Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili
Se al ww
TAFSIR «
AL-MUNIR
AQIDAH ¢ SYARIAH * MANHAJ
(Al-Baqarah - Ali Imran - An-Nisaa )
Juz3 &4PENGAMBILAN JANJI DARI AHLI KITAB
BAHWA MEREKA AKAN MENERANGKAN
KITAB SUCI KEPADA MANUSIA, SIKAP
MEREKA YANG GEMAR DIPUJI KARENA
SESUATU YANG SEBENARNYA TIDAK
MEREKA LAKUKAN
All Imran Ayat 187 - 189
ay EI pee HIG
SSCS hie Sesbabiigaice aa if
SRS OEN ROSEN
154 Tafsir al-Qurthubiy, (4/304).HEEB YE IG WAT ES
ae Si Ose AGLI aches
OFA A past As a
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji
dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu),
“hendaklah kamu benar-benar menerangkannya
(isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah
kamu —menyembunyikannya,” alu mereka
melemparkan (janji itu) ke belakang punggung
mereka dan menjualnya dengan harga murah.
Maka itu seburuk-buruk jual beli yang mereka
lakukan, Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa
orang yang gembira dengan apa yang telah mereka
Kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan
yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali
kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari
adzab. Mereka akan mendapat adzab yang pedih,
Dan milik Allah-lah kerajaan lagit dan bumi;
dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,” (Ali
‘Imran: 187-189)
SNK
Qiraa “aat
ELEN; 2S} dibaca,
1. wendy ab ey dengan ya’, dalam
bentuk kata kerja orang ketiga, int adalah
bacaan thnu Katsir dan Abu ‘Amr.
2. (GyaSy pl ec) dengan ta’, dalam bentuk
kata kerja orang kedua, ini adalah bacaan
Imam yang ain.
# %6 dibaca,
Le (pete 94. 928 Vy ini adalah bacaan Naf’.
2. (pce 38. oe ¥) ini adalah bacaan Abu
‘Amr dan fbnu Katsir.
3. Gest. ace ¥) ini adalah bacaan
Hamzah dan ‘Ashim.
4. (eet 8. Get) ini adalah bacaan al-
Kisai.
Vraab
655: gb [55 dbaca dengan ta’, maka
kata €532;4 i} menjadi maf‘uul bihi pertama,
sedangkan maf‘uul bihi Keduanya dibuang
arena keberadaannya telah diketahui yang
ditunjukkkan oleh kata setelahnya, yaitu 334}
{0 G-sedangkan kata ¢:42-+58} kedudukan
i'rabnya menjadi badal dari kata ish 5-25 3}
44 sedangkan fa’nya adalah zaa'idah
(tambahan), sehingga tidak —mencegah
dijadikannya kata tersebut sebagai badal. Ini
adalah i'rabnya bacaan dengan ta’ dan bacaan
dengan ya’
Jika dibaca dengan ya (2 ¥) dan ta’ >4
(e-#, maka i'rabnya adalah seperti berikut,
kata 433% ii} menjadi faa’il, dhamitir hum
yang terdapat pada kata <:7 3 menjadi
‘maf'uul bihi pertama, sedangkan maf'wul
bihi keduanya adalah kata, 0 j- susp.
Namun kata q+ >) tidak bisa dijadikan
badal dari kata @e4 ai) o- 1 karena
terdapat perbedaan faa’il di antara keduanya.
Sedangkan kedua maf wul bihi Kata ceil o£
(@»4 dibuang karena keberadaannya telah
diketahui yang dildentifikasikan oleh dua
‘maf wul bihi kata jis 2%)
Balaaghah
Terdapat ist’aarah di dalam susunan
alimat, 42,505 053 5:33, yaitu diserupakannya
sikap tidak memegang teguh janji dengan
sikap melemparkan dan membuang sesuatu
ke belakang.
Terdapatst/aarah juga di dalam kalimat,
aii
“Terdapat al-Mugaabalah antara <5
dengan 55:5: 5.
Mufradaat Lughawlyyah
ici 5p dan ingatlah ketika Allah SWT
mengambil,
orang-orang yang diberi al-Kitab, yaitu kaum_
Yahudi dan Nasrani. 4-40 {} kalian akan
menjelaskan dan memaparkan semua hukum
dan keterangan yang terkandung di dalam al-
Kitab tersebut, termasuk di antaranya adalah
berita dan keterangan tentang kenabian Nabi
Muhammad saw. sehingga semua manusia
mengetahui kandungan al-Kitab tersebut
‘menurut bentuknya yang benar. 2325.3) dan
kalian tidak akan menyembunyikannya. $3.3)
5 155 namun, mereka mengesampingkan
janji tersebut dan tidak menganggapnya lagi.
$38 68 4 42) dan mereka menukar-
kannya dengan sesuatu dari dunia yang hina
dan remeh sebagai gantinya disebabkan
kepemimpinan mereka di dalam bidang
ilmu, sehingga mendorong mereka untuk
menyembunyikannya. 43328 & ij} maka
seburuk-buruk penukaran yang mereka
lakukan adalah penukaran ini.
€51 Wp dengan apa yang telah mereka
lakukan "berupa__penyesatan —_manusia,
55 Sy Gy 5 Sgn} dan mereka senang
dipuji oleh orang-orang karena sesuatu yang
sebenarnya tidak mereka lakukan berupa
memegang teguh kebenaran, karena mereka
sesungguhnya berada di dalam kesesatan,
425 Gp janganlah kamu mengira mereka
itu, kata ini sebagai penguat terhadap kata
sebelumnya. 418) 4 53> selamat dari adzab
di akhirat, akan tetapi sebaliknya, mereka
berada di sebuah tempat di mana mereka akan
diadzab, yaitu neraka jahannam, 22! CA $4)
dan bagi mereka adzab yang pedih di dalam
neraka jahannam.
‘Sebab Turunnya Ayat 188
Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan melalui jalur Humaid bin
Abdurrahman bin ‘Auf,
A fh BS US sais JE ayy St
WW Gls ASI Gs pe BI UB 0S ST
OFT Le Aa
CANT ty cy Ua A
8 glu puis
"Bahwa Marwan berkata kepada penjaga
pintunya, "Wahai Rafi, pergilah kamu menemui
Tbnu Abbas ra. dan katakan kepadanya, "Sungguh
jika setiap orang dari kami yang merasa gembira
dengan apa yang telah ia lakukan dan senang
untuk dipuji atas sesuatu yang tidak dilakukannya,
akan diadzab, maka sungguh kita semua tentunya
akan diadzab." Lalu Tbnu Abbas r.a. berkata, “Apa
fubungan Kalian dengan ayat ini (ayat 188 surah
Ali 'Imran)? Sesungguhnya ayat ini tidak lain turun
diperuntukkan bagi Ahli Kitab. Nabi Muhammad
saw. bertanya kepada mereka tentang sesuatu hal,
namun mereka menyembunyikannya dan tidak
menyampaikannya kepada beliau, akan tetapi
mereka menyampaikan kepada beliau sesuatu yang
lain yang tidak benar. Lalu mereka pergi dengan
seolah-olah membuktikan dan mengatakan kepada
beliau bahwa mereka telah menyampaikan kepada
beliau apa yang beliau tanyakan dan mereka ingin
dipuji atas apa yang telah mereka lakukan tersebut
serta mereka merasa gembira dengan apa yang
telah mereka lakukan itu, yaitu menyembunyikan
kebenaran apa yang ditanyakan oleh beliau kepada
mereka.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan dari Abu Sa‘id al-Khudri,So HU, SE SEL 3
wereiy
“Bahwa ada beberapa orang munofik
pada masa Rasulullah saw. jika beliau pergi
berperang, maka mereka sengaja tidak tkut dan
‘mereka gembira dengan ketidakikutsertaan
mereka tersebut. Lalu ketika Rasulullah saw.
kembali, maka mereka berapologi, bersumpah-
sumpah dan meminta maf kepada Rasulullah
saw. dan mereka ingin dipuji atas apa yang
tidak mereka lakukan, lalu turunlah ayat ini”
Di dalam tafsirnya, Abdurrazzaq meri-
‘wayatkan dari Zaid bin Aslam bahwa Rafi’ bin
Khadij dan Zaid bin Tsabit suatu ketika berada
bersama Marwan, Lalu Marwan berkata,
“Wahai Rafi, dalam hal apa ayat ini (ayat
188 surah Ali ‘Imran) turun?” Rafi’ berkata,
“Ayat tersebut turun berkaitan dengan
beberapa orang munafik, jika Rasulullah saw.
pergi perang, maka mereka meminta maaf
Kepada beliau seraya berkata, “Kami tidak
ikut bersama kalian tidak lain dikarenakan
ada suatu kesibukan, sungguh sebenarnya
kami sangat ingin ikut bersama kalian.” Lalu
turunlah ayat ini.” Namun Marwan tidak
setuju dengan penjelasan Rafi’ ini, sehingga
hal ini membuat Rafi’ sedih dan gelisah.
Lalu ia berkata kepada Zaid bin Tsabit, “Saya
mengingatkanmu kepada Allah, apakah kamu
mengetahui apa yang saya katakan tersebut?”
Zaid bin Tsabit berkata, “Benar:"
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Kedua
riwayat ini dimungkinkan untuk dikom-
parasikan, yaitu bahwa ayatini turun berkaitan
dengan kedua kelompok tersebut, yaitu
kelompok Ahli Kitab yang menyembunyikan
kebenaran dan kelompok kaum munafik yang
tidak ikut pergt berperang"
Persesualan Ayat
Surah Ali ‘Imran, secara_ global
membicarakan tentang kaum Abli Kitab,
mendebat kaum Nasrani, menceritakan
tentang perilaku-perilaku “aneh” kaum.
Yahudi dan berbagai hujatan mereka terhadap
kenabian Nabi Muhammad saw., Hal ini ditkuti
dengan penjelasan seputar perang Badar dan
Uhud. Adapun ayat-ayat ini ingin memaparkan
tentang sikap “aneh” kaum Yahudi dan
Nasrani, yaitu hujatan dan keraguan terhadap
agama, padahal mereka telah diperintahkan
untuk menjelaskan isi kitab suci_ mereka,
Taurat dan Injil berupa bukti dan penjelasan
tentang kenabian Nabi Muhammad saw. dan
kebenaran risalah beliau.
Tafsir dan Penjelasan
Ayat ini merupakan salah satu bentuk
kecaman dan ancaman bagi kaum Abli Kitab
yang telah diambil sumpah atau janji oleh
Allah SWT melalui lisan para Nabi mereka
bahwa mereka akan beriman kepada Nabi
Muhammad saw. menjelaskan kepada umat
manusia tentang berita kedatangan beliau,
sehingga mereka benar-benar slap untuk
melaksanakan_perintah tersebut. Namun,
mereka justru. menyembunyikan kebenaran
tersebut demi mendapatkan imbalan yang
remeh dan tidak bernilai dan mereka pun
terhalang mendapatkan kebaikan di dunia
dan akhirat. Seburuk-buruk penukaran adalah
penukaran mereka tersebut, karena mereka
menukar sesuatu yang berharga dengansesuatu. yang sangat remeh. Dan seburuk-
buruk penjualan adalah penjualan mereka
tersebut, karena mereka telah menjual sesuat.
yang sangat bernilai dengan harga yang sangat
sedikit.
Hal ini mengandung peringatan bagi
para ulama agar jangan sampai meniru sikap
Ahli Kitab tersebut, Karena jika mereka
bersikap seperti sikap Ahli Kitab tersebut,
maka mereka akan tertimpa oleh sesuatu
yang menimpa Ahli Kitab tersebut. Setiap
ulama wajib memberikan semua yang mereka
miliki berupa ilmu yang bermanfaat yang
menunjukkan kepada amal saleh dan jangan
sekali-kali menyembunyikannya, Ada sebuah
hadits yang diriwayatkan melalui banyak jalur
dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda,
‘Borangsiapa yang ditanya
suatu ilmu yang memang ia miliki, namun ia
menyembunyikannya, maka kelak di hari kiamat,
ia akan dipasangi tali kendali yang terbuat dari
capi"
tentang
Penjelasan arti ayat adalah seperti
berikut, ingatlah wahai Muhammad ketika
Allah SWT mengambil janji atau sumpah yang
dikuatkan dari Abli Kitab (kaum Yahudi dan
Nasrani) melalui para Nabi mereka, bahwa
mereka akan menjelaskan isi kitab suci
mereka tanpa ada sedikit pun yang mereka
sembunyikan dan mereka tutup-tutupi, tanpa
ada sedikt pun yang mereka ubah, mereka
distorsi dan mereka ganti atau mereka ta'wili
secara keliru, mereka akan menyampaikan
dan menjelaskannya kepada orang-orang yang,
beriman kepada kitab suct tersebut untuk
155 HR Ahmad, arhhaabus sunan dan alHakim dari Abu
Hurrah ra
‘memberi tuntunan dan petunjuk bagi mereka
serta. menjelaskannya kepada orang-orang
yang tidak beriman kepada kitab suct tersebut
guna mengajak mereka untuk beriman.
Akan tetapi mereka justru bersikap
sebaliknya, melemparkan kitab suci mereka
tersebut ke belakang mereka, meninggalkan
kitab Taurat dan Injil. Di antara mereka ada
sekelompok orang yang membawa kitab
suci tersebut, namun tidak paham dan tidak
mengerti isinya. Dan ada sekelompok lainnya
yang sengaja mengubah isinya, memanipulasi
dan mendistorsinya, sengaja_menafsirinya
secara tidak benar dan menukarkannya
dengan sesuatu yang remeh dari harta
duniawi, seperti ketenaran palsu, jabatan
kepemimpinan yang tidak hakiki dan harta
yang pasti akan musnah. Pada hakikatnya,
mereka adalah orang-orang yang tertipu di
dalam pembelian dan penukaran ini. Karena
mereka rela melepaskan sesuatu yang mahal
dan sangat bernilai di dunia dan akhirat, yaitu
kebaikan yang sebenarnya dijanjikan kepada
‘mereka, dan lebih memilih untuk mengambil
sesuatu yang remeh dan tidak bernilai sama
sekali, yaitu suap, hadiah, harta pemberian
agar mereka tetap bisa menjaga kekuasaan,
jabatan dan kedudukan penting mereka
Seburuk-buruk penukaran adalah penukaran
yang mereka lakukan itu, karena mereka
menjadikan sesuatu yang fana sebagai ganti
kenikmatan yang abadi.
Hal ini menunjukkan akan wajibnya
menyebarkan ilmu dan mengajarkannya
kepada orang lain. Ali bin Abi Thalib ra.
berkata, “Allah SWT tidak mewajibkan kepada
orang-orang yang bodoh untuk belajar, hingga
Dia mewajibkan kepada orang-orang yang
berilmu untuk mengajarkan ilmu mereka”
Hasan al-Bashri berkata, “Seandainya tidak
ada janji yang diambil oleh Allah SWT dari
ahliilmu, maka saya tidak akan banyak‘menjelaskan kepada kalian tentang apa-apa
yang kalian tanyakan."
Kemudian Allah SWT menjelaskan
tentang sikap orang-orang dari Ahli Kitab dan
kaum munafik yang suka memamerkan, dan
membanggakan apa-apa yang sebenarnya
tidak mereka berikan dan tidak mereka
kerjakan, seperti yang disinggung di dalam
hadits yang terdapat di dalam shahth Bukhari
dan Muslim,
"Barangsiapa yang mengaku-ngaku se-
cara bohong dengan tujuan memperbanyak
hartanya, maka Allah SWT tidak akan men-
Jadikannya bertambah Kecuali bertambah
semakin sedikit."
5 GF WE LE WE zi
“Orang yang berpura-pura kenyang dan cukup
dengan apa yang sebenarnya tidak diberikan
kepadanya (maksudnya, orang yang berpura-pura
atau mengakungaku memiliki sesuatu, harta
‘misalnya, yang sebenarnya tidak ia miliki supaya
orang lain menganggap dirinya memilikinya dan
dengan begitu mereka mengangeap dirinya orang
yang memiliki harta banyak), maka ia seperti
orang yang mengenakan dua pakaian yang bohong
(maksudnya seperti orang yang mengenakan
pakaian kaum sufi dan zuhud, supaya orang lain
mengira bahwa dirinya adalah orang sufi, padahal
ia tidak memilikt sifat-sifat yang menjadikannya
pantas untuk disebut orang sufi).”
Ini adalah sifat aneh Ahli Kitab lainnya
yang juga dimiliki oleh orang-orang selain Ahli
Kitab. Penjelasan tentang hal ini bertujuan
untuk memberikan peringatan kepada kaum
Mukminin agar menjaubi sifat seperti ini.
Maka, wahai Muhammad, janganlah sekali-
kali kamu mengira bahwa orang-orang yang
menutup-nutupi_kebenaran, menyembunyi-
kan ilmu yang benar, menipumu, merasa
gembira atas apa yang telah mereka lakukan
berupa pendistorsian dan pemanipulasian
terhadap al-Kitab, mereka memandang
dalam hal ini bahwa diri mereka berhak
mendapatkan kemuliaan, kehormatan dan
berhak untuk dipuji karena mereka dengan hal
itu menganggap bahwa diri mereka adalah para
penjaga al-Kitab dan para pakar penafsiran
terhadap al-Kitab, Mereka merasa berhak
untuk diberi ucapan terima kasih atas sesuatu
hal yang sebenarnya tidak ada sebab dan alasan
yang benar yang menjadikan mereka memang
berhak untuk diberi ucapan terima kasih, Atau
karena mereka merasa telah menyampaikan
kepadamu sebuah kebenaran tentang apa yang
kamu tanyakan kepada mereka atau atas sikap
kaum munafik yang sengaja tidak ikut pergi
berperang dan berjihad dengan membuat-
buat alasan yang tidak benar, Padahal pada
hakikatnya, semua yang mereka lakukan
tidak lain adalah mengubah dan mendistorsi
kebenaran, cahaya dan hidayah sesuai dengan
keinginan dan hawa nafsu para penguasa dan
orang-orang awam,
Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa
‘mereka itu akan selamat dari adzab, akan tetapi
sebaliknya, bagi mereka adzab yang sangat
pedih di dunia berupa kehinaan, dibenamkan ke
dalam bumi, gempa, angin yang sangat kencang
dan berbagai bentuk bencana dahsyat lainnya
yang merata dan membinasakan. Juga adzab
i akhirat kelak dengan menggiring mereka
ke dalam neraka Jahannam sebagai balasan
kebohongan, pendistorsian dan pengubahan
yang mereka lakukan tethadap kitab Allah SWT.
Hal ini seperti firman Allah SWT,Ayat, 255, oc J 33 "kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi”,
merupakan bantahan dan sanggahan terhadap
orang-orang yang berkata, iti JA 5 3 i Ap
“sesungguhnya Allah SWT miskin dan kami
kaya’. Lalu Allah SWT berfirman kepada kau
Mukminin, wahai kaum Mukminin, janganlah
kalian bersedih hati atas perilaku Abli Kitab
dan atas kemenangan yang tidak bisa kalian
dapatkan, janganlah kalian bersikap lemah
untuk menjalankan kewajiban, sampaikanlah
kebenaran dan jangan ada sedikit pun
yang kalian sembunyikan, janganlah kalian
menukarkan hukum Allah SWT yang benar
dengan sebuah harga berapa pun banyaknya,
karena pada hakikatnya itu adalah sesuatu
yang sedikit, janganlah kalian merasa gembira
atas apa yang sebenarnya tidak kalian lakukan,
karena sesungguhnya Allah SWT Yang akan
memelihara kalian dari kesedihan-kesedihan
kalian, menolong kalian terhadap musuh-
‘musuh kalian dan memberi kalian kebaikan
dan karunia. Karena Allah SWT Dzat Yang
Memiliki segala sesuatu lagi Maha Kuasa atas
segala sesuatu, tidak ada sesuatu apa pun yang
diluar kuasa-Nya. Oleh Karena itu, takutlah
kalian kepada-Nya, jangan mendurhakai-Nya,
waspada dan takutlah kalian kepada murka
dan siksa-Nya. Karena Dia adalah Deat Yang
paling Besar, paling Agung dan paling Kuasa
dari segala sesuatu di alam wujud ini.
Figih Kehidupan atau Hukum-Hukum
Ayat-ayat mengandung kecaman,
peringatan, bantahan, pengingkaran dan pe-
nyangkalan. Ayat ini mencela dan mengecam
‘Ahli Kitab yang diperintahkan untuk beriman
kepada Nabi Muhammad saw. dan menjelaskan
berita tentang dirt dan sifat-sifat beliau, namun
mereka malah menyembunyikannya. Ada tiga
kewajiban yang bisa dipahami dari ayatini, yaitu,
1. Ulama berkewajiban menjelaskan dan
mengajarkan kitab Allah SWT kepada
manusia serta menerangkan kandungan-
kandungannya berupa nasihat, petunjuk
dan rahasia-rahasia hukum balk yang
bersifat khusus maupun umum.
2. Kewajiban menjelaskan agama (Islam)
kepada kaum Muslimin agar mereka
memahami agama secara benar dan
menyadari bahwa agama _—_ adalah
satu-satunya jalan atau solusi untuk
menyelamatkan umat dari kemunduran,
kelemahan dan kerusakan.
3. Menjelaskan hukum-hukum agama ke-
pada non-Muslim dan mengajak mereka
kepada jalan yang lurus, supaya mereka
bisa mendapatkan petunjuk.
Ayat ini juga mengandung peringatan agar
jangansampaimeniruperilakukaum AhliKitab
dan kaum munafik yang menyembunyikan
Kebenaran, mengubah dan memalsukan arti
serta maksud-maksud yang terkandung di
dalam kitab suci yang diturunkan sertasengaja
tidak ikut pergi berjihad dengan membuat
alasan-alasan yang dusta.
Begitu juga, ayatini mengandungbantahan
dan sangkalan terhadap kaum Yahudi yang
menisbatkan kemiskinan kepada Allah SWT
dan menisbatkan keadaan kaya kepada diri
mereka atau dengan kata lain, menyatakan
bahwa Allah SWT miskin sedangkan mereka
kaya, bantahan dan sangkalan tersebut adalah
bahwa sesungguhnya Allah SWT Pemilik
langit dan bumi beserta isinya, Allah SWT
Maha Kuasa atas segala sesuatu dan memiliki
kekuasaan yang meliputi segala sesuatu.PENGARAHAN UNTUK MEMIKIRKAN
PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI, BALASAN
BAGI ORANG-ORANG YANG BERAMAL, BAIK
LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN
All ‘Imran Ayat 190 - 195
NGS AAs
wes war Ss oe LIVIN CN
SNE BABE RES Hos RS
G2 SUG Ae Sale US Ley
poganer inte) jrasao
2S Be LEG
Beth iat Ses
SAN Dis hs a wish alts:
GAene cis ENG tole
Ss gee sy cy : ete Osh,
OAS bi Se 2i5 late = 23 —6Y!“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini
sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
adzab neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
mendengar orang yang menyeru kepada iman,
(yaitu), “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,”
maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlahkesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami
beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami,
berilah kamiapa yangtelah Engkau janjikan kepada
kami melalui rasul-rasul-Mu. Dan janganlah
Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sungguh,
Engkau tidak pernah mengingkari janji.’” Maka
Tuhan mereka memperkenankan permohonannya
(dengan berfirman), “sesungguhnya Aku tidak
menyia-nyiakan amal orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan,
(Karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari
sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah,
yang diusir dari kampung halamannya, yang
disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka
dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada
pahala yang baik.” (Ali Imran: 190-195)Sebab Turunnya Ayat
1. Sebab turunnya ayat 190
Imam Thabrani dan Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata,
“Suatu ketika, ada sekelompok kaum Quraisy
datang menemui kaum Yahudi, lalu mereka —
Quraisy- berkata, “Ayat-ayat apa yang dibawa
oleh Nabi Musa a.s. kepada kalian?” Mereka
berkata, “Tongkatnya dan kedua tangannya
yang putih bercahaya kelihatan oleh orang-
orang yang melihatnya.” Lalu mereka ganti
pergi menemui kaum Nasrani dan berkata,
“Bagaimana dengan Isa a.s., ayat-ayat apa yang
ditunjukkan olehnya kepada kalian?” Mereka
berkata, “Dahulu, ia bisa menyembuhkan
orang yang buta bawaan_ sejak _lahir,
menyembuhkan orang yang mengalami
penyakit kusta dan mampu menghidupkan
kembali orang yang sudah mati.” Lalu mereka
ganti datang kepada Nabi Muhammad saw.
dan berkata kepada beliau, “Bordoalah kepada
Tuhanmu supaya mengubah bukit Shafa
menjadi emas.” Lalu beliau pun berdoa kepada
Allah SWT lalu turunlah ayat ini, supaya
mereka mau memikirkan dan merenunginya.”
Ibnu Katsir berkata, “Namun riwayat ini agak
janggal, karena ayat ini termasuk ayat Madanisedangkan kisah kaum Quraisy yang datang
meminta agar Nabi Muhammad saw. berdoa
kepada Allah SWT supaya mengubah bukit
Shafa menjadi emas terjadi di Makkah.“"**
2. Sebab turunnya ayat 195
Abdurrazzaq, Sa’id bin Manshur, Tirmidzi,
al-Hakim dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan
dari Ummu Salamah ra. bahwa ia berkata,
J shy Ah hi bts &
J bs Yeh : dl oy gt apa
bp BH BI SS ye SS pe
hai
"Wahai Rasulullah, saya tidak mendengar
Allah SWT menyebut kaum wanita dengan sesuatu
di dalam hal hijrah.” Lalu Allah SWT menurunkan
ayat ini.”Keutamaan ayat ini
Lalu Ibnu Umar ra. berkata kepada
sayyidah Aisyahra., “Ceritakanlah kepada kami
tentang sesuatu yang paling mengagumkan
yang kamu lihat dari Rasulullah saw.” Lalu
sayyidah Aisyah ra. berkata, “Segala_ hal
tentang beliau| semuanya mengagumkan.
Pada malam giliranku, Rasulullah saw. datang
kepadaku hingga kulit tubuh beliau menyentuh
kulit tubuhku, kemudian beliau_ berkata,
“Biarkan aku beribadah kepada Tuhanku.” Lalu
sayyidah Aisyah ra. berkata kepada beliau,
“Sesungguhnya saya sangat senang berada di
dekatmu dan saya senang kamu beribadah
kepada Tuhanmu.” Lalu beliau berdiri menuju
ke qirbah (tempat penyimpanan air minum
yangterbuatdari kulit),lalubeliaumenuangkan
air untuk berwudhu, namun beliau tidak
terlalu banyak menuangkannya. Kemudian
beliau berdiri menunaikan shalat, lalu beliau
menangis hingga air mata membasahi rambut
jenggot (cambang) beliau. Kemudian beliau
sujud, lalu menangis hingga tanah di bawah
beliau basah oleh air mata. Kemudian beliau
berbaring di atas lambung beliau, lalu lagi-
lagi beliau menangis, hingga Bilal datang
hendak mengumandangkan adzan. Lalu Bilal
berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa
yang membuatmu menangis, padahal AllahSWT telah mengampuni dosa-dosamu yang
telah lalu dan yang akan datang.’ Lalu beliau
berkata, “Celaka kamu wahai Bilal, bagaimana
aku tidak menangis, padahal malam ini, Allah
SWT menurunkan kepadaku ayat, d+ o ip
ey ety wisi (ayat 190 surah Ali Imran)."
Kemudian beliau bersabda, "Celaka bagi
orang yang membaca ayat ini namun ia tidak
memikirkan dan merenunginya.”
Dikatakan kepada al-Auza’i, “Apa inti
memikirkan dan merenunginya?” Lalu ia
berkata, "Yaitu membacanya dengan mema-
haminya secara mendalam."”
157 Tafsir Ibnu Katsir, (1/440 dan setelahnya).