Suatu kenyataan hidup bahwa manusia itu tidak sendiri.
Manusia hidup berdampingan, bahkan berkelompok-kelompok
dan sering mengadakan hubungan antarsesamanya. Hubungan
itu terjadi berkenaan dengan kebutuhan hidupnya yang tidak
mungkin selalu dapat dipenuhi sendiri. Kebutuhan hidup manusia
bermacam-macam. Pemenuhan kebutuhan hidup tergantung dari
hasil yang diperoleh melalui daya upaya yang dilakukan. Setiap
waktu manusia ingin memenuhi kebutuhannya dengan baik. Ka-
lau dalam saat yang bersamaan dua manusia ingin memenuhi
kebutuhan yang sama dengan hanya satu objek kebutuhan, se-
dangkan keduanya tidak mau mengalah, bentrokan dapat terjadi.
Suatu bentrokan akan terjadi juga kalau dalam suatu hubungan,
antara manusia satu dan manusia lain ada yang tidak memenuhi
kewajiban.
Hal-hal semacam itu sebenarnya merupakan akibat dari ting-
kah laku manusia yang ingin bebas. Suatu kebebasan dalam
bertingkah-laku tidak selamanya akan menghasilkan sesuatu
yang baik. Apalagi kalau kebebasan tingkah-laku seseorang tidak
dapat diterima oleh kelompok sosialnya. Oleh karena itu, until
menciptakan keteraturan dalam suatu kelompok sosial, baik de
lam situasi kebersamaan maupun dalam situasi sosial diperlukan
ketentuan-ketentuan. Ketentuan itu untuk membatasi Ok
tingkah laku itu. Ketentuan-ketentuan yang diperlukan adalaie SITE CTE SS
ketentuan yang timbul dari dalam pergaulan hidup atas dasa,
kesadaran; dan biasanya dinamakan hukum. J adi, hukum adalah
ketentuan-ketentuan yang timbul dari pergaulan hidup manusig_
Hal itu timbul berdasarkan rasa kesadaran manusia Itu sendy,
sebagai gejala-gejala sosial. Gejala-gejala sosial itu merupakay
hasil dari pengukuran baik tentang tingkah-laku manusia dalan,
a. *
ca eaten tingkah laku manusia bermacam-ma.
cam corak, tergantung dari berat ringannya reaksi yang diberikan
dalam memberikan penilaian. Berdasarkan berat ringannya reaks}
tersebut, akan ada ketentuan yang berkenaan dengan kesopanan,
kesusilaan, dan hukum. Jenis-jenis ketentuan itu berbeda dalam
pelbagai hal dan akan terlihat secara nyata kalau suatu ketentuan
dilanggar oleh manusia. Misalnya, suatu ketentuan menyatakan
bahwa setiap orang hendaknya saling menghormati. Kalau se-
orang muda bertemu dengan seorang yang lebih tua tidak mem-
beri salam, tingkah lakunya itu kurang hormat. Ja melanggar
norma kesopanan. Akibatnya, orang yang Jebih tua itu tidak mau
menghiraukan kalau suatu waktu bertemu dengan orang terse-
but. Contoh lainnya, kalau melihat seseorang remaja/dewasa
berjalan di muka umum dalam situasi kebersamaan tanpa busana,
kita akan menilai bahwa tingkah laku itu melanggar tata susila.
Akibatnya, kita akan menjauhkan orang itu dari pergaulan karena
tidak pantas diajak bergaul. Pelanggaran ketentuan kesopanan
atau kesusilaan oleh seseorang memang tidak melibatkan ke-
pentingan dan ketertiban kelompok sosial. Hal itu karena sanksi
hanya dikenakan oleh pelanggarnya atau orang yang bersangkutan
dan sifat sanksi itu ringan.
Berlainan halnya dengan ketentuan hukum. Setiap ketentuan
hukum berfungsi mencapai tata tertib antarhubungan manusia
dalam kehidupan sosial. Hukum menjaga keutuhan hidup a6
terwujud suatu keseimbangan psikis dan fisik dalam kehidupa™
terutama kehidupan kelompok sosial yang merasakan tekana?
atau ketidaktepatan ikatan sosial. Berarti, hukum juga menjag*
supaya selalu terwujud keadilan dalam kehidupan sosial (sy |rakat). Jadi, norma hukum merupakan sesuatu yang berkenaan
dengan kehidupan manusia dalam kelompok Sosial tertentu, baik
dalam situasi kebersamaan maupun situasi sosial. Hal itu untuk
mencapai tata tertib demi keadilan.
Hukum sebagai norma mempunyai ciri kekhususan, yaitu
hendak melindungi, mengatur, dan memberikan keseimbangan
dalam menjaga} kepentingan umum. Pelanggaran ketentuan hukum
dalam arti merugikan, melalaikan atau mengganggu keseimbangan
kepentingan umum dapat menimbulkan reaksi dari masyarakat,
Reaksi yang diberikan berupa pengembalian ketidakseimbangan
yang, dilakukan dengan mengambil tindakan terhadap pelang-
garnya. Pengembalian ketidakscimbangan bagi suatu kelompok
sosial yang teratur dilakukan oleh petugas yang berwenang dengan
memberikan hukuman. Ketentuan-ketentuan yang diberlakukan
kepada seseorang yang melalaikan atau mengganggu keseim-
bangan kepentingan umum adalah ketentuan hukum yang berlaku
dalam kehidupan kelompok sosial saat itu, bukan ketentuan hukum
masa lalu yang sudah tidak berlaku atau yang sedang direncanakan
berlakunya. Dengan kata lain, bahwa aturan-aturan hukum yang
berlaku itu merupakan hukum positif. Hukum positif yang sering
juga disebut ius Constitutum ialah ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku pada suatu saat, waktu, dan tempat tertentu.
Sesuai dengan tujuannya untuk mencapai tata tertib demi
keadilan, aturan-aturan hukum akan berkembang sejalan dengan
perkembangan pergaulan hidup manusia. Perkembangan aturan-
aturan hukum itu dalam pelaksanaannya menunjukkan adanya
Penggantian aturan-aturan hukum yang sedang berlaku (hukum
positif). Hal itu karena sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
masyarakat sehingga diperlukan aturan-aturan hukum baru yang
Sejenis. Aturan-aturan hukum yang akan meng, gantikan itu selama
belum menjadi hukum positif — karena masih direncanakan ber-
lakunya — dinamakan hukum yang direncanakan_ (ius evi
tuendum), Aturan hukug baru sebagai hukum positif dan iam
hukum lama yang sudah tidak berlaku lagi, kedua-duanya 0a!pea Pengetahuan hukum dinamakan "tata hukum". Tata huk
ini sepanjang zaman akan selalu ada serta bertambah selama a
kehidupan dan perkembangan hidup manusia. Hal inilah ya ‘
kemudian dicatat sebagai sejarah tata hukum. Mg
Peraturan hukum yang berlaku di dalam suatu kelom,
sosial, ketentuannya tidak terpisah-pisah dan tidak tersebar beh,
melainkan ada dalam satu kesatuan/keseluruhan yang Masing-ma.
sing berlaku sendiri-sendiri. Setiap satu kesatuan yang merupakay
keseluruhan aturan, terdiri dari bagian-bagian. Satu samalain Yang
berkaitan dan tidak dapat dilepas-lepas, disusun secara teraty,
dengan tatanan tertentu merupakan satu sistem yang dinamakay
sistem hukum. Hukum sebagai suatu sistem hukum mempunygj
bentuk-bentuk sistematikanya sendiri. Sistematika didasarkan
hasil pemikiran dalam pembentukan sistem. Sampai saat inj,
sistem hukum dalam kehidupan sehari-hari menurut aliran
anutannya terbagi menjadi empat, yaitu sistem hukum Eropa
Kontinental, Anglo Amerika, Islam, dan Adat. Sistem-sistem hu-
kum ini digunakan oleh negara-negara menurut keperluan hukum
negara dan disesuaikan tujuan dalam bernegara. Dalam hal ini
pun Indonesia termasuk sebagai negara yang memiliki sejarah
dalam melaksanakan hukum. Perkembangan hukumnya pun se-
suai perkembangan bangsa. Indonesia menganut sistem hukum
tertentu untuk memelihara tata tertib demi keadilan bernegara.
Tentunya tidak berlebihan dalam mempelajari hukum Indo-
nesia dan hubungannya dengan hukum sebagai ilmu. Sebagai
pengantar, sistematika uraiannya sebagai berikut. Pendahuluan
diuraikan tentang hukum pada umumnya. Selanjutnya akan di-
lanjutkan dengan uraian tentang hukum berupa arti tata hukum
yang terdiri dari pengertian tata hukum, sejarah tata hukum dan
politik hukum yang meliputi tinjauan pada zaman Indonesia
dijajah dan Indonesia merdeka. Setelah itu akan dijelaskan sedikit
tentang pengertian sistem hukum menuju uraian singkat da"
jenis-jenis hukum yang ada di Indonesia.pap
yUKUM DALAM ARTI
1ATA HUKUM
A. Pengertian Tata Hukum
Tata hukum berasal dari kata dalam bahasa Belanda. Dalam
bahasa Belanda, "recht orde" ialah susunan hukum, artinya
memberikan tempat yang sebenarnya kepada hukum. Yang
dimaksud dengan "memberikan tempat yang sebenarnya" yaitu
menyusun dengan baik dan tertib aturan-aturan hukum dalam
pergaulan hidup. Itu dilakukan supaya ketentuan yang berlaku,
dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyele-
saikan setiap terjadi peristiwa hukum. Tata atau susunan itu
pelaksanaannya berlangsung selama pergaulan hidup manusia
berkembang. Oleh karena itu, dalam tata hukum ada aturan hukum
yang berlaku pada saat tertentu, di tempat tertentu yang disebut
juga hukum positif atau ins constitutum. Aturan hukum sejenis
yang pernah berlaku dan tetap, dinamakan hukum (recht). Dengan
demikian, dapat dimengerti bahwa dalam tata hukum terdapat
bukum positif. Di samping itu, ada aturan-aturan hukum tertentu
Yang pemah berlaku dan sudah diganti dengan aturan hukum
Yang sejenis dan berlaku sebagai hukum positif baru.
Paguimanakah Sampai Dapat Dikatakan Demikian?
Untuk menjawab pertanyaan itu perlu kiranya ditinjau atur-
tif
“aturan hukum positif dalam proses berlakunya. Hukum posit!sebagai
stan atc ee
Bas » ditaati oleh manye;. di
Pergaulan hidup. Aturan itu timbul sclama ketentuan = “kn
— kesadaran hukum masyarakat, di sampin; 7 td be,
igunakan oleh pergaulan hidup itu untuk miencapg Yang
Ketentuan-ketentuannya berlaku untuk menyeleri Keaditan
Peristiwa hukum yang dihadapi manusia. Kalay tend Setian
Peristiwa hukum tertentu, misalnya seseorang ingin ie Suaty
kebutuhannya, dirinya akan berusaha mencari barane ti
dikehendaki, Dia akan datang ke tempat penjualan barang tt
barang yang dibutuhkannya cocok dengan keinginannya, ia ae
menanyakan harga barang itu kepada penjual. Tawar-menaye
yang terjadi dan kesepakatan terhadap harga barang akan —
akibatkan timbulnya hak dan kewajiban bagi kedua belah Ta
Disinilah ketentuan-ketentuan hukum itu mulai berperanan, Pihak
pembeli berkewajiban memberikan sejumlah uang kepada pen-
jual sesuai yang disepakati dan berhak meminta barang yang
dibeli. Di lain pihak, penjual berhak meminta sejumlah uang yang
disepakati kepada pembeli dan berkewajiban menyerahkan
barangnya. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi hak atau
kewajiban itu, ada ketentuan tertentu dalam bidang jual beli itu
yang dapat menyelesaikannya. Contoh lain, seseorang telah
menganiaya orang lain. Dalam pemeriksaan, ia mengaku dengan
jujur tentang terjadinya penganiayaan itu. Maka, ia akan mene-
rima hukuman yang meringankan karena kejujurannya. Akan
tetapi, pengakuan yang berbelit-belit, hukumannya pun akan dap!
memberatkan. Semua ini ada ketentuannya yang mengatu!.
Dari contoh-contoh ini, jelas bahwa selama ketentuan-ke-
tentuan dalam bidang hukum tertentu masih dibutuhkan beak
nya sesuai proses penyelesaiannya, maka terhadap ketentuan
akan tetap berlaku sebagai hukum positif. Perlu diingat yt
manusia sebagai makhluk sosial hidupnya tidak statis. Rast mn
berjalan sesuai rasa adil yang dibutuhkan dalam perkernoas
masyarakat saat itu. Oleh karena itu, ketentuan-ketentua? ves
yang berlaku sebagai hukum positif juga akan berkembans“ eum dalam Arti T;
dengan tujuannya. Berarti, Thukanti ost Tata Hum 5
perubahan dan berkembang sebadiiearaty pun
oleh masyarakat pada saat ity ‘a aturan
si Si
hukum positif yang sudah tidak uatu ketentuay
akan Mengalami
eng dibutuhkan
. mn hukum, seperti
diganti dengan ketentuan hain stain kebutuhan, on
asyarakat saat i nis yang sesuai
my - a Hukum Pengganti, yang sey ia ebutuhan
constituendum wajib berdasarkan kesad, Mula sebagai ins
: ; ‘ faran huku
Hal wets kelak kalau menjadi ius constitutum dapat at
rasa adil yang dikehendaki Masyarakat tanpa suatu falvernunah
inty,
menaatinya. Kalau proses ini berjalan dengan baik dan ins consti
Sth
twendum telah menjadi ius constitutum (hukum positif), aturan
hukum lama yang semula sebagai hukum positif tidak berlaku lagi
Sementara itu, hukum yang baru sebagai penggantinya menjadi
hukum positif. Walaupun demikian, aturan hukum lama sebagai
hukum (recht) yang tidak berlaku lagi dan aturan hukum baru
sebagai hukum positif (positief recht) kedua-duanya merupakan
tata hukum (orden recht). Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam tata
hukum itu terdapat hukum positif dan aturan hukum yang pernah
berlaku dan sudah diganti dengan yang sejenis sebagai hukum
positif. Dalam hal ini dapat dicontohkan: Buku ke satu tentang
perkawinan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS)
diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Proses penggantian aturan-
aturan hukum seperti itu akan terus dilakukan oleh manusia. Hal
itu terjadi selama pergaulan hidup menghendaki adanya rasa adil
sesuai kebutuhan akan ketertiban dan ketenteraman hidupnya.
Berkaitan dengan pengertian tata hukum ini, sebenarnya
masih ada beberapa sarjana hukum yang berbeda pendapat bah-
wa tata hukum diidentikkan hukum positif. Pendapat demikian
tidaklah seluruhnya salah. Hal itu karena suatu pendapat kalau
disertakan argumentasi uraian yang
bahwa pendapat itu benar- Hanya saja
dengan hukum positif, pengertian itu di
bat dari pengaruh penggunaan bahasa
kuat, dapat membuktikan
kalau tata hukum.identik
mungkinkan sebagai aki-
dalam menerjemahkan8 Pengantar Hukum Indonesia
"positief recht". "Positief recht" diterjemahkan menjadi t
kum dan kadang-kadang menjadi hukum positif. wi ha.