You are on page 1of 17
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 15-6 September 2019; Hotel Alano Yogyakarta KARAKTERISTIK MINERAL LEMPUNG DI DUSUN BITING, DESA PELEM, KECAMATAN PRINGKUKU, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR I Wayan Warmada', Hasma Rodiah Sirait” 'Departemen Telotik Geologi, Falailtas Telotik, Universitas Gadjat Mada, jl. Grafika No. 2, Bulaksurmr, Yogyakarta 55281 *Corresponding Author: hasmarodiah s@mailugm.acid ABSTRAK. Persebaran bentonit di Dusun Biting, Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten, Pacitan, Jawa Timur cukup luas dan muclah dijangkau. Sebagian besar bentonit ditambang oleh ‘warga dan dijual kepada kontraktor dengan nilat jual yang rendah, Penelitian ini bertajuan, ‘mempelajari karakteristik dan pemanfaatan bentonit untuk meningkatkan nilai jual. Terdapat 21 ‘atk pengambilan sampel di lokasi penelitian dan 6 dari 21 titk pengambilan sampel dipilih berdasarkan variasi ltologi dan ketebalan singkapan. Lokasi pengambilan sampel termasuk ke dalam Formasi Jaten dan Formasi Wuni, Batuan yang tersingkap di lokasi penelitian adalah batulempung, batulempung lanauan, batulanau tufan, dan batulempung tufan dalam satuan batulempung. Analisis petrografi menunjukkan bahwa batuan-batuan tersebut mengandung mineral lempung, feldspar, kuarsa, oksida besi, dan gelas vulkanik. Mineral lempung duunterpretasikan sebagai hasil ubahan gelas vulkanik. Analisis XRD menunjukkan bahwa batulempung mengandung smektit, Kaolinit, Klonit, laistobalit, kuarsa, pinit, plagioklas, K- feldspar, dan hematit dengan kandungan smektit yang dominan, Smektit memiliki kapasitas pertukaran ion yang rendah sebesar #2233 meq/l00gr dan standar deviasi sebesar 1,84. Komposisi kimia smektit yaitu Na.O <0,01-0,53%, MgO 1,02-7,16%, AltOs 9,52-34,77%, SiO: 18.47- 64,17%, PiOs 0,08-0,25%, KO 0,15-2.99%, CaO 0,15-2.97%, TiOs 0,02-1,39%, Fe:Os 4,32-63,43%, dan MnO 0,01-0,2%. Komposisi kimia bentonit yang paling tinggi adalah silika ($102) dan aluminium, (A103. Berdasarkan analisis XRF dan EDX, Bentonit Biting termasuk ke dalam kelompok Ca- bentonit sent beidelit, Bentonit Biting menunjukkan tekstur cornflake berupa lembaran-lembaran, pada analisis SEM. Berdasarkan mineralogi, Karakteristik kimia, dan karakteristik fisk, montmonilonit berasal dari devitnfikasi dan alterasi hidrotermal. Montmorilonit dapat dimanfaatkan dalam industri pembuatan anggur, minyak kelapa savit, dan keramik dengan pengujian sift fink yang lebih lanjut Kata kunci: bentonut, Biting, montmorilonit, devitrifikasi, dan alterasi hidrotermal I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki cadangan bentonit yang cukup melimpah dan tidak akan habis dalam waktu 50 tahun ke depan (Panjaitan, 2010). Salah satu daerah tambang bentonit di Indonesia terdapat di Pelem, Jawa Timur. Perelitian terdahulu oleh Winarno (2004) menyatakan bahwa endapan bentonit di Desa Pelem merupakan endapan smektit-montmorilonit yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri. Bentonit di Dusun Biting telah ditambang sejak tahun 1900-an hingga saat ini, namun aktivitas penambangan ini mulai berkurang. Oleh Karena itu, pengetahuan tentang karakteristik bentonit dapat menjadi dasar pengoptimalan penambangan dan penggunaan bentonit sehingga dapat meningkatkan nilai jual bentonit Khususnya di Dusun Biting 1042 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 15-6 September 2019; Hotel Alano Yogyakarta Bentonit adalah batuan dengan komposisi lempung kristalin (seperti mineral Iempung) yang terbentuk melalui proses devitrifikasi dan perubahan Komposisi kimia material gelasan berupa tuf atau debu vulkanik (Murray, 1997). Mineral lempung adalah salah satu jenis mineral yang berukuran mikroskopis yang tidak dapat diamati langsung tanpa menggunakan alat (Murray, 2007). Mineral lempung pada umumnya terdiri atas empat grup yaitu kaolinit, smektit-montmorilonit, ilit, dan klorit (Uddin, 2014), Bentonit termasuk ke dalam grup smektit-montmorilonit dimana nama montmorilonit berasal dari jenis lempung plastis yang ditemukan di montmorilonit, Perancis pada tahun 1847 (Labaik, 2006), Berdasarkan Grim (1968), montmorilonit_ memilikirumus [(Mg,Ca)-Al20r5SiOonFO), Smektit-montmorilonit memiliki spesifikasi berdasarkan bentuk strukturnya dan juga komposisi kimia, Menurut Christidis dan Dunham (1993) tipe-tipe smektit berdasarkan ion tersubtitusi dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Mg- smektit dan Fe-smektit; (2) Alsmektit dan Menurut Guven (1991), montmorilonit sendiri dapat diklasifikasikan berdasarkan kation dominan dan genesa montmorilonit seperti: (1) Mg-smektit dengan substitui ion Li'; (2) Logam transisisi smektit (Ni, Co, Zn, Mn, Fe, dan lain-lain); dan (3) Fe-Mg smektit (saponit) yang dijumpai di alam sebagai mineral lempung auttigenik yang terbentuk oleh alterasi batuan vulkanik, Montmorilonit biasanya ditemukan bersama dengan mineral beidelit, nontronit, dan sapronit, Montmorilonit terbentuk melalui pelapukan batuan, proses mineralisasi, proses hidrotermal, proses alterasi abu vulkanik, endapan sedimenter, diagenesis burial dan metamorfisme derajat rendah, Il. GEOLOGI Menurut van Bemmelen (1949), geomorfologi regional Biting terletak di Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian barat sub zona bagian utara, Sub zona bagian utara merupakan zona lajur pegunungan yang membangun mandala morfologi bagian utara dan menjadi batas fisiografi sebelah utara Pegunungan Selatan dengan Zona Depresi Solo yang berkembang dengan pola yang kompleks. Pada bagian paling timur zona bagian utara terdapat lajur-lajur Kambengan dan Plopoh yang memanjang dengan arah BL-Tg, Kedua lajur tersebut terpisah di selatan Wonogiri oleh lembah aliran Sungai Bengavran Solo yang berarah UTL-SBD. Batuan penyusun lajur-lajur Kambengan dan Plopoh adalah sekuen batuan beku dan volkaniklastik berumur Oligo-Miosen, Berdasarkan susunan stratigrafi yang terdapat pada peta geologi regional lembar Pacitan Jawa Timur (Samodra et al., 1992) maka Biting termasuk ke dalam Formasi Wuni dan Formasi Jaten. Formasi Wuni tersusun atas breksi agglomerat berselingan dengan batupasir tufan berbutir kasar dan batulanau, dan batugamping terumbu Koral pada bagian atas (Gambar 1), Umur formasi berdasarkan fauna koral adalah Miosen bawah, Formasi Jaten terdiri atas litologi batupasir kuarsa, batulempung, betulempung Karbonatan, batubara dan sisipan tipis batupasir gampingan. Formasi Jaten terbentuk pada Miosen tengah, Berdasarkan peta geologi regional lembar Pacitan Samodra et al. (1992), secara umum struktur geologi yang terbentuk adalah sesar geser. Sesar yang melevrati Biting adalah Sesar Buyutan diperkirakan dengan arah relatif Baratdaya-Timurlaut, Sesar Rohtawu merupakan sesar geser yang relatif berarah Tenggara-Baratlaut, Sesar Punung 1043 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 15-6 September 2019; Hotel Alano Yogyakarta yang terdapat di sisi Baratdaya lokasi penelitian dengan arah relatif Tenggara- Baratlaut, dan Sesar Pucunglangan yang merupakan sesar geser dengan arah relatif Tenggara- Baratlaut. Struktur geologi tersebut merupakan hasil dari deformasi tektonik dalam kurun waktu Tersier hingga Kuarter. Ill. METODOLOGI Analisis pada bentonit bertujuan untuk mengetahui Karakteristik mineralogi, fisik, dan kimia, Karakterisasi mineralogi menggunakan aralisis petrografi dimana preparasi dilakukan di OBSIDIAN Geo Laboratory Service dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Geologi Optik Departemen Teknik Geologi UGM dan analisis XRD dengan metode clay treatment dilakukan di Laboratorium Geologi Pusat Departemen Teknik Geologi UGM. Karakterisasi sifat kimia mineral menggunakan analisis XRF yang dilakukan di Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir Jakarta dan analisis SEM/EDX yang dilakukan di Tekmira Bandung, serta karaKterisasi sifat fisik mineral dengan analisis KPK yang dilakukan di UPT Laboratorium INSTIPER Yogyakarta. IV. HASIL 1. Lokasi pengambilan sampel Sampel yang dianalisis berjumlah sepuluh sampel. Titik pengambilan sampel tersebar dari timur hingga barat lokasi penelitian seperti pada Gambar 2. 2. Mineralogi, kimia, dan fisik mineral Batulempung secara megaskropis memiliki warna yang bervariasi yaitu warna abtrabu gelap, abu-abu keungu-unguan, warna hija, warna coklat, dan warna kuning kecoklat-coklatan. Tekstur memiliki ukuran butir lempung, basil petrografi menunjukkan komposisi batulempung adalah plagioklas, k-feldspar, Kuarsa, mineral opak, dan mineral oksida, gelas vulkanik (Gambar 3) dengan kandungan mineral pada Tabel 1. Mineral dominan pada sampel adalah mineral lempung dengan kelimpahan sebesar 43,81%, Mineral berikutnya adalah kuarsa dengan persentase sebesar 17,15%, mineral feldspar memiliki Kelimpahan sebesar 11,60%, mineral opak dengan kelimpahan sebesar 14,47%, dan mineral oksida memiliki kelimpahan sebesar 12,98% seperti pada (Tabel 2) Hasil analisis XRD menunjukkan bentonit Biting terdiri dari mineral utama dan mineral aksesori, Mineral utama adalah mineral yang memiliki kelimpahan lebih besar dibandingkan dengan mineral yang lain, Mineral utama dengan kelimpahan yang paling besar adalah mineral smektit dengan persentase sebesar 7434%, kaolinit memiliki Kelimpahan sebesar 5,01%, Klorit memiliki kelimpahan 12,13%, kristobalit memiliki kelimpahan 6,72%. Mineral aksesori yang muncul adalah mineral pirit dengan kelimpahan sebesar 0,80%, kuarsa memiliki kelimpahan 0,65%, plagioklas memiliki kelimpahan 0,16%, k-feldspar memiliki Kelimpahan 0,14% dan hematit memiliki kelimpahan 0,07%, Smektit mineral dominan pada bentonit Biting. Smektit diidentifikasi melalui peak pada d 16,11 A (26 548°); d 16,17 A 26 5,46°), d 16,17 A (28 5.46°); Pada analisis, 1044 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 15-6 September 2019; Hotel Alano Yogyakarta difraksi sinar-X, kaolinit diidentifikasi melalui peak dengan nilai d 7,96 A (26 11,10); 7,67 A (26 11,54); 7,33 A (26 12,06); 3,66 A (28 24,29); 3,59 A (26 24,77); Klorit pada analisis difraksi sinar-X, diidentifikasi melalui peak dengan nilai d 4,52 A (2 19,64); 7,25 A (26 12,2), 4,73 A (28 18,76); Kristobalit pada analisis sinar-X, diidentifikasi melalui peak dengan nilai d 4,04 A (26 21,96); 3,53 A (26 25,24); 3,53 A (28 25,22). Mineral aksesori diantaranya adalah kuarsa, plagioklas, pirit, Kfeldspar, dan hematit. Pirit dapat diidentifikasi melalui peak d 3,09 A (26 28,86) dan 3,09 A (2628,83); Kuarsa diidentifikasi melalui peak dengan nilai d 4,29 A (26 20,7); 4,27 A (26 20,80); 4,29 A (20 20,68); 4,29 A (28 20,7) pada sampel; Plagioklas diidentifikasi melalui peak dengan nilai d 291 A (26 30,69); 2,93 A (28 30,48); 3,79 A (26 23,48) pada sampel; K-feldspar dapat diidentifikasi melalui peak d 3,47 A (26 25,65); 3,26 A (28 27,55); dan 3,14 A 26 28,38); dan Hematit dapat diidentifikasi melalui peak d 3,62 A (28 24,57). Grafik XRD dapat dilihat pada Gambar 4 Karakteristik kimia montmorilonit dapat diketahui melalui hasil analisis XRF dan SEM/EDX. Hasil analisis XRF menunjukkan bahwa sampel memiliki kandungan oksida mayor seperti Naz O, MgO, AlzOs, SiOs, P:Os, K:0, CaO, KO, TiOs, Fe2O3, MnO, dengan nilai LOI berkisar antara 0/15-9,34%. Nilai oksida sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa montmorilonit memiliki struktur berupa comlake (Gambar 5) dengan komposisi montmorionit dominan mengandung unsur Aluminium (Al) dan Ferum (Fe). Kandungan aluminium pada montmorilonit berkisar antara 20-30% dan kandungan Fe berkisar antara 18-26% (Tabel 4). Karakteristik fisik montmorilonit dapat diketahui melalui hasil analisis KPK, Analisis KPK dilakukan untuk mengetahui variasi pertukaran kation pada sampel. Nilai KPK sampel berada pada rentang nilai 20-24 meq/100 gr. Nilai KPK sampel diantaranya adalah 23,58; 20,18; 24,11; dan 21,43 (meq/100 gr) V. DISKUSI DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik mineral lempung 1. Karakteristik mineralogi Komposisi batuan pada pengamatan megaskropis adalah material berukuran halus, material vulkanik bewarna keputih-putihan dan sulfur yang berasosiasi dengan mineral lain. Berdasarkan hasil pengamatan sayatan tipis komposisi batulempung adalah mineral lempung, feldspar, kuarsa, mineral opak, oksida besi, dan gelas vulkanik. Apabila pada bentonit masih ditemukan gelas vulkanik hal tersebut mengindikasikan bahwa alterasi belum berjalan dengan sempurna (Weaver, 1989), Pada batuan masih terdapat mineral lain yang belum terubah menjadi mineral lempung. Kelimpahan mineral yang paling dominan adalah mineral lempung #43,8% sehingga diinterpretasikan bahwa sebagian besar batuan telah mengalami ubahan dan menunjukkan tekstur conflate pada SEM. Menurut Keller et al. (1986) batuan bertekstur connflake terbentuk dari gelas vulkanik yang sudah mengalami pergantian tekstur psewdomorphic. Sebagian mineral lempung pada batuan berdampingan dengan mineral nonmineral lempung dengan ukuran yang halus, Sementara nonmineral lempung hadir sebagai inklusi atau mineral aksesori pada batulempung dan oksida besi. Mineral pada 1045 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 15-6 September 2019; Hotel Alano Yogyakarta batulempung diklasifikasikan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer yang terdapat pada batuan yaitu feldspar, kuarsa, dan mineral opak sedangkan mineral sekunder adalah mineral lempung dan oksida besi, Pada pengamatan petrografi, Kehadiran mineral sekunder menjadi parameter keberadaan mineral Jempung. Mineral lempung berasal dari ubahan mineral-mineral primer pada batuan. Komposisi mineral batulempung melalui analisis XRD (metode clay treatment) menunjukkan bahwa kehadiran mineral lempung memiliki intensitas yang signifikan dibandingkan dengan mineral nonlempung. Mineral lempung yaitu mineral smektit dan kaolinit. Mineral nonlempung yaitu feldspar, kuarsa, Klorit, kritobalit, pirit, hematit, Mineral nonlempung yang dominan hadir pada batulempung adalah mineral silika seperti kuarsa dan kristobalit. Berdasarkan penelitian Morad et al, (2010), keterdapatan smektit pada batulempung disebabkan oleh diagenesis feldspar. Smektit terbentuk pada temperatur dibawah 140°-150°C, Proses diagenesis tersebut berlangsung hingga mineral smektit mengalami perubahan, Mineral smektit dapat berubah menjadi mineral lain sesuai dengan suhu yang sesuai untuk pembentukan suatu mineral. Kehadiran Klorit pada sampel menjadi salah satu penciri alterasi hidrotemal. Klorit terbentuk pada hidrotermal Jemah yang didukung oleh unsur alkali dan alkali tanah, Batuan yang kaya akan montmorilonit dan Klorit adalah batuan yang mengalami alterasi propilitik. Menurut Christidis (2009), bentonit yang terbentuk sebagai hasil alterasi material gelasan oleh fase fluida terbentuk di lingkungan aqieos seperti laut dangkal atau danau. 2. Karakteristik fisik Nilai KPK keempat sampel yang diuji relatif sama yaitu berkisar antara 20-24 meq/100gr. Besar nilai rata-rata KPK bentonit Biting yaitu +2233 meq/l00gr dengan standar deviasi sebesar 1,84. Grim (1978) dalam penelitiannya menyatakan bahwa bentonit memiliki nilai KPK berkisar antara 70-130 meq/100gr. Berdasarkan persentase mineral smektit pada semua sampel, maka nilai KPK tersebut tergolong sangat rendah. ‘Terdapat beberapa faktor yang dapat mengalami kemampuan pertukaran kation, Faktor pertama yang dapat memengaruhi pertukaran kation berdasarkan adalah reaksi batuan dengan air. Pertukaran kation dominan terjadi pada ion Ca, Mg, K, dan Na. Smektit yang telah bereaksi dengan air (meteorik atau alkalin) mengakibatkan sampel mengalami pertukaran kation. Faktor kedua yang memengaruhi nilai KPK adalah campuran mineral. Velde (1992) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya nilai KPK pada bentonit dipengaruhi oleh heterogenitas mineral yang terdapat pada sampel. Campuran mineral yaitu Kontaminan yang terbawa sebagai material pengotor. Peristiwa tersebut dapat terjadi Karena bentonit memiliki karakter yang mudah retak sehingga dapat terisi oleh Kontaminan melalui media air dan masuk ke dalam tubuh bentonit, Bentonit Biting tidak memiliki kontaminan organik. Mineral pengotor yang dimaksudkan seperti Kristobalit, pirit, dan kuarsa, Kehadiran mineral-mineral tersebut akan menurunkan nilai KPK, Berdasarkan Rabaute et al. (2003) menyatakan bahwa besar KPK campuran adalah hasil penjumlahan nilai KPK mineral. Maka, nilai KPK sampel yang telah dianalisis merupakan nilai penggabungan. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena 1046 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 15-6 September 2019; Hotel Alano Yogyakarta sampel yang dityji hanya mewakili 4 dari 10 sampel yang terpilih dan hanya mewakili 100 gram sampel pada satu lokasi pengambilan sampel. Faktor ketiga yang memengaruhi nilai KPK yaitu hilangnya banyak kation- ation pada interlayer struktur smektit, Berkurangnya spasi interlayer yang memengaruhi Kapasitas pertukaran kation yaitu diagenesis. Diagenesis telah memengaruhi antar lapisan batulempung sehingga kemampuan mineral smektit untuk melakukan pertukaran kation berkurang hingga 60% dibawah kemampuan rata-rata Diagenesis pada batulempung akan mengakibatkan perubahan pada mineral smektit dan kehadiran mineral tertentu yang dapat berkembang menjadi semen pada celah antar lapisan. 3. Karakteristik kimia Mineral lempung memiliki lapisar-lapisan yang tersusun oleh unsur-unsur oksida utama yang berikatan pada setiap layer. Unsur-unsur oksida mayor pada struktur smektit menurut Grim (1978) adalah SiOz, AlsO:, FexOs, CaO, MgO, Nax0, K20, MnO, LiO:, sedangkan TiO belum dapat dipastikan. Pada hasil analisis XRF dapat diketahui bahwa kandungan SiO> sampel berada pada kisaran 18,47-64,17%, Kandungan, Si yang tinggi mengindikasikan bahwa Si yang telah dilepaskan selama alterasi tidak berpindah dari endapan bentonit. Selama proses alterasi, larutan silika amorf yang larut di dalam tanah pergerakannya akan terhalangi (Zielinski, 1982). Peristiwa tersebut mendukung kehadiran silika polymorph. Kehadiran silika yang tinggi pada bentonit menunjukkan bahwa bentonit berasal dari batuan yang bersifat riolitik, Karakteristik kimia bentonit yang dominan seperti AlsO; dengan persentase 9,52- 34,77%, Namun terdapat anomali pada sampel HRS270219-4 yaitu bahwa keterdapatan SiQ> pada sampel ini adalah yang paling kecil yaitu 18,47% dan kandungan Fe yang tinggi yaitu 63,45%, Hal tersebut disebabkan Karena batuan mengandung lebih banyak tuf dibandingkan dengan sampel yang lain. Sampel tersebut berada pada bagian paling atas endapan singkapan bentonit pada lokasi perelitian dan merupakan batuan vulkanik, Kation yang ditemukan pada bentonit Biting adalah kation Ca dengan persentase 0,15-3,28% sedangkan persentase Na berkisar 0,00%, Ketidakhadiran Na pada sampel bentonit Biting digantikan oleh kahadiran K. Kehadiran TiO: pada sampel dapat diplot antara SiO> dan TiO» yang menunjukkan bahwa batuan vulkanik bersifat riolitik, riolitik-dasitik, andesitik, Namun diagram tersebut digunakan apabila dilakukan penelitian trace element. Kandungan MgO berkisar antara 1,02-7,16% dan kandungan FeO berkisar antara 432-63,43%, Berdasarkan Yildiz dan Kuscur (2004), batulempung yang kaya akan MgO, CaO, dan FeO terbentuk dari alterasi hidrotermal gelas vulkanik, Berdasarkan hasil EDX juga diperoleh bahwa kation interlayer pada bentonit adalah unsur Ca, Kandungan Ca pada bentonit berkisar antara 1,57-3,73% sedangkan kandungan Na tidak ditemukan sama sekali. Bentonit Biting didominasi oleh unsur Al dan Fe. Al memiliki persentase sebesar 11,35-16,72% dan Fe memiliki persentase sebesar 2,6-11,36%, Menurut Murray (2007), komposisi kimia montmorilonit yang didominasi oleh Al adalah montmorilonit kelompok beidelit (Al-montmorilonit) dan apabila kandungan unsur yang dominan Fe maka termasuk ke dalam kelompok saponit (Fe- 1047 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 15-6 September 2019; Hotel Alano Yogyakarta montmorilonit), Namun pada daerah perelitian, Al memiliki persentase yang lebih besar jika dibandingkan dengan Fe pada setiap sampel sehingga Guven (1991) menyebutkan apabila unsur Al mendominasi dibandingkan Fe maka montmorilonit tersebut digolongkan pada kelompok smektit dioktahedral seri montmorilonitbeidelit, Oleh Karena itu, bentonit Biting termasuk tipe Ca-bentonit kelompok smektit subkelompok dioktahedral seri montmorilonit-beidelit, B. Rekomendasi penggunaan Berdasarkan karakteristik mineralogi, fisik, dan kimia mineral, maka bentonit Biting dapat dimanfaatkan dalam industri pembuatan anggur, industri minyak kelapa sawit dan industri keramik dengan penguyjian sifat fisik yang lebih lanjut dengan spesifikasi sifat fisik dan kimia mineral seperti tabel pada Gambar 6. VI. KESIMPULAN KaraKteristik mineral lempung di Dusun Biting, Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur dibedakan berdasarkan karaktersitik mineralogi, fisik, dan kimia mineral. Mineral pembentuk batulempung adalah mineral lempung, feldspar, kuarsa, mineral opak, dan oksida besi, Pada beberapa sampel batulempung ditemukan produk vulkanik yaitu gelas vulkanik, Jenis mineral lempung di lokasi perelitian adalah mineral smektit, kaolinit, Klorit, kristobalit, plagioklas, kuarsa, pirit, K-feldspar, dan hematit. Jenis mineral lempung yang dominan, adalah mineral smektit. Komposisi kimia smektit yaitu NasO <0,01-0,53%, MgO 1,02- 7,16%, Al:Os 9,52-34,77%, SiO2 18,47-64,17%, PaOs 0,08-0,25%, KO 0,15-2,99%, CaO 0,15- 2,97%, TiO 0,02-1,39%, Fe20s 4,32-63,43%, dan MnO 0,01-0,2%, Montmorilonit Biting adalah seri beidelitontmorilonit dengan kandungan Al yang tinggi. Kapasitas pertukaran ion montmorilonit yaitu 422,33 meq/100 gr. KPK montmorilonit rendah dipengaruhi 3 faktor yaitu: (1) reaksi batuan dengan air; (2) campuran mineral dan (3) hilangnya banyak kationkation pada iterlayer struktur smektit, Berdasarkan Karakteristik tersebut maka genesa bentonit di Dusun Biting yaitu hasil ubahan dari produk vulkanik dan alterasi. Berdasarkan spesifikasi industri, bentonit yang berada di Dusun Biting dapat digunakan dalam industri pembuatan anggur, industri minyak kelapa dan industri keramik dengan pengujian sifat fisik yang lebih lanjut, DAFTAR PUSTAKA Chatterjee, K K., 2009, Uses of Industrial Minerals, Rocks and Freshwater, Nova Science, Newyork. Chuistidis, G., Dunham, A.C., 1993, Compotional Variations in Smectites: Part I. Alteration of Intermediate Voleanic Rocks: A Case Study from Milos Island, Greece: Clay Minerals, v. 28, p. 255-273, doi 10.1180/claymin 1993.028.2.07, Guven, N., 1991, On a Definition of Illite/Smectite Mixed-Layer, Clays and Clay Mineral, v. 39, p. 661-662. Grim, R. E, annd Guven, N., 1978, Developments in Sedimentology: Bentonites. Geology, Mineralogy, Properties and Uses: Elsevier Scientific Publishing Company. 6, 109, 119, 139-140p, 1048 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 15-6 September 2019; Hotel Alano Yogyakarta Labaik, G., 2006, Kajian Bentonit di Kabupaten Tasikmalaya, Jumal Kajian Terhadap Bentonit di Kabupaten Tasikmalaya dan Kemungkinannya Dijadikan Bahan Pembersih Minyak Sawit (CPO), Bandung, vol. 1: http //buletinsdg geologiesdm go id (accessed January 2019) Mumay, H. H., 1999, Applied Clay Mineralogy Today and Tomorrow: Clay Mineral, v.34, p.3949 Murray, HH, 2007, Applied Clay Mineralogy, Amsterdam: Elsevier Science Publisher, 14 p. Notodarmojo, S, 2005, Pencemaran tanah dan air tanah, ITB: Bandung, Panjaitan, R.R., 2010, Kajian Penggunaan Bentonit dalam Indust, v. XLV, p.22-28. Putnis, A., 1992 Introduction to Mineral Science: University of Cambridge, Cambridge University Press, 173, 181 p. Rabaute, A, Revil, A,, and Brosse, E., 2003, In situ mineralogy and perme- ability logs from downhole measurements: Application to a case study in chlorite-coatedsandstones, J.Geophys. Res, 108(B$), 2414, doi:10.1029/2003)B002178 Samodra, H., Gafoer, $., and Tjokrosapoetro, S., 1992, Peta Geologi Lembar Pacitan, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, sekala 1:100,000, 1 lembar. Uddin, F, 2008, Clays, Nanoclays, and Montmorillonite Minerals’ The Minerals, Metals & Materials Society and ASM International 2008,v. 38, p. 2084-2014, doi: 10.1007/s11661- 0089603-5, ‘Van Bemmelen, RW, 1949, The Geology of Indonesia, Vol: General Geology of indonesia and Adjacent Archipelagoes, (second edition 1970- reprint), Amsterdam, Goverment Printing Office The Hauge Velde, B, 1992, chemistry, origins, uses and environmental significance. introduction to Clay Minerals, vol 1, Director of Research, National Centre for Scientific Research, France Weaver, CE., 1989, Clays, Muds, and Shales, Developments in Sedimentology 44, Elsevier, Amsterdam, 819 pp. ‘Winamo, T,, 2004, Geologi dan Karakteristk Endapan Bentonit di Desa Pelem dan Sekitarnya, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur [unpublished undergraduate thesis]: Department of Geologycal Engineering University of Gadjah Mada Zielinski R.A., 1982, The mobility of uranium and other elements during alteration of rhyolite ash to montmorillonite: a case study in the Troublesome Formation, Colorado, USA Chemical Geology, 35, 185204 1049 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 56 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta Tabel 1. Persentase Komposisi mineral pada sayatan tipis dan hasil normalisasi dengan kandungan nonmineral batuan berdasarkan kelimpahan masing-masing mineral Komposisi mineral Persentase (%) Mineral lempung 881 Kuarsa 17.15 Feldspar 11.60 Mineral opak 1447 Oksida besi 1298 1050 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUNP TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSTAS GADIAH MADA, 5-6 September 2019; Hotel Alana Yoayokara Tabel 2. Persentase mineral pada batulempung No Persentase (%) sampel Komposisi ke- mineral 10203 4 5 6 7 910 1 Mineral 60 60 50 10 49 20 30 53 40 Lempung 2 Feldspar 200-38 - _ 79 - _ 3 Kuarsa = 30 B33 4 Miner 2 1 2 2 Ww - 7 27 Opak 5 Mineral - + 8B ma a 40 uo oksida 1051 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogvokara FO3BUN? ‘Tabel 3. Kandungan unsur oksida utama pada bentonit Biting Kode NaOz sampel % MgO ALO; % % S102 % POs % K:0 CaO Tid: % % % FeO; MnO % % Lot % Total % HIRS2602-1_<0.01 2,01 22,04 62,54 0,15 0,86 154 0,58 581 0,2 4,26 100 HRS2602-2_<0.13 3,16 18,97 58,85 0,12 0,41 297 047, 5,60 Ol 934 100 HRS27023_<0.01 3,22 21,39 59,78 0,25 0,46 244 0,63 5,98 0,03 5,82 100 HRS2702-4 0,53 7,16 9,52 18,47 0,18 0,13 0,15 0,25 63,43 0,03 0,15 100 HRS2702-5_ <0.14 171 34,77 50,58 0,09 0,16 0,25 139 10,49 0,03 0,53 100 HRS2702-6 <0.01 2,08 27,25 56,35 O14 0,15 0,98 0,79 5,62 0,03 6,60 100 HRS2702-7_<0.01 1,02 22,5 6139 0,10 0,22 1,58 1,02 539 0,04 6,74 100 HRS2702-8 _<0.01 1,28 234 59,97 0,08 2,99 0,09 1,06 523 0,02 614 100 HIRS2702-9_ 0,42 2,56 24,96 6417 O14 115 1,29 0,60 432 0,01 037, 100 HIRS2702-10 <0.01 2,97, 2357 63,57 0,10 0,32 223 0,82 601 0,02 0,39 100 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten 1052 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 56 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta ‘Tabel 4, Hasil analisis kuantitatif dan kualitatif EDX pada bentonit Biting Kandungan Kode Sampel HRS260219-1 HIRS260219-2 HRS270219-9 (%) (%) HRS270219-5 (%) (%) oO 46,04 46,56 479 49,23 Mg 16 2.27 - 45 Al 13,03 1135 14,25 16,72 Ss 2538 27,18 27,98 28,35 Ca 485 3,73 457 - tn 0,75 - 1,02 - Fe 1136 842 734 26 Kk - 05 - 16 11053 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogvokara aoe Ss LEGENDA Formasi Oyo Formasi Nampol Formasi Wun Formasi Jaton Formasi Arosa Batuan Terbosan Sesar Lokasi Penelitian Gambar 1. Peta geologi regional bagian Barat dani Lembar Pacitan (Samodra, et al., 1992) dan letak Iokasi penelitian Legenda (© ek pergambien sepa rent — ange — sien Bats ig prea Sess aprtkan (Sear Bayt) III stvontctucrpuna dn to ponstior Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian dan lokasi pengambilan sampel 1054 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 56 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta HRS260219-1 ai Gambar 3, (kit) Kenampakan PPL dan (kanan) Kenampakan XPL. Sayatan tipis batulempung dengan Keterdapatan mineral seperti (Qz) kuarsa, (Opq) opak, (Oxd) mineral oksida, ls) feldspar, (Cly) mineral lempung, dan (Gv) gelas vulkanik 1055 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 15-6 September 2019; Hotel Alano Yogyakarta Grafik XRD 3 rt a i $ : 1 Gambar 4. Grafik air dried XRD bentonit Biting 1056 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FO3BUN? TEKNIK GEOLOG, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA 56 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta Gambar 5. Kenampakan SEM batulempung yang menunjukkan tekstur mentmorilonit berupa cornflake 11057 eran tlmu Hebumian Dalim Pergembangan Geovisata,Geolonserasi&Geoheritage Serta Memperingati 35 Tahun kampisLapargan Geologi UCI "Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya, ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 FosBUNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSTTAS GADIAH MADA 5-6 September 2019; Hoel Alana Yogyakarta prone, es Eegeataems ‘awn ne aga 21 | pase. Koni E95 Gambar 6, Tabel kesesuaian mutu bentonit Biting berdasarkan spesifikas indust, 1058 eran tebumian Dabm Pergembangan Geowisata, Geolonsenasi&.Geoheriage Serta Memperingat 35 Tahun rampusLapangan GeobgiUGM Prof. Soeroso Notohadipravto”eayat, ten

You might also like