You are on page 1of 6
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR "110/kep.171-Inspt/2017 TENTANG SATUAN TUGAS PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TERINTEGRASI PEMERINTAHAN PROVINSI Menimbang Mengingat JAWA BARAT TAHUN 2017-2018 GUBERNUR JAWA BARAT, a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah perlu menerapkan prinsip-prinsip clean government dan good governance; b.bahwa menindaklanjuti Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 serta Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, perlu adanya kesamaan persepsi, tujuan, dan rencana tindak pencegahan dan pemberantasan korupsi melalui penyusunan Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Terintegrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017-2018; c.bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu dibentuk Satuan Tugas Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Terintegrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017-2018, yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat; 1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) Sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); Memperhatikan 2.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3.Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 4, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 5.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 _ tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 7.Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122); 8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2011 tentang Transparansi, Partisipasi, dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 104); 9.Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 26 Tahun 2014 tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 26 Seri E); Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2016-2017; Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA MEMUTUSKAN: Membentuk Satuan Tugas Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi_ Terintegrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017-2018 yang selanjutnya disebut Satgas RAD-PPK, dengan Susunan Personalia sebagaimana tercantum pada Lampiran, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Satgas RAD-PK sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU mempunyai tugas menyusun, melaksanakan, monitoring dan evaluasi serta melaporkan Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Terintegrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017-2018. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada Diktum KEDUA, Satgas RAD-PK mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyusunan Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Terintegrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017-2018; b. pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Terintegrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017-2018 sesuai target capaian yang telah ditetapkan; ¢. monitoring dan evaluasi Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Terintegrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017-2018; dan d. pelaporan kepada Gubernur Jawa Barat melalui Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat atas pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Terintegrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017-2018. Pembiayaan yang ditimbulkan akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat. Keputusan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Bandung _piadatanggal 23 Febmwert 2017 HERYAWAN IL Ml. WV. Vi. LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT Pengarah Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bidang Pengelolaan APBD Koordinator Anggota Bidang Pengadaan Barang dan Jasa Koordinator Anggota NOMOR —_: 710/kop.171-Inspt/2017 TANGGAL : 23 Febrwari 2017 TENTANG : SATUAN TUGAS PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TERINTEGRASI PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017-2018 SUSUNAN PERSONALIA Gubernur Jawa Barat. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat. 1. Asisten Pemerintahan, © Hukum, dan Kesejahteraan Sosial 2. Asisten Perekonomian dan Pembangunan. 3. Asisten Administrasi. Inspektur Daerah Provinsi. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. 1. Kepala Balai Pengendalian dan Evaluasi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2. Kepala Bidang Pendanaan Pembangunan Daerah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 3. Kepala Bagian Pengendalian Pembangunan Daerah pada Biro Pengendalian Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. 4. Kepala Bagian Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Daerah pada Biro Pengendalian Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. 1.Kepala Balai LPSE pada Dinas Komunikasi dan Informatika. 2. Kepala Bidang Anggaran pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. 3.Kepala Bidang Perbendaharaan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. VII. VII. XI. Bidang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Koordinator Anggota Bidang Informatika Koordinator Anggota Bidang Pengawasan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia Koordinator Anggota 4.Kepala Balai Pengadaan Barang dan Jasa pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. 5. Kepala Bidang Pengelolaan Barang Milik Daerah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 1, Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 2. Kepala Bidang Data dan Informasi pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 3. Kepala Bidang Pengembangan dan Promosi pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 4. Kepala Bidang Pengendalian pada Dinas. Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika. 1, Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika. 2. Kepala Bidang Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Elektronik pada Dinas Komunikasi dan Informatika. 3. Kepala Bidang Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Dinas Komunikasi dan Informatika. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. 1. Kepala Badan Kepegawaian Daerah. 2. Sekretaris Inspektorat Provinsi. 3. Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah. x Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. 5. Inspektur Pembantu Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat pada Inspektorat Provinsi. x. Sekretariat 10. Ti, 12. 13. Inspektur Pembantu Bidang Khusus pada Inspektorat Provinsi. Inspektur Pembantu Bidang Perekonomian pada Inspektorat Provinsi. Inspektur Pembantu Bidang Administrasi_ pada Inspektorat Provinsi. Kepala Bidang Kesejahteraan dan Disiplin pada Badan Kepegawaian Daerah. .Kepala Bidang Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian pada Badan Kepegawaian Daerah. Kepala Bidang Pengembangan Karir pada Badan Kepegawaian Daerah. Kepala_ Bidang Sertifikasi Kompetensi dan Pengelolaan Lembaga pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Kepala Subbidang Sertifikasi Kompetensi pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Inspektorat Provinsi. RNUR JAWA BARAT,

You might also like