIP dilakukan berdasarkan penilaian BI dengan mempertimbangkan dampak terhadap SSK dan/atau kepentingan publik. Dalam proses pemberian penetapan BI juga dapat mempertimbangkan informasi dan/atau rekomendasi dari Self Regulatory Organization (SRO), otoritas terkait, dan/atau pihak terkaitlainnya. Halaman 1 dari19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") Apakah penetapan PIP yang diberikan BI memiliki jangka waktu tertentu? a Penetapan PIP yang diberikan oleh BI tidak memiliki jangka waktu tertentu. Namun demikian, BI dapat menetapkan jangka waktu penetapan PIP dalam hal diperiukan berdasarkan aktivitas yang diselenggarakan. Selain itu, Bl juga melakukan penguatan fungsi evaluasi penetapan PIP yang dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) tahun sekali atau sewaktu-waktu, Bagaimana pengaturan mengenai persyaratan besaran modal disetor minimum (initial capital) bagi pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP? a Besaran modal disetor minimum (initial capita} bagi calon PIP adalah Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) Pemenuhan ketentuan modal disetor minimum bagi PIP berupa bank memperhatikan ketentuan pemenuhan permodalan yang ditetapkan otoritas pengawas. PIP dengan jaringan global yang ada di Indonesia dikecualikan dari ketentuan besaran modal disetor minimum (initial capita) sepanjang: 1) dapat menunjukkan jaminan tertulis dari pemegang saham mayoritas, pihak yang menjadi pengendali, dan/atau pihak yang bertanggung jawab atas operasional PIP untuk memastikan kecukupan modal; dan 2) hanya melakukan aktivitas PIP yang telah ditetapkan Bl. Bagaimana Bl mengatur komposisi kepemilikan saham dan aspek pengendalian domestik bagi PIP dalam PBI SP? a Kepemilikan saham bagi PIP yang berbentuk Lembaga Selain Bank (LSB) diatur sebagai berikut 1) Bagi PIP, komposisi kepemilikan saham paling sedikit 80% (delapan puluh persen) sahamnya dimiliki oleh: a) warga negara Indonesia; dan/atau b) —_badan hukum Indonesia 2) Untuk PIP berupa LSB yang berbentuk perseroan terbuka a) Pethitungan komposisi kepemilikan saham asing hanya dilakukan tethadap kepemilikan saharn dengan persentase kepemilikan saham sebesar 5% (lima persen) atau lebih b) —_Kepemilikan saham dengan persentase di bawah 5% (lima persen) yang diperdagangkan di bursa diperhitungkan sebagai sham milk domestik. © Kepemilikan saham dengan persentase di bawah 5% (lima persen) yang diperdagangkan di bursa diperhitungkan sebagai sham asing dalam hal: (1) diperdagangkan di bursa Indonesia dan dinyatakan dimiliki oleh pihak asing oleh pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP; atau (2) diperdagangkan di luar wilayah Indonesia Halaman 2dari19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 3) 4) 5) 6) Komposisi kepemilikan saham dihitung berdasarkan bukti kepemilikan saham yang sah dan terkini; Porsi kepemilikan saham asing dihitung sesuai kepemilikan secara a) langsung, yang dihitung berdasarkan 1 (satu) jenjang kepemilikan saham di atas pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP, dan b) tidak langsung, yang dihitung sampai dengan pemegang saham akhir (ultimate shareholder) PIP menyampaikan asesmen mandir (selfassessment) mengenai_struktur kepemilikan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali dan sewaktuawaktu dalam hal ‘erjadi perubahan komposisi keperilikan BI dapat menetapkan kebijakan mengenai penilaian komposisi kepemilikan pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP berupa LSB, termasuk bagi PIP yang berbentuk perseroan terbuka, dengan mempertimbangkan: @) _ skalamaterialitas; dan/atau b) —aspek lainnya untuk memastikan terciptanya titik keseimbangan antara inovasi dengan stabilitas dan kepentingan nasional Pengendalian bagi PIP berupa LSB diatur sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Komposisi sham dengan hak suara paling sedikit 80% (delapan puluh persen) harus dimiliki oleh pihak domestik, yaitu: a) warga negara Indonesia; dan/atau b) badan hukum Indonesia. Penilaian BI terhadap komposisi saham dengan hak suara dilakukan secara kolektif pada masing-masing jenjang kepemilikan sampai pemegang saham akhir (ultimate shareholder dengan hak suara terbesar secara individual dimiliki oleh pihak domestik. Hak khusus untuk mencalonkan mayoritas anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris, dar/atau hak khusus berupa hak veto terhadap suatu keputusan atau persetujuan dalam rapat umum pemegang saham yang berdampak signifikan terhadap perusahaan, harus dimilki oleh pihak domestik; Pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP menyampaikan asesmen mandiri (self assessment mengenai struktur pengendalian paling sedikt 1 (satu) tahun sekali dan sewaktu-waktu dalam hal terjadi perubahan pengendalian. BI dapat menetapkan kebijakan mengenai penilaian pengendalian pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP berupa LSB, termasuk bagi PIP yang berbentuk perseroan terbuka, dengan mempertimbangkan: a) skala materialitas; dan/atau Halaman 3 dari19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") b) —_aspek lainnya untuk memastikan terciptanya tit keseimbangan antara inovasi dengan stabilitas dan kepentingan nasional PIP berupaLSB yang telah memperoleh penetapan wajib tetap memelihara peenuhan komposisi keperilikan saham dan pengendalian domestik Dalam PBI PIP diatur muatan mengenai kewenangan BI dalam melakukan penilaian kemampuan dan kepatutan. Bagaimana pengaturan terkait hal ini? Dalam pemrosesan penetapan, BI dapat melakukan penilaian kemampuan dan kepatutan kepada 1) pihak yang memiliki a) saham sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham yang dlikeluarkan oleh pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP dan mempunyai hak suara, atau b) _saham kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang dlkeluarkan oleh pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan bahwa yang bersangkutan telah melakukan pengendalian terhadap pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP, baik secara langsung maupun tidak langsung; 2) anggota direksi; dan 3) anggota dewan komisaris, dar pihak yang mengajukan persyaratan penetapan sebagai PP. Penilaian kernampuan dan kepatutan dapat dilakukan Bl dalam hal terdapat 1) rencana perubahan pihak sebagaimana huruf a di atas atau 2) hasil pengawasan yang mengindikasikan adanya pelanggaran, fraud, dan/atau pemburukan kinerja usaha yang berdampak signifikan bagi penyelenggaraan SP yang dilakukan oleh pihak sebagaimana huruf a di atas Penilaian kemampuan dan kepatutan ditujukan untuk memastikan pemenuhan persyaratan integritas, reputasi keuangan, kelayakan keuangan dan/atau kompetensi, serta dapat dilakukan melalui penilaian administratif dan/atau wawancara Dalam hal pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP telah memperoleh izin kelembagaan danvatau berada di bawah pengawasan otoritas lain, BI dapat berkoordinasi dengan otoritas dimaksud. Bagaimana mekanisme dan tata cara pemrosesan penetapan PIP pada saat PBI PIP berlaku? BI menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pihak yang akan ditetapkan sebagai PIP untuk memenuhi persyaratan penetapan Halaman 4 ari19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") Untuk pemenuhan kelengkapan dokumen persyaratan pengajuan penetapan pihak yang akan ditetapkan menjadi PlP, BI melakukan 1) preconsultative meeting, 2) consultative meeting, darvatau 3) coaching clinic. Pre-consultative meeting llaksanakan oleh BI dan harus dihadir oleh pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP. Pre-consultative meeting dilakukan pada tahapan sebelum atau pada saat pengajuan dokumen persyaratan melalui sistem elektronik BI melakukan consultative meeting darvatau coaching clinic pada tahap perbalkan dokumen persyaratan dan pemeriksaan, serta harus dihadiri oleh pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP. Penelitian administrati dilakukan sesual dengan ketentuan PBI mengenai perizinan terpadu BI melalui front office perizinan Analisis substansi dlakukan sebagai berikut 1) Bl melakukan analisis substansi persyaratan pengajuan penetapan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja setelah dokumen persyaratan diterima dan dinyatakan secara lengkap oleh front officeperizinan; 2) Dalam hal dokumen persyaratan pengajuan penetapan belum sesuai berdasarkan hasil analisis B|, pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP harus menyampaikan perbaikan dokumen persyaratan dimaksud dalam jangka waktu paling lama 40 (empat puluh) hari kerja; dan 3) BI melekukan analisis substansi pengajuan penetapan terhadap perbalkan dokumen, dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja setelah pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP menyampaikan perbaikan dokumen persyaratan penetapan. 81 menolak pengejuan penetapan pada tahapan analisis substansi dalam hal: 1) erdasarkan hasil analisis atas perbaikan dokumen persyaratan penetapan tetap belum sesuai, 2) dokumen perbaikan tidak disampaikan oleh pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP kepada Bt atau 3) penyampaian dokumen perbaikan yang dilakukan oleh pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP melampaui jangka waktu Pemeriksaan lapangan (on site vsitdilakukan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja setelah analisis substansi dinyatakan telah sesuai Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan (on site visit) terdapat teruan untuk diperbaiki, pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP harus menyampaikan laporan danvatau dokumen perbaikan kepada! paling lama 120 (seratus dua puluh) hari kerja sejak tanggal selesai pemeriksaan Halaman 5 dri 19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") BI menolak permohonan pengjuan penetapan pada tahapan pemeriksaan lapangan (on site visit) dalam hallaporan dan/atau dokumen perbaikan’ 1) hasil pemeriksaan belum sesuai; 2) disampaikan melampaui jangka waktu; dan 3) tidak disampaikan oleh pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP. Dalam hal pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP telah melakukan uji coba produk, aktivitas, layanan, dan model bisnis dalam ruang uji coba Inovasi Teknologi SP (ITSP), dan dinyatakan berhasil oleh Bl, tahapan pemeriksaan lapangan (on site visit) dapat tidak dilakukan. Dalam hal pengajuan penetapan pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP ditolak: 1) pihak yang akan ditetapkan menjadi PIP dapat mengajukan kembali persyaratan penetapan setelah jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal surat penolakan, dan 2) BI mengembalikan seluruh dokumen persyaratan penetapan yang telah disampaikan. PIP yang telah memperoleh penetapan harus menyelenggarakan kegiatannya paling lambat 120 (seratus dua puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pemberian penetapan dariBl PIP yang telah menyelenggarakan kegiatan SP harus menyampaikan laporan realisasi secara tertulis kepada BI melalui aplikasi perizinan B| paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal efektif dimulainya aktivitas Dalam hal PIP tidak menyelenggarakan kegiatannya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf 0, penetapan yang telah diberikan oleh BI dinyatakan batal dan tidak berlaku PIP yang penetapannya dinyatakan batal dan tidak berlaku, dapat mengajukan permohonan penetapan kembali paling cepat 180 (seratus delapan dua puluh) hari kerja tethitung sejak tanggal batalnya penetapan. Bagaimana dengan status izin yang telah diperoleh Penyelenggara Jasa SP sebelum berlakunya PBI SP? a Penyelenggara jasa SP yang telah memperoleh izin, dikonversi menjadi penetapan PIP berdasarkan asesmen yang dilakukan Bl sesuai dengan ketentuan PBI SP. Bl melakukan evaluasi penetapan bagi penyelenggara jasa SP yang telah memperoleh izin sebelum PBI SP berlaku, sesuai dengan ketentuan PBI PIP, dengan ketetapan sebagai berikut: 1) bagi penyelenggara jasa SP yang menyatakan kesanggupan untuk memenuhi persyaratan penetapan PIP, dilakukan evaluasi penetapan paling lama 2 (dua) tahun sejak berlakunya PBI PIP, atau Halaman 6 dari19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 10. 2) bagi penyelenggara jasa SP yang telah memenuhi persyaratan penetapan PIP, dilakukan evaluasi penetapan paling singkat 3 (tiga) tahun sejak mulai berlakunya PBI PIP atau sewaktu-waktu dalam hal diperlukan ©. Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir b, BI dapatmenyatakan penetapan PIP tetap berlaku atau mencabut penetapan PIP. d. _Izin penyelenggara jasa SP yang memilki jangka waktu dan diberikan sebelum PBI SP berlaku, ditetapkan menjadi PP sesuai dengan hasil konversiizin sebagaimana diatur dalam PBI PP. Bagaimana penerapan ketentuan mengenai komposisi kepemilikan saham dan pengendalian domestik bagi Penyelenggara Jasa SP yang telah memperoleh izin sebelum PBI SP berlaku? a. _ Dalam hal setelah berlakunya PBI SP, tidak terdapat perubahan komposisi kepemilikan asing yang dilakukan oleh pihak asing atau tidak terdapat perubahan pengendalian yang dilakukan oleh pihak asing, ketentuan komposisi kepemilikan saham dan/atau ketentuan pengendalian domestik sebagaimana diatur dala PBI SP, tidak diberlakukan tethadap PIP yang telah di konversi berdasarkan asesemen yang dilakukan BI b. — Ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir a diberlakukan bagi PIP yang telah memenuhi ketentuan Bl terkait komposisi kepemilikan saham sebelum PBI SP berlaku dengan memperhatikan asas keadilan c._PIP yang tidak memenuhi ketentuan BI terkait komposisi kepemilikan saham sebelum PBI SP, harus menyampaikan rencana tindak untuk pemenuhan ketentuan mengenai komposisi kepemilikan saham dar/atau pengendalian domestik yang diatur dalam PBI PIP, dan rencana tindak tersebut harus memperoleh persetujuan dari Bl Bagaimana penyelenggaraan infrastruktur SP yang dilakukan oleh BI? a. Penyelenggaraan infrastruktur SP oleh BI meliputi penyelenggaraan BE-Real Time Gross Settement System (BERTGS), Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNB), infrastruktur fast paymentB!, dan infrastruktur SP lain yang ditetapkan Bl b. _ Pihak yang dapat menjadi peserta dalam infrastruktur SP yang diselenggarakan oleh BI meliputi B| bank, LSB, dar/atau pihak lain yang disetujui oleh BI c. Bl menetapkan kebijakan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) melalui interkoneksi switchinguntuk mewujudkan interoperabilitas SP nasional d._Pihak yang terhubung dengan GPN terdiri atas bank umum, bank umum syariah, dan LSB, sedangkan bank perkreditan rakyat dan bank pembiayaan rakyat syariah dapat tethubung dengan GPN melalui bank urum atau bank umum syariah, e. PIP yang melakukan aktivitas payment initiation dan/atau acquiring services yang melakukan pemrosesan transaksi pembayaran menggunakan berbagai instrumen Halaman 7 ari19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") dapat terhubung secara tidak langsung dengan PIP yang ditetapkan sebagai lembaga switching melalui 1) PJPyang melakukan aktivitas payment initiation darvatau acquiring servicesyang menalangi pembayaran kepada penyedia barang dar/atau jasa; atau 2) PJP yang melakukan aktivitas penatausahaan sumber dana, 11. Dalam PBI PIP diatur mengenai prinsip umum penyelenggaraan SP. Bagaimana PBI PIP mengatur terkait hal ini? PIP wajib memenuhi prinsip umum dalam penyelenggaraan SP yang terdii atas: a. _ kewajiban penyelenggaraan yang meliputi aspek tata kelola, manajemen isiko termasuk prinsip kehat-hatian, standar keamanan Sistim Informasi (3), interkoneksi dan interoperabilitas, serta pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan b. __kebijakan BI mengenai skema harga dalam penyelenggaraan SP. kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan organisasi, serta kode etik dan tata perilaku praktik bisnis yang sehat. 12. Bagaimana pengaturan terkait skema harga yang diatur dalam PBI PIP? a. Penetapan kebijakan skema harga dalam penyelenggaraan SP dilakukan dengan mempertimbangkan 1) perluasan akseptasi, layanan, dan inovasi 2) _ efisiensi dan kompetisi; dan 3) kepentingan publik dan pelaku industri secara seimbang, b. _ Kebijakan skema harga meliputi: skema harga dari PIP kepada anggota, skema harga antar PJP, PIP, dan/atau pihak terkait lainnya, serta skema harga lainnya yang ditetapkan Bl. 13. Bagaimana pengaturan terkait kewajiban kapabilitas SDM dan organisasi serta pemenuhan kode etik dan tata perilaku yang diatur dalam PBI PIP? Kapabilitas SDM dan organisasi serta pemenuhan kode etik dan tata perilaku praktik bisnis yang sehat paling sedikit meliputi membangun dan memastikan kapabilitas SDM dan organisasi yang berkualitas, termasuk pengembangan kompetensi, dan membangun integritas termasuk reputasi dalam mewujudkan praktik bisnis yang sehat. 14. Bagaimana pengklasifikasian PIP dalam penyelenggaraan SP? a. Dalam penyelenggaraan SP, Bi melakukan klasifikasi PIP yang terdiri atas Penyelenggara SP Sistemnik (PSPS), Penyelenggara SP Kritikal (PSPK), dan Penyelenggara SP Umum (PSPU) dengan mempertimbangkan 1) ukuran (size), yang merupakan kriteria yang menggambarkan ukuran PIP dalam satu ekosistem yang diukur dengan menggunakan kinerja transaksi_ yang diproses, Halaman 8 dari19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 2) ketethubungan (interconnectednes, yang merupakan kriteria yang menggambarkan ketethubungan antara PIP dengan PIP lainnya, dar/atau Penyelenggara Penunjang yang diukur dengan menggunakan kinerja transaksi yang diproses. 3) kompleksitas (comlexity), yang merupakan kriteria yang menjelaskan kompleksitas layanan pembayaran yang disediakan dalam penyelenggaraan aktivitas PIP; dan 4) — ketergantian (substitutability), yang merupakan kriteria yang menggambarkan tingkat ketergantian fungsi dan/atau layanan pembayaran yang disediakan PIP dalam penyelenggaraan aktivitas PIP. Penetapan klasifikasi PIP ditujukan untuk mengidentifikasi struktur industri SP berdasarkan peranan dan/atau kontribusinya dalam ekosistem SP nasional Berdasarkan klasifikasi PIP tersebut, BI dapat menetapkan pemenuhan kewajiban tertentu yang mencakup aspek permodalan, manajemen risiko dan SI serta aspek lainnya BI menetapkan batas waktu pemenuhan kewajiban sesuai klasifikasi PIP berdasarkan rencana tindak lanjut yang disusun oleh PIP, yang wajib memperoleh persetujuan Bl BI menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada PIP mengenai: 1) hasilklasifikasi PIP; dan 2) _ hasi evaluasi tethadap penetapan PP, dalam hal terdapat perubahan klasifikasi PIP. BI melakukan evaluasi tethadap penetapan klasfikasi PIP yang dilakukan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Untuk pertama kali, evaluasi secara berkala dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sejak penetapan klasifikasi PP. Penyelenggara jasa SP yang telah berizin sebelum PBI SP berlaku, ditetapkan sebagai PSPS, PSPK, atau PSPU sejak PBI PIP mulai berlaku. PIP wajib memenuhi ketentuan mengenai kewajiban tertentu sesuai klasifikasi PIP sebagaimana diatur dalam PBI PIP paling lama 2 (dua) tahun, PIP yang belum memenuhi kewajiban tertentu sesuadi klasifikasi PIP, wajb menyampaikan rencana tindak kepadaBl, yang wajib memperoleh persetujuan Bl 81 dapat mengevaluasi penetapan PIPdalam rangka pemenuhan ketentuan kewajiban berdasarkan klasifikasi PIP berdasarkan rencana tindak yang disetujui Bl Halaman 9 ri19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 15. Bagaimana pengaturan terkait Kewajiban Permodalan SP (KPSP) berdasarkan klasifikasi Pip? a. PIP berupa LSB wajib memenuhi kewajban modal selama penyelenggaraan kegiatan usaha (ongoing capita), yang diperhitungkan sesuai nominal transaksi dan klasifikasi PI. Kewajiban penyediaan modal selama penyelenggaraan kegiatan usaha (ongoing capita) dihitung dengan menggunakan rasio KPSP dengan ketentuan 1) paling sedikit sebesar 10% (sepuluh persen) dari transaksi tertimbang menurut risiko untuk seluruh klasifikasi AP; dan 2) tambahan persyaratan modal (surcharge) berdasarkan Klasifikasi PP sebesar: a) 5% (lima persen) dari transaksi tertimbang menurut risiko untuk PIP klasifikasi PSPS; dan b) 2,5% (dua koma lima persen) dari transaksi tertimbang menurut risiko untuk PIP klasifikasi PSPK Modal selama penyelenggaraan kegiatan usaha (ongoing capital) terdiri atas: 1) modal inti yang meliputi a) modal inti utama; dan b) modal inti tambahan; dan 2) modal pelengkap. Transaksi tertimbang menurut risiko ditetapkan sebesar 10 (sepuluh) kali dari beban ‘transaksi. Beban transaksi sebagaimana pada huruf d merupakan jumlah dari rentang penghitungan: 1) 4% (empat persen) dari nominal transaksi yang diproses oleh PIP dengan rentang sampai dengan Rp100,000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); 2) 19% (satu persen) dari nominal transaksi yang diproses oleh PIP dengan rentang di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) sampai dengan Rp1.000,000.000.000,00 (satu triliun rupiah); dan 3) 0,1% (satu per sepuluh persen) dari nominal transaksi yang diproses oleh PIP dengan rentang di atas Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Kewajban penyediaan modal selama penyelenggaraan kegiatan usaha (ongoing capita) bagi PIP berupa bank merupakan kewajiban penyediaan modal minimum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan, 16. Bagaimana pengaturan terkait kewajiban manajemen risiko dan SI berdasarkan klasifikasi PIP? a Penerapan manajeren risiko dan standar keamanan S| bagi PIP dengan klasifikasi PSPS, PSPK, atau PSPU paling sedikit meliput Halaman 10 dari 19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 1) 2) 3) 4) memilki kecukupan kebijakan dan standar operasional prosedur dalam mengelola rsiko; memiliki kemampuan untuk menjaga tingkat ketersediaan layanan; melakukan uji coba atas rencana pemulihan bencana sistem aplikasi dan infrastruktur pendukung SP ke pusat pemulihan bencana, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun termasuk simulasi ketahanan siber, dan pelaksanaan audit keuangan oleh kantor akuntan publik yang terdaftar di otoritas. Selain kewajiban pada huruf a di atas, penerapan manajemen risiko dan standar keamanan SI bagi PP PSPS paling sedikit meliputi 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) memiliki satuan atau unit kerja audit internal, satuan atau unit kerja kepatuhan, dan satuan atau unit kerja manajemen risiko yang terpisah; memiliki pusat data dan pusat pemulinan bencana pada lokasi terpisah, dengan kapasitas infrastruktur SI yang sama dan aktif secara bersamaan sesuai analisis dampak bisnis; memiliki pengelolaan fraud (fraud management system) yang dapat mendeteksi aktivitas fraud pada tingkat akun, aktivitas jaringan, dan transaksi; pelaksanaan audit teknologi informasi oleh auditor teknologi informasi independen ekstemal yang terdaftar di otoritas atau SRO, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; pelaksanaan pengujian keamanan (penetration tes secara menyeluruh oleh auditor teknologi informasi independen eksternal yang terdaftar di otoritas atau SRO, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; pelaksanaan pengujian keamanan (penetration tes secara menyeluruh oleh auditor teknologi informasi independen eksternal yang terdaftar di otoritas atau SRO, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; dan memiliki sertifikasi standar internasional terkait keamanan informasi kegiatan SP utama Selain kewajiban pada huruf a di atas, penerapan manajemen risiko dan standar keamanan sistem informasi bagi PP PSPK paling sedikit meliputi 1) 2) 3) memilki paling secikit satuan atau unit kerja audit internal serta satuan atau unit kerja yang melaksanakan fungsi kepatuhan dan fungsi manajemen risiko; memilki pusat data dan pusat pemulinan bencana pada lokasi terpisah, dengan kapasitas infrastruktur sistem informasi yang sama, sesuai analisis dampak bisnis; memilki pengelolaan fraud fraud management system) yang dapat mendeteksi aktivitas fraud pada tingkat akun, aktivitas jaringan, dan transaksi; Halaman 11 dari 19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 4) 5) 6) pelaksanaan audit teknologi informasi oleh auditor teknologi informasi independen ekstemal yang terdaftar di otoritas atau SRO, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; pelaksanaan pengujian keamanan (penetration tes secara menyeluruh oleh auditor teknologi informasi independen eksternal yang terdaftar di otoritas atau SRO, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; memiliki paling sedikit sertifikasi standar nasional terkait keamanan informasi kegiatan SP utama Selain kewajiban pada huruf a di atas, penerapan manajemen risiko dan standar keamanan SI bagi PIP PSPU paling sedikit meliputi 1) 2) 3) 4) 5) 6) memiliki paling sedikit satuan atau unit kerja audit intemal, fungsi kepatuhan dan fungsi manajemen risiko; memilki pusat data dan pusat perulihan bencana pada lokasi terpisah dengan kapasitas infrastruktur Sl yang setara sesuai analisis dampak bisnis; memilki pengelolaan fraud fraud management system) yang dapat mendeteksi aktivitas fraudpada tingkat akun, aktvitas jaringan maupun transaksi; pelaksanaan audit teknologi informasi oleh auditor teknologi_informasi independen ekstemal yang terdaftar di otoritas atau SRO atau auditor tekonologi informasi independen internal, paling sedikit 1 (atu) kali dalam 1 (satu) tahun; pelaksanaan pengujian keamanan (penetration test secara menyeluruh oleh auditor teknologi informasi independen ekstemal yang terdaftar diotoritas atau SRO, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; dan paling sedikit mengadopsi praktik yang berlaku umum di industri terkait keamanan informasi PIPwalib memastikan penerapan standar keamianan siber paling sedikit menggunakan pendekatan: 1) 2) aspek tata kelola, yang meliputi a) memilki kerangka kerja dan kebijakan terkait manajemen risiko siber yang ‘erpisah dari manajemen teknologi informasi; b) — memiliki fungsi atau organ manajemen risiko siber yang independen ‘ethadap fungsi bisnis dan pengelolaan SI; dan ©) memastikan terpenuhinya SDM yang memilki kompetensi ketahanan dan keamanan siber untuk mendukung budaya rsiko siber, aspek pencegahan, yang meliputi a) tersedianya mekanisme pemantauan ketahanan dan keamanan siber secara betkelanjutan; dan Halaman 12 dari 19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") b) — memilki kapabilitas manajemen data danJatau analisis terkait ketahanan dan keamanan siber; dan 3) aspek penanganan, yang meliputi fungsi untuk penanganan inside siber termasuk infrastrukturpendukung sesuai skala bisnis dan pelaksanaan penguiian kemanan berkala 17. Apa yang dimaksud dengan kategori risiko rendah, sedang, dan tinggi dalam pengembangan aktivitas, pengembangan produk, dar/atau kerja sama? a Pengembangan aktivitas, pengembangan produk, dar/atau kerja sama dikategorkan menurut tingkat risiko yaitu risiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi, sebagai berikut: 1) Pengembangan aktivitas, pengembangan produk, dan/atau kerja sama kategori risiko rendah merupakan a) pengembangan aktivitas atau pengembangan produk dengan kriteria berdampak pada tahapan pratransaksi dan/atau pascatransaksi serta hanya berupa (1) pengembangan (enhancement dari sistem yang digunakan saat ini, dan/atau (2) pengembangan (enhancement dari infrastruktur yang digunakan saat inj atau b) kerja sama dengan warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dan tidak disertai dengan pengembangan produk dan/atau aktivitas. 2) Pengembangan aktivitas, pengembangan produk, dan/atau kerja sama kategori risiko sedang merupakan: a) pengembangan aktivitas dan/atau pengembangan produk dengan kciteria (1) berdampak pada tahapan inisiasi, otorisasi, Kliring, darvatau penyelesaian akhir berupa (a) pengembangan (enhancement dari sistem yang digunakan saat ini; dan/atau (b) pengembangan (enhancement) dari infrastruktur yang digunekan saat ini; atau (2) berdampak pada tahapan pratransaksi dar/atau pascatransaksi berupa (2) pengembangan terkait fitur keamanan transaksi (b) _ pengembangan lintas batas (crossborde}; dan/atau Halaman 13 dari 19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 18, (©) penggunaan sistem dan/atau infrastruktur baru yang belum pernah digunakan; atau b) —_ pengembangan aktivitas dan/atau pengembangan produk yang disertai dengan kerja sama dengan kriteria berdampak pada tahapan pratransaksi dar/atau pascatransaksi serta penyediaan solusi teknologi informasi darvatau layanan teknis oleh pihak lain yang berdampak pada keberlangsungan usaha PIP; atau ©) kerja sama dengan selain warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang tidak disertai dengan pengembangan aktivitas dan/atau pengembangan produk 3) Pengembangan aktivitas, pengembangan produk, dan/atau kerja sama kategoririsiko tinggi merupakan: a) pengembangan aktivitas dan/atau pengembangan produk dengan kriteria berdampak pada tahapan inisiasi, otorisasi, kliring, darvatau penyelesaian akhirberupa: (1) perubahan fitur keamanan transaksi; (2) pengembangan aktivitas/produk yang bersifat lintas_batas (crossbordei}; danvatau (3) penggunaan sistem dar/atau infrastruktur baru yang belum pernah digunakan; atau b) —_ pengembangan aktivitas dan/atau pengembangan produk yang disertai kerja sama dengan kriteria berdampak pada tahapan inisiasi, otorisasi, kliring, dar/atau penyelesaian akhir serta penyediaan solusi teknologi informasi dar/atau layanan teknis oleh pihak lain yang berdampak pada keberlangsungan usaha PIP. Dalam hal pengembangan aktivitas, pengembangan produk, dar/atau kerja sama memenuhi kategori berisiko rendah, PIP wajib menyampaikanlaporan pengembangan aktivitas, pengembangan produk dar/atau kerja sama kepada Bl Dalam hal pengembangan aktivitas, pengembangan produk, dar/atau kerja sama memenuhi Kategori berisiko sedang atau tinggi, PIP wajib menyampaikan permohonan persetujuan pengembangan aktivitas, pengembangan produk, dan/atau kerja sama kepada BI Bagaimana pengaturan terkait interface Pembayaran Terintegrasi dalam PBI PIP? 81 dapat menyelenggarakan infrastruktur interface pembayaran_terintegrasi yang menghubungkan akses ke sumber dana dengan PJP untuk meneruskan proses inisiasi danvatau otorisasi transaksi pembayaran. Halaman 14 dari 19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 19. Bagaimana pengaturan terkait penyelenggaraan infrastruktur SP yang berdampak sistemik dalam PBI PIP? a Infrastruktur SP yang diselenggarakan oleh Bl yang dikategorikan sebagai infrastruktur pasar keuangan yang berdampak sistemik mencakup: BERTGS, infrastruktur fast payment I, dan infrastruktur SPlainnya yang ditetapkan Bl Penyelenggaraan infrastruktur SP_yang dikategorikan sebagai infrastruktur pasar keuangan yang berdampak sistemik harus dilaksanakan sesuai standar intemasional yang berlaku. Pemenuhan standar internasional dalam penyelenggaraan infrastruktur SP_ yang berdampak sistemik mencakup aspek penyelenggaraan infrastruktur, dan aspek ‘tanggung jawab otoritas dalam melakukan pernantauan, Tindak lanjut pemantauan atas penyelenggaraan infrastruktur SP yang berdampak sistemik meliputi: moral suasion; rekomendasi kebijakan, pengaturan, atau pengembangan, koordinasi dengan otoritas terkait, dan/atau tindakan lainnya yang ditetapkan BI 20. Bagaimana pengaturan terkait ITSP dalam PBI PIP? a BI menyediakan ruang uji coba pengembangan ITSP untuk mendukung pengembangan EKD. ITSP mencakup produk, aktivitas, layanan, dan model bisnis yang menggunakan teknologi inovatif dalam ekosistem EKD yang dapat mendukung penyelenggaraan SP. Teknologi inovatif merupakan teknologi yang digunakan dalam ekosistem EKD yang dapat mendukung penyelenggaraan SP seperti penggunaan teknologi yang belum ‘eryji, masih digunakan secara terbatas, belum distandardisasi, dan/atau penggunaan teknologi baru, yang dapat berdampak pada sistem keuangan dan SP. Uji coba pengembangan ITSP dilakukan BI melalui 1) pengembangan inovasi yang belum digunakan atau telah digunakan di industri SP secara terbatas (innovation lab); 2) inovasi terhadap kebijakan atau ketentuan SP (regulatory sandbos; dan 3) _inovasi yang telah digunakan di industri SP dan perlu didorong untuk digunakan secara luas (industrial sandbow) BI menetapkan status hasil uji coba ITSP berdasarkan hasil penilaian atas seluruh rangkaian kegiatan selama pelaksanaan uji coba dengan mempertimbangkan: 1) _kesesuaian dengan usulan skenario uji coba; 2) keterkaitan dengan SP; 3) _fitur dan tingkat risiko; 4) _ kesiapan dan keandalan sistem; Halaman 15 dari 19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 5) __penerapan prinsip perlindungan konsumen serta manajemen risiko dan kehati- hatian; dan 6) pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan BI menyampaikan status hasil yji coba pengembangan ITSP yaitu’ 1) berhasil; atau 2) tidak berhasil, kepada pemohon uji coba pengembangan ITSP melalui surat atau sarana komunikasi lainnya yang ditetapkan oleh Bl Dalam hal ujicoba dinyatakan berhasil serta produk, aktvitas, layanan dan model bisnis termasuk kategori penyelenggaraan SP maka peserta dilarang memasarkan produk, aktivtas, layanan dan model bisnis yang diujicobakan sebelum terlebih dahulu mengajukan persyaratan penetapan dar/atau persetujuan sesuai dengan ketentuan BI mengenai SP. Dalam hal uj coba dinyatakan tidak berhasil serta produk, aktivtas, layanan, dan model bisnis termasuk kategori penyelenggaraan SP maka peserta dilarang memasarkan produk dan/atau layanan serta menggunakan teknologi dan/atau model bisnis yang diujicobakan. 21. Siapa pihak yang diwajibkan menyampaikan data dan/atau informasi terkait SP kepada BI dan bagaimana cakupan data dan/atau informasi terkait SP? a PIP wajib menyampaikan data dan/atau informasi terkait SP kepada Bl, yang meliputi 1) transaksi pembayaran, seperti instrumen, nominal, dan kanal pembayaran; 2) perincian informasi transaksi pembayaran, seperti profil penyedia barang dan/atau jasa, profil pengguna jasa, metode pembayaran, wilayah transaksi, dan produk; 3) _kinerja PIP, seperti laporan keuangan, laporan kinerja usaha, laporan rencana perubahan modal, dan rencana bisnis PP; 4) penyelenggaraan SP, seperti pengaduan konsumen, fraud, insiden, dan gangguan siber; danvatau 5) data dan/atau informasi lainnya. Dalam hal diminta oleh BI, pihak lain yang bekerja sama dengan PIP berupa 1) penyelenggara penunjang; dan/atau 2) penyedia barang dan/atau jasa, ‘wajib menyampaikan data dan/atau informasi terkait SP kepada Bl, yang meliput 1) transaksi pembayaran, seperti instrumen, nominal, dan kanal pembayaran; dan/atau Halaman 16 dari 19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") 2) rincian informasi underlying transaksi pembayaran, seperti profil penyedia barang darvatau jasa, profil pengguna jasa, metode pembayaran, wilayah transaksi, dan produk. c. Bentuk data dan/atau informasi dapat berupa laporan, dokumen, data, informas, keterangan, dan/atau penjelasan 22. Bagaimana mekanisme perolehan data dan/atau informasi terkait SP? Perolehan data dar/atau informasi terkait SP dari PIP, dan/atau pihak lain yang bekerja sama dengan PIP dilakukan dengan cara a. _penyampaian laporan kepada BI, yang dilakukan secara daring (online) melalui sistem Bi dan/atau luring (offline)secara berkala atau insidentat, b. _pengambilan data melalui koneksi antar sistem (data capturing), yang dapat dilakukan secara langsung dan seketika (real time), seperti yang dilakukan melalui infrastruktur data yang diselenggarekan oleh Bl, otoritas lain, atau penyediaan akses SI kepada BI; dan/atau < _mekanisme lain yang ditetapkan Bl, seperti penyampaian data darvatau informasi yang disampaikan dalam pertemuan dengan Bl atau media lainnya. 23. Dalam PBI PIP diatur kewajiban PIP menyampaikan laporan penyelenggaraan SP kepada Bl, Bagaimana cakupan laporan yang wajib disampaikan oleh PIP? a. PIP wajb menyampaikan laporan penyelenggaraan SP kepada Bl yang terdiri ata 1) laporan berkala, yang meliputi laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan triwulanan, laporan tahunan, darvatau laporan hasil audit sistem informasi dari auditor independen secara berkala; dan 2) laporan insidental, yang meliputi @) _laporan perubahan modal dan/atau perubahan struktur kepemilikan dan pengendalian serta perubahan susunan pengurus PIP; b) — laporan perubahan data dan informasi pada dokumen yang disampaikan pada saat mengajukan penetapan kepada Bl; ©) laporan gangguan dalam pemrosesan transaksi pembayaran dan tindek lanjut yang telah dilakukan; d) —laporan terjadinya force majeure atas penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran; @) _ laporan hasil audit S| dari auditor independen yang dilakukan dalam hal ‘erdapat perubahan yang signifkan; dan )_laporan lainnya yang diperlukan oleh Bl b. _ PIPyang mengalami peristiwa gangguan dalam pemrosesan transaksi pembayaran dan keadaan kahar (force majeure) atas penyelenggaraan pemrosesan transaksi Halaman 17 dari 19 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 23/7/PBV/2021 TENTANG PENYELENGGARA INFRASTRUKTUR SISTEM PEMBAYARAN ("PBI PIP") pembayaran harus segera memberitahukan kepada Bl paling lambat 1 (satu) jam setelah kejadian 24, Apa kewajiban bagi pihak-pihak yang memproses data dan/atau informasi terkait SP? a. Dalam pemrosesan data dan/atau informasi terkait SP, PIP dan/atau pihak yang bekerja sama dengan PIP wajib 1) menerapkan prinsip perlindungan data pribadi yang meliputi a) pengumpulan data pribadi dilakukan secara terbatas dan spesifik, sah secara hukum, patut, dan transparan; b) _pemrosesan data pribadi dilakukan sesuai dengan tujuannya; ©) pemrosesan data pribadi dilakukan dengan menjamin hak pemilik data pribadi; d) —pemrosesan data pribadi diakukan secara akurat, lengkap, tidek menyesatkan, mutakhir, dapat _dipertanggungjawabkan, dan memperhatikan tujuan pemrosesan data pribadi; @) _pemrosesan data pribadi dilakukan dengan melindungi keamanan data pribadi dari kehilangan, penyalahgunaan, akses dan pengungkapan yang tidak sah, serta pengubahan atau perusakan data pribadi; )—pemrosesan data pribadi dilakukan dengan memberitahukan tujuan pengumpulan, aktivitas pemrosesan, dan kegagalan pelindungan data pribadi; dan 4g) pemrosesan data pribadi dimusnahkan dan/atau dihapus kecuali masth dalam masa retensi sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) memenuhi mekanisme pemrosesan data dan/atau informasi terkait SP yang ditetapkan oleh Bl, termasuk mekanisme pemrosesan melalui infastruktur data dan infrastruktur SPB; 3) memenuhi_ mekanisme pemanfaatan infrastruktur data pihak ketiga yang ditetapkan oleh Bl, antara lain penggunaan teknologi komputasi awan (cloud computing); 4) menerapkan manajemen risiko siber yang paling sedikit mencakup aspek tata kelola (governanca, pencegahan (prevention), dan penanganan (resolution) dalam penyelenggaraan SP, termasuk standar keamanan Si; 5) memperhatikan integritas data yang merepresentasikan fakta atau keadaan yang sebenamya dan konsisten dengan menggunakan metode yang transparan; dan 6) _ memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, Halaman 18

You might also like