You are on page 1of 15
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili Se al ww TAFSIR « AL-MUNIR AQIDAH ¢ SYARIAH * MANHAJ (Al-Baqarah - Ali Imran - An-Nisaa ) Juz3 &4 PENGAMBILAN JANJI DARI AHLI KITAB BAHWA MEREKA AKAN MENERANGKAN KITAB SUCI KEPADA MANUSIA, SIKAP MEREKA YANG GEMAR DIPUJI KARENA SESUATU YANG SEBENARNYA TIDAK MEREKA LAKUKAN All Imran Ayat 187 - 189 ay EI pee HIG SSCS hie Sesbabiigaice aa if SRS OEN ROSEN 154 Tafsir al-Qurthubiy, (4/304). HEEB YE IG WAT ES ae Si Ose AGLI aches OFA A past As a “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), “hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu —menyembunyikannya,” alu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual beli yang mereka lakukan, Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka Kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari adzab. Mereka akan mendapat adzab yang pedih, Dan milik Allah-lah kerajaan lagit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,” (Ali ‘Imran: 187-189) SNK Qiraa “aat ELEN; 2S} dibaca, 1. wendy ab ey dengan ya’, dalam bentuk kata kerja orang ketiga, int adalah bacaan thnu Katsir dan Abu ‘Amr. 2. (GyaSy pl ec) dengan ta’, dalam bentuk kata kerja orang kedua, ini adalah bacaan Imam yang ain. # %6 dibaca, Le (pete 94. 928 Vy ini adalah bacaan Naf’. 2. (pce 38. oe ¥) ini adalah bacaan Abu ‘Amr dan fbnu Katsir. 3. Gest. ace ¥) ini adalah bacaan Hamzah dan ‘Ashim. 4. (eet 8. Get) ini adalah bacaan al- Kisai. Vraab 655: gb [55 dbaca dengan ta’, maka kata €532;4 i} menjadi maf‘uul bihi pertama, sedangkan maf‘uul bihi Keduanya dibuang arena keberadaannya telah diketahui yang ditunjukkkan oleh kata setelahnya, yaitu 334} {0 G-sedangkan kata ¢:42-+58} kedudukan i'rabnya menjadi badal dari kata ish 5-25 3} 44 sedangkan fa’nya adalah zaa'idah (tambahan), sehingga tidak —mencegah dijadikannya kata tersebut sebagai badal. Ini adalah i'rabnya bacaan dengan ta’ dan bacaan dengan ya’ Jika dibaca dengan ya (2 ¥) dan ta’ >4 (e-#, maka i'rabnya adalah seperti berikut, kata 433% ii} menjadi faa’il, dhamitir hum yang terdapat pada kata <:7 3 menjadi ‘maf'uul bihi pertama, sedangkan maf'wul bihi keduanya adalah kata, 0 j- susp. Namun kata q+ >) tidak bisa dijadikan badal dari kata @e4 ai) o- 1 karena terdapat perbedaan faa’il di antara keduanya. Sedangkan kedua maf wul bihi Kata ceil o£ (@»4 dibuang karena keberadaannya telah diketahui yang dildentifikasikan oleh dua ‘maf wul bihi kata jis 2%) Balaaghah Terdapat ist’aarah di dalam susunan alimat, 42,505 053 5:33, yaitu diserupakannya sikap tidak memegang teguh janji dengan sikap melemparkan dan membuang sesuatu ke belakang. Terdapatst/aarah juga di dalam kalimat, aii “Terdapat al-Mugaabalah antara <5 dengan 55:5: 5. Mufradaat Lughawlyyah ici 5p dan ingatlah ketika Allah SWT mengambil, orang-orang yang diberi al-Kitab, yaitu kaum_ Yahudi dan Nasrani. 4-40 {} kalian akan menjelaskan dan memaparkan semua hukum dan keterangan yang terkandung di dalam al- Kitab tersebut, termasuk di antaranya adalah berita dan keterangan tentang kenabian Nabi Muhammad saw. sehingga semua manusia mengetahui kandungan al-Kitab tersebut ‘menurut bentuknya yang benar. 2325.3) dan kalian tidak akan menyembunyikannya. $3.3) 5 155 namun, mereka mengesampingkan janji tersebut dan tidak menganggapnya lagi. $38 68 4 42) dan mereka menukar- kannya dengan sesuatu dari dunia yang hina dan remeh sebagai gantinya disebabkan kepemimpinan mereka di dalam bidang ilmu, sehingga mendorong mereka untuk menyembunyikannya. 43328 & ij} maka seburuk-buruk penukaran yang mereka lakukan adalah penukaran ini. €51 Wp dengan apa yang telah mereka lakukan "berupa__penyesatan —_manusia, 55 Sy Gy 5 Sgn} dan mereka senang dipuji oleh orang-orang karena sesuatu yang sebenarnya tidak mereka lakukan berupa memegang teguh kebenaran, karena mereka sesungguhnya berada di dalam kesesatan, 425 Gp janganlah kamu mengira mereka itu, kata ini sebagai penguat terhadap kata sebelumnya. 418) 4 53> selamat dari adzab di akhirat, akan tetapi sebaliknya, mereka berada di sebuah tempat di mana mereka akan diadzab, yaitu neraka jahannam, 22! CA $4) dan bagi mereka adzab yang pedih di dalam neraka jahannam. ‘Sebab Turunnya Ayat 188 Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan melalui jalur Humaid bin Abdurrahman bin ‘Auf, A fh BS US sais JE ayy St WW Gls ASI Gs pe BI UB 0S ST OFT Le Aa CANT ty cy Ua A 8 glu puis "Bahwa Marwan berkata kepada penjaga pintunya, "Wahai Rafi, pergilah kamu menemui Tbnu Abbas ra. dan katakan kepadanya, "Sungguh jika setiap orang dari kami yang merasa gembira dengan apa yang telah ia lakukan dan senang untuk dipuji atas sesuatu yang tidak dilakukannya, akan diadzab, maka sungguh kita semua tentunya akan diadzab." Lalu Tbnu Abbas r.a. berkata, “Apa fubungan Kalian dengan ayat ini (ayat 188 surah Ali 'Imran)? Sesungguhnya ayat ini tidak lain turun diperuntukkan bagi Ahli Kitab. Nabi Muhammad saw. bertanya kepada mereka tentang sesuatu hal, namun mereka menyembunyikannya dan tidak menyampaikannya kepada beliau, akan tetapi mereka menyampaikan kepada beliau sesuatu yang lain yang tidak benar. Lalu mereka pergi dengan seolah-olah membuktikan dan mengatakan kepada beliau bahwa mereka telah menyampaikan kepada beliau apa yang beliau tanyakan dan mereka ingin dipuji atas apa yang telah mereka lakukan tersebut serta mereka merasa gembira dengan apa yang telah mereka lakukan itu, yaitu menyembunyikan kebenaran apa yang ditanyakan oleh beliau kepada mereka.” Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa‘id al-Khudri, So HU, SE SEL 3 wereiy “Bahwa ada beberapa orang munofik pada masa Rasulullah saw. jika beliau pergi berperang, maka mereka sengaja tidak tkut dan ‘mereka gembira dengan ketidakikutsertaan mereka tersebut. Lalu ketika Rasulullah saw. kembali, maka mereka berapologi, bersumpah- sumpah dan meminta maf kepada Rasulullah saw. dan mereka ingin dipuji atas apa yang tidak mereka lakukan, lalu turunlah ayat ini” Di dalam tafsirnya, Abdurrazzaq meri- ‘wayatkan dari Zaid bin Aslam bahwa Rafi’ bin Khadij dan Zaid bin Tsabit suatu ketika berada bersama Marwan, Lalu Marwan berkata, “Wahai Rafi, dalam hal apa ayat ini (ayat 188 surah Ali ‘Imran) turun?” Rafi’ berkata, “Ayat tersebut turun berkaitan dengan beberapa orang munafik, jika Rasulullah saw. pergi perang, maka mereka meminta maaf Kepada beliau seraya berkata, “Kami tidak ikut bersama kalian tidak lain dikarenakan ada suatu kesibukan, sungguh sebenarnya kami sangat ingin ikut bersama kalian.” Lalu turunlah ayat ini.” Namun Marwan tidak setuju dengan penjelasan Rafi’ ini, sehingga hal ini membuat Rafi’ sedih dan gelisah. Lalu ia berkata kepada Zaid bin Tsabit, “Saya mengingatkanmu kepada Allah, apakah kamu mengetahui apa yang saya katakan tersebut?” Zaid bin Tsabit berkata, “Benar:" Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Kedua riwayat ini dimungkinkan untuk dikom- parasikan, yaitu bahwa ayatini turun berkaitan dengan kedua kelompok tersebut, yaitu kelompok Ahli Kitab yang menyembunyikan kebenaran dan kelompok kaum munafik yang tidak ikut pergt berperang" Persesualan Ayat Surah Ali ‘Imran, secara_ global membicarakan tentang kaum Abli Kitab, mendebat kaum Nasrani, menceritakan tentang perilaku-perilaku “aneh” kaum. Yahudi dan berbagai hujatan mereka terhadap kenabian Nabi Muhammad saw., Hal ini ditkuti dengan penjelasan seputar perang Badar dan Uhud. Adapun ayat-ayat ini ingin memaparkan tentang sikap “aneh” kaum Yahudi dan Nasrani, yaitu hujatan dan keraguan terhadap agama, padahal mereka telah diperintahkan untuk menjelaskan isi kitab suci_ mereka, Taurat dan Injil berupa bukti dan penjelasan tentang kenabian Nabi Muhammad saw. dan kebenaran risalah beliau. Tafsir dan Penjelasan Ayat ini merupakan salah satu bentuk kecaman dan ancaman bagi kaum Abli Kitab yang telah diambil sumpah atau janji oleh Allah SWT melalui lisan para Nabi mereka bahwa mereka akan beriman kepada Nabi Muhammad saw. menjelaskan kepada umat manusia tentang berita kedatangan beliau, sehingga mereka benar-benar slap untuk melaksanakan_perintah tersebut. Namun, mereka justru. menyembunyikan kebenaran tersebut demi mendapatkan imbalan yang remeh dan tidak bernilai dan mereka pun terhalang mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Seburuk-buruk penukaran adalah penukaran mereka tersebut, karena mereka menukar sesuatu yang berharga dengan sesuatu. yang sangat remeh. Dan seburuk- buruk penjualan adalah penjualan mereka tersebut, karena mereka telah menjual sesuat. yang sangat bernilai dengan harga yang sangat sedikit. Hal ini mengandung peringatan bagi para ulama agar jangan sampai meniru sikap Ahli Kitab tersebut, Karena jika mereka bersikap seperti sikap Ahli Kitab tersebut, maka mereka akan tertimpa oleh sesuatu yang menimpa Ahli Kitab tersebut. Setiap ulama wajib memberikan semua yang mereka miliki berupa ilmu yang bermanfaat yang menunjukkan kepada amal saleh dan jangan sekali-kali menyembunyikannya, Ada sebuah hadits yang diriwayatkan melalui banyak jalur dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, ‘Borangsiapa yang ditanya suatu ilmu yang memang ia miliki, namun ia menyembunyikannya, maka kelak di hari kiamat, ia akan dipasangi tali kendali yang terbuat dari capi" tentang Penjelasan arti ayat adalah seperti berikut, ingatlah wahai Muhammad ketika Allah SWT mengambil janji atau sumpah yang dikuatkan dari Abli Kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) melalui para Nabi mereka, bahwa mereka akan menjelaskan isi kitab suci mereka tanpa ada sedikit pun yang mereka sembunyikan dan mereka tutup-tutupi, tanpa ada sedikt pun yang mereka ubah, mereka distorsi dan mereka ganti atau mereka ta'wili secara keliru, mereka akan menyampaikan dan menjelaskannya kepada orang-orang yang, beriman kepada kitab suct tersebut untuk 155 HR Ahmad, arhhaabus sunan dan alHakim dari Abu Hurrah ra ‘memberi tuntunan dan petunjuk bagi mereka serta. menjelaskannya kepada orang-orang yang tidak beriman kepada kitab suct tersebut guna mengajak mereka untuk beriman. Akan tetapi mereka justru bersikap sebaliknya, melemparkan kitab suci mereka tersebut ke belakang mereka, meninggalkan kitab Taurat dan Injil. Di antara mereka ada sekelompok orang yang membawa kitab suci tersebut, namun tidak paham dan tidak mengerti isinya. Dan ada sekelompok lainnya yang sengaja mengubah isinya, memanipulasi dan mendistorsinya, sengaja_menafsirinya secara tidak benar dan menukarkannya dengan sesuatu yang remeh dari harta duniawi, seperti ketenaran palsu, jabatan kepemimpinan yang tidak hakiki dan harta yang pasti akan musnah. Pada hakikatnya, mereka adalah orang-orang yang tertipu di dalam pembelian dan penukaran ini. Karena mereka rela melepaskan sesuatu yang mahal dan sangat bernilai di dunia dan akhirat, yaitu kebaikan yang sebenarnya dijanjikan kepada ‘mereka, dan lebih memilih untuk mengambil sesuatu yang remeh dan tidak bernilai sama sekali, yaitu suap, hadiah, harta pemberian agar mereka tetap bisa menjaga kekuasaan, jabatan dan kedudukan penting mereka Seburuk-buruk penukaran adalah penukaran yang mereka lakukan itu, karena mereka menjadikan sesuatu yang fana sebagai ganti kenikmatan yang abadi. Hal ini menunjukkan akan wajibnya menyebarkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain. Ali bin Abi Thalib ra. berkata, “Allah SWT tidak mewajibkan kepada orang-orang yang bodoh untuk belajar, hingga Dia mewajibkan kepada orang-orang yang berilmu untuk mengajarkan ilmu mereka” Hasan al-Bashri berkata, “Seandainya tidak ada janji yang diambil oleh Allah SWT dari ahliilmu, maka saya tidak akan banyak ‘menjelaskan kepada kalian tentang apa-apa yang kalian tanyakan." Kemudian Allah SWT menjelaskan tentang sikap orang-orang dari Ahli Kitab dan kaum munafik yang suka memamerkan, dan membanggakan apa-apa yang sebenarnya tidak mereka berikan dan tidak mereka kerjakan, seperti yang disinggung di dalam hadits yang terdapat di dalam shahth Bukhari dan Muslim, "Barangsiapa yang mengaku-ngaku se- cara bohong dengan tujuan memperbanyak hartanya, maka Allah SWT tidak akan men- Jadikannya bertambah Kecuali bertambah semakin sedikit." 5 GF WE LE WE zi “Orang yang berpura-pura kenyang dan cukup dengan apa yang sebenarnya tidak diberikan kepadanya (maksudnya, orang yang berpura-pura atau mengakungaku memiliki sesuatu, harta ‘misalnya, yang sebenarnya tidak ia miliki supaya orang lain menganggap dirinya memilikinya dan dengan begitu mereka mengangeap dirinya orang yang memiliki harta banyak), maka ia seperti orang yang mengenakan dua pakaian yang bohong (maksudnya seperti orang yang mengenakan pakaian kaum sufi dan zuhud, supaya orang lain mengira bahwa dirinya adalah orang sufi, padahal ia tidak memilikt sifat-sifat yang menjadikannya pantas untuk disebut orang sufi).” Ini adalah sifat aneh Ahli Kitab lainnya yang juga dimiliki oleh orang-orang selain Ahli Kitab. Penjelasan tentang hal ini bertujuan untuk memberikan peringatan kepada kaum Mukminin agar menjaubi sifat seperti ini. Maka, wahai Muhammad, janganlah sekali- kali kamu mengira bahwa orang-orang yang menutup-nutupi_kebenaran, menyembunyi- kan ilmu yang benar, menipumu, merasa gembira atas apa yang telah mereka lakukan berupa pendistorsian dan pemanipulasian terhadap al-Kitab, mereka memandang dalam hal ini bahwa diri mereka berhak mendapatkan kemuliaan, kehormatan dan berhak untuk dipuji karena mereka dengan hal itu menganggap bahwa diri mereka adalah para penjaga al-Kitab dan para pakar penafsiran terhadap al-Kitab, Mereka merasa berhak untuk diberi ucapan terima kasih atas sesuatu hal yang sebenarnya tidak ada sebab dan alasan yang benar yang menjadikan mereka memang berhak untuk diberi ucapan terima kasih, Atau karena mereka merasa telah menyampaikan kepadamu sebuah kebenaran tentang apa yang kamu tanyakan kepada mereka atau atas sikap kaum munafik yang sengaja tidak ikut pergi berperang dan berjihad dengan membuat- buat alasan yang tidak benar, Padahal pada hakikatnya, semua yang mereka lakukan tidak lain adalah mengubah dan mendistorsi kebenaran, cahaya dan hidayah sesuai dengan keinginan dan hawa nafsu para penguasa dan orang-orang awam, Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa ‘mereka itu akan selamat dari adzab, akan tetapi sebaliknya, bagi mereka adzab yang sangat pedih di dunia berupa kehinaan, dibenamkan ke dalam bumi, gempa, angin yang sangat kencang dan berbagai bentuk bencana dahsyat lainnya yang merata dan membinasakan. Juga adzab i akhirat kelak dengan menggiring mereka ke dalam neraka Jahannam sebagai balasan kebohongan, pendistorsian dan pengubahan yang mereka lakukan tethadap kitab Allah SWT. Hal ini seperti firman Allah SWT, Ayat, 255, oc J 33 "kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi”, merupakan bantahan dan sanggahan terhadap orang-orang yang berkata, iti JA 5 3 i Ap “sesungguhnya Allah SWT miskin dan kami kaya’. Lalu Allah SWT berfirman kepada kau Mukminin, wahai kaum Mukminin, janganlah kalian bersedih hati atas perilaku Abli Kitab dan atas kemenangan yang tidak bisa kalian dapatkan, janganlah kalian bersikap lemah untuk menjalankan kewajiban, sampaikanlah kebenaran dan jangan ada sedikit pun yang kalian sembunyikan, janganlah kalian menukarkan hukum Allah SWT yang benar dengan sebuah harga berapa pun banyaknya, karena pada hakikatnya itu adalah sesuatu yang sedikit, janganlah kalian merasa gembira atas apa yang sebenarnya tidak kalian lakukan, karena sesungguhnya Allah SWT Yang akan memelihara kalian dari kesedihan-kesedihan kalian, menolong kalian terhadap musuh- ‘musuh kalian dan memberi kalian kebaikan dan karunia. Karena Allah SWT Dzat Yang Memiliki segala sesuatu lagi Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada sesuatu apa pun yang diluar kuasa-Nya. Oleh Karena itu, takutlah kalian kepada-Nya, jangan mendurhakai-Nya, waspada dan takutlah kalian kepada murka dan siksa-Nya. Karena Dia adalah Deat Yang paling Besar, paling Agung dan paling Kuasa dari segala sesuatu di alam wujud ini. Figih Kehidupan atau Hukum-Hukum Ayat-ayat mengandung kecaman, peringatan, bantahan, pengingkaran dan pe- nyangkalan. Ayat ini mencela dan mengecam ‘Ahli Kitab yang diperintahkan untuk beriman kepada Nabi Muhammad saw. dan menjelaskan berita tentang dirt dan sifat-sifat beliau, namun mereka malah menyembunyikannya. Ada tiga kewajiban yang bisa dipahami dari ayatini, yaitu, 1. Ulama berkewajiban menjelaskan dan mengajarkan kitab Allah SWT kepada manusia serta menerangkan kandungan- kandungannya berupa nasihat, petunjuk dan rahasia-rahasia hukum balk yang bersifat khusus maupun umum. 2. Kewajiban menjelaskan agama (Islam) kepada kaum Muslimin agar mereka memahami agama secara benar dan menyadari bahwa agama _—_ adalah satu-satunya jalan atau solusi untuk menyelamatkan umat dari kemunduran, kelemahan dan kerusakan. 3. Menjelaskan hukum-hukum agama ke- pada non-Muslim dan mengajak mereka kepada jalan yang lurus, supaya mereka bisa mendapatkan petunjuk. Ayat ini juga mengandung peringatan agar jangansampaimeniruperilakukaum AhliKitab dan kaum munafik yang menyembunyikan Kebenaran, mengubah dan memalsukan arti serta maksud-maksud yang terkandung di dalam kitab suci yang diturunkan sertasengaja tidak ikut pergi berjihad dengan membuat alasan-alasan yang dusta. Begitu juga, ayatini mengandungbantahan dan sangkalan terhadap kaum Yahudi yang menisbatkan kemiskinan kepada Allah SWT dan menisbatkan keadaan kaya kepada diri mereka atau dengan kata lain, menyatakan bahwa Allah SWT miskin sedangkan mereka kaya, bantahan dan sangkalan tersebut adalah bahwa sesungguhnya Allah SWT Pemilik langit dan bumi beserta isinya, Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu dan memiliki kekuasaan yang meliputi segala sesuatu. PENGARAHAN UNTUK MEMIKIRKAN PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI, BALASAN BAGI ORANG-ORANG YANG BERAMAL, BAIK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN All ‘Imran Ayat 190 - 195 NGS AAs wes war Ss oe LIVIN CN SNE BABE RES Hos RS G2 SUG Ae Sale US Ley poganer inte) jrasao 2S Be LEG Beth iat Ses SAN Dis hs a wish alts: GAene cis ENG tole Ss gee sy cy : ete Osh, OAS bi Se 2i5 late = 23 —6Y! “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu), “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,” maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kamiapa yangtelah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sungguh, Engkau tidak pernah mengingkari janji.’” Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (Karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga- surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.” (Ali Imran: 190-195) Sebab Turunnya Ayat 1. Sebab turunnya ayat 190 Imam Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Suatu ketika, ada sekelompok kaum Quraisy datang menemui kaum Yahudi, lalu mereka — Quraisy- berkata, “Ayat-ayat apa yang dibawa oleh Nabi Musa a.s. kepada kalian?” Mereka berkata, “Tongkatnya dan kedua tangannya yang putih bercahaya kelihatan oleh orang- orang yang melihatnya.” Lalu mereka ganti pergi menemui kaum Nasrani dan berkata, “Bagaimana dengan Isa a.s., ayat-ayat apa yang ditunjukkan olehnya kepada kalian?” Mereka berkata, “Dahulu, ia bisa menyembuhkan orang yang buta bawaan_ sejak _lahir, menyembuhkan orang yang mengalami penyakit kusta dan mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati.” Lalu mereka ganti datang kepada Nabi Muhammad saw. dan berkata kepada beliau, “Bordoalah kepada Tuhanmu supaya mengubah bukit Shafa menjadi emas.” Lalu beliau pun berdoa kepada Allah SWT lalu turunlah ayat ini, supaya mereka mau memikirkan dan merenunginya.” Ibnu Katsir berkata, “Namun riwayat ini agak janggal, karena ayat ini termasuk ayat Madani sedangkan kisah kaum Quraisy yang datang meminta agar Nabi Muhammad saw. berdoa kepada Allah SWT supaya mengubah bukit Shafa menjadi emas terjadi di Makkah.“"** 2. Sebab turunnya ayat 195 Abdurrazzaq, Sa’id bin Manshur, Tirmidzi, al-Hakim dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ummu Salamah ra. bahwa ia berkata, J shy Ah hi bts & J bs Yeh : dl oy gt apa bp BH BI SS ye SS pe hai "Wahai Rasulullah, saya tidak mendengar Allah SWT menyebut kaum wanita dengan sesuatu di dalam hal hijrah.” Lalu Allah SWT menurunkan ayat ini.” Keutamaan ayat ini Lalu Ibnu Umar ra. berkata kepada sayyidah Aisyahra., “Ceritakanlah kepada kami tentang sesuatu yang paling mengagumkan yang kamu lihat dari Rasulullah saw.” Lalu sayyidah Aisyah ra. berkata, “Segala_ hal tentang beliau| semuanya mengagumkan. Pada malam giliranku, Rasulullah saw. datang kepadaku hingga kulit tubuh beliau menyentuh kulit tubuhku, kemudian beliau_ berkata, “Biarkan aku beribadah kepada Tuhanku.” Lalu sayyidah Aisyah ra. berkata kepada beliau, “Sesungguhnya saya sangat senang berada di dekatmu dan saya senang kamu beribadah kepada Tuhanmu.” Lalu beliau berdiri menuju ke qirbah (tempat penyimpanan air minum yangterbuatdari kulit),lalubeliaumenuangkan air untuk berwudhu, namun beliau tidak terlalu banyak menuangkannya. Kemudian beliau berdiri menunaikan shalat, lalu beliau menangis hingga air mata membasahi rambut jenggot (cambang) beliau. Kemudian beliau sujud, lalu menangis hingga tanah di bawah beliau basah oleh air mata. Kemudian beliau berbaring di atas lambung beliau, lalu lagi- lagi beliau menangis, hingga Bilal datang hendak mengumandangkan adzan. Lalu Bilal berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu menangis, padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.’ Lalu beliau berkata, “Celaka kamu wahai Bilal, bagaimana aku tidak menangis, padahal malam ini, Allah SWT menurunkan kepadaku ayat, d+ o ip ey ety wisi (ayat 190 surah Ali Imran)." Kemudian beliau bersabda, "Celaka bagi orang yang membaca ayat ini namun ia tidak memikirkan dan merenunginya.” Dikatakan kepada al-Auza’i, “Apa inti memikirkan dan merenunginya?” Lalu ia berkata, "Yaitu membacanya dengan mema- haminya secara mendalam."” 157 Tafsir Ibnu Katsir, (1/440 dan setelahnya).

You might also like