You are on page 1of 60
| wu Sor U PEMERINTAH pRSUDJar Fe KOESMAY KABUPATEN TUBAN HcABUPATENTTUBAN] PEDOMAN PELAYANAN UNIT CSSD RSUD dr.R. KOESMA KABUPATEN TUBAN aC BLY Geer aes PU ety ey RRO r ed pC MRSS CMDs as ak ell) ee cee ree CnC) PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER R.KOESMA Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.800 Telp. (0356) 321010, 325696 TUBAN-62315 PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA. KABUPATEN TUBAN NOMOR 72 TAHUN 2018 TENTANG PANDUAN PELAYANAN CENTRAL STERILLE SUPPLY DEPARTEMEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan sterilisasi yang bermutu tinggi; b. bahwa agar penyelenggaraan pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban sebagai landasan bagi pelaksanaan pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 10. 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/ Menkes/SK/ 1V/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws); Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/ SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/SK/ 11/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya; Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tuban sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 15 Tahun 2014 (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2015 Seri D Nomor 3); Peraturan Bupati Tuban Nomor 37 Tahun 2011 tentang Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R Koesma Kabupaten Tuban; Peraturan Bupati Tuban Nomor 16 Tahun 2013 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Bupati Tuban Nomor 31 Tahun 2018; MEMUTUSKAN : Menetapkan =; PERATURAN DIREKTUR RSUD dr. R. KOESMA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN UNIT PUSAT STERILISASI/CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN Pasal 1 Dengan Peraturan Direktur ini menetapkan Pedoman Pelayanan Unit Pusat Sterilisasi/CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini. Pasal 2 Pedoman Pelayanan Unit Pusat Sterilisasi/CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan Unit Pusat Sterilisasi/CSSD di lingkungan RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban. Pasal 3 Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Tuban pada tanggal Desember 2018 RSUD dr. R. KOESMA. 'N TUBAN LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RSUD dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN NOMOR 72 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN UNIT UNIT CENTRAL STERILE SUPPLY DEPARTMENT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN BABI PENDAHULUAN A. Latar belakang Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko terjadinya inveksi bagi pasien dan petugas rumah rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit. Unit Central Sterille Suply Departement ( CSSD ) merupakan salah mata rantai yang penting untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya untuk menekan kejadian infeksi. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi. Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Bila ditinjau dari volume alat dan bahan yang harus disterilkan di rumah sakit demikian besar, maka rumah sakit di anjurkan untuk mempunyai suatu instalasi pusat sterilisasi tersendiri, yang merupakan salah satu instalasi penunjang medik yang berada dibawah dan tanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Pelayanan. Unit CSSD ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme (termasuk endospora) secara tepat dan cepat. Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara professional, diperlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu oleh perawat, apoteker ataupun tenaga non medik yang merupakan mitra kerja Azaz kemitraan didasari rasa saling menghormati peran dan fungsi masing- masingdengan tujuan utama untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan pegawai rumah sakit. B. Tujuan Pedoman 1. Tujuan Umum: Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi bahan dan alat medis guna menekan kejadian infeksi di rumah sakit. 2. Tujuan Khusus: a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah sakit. b. Untuk mengadakan dan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi c. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi. C. Ruang Lingkup Pelayanan Ruang lingkup pelayanan sterilisasi meliputi: Perencanaan Pre Cleaning /Dekontaminasi dan disinfeksi Pengemasan dan pemberian tanda / etiket Proses sterilisasi Penyimpangan Distribusi aus ene Unit CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban termasuk unit pelayanan di Bidang Pelayanan Penunjang. Bidang yang memberikan pelayanan berupa penyediaan bahan/barang yang telah steril untuk Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Hemodialisa, IBS, Instalasi Graha Aryo Tejo, IGD, Instalasi Anastesi dan Rawat Intensif. . Batasan Operasional Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi rumah sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari sumber Buku Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, maupun dari sumber-sumber lain yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan yang terurai dalam buku ini. 1. Unit Pusat Sterilisasi / CSSD adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan proses pencucian atau dekontaminasi, pengemasan, sterilisasi dan penyimpangan serta distribusi alat atau instrumen medis dari berbagai departemen atau unit pelayanan di rumah sakit yang salah satunya untuk memberikan kontribusi dalam pendidikan Rumah Sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi. 2. Standar Pelayanan Minimal Sterilisasi adalah suatu kemampuan minimal yang harus dimiliki Unit CSSD yang meliputi pemrosesan alat/instrumen medis mulai dari dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, sterilisasi penyimpanan sampai dengan pendistribusian alat atau instrumen medis yang sudah steril. 3. Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap bertekanan. 4. Dry heat adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan panas listrik. 5. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi 10. 1 12 13. 14, 5) 16. Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap berpompa vakum, dimana penemu metodenya adalah J.H. Bowie dan J. Dick. Pre cleaning/dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme melalui disinfeksi dengan cara fisik dan kimiawi Disinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secar fisika. Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan warna. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain pada mesin sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui cara fisika atau kimia. Goggle adalah alat proteksi mata. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu tertentu secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit dimana pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda atau gejala atau tidak dalam masa inkubasi. E. Landasan Hukum 4. 2: a: Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehaan. Keputusan Menteri_ Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 4, Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009. BAB IL STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Berdasarkan analisa beban kerja, maka standar kebutuhan tenaga di Unit Kerja CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Pola Ketenagaan Personil Unit Kerja CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban | ‘Kualifikesi Tes | ™ Jabat - = Ketes fama Jabatan com | Formal | Non Formal | Kebutuhan | 7" eae | aan | Palathan | Sterilisasi | Kepata tnstatasi vs Steriisasi | S1 Kesehatan 1 1 culeup | Pelatihan Sentral | : | Manajemen | | | cssD | | | = Pelathan : “ * ‘SMU | Sterilisasi 4 3 Kurang Dekontaminast Daser Pelaksana | stetitsasi, Pengawasan Pelatihan Mutu, | smu Steriisesi | 4 + | cuiap Pemeliharaan Dasar | | | | | | Peralatan | | Pelaksana | Petatihan | | smu | 2 2 curup | Distribusi ‘Sterilisasi | | | i 10 | Kurang B. Distribusi Ketenagaan Kepala Unit CSSD membawahi Pelaksana Dekontaminasi, Pelaksana Sterilisasi, Pengawasan Mutu, Pemeliharaan Sarana & Peralatan serta Pelaksana Distribusi. Unit CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban saat ini terdiri dari 10 (sepuluh) orang sesuai dengan struktur organisasi, terdiri dari : 1. Kepala Unit CSSD : 1 orang. 2. Pelaksana Dekontaminasi 3 orang 3. Pelaksana Sterilisasi & Pengawasan Mutu : 4 orang 4. Pelaksana Distribusi : 2 orang C. Pengaturan Jaga. Unit Kerja CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban memberikan pelayanan dalam2 (dua) shif yaitu pukul 07.00 s/d 14,00WIB dan pukul 14.00 s/d 21.00 WIB. Jika terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa/outbreak)atau cyto diatas pukul 21.00 WIB, dilakukan on call. BAB II STANDAR FASILITAS A. Denah dan Alur CSSD 1. Denah CSSD 2. Alur Kerja CSSD LABEL PENGEMASAN & 10 PRE CLEANING /DEKONTAMINASI J PEMBERSIHAN ING DISINFEKSI TINGKAT STERILISASI TINGGI STERILISASI STERILISASI SUHU TINGGI SUHU RENDAH KIMIAWI PENGEMASAN & LABELING DISTRIBUSI B. Standar Fasilitas. Sarana fisik dan peralatan di sterilisasi sentral sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan pelayanan di sterilisasi sentral rumah sakit. Dalam merencanakan sarana fisik, dan peralatannya, sebaiknya melibatkan staf sterilisasi sentral. Mengingat sterilisasi sentral merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok sterilisasi sentral adalah menerima alat atau bahan medik dari semua unit-unti di rumah sakit untuk kemudian di proses menjadi alat atau bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi sterilisasi sentral perlu diperhatikan. ul 1. Bangunan Instalasi Sterilisasi Sentral Pembangunan Instalasi Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada saat ini sera kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang dan didesain menurut tipe / kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk rumah sakit. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m?. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m2 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m2. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m2. Untuk Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. pees P Koesma Kabupaten Tuban memiliki luas bangunan 8 meter x 17 meter = 136m? dengan 339 TT. 2, Lokasi pusat sterilisasi Lokasi gedung pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan steril terbesar di rumah sakit, yaitu Instalasi Bedah Sentral. Penetapan/pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan resiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalulintas transportasi alat steril. Lokasi gedung pusat sterilisasi/CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr R. Koesma Kabupaten Tuban sudah berada didekat /diwilayah Instalasi Bedah Sentral sesuai fungsinya. 3. Pembagian dan persyaratan ruang sterilisasi Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang kotor (merah), ruang bersih (kuning), dan ruang steril (hijau) yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Pembagian ruang sterilisasi disesuaikan dengan alur kerja, yaitu a, Ruang Pre Cleaning / Dekontaminasi. Pada ruang ini terjadi proses penerimaan alat kotor, dekontaminasi dan pembersihan, Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses 12 dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya. 1) 2) 3) 4) Ventilasi. Sistem ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga udara diruang dekontaminasi harus : a) dihisap keluar atau ke system sirkulasi udara yang mempunyai filter. b) tekanan udara harus negative tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya. ¢) tidak dianjurkan menggunakan kipas angin untuk ruang dekontaminasi. Suhu dan Kelembaban Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan adalah : a) Suhu udara antara 18°C - 22°C b) Kelembaban udara antara 35% - 75% Kebersihan Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup : a) Sehari setidaknya satu kali dipel atau divacum basah. b) Sehari setidaknya satu kali dibersihkan dan didisinfeksi tempat mencuci, meja kerja dan peralatan. c) Langsung membersihkan dan mendisinfeksi tumpahan darah dengan disinfektan yang terdaftar menurut peraturan yang ada. @) Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan dinding, langit-langit, ventilasi AC, lampu dan kipas exhaust ¢) Pemisahan sampah infectious dan non infectious. f) Sampah dibuang setiap hari dan dibersihkan tempat sampah yang kotor. 2) Prosedur control terhadap binatang perusak (serangga, tikus dan sebagainya) Lokasi ruang dekontaminasi a) Terletak diluar lalu lintas utama rumah sakit. 1B b) Dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari area disebelahnya, dengan ijin masuk terbatas. ¢) Alat ~ alat yang kotor dari IBS bisa langsung masuk ke ruang dekontaminasi, untuk kemudian dibersihkan dan/atau didisinfeksi sebelum dipindahkan ke area yang bersih atau ke area proses sterilisasi. a) Disediakan peralatan yang memadai dari segi desain, ukuran dan tipenya untuk pembersihan dan/atau disinfeksi alat-alat Kesehatan. b. Ruang Penerimaan linen Ruang penerimaan linen harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses penerimaan dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya. ) 2) 3) Suhu dan Kelembaban Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan adalah : a) Suhu udara antara 18°C - 22°C b) Kelembaban udara antara 35% - 75% Kebersihan Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup a) Sehari setidaknya satu kali dipel atau divacum basah. b) Sehari setidaknya satu kali dibersihkan meja kerja dengan alkohol 70%. c) Sampah dibuang setiap hari dua kali dan tempat sampah yang kotordibersihkan. 4) Prosedur control terhadap binatang perusak (serangga, tikus dan sebagainya) Lokasi ruang penerimaan linen a) Terletak diluar lalu lintas utama rumah sakit. b) Dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari area disebelahnya, dengan ijin masuk terbatas. 14 c. Ruang pengemasan Pemberian Label. Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat untuk alat bongkar pasang maupun pengemasan alat bersih. Selain itu di ruang ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk persiapan sterilisasi. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup. Ruangan ini sekaligus juga tempat untuk pemberian label dimasing- masing kemasan/pouches. Alat/linen yang telah dikemas diberikan label, Ruang pengemasan dan pemberian label juga harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses pengemasan. 1) Suhu dan Kelembaban Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan adalah : c) Suhu udara antara 18°C - 22°C d) Kelembaban udara antara 35% - 75% 2) Kebersihan Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup : a) Sehari setidaknya satu kali dipel atau divacum basah. b) Sehari setidaknya satu kali dibersihkan meja kerja dengan alkohol 70%. c) Sampah dibuang setiap hari dan tempat sampah yang kotordibersihkan. d) Prosedur control terhadap binatang perusak (serangga, tikus dan sebagainya) 3) Lokasi ruang pemberian label a) Terletak diluar lalu lintas utama rumah sakit. b) Dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari area disebelahnya. ©) Terletak bersebelahan dengan ruang sterilisasi_ untuk mengefektifkan alur kerja. 15 d. Ruang sterilisasi Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan disposible (kasa, kapas, dan lain-lain) dan dilengkapi dengan exhaust.Proses sterilisasinya menggunakan sterilisasi dry heat (panas kering) dan steam (uap / autoclave).Untuk sterilisasi Etiles Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah dan dilengkapi dengan exhaust. e. Ruang penyimpanan alat /bahan steril Akses ke ruang penyimpanan steril dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas utama dan jendela serta pintu sesedikit mungkin dan terisolasi ( sealed ). Ruang sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Dengan kriteria : 1) Penerangan harus memadai, suhu antara 18° - 22°C dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi menggunakan system tekanan positif dengan sfisiensi filtrasi partikular antara 90% - 95% ( untuk particular berukuran 0,5 mikron ) 2) Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah dibersihkan. Item steril disimpan pada jarak 19 - 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 om dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran air lainnya. f. Ruang distribusi alat/bahan steril Akses ke ruang distribusi alat/bahan steril dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi. Lokasi ruang distribusi alat/bahan steril dihindari dari Jalu lintas utama dan jendela serta pintu sesedikit mungkin dan terisolasi ( sealed ) Ruang sebaiknya berada dekat dengan ruang penyimpanan. Dengan kriteria : 16 3) Penerangan harus memadai, suhu antara 18° - 22°C dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi menggunakan system tekanan positif dengan sfisiensi filtrasi partikular antara 90% - 95% ( untuk particular berukuran 0,5 mikron ). C. Standar Peralatan JUMLAH NO| NAMAALAT | CHAMBER | (SET/UNIT) VOLUME (Ltr) Sterilisator Steam 1 (suhu tinggi) 800-1000 1 Sterilisator Steam 2 | (abu tings) 0 - 2 Sterilisator Plasma a (Suhu rendah) | 130-400 2 | | 4. | Mesin washer 300-500 1 | | Berbagai [5 | Set Washer manual | Sr uran 1 | 6 | Drying kabinet ae | 1 7 | Ultra sonic washer | 40-60 | 1 7 | Siler = | 1 [)Lemari 8 | Penyimpanan 150*30*200 2 | | Dokumen Lemari | 9 | Penyimpanan 150*30*200 3 barang steril | | 10 | Meja tulis 120*60°90 2 13 | Kursi putar/staf | - | 4 | 16 | Trotly barang = 2 | Termometer 5 17 | Fiygrometer - 4 ag | peat - 2 | (@P_Api Ringan) 17 BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN Unit CSSD melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan instrument/linen/kasa kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari selalu berhubungan dengan : Unit laundry Instalasi Pemeliharaan Sarana Instalasi farmasi Pengadaan barang Intalasi Penyehatan Lingkungan Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, IGD, IBS, dan lain-lain. ‘TATA LAKSANA PELAYANAN 1. Perencanaan Perencanaan alat-alat sterilisasi, bahan habis pakai, (indikator kimia, indikator biologi, pouces dan lain-lain) dilakukan oleh Unit CSSD, dalam rencana anggaran tahunan mengacu pada kebutuhan dan pemakaian tahun lalu 2. Pengadaan Pengadaan instrumen medis atau bahan habis pakai dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun oleh Kepala Unit CSSD dan diketahui Kepala Bidang Pelayanan Penunjang. Pengadaan dilakukan oleh tim Pengadaan Rumah Sakit. 3. Pre Cleaning/Dekontaminasi Dekontaminasi : adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman untuk proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat keschatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme pada alat-alat kesehatan tersebut. 18 a. Menangani, Mengumpulkan, dan Transportasi Benda-benda Kotor : Peralatan dan alat-alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani, dilalukan dekontaminasi dan dibawa ke Unit CSSD untuk dilakukan sterilisasi. Untuk peralatan dari Instalasi Bedah Sentral segera setelah pemakaian dibawa ke ruang dekontaminasi sedemikain rupa sehingga menghindari kontaminasi terhadap pasien, pekerja dan fasilitas lainnya. Oleh karena hal ini harus ditetapkan sehingga : 1) Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah / buangan ditempat pemakaian oleh petugas yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari benda-benda tersebut. 2) Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang baik. 3) Kain-kain pakai ulang ditempatkan ke tempat khusus dan dikembalikan ke laundry. 4) Semua cairan yang terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet / sink / spoulhook sebelum membawa peralatan yang kotor. 5) Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka dikembalikan ke ruang dekontaminasi, untuk selanjutnya disteril ulang sebelum didistribusikan kembali. 6) Jika diperlukan, petugas yang menangani, mengumpulkan dan membawa alat-alat harus memakai alat pelindung untuk mencegah Kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya. Peralatan non steril yang telah di bersihkan dari kotoran yang besar- besar dikirim ke Unit CSSD dengan menggunakan kontainer tertutup. b. Pembuangan Limbah Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang ditempat pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan Rumah Sakit yang mengacu pada peraturan pemerintah. 19 c. Mencuci/Cleaning Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum didesinfeksi atau di sterilkan. d. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di point of use Pembersihan alat-alat pakai ulang terkontaminasi harus dimulai sesegera mungkin setelah dipakai. Karenanya, untuk memulai pembersihan dan mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat harus : 1) Langsung dibungkus dan bawa ke ruang dekontaminasi, 2) Di bersihkan dari kotoran yang besar-besar ditempat pemakaian sesuai prosedur yang berlaku dan langsung bungkus untuk menghindari percikan, tumpahan atau penguapan sampai dibawa ke ruang dekontaminasi e. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di ruang dekontaminasi Untuk memulai pembersihan ,alat-alat harus 1) Dibongkar (disassambled) jika dirakit lebih dari satu komponen dan dibuka semua sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih. 2) Disortir berdasarkan metode pembesihan 3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap ataupun dry heat, karena baik uap atupun dry heat tidak dapat meresap dan membunuh mokroorganisme. Jika alat alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih dahulu. f. Bahan-bahan pencuci (Cleaning agent) Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan residu kotoran organik tanpa merusak alat. Karenanya, bahan pencuci harus : 1) Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih. 2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai type bahan pencuci yang dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada type kotoran yang ada, pada umumnya, protein lebih mudah dibersihkan dengan detergen yang besifat basa. Garam mineral mudah dibersihkan dengan detergen asam, Pemilihan bahan pencuci dan metode mencuci harus ditetapkan sebelum proses 20 dijalankan, jika tidak, kerusakan alat yang akan dicuci atau alat pencuci bisa terjadi. 3) Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada kandungan kadar garam mineral pada air. Jika kandungan garam mineral sedikit, gunakan sedikit detergen dan gunakan lebih banyak detergen jika kandungan garam mineral pada air lebih banyak. 4) Pertimbangan untuk menggunakan enzym pelarut protein untuk mencuci alat-alat yang memiliki lumen dan sambungan. 5) Digunakan sesuai petunjuk produsen dan sesuai dengan bahan alat. Metode merendam dan membilas Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan hampir semua partikel yang kelihatan dan hampir semua partikel yang tidak kelihatan, dan menyiapkan semua permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses densifeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual atau mekanikal atau kombinasi keduannya. Karenanya untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat serta keamanan petugas, alat-alat harus : 1) Dibongkar (disassable), jika dirakit lebih dari satu komponen dan semua sambungan harus di buka untuk memastikan semua permukaan alat tercuci bersih, 2) Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20.C-43.C selama 10 menit dan atau dalam produk enzym yang dapat melepaskan darah dan zat-zat protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga memabantu menghilangkan protein. 3) Atau dapat juga dimulai dengan membilas di air kran yang mengalir untuk melepaskan partikel-partikel protein. 2 h. Mencuci secara manual Beberapa alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci secara manual setelah direndam, pada proses ini alat atau instrumen harus : 1) Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat tengelam/terendam. 2) Dicuci_ menurut aturan produsen jika alat tidak dapat tenggelam/terendam. 3) Dicuci dengan alat antigores untuk mencegah kerusakan pada alat, alat-alat dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan dengan densifeksi atau disterilkan setiap hari. 4) Dibilas dengan air kran yang mengalir dengan suhu 40.C - 55.C untuk menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air deionisasi atau suling. Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan terlebih dahulu sebelum disterilkan. i, Mencuci secara mekanis Menggunakan mesin cuci dapat meningkatkan produktifitas, lebih bersih dan lebih aman bagi pekerja. Mesin cuci dapat dipilih sesuai kebutuhan. Pembersih ultrasonic melepaskan semua kotoran dari seluruh permukaan alat-alat dan instrument. Mesin ini tidak didesain untuk membunuh mikroorganisme, tetapi dapat mencuci bersih. Ada 2 (dua) tipe mesin cuci/washer : 1) Untuk melepaskan mikroorganisme dengan mencuci bersih 2) Untuk menghancurkan mikroorganisme tertentu dengan berbagai variasi cuci. Alat-alat pencuci ini juga harus dibersihkan, dicuci secara rutin. Penggunaan detergen dan zat pembersih lainnya harus sesuai dengan rekomendasi produsen Disinfeksi Memilih zat disinfeksi harus ditentukan berdasarkan pemakaianalat dan level disinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut. Untuk menghancurkan mikroorganisme, disinfektan dalam konsentrasi tertentu harus kontak langsung dengan permukaan alat dalam waktu tertentu untuk terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan mendeaktifasi sel-sel pathogen. Itu sebabnya sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk menghancurkan mikroorganisme pada alat yang belum bersih. 1) Penggunaan Disinfektan Dalam penggunaan disinfektan harus sesuai label dan instruksi produsen. a) Pelajari bagaimana mengaktivasi produk, berapa lama efektifitasnya, dan apakah bias dipakai lang (reuseable) b) Pelajari rekomendasi dari produsen alat yang akan didisinfeksi, alat-alat apa saja yang sesuai dengan zat tersebut dan dapat diproses dengan aman. ©) Pelajari mikoorganisme apa saja yang dapat dibunuh oleh zat tersebut, berapa lama waktu serta suhu yang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme tersebut. 4) Pelajari cara penggunaan produk tersebut dengan aman. ©) Hindari kontak langsung dengan produk, baik dalam bentuk cairan atau bubuk. Jangan samapi kontak langsung dengan kulit, membrane mucous dan mata. f) Pakai APD (sarung tangan, goggle, gaun/apron lengan panjang yang tahan air). g) Ruangan harus berventilasi baik. Tutuplah produk setiap saat. Memanaskan produk dapat meningkatkan evaporasi dan gas beracun. hh) Pelajari penggunaan produk yg efektif. Alat-alat sebelum didisinfeksi harus dicuci bersih terlebih dahulu, untuk mengurangi -zat organibioburden (lapisan iru) dan dikeringkan, agar cairan disinfektan dapat kontak langsung 23 dengan seluruh permukaan alat. Zat-zat organik yang tertinggal pada alat dapat melindungi mikroorganisme atau membuat disinfektan tidak aktif. Ditergen yang tertinggal akan mempengaruhi PH disinfektan sehingga mengurangi efektifitasnya. Air yang tertinggal akan membuat disinfektan lebih cair, sehingga dapat juga mengurangi efektifitasnya. Alat-alat harus dibilas dengan bersih dengan menggunakan aqua bidest dan dikeringkan dengan kompresor khusus (tanpa oil/oil less) untuk medis sebelum disimpan dan dipakai, Pelajari bagaimana menyimpan dan membuang limbah cair. Produsen harus menyediakan material safety data sheet bila diperlukan 2) Memilih disinfektan Zat disinfektan dikualifikasikan menurut aktifitas germicicalnya (tingkat daya bunuh). a) b) Disinfektan tingkat rendah menghancurkan hampir semua bakteri vegetative bukan spora ( tubercule bacilli), beberapa jamur dan virus lipophilic. Disinfektan tingkat menengah menghancurkan hampir semua bakteri vegetative bukan spora ( tubercule bacilli), jamur, virus-virus hydrophilic dan lipophilic. Disinfektan tingkat tinggi menghancurkan hampir semua bakteri vegetative, beberapa spora ( tubercule bacilli), jamur, virus-virus hydrophilic dan lipophilic. Jika digunakan dalam waktu yang lebih lama, disinfektan tingkat tinggi dapat menghancurkan semua spora bakteri dan dapat dianggap sebagai sterilan. 24 4. Pengemasan Yang dimaksud pengemasan adalah proses membungkus, mengemas, dan menampung alat-alat yang dipakai ulang untuk disterilisasi, penyimpanan dan pemakaian berikutnya. Bahan kemasan sterilisasi adalah semua material yang tersedia, yang didesain untuk keamanan hasil sterilisasi. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi. Ada 3 prinsip dasar pengemasan yang harus diperhatikan : a. Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan dan isinya. b. Harus dapat menjaga sterilitas isinya, hingga kemasan dibuka. c. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan isinya terkontaminasi, Pengemasan di Unit CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban dilakukan dengan menggunakan 3 cara a. Kemasan kertas plastik (pouces), untuk bahan atau alat yang berukuran tidak terlalu besar. Selain itu untuk mengemas selang dan kasa. Kemasan telah dilengkapi dengan indikator kimia pada setiap tepinya. b. Kemasan linen, digunakan untuk membungkus linen steril dan bak instrumen (digunakan untuk instrumen medis yang berukuran kecil), 5. Pemberian tanda/labeling Pemberian tanda adalah prosedur yang harus dilakukan sebelum alat atau bahan yang akan disterilkan masuk ke dalam mesin sterilisasi. Pemberian tanda ini meliputi : a. Pemberian label yang berisi tanggal penyeterilan, tanggal kedaluwarsa dan nama ruangan. b. Pemberian tanda indikator kimia eksternal (autoclave tape) untuk memastikan apakah kemasan telah dilakukan proses sterilisasi di dalam mesin sterilisasi. 25 c. Pemberian tanda indikator internal (stripe atau starigage) untuk memastikan apakah mesin telah melakukakan paparan pada permukaan instrumen di dalam kemasan baik di dalam kemasan crep, linen ataupun kertas plastik. 6. Metode sterilisasi Sterilisasi di Unit CSSD Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban dilakukan dengan cara sebagaimana berikut ini: a. Sterilisasi Uap Panas Jenuh (Autoclave) Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah melalui proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien dan efektif adalah melalui sterilisasi uap. Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel protein secara irreversible. Untuk dapat menghasilkan barang yang steril maka perlakuan pre sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan yang baik, pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan. Jadi proses kesempurnaan proses sterilisasi uap tergantung pada proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi_pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya rekontaminasi sebelum digunakan. b. Sterilisasi menggunakan Suhu Rendah ( Plasma ) Plasma secara umum didefinisikan sebagai gas terdiri dari elektron, ion-ion, maupun artikel-artikel neutral. Halilintar merupakan contoh plasma yang terjadi di alam. Plasma buatan dapat terjadi pada suhu tinggi maupun rendah (seperti lampu neon). Gas plasma suhu rendah terjadi apabila dalam keadaan deep-vacum gas tertentu distimulasi dengan frekuensi radio atau energi gelombang mikro sehingga terbentuk plasma. Plasma dari beberapa gas seperti argon, nitrogen dan oksigen menunjukkan aktifitas sporisidal. 7) Memasukan barang pada mesin : Keberhasilan sterilisasi dengan metode ini ditentukan pula oleh penataan barang yang benar dalam mesin, sehingga memudahkan proses 8) 9) 26 pengosongan udara dari chember, selanjutnya steam mudah berpenetrasi ke dalam kemasan, dan mencegah terbentuknya kondensat berlebihan yang menyebabkan terjadinya kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan pengosongan udara. Pengisian chember mesin dengan barang sebaiknya tidak melebihi 75% kapasitas chember. Demikian pula barang-barang steril hanya boleh ditangani setelah mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses pendinginan, barang steril tidak boleh diletakan pada permukaan logam karena akan terjadi proses kondensasi pada barang sehingga terjadi rekontaminasi. Load berisi barang steril harus disimpan dalam rak kawat sampai dingin Penyimpanan Alat atau bahan steril disimpan dalam lemari yang tidak sering dijamah, suhu sejuk dan kering dan tidak lembab (syarat kelembaban berkisar 45 - 75%). Alat digunakan kembali dengan mengikuti prinsip FIFO (First in first out), dimana alat yang lebih dahulu disterilkan, dipakai terlebih dahulu. Alat yang dibungkus dalam kemasan pauches (Medipack) dan dalam penyimpanan yang optimal, dapat dianggap tetap steril selama kemasan masih rapih, sehingga satu tahun. Namun apabila ragu akan sterilitas kemasan, harus dilakukan sterilisasi ulang sebelum dipakai, dan alat yang tidak dibungkus harus segera digunakan segera setelah dikeluarkan. Distribusi Distribusi bahan atau alat medis steril dari Unit CSSD ke unit pelayanan dilkukan dengan menggunakan box plastik tertutup. Distribusi bahan atau alat steril dilakukan melalui loket pengambilan bahan atau alat medis steril, pada jam pengambilan yang telah ditentukan, yaitu pukul 07.00 - 21.00 wib. Pada unit unit khusus seperti IBS, IGD, ICU jika memerlukan alat medis steril di atas jam 21.00 ada petugas jaga on call 24 jam. Distribusi alat atau instrumen kotor dari unit pelayanan ke Unit CSSD dengan menggunakan box plastik tertutup khusus instrumen non 27 steril, dan diserahkan di loket penerimaan di Unit CSSD. Setiap kegiatan penyerahan ataupun pengambilan, harus dilakukan pencatatan pada buku ekspedisi, dan di tanda tangani oleh petugas unit pelayanan dan petugas Unit CSSD. B. ALUR PELAYANAN Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam memproses alat/bahan. Alur kerja dibuat sedemikian rupa sehingga 1, Pekerjaan dapat efektif dan efisien. 2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan kotor hendaknya terpisah. 3. Jarak yang ditempuh sependek mungkin dan tidak bolak balik. 4. Memudahkan dalam pemantauan PELAYANAN STERILISASI PRE CLEANING /DEKONTAMINASI t PEMBERSIHAN PENGEMASAN & LABELING DISINFEKSI STERILISASI TINGKAT TINGGI STERILISASI STERILISASI KIMIAWI SUHU TINGGI SUHU RENDAH NO 7 DISTRIBUSI PENGEMASAN & LABELING 28 C. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL STERILISASI Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medis yang steril, namun bukan hanya menghasilkan barang-barang yang steril. Sterilan harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-benar steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme yang ketat. 1. Kontrol kualitas sterilisasi Kontrol proses sterilisasi akan memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang disediakan benar-benar steril. Cara yang paling ideal adalah dengan cara melakukan kultur atau uji sterilitas dari tiap produk yang disterilkan. Namun cara ini tidak praktis dan sangat mahal. Untuk itu Unit CSSD RSUD dr. R. Koesma Tuban melakukan monitoring setiap tahapan sterilisasi untuk memberikan jaminan bahwa parameter- parameter yang ditentukan dalam prosesnya sudah dipenuhi dengan baik Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kontrol kualitas sebagai berikut : a. Pemberian label/nomor lot pada tiap kemasan. Tiap kemasan yang yang akan disteril harus mencantumkan identitas berupa nama ruangan, tanggal proses sterilisasi, dan tanggal kadaluwarsa. Alasan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan. b. Data mesin sterilisasi. Untuk tiap siklus sterilisasi, harus didoukumentasikan nomor lot, informasi umum kemasan (kemasan linen, kemasan instrumen, dan sebagainya), waktu pemaparan dan suhu, nama operator. Data hasil pengujian biologi, data respon terhadap indikator kimia dan data hasil dari uji Bowie-Dick. c. Waktu kedaluwarsa Setiap kemasan yang disteril harus diberi label yang mengidikasikan waktu kedaluwarsa untuk memudahkan rotasi stock, walaupun 29 waktu kedaluwarsa tidak tergantung pada waktu, melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut. Adapun waktu kadaluwarsa berdasarkan hasil uji laboratorium adalah sbb: 1) Kemasan linen = 14 hari 2)Kemasan poches = 6 bulan 3)Kemasan countaner = 1 bulan 4) Kemasan Tyvek = 2bulan Kalibrasi alat Sterilisator harus dilakukan kalibrasi secara berkala untuk memastikan bahwa kondisi alat masih layak pakai menjamin mutu hasil sterilisasi. Kalibrasi sterilisator dilakukan setiap tahun sekali, untuk setiap jenis sterilisator, baik sterilisator autoclave maupun sterilisator suhu rendah (plasma) 2. Jenis-jenis Indikator Sterilisasi a, Indukator Mekanik. Yaitu bagian-bagian dari proses sterilisator, seperti indikator suhu, waktu maupun tekanan yang menunjukan bahwa alat bekerja dengan baik. Indikator Kimia Yaitu indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna. Ada 2 macam : 1) Indikator kimia eksternal : pada bagian luar kemasan, berfungsi untuk memberikan bukti visual bahwa benda atau alat sudah melawati proses sterilisasi, dan sebagai segel dan pengaman kemasan. Akan tetapi tidak membuktikan adanya_penetrasi sterilan ke dalam bagian dalam kemasan. 2) Indikatorinternal : di letakan pada setiap kemasan atau bagian kemasan yang paling sulit di capai sterilan. Perubahan warna menunjukan kemasan telah melawati proses sterilisasi. 30 c. Indikator Biologi. Yaitu berupa sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerjanya adalah mensterilkan spora hidup yang non pathogenik dan resisten dalam jumlah tertentu. Jika pada akhir proses, spora itu mati, dapat diasumsikan bahwa benda lain yang kita sterilkan telah steril juga. Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban dilakukan monitoring mutu akhir sterilisasi dengan menggunakan indikator kimiawi eksternal dan internal, indikator mekanik serta indikator Biologi. Dan secara periodik setiap satu tahun sekali dilakukan pemeriksaan kultur mikrobiologi terhadap hasil sterilisasi untuk menilai mutu akhir dan menentukan masa kedaluwarsa bahan steril dalam penyimpanannya. BABY LOGISTIK A. Prosedur Penyediaan Bahan Habis Pakai rs Pengertian : Prosedur penyediaan bahan habis pakai adalah permintaan bahan Kesehatan yang pemakaianya tidak mendapat ganti dari Instalasi Farmasi. Prosedur : Agar ketersediaan bahan selalu ada maka Unit CSSD harus mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada PPK Perlengkapan Alat Unit CSSD dengan prosedur sebagai berikut : a. Kepala Unit menyampaikan permintaan barang kepada bagian gudang barang CSSD. b. Bagian gudang barang CSSD membuat nota permintaan barang CSSD ke PPTK Perlengkapan Alat Unit CSSD.membuat Nota Permintaan 31 Barang ( NPB) yang diketahui oleh Kepala Bagian Keuangan dan Direktur RS. c. NPB yang telah disetujui diserahkan kepada PPK. PPK menerbitkan Surat Perintah (SP) pembelian bahan, sesuai NPB. e. PPK memerintahkan PPTK untuk merealisasikan permintaan bahan tersebut. f. PPTK menyerahkan barang yang datang ke petugas penyimpanan (gudang barang rumah sakit ) g. Kepala Unit CSSD mengajukan permintaan barang kepada bagian gudang. h. Staf Unit CSSD mengambil barang sesuai jadwal pengambilan barang digudang. B. Jenis Bahan Habis Pakai 1 ai 3, 4. 5. 6. 7. 8, 9. 1 Cairan enzymatic Cairan desinfektan Pouches steam ‘Tyvek plasma Indikator internal steam Indikator eksternal steam Indikator internal plasma Indikator eksternal plasma Biologi test steam 0. Biologi test plasma ©. Perencanaan Peralatan Atau Peremajaan i Pengertian : Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai kebutuhan saat itu sebagai pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus diganti karena keausan. Tujuan : Tujuan perencanaan pengadaan atau peremajaan peralatan adalah agar peralatan digunakan siap pakai setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat mengikuti perkembangan teknologi kedokteran sehingga menunjang kelancaran pelayanan. Jadual kegiatan dilakukan dalam

You might also like