You are on page 1of 11
CITA NEGARA INTEGRAL 5 SAN, ASTIK qn) DALAM UNDANG-UNDANG DASA ane Datji Darmodiharjo +) A toih ae monodualitic in character, he idea of Indo aonoza's and his allies” have a number of differences finden rete yesh othe idee Hae tide pea er Te He of egal wae of ve Constation of 1948, ean Find many Shings hat prove ha ees ee ly. indonesia is stipulated, OF integral state of typical 1, BEBERAPA PENGERTIAN Apatite kta ingin membahas tentang cita negara integralistik indonesia dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, maka tentu kita telah memitiki bahwa dasar pijakan bahasan kita adalah UUD 1945. Cita negara, integralistik yang ingin Fita bahas di sini adalah cita negara integralistik menurut UUD 1945, bukan yang lain. Karena dasar pijakan kita adalah UD 1945 ~ agar tidak ‘menimbulkan kesalahan penafsiran~ dalam uraian makalah ini terlebih dulu perludiberikan beberapa penegasan tentang terminologi “UUD 1945” itu senditi, ersepsi yang sama, Apabila disebutkan “UUD 1945”, maka yang dimaksudkan di sini adalah up 145 sebagsimana naskahnya dimuat dalam Becta Repoeblik Indonesia Tahun tl No.7, langgal 15 Februari 1946. Dasar pentimbangannya adalah sebagai berikut, Pertama, UUD 1945 ~ setelah sekian tahun itinggalkan — dinyatakan berlaku ‘embali dengan Delsit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959. Isi dekrit tersebut diumumkan calam Lembaran Negara RI No, 75 Tahun 1959, tanggal 5 Jui 1959. Lembaran Negara ‘escbut memuat pula lampiran naskah UUD 1945 yang isinya ternyata terdapat banyak Xesalahan eetakan, sehingga sangat mengganggu pengertian. Lebih jauh lagi, naskah LUD 1945 dalam lampiran itupun tidak sesuai dengan naskah yang dimuat dalam Berita ‘Negara RE Tahun It No. 7, tanggal 15 Februari 1946. cE 5 ; i ) Tolisan int merupakan perbaikan atas makalah yang pernah dibawekan penulis dalam Seminar uy Pandangan tategralistik Indonesia, bertempat di BP-7 Pusat, Jakarla, tanggal 2-4 Agustus 1994. ") Guru Besar Fakultas Hokum Universitas Tarumanagara. 71095 No. 9/ Th. RA HUKUM carn Pensntingsn Usnwn Babak M1 Sidang Kontanis Kedua, dalam ve merintah RI telnh memberikan keterangan yang mend, ukung tmnggal 21 Mei 1958, Fer pata itu, Perdana Menteri Djuand member sin rane aa ee Vemerint daar rangka Kembali ke UUD 1948), yang errant < ave adalah sebagai berikut: fain net Pemerintah perlu menegaskan pertama-tama bahwa dalam Smuts ae undang Dasar 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik A a pereyang pad asian, yang dimuat dalam Berita Republik Indonesis ren rei No, 7 tangga! 15 Pebruari 1946, yang harus dipandang sebagai rato ami oleh Pemerintah (Yamin, 1960; 304). aoe ee it dalam Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 itu sendiri tidak ae ev np naskah UUD 1945 yang telah diadakan perubahan. Hal inj ace rmennjukkan, bahia perbedaan naskah UUD 1945 pada lampiran itu semata mata karena kesalahan pengetikan, bukan sesuatu yang disengaja. Seth ade esaraan pandangon tentang “UUD 1945” yang mana yang ijadikan dasat pijakan, maka perlu pula diberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan “integralistk tersebut, Secara leksikal, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata “integalistik” mengancung makna “bersifat integral; merupakan satu Kkeseluruhan, ,” sedangkan kata “integral” itu sendiri bermakna “mengenai keseluruhannya; meliput seluruh bagian yang perlu untuk menjadikan lengkap; utuh; bulat; sempuma; tidak terpisabkan..” (Depdikbud, 1991: 383). Dengan demikian, secara sederhana cita negara integralistik dapat diartikan Schagaicita negara (Staatsidee) yang bersifat lengkap, utuh, dan bulat, dalam arti unsur- unsumya tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Sifat-sifat tersebut mencakup semua Komponen dalam negara (pemerintah dan rakyat), baik dalam hal kedudukan, fungsi, Serta hak dan kewajibannya, Adapun apa yang dimaksud dengan “cita negara”, kiranya dak pert diuraikan lebih lanjut, mengingat hal ini ni telah disinggung panjang lebar oleh A Hamid Saleh dalam disertasinya (1990: 48 et seq.). ‘eink ing disingkat “Badan Penyelidik"/BPUPKD), ate ini dalam kaitannya dengan beberapa imaksud adalah teori integralistik yang teori yang di JRA INTEGRALISTIK INDONESiA o, tA " UNOANG-UNDANG DASAR @ 1045 cathan pad Abad 18 dan 19 oleh Spinoza, a vay sekarang, apakal cita negars integral vet teaistik Vest Spinoza, Adan, Men ena sejak jauh-jauh hari Socpomo telal 4a jntegralistik, Indonesia berbeda dengan int stakan, cita negara integralisitik yang dikem indonesia sendiri, khususnya kehidupan in kekeluargean, gotong royong, dan ; non ‘nasih disempumaker ii ol we aa Pandangan Soepomo satkan pengakuan terhadap hak-tak individ St, yakoi_ dengan ys Vida dan warge negara ina pula etatan cist pandangan Soepomo dalam Bahar ef al, (1992: 36-37). Meskipon telah dinyatakan ada perbedaen antara dua cita negara integrals it iam perkembangannya kemudian muncul berbagai tanggapan yang menjurus menj adi jenik berkepanjangan. Ada yang mempertahankan pendapal, bahwa cita ee aegis Indonesia adalah Khas Indonesia, tetapi adn yang berpendapat stalya, tshwa ita negara tersebut tidak ada bedanya dengan integralisik Barat Tanpa snengurang! hormat saya terhadap pendapat terakhir ini, saya ‘memandang identifikasi demikian itu Kurang tepat. Cita negara integralistik Indonesia bukanlsh jpiakan hasil pemikiran Spinoza dan savan-tawan, Cita negara integralistik Indonesia merupakan basil pemikiran yang dianghat dari cita negara bangsa Indonesia sendir. Babkan, menurut suatucatatan, pada sahun 683 Masebi telah terdapat suatu prasasti peninggalan Dinasti Syailendra waktu mendirikan negara Sriwijaya, yang menegaskan bahwa cita ‘negara integralistik itu telah ‘a, Pada prasasti itu dituliskan, bahwa mercka mendirikan negara Srivijaya agar ralyatnys jaya-sejahtera-sentosa (marvuat wanua Crivijaya jaya siddhayaira subbhitsa). Dj sini teribat, bahwa tidak ada dualisme antara unsur negara (baca: pemerintah) dan raat, Adam Miler, Hogel, dan Ininctsin istik Indonesia identi lentik dengan cita dan Hegel itu? me h Imemberikan Penegasan, bahwa cita legralistik Barat (Jerman). Soepomo wukakannya diiham pandangan hidup esyarakal desa yang sclalu menjunjung isi Sekalipun cita negara integralistik Indonesia ini digati dari bumi Indonesia sendii tentu saja ada nilai-nilai yang dapat bercorak universal (dalam art tidak spesifik Indonesia). Dalam konteks inilah ada kemungkinan cita negara integralistik Indonesia nremilki persamaan dengan integralistik Barat, walaupun ada perbedaannya secara prinsip. ‘Titik persamaan itu, misalnya, tampak pada konsep yang sama-sama meniadakan ‘halisme antara negara dan rakyat, Cita negara integralistik Indonesia memandang Keberadazn negara sebagai unsur yang tidak terpisahkan (manunggat) dengan rakyat. gpa HUKUM No 3 / TH 17 1085 Schagaimana layaknya suatl anti salah satu tidak dapat meniadakan ANE lain k yal fangs tertent terhadap keseluruhan sistem yang bulat don Fegiua unsur ita emp e h é Fandangan denikian Kurang lebih sania dengan cita negara integralistk ay uth (Magmis-Suseno, 1992: 89-102). Apabila tik persamaan di atas dipakai sebagai alasan untuk mengident integralistik Indonesia dengan integralistik Barat, tentu saja tidak ‘epat. Apabila kita mmempelajan itsafat Timur (seperti India dan Cina) akan tampak jelss, bahwa cara pandang monodualisme seperti yang dianut bangsa Indonesia pun banyak mewamaj pandangan hidup bangsa-bangsa Timur itu. Sekalipun integralistik Barat dan integralistix Indonesia mempunyai titik temu. pada hakikatnya terdapat pula sejumlah perbedaan yang amat prinsipil. Pertama, cita negara integralistik Barat - seperti yang dikembangkan oleh Hitler i Jerman ~ bermuara kepada negara totaliter yang anti-demokresi. Dalam cita negara integratistik Indonesia, yang diinginkan justru sebaliknya (hubungkan dengan sila ke-4 Pancasila). Kedua, totaliterisme integralistik Barat juga mengajarkan, bahwa penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia bukanlah sesuatu yang mutlak. Hak-hak asasi manusia ini dapat saja dilanggar apabila negara menghendakinya. Pandangan ini tidak sesuai Gengan cita negara integralistik Indonesia. Dalam pandangan bangsa Indonesia, hak- hak asasi manusia harus dijunjung tinggi karena pelanggeran terhadap hak-hak asasi manusia berarti pengingkaran atas harkat dan martabat manusia ita sendiri. Ketiga, cita negara integralistik Barat beranjak dari teori kedaulatan negara, yang memberikan kekuasaan mutlak pada negara, sedangkan integralistik Indonesia berangkat deri teori kedaulatan rakyat. Menurut teori kedaulatan rakyat, kedaulatan tertinggi justru ada di tangan rakyal. yang dalam wujud konkretnya kemudian didelegasikan lagi kepada wakil-wakilnya yang menjelma dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat. IU. PERWUJUDAN CITA NEGARA INTEGRALISTIK DALAM UUD 1945 Perwujudan cita negara integralistik Indonesia buken sesuatu yang berpijak pada angan-angan semata, tetapi sudah ditangkan dalam produk hukum positif, Sarana Pénvangan dalam hukurn positif itupun sengaja dipilih dalam perangkat hukum tertinggi aa eit Pendang-andangan di Indonesia, yaitu pada UUD 1945, khususnya ‘alnorm (nove dees —_" teori Hans Nawiasky disebut Staatsfindamen- -GARA INTEGRALISTIK INDONES/A th NEM DALAM UnDaNa, -UNDANG DASAR 194 5 Norma dasar yang menjadi Staatsfnrdamentatnorm sh Pacasla. Sesui dengan namsnya - Panes wate ue la SRSA YG ul Wh Mangas il sh lene gan erat tersendirl secara terpisah dengan keseu uh idak dapat dipahami 1a sila-si| i i dengan 1eBAS telah dicantumkan dalam Ketetapan MPR ee Hal ini pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ( tia Pave vs vane Ekapras 15a). indang demikian dengan sendirinya telah menunjukke axa wets n, bahwa Pancasila itu bersifat Pancasila sebagai dasar negara digali dari bud F : fa ban, aiisatsasikan dari pandangan hidopnya, Memang dale pee Hi iB dalam proses perumusan dasar negara itu terdapat berbagai usul, baik dari perseorangan, tim (Panitia Sembilan), atau badan (Badan Penyetidil) etapi rumusan finainya merupakan Kesepakatan (konsenss) nasional, yaitu putusan Panitia Pesiapan Kemerdekaan Indonesia (PPK). Putusan PPKI iniloh kermudian berbentuk UUD 1945 yang disahken pada tanggal 18 Agustus 1945, Dengan demikian, secara yuridis konstitusional Pancasila mempunyai kedudukan yang sangat Kuat. Di muka telah disebutkan, bahwa Staatsfundamentalnoret dalam tatanan hukum positif Indonesia adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Menurut Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia, perwujudan sumber dari segala sumber hukum RI tersebut yang pertama adalah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Proklamasi ini juga dikumandangkan ke seluruh dunia oleh Soekamo dan Mohammad Hatta tidak atas nama pribadi, tetapi atas nama seloruh bangsa Indonesia (suatu bukti integralistik Indonesia pula), Proklamasi Kemerdckaan 17 Agustus 1945 ini pertama kali disebutkan sebagai perwujudan sumber dari segala sumber hukum ‘arena merupakan detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus merupakan detik pembangunan tertib hukum nasional, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 inipun tidak dapat dipisahkan dengan Pembukaan UUD 1945 karena Pembuksan UUD 1945 merupakan uraian terinei dari Proklamasi Pembukean UUD 1945 terdiri dari empat alinea, yang secara keseluruban mengandung empat pokok pikiran, Watzupun sama-same berjumlah empat, tidak lela berarti pokok pikiran pertama identik dengan alinea pertama, pokok pikiren kkedua identik dengan alinea kedua, dan seterusny2. Apabila dikaji secara cermal, ‘empat pokok pikiran itu justru mengacu kepada lima sila Pancasila, ‘ara Republik Indonesia ERA HUKUM No. 9/ Th. | / 1998 pokok pikiran pestama Pesibuksan UUD 1945 (scbagaimana dikutip dari 1945) lengkapnya berbunyi sebagai berikut: _ symelindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh fasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan Penjelasan UUD Negara - begitu bunyinya tumpah darnh Indonesia dengan berdi jal bagi seluruh Rakyat Indonesia.” Dalam Pembukaan ini ditorima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya, Jadi negara mengatasi segala 1a paham perscoramgan. Negara, menurut pengertian paham golongan, mengatasi segal “pembukaan” stumenghendaki persatuan, metiputi segenap bangse Indonesia seluruhnya, Tnitah suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan. Pengertian paham negara persatuan (istilah ini antara Jain digunakan oleh Notonagoro) dalam pidalo Soepomo tanggal 31 Mei 1945 di depan Sidang Badan Penyelidik disebut dengan alian pikiran atau teori negara integralistik embali menengok kepada alinea-alinea Pembukaan UUD 1945, Karakteristik cita negara integralistik Indonesia itu kembali dapat kita temukan. Pada alinea pertama dinyatakan, bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala taka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan kerena tidak ‘aan dan perikeadilan. Pandangan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa menunjukkan pula corak integralistik itu, Bangsa Indonesia memandang dirinya sebagai bagian dari bangsa-bangsa di dunia, yang eksistensinya bergantung pada eksistensi bangsa-bangsa lain secara kescluruhannya. Pada alinea kedua ditegaskan, bahwa perjuangan rakyat Indonesia telah sampai ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, perdaulat, adil dan makmur, Kalimat ini menunjukkan bagaimana pandangan bangsa Indonesia terhadap dirinya sendiri sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kemerdekaan Indonesia adalah kemerdekaan seluruh bangsa, demikian juga keadilan dan kemakmuran yang dicita-citakan, Pada alinea ketiga, bangsa Indonesia kembali mempertihatkan corak integralistiknya yang utuh menyeluruh, Di sini bangsa Indonesia menyatakan, bahwa kemerdekaan yang dicapai bukan sekadar perjuangan manusiawi, tetapi juga atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, Corak integralistik Indonesia dengan demikian mengandung dimensi yang lebih Iuas, yang menempatkan manusia selain sebagai mahluk ciplaan Tuhan, yang secara kodrati adalah mahluk pribadi sckaligus mahluk sosial, yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Dengan dasar pemikiran Jika kita bangsa dan oleh sebab itu, sesuai dengan perikemanusi r yeGARA INTEGRALISTIK INDONESIq A DALAM UNDANG yp a NG-UNDANG OASAR 1945 y, make bangsa Indonesia akan dapat my ent ala keadaan selarns, serasi, dan cinbang, baha, i ida linen ke pemikian juga pa eempat Pembue, ; gx nasional negara Indonesia. Di sinj juga nr UD 1545, diamanatkan tentang . fampak intopratigs * spt karen pemerintah yang dibemtuk adalah renernutnh din Indonesia Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, ven seyenap encerdaskan Kehidupan bangsa, dan ikut melaksenakan va kesten lunia dan keadilan sosiat evans Gia epabila kehidupannya yw i etna kemerdekaan, perdamaian abadi, Mengingat Pembukaan UUD 1945 juga men . . igandur i ruaknawiyah sangat Sekat dengan pengertian cita oer a et (yang integralstle inipun ikut mewarmai ideologi negara RI, }, maka pandangan Karakteristik cita negara intepralistik itu selain tercermin dati alineacalinea ipukaan UD 1945, secara tangsung dapat ditemukan pula dalam. Pasal-pasal Batan, ‘wih UUD 1945, Sekadar conto, dapat dina Pasa 1 Ayat (1,2 aye (hy, 3 2 33,35, dan 36. Gita negara integralistik Indonesia lebib-lebi lagi tampa elas dalam ursian perjeasan UD 1945, Di muka telah ciuraikan, bahwa Pembukaan UUD 1945 selain tei deri empatalinca juge mengandung empat pokok pikiran yang mengandungsia- sia Pancasila, Latar belakang pemikiran tersebutditerangkan oleh suatu rangkaian kata dalam Penjelasan UD 1945. Rangkaian kata yang dapat disebut setagoi “alimat lnc” itu menyatakan, bahwa undang-undang dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasainya. Bagaimana kalimat ini harus iartikan? Sebagaimana dikutip di depan, pokok pikiran pertama Pembukaan UUD 1945 menerima aliran pengertian negara persatuan (teori negara integralistik). Jika dicermati, bunyi pokok pikiran tersebut tidak lain mengandung sila ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia. Selanjutnya dapat diamati, bafwa pokok pikiran kedua mengandung sila telima, pokok pikiran ketiga mengandung sila keempat, pokok pikiran keempat mmengandung sila pertama dan kedva. Dengan demikian, dari “kalimat kunci” itu dapat cisimpulkan, bahwa pasalpasal alam Batang Tubuh UUD 1945 merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila, Ini tidak hhin karena pokok-pokok pikiran itu mengandung sile-sila Pancasila. Artinya, apabila a ingin menjabarkan nilai-nilai Pancasifa tidak boleh kits menarik Iangsung deri sila- Sila itu, tetapi harus “taat asae” melalui penjabaran yang dimust dalam Pembukaan dan Bateng Tubuh UUD 1945, Dengan demikian, diharapkan tidak akan ada penjabaran ERA HUKUM No. 3/ Th. 1/ 1995 nian Pancasita yang sitmpang sir, yang dikhawatirkan ~ pada ailirnnya~ matahan tnunghin aan bertolakbelakang denon UUD 1945, Sebagsicontoh,apabila kta ingin menjaborhan nits-niti yang terkandung dalant sila pertama Paneasita, seharusnya kit, mvengacu pada Pembukaan, Pasal 29 Natang Tubuh UU 1945, dan Ketetapan MPR No. TEMPR/1978, Juga apabila kta ingin menjabarkan nilai-nilai sila Kedua, kita juga seharisnya mengacu pada Peinbukaan, Batang Tubuh Pasal 27, 28, 29, 30,31, 32, 33, dan 34, serta ketetapan MPR di alas. Demikianlah seterusnya, Dalam Penjelasan UUD 1945 selanjutnya dinyatakan, bahwa Pokok-pokok pikiran Pembukaan WUD 1945 tersebut meliputi suasana kebatinan ‘Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok- pokok pikitan ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechesidec), yang dalam hal ini kiranya lebih tepat apabila diterjemahkan dengan cita hukum, yang menguasai hukum dasar, baik hukum yang tertulis (undang-undang dasar) maupon hukum yang tidak tentulis, Pengertian cita hukum dan cita negara ini mempunyai hubungen yang erat sekali, sehingga tidak dapat dipisahkan, Para pendiri negara kita sejak semula sudah'menegaskan, bahwe untuk memahami suatu undang-undang dasar, tidak cukup dengan hanya menelaah teksnya saja, Bahasa memiliki keterbatasan yang bagaimanapun tidak akan mampu mengungkapkan Keseluruhan realitas yang ada secara tepat. Untuk memahami dengan lebih mendalam, orang hans mempelajari bageimana susasana teks undang-undang dasar itu dibuat. Dy sini kita diajak untuk melihat proses penyusunan undang-undang dasar itu. Artinya, kita dirvinta untak tidak memberi penafsiran suatu teks secara gramatikal semata, tetapi juga Mengintepretasikannya menurut sejarah terjadinya, sehingea suisana kebatinan yang tidak tertuang dalam teks itu dapat ikut dirasakan pula. Dari catalan sclama proses penyusunan UUD 1945, dapat dilihat betapa kuat keinginan bangsa Indonesia itu untuk mendirikan negara Republik Indonesia yang Dercita negara integralistik, Cita negara ini sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang lan kesatuan (pandangan integralistik; bhinneka tungeal ika; mitreka satata), Akbimya, untuk mempertegas kembali, bahwa corak karakteristik integralistik Indonesia telah tercermin dalam UUD 1945, dapat ditunjukkan pada kunci-kunci pokok sistem pemerintahan negara RJ. Sistem Pemerintahan negara RI menyatakan, bahwa CITA NEGARA INTE ‘GRALISTIK INDONES\4 ALAM Uns . IDANG-UNDANG DASAR 1946 discbut Majlis Permusyawaratan . Rakyat (MPR i it Indonesia, ini ). sebagai penje i ava Kenia inlsh yang monn dan meagan aan by Men fora (Wakil Presider), Walaupun dua ita (ynitu KeploNewn ‘ sain dan dij dari penggunaan dua nama Jabatan itu te teh orang yang sama, konsekuns Kemudian, diura mudian, diuraikan pula, bahwa di bawah MPR terdupat Presiden sebagai penyelenggara pemerintah Negara tertinggi “ tidak boleh sejajar dengan MPR, ectay ee ee eli. Atinya, Kedudlckan Presiden power and reponse spon me en RI mengenal asas “concentration of Sejajar i awa = mm) Paces ate terdapat suatu badan yang disebut Dewan Perwakilan ae een bertanggung Jawab kepada DPR, tetapi dalam menjalankan ‘embaga tinggi negara itu harus senantiasa bekerja sama. Di sini tampak, bahwa DPR yang nota bene terditi dati wakil-wakil pilitan rakyat itu, ditempatkan sebagei penyeimbang kekuasaan yang dimiliki Presiden Presiden dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh para menteri negara, yang sepenubnya bertanggung jawab langsung kepada Presiden Kemudian dinyatakan, bahwa kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Di sini tampak, istlah yang digunakan bukan lagi Presiden, tetapi Kepala Negara. Pada negara-negara yang pemerintahannya bersistem parlementer, misalnya, posisi kepala negara dipisahkan dengan kepala pemerintahan. Presiden adalah jabaton kepala negara dan perdana menteri adalah kepala pemerintahan, Pada beberapa negara yang berbentuk kerajaan, posisi kepala negare diserahkan kepada seorang raja atau ratu yang menjabal secara turun-temurun, Kekuasaan seorang kepala negara umumnya lebih Jeuat daripada kepala pemerinlahan, Bahkan, pada negara-negara fertentu, kekuasaan ini cenderung tidak terbatas, Dalam sistem pemerintahan negata Indonesia, kekuasaan Kepala Negara RI adalah tidak tak terbatas, schingga dengan sendirinya kekuasaan Presiden RI tidak tak terbatas pula, Adanya perimbangan kekuasaan antara negara (baca: pemerintah) dan rakyat (melalui wakil-wakilnya) dalam sistem pemerintahan negara RI menggambarkan corak integralistik yang khas Indonesia, Sesuai dengan pokok pikiran ketiga yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan yang mengandung sila keempat Pancasila, rakyatlah ‘yang berdaulat (teori kedaulatan rakyat), bukan negara, Sekalipun demikian, rakyat tidak dapat secara langsung menggunakan kekuasaan itu, sehingga penggunaan kekuasaan itu disetahkan kepada wakil-wakil yang dipilih sendiri oleh rakyat. Wakil-wakil rakyat ini kemudian mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil ERA HUKUM No. 9/ TH. 1/ 1995 sun tersebut pada hakikotnys juga hasil pillhan rakyat angkati kir yang integralistik pula. Presiden), Artinya, peng kians menvnjukkan pola pil sendiri, Mekanisme demil 1V, PENUTUP an kembali, bahwapertama, cita negara Sebagai penutup, kiranya patut diungkaph integeatisitik Indonesia tidak dapat dikotakan hasil jiplakan cita negara integralistik Barat, Keduanya memiliki arakteristik yang berbeda, sekalipun dalam beberapa hal ada juga kesamaannya. Secara historis, cita negara integralistik ini telah terbukti eberadaannya sejak jaman Sriwijaya. Kedua, untuk memahami cita negara integralistik Indonesia selayaknya kita bali kepada Pancasila dan UUD 1945, yang melipult baik Pembukaan, enjelasannya. Pembukean UUD 1945 secara keseluruhannya ai-nilai Pancasila, Jelasnya, Pembukaan UUD 1945 tidak sekadar mencanturtl car negara Pancasila dalam alinea keempat, tetapi isi Keseluruhan dari Pembukaan UUD 1945 merupakan penjabaran sila-sila (nilai-nilai) sedangkan Pembukaan UUD 1945 ‘mengandung pokok-pokok pikiran yang sendiri. Dengan dasar kalimat “Undang- Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan dalam pasat-pasalnya,” maka secara “taat asas” penjabaran sila-sila Pancasila harus melalui Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Secara keseluruhannya, Pembukaan, Batang ‘Tubuh, dan Penjelasan UUD 1945 tersebut merupakan perwujudan cita negara integralistik meninjau ket Batang Tubub, maupun P sewyjudan nil merupakan pe kan rumusan da: Pancasila, tidak lain adalah sila- sila Pancasila itu Indonesia. gITA NEGARA INTEGRALISTIK NDONESIA og LAM UNDANG-UNDANG DASAR 1948 DAFTAR PUSTAKA xtamion, A, Hamid. "Poranan Keputusan Preside i , Pemeriniahan Negara.” Disertays cme Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Jakarta: Universitas Indonesia, 1999 ‘Mmemperolch gelar doktor dalam ilmu hukum, Baban-bahan Penaaran P-4, Jakarta: BP-7 Pusat, 1993-1994 Baha, 8. Saga, Nia Kusuma, A. (Eds), Rislah Sudan Badan Peneliik Uohonutaha werk 1 Me ‘ckoan indonesia (PUPKI), Pantia Persiapan Kemerdekoan Indone- sia (PPKY), 29 Mei 1945-19 Agustus 1945, Bdsi tC : : RI. 1992. et, ke-2, Jakarta: Sekretariat Negara Magnis-Suseno, Franz, Filsafat Sebayai tne Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 1993, Mocediono. “Paham integralistik: Bukan Liberalisme dan Bukan Konmunisme,” Matalah, disampaikan scbagai sambutan pada Seminar Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegata, Jakarta: BP-7 Pusat, 24 Oktober 1989. Notonagoro, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (Pokok Kaidak Fundamental Negara Indonesia). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1957. Republik Indonesia, Berita Negara Indonesia Talon II No. 7, tanggal 15 Februari 1946. , Lembaran Negara Republik Indonesia No, 75, 1959, tanggal 5 Juli 1959 tentang ‘Undang-Undang Dasar 1945. , Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, tanggal 5 Juli 1966, tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Uratan Peraturan Perundangan Republik Indonesia, . Ketetapan MPR No, IV/MPR/1978, tanggal 22 Maret 1978, tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pencakarsa). Ketetapan MPR No. IVMPR/1993, tanggal 9 Maret 1993, tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, Simorangkir, LC-T., Penetapan UUD, Jakarta; Gumung Agung, 1984. Wahyono, Pedmo, “Pandangan Integralistik Indonesia,” (Makalah BP- 7 Pusat) Yamin, Mohammad, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Jitid I-I0l, Jakarta: Yayasan Prapantja, 1959-1960, u

You might also like