You are on page 1of 19
6, oy PRODUK UD TANTERI’S CERAMIES, DI DESA PEJATEN Oleh Komang Nelly Sundari UPT ~ PSTKP Bali BPP Teknologi H (ree so + eget Leow, fool Ay feet es eer Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselin Bali BPP Teknologi 1999 1.3, Metodelogi Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, ada beberapa metode yang penulis terapkan antara lain a) Metode Observasi yaitu mengamati kebiasaan perajin dalam menangani proses produksi dari proses awal sampai proses pembakaran b) Metode wawaneara Untuk lebih mendalami apa - apa saja yang dilakukan oleh perajin yang bekerja di UD Tanteri’s Ceramics, penulis melakukan wawancara kepada perajin tentang pokok-pokok permasalahan yang dihadapi di dalam usaha peningkatan produksi, ©) Metode Dokumentasi Dalam hal ini penulis mengambil beberapa foto serta mencatat hal-hal yang dianggap perlu I. TINJAUAN UMUM KERAMIK DESA PEJATEN 2.1. LOKASI Desa Pejaten terletak 21 km di sebelah Barat Laut kota Denpasar, termasuk Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan dengan 8 (delapan) banjar/dusun yaitu Banjar Baleran, Banjar Pejaten, Banjar Dukuh, Banjar Dalem, Banjar Pamesan, Banjar Simpangan dan Banjar Pangkung, Berdasarkan angka statistik, jumlah penduduknya 4536 orang terdiri dari 3321 orang di atas umur kerja dan 1215 di bawah umur kerja. Jumlah usia kerja di atas itu dapat dirinci la berdasarkan persentase pengelompokan kerja yaitu terdiri petani 10%, pegawai 15%, pedagang 7%, sedangkan sebagai perajin keramik tradisional maupun keramik seni 77%, Melihat persentase ini dapat disimpulkan bahwa penduduk desa Pejaten kebanyakan hidup sebagai perajin keramik terutama dalam bidang pembuatan genteng Walaupun demikian, tidak alah pentingnya perkembangan kerajinan keramik khususnya untuk barang-barang yang sejalan dengan kebutuhan perkembangan pariwisata di Bali sckaligus untuk mempromosikan desanya sebagai penghasil kerajinan keramik tradisional di Bali di tingkat daerah maupun tingkat nasional. Adapun jumlah/persentase para perajin keramik gerabah di desa Pejaten meningkat dari tahun ke tahun 2.2. SEJARAH TIMBULNYA KERAJINAN KERAMIK DI DESA PEJATEN ‘Asal_mula perkembangan kerajinan keramik di desa Pejaten sangat erat hubungannya dengan asal mula nama desa Pejaten yang dapat dikaitkan dengan sistem kepercayaan penduduk setempat, Ada dua sumber yang menyebutkan asal mula nama desa Pejaten yaitu lontar Kundalini yang disimpan oleh Ida Bagus Mayun di Geria Tengah, Banjar Pejaten dan satunya lagi lontar Kundalini yang disimpan oleh I Gede Putu Semada (Gurun Jati) tinggal di Banjar Dalem Pejaten Lontar tersebut antara lain menceritakan bahwa pengiring Danghyang Nirata yang bernama i Kelik pada waktu ia tidur di put gunung Sari (di wilayah desa Penebel, Tananan) menerima sabda/wahyu dari Tenggara. Pada saat itu ia menoleh dilihatnya asap tebal menjulang tinggi ke angkasa. Sesuai dengan perintah sabda itu, agar I Kelik menuju tempat keluarya asap putih itu sambil membawa alat-alat : genta orang, unter dan jun - pere untuk menolong orang-orang yang sedang terserang wabah penyakit di desa itu. Kemudian I Kelik pergi ke tempat keluarnya asap itu untuk mengamati dan “mejatiang” tempat itu. Ternyata sesampainya ditempat tujuan asap 4 putih itu keluar dari dalam tanah tepat di tengah-tengah kuburan. Kemudian I Kelik segera memberikan pertolongan kepada 14 orang yang kedapatan masih hidup. Dengan memercikkan air dari jun - pere tersebut akhirnya ke 14 orang itu dapat sembuh Pada akhirnya sejak itu sampai saat ini desa tempat keluamya asap putih disebut desa Pejaten. Dari cerita tersebut di atas memberikan gambaran mengenai latar belakang /riwayat munculnya nama desa Pejaten yang berasal dari kata “Pejatiang” yang artinya mencari kepastian atau memastikan dan disamping itu juga memberikan sumber kepada kita tentang sistem kepercayaan masyarakat setempat yang ada kaitannya dengan perkembangan keramik tradisional di desa itu. Hal seperti ini perlu mendapat perhatian, sebab di dalam masyarakat kita di Indonesia khususnya di dalam masyarakat Bali, faktor spiritual kadang-kadang cukup berperan disamping faktor material Demikianlah apabila kita hubungkan pembuatan jun - pere dengan sistem kepercayaan penduduk desa Pejaten yang bersumber pada lontar Kundalini itu ada suatu nilai yang perlu diindahkan yaitu bahwa penduduk yang mengerjakan keramik tradisional sampai sekarang ini selalu membuat jun- pere walaupun dalam jumlah yang kecil. Mereka tidak berani melupakan membuat jun - pere sebab mereka percaya apabila hal tersebut dilupakan atau dilanggar dapat mengakibatkan Kemelaratan atau kehilangan mata pencaharian dan dapat pula berakibat tidak baik bagi Keselamatan keluarganya, Sistem kepercayaan seperti ini dapatlah kita anggap sebagai “prima causa” dari perkembangan keramik tradisional di desa Pejaten schingga tetap hidup dan berkembang sampai sekarang, 2.3. PERKEMBANGAN KERAMIK PEJATEN HINGGA SAAT INF Sejalan dengan pertumbuhan pembangunan maka keadaan perkembangan keramik di desa Pejaten sedikit demi sedkit juga menunjukkan kemajuan. Lebih-lebih semenjak meningkatnya dunia pariwisata di Bali, kerajinan keramik tradisional juga mengalami kemajuan terutama untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan hotel - hotel sebagai barang-barang hiasan Berawal dari tahun 1969, dimana sebelumnya jenis-jenis barang yang diproduksi hanya berupa barang-barang fungsional, dan barang-barang_ seni hanya untuk perlengakapan di pura-pura serta untuk dekorasi rumah Bali, Mengingat sekitar tahun tersebut barang-barang fingsional yang berupa gerabah seperti tempayan maupun kendi terdesak oleh barang-barang plastik berupa ember, ketel dan lain sebagainya, maka para perajin gerabah banyak beralih pekerjaan membuat 5 genteng atau wuwungan, Kemudian atas inisiatif desa Pejaten untuk mempromosikan hasil-hasil gentengnya yang berkembang dari tahun 1970 sampai saat ini. Bersamaan dengan itu ada beberapa orang yang dengan senang hati memberikan petunjuk dan disain-disain baru tentang gerabah, sehingga sampai saat ini ada beberapa keluarga masih menggeluti pembuatan gerabah tersebut untuk kebutuhan hotel, Diantaranya yang paling terkenal adalah Bapak T Wayan Kuturan dengan nama UD Merta Sedana Orang yang paling berjasa dalam memberikan disain-disain baru jenis gerabah adalah Key It (orang Tinghoa) yang tinggal di Tabanan. Pada tahun 1973 ia banyak membantu perkembangan keramik di desa Pejaten dengan memberikan petunjuk-petunjuk kepada beberapa orang perajin dalam membuat berbagai motif dan bentuk baru yang sesuai dengan selera konsumen utamanya wisatawan asing yang berkunjung ke Bali, Namun ada juga beberapa masyrakat yang tidak mengakui pengaruh Key It, kemungkinan karena mereka mengatakan tidak pernah menerima pengaruh itu. Salah satu contoh disain yang masih dibuat sampai saat ini adalah patung taman yang berbentuk stiliran dari manusia. Pada tahun 1979 desa Pejaten mulai meningkatkan mutu dari gerabah ke keramik porcelain dengan belajar ke Malang maupun Bandung. ‘Terlaksananya peralihan dari gerabah ke keramik porcelain dalam rangka peningkatan mutu tersebut disamping swadaya dati desa juga banyak dibantu oleh BIPIK, Pemda dan Kakandep Perindustrian Tabanan, Selama tahap percobaan ini banyak hambatan yang dihadapi baik dibidang teknis maupun di bidang pemasaran. Kemudian pada tahun 1983 Hildawati Sidharta dari IKJ (Insitut Kesenian Jakarta) bersama seorang abli keramik dari Eropa bernama Hester Tjebbes mengadakan survey untuk melihat dari dekat tentang perkembangan keramik di desa Pejaten. Saat itu yang menjadi kepala desa Pejaten adalah Bapak I Made Tanteri. Kepala desa bersama - sama staf desa lainnya memohon untuk dicarikan bantuan bagi perkembanagn keramik desa Pejaten. Melihat potensi yang ada, Hester Tjebbes berjanji akan mengusahakan bantuan itu. HIVOS (Humanistisch Institut Voor Ontwekkling Samen Werking) atau yayasan sosial kemanusian dari negeri Belanda ternyata tertarik untuk membantu perkembangan keramik di desa Pejaten, Setelah dilakukan pendekatan dengan BAPPEDA tingkat 1 Bali akhirnya pada pertengahan Januari 1985 proyek ini mulai dapat dilaksanakan. Dalam hal ini HIVOS membantu dengan dana dan sarana pendidikan yang dibutuhkan serta memberikan konsultan teknis yaitu Hester Tjebbes sendiri Program pendidikan ini adalah untuk meningkatkan dan memperkenalkan teknik-teknik keramik porcelain, Orientasinya adalah penciptaan keramik 6 porcelain yang bermutu tinggi. Sampai saat ini proyek tersebut berkembang di bawah naungan KUD keramik “Pejaten” Berdasarkan uraian tersebut berarti keramik Pejaten semakin berkembang baik dari segi peralatan, bentuk/disain, dekorasi, fungsi, bahan, teknis dan pemasarannya. Namun perlu kiranya kita ketahui secara lebih terperinci lagi mengenai perkembangan-perkembangan yang dialami oleh perajin setempat, Untuk itulah penulis mengambil sampel sebuah perusahaan keramik yang sudah mampu menghasilkan keramik halus berglasir di desa Pejaten yaitu UD Tanteri’s Ceramics UL UDT! TERPS CERAMICS Untuk lebih jelas dan lebih terinci_mengenai kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan Tanteri’s maka akan diuraikan bagaimana proses awal sampai akhir dari suatu usaha produksinya seperti berikut ini 3.1. Bahan Baku Tanah sebagai bahan baku keramik sangat berpengaruh dalam proses pembuatannya maupun proses akhir. Pada perusahaan ini bahan baku tanah ada dua macam yaitu bahan baku tanah untuk gerabah dan bahan baku tanah untuk keramik berglasir. Kedua jenis tanah tersebut berasal dari sumber yang berlainan. Selain bahan baku tersebut di atas ada pula glasir untuk keramik halus a, Tanah gerabah Untuk gerabah, bahan bakunya diambil dari tanah yang ada disekitarnya. Penggunaan tanah disekitarnya sudah berlangsung lama, karena tanah di daerah desa Pejaten memang terkenal sebagai tanah yang cukup baik untuk bahan baku pembuatan genteng, Tanah-tanah tersebut setelah diambil dari tempat asainya kemudian digiling pada mesin-mesin motlen, Perusahaan ini menyewa mesin tersebut pada penyewaan mesin mollen keliling yang banyak terdapat di desa tersebut. Sewa-menyewa ini berlangsung terus disesbabkan karena harga mesin tersebut cukup mahal serta dalam pengoperasiannya diperlukan biaya tambahan, Sedangkan tanah yang digunakan untuk membuat gerbah setelah dicampur dengan paras halus mengalamai proses penggilingan sebanyak 2 kali (berbeda dengan tanah untuk genteng yang cukup di giling hanya sekali saja). Tanah tersebut digiling dua kali agar parasnya tercampur rata dengan tanah serta butiran tanahnya menjadi lebih hatus. b, Tanah keramik halus (keramik berglasir) Untuk keramik berglasir, perusahaan tidak sempat membuat tanah senditi. Selain tidak adanya peralatan untuk membuat tanah, pengetahuan bahan untuk tanah berglasirpun Kurang, Jadi selama ini perusahaan Tanteris’s Ceramics selalu. membeli tanah siap pakai dari Malang Jawa ‘Timur dengan harga Rp.2.500,-/kg 8 Setelah tanah tersebut tiba, tanah disimpan dalam bak penyimpanan dan kemudian ditutupi dengan karung yang basah untuk menjaga kelembabannya, Tanah tersebut sewaktu basah berwarna putih kelabu, sedangkan apabila sudah mengalami proses pembakaran berwarna putih bersih Scbenarnya tanah ini baik untuk semua warna glasir, tetapi dalam proses pembentukannya agak sulit karena tanah ini tidak terlalu plastis/liat schingga mudah retak dalam proses pembentukannya Tanah ini juga kurang baik untuk jenis barang ynag berukuran besar karena mudah pecah baik dalam proses pengeringan maupun pembakaran. Untuk membuat barang dengan sistem cetak/cor, tanah ini baik digunakan untuk barang kecil maupun besar. Hal ini kemungkinan besar tanah yang dibeli merupakan massa cor yang telah dipadatkan yang kemudian dicairkan kembali apabila ingin digunakan hanya dengan mencampur air dan water glass dengan perbandingan satu bagian air dan tiga bagian tanah c. Water Glass Fungsi water glass adalah sebagai bahan pencampur/campuran pada massa cor juga untuk campuran tanah pere yang menghasilkan barang yang mengkilap dan berwarna merah setelah dibakar apabila digosokkan dengan batu ke badan/raga keramik gerabah yang sudah kering sebelum dibakar 4. Gips Fungsi gips disini adalah sebagai bahan untuk membuat negatif dari cetakan, karena selain dengan membentuk secara langsung, perusahaan ini juga menghasilkan benda-benda yang dicetak, bahkan dapat dikatakan sebagian besar barang-barang yang dihasilkan pada saat ini merupakan barang-barang cetakan yang kemudian diberi hiasan dengan mengukir €. Glasir Glasir yang digunakan oleh perusahaan ini mempunyai suhu bakar yang cukup tinggi yaitu suhu minimal 1180° C. Bahan baku untuk glasir dibeli dari KUD Pejaten dalam bentuk siap pakai. 3.2. Peralatan Peralatan yang digunakan ada berabagai jenis seperti a, Wheel (alat pemutar) Alat pemutar ini masih bersistem tradisional yaitu dengan memutar menggunakan kaki Alat ini secara garis besarnya terdiri dari dua buah piringan yang terbuat dari baja. Piringan bagian bawah untuk digerakkan oleh kaki, berukuran besar, sedangkan piringan bagian atas lebih kecil ukurannya, untuk tempat membentuk, Tambahan pada alat ini adalah mangkok untuk menampung air dan sisa-sisa pembentukan b. Peneriman Alat untuk menerim (membubut) keramik yang sudah dibentuk apabila keramik tersebut dibentuk dengan menggunakan whel. Peneriman ini dibuat sendiri dengan menggunakan lempengan tembaga yang dipotong-potong kemudian diberi gagang, ¢. Peralataan berupa pahat, pencungkil dan pisau yang berfungsi untuk mengukir barang setengah kering. Kebanyakan barang-barang yang dibuat menggunakan ukiran yang bersifat tradisi ataupun tradisi modern. Tali Tali fungsinya untuk memotong tanah sewaktu dalam proses pembentukan, Pada tahap selanjutnya adalah peralatan yang terdapat pada proses pembakaran baik pembakaran biskuit hingga glasir. ©. Tungku untuk pembakaran biskuit Tungku yang berbentuk sepetrti bak ini merupakan tungku sederhana yang menggunakan bahan bakar sabut kelapa dan kayu. Jadi merupakan adaptasi bentuk dari tungku-tungku yang biasa digunakan untuk membakar genteng hanya saja ukurannya jauh lebih kecil. Tungku terbuat dari bata biasa yang kemudian dilapisi dengan tanah dan sekam, Ukuran tungku ini adaiah 1 meter lebar, 2 meter panjang serta tinggi 1,5 meter dan dapat ditambah dengan menumpukkan bata apabila diperiukan. ‘Tungku ini hanya digunakan untuk pembakaran biskuit dan barang gerabah saja. Alasan penggunanaan tungku tersebut karena_selain ukurannya yang kecil, tidak perlu menunggu barang hingga banyak, juga biaya operasionalnya lebih murah dibandingkan dengan mnggunakan solar. 10, Sedangkan kerugiannya, tungku tersebut tidak dapat digunakan aapabila cuaca sedang turun hujan dan besarnya api tidak dapat dikontrol £ Tungku periodik untuk pembakaran glasir ‘Tungku ini mempunyai ukuran yang jauh lebih besar dari tungku biskuit. Tungku ini mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan pertama bata tahan api yang kemudian dilapisi dengan rock woll dan lapisan ketiga/paling luar adalah bata biasa, Tungku ini mempunyai ukuran panjamg dan lebar 1,5 meter dan tinggi 1,8 meter dan mempunyai 2 buah burner (kompor) serta menggunakan bahan bakar solar. yg. Alat penggilingan glasir Alat ini terdiri dari 4 buah tabung yang terbuat dari keramik yang berfungsi untuk menggiling bahan glasir apabila bahan glasir masih berupa bahan kasar. Tabung. tersebut diletakkan pada alat pemutar yang digerakkan oleh listrik 3.3. Proses Pembuatan a. Proses pembentukan Ada beberapa teknik proses pembentukan yaitu teknik putar dan teknik cetak cor serta teknik langsung seperti benda-benda berupa patung, b. Proses Pendekorasian Pendekorasian ini bertujuan agar benda yang dibuat lebih menarik serta mempunyai ciri khas Ciri khas dari perusahaan ini antara lain cetak pel, ukir ataupun dengan dekorasi warna. ¢. Proses Pengeringan barang Perajin menjemur barang-barang yang baru saja dibuat dengan cara menganginkan terlebih dahulu baru kemudian menjemurnya di bawah terik sinar matahari agar cepat kering. 4. Proses Pembakaran Dalam proses pembakaran perusahaan ini menggunakan dua macam tungku yaitu pembakaran it untuk jenis keramik gerabah dan pembakaran glasir untuk keramik halus i 4.1, Pembakaran biskuit Untuk tungku pembakaran biskuit, lama waktu yang dibutuhkan kurang lebih 12 jam Barang-barang tersebut disusun di dalam tungku dengan menggunakan rak-rak seperti halnya tungku periodik. Setelah selesai disusun, api mulai dinyalakan dengan menggunakan kay bakar. Setelah kurang lebih satu jam, mulailah ditambahkan sabut kelapa sedikit demi sedikit sampai barang yang ada di dalamnya menjadi matang. Setelah barang matang (proses pembakaran selama lebih kurang 12 jam), tungku dibiarkan selama setengah hari sebelum dibuka untuk mengeluarkan barangnya. 2. Pembakaran Glasir Setelah pembakaran biskuit, barang-barang yang ingin diglasir terlebih dahulu dibersihkan dan diberi lilin pada bagian yang tidak boleh kena glasir. Setelah itu dicelupkan pada larutan glasir yang diinginkan, Setelah glasir pada badan keramik kering, kemudian barang-barang yang telah di glasir disusun dalam rak. Penyusunan barang pada rak-rak selain berdasarkan besarnya barang juga berdasarkan warna glasir yang digunakan karena tingkat kematangan glasir berbeda-beda dan juga derajat panas dalam tungku berbeda Untuk rak paling atas diletakkan barang yang berukuran besar dan glasir yang menghendaki suhu kematangan 1180? C dan umumnya berwarna hijau seladon, Untuk rak-rak di bawahnya diletakkan barang-barang yang berukuran sedang dan kecil serta dengan glasir yang membutuhkan suhu kematangan antara 1150” C dan 1180" C. Setelah selesai menyusun barang, pintu tungku ditutup dengan cara menumpukkan bata tahan api yang kemudian dilapisi dengan tanah yang sama dengan tanah untuk membentuk Pembakaran glasir berlangsung selama kurang lebih 14 jam, Setelah selesai membakar, tungku dibiarkan selama kurang lebih 1 hari untuk proses pendinginan baru kemudian dibuka untuk mengeluarkan isinya. 3.4, Jenis Produk Jenis barang /produk yang dihasitkan oleh perusahaan UD Tanteri’s Ceramics ada dua katagori yaitu barang-barang keramik gerabah dan keramik berglasir Untuk barang-barang gerabah, finishing yang digunakan hanya dengan mengoleskan tanah pere saja (pada proses) dan tidak diberi sentuhan pernis ataupun semir, Jenis ~jenisnya 3.5. 12, antara lain patung-patung pelengkap kebun, patung manusia, patung-patung dalam pewayangan, tempat lilin, tempayan yang berornamen, tegel bermotif dan sebagainya Untuk keramik halus berglasir, sebagian besar merupakan barang cetak yang kemudian diberi ornamen berupa ukiran seperti guci, tempat parfum, tempat lilin, tempat sabun, gantungan kunci dan sebagainya Pemasaran Perusahaan ini selain menerima pesanan dari para pembeli juga memasarkannya pada show room yang kebetulan dimiliki oleh perusahaan ini. Show room ini terletak berdekatan dengan tempat pembuatan barang yaitu masih di desa Pejaten, Selain itu masih ada lagi tempat pemasarannya yaitu dengan mengirim produknya ke Jakarta IV, PENUTUP A, KESIMPULAN Dari semua uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut 1 Secara teknik, berkat adanya bantuan teknik dari seorang ahli warga negara asing yang berasal dari_negeri Belanda, keramik di Desa Pejaten mengalami banyak kemajuan dimana yang tadinya hanya _menghasitkan keramik gerabah dapat mengahasiikan keramik bergiasir Secara keseluruhan, baik bentuk benda maupun dekorasi keramik berglasir yang dihasilkan di desa Pejaten sudah baik, kebanyakan merupakan benda seni yang sebenarnya dapat dirubah menjadi barang pakai Bentuk barang yang dihasilkan dari tahun ketahun dapat dikatakan tidak banyak mengalan perubahan Pemasaran barang-barang keramik Pejaten hanya meialui show room yang dimiliki oleh KUD Pejaten dan melalui pesanan yang berasal dari luar negeri_ Pesanan dari hotel-hotel berbintar hampir dapat dikatakan jarang karena harga jual keramik Pejaten cukup mahal walaupun diakui_ produk keramik Pejaten bermutu 4. Harga yang cukup mahal ini sebenamnya dapat ditekan melalui pengurangan disain ukir yang memakan biaya cukup tinggi sehingga harga jualpun menjadi tinggi pula B, SARAN-SARAN 1 Hendaknya pengadaan bahan baku untuk keramik berglasir maupun bahan baku keramik porcelain diadakan secara mandiri sehingga kebiasaan yang selama ini selalu tergantung dati luar Bali bisa dihindari disamping bertujuan untuk menekan biaya angkut bahan (transportasi) Karena selamia ini bahan glasir masih didatangkan dari luar negeri Hendaknya promosi dilakukan tidak hanya melalui show room ataupun mengandalkan adanya pesanan dari luar negeri akan tetapi sebaiknya dapat dilakukan promosi secara door to door kehotel-hotel benbintang. Cara promosi yang aktif lebih menjamin adanya peningkatan 14 produktivitas yang secara langsung nantinya akan meningkatkan pendapatan bavi perajin itu sendiri maupun pendapatan daerah setempat. Perlu pula adanya show room di luar daerah Pejaten yang akan memperkenalkan produk keramik halus Pejaten yang tidak saja dikenl oleh masyarakat asing tetapi juga oleh masyarakat Indonesia dan Bali umamnya Agar masyarakat umumnya maupun pihak hotel lebih meminati produk keramik halus Pejaten inj hendaknya harga ditekan melalui penyederhanaan pendehorasian DAFTAR PUSTAKA 1 R. Sudarsin Hadi, 1983. “Proses Pembuatan Keramik Rumah Tangga” Departemen Perindustrian, Bandung 2. Sumpeno, 1985, “Proses Pembuatan Gerabah™ Departemen Perindustrian, Bandung, 3. Putra, Anak Agung Gede, 1978. “Perkembangan Seni Keramik Tradisional Bali” Proyek Sasana Budaya Bali, Denpasar 15 Foto i. Model tungku untuk pembakaran biskuit Foto 2. Model tungku untuk pembakaran glasir

You might also like