You are on page 1of 10
WTO DAN INDONESIA..... (Prof Dr.Lepi T. Tarmidi) ‘WTO DAN INDONESIA Prof. Dr. Lepi T. Tarmidi WTO dan Prinsip-prinsip Perdagangan Dunia World: Trade Organization (WTO) adalah kepanjangan dari GATT (General Agreement on Tariffs and Trade), dan mulai berdiri 1 Januari 1995. Karena itu semua tujuan, prinsip perdagangan dunia dan hasil-hasil perundingan Putaran-Putaran perdagangan di bawah GATT, di mana yang terakhir adalah Putaran Uruguay, menjadi bagian dan ‘mengikat bagi WTO. Namun WTO adalah badan yang sama sekali berbeda dengan GATT. Dalam GATT dahulu tidak ada negara anggota, tetapi negara peserta adalah contacting party deri GATT, dalam arti bahwa suatu negara peserta hanya terkat dengan peraturan-peraturan tertentu saja yang ditandatanganinya dan tidak terikat dengan semua peraturan yang ada dalam GATT. Sementara dalam WTO, semua Regara peserta adalah anggota dan semua kesepekatan yang ada dalam WTO tanpa kecuali mengikat bagi semua anggota dan ada sanksi fhukumnya (legally binding) bila terjadi pelanggaran. Kedudukan hakum WTO jaub lebih kuet, karena selain ditanda-tangani oleh Menteri Perdagangan masing-masing negara peserta, isi kesepaketan Putaran Uruguay dan pendirian WTO juga harus diraifikesi oleh parlemen negara anggota masing-masing, artinya diperkuat oleh persetujvan wakil-wakil rakyat, Demikianpun, DPR Indonesia telah memberikan persetujuannya‘pada tanggal 2 November 1994. Ketika naskah pendirian WTO ditanda-tangani pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh, Maroko, ada 125 negara yang menyatakan ‘ikut dalam WTO, termasuk Uni Bropa (UE) sebagai satu kesatuan, lepas dari masing-masing negara anggota UE. Pade tanggal 1 Januari 2002, Jumlah anggota WTO telah berkembang menjadi 144 dengan masuknya “Taiwan. Di samping itu masih banyak negara Ininnya yang antri ingin ‘menjadi anggota WTO. Prinsip-prinsip perdagangan dalam WTO, sama seperti dalam GATT dahulu, adalah nondiscrimination, most-favoured nation ‘reatment dan national treatment di bidang perpajekan dan peraturan dalam negeri. Artinya bahwa peruschean-perusahean asing yang bergerak di suatu negara harus diperlakukan sama seperti halnya perusahaan domestik. Konferensi Doha Sejak WTO terbentuk, telah diadakan empat kali konperensi tingkat menter, yakni: 1. Singapura, 1996 2. Geneva, 1998 Jumal Ekonomi dan Pembsngunan Indonesia, Vol2,No.2, Januari 2002 3. Seattle, Amerika Serikat, 1999 4, Doha, Qatar, 9 - 13 Novernber 2001 Beberapa masalsh pokok yang telah disepakati dalam dektarasi Doha adalah: © Pecanian. Para Menteri menyetujui bahwa perundingan secara omprehensif' akan dilalcuken dengan tujuan untuk meningkathan sevara substaiéial: akses pasar, penurunan semua bentuk subsidi pertanian ke'arah penghapusan secara bertahap (phasing ou), dan ‘pengurangan bantilan domestik, Perlakuan khusus dan berbeda (S & D Treatment) bagi negara sedang berkembang merupakan bagian integral dari perundingan den harus dimuat dalam komitmen dalam afuran-aturan WTO. + Akses pasar bagi produk non-pertanian. Perundingan di sektor int teertujuan untuk mengurangi atau menghapusken terif termasuk tariff peaks, high tari, dan tariff escalation sexta ‘rambatan-hambatan non-tarif, khususnya bagi produk-produk yang menjadi kepentingan ekspor negara sedang berkembang. Negosiasi + akan sepenuhnya mempechatiken Kepentingan dan kebutuhan khusus negara sedang berkembang dan LDCs. + TRIPs dan public health. Para Menteri menekankan pentingnya interpretesi dan implementasi perjanjian TRIPs yang mendukung kkeschaten masyarakat melalui peningkatan akses teshadap obat dan penelitian pengembangan obst baru, © Igyusisys bam. Konperensi menyepakati bahwa isyu-isyu bara (nvestasi, persaingan usaha, transparansi belanja pemerintah dan fasilitasi perdagangan) perundingannya hanya dapat dilakukan setelah KTM ke-V atas dasar keputusan secara konsensus yang tegas menegnai modalitas negosiasi. Hal ini berarti, bahwa perundingan mengenai isyu-isya baru ini tidak secara otomatis dapat dilakukan setelah KTM V. © Atumm-aturan WTO. Juga telah disepalati untuk mengadakan perundingan yang bertujuan untuk menklarifikasi dan ‘menyempurnakan aturan-aturan WTO mengenai anti dumping dan subsidy and countervailing measures, dengan memperhatikan negara sedang berkembang dan LDCs. Perundingan ini juga bertujuan untuk melakukan Klerifikasi dan penyempumaan mengenai subsidi di sektor perikanan dengan memperhatikan pentingnya sektor ini bagi negara sedang berkembang, ‘© Linglcungan hidup, Disepakati untuk mengadakan perundingan a. rmengenai hubungan antaraaturan-aturen WTO dan kewajiban-kewajiban tertentu yang ada dalam Multilateral Environmental Agreements, dan penurunan/penghapusan hambatan ‘arif dan non-tarif stas barang dan jasa yang terkait dengan lingkungan. Dengan deklarasi para Menteri ini, maka putaran perundingan baru yang, disebut sebaaxi Doha Development Agenda telah diluncurkan, Dalam 2 WTO DAN INDONESIA.....(Prof Dr.Lepi T. Tarmidi) agenda tersebut a, termasuk masalah implementasi, akses pasar produk on-pertanian, isyu-isyu baru, jasa dan pertanien, aturan WTO, dan trade and environment, Ysyu yang langsung menjadi kepentingan Indonesia adalah perundingan mengenai akses pasar produk non-pertanian dan aturan WTO. (Lihat Laporan Deplu). Putaran Doha ini akan menjadi putaran negosiasi perdagangan yang kesembilan dan akan berakhir 1 Januari 2005. ‘Dalam pidato singkatnya di Doha, Menperindag Indonesia menyataka adanya kesuliten-kesuliten bagi Indonesia di bidang masalah ketenaga-kerjaan, perdagangan dan lingkungan, isyu-isyu bara dan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi. Dalam persetujuan WTO juga ada ketentuan baru, yakni bahwa WTO akan bekerjasama dengan IMF dan Bank Dunia dalam menentukan kebijakam ekonomi global (Marrakesh Agreement Establishing the World Trade Organization, Art, II(5). Lihat WTO: 7). ‘Dan Kausula ini justru dikhawatirkan oleh negara-negara sedang berkembang, karena dengan demikian terbuka peluang bagi kedua badan dunia ini untuk mencampuri urusan pembangunan negara-negara sedang berkembang. Dan ini terjadi dengan Indonesia ketika pecah krisis keuangan dan ekonomi, di mana Indonesia meminta bantuan IMF dan Bank Dunia. Kedua badan dunia bertindak lebih jauh dari ‘ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam Perseujuan Putaran ‘Uruguay. Sementara dalam konperensi di Doha, sekali lagi ditekankan perlunya kerjasama yang lebih erat antara WTO dengan kedua badan dunia ini untuk menjamin terlaksananya kebijakan pembangunan yang konsisten dan terkoordinasi. Kedin Indonesia, melalui Ketua Umumaya, menyampaikan ‘beberapa pesan dalam rangka menghadapi perundingan Tingkat Menteri 4i Doha, yang intinya adalah agar menentang setiap keputusan yang bisa ‘merugikan kepentingan ekonomi Indonesia. Pemerintah diimbau untuk mewaspadai diluncurkennya Putaran Baru dengan memasukkan isyu-isyo baru seperti investasi, kompetisi, belanja pemerintah, bioteknologi, liberalisasi tarif don lain-lain. Begitupun dengon persetujuan TRIPs (trade-related aspects of intellectual property rights) yang bisa merugikan negara-negara sedeng berkembang karena ‘menghalangi akses konsumen terhadap terobosan-terobosan teknologi bara yang umumnya terjadi di negara-negara maju. Di samping ini masih ada beberapa kecemasan yang dikemukakan Ketua Umum Kadin seperti kemungkinan adanya pengaturan di bidang pendidikan, + keschatan, pelayanan masyaraket yang mendasar, dan lain-lain, yang mungkin lebih disebabken karena kurangnya pemahaman mengenai hal-hal yang menjadi pokok perundingan WTO. (Lihat Sambutan). Dimasuickannya isyu-isyu baru ke dalam agenda perundingan oleh negara-negara maju, termasuk isyu-isyu non-trade seperti standar buruh, HAM dan stander lingknngan hidup, perlu diwaspadai (Wirajuda: 4; bandingken juga Krueger). Jamal Ekonomi dan Pernbangunan Indonesia, Vol.2,No.2, Januari 2002 Dalam Konperensi Doha, kelompok negaranegara maj berupaya untuk melincurken Putaran Baru dengan seumiah agenda seperti tarif industri lingkungan hidup, investasi, kebijekan kompetisi ‘belanja pemeriniah dan fosilitasi perdagangan. Sedang kepentingan egare-negara sedang berkembang yang tergabung dalam Like-Minded Group (LMG) ingin memproritaskan pencarian solusi ates agenda-agenda Igma sebelum melanjutken pada putaran baru, di antaranye kesepaketan liberalisasi pertanian dan TRIPS. Dalam perundingan di Doha, terjadi sejumtah deadlocks, antara lain mengenal kuota ‘tekstil entare AS dan negare-negara sedang berkembang, anii dumping dan aturan mengenai investasi. Di bidang pertanian terjadi deadlock entara Uni Eropa dengan AS dan kelompok fegare-negara pengekspor hasil pertanian lsinnya (Cais Group), di mana Indonesia juga termasuk. Di bidang TRIPs, negera-negare maju jngin memperluas cakupan perlindungan dari paten produk menjadi paten produk dan proses. (Lihat Soba). Juga Menperindag Indonesia Salam statement nya menyatakan keprihatinannya tethadap metuasnya hhambetanchambstan tethadap ekspor dari negarenegara sedang berkembang di bidang Kesehatan, alasan sanitary dan safety bogi ‘konsumen, : 7 ‘WTO dan Negara-Negara Sedang Berkembang WTO banyak dirtik oleh LSM dan kelompok-kelompok lain ‘baik di negaro-negara sedang berkembang maupun oleh orang-orang Barat sendiri Karena banyak merugikan negara-negara sedang berkembang, Ketika sidang di Seattle tahun 1999 telah terjadi demonsirasi besar-besaran menentang WTO, sehingga konperensi ini ‘gagal, Memang sebagian dari kritikan ini ada benamya narmun sebagian fogi tidal, yang disebabkan Karena Kurangaya pemahaman tentang persetujuan-persetujuan perdagangan dalam WTO. Persetujuan fiberalisasi perdagangan dalam Putaran Uruguay ‘dan WTO tidal berarti bahwa setiap negara anggota harus membula ‘eluruh pasemnye, Pada prinsipnya harus ada keseimbangan antara emudahan yang suatu negara tawarkan dengen manfaat yang diterima negara tersebut dari negara-negara lainnya. Perundingan didesarkan pada offer and request atau bisa juga kebelikannya, request and offer. Tartinya suatu negara mengajukan penawaran untuk membuka pasar ‘ertentu dan sebagai imbalan bisa meminta kepada neyara-negera lain tntuk membuka paser yang diminati oleh negara tersebut, atau Kebalikannya jika datang permintaan dari negaranegara lin Bidang-bidang yang ditawarkan tidak perlu sama dengan bidang yang diminta, karena bisa meminta atau menawerkan bideng yang Iain. Misalnya suatu negara sedang berkembang meminta kepada AS untuk lebih membuka pasar tekstil den pakaian jadinya, dan pada giliranya |AS tidak meminta kepada segara sedang berkembeng tersebut untuk WTO DAN INDONESL (Prof Dr.Lepi T. Tarmidi) ‘membuka pasar yang sama, tetapi AS akan meminta faslitas di bidang TRIMS, TRIPs atau perdagangan jasa. Perundingan Puteran Uruguay secara keseluruhan merupakan satu paket dan tidak bersifat persetujuan sektoral, semua bidang perundingan terkait satu sama lainnya. Sebab itu ada crass-secioral faciluarion dan cross-sectoral retaliation, Sanksi yang dikenakan pada satu bidang bisa dikenakan pada bidang lainaya. Misalnya Indonesia dalam sengketa mobnas, bila pemerintah tidale menarik kebijakannya, maka sanksinya tidak dikenckan pada industri otomotif, tetapi akan dikenakan pada sektor di mana senksinya akan terasa paling’sakit, yalmi ekspor pakian jedi yang akan diancam dan ‘bagi Indonesia ini hilaiekspomya sangat besar. ‘Keanggotaan dalam WTO dibedakan dalam empat kelompok, yakni: 1. negara-negara maju 2. negara-negara sedang berkembang, 3. negara-negara dalem transisi ekonomi, dan 4. nogara-negara yang paling terbelakang (LDCs - Jeast developed countries). Kelompok negara-negara sedang berkembang menikmati » Keringanan-keringanan yang dituangkan dalam Special and Differential (S & D) Treatment. Misalnya dalam Persetujuarr mengenai pertanisn, ‘wektu yang dibecilcen kepada negara-negara sedang berkembang adalah uuntule mengurangi hambatan-hambatan perdagangan adalah 10 tahun ‘Artikel 15), sementara untuk negera-negara maju adelah 6 tahun, Di bidang akses pasar, dalam Putaran Uruguay Indonesia memberikan komitmen sebagai berikut: Dari seluruh pos tari Indonesia ‘yang jumlehnya 9.382, Indonesia mengikat sebanyak 8.878 pos tarif (4,6 %), stan sebesar 91,6 % dari total nilai impor tahun 1992 pada fingkat tarif 40 % In adalah tarif tertinggi yang dimungkinken, Pengikatan ini akan beriaku selame 10 tahun mulai 1 Januari 1995, yaitu berdirinya WTO. Padahal tarifreta-rata tidak tertimbang Indonesia pada {ahun 1995 saja sudah jauh lebih rendeh, yakni 15%, dan bila ditimbang dengen nilsi impor malah hanya 9,5 %. Dengan komitmen yang lebih tinggi ini berart, bahwa bila diperiukan nanti di kemudian hari, Indonesia masin bisa menaikkan terifaya hingga menjadi 40 %. Dan di bidang menufaktur, dari total pos tarif sebanyak 7.537, 6.714 di antaranya telah diikat, Sementara lebih dari separuh pos tarif yang diikat, tarif bea masuknya sudah 20 % atau Kurang, dan hampir seperempat dari semua barang impor sudah bebas bea masuknya. Di samping itu, hambatan non-tarif atas 98 pos tarif produk manufaktur dengan nilai impor tahun 1992 sebesar USS 358 juta akan dihapus dalam jangka waka 10 tahun, Sementara itu semua bea masuk tambahan telah dihapus sejak bulan Juni 1996. Pos-pos tarif yang sikecualikan dari ikatan ini ada sebanyak 504 item dengan nilai impor tahun 1992 sebesar US$ 2,3 milyar, terutama di bidang sektor perakitan kendaraan bermotor sebanyak 102 pos tarif, industri besi boja 51 pos Jumal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol2,No.2, Januari 2002 tarif, starter kendaraan bermotor 35 pos tarif dan persenjataan dan amunisi 35 pos tarif. Di bidang pertanian sesuai dengan persetujuan mengenai akses pasar, maka setiap negara harus mengimpor paling kureng 3 % dari konsumsi rata-rata selama periode 1986 hinge 1988. Jadi Indonesia ‘yang, mengkonsumsi rata-ata betas sebanyak 25 juta ton per tahun, diwajibkan untuk mengimpor beras minimal sebanyek 750,000 ton per ‘tahunnya. Tapi dalam perundingen dengan AS sebagai mitra dagang, ‘tama untuk beras, AS bisa menerima usulan impor paling banyak hanya 70.000 ton saja per tahun, dengan catatan, inipun bila diperlukan, ‘Alasannya adalah ketehanan pangan dan kelangsungan hidup petani ‘veras Indonesia beserta keluarganya yang jumlahnya mencapai puluhan {jutajiwa, Juga Indonesia boleh menerapkan tarif bea masuk sebesar 90 '% untuk impor beras sampai dengan 70.000 ton setahun dan 180 % untuk impor di atas 70.000 ton setahun. Begitupun untuk komoditi cengkeh, di mana Indonesia justru menghadepi kelebihan produlcsi dalam negeri. Dalam perundingen terpisah dengan Zanzibar sebagai produsen cengkeh utama dunia, Zanzibar bisa menerima kalau «Indonesia tidak impor cengkeh sama sekali, Dalam persetujuan Putaran Uruguay juga disepakati, bahwa hambatan-hambaten kuantitatif herus dihapuskan, kecuali untuk tekstil dan pakaian jadi yang dihapuskan seoara bertahap. Dengan demikian sistim tataniaga impor yang membatasi impor susu, kacang kedelai, awang putih, dsb. tidak lagi diperbolehkan. Tetapi dalam peraturan peralihan dikatakan bahwa pembatasan impor ini masih diperbolehan, Jfike dilakukan oleh satu perusahaan milik negara, dan dalam hal ini ‘pemerintah menunjuk BULOG. Di bidang,jasa, Indonesia juga hanya menawarkan merabuka lima seKtor, di mana Indonesia merasa sudah cukup kuat untuk dibuka, yak ‘Telekornunikasi, 9 transaksi Jasa industri dan konstruksi, 35 transaksi Turisme, 3 transaksi ‘Transportasi laut, 2 transaksi Jasa keuangan, 19 transaksi Di bidang turisme, investor asing hanya boleh membangun dan mengelola hotel berbintang empat ke atas saja, Dan biro perjalanan asing hanya bisa buka kantor di Indonesia bagian Timur soja Dalam kesepakatan multilateral tentang petdagangan dunia ini tentunya tidak semua pihak mendapatkan keuntangen saja. Dengan membuka pasar, sepintas tampaknya aken terjadi kerugian bagi negara ‘yang membuka pasamya Tetapi dalam proses yang dinamis, hel ini tidak musti terjadi, Karena negara yang membuka pasamya dengan ‘menghapuskan proteksi sebaliknya akan menimbulkan reaksi pelaku domestik untuk meningketkan efisiensi, inovasinya untuk meningkatkan daya saing, yang pada akhimnya akan menguntungkan konsumen dalam at ‘WTO DAN INDONESIA.....(Prof Dr Lepi T. Tarmidi) negeri dan bahkan pada suatu ketika bisa ekspor barangnya. Dengan diproteksi terus-menerus, konsumen akan dirugikan dan produsen domestik akan tidur terus. Jadi kita tidak perlu terlalu takut dengan liberalisasi perdagangan. Di sisi lain negara-negara sedang berkembang juga

You might also like