You are on page 1of 16

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol.

4(1), 2017, pp 57-72

Manajemen Laba, Pengungkapan Lingkungan Perusahaan dan Mekanisme Tata


Kelola Perusahaan
Zaky Machmuddaha, Muchamad Syafruddinb, Dul Muidc, St. Dwiarso Utomod

,a,d
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
b,c
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeristas Diponegoro

*Corresponding author: zaky_820305@yahoo.co.id


https://doi.org/10.24815/jdab.v4i1.6559
ARTICLE INFORMATION ABSTRACT

Article history: The purpose of this study is to examine the effect of earnings management on
Received: date .24 September 2016 corporate environmental disclosure with corporate governance mechanisms as a
Received in revised form: 5 December 2016 moderating variable. Population of this study is all companies listed in
Accepted: 20 December 2016 Indonesian Stock Exchange between 2008 and 2011. The samples size is 61
Available online 3 Maret 2017 companies or 144 annual reports selected by using purposive sampling method.
The data was analysed by employing multiple regression method. The result of
this study demonstrated that earnings management significantly affected
Keywords: corporate environmental disclosure. Corporate governance mechanisms
Earnings management, Corporate governance represented by proportion of independent board of directors and the number of
mechanisms, Corporate environmental audit committees moderated the effect of earnings management on corporate
disclosure. environmental disclosure. Meanwhile, the number of board of directors meetings
and the number of audit committees meetings did not moderate the effect of
earnings management on corporate environmental disclosure. The practical
implication of this study is that the government needs to propuse a policy to
reduce opportunistic action of managers in order to optimize shareholders and
stakeholders decision making process.

©2017 FEB USK. All rights reserved.

1. Pendahuluan perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan


Isu utama penilitian ini adalah mengenai melalui pengungkapan informasi mengenai
pengungkapan lingkungan korporasi yang tanggung jawab lingkungan dalam laporan
berkaitan dengan manajemen laba dan mekanisme keuangan. Secara implisit pengungkapan
tata kelola perusahaan. Argumentasi yang informasi lingkungan tercermin dalam standar
mendasari penelitian ini dilakukan, mengingat akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh Dewan
aktivitas bisnis perusahaan dapat menimbulkan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
dampak positif dan negatif bagi masyarakat, oleh Indonesia, yang tertulis dalam Pernyataan Standar
karena itu masyarakat memiliki hak untuk Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 1 (revisi 2009)
memperoleh informasi tentang dampak paragraf dua belas. Begitu pula Undang-Undang
lingkungan, yang dikenal dengan pengungkapan Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 66
pertangung jawaban lingkungan. Laporan ini ayat (2) bagian c mewajibkan setiap perusahaan
menunjukkan kepedulian dan tanggungjawab untuk menyajikan laporan pelaksanaan tanggung

57
58
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

jawab sosial dan lingkungan (corporate social digunakan untuk mengalihkan perhatian
responsibility) pemegang saham dari pengawasan aktivitas
Pelaksanaan corporate social responsibility manajemen laba. Para manajer yang terlibat pada
(CSR) menurut OECD (2004) merupakan praktik manajemen laba termotivasi untuk
konsekuensi dari implementasi praktik tata kelola berperilaku secara proaktif dengan mencari
perusahaan yang baik (good corporate persepsi positif dari para pemegang saham dan
governance), karena pada prinsipnya kerangka kelompok pemangku kepentingan yang berbeda
good corporate governance (GCG) harus untuk menjamin kinerja yang optimal.
mengakui hak-hak pemangku kepentingan yang Pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan,
ditetapkan oleh hukum atau melalui kesepakatan seperti pengungkapan lingkungan perusahaan
bersama dan mendorong kerja sama yang aktif dirasa penting untuk menunjukkan pada para
antara perusahaan dan pemangku kepentingan pemangku kepentingan perihal kesadaran
dalam menciptakan penghasilan, pekerjaan, demi perusahaan pada lingkungan sosial.
kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak
Pandangan ini sejalan dengan Murwaningsari berfokus pada hubungan antara CSR dan
(2009) yang mengatakan bahwa mewujudkan CSR corporate financial performance. Penelitian yang
merupakan gagasan utama dari konsep GCG. mengamati hubungan manajemen laba dan
Konsep GCG didasari oleh teori agensi yang pengungkapan lingkungan perusahaan serta
menganalisis hubungan antara prinsipal (pemilik dampak mekanisme tata kelola perusahaan pada
perusahaan) dan agen (pengelola perusahaan). hubungan tersebut belum banyak dilakukan, oleh
Hubungan prinsipal dan agen cenderung karena itu, penelitian pada area ini perlu
memunculkan perbedaan kepentingan, karena dilakukan untuk memberikan gambaran teoritis
pada prinsipnya manusia akan berusaha yang lebih jelas mengenai hubungan antar
memaksimalkan utilitas (manfaat) bagi variabel yang diamati.
kepentingan dirinya sendiri (Jensen dan Meckling, Penelitian tentang CSR, perlindungan
1976). Posisi agen sebagai pengelola perusahaan investor, dan manajemen laba yang diteliti oleh
lebih menguntungkan dibandingkan dengan Chih, Shen, dan Kang (2008) menemukan
prinsipal, karena agen mengetahui informasi bahwa terdapat hubungan negatif antara
internal dan prospek perusahaan di masa yang manajemen laba dan CSR. Hasil penelitian Chih
akan datang. Manajer sebagai agen berkewajiban et al. (2008) ini berbeda dengan penelitian Prior,
memberikan informasi mengenai kondisi Surroca dan Tribo (2008) yang menyatakan
perusahaan kepada prinsipal. Namun demikian, bahwa terdapat pengaruh positif antara
informasi yang disampaikan terkadang tidak manajemen laba dan CSR. Menurut Prior et al.
sesuai dengan kondisi perusahaan yang (2008), ketika para manajer bertindak sesuai
sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi dengan seleranya dalam mengelola laba, manajer
yang tidak simetris (asymmetry information). tersebut memiliki beberapa motif untuk
Asimetri antara agen dengan prinsipal dapat melakukan aktivitas-aktivitas CSR, selain itu,
memberikan kesempatan kepada agen untuk Prior et al. (2008) juga menyatakan bahwa CSR
melakukan manajemen laba (Richardson, 1998). dipandang sebagai sebuah alat pembentengan
Konflik agensi menurut Sun, Salama, (entrenchement) untuk meningkatkan dukungan
Hussainey dan Habbash (2010) terjadi ketika para dari kelompok pemangku kepentingan lainnya
manajer secara oportunis memanipulasi yang kepentingan-kepentingannya terganggu atas
manajemen laba dengan caranya sendiri. praktik-praktik manajemen laba. Handajani,
Pengungkapan lingkungan perusahaan dapat Sutrisno dan Chandrarin (2010) menguji pengaruh
59
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

manajemen laba dan mekanisme tata kelola penelitian ini menambahkan dua variabel
perusahaan pada pengungkapan CSR. Hasil moderating yang tidak digunakan oleh penelitian
penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba Sun et al. (2010), yaitu jumlah rapat dewan
dan mekanisme tata kelola perusahaan yang komisaris Xie, Davidson dan DaDalt (2003) dan
diwakili oleh komite audit berpengaruh signifikan jumlah anggota komite audit (Ho dan Wong, 2001
terhadap pengungkapan CSR . dalam Said, Zainuddin, dan Haron (2009), karena
Sun et al. (2010) meneliti hubungan antara kedua variabel tersebut merupakan bagian dari
manajemen laba dan pengungkapan lingkungan internal mekanisme (internal mechanisms) tata
perusahaan serta dampak mekanisme tata kelola kelola perusahaan.
perusahaan terhadap hubungan tersebut. Hasil Mengacu pada argumentasi-argumentasi
menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada tersebut, maka dapat diperoleh pertanyaan
hubungan yang signifikan antara manajemen laba penelitian terkait manajemen laba, pengungkapan
dan pengungkapan lingkungan perusahaan, begitu lingkungan perusahaan, dan mekanisme tata kelola
juga dengan ukuran dewan direksi tidak memiliki perusahaan sebagai berikut: 1) apakah manajemen
hubungan yang signifikan terhadap hubungan laba berpengaruh positif terhadap pengungkapan
manajemen laba dan pengungkapan lingkungan lingkungan perusahaan, 2) apakah mekanisme tata
perusahaan. Jumlah rapat komite audit memiliki kelola perusahaan memoderasi pengaruh positif
hubungan signifikan terhadap hubungan manajemen laba terhadap pengungkapan
manajemen laba dan pengungkapan lingkungan lingkungan perusahaan.
perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang 2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan
dilakukan oleh Sun et al. (2010). Namun demikian Hipotesis
penelitian ini memiliki beberapa perbedaan 2.1 Teori Pensinyalan, Teori Keagenan dan
dengan penelitian yangdilakukan oleh Sun et al. Teori Stakeholder
(2010). Perbedaan yang pertama adalah, variabel Teori sinyal menjelaskan bagaimana sebuah
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, perusahaan memberikan sinyal kepada pihak-
manajemen laba, pengungkapan lingkungan pihak yang berkepentingan. Informasi perusahaan
perusahaan, proporsi dewan komisaris tentang pengungkapan lingkungan perusahaan
independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah dapat dijadikan sinyal oleh perusahaan ke para
anggota komite audit dan jumlah rapat komite pemangku kepentingan. Sebuah perusahaan yang
audit. Variabel yang digunakan oleh Sun et al. mengupayakan pengungkapan lingkungan
(2010) antara lain manajemen laba, pengungkapan perusahaan sebagai salah satu dari aktivitas CSR
lingkungan perusahaan, ukuran dewan direksi menurut Gray, Kouhy, dan Lavers (1995)
(board size) dan jumlah rapat komite audit. merupakan sinyal yang terkait dengan kualitas
Kedua, penelitian ini tidak menggunakan manajemennya. Perusahaan dengan kualitas
variabel ukuran dewan direksi (board size) sebagai informasi yang tinggi cenderung menggunakan
pengukuran (proxy) dari mekanisme tata kelola akuntansi lingkungan dan akuntansi sosial sebagai
perusahaan karena di Indonesia menerapkan pengalihan dari pelaporan keuangan tradisional.
sistem dua tingkat (two tiers board systems), yaitu Sebaliknya, perusahaan dengan kualitas informasi
adanya pemisahan fungsi eksekutif (direksi) dan rendah memilih konsisten dengan membatasi
fungsi pengawasan (komisaris). Oleh karena itu, informasi akuntansi kepada pihak eksternal.
dalam penelitian ini variabel proporsi dewan Menurut Sun et al. (2010), para manajer memiliki
komisaris independen menggantikan variabel insentif untuk secara sukarela mengungkapkan
ukuran dewan direksi (board size). Ketiga, informasi lingkungan (disclosure environmental
60
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

information) sebagai sinyal agar mampu menarik 2.2 Pengaruh Manajemen Laba terhadap
investor potensial dan meningkatkan citra (image) Pengungkapan Lingkungan Perusahaan.
perusahaan terutama ketika manajer mencoba Tindakan-tindakan manajerial yang dengan
melakukan manajemen laba. Pengungkapan sengaja menyamarkan nilai sebenarnya dari aset
lingkungan perusahaan memberikan isyarat ke perusahaan, transaksi, atau posisi keuangan,
investor dan stakeholder lainnya bahwa memiliki konsekuensi negatif bagi pemegang
perusahaan secara aktif berperan dalam praktik- saham, karyawan, masyarakat di sekitar
praktik CSR dan menunjukkan bahwa nilai pasar lingkungan perusahaan, masyarakat luas, reputasi
perusahaan dalam posisi yang bagus. Kinerja manajer, keamanan kerja dan kelangsungan karier
sosial perusahaan yang bagus membantu manajer Zahra, Priem, dan Rasheed (2005).
perusahaan untuk mencapai reputasi reliabilitas di Ketika manajer terlibat dalam tindakan-tindakan
pasar modal dan pasar utang. manajerial tersebut, maka salahsatu cara yang
Teori agensi menjelaskan lebih jauh dari mungkin digunakan manajer untuk melindungi
perspektif signaling. Konflik agensi terjadi ketika posisinya diperusahaan dan mempertahankan
para manajer (agen) melakukan tindakan oportunis aliran modal dari pihak eksternal adalah dengan
seperti manajemen laba, untuk memaksimalkan mencari persepsi positif dari pihak eksternal untuk
utilitas (manfaat) bagi kepentingannya sendiri. menjamin kinerja yang optimal. Pengungkapan
Tindakan manajerial dapat mengelabuhi (mislead) sukarela dalam laporan tahunan, seperti
para pemangku kepentingan perihal nilai pasar pengungkapan lingkungan perusahaan dirasa
korporat dan posisi keuangan dan menyebabkan penting untuk menunjukkan pada para pemangku
pihak luar membuat keputusan ekonomi yang kepentingan perihal kesadaran perusahaan pada
salah. Oleh karena itu manajemen laba merupakan lingkungan sosial.
biaya agensi (Xie, Davidson, dan DaDalt, 2003). Hubungan antara pengungkapan lingkungan
Pandangan ini sejalan dengan Dechow et al. perusahaan sebagai proksi dari CSR dengan
(1996) dalam Sun et al. (2010) yang menyatakan manajemen laba dapat dijelaskan melalui
bahwa ketika manajemen laba dicurigai, nilai pandangan pembentengan (entrenchment effect).
perusahaan akan segera menurun di pasar modal. Pandangan entrenchment effect menyatakan bahwa
Teori agensi menganjurkan bahwa perusahaan pengungkapan lingkungan perusahaan merupakan
dapat menggunakan metode yang berbeda, seperti perlindungan atau pertahanan (entrenchment) bagi
perencanaan kompensasi atau pengungkapan manajer yang melakukan aktivitas yang dapat
sukarela, untuk mengurangi konflik kepentingan mengurangi kemakmuran pemegang saham dari
antara para manajer dan pemegang saham. luar perusahaan seperti praktik manajemen laba
Tingginya urgensi perusahaan dalam (Prior et al., 2008).
membangun hubungan baik dengan para Hal tersebut didukung oleh penelitian yang
pemangku kepentingan telah menempatkan dilakukan Handajani et al. (2010) yang
definisi tersendiri bagi pengertian pemangku menemukan bukti bahwa manajemen laba
kepentingan. Para pemangku kepentingan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
dipahami sebagai sebuah elemen sosial dan CSS. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
lingkungan yang tanpa partisipasinya, diyakini bahwa manajer yang terlibat dalam praktik
bahwa perusahaan tidak akan dapat bertahan lama. manajemen laba termotivasi untuk mencari
persepsi positif dari beragam kelompok pemegang
saham dan stakeholder lainnya melalui kegiatan
pengungkapan lingkungan perusahaan.
61
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang semakin besar dapat mendorong dewan komisaris
diajukan dalam penelitian ini adalah: untuk bertindak objektif dan mampu melindungi
H1: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap seluruh stakeholder perusahaan sehingga hal ini
pengungkapan lingkungan perusahaan. dapat mendorong pengungkapan lingkungan
perusahaan lebih luas. Harapan dari penelitian ini
2.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen adalah semakin besar proporsi dewan komisaris
Memoderasi Pengaruh Manajemen Laba independen maka fungsi pengawasan akan
terhadap Pengungkapan Lingkungan semakin efektif sehingga akan menurunkan
Perusahaan manajemen laba dan dapat memperlemah
Dewan komisaris sebagai pemeran puncak pengaruh positif manajemen laba terhadap
dari sistem pengelolaan internal perusahaan, pengungkapan lingkungan perusahaan.
memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang
Wewenang dewan komisaris untuk mengawasi akan diuji dalam penelitian ini adalah:
dan memberikan petunjuk serta arahan pada H2: Proporsi dewan komisaris independen
pengelola perusahaan dapat memberikan pengaruh memoderasi pengaruh positif manajemen
yang cukup kuat untuk menekan manajemen yang laba terhadap pengungkapan lingkungan
melakukan manajemen laba untuk melakukan perusahaan.
pengungkapkan lingkungan perusahaan. Dengan
mengungkapakan informasi lingkungan 2.4 Jumlah Rapat Dewan Komisaris
perusahan, citra (image) perusahaan akan semakin Memoderasi Pengaruh Manajemen Laba
baik (Gray, Kouhy, dan Lavers, 1995 dalam terhadap Pengungkapan Lingkungan
Anggraini, 2006). Dengan demikian, apabila Perusahaan
pelaksanaan good corporate governance suatu Rapat dewan komisaris merupakan media
perusahaan baik maka akan menurunkan komunikasi dan koordinasi diantara anggota-
manajemen laba yang dilakukan oleh manajer atau anggota dewan komisaris dalam menjalankan
bahkan manajer tidak akan melakukan manajemen tugasnya sebagai pengawas manajemen. Dalam
laba. Peranan dewan komisaris menurut Vafeas rapat tersebut, akan membahas masalah mengenai
(1998) juga diharapkan dapat meningkatkan arah dan strategi perusahaan, evaluasi kebijakan
kualitas laba dengan membatasi tingkat yang telah diambil atau dilakukan oleh
manajemen laba melalui fungsi monitoring atas manajemen, dan mengatasi masalah benturan
pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang kepentingan (FCGI, 2005). Peran dewan komisaris
dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat
jumlah atau ukuran dewan komisaris. Sejalan untuk menekan manajemen yang melakukan
dengan hal tersebut, Klien (2002) dan Xie et al. manajemen laba untuk melakukan pengungkapkan
(2003) menemukan bukti bahwa proporsi dewan lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, semakin
komisaris independen berpengaruh negatif sering dewan komisaris mengadakan rapat
signifikan terhadap manajemen laba. diharapkan pengawasan (monitoring) yang
Apabila jumlah komisaris independen dilakukan oleh dewan komisaris akan semakin
semakin besar atau dominan menurut Haniffa dan baik. Dengan demikian, pengungkapan informasi
Cooke (2002) hal ini dapat memberikan keuasaan sosial perusahaan juga akan semakin luas.
kepada dewan komisaris untuk menekan Hal tersebut didukung oleh penelitian yang
manajemen dalam meningkatkan kualitas dilakukan oleh Xie et al. (2003) yang menemukan
pengungkapan perusahaan. Dengan kata lain, bahwa semakin sering dewan komisaris
komposisi dewan komisaris independen yang mengadakan rapat, maka fungsi pengawasan
62
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

semakin efektif sehingga pengungkapan yang pengungkapan informasi sosial yang dilakukan
dilakukan perusahaan akan semakin luas. Begitu oleh perusahaan. Harapan dari penelitian ini
pula Brick dan Chidambaran (2007), mengatakan adalah semakin besar jumlah anggota komite audit
bahwa semakin sering dewan komisaris maka fungsi pengawasan akan semakin efektif
mengadakan rapat maka akan semakin sehingga akan menurunkan manajemen laba dan
meningkatkan kinerjanya. Hal tersebut berdampak dapat memperlemah pengaruh positif manajemen
pada peningkatan pengungkapan informasi oleh laba terhadap pengungkapan lingkungan
dewan komisaris terkait dengan pengungkapan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka
lingkungan.Harapan dari penelitian ini adalah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
semakin sering dewan komisaris mengadakan adalah:.
rapat maka fungsi pengawasan akan semakin H4: Jumlah anggota komite audit memoderasi
efektif sehingga akan menurunkan manajemen pengaruh positif manajemen laba terhadap
laba dan dapat memperlemah pengaruh positif pengungkapan lingkungan perusahaan.
manajemen laba terhadap pengungkapan
lingkungan perusahaan. Berdasarkan uraian di 2.6 Jumlah Rapat Komite Audit Memoderasi
atas, maka hipotesis yang diajukan dalam Pengaruh Manajemen Laba terhadap
penelitian ini adalah: Pengungkapan Lingkungan Perusahaan
H3: Jumlah rapat dewan komisaris memoderasi Rapat komite audit merupakan koordinasi
pengaruh positif manajemen laba terhadap antara anggota-anggotanya agar dapat
pengungkapan lingkungan perusahaan. menjalankan tugas secara efektif dalam hal
pengawasan laporan keuangan, pengendalian
2.5 Jumlah Anggota Komite Audit Memoderasi internal, dan pelaksanaan GCG perusahaan. Atas
Pengaruh Manajemen Laba terhadap dasar keputusan ketua Bapepam Nomor Kep-
Pengungkapan Lingkungan Perusahaan 24/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX I.5
Foker (1992) dalam Said et al. (2009) disebutkan bahwa komite audit mengadakan rapat
menjelaskan bahwa komite audit merupakan alat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan
yang efektif untuk melakukan mekanisme minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan
pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya dalam anggaran dasar perusahaan.
agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan Semakin sering mengadakan rapat, maka
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ho koordinasi komite audit akan semakin baik
dan Wong (2001) dalam Said et al. (2009) sehingga dapat melaksanakan pengawasan
menyatakan bahwa keberadaan komite audit terhadap manajemen dengan lebih efektif. Dengan
berpengaruh secara signifikan terhadap luas demikian diharapkan dapat mendukung
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) peningkatan pengungkapan informasi sosial dan
yang dilakukan perusahaan. lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal
Sejalan dengan penelitian Ho dan Wong tersebut didukung oleh hasil penelitian Sun et al.
(2001) dalam Said et al. (2009), Handajani et al. (2010), yang menyatakan bahwa jumlah rapat
(2010) dalam penelitiannya menemukan bukti komite audit memiliki hubungan yang signifikan
bahwa mekanisme tata kelola perusahaan yang terhadap hubungan manajemen laba dan
diwakili oleh komite audit berpengaruh signifikan pengungkapan lingkungan perusahaan. Harapan
terhadap CSR disclosure.Dengan demikian, jika dari penelitian ini adalah semakin sering komite
ukuran komite audit yang semakin besar audit mengadakan rapat maka fungsi pengawasan
diharapkan pengawasan yang dilakukan akan akan semakin efektif sehingga akan menurunkan
semakin baik dan dapat meningkatkan manajemen laba dan dapat memperlemah
63
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

pengaruh positif manajemen laba terhadap H5: Jumlah rapat komite audit memoderasi
pengungkapan lingkungan perusahaan. pengaruh positif manajemen laba terhadap
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang pengungkapan lingkungan perusahaan.
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai Hubungan antara variabel yang diamati dalam
berikut: penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen


Pengungkapan lingkungan
Manajemen laba (H1)
perusahaan

Variabel Pemoderasi
Mekanisme tata kelola perusahaan:
 Proporsi Dewan Komisaris Independen (H2)
 Jumlah Rapat Dewan Komisaris (H3)
 Jumlah Anggota Komite Audit (H4)
 Jumlah Rapat Komite Audit (H5)

Gambar 1
Rerangka Konseptual Penelitian

3. Metode Penelitian 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


3.1 Jenis dan Sumber Data Populasi penelitian ini adalah seluruh
Jenis data yang digunakan dalam penelitian perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
ini adalah data kuantitatif yaitu data yang (BEI) antara periode tahun 2008-2011.
bersumber dari annual report perusahaan publik Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode purposive sampling, dengan tujuan untuk
tahun 2008-2011. mendapatkan sampel yang representatif sesuai
dengan kriteria yang ditentukan.

Tabel 1
Teknik Pemilihan Sampel Penelitian
Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia 430
Perusahaan sektor keuangan 74
Perusahaan sektor non keuangan 356
Perusahaan mengikuti PROPER 77
Perusahaan dengan data tidak lengkap 16
Ukuran Sampel 61
Sumber: data sekunder yang diolah, 2013.
64
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

3.3 Definisi Konseptual dan Operasional GRI terdiri dari 1 dimensi dan 9 aspek dengan 30
Variabel item. Secara rinci, kategori pengungkapan
a. Pengungkapan Lingkungan Perusahaan lingkungan yang sesuai dengan pedoman GRI
Indeks GRI (Global Reporting Initiative) dapat dilihat pada lampiran. Dalam penelitian ini,
digunakan untuk mengukur pengungkapan. Atas pengukuran pengungkapan lingkungan dilakukan
dasar bidang lingkungan (environment), indeks dengan perhitungan sebagai berikut:

b. Manajemen Laba yang dikembangkan oleh Kothari, S. P., Leone,


Variabel independen yang digunakan dalam A.J, Wasle, C.E., (2005). Tahap-tahap penentuan
penelitian ini adalah manajemen laba, dengan discretionary accrual adalah sebagai berikut:
proksi discretionary accrual menggunakan model

……………………………………………………………………………………………………………… .......... (1)

………........... (2)

………………. ... (3)

………………………………………………………………………………………………....... (4)

keterangan: = Return on assets perusahaan i pada


TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun akhir tahun t-1
t = Nondiscretionary accrual perusahaan
NIit = Laba bersih kas dari aktivitas operasi i pada tahun t
perusahaan i pada periode ke t E = Error
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi = Discretionary accrual perusahaan i
perusahaan i pada periode ke t
pada tahun t
= Total akrual perusahaan i pada tahun
t (yang dihasilkan dari perhitungan c. Mekanisme Tata Kelola Perusahaan
nomor 1 di atas) Mekanisme tata kelola perusahaan yang
= Total aset perusahaan i pada akhir digunakan dalam penelitian ini antara lain,
tahun t-1 proporsi dewan komisaris independen, jumlah
= Perubahan laba perusahaan i pada rapat dewan komisaris, jumlah anggota komite
tahun t audit, dan jumlah rapat komite audit.Secara rinci
= Perubahan piutang bersih (net definisi operasional variabel dan pengukuran tata
receivable) perusahaan i pada tahun t kelola perusahaan sebagai berikut:
= Property, plant and equipment
perusahaan i pada tahun t
65
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

Tabel 2
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Mekanisme Tata Kelola Perusahaan
No. Variabel Moderating Definisi Operasional Variabel Pengukuran
(Mekanisme Tata
Kelola Perusahaan)
1. Proporsi Dewan Anggota dewan komisaris yang PKI = Jumlah Komisaris
Komisaris Independen tidak berasal dari pihak Independen/Jumlah Total Dewan
(PKI) terafiliasi. Komisaris
2. Jumlah Rapat Dewan Media komunikasi dan RDK = Jumlah Rapat Dewan
Komisaris (RDK) koordinasi diantara anggota- Komisaris dalam setahun
anggota dewan komisaris.
3. Jumlah Anggota Komite yang memiliki tugas JKA = Jumlah Anggota Komite Audit
Komite Audit (JKA) untuk memberikan pengawasan dalam setahun.
secara menyeluruh.
4. Jumlah Rapat Komite Koordinasi antara anggota- RKA = Jumlah Rapat Komite Audit
Audit (RKA) anggotanya agar dapat dalam setahun.
menjalankan tugas secara efektif.
Sumber: data sekunder yang diolah, 2013.

3.4 Statistik Deskriptif regresi linier berganda. Regresi linier berganda


Memberikan gambaran atau deskriptif suatu digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), variabel independen terhadap satu variabel
standar deviasi, maksimum, minimum, sum, dependen. Dalam melakukan analisis regresi
range, kurtosis, dan skewness (kemencengan berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian
distribusi) dari masing-masing variabel (Ghozali, asumsi klasik agar memenuhi sifat estimasi regresi
2011:19). bersifat BLUES (Best Linear Unbiased
Estimator). Model regresi berganda yang akan
3.5 Metode Analisis Data dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai
Teknik analisis statistika yang digunakan berikut:
dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan

CEDit = β0 + β1DAit + β2 (DAit*PKIit) + β3 (DAit*RDKit) + β4 (DAit*JKAit) + β5 (DAit*RKAit) + e....… (6)

keterangan: ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari


CEDit = Pengungkapan lingkungan perusahaan Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2011
β0 = Konstanta diketahui bahwa terdapat 430 perusahaan yang
β1-β5 = Koefisien listing di BEI terdiri dari 74 perusahaan di sektor
DAit = Discretionary accrual (DA). keuangan dan 356 perusahaan di sektor non
PKIit = Proporsi dewan komisaris independen keuangan. Berdasarkan 356 perusahaan non
RDKit = Jumlah rapat dewan komisaris keuangan diperoleh 61 perusahaan sampel dengan
JKAit = Jumlah anggota komite audit 144 laporan keuangan, selama tahun pengamatan
RKAit = Jumlah rapat komite audit 2008-2011.

4. Hasil dan Pembahasan 4.2 Statistika Diskriptif


4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Hasil analisis statistik deskriptif yang tersaji
Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa pada tabel 2 menunjukkan bahwa nilai minimum
Efek Indonesia dijadikan objek dalam penelitian untuk variabel pengungkapan lingkungan
66
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

perusahaan sebesar 0,03 sedangkan nilai pengungkapan lingkungan perusahaan yang


maksimum untuk variabel pengungkapan diungkapkan perusahaan selama periode tahun
lingkungan perusahaan sebesar 0,77. Nilai rata- 2008-2011 sebesar 31,80%. Nilai standar deviasi
rata variabel pengungkapan lingkungan sebesar 0,167, yang berarti bahwa variasi data
perusahaan sebesar 0,318 menunjukkan bahwa kecil karena kurang dari nilai rata-ratanya.
jumlah persentase dari semua variabel

Tabel 2
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
Keterangan Jumlah Minimum Maximum Mean Std Deviation
CED 144 0.03 0.77 0.318 0.16737
DA 144 -1.421715 0.611043 -0.046116 0.173507405
DAPKI 144 -0.710858 0.26034 -0.021079 0.78941848
DARDK 144 -24.1692 5.727485 -0.38683 2.268189577
DAJKA 144 -5.686861 3.055214 -0.161243 0.686277914
DARKA 144 -72.5075 6.754276 -0.880932 6.23455724
Sumber: output SPSS, data sekunder yang diolah, 2013.

Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel T tabel T Statistik Koefisien
CED 1.64 23.284 0.32
DA 1.64 4.143 2.776
DAPKI 1.64 -3.355 -3.714
DARDK 1.64 -0.047 -0.001
DAJKA 1.64 -2.691 -0.288
DARKA 1.64 -0.087 -0.001
Sumber: output SPSS, data sekunder yang diolah, 2013.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa manajemen laba dan jumlah rapat dewan
variabel manajemen laba memiliki koefisien komisaris, moderasi manajemen laba dan jumlah
positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan anggota komite audit serta moderasi manajemen
manajemen laba akan meningkatkan
laba dan jumlah rapat komite audit secara
pengungkapan lingkungan perusahaan.
Berdasarkan tabel 3, model regresi berganda yang bersama-sama mempengaruhi pengungkapan
akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah lingkungan perusahaan. Nilai adjusted R² sebesar
sebagai berikut: 0,124 (tabel 4), berarti bahwa 12,4% variabel
pengungkapan lingkungan perusahaan dapat
Y = 0,320 + 2,776 DA – 3,714 DAPKI – 0,001 dijelaskan oleh manajemen laba, moderasi
DARDK – 0,288 DAJKA – 0,001 DARKA + ε manajemen laba dan proporsi dewan komisaris
independen, moderasi manajemen laba dan jumlah
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung rapat dewan komisaris, moderasi manajemen laba
sebesar 4,901 dengan probabilitas sebesar 0,000. dan jumlah anggota komite audit serta moderasi
Angka probabilitas tersebut lebih kecil dari 0,05, manajemen laba dan jumlah rapat komite audit,
dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa sedangkan sisanya sebesar 87,6% dijelaskan oleh
manajemen laba, moderasi manajemen laba dan variabel-variabel yang lain di luar persamaan.
proporsi dewan komisaris independen, moderasi
67
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

Tabel 4
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel T tabel T Statistik Koefisien Keterangan
DA --> CED 1.64 4.143 2.776 Diterima
DAPKI --> CED 1.64 -3.355 -3.714 Diterima
DARDK --> CED 1.64 -0.047 -0.001 Ditolak
DAJKA --> CED 1.64 -2.691 -0.288 Diterima
DARKA --> CED 1.64 -0.087 -0.001 Ditolak
R squre = 0.124; F Statistik 4.901; Prob; 0.000
Sumber: output SPSS, data sekunder yang diolah, 2013.

Hasil Pengujian Pengaruh Positif Manajemen perhatian pemegang saham dari pengawasan
Laba terhadap Pengungkapan Lingkungan aktivitas manajemen laba. Para manajer yang
Perusahaan terlibat pada praktik manajemen laba termotivasi
Penelitian ini menemukan hasil bahwa untuk berperilaku secara proaktif dengan mencari
variabel manajemen laba berpengaruh positif persepsi positif dari para pemegang saham dan
signifikan terhadap pengungkapan lingkungan kelompok pemangku kepentingan yang berbeda
perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis untuk menjamin kinerja yang optimal.
regresi berganda, seperti terlihat pada tabel 3. Pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan,
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang seperti pengungkapan lingkungan perusahaan
dilakukan oleh Prior et al. (2008) yang dirasa penting untuk menunjukkan pada para
menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh positif pemangku kepentingan perihal kesadaran
antara manajemen laba dan CSR. Begitu pula perusahaan pada lingkungan sosial.
dengan Handajani et al. (2010), yang
menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh Hasil Pengujian Proporsi Dewan Komisaris
signifikan terhadap CSR disclosure. Independen Memoderasi Pengaruh Positif
Prior et al. (2008) menyatakan bahwa Manajemen Laba terhadap Pengungkapan
hubungan antara pengungkapan lingkungan Lingkungan Perusahaan.
perusahaan sebagai proksi dari CSR dengan Sesuai dengan Tabel 3, penelitian ini
manajemen laba dapat dijelaskan melalui menemukan hasil bahwa proporsi dewan
pandangan pembentengan (entrenchment effect). komisaris independen memoderasi pengaruh
Pandangan entrenchment effect menyatakan bahwa positif manajemen laba terhadap pengungkapan
pengungkapan lingkungan perusahaan merupakan lingkungan perusahaan. Hal ini sesuai dengan
perlindungan atau pertahanan (entrenchment) bagi harapan dari penelitian ini, semakin besar proporsi
manajer yangmelakukan aktivitas yang dapat dewan komisaris independen maka fungsi
mengurangi kemakmuran pemegang saham pengawasan akan semakin efektif sehingga akan
dariluar perusahaan seperti praktik manajemen menurunkan manajemen laba dan dapat
laba. memperlemah pengaruh positif manajemen laba
Sejalan dengan pandangan tersebut, Sun et al. terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.
(2010) berpendapat bahwa ketika para manajer Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
secara oportunis memanipulasi manajemen laba yang dilakukan oleh Klien (2002) dan Xie et al.
dengan caranya sendiri, pengungkapan lingkungan (2003). Klien (2002) dan Xie et al. (2003)
perusahaan dapat digunakan untuk mengalihkan menemukan bukti bahwa proporsi dewan
68
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

komisaris independen berpengaruh negatif memberikan kesempatan pada semua pihak untuk
signifikan terhadap manajemen laba. Sejalan mengemukakan pendapat dan berdiskusi secara
dengan hal tersebut, menurut Vafeas (1998) terbuka tanpa merasa adanya tekanan dari pihak
peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat lain. Di Indonesia proses rapat yang baik
meningkatkan kualitas laba dengan membatasi seringkali tidak terjadi karena budaya ketimuran
tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring orang Indonesia, yaitu adanya rasa ketakutan/
atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang kekhawatiran pada dampak di masa yang akan
dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh datang. Ketakutan/ kekhawatiran karena adanya
jumlah atau ukuran dewan komisaris. seseorang atau lebih yang mendominasi jalannya
Penelitian yang dilakukan oleh Haniffa dan rapat. Oleh karena itu, setiap anggota dewan
Cooke (2002) juga mendukung hasil penelitian ini. komisaris diharapkan untuk tetap berpegang pada
Apabila jumlah komisaris independen semakin prinsipnya masing-masing untuk kepentingan
besar atau dominan menurut Haniffa dan Cooke perusahaan, daripada harus menyetujui suatu
(2002) memberikan kekuatan (power) kepada keputusan yang jelas merugikan perusahaan
dewan komisaris untuk menekan manajemen (Muntoro, 2006).
dalam meningkatkan kualitas pengungkapan Dengan demikian hal tersebut tidak
perusahaan. Dengan kata lain, komposisi dewan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Xie et
komisaris independen yang semakin besar dapat al (2003) yang menemukan bahwa semakin sering
mendorong dewan komisaris untuk bertindak dewan komisaris mengadakan rapat, maka fungsi
objektif dan mampu melindungi seluruh pengawasan semakin efektif sehingga
stakeholder perusahaan sehingga hal ini dapat pengungkapan yang dilakukan perusahaan akan
mendorong pengungkapan lingkungan perusahaan semakin luas. Begitu pula Brick dan Chidambaran
lebih luas. (2007), mengatakan bahwa semakin sering dewan
komisaris mengadakan rapat maka akan semakin
Hasil Pengujian Jumlah Rapat Dewan meningkatkan kinerjanya. Hal tersebut berdampak
Komisaris Memoderasi Pengaruh Positif pada peningkatan pengungkapan informasi oleh
Manajemen Laba terhadap Pengungkapan dewan komisaris terkait dengan pengungkapan
Lingkungan Perusahaan. lingkungan.
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah rapat
dewan komisaris tidak memoderasi pengaruh Hasil Pengujian Jumlah Anggota Komite Audit
positif manajemen laba terhadap pengungkapan Memoderasi Pengaruh Positif Manajemen
lingkungan perusahaan. Hasil penelitian ini Laba terhadapPengungkapan Lingkungan
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Perusahaan.
Waryanto (2010) yang menemukan bukti bahwa Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah anggota
tidak terdapat hubungan antara jumlah rapat komite audit memoderasi pengaruh positif
dewan komisaris dengan tingkat pengungkapan manajemen laba terhadap pengungkapan
CSR. Begitu pula dengan penelitian yang lingkungan perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai
dilakukan oleh Suhardjanto, et al. (2010) yang dengan harapan dari penelitian, semakin besar
menyatakan bahwa jumlah rapat dewan komisaris jumlah anggota komite audit maka fungsi
tidak berpengaruh terhadap kinerja lingkungan pengawasan akan semakin efektif sehingga akan
suatu perusahaan. menurunkan manajemen laba dan dapat
Hal ini terjadi dimungkinkan karena rapat memperlemah pengaruh manajemen laba terhadap
yang dilakukan oleh dewan komisaris kurang pengungkapan lingkungan perusahaan.
efektif. Proses rapat yang baik seharusnya
69
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

Hal ini didukung oleh penelitian Foker, 1992 rapat komite audit memiliki hubungan yang
dalam Said et al., 2009 yang menjelaskan bahwa signifikan terhadap hubungan manajemen laba dan
komite audit merupakan alat yang efektif untuk pengungkapan lingkungan perusahaan. Semakin
melakukan mekanisme pengawasan, sehingga sering mengadakan rapat, maka koordinasi komite
dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan audit akan semakin baik sehingga dapat
kualitas pengungkapan perusahaan. Penelitian melaksanakan pengawasan terhadap manajemen
yang dilakukan oleh Ho dan Wong (2001) dalam dengan lebih efektif. Dengan demikian perusahaan
Said et al. (2009) menyatakan bahwa keberadaan diharapkan dapat mendukung peningkatan
komite audit berpengaruh secara signifikan pengungkapan informasi sosial dan lingkungan.
terhadap luas pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure) yang dilakukan perusahaan. 5. Kesimpulan
Sejalan dengan penelitian Ho dan Wong Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(2001) dalam Said et al. (2009); Handajani et al. manajemen laba berpengaruh positif signifikan
(2010) dalam penelitiannya menemukan bukti terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.
bahwa mekanisme tata kelola perusahaan yang Mekanisme tata kelola perusahaan yang diwakili
diwakili oleh komite audit berpengaruh signifikan oleh proporsi dewan komisaris independen dan
terhadap CSR disclosure. Dengan demikian, jika jumlah anggota komite audit memoderasi
ukuran komite audit yang semakin besar pengaruh positif manajemen laba terhadap
diharapkan pengawasan dilakukan akan semakin pengungkapan lingkungan perusahaan. Sementara
baik dan dapat meningkatkan pengungkapan jumlah rapat dewan komisaris dan jumlah rapat
informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. komite audit tidak memoderasi pengaruh positif
manajemen laba terhadap pengungkapan
Hasil Pengujian Jumlah Rapat Komite Audit lingkungan perusahaan.
Memoderasi Pengaruh Positif Manajemen
Laba terhadapPengungkapan Lingkungan 6. Kesimpulan
Perusahaan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan
Berdasarkan pada tabel 3 menunjukkan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
bahwa jumlah rapat komite audit tidak untuk penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan
memoderasi pengaruh positif manajemen laba tersebut antara lain sebagai berikut: 1) nilai
terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. adjusted R square penelitian ini hanya sebesar
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang 12,4 persen, yang masih dibawah nilai adjusted R
dilakukan oleh Xie et al. (2003); Ebrahim (2007); square Handajani et al. (2010) yaitu sebesar 37,9
Xie et al. (2003) dan Ebrahim (2007) menemukan persen. 2) Mekanisme tata kelola perusahaan yang
bukti bahwa tingkat aktivitas komite audit dalam digunakan dalam penelitian ini hanya internal
hal ini pertemuan komite audit berhubungan mechanisms, yang terdiri dari proporsi dewan
negatif dengan manajemen laba. Hal ini dapat komisaris independen, jumlah rapat dewan
dijelaskan bahwa rapat komite audit dilaksanakan komisaris, jumlah anggota komite audit, dan
dimungkinkan karena adanya keadaan yang jumlah rapat komite audit. 3) Dalam menentukan
mendesak atau kinerja perusahaan yang buruk luas pengungkapan lingkungan perusahaan
daripada indikasi melaksanakan pengawasan cenderung bersifat subyektif. 4) Data penelitian
terhadap manajemen (Ebrahim, 2007). diambil dari annual report pada tahun 2008-2011.
Namun demikian hal tersebut tidak Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sun et saran untuk agenda penelitian mendatang agar
al. (2010), yang menemukan bukti bahwa jumlah mendapatkan hasil yang lebih baik adalah sebagai
70
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

berikut: 1) Diharapkan dapat menggunakan Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 11 (1),


variabel-variabel lainnya yang diduga memiliki 30-41.
pengaruh pada pengungkapan lingkungan Organisation For Economic Co-operation and
Development (OECD). (2004). Principles
perusahaan, seperti kinerja keuangan, karakteristik
of Corporate Governance.
perusahaan, ukuran perusahaan dan sebagainya. Prior, D., Surroca, J. & Tribo, J.A. (2008). Are
Dengan demikian kemampuan variabel Socially Responsible Managers Really
independen menjelaskan variabel dependen lebih Ethical? Exploring the Relationship
besar. 2) Perlu menambahkan variabel mekanisme Between Earnings Management and
tata kelola perusahaan yang lain, seperti komposisi Corporate Social Responsibility,
dewan direksi dan karakteristik sub komite. 3) Corporate Governance: AnInternational
Review 16(3), 443-459.
Melibatkan pihak lain dalam menentukan luas
Sabeni, Arifin. (2005). Peran Akuntan Dalam
pengungkapan sebagai bahan pemeriksaan Menegakkan Prinsip Good Corporate
kembali. 4) Data yang digunakan lebih baik data Governance (Tinjauan Perspektif Agency
terkini, karena data yang digunakan dalam Theory), Pidato Pengukuhan Guru Besar,
penelitian ini sudah terlalu lama Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Daftar Pustaka Said, R., Zainuddin, Y. & Haron, H. (2009). The
Relationship Between Corporate Social
Haniffa, R.M. & Cooke T. E. (2002). Culture,
Responsibility Disclosure and Corporate
Corporate Governance and Disclosure in
Governance Characteristic in Malaysian
Malaysian Corporations. Abacus, 38 (3).
Public Listed Companies:. Social
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2009). ED PSAK
Responsibility Journal. 5. (2). 212-226.
No. 01 (Revisi 2009). Jakarta: Salemba
Suhardjanto, Djoko, Dewi Aryane, Erna
Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. Standar
Rahmawati, dan Firazonia M. (2010).
AkuntansiKeuangan. Penerbit: Salemba
Peran Corporate Governance dalam
Empat, Jakarta.
Praktik Risk Disclosure Pada Perbankan
Jensen, M.C. & Meckling, W.H. (1976). Theory of
Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Auditing,
The Firm: Managerial Behavior, Agency
9 (1), 16-30.
Costs and Ownership Structure. Journal of
Sun, N., Salama, A., Hussainey, K. & Habbash M.
Financial Economics, 3, 305-360.
(2010). Corporate Environmental
Klein, A. (2002). Audit Committee, Board of
Disclosure, Corporate Governance and
Director Characteristics, and Earnings
Earnings Management, Managerial
Management. Journal of Accounting and
Auditing Journal, 25 (7), 679-700.
Economicas. 33. (3). 375-401.
Vafeas, N. & Afxentiou, Z. (1998). The
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).
Association Between the SEC’s 1992
(2006). Pedoman Umum GCG di
Compensation Disclosure Rule and
Indonesia. Jakarta.
Executive Compensation Policy Changes.
Kothari, S. P., Leone, A.J, Wasle, C.E., (2005).
Journal of Accounting and Public Policy
Performance mached discretionary accrual
17(1), 27-54.
measures. Journal of Accounting and
Waryanto. Pengaruh Karakteristik Good
Economics 39, 163-197.
Corporate Governance (GCG) Terhadap
Muntoro, Ronny Kusuma. (2006). Membangun
Luas Pengungkapan Corporate Social
Dewan Komisaris Yang Efektif. Makalah.
Responsibility (CSR) di Indonesia. Skripsi.
Universitan Indonesia.
Universitas Diponegoro.
Murwaningsari, Etty. (2009). Hubungan
Xie, B., Davidson, D. III & DaDalt, P.J. (2003).
Corporate Governance, Corporate Social
Earnings Management and Corporate
Responsibilities dan Corporate Financial
Governance: The Role of The Board and
Performance Dalam Satu Continuum.
The Audit Committee, Journal of
Corporate Finance, 9, 295-316.
71
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

Zahra, S.A., Priem, R.L. & Rasheed, A.A. (2005).


The Antecedents and Consequences of Top
Management Fraud, Journal of
Management, 31, 803-828.
72
Zaky M, Muchamad S, Dul Mudi, St. Dwiarso U/ Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(1), 2017, pp 57-72

You might also like