You are on page 1of 17

119

Studi Fenomenologi:
Tumbuhnya Prasangka Etnis di Yogyakarta

Dewi Novianti dan Sigit Tripambudi


Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Email:dewinovianti_upn@yahoo.co.id

Abstract
This research was to explore the ethnicity prejudices in Yogyakarta through a phenomenology
perspective. It was caused that many new comers from the several ethnics have been living in
Yogyakarta for some of purposes: tourism, seeking jobs, or studying. Several of ethnics which were
living in Yogyakarta can raise a conflict. This research took some of ethnics in Yogyakarta as object
of studies which encompassing of Javanese, Batak, Chinese, Arabic and Flores. Methods which was
used in this research was a qualitative approach which known as constructivist social research. Data
sources were taken via in the depth interviews, observations, and literatures studies. The results showed
that there were three factors as determiners for ethnic prejudices in Yogyakarta. These encompassed
to differences existences, stereotypes which inherently belonged before and ethnocentrism. The
components which can be used to lessen the prejudices were maturity of family education, environment,
level of experiences and education. Javanese culture which was portrait softly and adaptive can
absorb the differences among ethnicities. It was also believed as a factor to lessen the prejudices. On
the contrary, ethnocentrism was believed as a factor to trigger the prejudices transformed to conflict

Keywords : Ethnic prejudices, phenomenology, stereotypes, culture, intercultural communication

Abstrak
Penelitian ini melihat tumbuhnya prasangka-prasangka etnis di Yogyakarta dalam perspektif
teori Fenomenologi. Hal ini disebabkan banyaknya pendatang dari berbagai daerah yang datang
ke Yogyakarta, baik sekedar untuk wisata, mencari nafkah, maupun untuk melanjutkan studi.
Berbagai etnis ada di Yogyakarta ini menyebabkan rentan akan konflik. Dalam penelitian ini
mengambil obyek penelitian Jawa Yogya, Batak, Cina, Arab, dan Flores. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif dan masuk dalam kategori constructivis social research.
Sumber penelitian diambil melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi pustaka. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada tiga faktor penyebab munculnya prasangka etnis yakni adanya
perbedaan, stereotype yang melekat karena secara turun temurun, dan kebanggaan etnis. Faktor
pendukung yang dapat mengurangi prasangka antar etnis di Yogya adalah pendidikan keluarga,
lingkungan, tingkat pendidikan etnis itu sendiri, serta budaya etnis Jawa Yogya sebagai penduduk
asli dan mayoritas yang lemah lembut, santun, mengenal unggah-ungguh. Faktor penghambat
adalah masing-masing etnis memilki kebanggan tersendiri akan etnisnya, merasa etnisnya
lebih hebat (superioritas/ etnocentris) dan adanya stereotype negative terhadap etnis lainnya.

Kata Kunci: Prasangka etnis, fenomenologi, stereotype, budaya, komunikasi antar budaya
120 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014, halaman 119-135

Pendahuluan Prasangka etnis kerap terjadi di tanah air


Indonesia terdiri dari beragam suku bahkan tak jarang berakibat fatal. Serangkaian
bangsa yang memiliki berbagai macam perbedaan kerusuhan sosial yang terjadi di Indonesia
budaya. Bangsa Indonesia sering disebut bangsa seperti kerusuhan Sambas dan Sanggau Ledo
yang multietnik. Badan Pusat Statistik (BPS) (Kalimantan Barat), Ambon (Maluku), Poso
sampai dengan tahun 2011 mencatat Indonesia (Sulawesi Tengah), Sampit (Kalimantan
memiliki 1.128 suku bangsa dengan lebih Tengah) tidak terlepas dari dimensi etnis dan
dari 746 bahasa daerah yang tersebar dalam agama, walaupun terdapat faktor-faktor seperti
13.000 pulau dari Sabang hingga Merauke. kesenjangan struktural dan ketidakadilan sistem.
Jumlah penduduk Indonesia sudah Tidak hanya di Indonesia di Australia juga
mencapai angka di atas 250 juta jiwa dan terjadi hal serupa, seperti penelitian yang dilakukan
penduduknya semakin tinggi tingkat mobilitas oleh I Gusti Ngurah Jaya Perdana (2009:131),
sosialnya untuk mendukung kebutuhan perlakuan yang diterima oleh suku Aborigin
ekonomi, politik, bisnis, pendidikan dan dari masyarakat kulit putih hingga pemerintahan
sebagainya. Dukungan perkembangan Australia yang didominasi oleh kaum kulit putih.
teknologi informasi, transportasi dan regulasi Hal ini tentu tidak diinginkan. Indonesia yang
telah memudahkan mobilitas tersebut serta kaya akan etnis rentan akan hal tersebut, melalui
mampu melampaui batas-batas geografis penelitian fenomenologi ini peneliti mengkaji
maupun parameter-parameter budaya (etnis). apa yang menyebabkan prasangka tersebut.
Sentuhan antaretnis sangat rentan dengan Yogyakarta sebagai kota pelajar dan
konflik, baik secara terang-terangan maupun pariwisata tidak luput dari adanya prasangka
secara tersembunyi. Hal ini disebabkan ikatan etnis. Hal ini disebabkan banyaknya pendatang
emosional dalam etnis membentuk entitas yang dari berbagai daerah yang datang ke Yogyakarta,
sangat kuat. Disadari atau tidak setiap etnis baik sekedar untuk wisata, mencari nafkah,
akan bersaing dalam memperebutkan pengaruh, maupun untuk melanjutkan studi. Berbagai
fasilitas, kesempatan maupun ekses-ekses etnis ada di Yogyakarta ini seperti Jawa
kehidupan lainnya yang ketersediaannya terbatas. khususnya sebagai penduduk asli, Sumatra,
Akibatnya tumbuh prasangka etnis. Cina, Arab, dan Indonesia Bagian Timur.
Bentuk sederhanannya adalah ketidaknyamanan Seperti disinyalir dalam kompas.com,
akibat hidup penuh saling prasangka dan curiga. Gubernur DIY menegaskan, Yogyakarta saat
Akumulasinya dapat menjadi bentuk yang ini telah mengalami kemunduran. Pasalnya,
ekstrim, yaitu pertikaian dan bahkan peperangan. selama 40 tahun terakhir, di wilayah ini, tidak
Menurut Lull (1998), nilai-nilai tersebut dapat pernah ada kasus perkelahian antar-etnis, tetapi
menjadi “memetics” yang siap dipindahkan sekarang kejadian itu marak terjadi.  Seperti
atau menggandakan diri dalam benak-benak yang diberitakan, empat korban yang tewas di
anggota etnis. Keadaan tersebut perlu dicarikan dalam sel 5A Blok Anggrek Lapas Cebongan,
alternatif pemecahan untuk mengendalikannya. Sleman, seluruhnya merupakan masyarakat
Penelitian ini melihat tumbuhnya Nusa Tenggara Timur. Tiga di antaranya tercatat
prasangka etnis dalam perspektif teori sebagai warga asrama NTT di Jalan Tegal
Fenomenologi. Studi Fenomenologi merupakan Panggung, Danurejan, Yogyakarta. Lebih jauh,
studi pengetahuan yang berasal dari kesadaran Sultan memandang, keberadaan asrama etnis
(consciousness). Fenomenologi menjadikan cenderung memunculkan egoisme kedaerahan
pengalaman aktual yang ada (lived) sebagai data yang berpotensi menimbulkan konflik (www.
terhadap realitas. Individu menginterpretasikan kompas.com diunggah tgl 29/06/2013).
secara subjektif setiap pengalamannya sebagai Objek penelitian ini adalah etnis Jawa
dasar pembenaran terhadap realitas dan tindakan. (Yogyakarta), Sumatra (Batak), Cina, Arab
Dewi Novianti dan Sigit Tripambudi, Studi Fenomenologi: Tumbuhnya Prasangka Etnis di Yogyakarta 121

dan Indonesia Bagian Timur (Flores) yang bukanlah kesimpulan dari pengalaman, tetapi
tinggal di Yogyakarta. Etnis-etnis tersebut didapat secara langsung dari pengalaman sadar.
secara fisik, keyakinan dan stereotip yang Kedua, makna “sesuatu” tergantung pada
berkembang di masyarakat sangat berpotensi penting tidaknya “ sesuatu” itu dalam kehidupan
menumbuhkan konflik. Oleh karena itu, seseorang. Dengan kata lain, bagaimana peneliti
penting untuk mencari akar pertumbuhannya menghubungkan objek potensial dengan makna
melalui perspektif Fenomenologi. Penelitian objek tersebut. ketiga, bahasa merupakan sarana
ini juga merupakan kelanjutan dari penelitian memahami makna. Setiap individu mengalami
sebelumnya yang melihat interpretasi perbedaan kehidupan di dunia dengan bahasa yang digunakan
etnis dari perspektif Interaksi Simbolik. untuk mendefinisikan dan mengekspresikan segala
Permasalahan yang muncul dalam sesuatu yang ada di dunia (Littlejohn, 1999:200).
penelitian ini adalah pertama, bagaimana Sementara fenomenologi menurut
tumbuhnya prasangka etnis di antara etnis Edmund Husserl (Kuswarno, 2009:10) yakni
Jawa (Yogya), Sumatra (Batak), Cina, Arab dan mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari
Indonsia bagian Timur (Flores) di Yogayakarta? sudut pandang orang yang mengalaminya
Kedua, bagaimana pengalaman-pengalaman secara langsung, seolah-olah si peneliti
pribadi (life experience) menumbuhkan mengalaminya sendiri. Fenomenologi tidak saja
prasangka etnis di antara etnis Jawa (Yogya), mengklasifikasikan setiap tindakan sadar yang
Sumatra (Batak), Cina, Arab dan Indonsia bagian dilakukan, namun juga meliputi prediksi terhadap
Timur (Flores) di Yogayakarta ? Ketiga, apa tindakan di masa yang akan datang, dilihat dari
saja yang menjadi faktor-faktor pendukung dan aspek-aspek yang terkait dengannya. Semuanya
penghambat yang mempengaruhi tumbuhnya itu bersumber dari bagaimana seseorang
prasangka etnis di antara etnis Jawa (Yogya), memaknai objek dalam pengalamannya. Oleh
Sumatra (Batak), Cina, Arab dan Indonsia karena itu, tidak salah apabila fenomenologi juga
bagian Timur (Flores) di Yogayakarta? diartikan sebagai studi tentang makna, dimana
Penelitian ini berlandaskan pada Teori makna itu lebih luas dari sekedar bahasa yang
Fenomenologi yang merupakan suatu kajian mewakilinya (Afdjani, Soleh Soemirat 2010: 96).
yang mempelajari tentang kesadaran atau Fenomenologi tentang etnik menarik untuk
cara memahami objek dan peristiwa melalui diteliti. Apalagi Indonesia memiliki keragaman
pengalaman yang disadari. Fenomenologi etnik yang cukup banyak. Pada awalnya istilah
memandang objek dan peristiwa dari etnis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “etnichos”
perspektif penerima (Littlejohn, 1999:199). yang berarti sekelompok penyembah berhala
Pendekatan ini merupakan suatu atau kafir. Dalam perkembangannya istilah
metode yang mengasumsikan bahwa peristiwa tersebut digunakan untuk menunjuk kelompok
dan objek dibiarkan apa adanya tanpa adanya yang fanatik dengan ideologinya. Dalam
campurtangan peneliti. Seorang peneliti konteks sekarang, kata etnis menunjuk pada
fenomenologi tidak melakukan hipotesa, penggolongan etnis berdasarkan afiliasi tertentu.
tetapi secara berhati-hati menguji pengalaman Menurut Barth (1988) dan Zastrow (1999) (dalam
kehidupan aktual untuk memandang seperti Liliweri 2003 : 335), etnis adalah himpunan
apa pengalaman tersebut terjadi. Jika peneliti manusia karena kesamaan ras, agama, asal-
ingin mengetahui apa itu “cinta”, peneliti usul bangsa ataupun kombinasi dari ketiganya
tidak bertanya kepada psikolog, tetapi peneliti yang terikat oleh sistem nilai dan budayanya.
masuk pada pengalaman pribadi tentang cinta.
Stanley Deetz menyimpulkan bahwa Berbicara masalah etnis tidak dapat
ada tiga prinsip dasar fenomenologi: pertama, dipisahkan dengan pembicaraan masalah identitas
pengetahuan tentang kesadaran. Pengetahuan (etnis). Identitas adalah konsep diri. Identitas
122 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014, halaman 119-135

tersebut dibentuk melalui proses komunikasi. Ia kategori sosial dan membentuk identitas
dikembangkan melalui proses yang tidak mudah, berdasarkan keanggotaan dalam kategori
tetapi melalui proses yang rumit dalam kurun waktu sosial. Melalui proses tersebut masyarakat
yang lama. Terkadang seseorang tidak sekedar diinternalisasikan oleh individu-individu dalam
memiliki satu identitas, tetapi multi identitas bentuk identitas sosial sebagai dasar dari kategori
yang dipengaruhi oleh masyarakat dan budaya sosial. Identitas sosial akan menghubungkan
secara dinamis (Martin & Nakayama, 2008:87). individu kepada masyarakat melalui keanggotaan
Identitas etnis merefleksikan seperangkat ide-ide kelompok yang mempengaruhi kepercayaan,
yang dimiliki anggota dari sekelompok etnis. sikap dan perilaku individu dalam hubungannya
Ini mencakup beberapa dimensi:identifikasi dengan anggota kelompok sosial lain. Social
diri, pengetahuan tentang budaya etnis (tradisi, Identity Theory menekankan aspek sosial
kebiasaan, perilaku, nilai) dan perasaan sebagai dari pada aspek individual, sedangkan teori
anggota etnis (Martin & Nayakama, 2008:97). identitas menekankan aspek individual dalam
Makna hadirnya identitas seseorang hubungannya antara individu dan masyarakat.
bukanlah proses yang sederhana. Apakah orang Interaksi keberagaman etnis tidak jarang
lain memahami diri seperti yang dipahami. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai
Identitas akan bergantung dengan siapa orang pesan yang disampaikan, sehingga dapat menimbulkan
itu berkomunikasi dan apa yang dibicarakan prasangka etnis. Hampir setiap etnis menganggap
(social conversation) (Martin & Nayakama, kelompoknyalah yang paling baik. Apabila ditinjau
2008 : 87). Melalui social conversation dari segi definisi prasangka adalah sikap (biasanya
individu mulai mengalami kesadaran ruang negatif) kepada anggota kelompok tertentu yang
dan waktu, pada saat itulah kesadaran identitas semata-mata didasarkan pada keanggotaan mereka
mulai dibangun. Tentunya dimulai dari dalam kelompok (Baron & Byrne, 1991). Sementara
kesadaran sebagai bagian dari sebuah keluarga itu, Daft (1999) memberikan definisi prasangka lebih
hingga bagian dari sebuah etnik peradaban spesifik yakni kecenderungan untuk menilai secara
(kesatuan budaya dalam lingkup yang luas. negatif orang yang memiliki perbedaan dari umumnya
Identitas etnis memiliki peran penting orang dalam hal seksualitas, ras, etnik, atau yang
dalam percaturan antaretnis. Konflik (prasangka) memiliki kekurangan kemampuan fisik. Soekanto
dapat muncul ketika terdapat perbedaan yang (1993) dalam ‘Kamus Sosiologi’ menyebutkan pula
tajam antara apa yang dipikirkan tentang diri kita adanya prasangka kelas, yakni sikap-sikap diskriminatif
dan yang orang lain pikirkan tentang diri kita terselubung terhadap gagasan atau perilaku kelas tertentu.
(Martin & Nayakama, 2008:92). Kesenjangan Prasangka ini ada pada kelas masyarakat tertentu
tersebut kalau menyangkut masalah distribusi dan dialamatkan pada kelas masyarakat lain yang ada di
fasilitas sosial dan kesempatan berpolitik dapat dalam masyarakat. Sudah jamak kelas atas berprasangka
menjadi bara dalam sekam yang sewaktu-waktu terhadap kelas bawah, dan sebaliknya kelas bawah
dapat menjadi konflik yang besar dan meluas. berprasangka terhadap kelas atas. Sebagai contoh, jika
Ada beberapa teori yang dapat kelasatasmaubergauldengankelasbawah,makabiasanya
menjelaskan masalah identitas salah satunya kelas atas oleh kelas bawah dicurigai akan memanfaatkan
adalah Teori Identitas Sosial (Social Identity mereka. Bila kelas bawah bergaul dengan kelas atas
Theory/SIT). Teori ini fokus pada formasi sosial dikira oleh kelas atas akan mencuri dan sebagainya.
sebagai produk dari kategori sosial (Hogg, Sebagai sebuah sikap, prasangka mengandung
1993; Hogg & Abrams, 1998; Turner, 1991) tiga komponen dasar sikap yakni perasaan (  feeling),
dalam L Hecht et.al. (2005:257). Kategori kecenderungan untuk melakukan tindakan (behavioral
sosial, seperti: etnis, gender dan afiliasi tendention), dan adanya suatu pengetahuan yang
sosial adalah bagian dari strkuktur sosial. diyakini mengenai objek prasangka (beliefs). Perasaan
Individu-individu terlibat dalam berbagai yang umumnya terkandung dalam prasangka adalah
Dewi Novianti dan Sigit Tripambudi, Studi Fenomenologi: Tumbuhnya Prasangka Etnis di Yogyakarta 123

perasaan negatif atau tidak suka bahkan kadangkala lokasi dan peristiwa. Warga Yogayakarta berasal
cenderung benci. Kecenderungan tindakan yang dari etnis Yogyakarta sendiri, Flores, Batak,
menyertai prasangka biasanya keinginan untuk Arab, dan Cina yang tinggal di Yogyakarta, baik
melakukan diskriminasi, melakukan pelecehan verbal sebagai mahasiswa maupun pekerja. Teknik
seperti menggunjing, dan berbagai tindakan negatif ketiga dokumen analisa isi dalam penelitian ini
lainnya. Sedangkan pengetahuan mengenai objek digunakan untuk memperoleh data yang berupa
prasangka biasanya berupa informasi-informasi, yang jenis dan isi media / dokumen yang relevan.
seringkali tidak berdasar, mengenai latar belakang
Teknik analisis yang akan digunakan
objek yang diprasangkai. Misalnya bila latar belakang
adalah analisis antar kasus (cross-site analysis).
kelompoknya adalah etnik A, maka seseorang yang
Pada tiap kasusnya akan dilakukan dengan
berprasangka terhadapnya mesti memiliki pengetahuan
menggunakan model analisis interaktif. Dalam
yang diyakini benar mengenai etnik A, terlepas
model analisis ini, tiga komponen analisisnya
pengetahuan itu benar atau tidak.Prasangka merupakan
yaitu: reduksi data, sajian data dan penarikan
salah satu penghambat terbesar dalam membangun
kesimpulan atas verifikasinya, dilakukan dalam
hubunganantar individu yang baik (Myers, 1999).
bentuk interaktif dengan proses pengumpulan
Bisa dibayangkan bagaimana hubungan
data sebagai suatu proses siklus (Sutopo, 2002).
interpersonal yang terjadi jika satu sama lain saling
Penelitian harus valid (sahih) /
memiliki prasangka, tentu yang terjadi adalah
terandalkan kebenarannya. Oleh karena itu,
ketegangan terus menerus. Padahal sebuah hubungan
dalam penelitian perlu dikembangkan validitas.
antar pribadi yang baik hanya bisa dibangun dengan
Validitas dalam penelitian ini menggunakan
adanya kepercayaan, dan dengan adanya prasangka tidak
validitas sumber dan validitas metode. Validitas
mungkin timbul kepercayaan sehingga adalah muskil
sumber berarti penelitian menggunakan
suatu hubungan interpersonal yang baik bisa terbangun.
narsumber dari berbagai pihak sehingga dapat
Dalam konteks lebih luas, kegagalan membangun
saling melengkapi dan menguji. Validitas metode
hubungan antar individu yang baik sama artinya dengan
berarti sumber data yang sama dikumpulkan
kegagalan membangun masyarakat yang damai. 
dengan cara atau metode yang berbeda.

Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
Identitas Etnis sebagai Identitas Kebanggaan
dan masuk dalam kategori constructivis social
Identitas adalah tanda-tanda yang dapat
research. Jenis data yang digunakan dalam
digunakan untuk mengenali atau mengidentifikasi
penelitian ini adalah data primer diperoleh dari
suatu entitas atau organisme tertentu. Identitas
informan melalui wawancara dengan etnis Batak,
pada individu (manusia) dapat menunjuk pada
etnis Flores, etnis Cina, etnis Jawa Yogyakarta,
nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, alamat
etnis Arab, yang berdomisili di Yogyakarta.
dan sebagainya. Identitas etnis menunjuk pada
Sementara data sekunder diperoleh melalui
sesuatu yang lebih spesifik lagi, yaitu identitas
dokumen atau arsip terkait konten-konten media
yang dimiliki sekelompok individu yang
yang relevan.
memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri tersebut
Teknik pengumpulan data dalam dapat berupa bahasa, warna kulit, suku, adat,
penelitian dilakukan dengan: wawancara pekerjaan, status sosial, agama dan sebagainya.
mendalam dengan menggunakan instrumen Namun pada umumnya identitas etnis dipahami
interview guide kepada etnis Jawa Yogyakarta, sebagai ciri-ciri untuk mengidentifikasi individu
Batak, Flores, Arab, dan Cina, yang kesemuanya yang didasarkan pada aspek kebudayaan
berdomisili di Yogyakarta. Observasi digunakan dan segala bentuknya; misalnya bahasa,
untuk melihat sumber data yang dalam bentuk adat, wilayah dan ciri-ciri fisik lainnya. Ciri-
124 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014, halaman 119-135

ciri fisik tersebut dapat berupa warna kulit, Menurut Sonafa mempertahankan
bentuk rambut, postur tubuh dan sebagainya. keberagaman tersebut cukup sulit karena
Identitas etnis bersifat unik karena dapat menciptakan kesalahpahaman yang
dapat menumbuhkan kebanggaan dan ikatan berawal dari sifat ego yang tinggi, dan bahkan
emosional sesama anggota etnis. Ikatan rasis. Setiap suku atau etnis bersikukuh
emosional tersebut dapat menyatukan kelompok dengan prinsipnya. Sedangkan kelebihan
etnis dengan ikatan kekeluargaan yang sangat dari keanekaragaman Indonesia ini adalah
kuat. Namun ikatan identitas etnis tersebut dapat bagaimana kita bisa saling bertukar pikiran dan
membahayakan jika muncul sikap primodialisme semakin memperluas wawasan berfikir kita.
dan superioritas di kalangan anggota kelompok Seorang informan dari etnis Cina, Gusty
etnis tersebut. Sikap tersebut memandang bahwa Meria atau Oey Hen Lee (nama Cina), sebagai
kelompok etnis tersebut adalah kelompok yang bagian dari etnis Cina merasa bangga karena ia
paling unggul dan sempurna dibandingkan memiliki rasa percaya diri yang tinggi soal bisnis,
dengan kelompok etnis lain. Segala sesuatu ibaratnya bisnis itu takdir untuk orang Cina.
yang dilakukan adalah untuk mengutamakan Namun dibidang lain semuanya sama tergantung
atau mementingkan kelompok etnis tersebut. usaha dan kemauan masing-masing individu.
Mengenai kebanggaan terhadap Salah satu kebanggaan sebagai
identitas etnis tersebut, seorang dari etnis Batak etnis biasanya diwujudkan dengan adanya
yang bernama Sonafa Harahap menyatakan paguyuban. Namun pada hakikatnya ia tidak
bahwa menjadi salah satu etnis yang besar memiliki paguyuban. Ia hanya memiliki
terkadang ada rasa bangga dan sedikit arogan kelompok yang berbau etnis, yakni kelompok
ada dalan diri Sonafa. Orang Batak terkenal arisan yang isinya orang Cina semuanya.
dengan sifatnya yang tegas dan keras. Hal ini Solidaritasnya tinggi dan kami saling mendukung
berbanding terbalik dengan orang Jawa yang satu dengan yang lainnya seperti saling
lemah-lembut. Selain itu orang Batak blak- memberikan masukan soal bisnis dan lainnya.
blakan, sedangkan orang Jawa baik di depan Dalam kehidupan sehari-hari faktor
kemudian di belakang sudah berubah lagi. yang paling dominan dalam membentuk
Pemikiran seperti ini terus menghantui kepribadian adalah keluarga, teman-teman dan
pikiran Sonafa, namun perlahan lahan akhirnya lingkungan. Selain dari keluarga, pengalaman
ia sadar dan menilai orang secara individu, lain dari lingkungan adalah kebanyakan orang
karena tidak semua dan tidak bisa disamaratakan. Cina adalah pedagang dan memiliki toko. Ada
Pengalaman ia dapatkan saat tinggal di Yogyakarta sebuah kepercayaan dimana jika membuka toko
yang dikuasai oleh orang Jogja sendiri. Inilah jam delapan pagi, maka kedepannya pun harus
yang menyebabkan Sonafa tidak pernah merasa membuka toko di jam delapan atau on-time, bila
didiskriminasi. Namun ia pernah merasa bahwa perlu sebelum jam delapan, agar rejekinya pun
suku Batak cukup direndahkan di Jambi. on – time jika tidak, rejekinya akan berkurang.
Menurut orang Jambi, Batak merupakan hamba Seorang informan dari etnis Jawa
atau pembantu dan hanya hidup di kelas itu. Yogyakarta, Wirdan. Ia lahir, tumbuh berkembang
Namun demikian, bagi Sonafa menjadi di tanah yang istimewa ini. Tumbuh dalam
seorang warga Indonesia menjadikan gadis ini lingkungan Jogja yang kental dengan budaya
sangat bangga karena menurutnya: “Indonesia Jawa, maka faktor yang paling dominan dalam
sangat luar biasa indah karena cuma Indonesia membentuk kepribadian adalah keluarga
negara yang memiliki kemajemukan, mulai khususnya orang tua, dan juga lingkungan
dari bahasa, agama, adat istiadat dan tentunya. Dari keluarga kususnya orangtua,
lainnya. Selain itu cuma Indonesia negara dimana mereka mendidik dengan dasar agama
yang bisa menyatukan semua perbedaan ini.” yang kuat khususnya norma-norma agama
Dewi Novianti dan Sigit Tripambudi, Studi Fenomenologi: Tumbuhnya Prasangka Etnis di Yogyakarta 125

Islam. Keberagaman inilah yang menjadikan sebaliknya mereka pun dapat belajar sesuatu
pemikirannya terbuka. Selain keterbukaan juga dari kita.Seperti terlihat dari penuturannya:
sikap saling menghargai. Selain itu, karena “Contohnya di kampus saya memiliki teman
dididik dengan agama, maka satu pandangan dari Papua, Jawa, Flores masing-masing
yang tidak bisa diubah dan melekat dalam memiliki karakter yang berbeda. Contoh
kepribadiannya adalah percaya akan adanya kongkritnya adalah orang Indonesia Bagian
Tuhan. Seperti yang dituturkan oleh Wirdan ; Timur dalam mengemukaan pendapat
“Sebagai orang Jogja dan bagian dari suku lebih blak-blakan, akibatnya terkadang
Jogja saya sangat bangga, karena Jogja yang mendapat penolakan dari orang Jawa”.
istimewa, memiliki budaya yang beragam dan Hal ini terjadi karena ia pernah ditegur saat
indah, memiliki Hamengkubuwono sebagai mengatakan sesuatu hal. Teguran ini didasarkan
panutan yang tidak dimiliki oleh etnis lain, oleh teman kampus yang beretnis Jawa. Menurut
selain itu kebanggan yang dirasakan adalah mereka secara tersirat tidak boleh secara blak-
bagaimana unggah ungguh (menggargai blakan karena itu bertanda orang berbicara
yang tua dan muda) sangat diperhatikan”. tanpa mementingkan perasaan orang lain.
Di sini seseorang satu sama lain dapat
Setiap budaya pasti memiliki keunikan saling belajar dan mengerti arti dari bangsa
tersendiri. Inilah yang menjadikan ia bangga Indonesia yang besar dan beragam tersebut.
dengan budaya Indonesia yang beragam. Keberagaman ini juga sering menjadi kekuatan
Terkadang merasa etnis Jawa khususnya Indonesia untuk berbangga, yaitu Indonesia
Jogja berbeda dengan etnis lain karena Jogja merupakan negara dengan etnis terbanyak
merupakan turunan kerajaan Mataram yang dan keberagaman yang paling besar. Orang
sangat tersohor. Jogja juga merupakan daerah luar negeri datang dengan kekaguman dimana
yang bebas dari jajahan, saat penjajahan masuk ke mereka melihat perbedaan yang nyata antara
Indonesia. Hal inilah yang menjadikan terkadang orang Papua dan orang Jawa ataupun orang
Wirdan merasa lebih dari etnis yang lainnya. Sumatra. Menurut Fathima: “ Konflik perbedaan
Maria Fathima Lama Blawa adalah itu tidak ada, yang ada hanyalah kesalahan
seorang yang berasal dari etnis Adonara - komunikasi antar individunya yang membawa
Flores Timur- NTT. Fathima memberikan nama etnis. Ini lahir dari keegoisan masing-
keterangan bahwa ia sangat erat dengan kultur masing kelompok atau individu dengan
Flores, dan menurutnya faktor yang paling beranggapan merekalah yang paling benar”.
dominan dalam membentuk kepribadiannya Sebagai gadis yang lahir di tanah Flores,
adalah keluarga inti. Setelah meninggalkan ia sangat bangga dengan kesukuannya, akan
kampung halaman, lingkungannyalah yang tetapi menurutnya, seseorang harus berkaca pada
membentuk kepribadiannya. Lingkungan Pancasila dimana ia adalah orang Indonesia,
di sini adalah seperti teman-teman ketika ada sebuah pertanyaan yang menayakan
kuliah dan teman-teman tinggal di kos. kamu orang apa? Namun untuk merealisasikan
Keluarga yang sederhana menjadikan ia jawaban itu masih sangat sulit, karena pasti
sederhana pula. Kesederhanaan ini diartikan seperti dengan lantang ia akan menjawab “Saya orang
etika dan sopan santun yang yang harus dijunjung Flores atau saya orang NTT. Sadar atau tidak
tinggi. Sedangkan di lingkungan kampus dan kos efek dari jawaban tersebut sebenarnya telah
yang membentuk kepribadian bertemu dengan memupuk sebuah perbedaaan dan pengkotak-
orang-orang yang berbeda karakter, perbedaan kotakan terhadap kesukuan, yang pada satu
karakter ini didasarkan atas lingkungan dan titik orang beranggapan etnis saya lebih
kultur yang membesarkannya. Akibatnya adalah dari etnis kamu, dia dan mereka sehingga
individu akan belajar sesuatu dari mereka, dan pemicu konflikpun semakin terbuka lebar”.
126 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014, halaman 119-135

Lingkungan desa di Adonara sangat saat ini yakni kebiasaan sungkem dan meminta
kental dan sangat teguh dengan hukum maaf kepada orang tua dan sesama saudara
adatnya. Ada sebuah ajaran dimana masyarakat di bulan Ramadhan. Ini terus dipertahankan.
mempercayai arwah nenek moyang akan Acara ini berlanjut dengan buka puasa bersama
menjaga anak cucunya kemanapun mereka dan dilanjutkan dengan kumpul keluarga.
berada sehingga walau sudah beragama Sebagai warga Negara Indonesia yang
Katolik dan hidup modern di kota seperti Jogja, berketurunan Arab, Musa sangat senang dan
tetapi ritual mendoakan arwah leluhur masih bangga. Hal ini dikarenakan adanya suatu sikap
dijalankan. Ritual ini terus dilestarikan, dan orang toleransi, walaupan adanya perbedaan suku,
yang paling berpengaruh dalam membentuk agama, ras, keyakinan dan sebagainya akan
ini adalah keuarga khususnya orang tua. tetapi semua tetap Indonesia, dan tentunya tetap
Contohnya adalah setiap kali panen satu. Musa juga sangat bangga dengan dirinya
pasti ada acara syukuran di tempat panen yang juga merupakan bagian dari suku Arab.
(sawah) maupun di rumah. Syukuran ini Kebanggaannya terletak pada keluarganya
merupakan bentuk ungkapan syukur atas hasil yang medidik Musa dari kecil hingga besar
panen yang ada. Acara ini biasanya disebut seperti saat ini dengan berbagai aturan.
dengan BUA LANGGO (yang berarti jamuan
makan malam bersama, tetapi mereka percaya Prasangka Etnis dalam Pengalaman Individu
bahwa yang ikut tidak hanya manusia akan Pengalaman individu adalah segala
tetapi arwah leluhur ikut berpesta bersama). peristiwa kehidupan yang pernah dialami
Informan lainnya yang berasal dari dan terekam dalam memori sebagai sebuah
etnis Arab, namun telah menjadi warga pengalaman (life experience). Pengalaman
negara Indonesia, yaitu Musa (laki-laki) dan individu dapat bersifat kognisi, afeksi maupun
Bela (wanita). Musa menjelaskan bahwa Ia konasi. Akumulasi pengalaman individu yang
merupakan seorang enterprener muda yang terinternalisasi dapat membentuk sistem nilai
telah tinggal di Jogja selama enam tahun. yang akan menjadi dasar panduan dalam berfikir,
Bagi Musa, sebagai seorang mahasiswi bersikap dan bertindak. Respon terhadap objek
dan seorang enterprener tentunya banyak yang berupa nilai, pemikiran maupun tindakan
faktor yang mempengaruhi kepribadiannya. akan didasarkan pada sistem nilai yang ada pada
Menurutnya faktor yang paling setiap individu. Pengalaman individu sangat
berpengaruh adalah keluarga. Baginya keluarga bersifat kontekstual dan subjektif. Objek (nilai,
benar-benar memberikan dampak langsung pemikiran, peristiwa) yang sama dapat dimaknai
dalam membentuk kepribadiannya, namun secara berbeda oleh individu yang berbeda.
saat kuliah, lingkungan dan teman-teman yang Indonesia adalah bangsa yang multietnis
memberikan pengaruh dalam pembentukan yang terdiri dari berbagai suku, ras, agama, status
kepribadian. Namun itu terus berkembang hingga sosial dan sebagainya. Etnis-etnis tersebut ada
menjadi seorang enterprener, kepribadiannya yang kuat, ada yang lemah, ada yang besar – ada
terus mendapatkan stimulus seperti dari rekan yang kecil, ada yang perbedaannya ekstrim (secara
bisnis, maupun para konsumen-konsumennya. fisik) – ada yang tidak. Misalnya orang Jawa
Musa pun menambahkan bahwa ibadah adalah mayoritas, umat Islam juga mayoritas,
itu merupakan pengalaman yang benar-benar secara ekstrim fisik orang Indonesia Bagian
diajarkan secara solid kepadanya dari Abba-nya. Timur berbeda dan sebagainya. Kesemuanya
Apalagi menjadi seorang laki-laki yang pada saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam
akhirnya akan menjadi imam dalam keluarga berbagai urusan kehidupan; baik untuk
tentunya agamanya harus kuat. Selain itu ada juga urusan belajar, ekonomi, politik, kesempatan
kebiasaan-kebiasaan yang terus dibawa hingga kerja, distribusi kekuasaan dan sebagainya.
Dewi Novianti dan Sigit Tripambudi, Studi Fenomenologi: Tumbuhnya Prasangka Etnis di Yogyakarta 127

Dialektika tersebut sering dikenal dengan Cina, menyatakan bahwa cara pandang seseorang
istilah komunikasi antarbudaya yang juga sering terhadap suku atau etnis lain sebenarnya itu
diasosiasikan dengan komunikasi antaretnis. merupakan cermin dari apa yang mereka
Pengertiannya adalah proses pertukaran pesan lakukan (identitas etnis tertentu). Contohnya
(interaksi dan komunikasi) yang melibatkan orang Batak terkenal dengan ngomongnya yang
individu-individu yang memiliki perbedaan suku, galak dan tegas, orang Jawa malu-malu, untuk
ras, agama, status sosial-ekonomi dan sebagainya. orang Indonesia Bagian Timur yang selalu
Dalam peristiwa tersebut sering muncul adanya saya dengar dan lihat sering membuat rusuh.
prasangka etnis. Prasangka etnis dapat muncul “Makanya saya menilai mereka itu perusuh”.
karena persaingan dalam memperebutkan Dahulu ada pembantaian terhadap orang Cina.
sumber daya yang ketersediaannya terbatas. Namun makin maju pikiran orang, maka makin
Setiap peristiwa tersebut menjadi pengalaman terbuka dan berkembang, sehingga semoga saja
individu dan menjadi nilai yang dapat tidak akan terjadi lagi seperti itu. Beruntungnya
dikomunikasikan dari generasi ke generasi. selama ini ia tidak pernah mendapatkan masalah
Oleh karena masalah prasangka etnis adalah dengan etnis lainnya ataupun didiskriminasikan.
masalah unik yang sulit dicari pemecahannya Dalam pergaulan sehari-hari, baik itu
dan sangat mengancam kehidupan bangsa. di kampus, di rumah, di kos ataupun dalam
Berikut ini adalah penuturan informan- dunia bisnis Ia tidak pernah memilih-milih etnis
informan mengenai tumbuhnya prasangka etnis apapun dan agamama apapun. Semuanya ia
tersebut: menurut Sonata Harahap, seorang jadikan teman sehingga ia memiliki teman dari
gadis yang berasal dari etnis Batak, menyatakan NTT, Bali, Batam,Jawa, Cina, Sulawesi dan
bahwa prasangka etnis bisa muncul dikarenakan Kalimantan. Selama ini ia menikmati karena
cerita yang secara turun temurun berkembang setiap culture mengajarkan sesuatu yang berbeda,
dalam masyarakat. Akibatnya sering seseorang dan inilah yang akan menjadi masukan kemudian
melihat cara pandang terhadap suatu etnis menjadi materi yang pada akhirnya membuka
dengan cara menggeneralisasi, terutama pikiran tentang arti pluralis untuk Indonesia.
terhadap nilai-nilai yang negatif. Contohnya Suku yang paling dominan itu tergantung
ketika melihat orang Indonesia Bagian Timur diobjek yang mana. Contohnya di bidang
berkelahi maka disamaratakan bahwa semua perdagangan dikuasai oleh suku Cina atau
mahasiswa dari Indonesia Bagian Timur adalah Padang, di bidang pemerintahan dikuasai oleh
mahasiswa yang suka berkelahi dan nakal. suku Jawa dan dibidang hukum dikuasai oleh
Etnis yang paling dominan di Indonesia orang-orang suku Batak. Sedangkan agama
adalah Jawa, hal ini dapat dilihat dari pemerintah yang paling mendominasi adalah agama Islam.
pusat. Semua orang Jawa menyebar dari Sabang- Karena penduduk Indonesia mayoritas beragama
Merauke. Akibat etnis yang dominan adalah etnis Islam. Hal inilah yang yang menjadikan kadang
Jawa, maka pembanguan pun berkembang di beberapa oknum memanfaatkan kesempatan
Jawa saja, sedangkan seperti di Kalimantan dan ini untuk menindas yang lain. Solusi masalah
Sumatra tidak ada penyamarataan. Melihat hal ini ini adalah bagaimana setiap orang harus bisa
terkadang Sonata Harahap merasa iri. Alangkah saling menghargai dan harus mampu membaur,
baiknya jika terjadi penyamarataan diberbagai dengan tetap menjadi diri kita namun bisa
bidang sehingga tidak menimbulkan kecemburuan menerima dan menghargai apa yang menjadi
tertentu. Solusinya adalah dengan meyamaratakan perbedaan. Dalam dunia kerja seseorang harus
pembanguan dan kekuasaan. Contohnya pilihlah mampu hidup dan kerja secara profesional.
Presiden dan Wakil yang dapat membawakan Masalah etnis yang melekat pada sebuah
aspirasi keberagaman yang ada di Indonesia. keyakinan (agama) ini juga merupakan sebuah
Gusty Meria, yang berasal dari etnis masalah ketika diterapkan dalam kehidupan
128 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014, halaman 119-135

sehari-hari. Sebab setiap etnis mempunyai oleh ayah dan kakek yang merupakan seorang
kebudayaan yang sangat beragam, sehingga dalang dan juga seorang pemain wayang maka
sangat sulit untuk menjadikan salah satu sejak kecil ia sudah mencintai budaya Jawa
budaya sebagai patokan. Alangkah baiknya yang salah satunya wayang. Pergaulan dalam
diambil jalan tengahnya sehingga tidak kesehariannya sangat mudah beradaptasi dengan
menyebabkan sebuah masalah yang besar teman sesama etnis Jawa ataupun diluar Jawa.
yang dapat berakibat sebuah perpecahan. Contohnya adalah ia memiliki teman
Masalah agama juga menjadi sangat dari Papua, NTT, Bali, Batak, Kalimantan dan
sensitif dan cepat sekali menjadi pemicu Sulewesi. Pengalamannya sebagai seorang
perpecahan di Indonesia. Memei melihat anggota pemain sepak bola yakni memiliki teman orang
agama yang mendominasi terkadang menganggap Papua, mereka bermain dan belajar bersama
dirinya/agamanya lebih dari anggota agama yang dan bisa menerima satu dengan yang lainnya.
lain. Inilah yang menjadi pemicu perpecahan Hal ini dapat terjadi karena saling menghargai
ataupun perang agama di Indonesia. Solusinya dan menghormati satu dengan yang lainnya.
adalah seseorang harus bisa saling terbuka dan Kesannya yang didapatkan saat bergaul dengan
juga bisa mengadakan event dimana setiap suku salah satu teman dari NTT adalah mereka benar-
hadir dan saling mepertunjukan kebudayaan benar mengajarkan kepadanya bagaimana
Indonesia serta nilai-nilainya sehingga masalah– bisa survive dengan apapun yang kita miliki,
masalah pelabelan negatif, kecurigaan yang apakah ilmu, kemampuan maupun menjaga diri.
tidak mendasar bisa hilang dan masyarakat pun Maria Fathima Lama Blawa Etnis yang
bisa memperdalam khazanah budaya Indonesia. berasal dari Adonara - Flores Timur- NTT
Seorang informan dari etnis Jawa menjelaskan pengalamannya, bahwa memandang
(Jogja), Wirdan, menerangkan bahwa etnis lain selama hidup di Jogja cukup rumit,
sejauh ini ia mengamati perlakuan etnis lain contohnya mengenai tata krama kehidupan
terhadap etnis Jawa menurutnya biasa saja. bersosial. Orang Jawa dan orang NTT mempunyai
Hal ini dikarenakan menurut Wirdan: “Kita tujuan yang sama namun cara menyampaikannya
sangat menghargai budaya lain yang masuk. berbeda. Dalam banyak hal untuk menyampaikan
Menghargai inilah yang dapat menghindarkan sesuatu orang Jawa akan melakukannya dengan
konflik dan menghargai inilah yang menjadikan bahasa verbal dan non verbal yang halus dan
kita saudara tanpa adanya diskriminasi”. saling mendukung, berbeda dengan orang
Setiap kali melihat etnis lain dalam Indonesia Bagian Timur yang menggunakan nada
pikiran Wirdan pertama kali adalah keunikan yang tinggi sehingga sering kali dikatakan kasar.
dari suku dan individu tersebut. Sebagai makluk Melihat perbedaan ini hendaknya kita harus
sosial sudah selayaknya kita belajar untuk cerdas, dan bergantung individunya masing-
mengerti perbedaan yang ada. Menurut Wirdan: masing. Menurut Fanty, ia menerima itu karena
“Pengalaman pribadi saya bergaul dengan ia melihat perbedaan yang menjadi ciri khas
orang berbeda suku dan etnis sangat masing-masing. Ia belum pernah merasa lebih
bergam, contohnya temen saya yang dari dan memandang etnis lain lebih rendah darinya.
NTT orangnya keras pada prinsip dan dalam Selama ini beruntung, ia belum
menyampaikan sesuatu selalu to the point, mendapatkan penolakan secara langsung
berbeda dengan orang Jawa yang akan dan terbuka, akan tetapi yang Ia lihat bahwa
malu-malu terlebih dahulu, menurut saya ini diskriminasi itu lebih tertuju pada etnis
adalah potret indahnya sebuah perbedaan”. Papua. Pengalaman yang diperolehnya
bahwa banyak teman-teman yang
Identitas sukunya dibentuk oleh mengolok-olok orang Papua di kelas namun
lingkungan dikarenakan sejak kecil ia dibentuk menggunakan bahasa daerah mereka sendiri.
Dewi Novianti dan Sigit Tripambudi, Studi Fenomenologi: Tumbuhnya Prasangka Etnis di Yogyakarta 129

Berbicara mengenai individu yang sangat sesama manusia. Jadi jika mereka menghargai
terikat satu dengan yang lainnya dalam culture, maka saya akan menghargai juga, dan jika
kadang seseorang harus mampu menilai sesorang tidak maka saya akan tidak menghargai pula”.
atau sukunya, karena dua elemen tersebut saling Sebagai mahasiswa perantau, Fanty ikut
terikat satu sama lainnya. Menurut Fanty, ia akan paguyuban sesama orang Flores, menurutnya
tetap menilai individu, karena baginya individu ikatan kekeluargaannya sangat tinggi dan
memiliki rasio untuk menunjukan mana yang sangat solider. Sebagai wanita ia sangat merasa
benar dan mana yang tidak benar. Karena ketika nyaman karena selalu merasa dilindungi
individu bisa berubah jika ia memiliki teman oleh mereka, karena laki-laki Indonesia
dan lingkungan. Teman dan lingkungan yang Timur sangat menjunjung tinggi wanita.
jelek akan membentuk individu tersebut jelek, Sementara itu, informan dari etnis Arab,
akan tetapi jika ia bergaul dengan lingkungan Musa memaparkan pengalamannya berawal
dan teman yang baik, maka ia akan baik pula. dari keluarga yang sangat kuat mendidik,
“Jika melihat etnis lain dan belum menjadikannya sebagai pribadi yang kuat.
mengenal mereka, maka yang terbersit Hal ini dapat dilihat dari pandangan seorang
pertama kali adalah jika itu etnis dari Musa terhadap etnis atau suku yang berbeda
Indonesia Bagian Timur seperti Ambon, dengannya “Mereka masih menjadi bagian
Maluku, Papua maka saya dengan segera dari Bangsa Indonesia”. Menurutnya setiap
melihat mereka sebagai saudara, tetapi etnis memiliki karakter yang berbeda-beda,
jika melihat orang itu dari Indonesia Barat dan kita harus memaklumi itu. Menurut Musa
maka seperti mereka lain dan berbeda”. selama ini dia belum pernah didiskriminasi,
karena ia mampu meradaptasi dengan
Jika melihat suku-suku dari Indonesia perbedaan yang ada, sehingga dalam melihat
Bagian Timur, maka ia merasa dekat karena atau menilai suku tertentu Ia lebih cerdas.
kebiasaan seperti rajin pesta, suka minum-minum,
suka dansa dan logatnya hampir sama sehingga Prasangka Etnis dan Konflik Antaretnis
membuat keintiman semakin terasa. Berbeda Sebagai bangsa yang multietnis, bangsa
dengan suku-suku Indonesia Barat seperti Jawa. Indonesia memiliki banyak kelebihan dan
“Saya sebagai pendatang menghargai mereka kekurangan. Kelebihannya adalah kekayaan
sebagai tuan tanah dan menghargai mereka dan keberagaman kebudayaan yang akan
sebagai sesama umat manusia akan tetapi sulit memperkaya khasanah kebudayaan bangsa.
menerima mereka sebagai keluarga. Tegur Namun kelemahannya adalah akan menjadi
sapa di kampus dan kos biasa akan tetapi untuk bangsa yang rawan dengan konflik antaretnis.
intim dan akrab tidak bisa. Sepertinya ada Bentuk awalnya adalah sekedar tumbuhnya
yang mengganjal dan menolak dari dalam”. prasangka-prasangka etnis sampai dalam
bentuk yang ekstrim yaitu pertikaian dan
Ini mungkin terjadi karena ia terlalu peperangan yang banyak memakan korban jiwa.
intim dengan orang Indonesia Bagian Timur Menurut Sonata Harahap, Indonesia
saja sehingga untuk masuk ke dalam kehidupan rentan dengan konflik perbedaan SARA yang
mereka cukup sulit. Sebagai mahasiswa di Jogja, disebabkan karena kurangnya kesadaran saling
Fanty bergaul bebas namun selama ini dia lebih memiliki satu dengan yang lainnya. Selain itu,
fokus bergaul akrab dengan sesama anak NTT, sifat fanatik berlebihan dan ego merasa lebih
walaupun juga bergaul dengan etnis lainnya seperti baik dari yang lain. Kita juga selalu “menutup
Jawa, Sumatra, Maluku dan Kalimantan. Selama mata” dengan golongan lain yang dianggap tidak
ini hal yang menjadi patokan dalam hidupnya se-level. Akan tetapi alangkah baiknya jika kita
adalah “Akan selalu menghargai siapapun sebagai merubah pemahaman ini dimana dengan bersatu
130 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014, halaman 119-135

saling menghargai satu dengan lainnya sehingga konflik yakni masing-masing mau membuka
bangsa Indonesia semakin solid dan dunia pun diri dan belajar akan budaya lain, jika semua
akan menjadikan Indonesia sebagai contoh. mengetahui, maka masing-masing berusaha
Solusi untuk meminimalkan konflik memahaminya, jika bisa paham, maka akan
yang didasari oleh SARA adalah dengan belajar ada langkah real dalam menyelesaikan masalah
komunikasi antarbudaya. Dengan memahami ini. Contohnya seminar antarbudaya, atau juga
komunikasi antarbudaya, maka konflik dapat malam kesenian/ bazar budaya dimana setiap etnis
diselesaikan dan ditinggalkan. Dengan saling mementaskan kebudayaannya masing-masing.
menceritakan dari mulut ke mulut akan lebih Langkah ini juga bisa menjadi solusi
efektif saat seseorang mencitrakan etnis atau pelabelan negatif terhadap etnis tertentu, seperti
individu tertentu. Juga dapat dilakukan eksibisi yang diketahui kebanyakan dari mereka tidak
seperti dengan mengadakan pameran kebudayaan saling mengenal budaya satu dengan lainnya.
Nusantara, selain itu juga dengan mengadakan Dengan kegiatan ini otomatis diharapkan
unjuk performa setiap kebudayaan. Intinya setiap pelabelan negatif terhadap daerah tertentu
diri saling mengenal individu dan etnis lain bisa hilang, dikarenakan orang mengenal
tersebut secra utuh dan tidak setengah-setengah. dan mengerti keberagaman budaya tersebut.
Menurut Gusty Meria Yudani Wijaya, Maria Fathima Lama Blawa (Fanty)
informan yang berasal dari etnis Cina, yang berasal dari Adonara - Flores Timur- NTT
Indonesia merupakan negara yang besar dengan menjelaskan jika berbicara mengenai konflik
keberagaman yang sangat besar pula. Keunikan yang didasarkan pada perbedaan etnis atau
ini karena satu pulau saja memiliki etnis dan suku ia berpendapat bahwa banyak etnis yang
suku yang beragam jika kita bandingakan masih ego dan tidak mau membuka diri. Ada
dengan berapa pulau yang ada di bumi Nusantara etnis yang merasa lebih dibandingkan etnis
ini. Selain itu yang menjadi kekurangannya lainnya. Konflik yang sering terjadi dapat kita
adalah kita masih mempertahankan ambil contoh adalah konflik antara pendatang
ego dari sukunya masing-masing. dan penduduk asli, karena sama-sama merasa
Contohnya banyak orang-orang memiliki sehingga konflik sulit dihindarkan.
Indonesia Bagian Timur yang suka bergerombol Solusinya adalah masing-masing harus bisa
dan kemudian ketika ada masalah mereka sangat saling menghargai dan menghilangkan ego
rusuh dan mengganggu kehidupan orang lain saat ada masalah dan berusaha bermusyawarah
serta lingkungan sekitarnya, khususnya warga demi mendapatkan jalan keluar yang terbaik.
Jogja. Mereka sangat mengusik kehidupan orang Prasangka etnis bisa muncul dikarenakan
Jogja. Seharusya mereka sebagai pendatang yang sudah tertanam sejak kecil diri turun-temurun,
mematuhi norma-norma yang berlaku di Jogja. sehingga sebelum mengenal orang (etnis) tertentu
Namun pada kenyataannya tidak demikian, sudah menilai negatif orang (etnis) tersebut
mungkin mereka itu tidak memiliki aturan atau berdasarkan yang didengarnya. Solusinya
memang tidak mau mengenal budaya orang lain. adalah masing-masing harus mengenal orang
Memang tidak semuanya begitu banyak juga lain secara personal dan bukan apa kata orang,
teman-teman saya yang dari Indonesia Bagian karena setiap orang akan menilai berdasarkan
Timur yang orangnya baik dan tidak aneh-aneh. pengalaman dan sudut pandang yang berbeda.
Seorang informan dari etnis Jawa (Jogja), Menurutnya konflik etnis hanya banyak
Wirdan, menerangkan bahwa rentannya konflik yang menambahkan bumbu agama sehingga lebih
yang disebabkan oleh perbedaan etnis yakni kompleks. Agama dijadikan alasan untuk saling
kurangnya media penyalur komunikasi. Penyalur menjatuhkan satu dengan yang lainnya. Agama
komunikasi ini adalah media komunikasi lintas sebagai pemicu, karena sangat sensitif isu agama.
budaya dan negara. Solusi untuk menghindari Etnis yang paling dominan adalah etnis Jawa. Hal
Dewi Novianti dan Sigit Tripambudi, Studi Fenomenologi: Tumbuhnya Prasangka Etnis di Yogyakarta 131

ini dikarenakan bisa dilihat dari pemimpin RI politik pun juga dikuasai orang Jawa. Melihat ini
yang pertama sampai sekarang masih dipegang menurut Bella, “Harusnya ada pemerataan, biar
oleh orang Jawa. Intinya jika seseorang bisa tidak ada timpang dan keirian etnis nantinya.
menghargai, maka konflik akan lenyap, karena Sarannya adalah berani memilih pemimpin
saling menghargai adalah buah cinta kasih yang Indonesia dari luar orang Jawa, sehingga
diajarkan dalam agama-agama besar di Indonesia. cara memimpin bangsa Indonesia pun semakin
Sementara itu, dua informan dari keturunan beragam, dan lebih tegas serta blak-blakan.”
Arab, yaitu Musa dan Bela menyampaikan
pendapatnya yaitu bahwa berbicara mengenai Pembahasan
perbedaan etnis di Indonesia, yang rentan Citra yang melekat pada kota Yogyakarta
dengan konflik. Hal ini dikarenakan adanya sebagai kota seni dan budaya, serta kota pelajar,
oknum-oknum yang fanatik berlebihan dan menyebabkan tingginya daya tarik kota tersebut.
berakibat menjadikan konflik itu ada. Menurut Citra tersebut tidak disematkan begitu saja, akan
Musa rentannya konflik, dikarenakan adanya tetapi muncul karena secara fisik Yogyakarta
individu dan kepentingannya menunggangi memang kota yang kaya akan karya seni dan
sesuatu seperti Ormas (organisasi masyarakat) budaya. Di sisi lain Yogyakarta juga terdapat
dan mulai melakukan aksinya pada akhirnya banyak perguruan tinggi. Kedua hal tersebut
yang mejadi korban bukan saja Ormas tersebut, yang menyebabkan banyaknya pendatang ke
tetatpi agama yang dijadikan patokan olah Yogyakarta baik sekedar untuk tujuan wisata,
Ormas tersebut yang tercoreng namanya. ataupun melanjutkan studi. Pengunjung atau
“Solusinya adalah kita harus bisa pendatang tersebut terdiri dari berbagai etnis
menyatukan pemahaman dengan toleransi seperti etnis Batak, Cina, Arab dan etnis Flores.
dimana kita harus mampu mengerti dan Etnis terbesar dan dominan di Yogyakarta
memahami betapa banyak perbedaan yang adalah suku Jawa khususnya Yogyakarta sendiri.
kita miliki. Selain itu kita harus biasakan dari Beragam etnis ini menimbulkan
diri kita sendiri bahwa kita menjadi contoh banyak perbedaan seperti fisik, budaya,
untuk melawan pelabelan negatif yang kebiasaan,agama, dan sebagainya. Prasangka
ditujukan untuk kelompok atau etnis kita”. antar etnis tidak dapat dihindari karena adanya
perbedaan tersebut. Di samping perbedaan ada
Munculnya prasangka etnis dikarenakan pula faktor lain yakni stereotype yang melekat
tidak ada saling percaya satu dengan yang pada masing-masing etnis. Faktor lainnya adalah
lainnya, akibatnya setiap etnis selalu beranggapan adanya kebanggaan akan etnis masing-masing.
bahwa etnis lain buruk dan kita yang terbaik. Ketiga faktor di atas memicu terjadinya
Namun terkadang sering kali juga berpandangan prejudice atau prasangka yang tak jarang
negatif terhadap suku tertentu akibat berita yang berujung pada konflik atau pertikaian. Prasangka
berkembang dan mendengar dari teman terdekat. terhadap etnis di Indonesia tumbuh karena
Namun balik lagi seseorang harus menilai faktor sejarah yang disampaikan secara turun-
individunya, jangan karena satu yang bermasalah temurun dalam keluarga. Akibatnya prasangka
pada akhirnya semua disamaratakan. Untuk (stereotip negatif) terhadap etnis lain sudah
meredam ini kita secara pribadi jangan berupaya tumbuh terlebih dahulu sebelum mengenal
unuk membuat masalah, jika atmosfer masalah atau berinteraksi dengan etnis tersebut. Situasi
muncul dengan lawan yang sukar diajak biacara di atas diperkuat dengan penilain negatif yang
atau lainnya hendaknya kita menjaga jarak. langsung ditujukan kepada kelompok etnis
Etnis yang paling dominan di Indonesia secara mayoritas. Walaupun sebuah perilaku
adalah Jawa, karena dari ujung Sabang hingga negatif hanya dilakukan oleh individu (oknum)
Merauke dapat dipastikan ada orang Jawa. Dunia dari etnis tertentu. Penggeneralisasian seperti
132 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014, halaman 119-135

ini semakin menumbuhkan prasangka etnis sama. Perasaan seperti ini tidak dapat tumbuh
konflik , bahkan sampai pada pertikaian terhadap etnis lain stereotype yang muncul
tataran konflik atau pertikaian antaretnis. sama dengan orang Batak yakni blak-blakan,
Prasangka etnis yang didasarkan bicara dengan nada tinggi, keras dan to the point.
pada keyakinan agama bersifat lebih sensitif Paparan di atas menunjukkan pentingnya
dibandingkan dengan prasangka yang didasarkan memahami keberagaman dari perspektif
berdasarkan etnis suku, ras dan lainnya. Namun Fenomenologi agar tidak terjadi prasangka.
demikian prasangka yang didasarkan pada Prasangka yang pada akhirnya mengakibatkan
etnis agama hanya dihembuskan oleh oknum konflik. Fenomenologi yang disampaikan oleh
tertentu yang sengaja memanfaatkan isu Stanley Deetz dapat dipakai dalam mengupas
tersebut untuk kepentingan kelompok tertentu. permasalahan prasangka etnis di Yogyakarta
Penilaian terhadap etnis sendiri dan . Tiga prinsip dasar fenomenologi menurut
stereotype bagi etnis lain dapat dilihat dari Stanley Deetz yakni, pertama, pengetahuan
pemaparan para narasumber penelitian yang tentang kesadaran. Kedua, makna “sesuatu”
mewakili masing-masing etnis seperti Jawa tergantung penting tidaknya “ sesuatu” itu
Yogya, Batak, Flores, Arab dan Cina, semua dalam kehidupan seseorang. Ketiga, bahasa
menyatakan bangga akan etnisnya masing- merupakan sarana memahami makna.
masing. Semua merasa memiliki kelebihan Apabila dikaitkan dengan permasalahan
yang tidak dimiliki oleh etnis yang lainnya. yang diangkat dalam penelitian ini, maka ketiga
Etnis Jawa Yogya sebagai tuan rumah merasa prinsip ini bisa menguraikan lebih mendalam
memiliki kelebihan budaya yang beragam prasangka etnis yang ada. Pertama prasangka
indah, memiliki Hamengkubuwono sebagai bisa diatasi dengan pengetahuan pentingnya
panutan yang tidak dimiliki oleh etnis lain, keberagaman sebagai suatu kekuatan dan
selain itu kebanggan yang dirasakan adalah kelebihan yang perlu dijaga. Masing-masing etnis
bagaimana unggah ungguh (menghargai yang ada di Yogya khususnya etnis Jawa Yogya
yang tua dan muda) sangat di perhatikandan sendiri, Batak, Cina,Arab, dan Flores yang menjadi
terkenal lemah lembut, serta malu-malu. obyek penelitian perlu menyadari pentingnya
Namun stereotype yang melekat adalah pengetahuan tentang perbedaan antar etnis.
etnis Jawa Yogya khususnya baik di depan Pengetahuan tentang perbedaan, disertai dengan
kemudian di belakang sudah berubah lagi, ini kesadaran bisa diwujudkan melalui komunikasi
diutarakan oleh Sonafa yang berasal dari etnis antar budaya dari berbagai etnis tersebut.
Batak. Etnis Batak memiliki kebanggan dari Perlunya forum-forum khusus yang mengkaji
segi keterbukaan, terus terang, namun stereotype tentang perbedaan etnis, sehingga masing-masing
yang muncul adalah keras dan blak-blakan. Lain etnis dapat saling mengerti dan menyadari.
halnya etnis Cina kebanggaanya adalah berasal Seperti yang diungkapkan oleh beberapa
dari keturunan pedagang dan menghargai waktu. narasumber di atas pada intinya mereka bangga
Sementara Etnis Arab bangga akan bentuk menjadi warga Negara Indonesia, sebagai salah
fisiknya dan agama yang dianutnya terutama satu bangsa yang memiliki banyak etnis di
ibadahnya, namun stereotype yang muncul adalah dunia. Kajian komunikasi antar budaya juga
orang Arab identik dengan “Unta” walaupun itu perlu diwujudkan dalam kurikulum pendidikan
candaan saja tapi bagi orang Arab merendahkan. yang ada, tidak hanya pada program studi ilmu
Etnis Flores bangga dengan solidaritas komunikasi tetapi dari pendidikan dasar sampai
kelompoknya terutama di perantauan. Mereka perguruan tinggi dengan berbagai disiplin
sering mengadakan pesta, merasa satu keluarga ilmu yang ada. Fatin salah satu etnis Flores
karena berasal dari satu kawasan yang sama dan yang tinggal di Yogyakarta mengungkapkan
memiliki ciri-ciri fisik dan logat bahasa yang sebenarnya konflik antar etnis itu tidak
Dewi Novianti dan Sigit Tripambudi, Studi Fenomenologi: Tumbuhnya Prasangka Etnis di Yogyakarta 133

ada, yang ada adalah masalah komunikasi. bahasa yang berbeda. Bahasa Indonesia sebagai
Kedua mempelajari tentang makna bahasa pemersatu di Negara kita, khususnya
ataupun simbol-simbol yang digunakan oleh di Yogyakarta hendaknya bisa dipahami
etnis yang ada, sehingga tidak menimbulkan bersama oleh berbagai etnis yang ada di Yogya.
stereotype atau identitas yang bersifat negatif. Tak jarang terjadi ketersinggungan atau
Setiap etnis memiliki bahasa yang berbeda, prasangka manakala ada diantara etnis di Yogya,
budaya, agama, adat-istiadat, norma, nilai, dan dimana salah satu etnis tersebut menggunakan
tata cara yang berbeda. Dengan demikian, perlu bahasa ibunya, sementara etnis lainnya tidak
pula masing-masing etnis yang ada di Yogyakarta memahaminya. Semua narasumber meyakini
untuk mengetahui ini. Paling tidak makna- salah satu faktor penting yang dapat mencegah
makna umum yang kerap atau lazim digunakan. terjadinya prasangka etnis adalah pendidikan
Bagi etnis pendatang seperti Batak, keluarga terutama orang tua. Kemudian sekolah
Flores, Cina, dan Arab hendaknya sedikit banyak atau pendidikan formal, serta lingkungan.
mempelajari kebudayaan, bahasa, ataupun Dari uraian di atas, faktor pendukung
symbol-simbol baik verbal maupun nonverbal yang dapat mengurangi prasangka antar etnis
etnis Jawa Yogya sebagai penduduk asli dan di Yogyakarta adalah pendidikan keluarga,
merupakan etnis mayoritas. Sementara sebaliknya, lingkungan, tingkat pendidikan etnis itu sendiri,
penduduk Yogyakarta sebagaimana yang serta budaya etnis Jawa Yogyakarta sebagai
diungkapkan oleh Wirdan bahwa warga Yogya penduduk asli dan mayoritas yang lemah lembut,
bisa menerima perbedaan pendatang dengan santun, mengenal unggah-ungguh. Faktor
bersikap terbuka. Seperti yang diungkapkan penghambat adalah masing-masing etnis memiliki
Sonafa (etnis Batak) bahwa Orang Batak kebanggan tersendiri akan etnisnya, merasa
terkenal dengan sifatnya yang tegas dan keras. etnisnya lebih hebat (superioritas/ etnocentris) dan
Hal ini berbanding terbalik dengan adanya stereotype negative terhadap etnis lainnya.
orang Jawa yang lemah-lembut. Selain itu orang
Batak blak-blakan, sedangkan orang Jawa baik Simpulan
di depan kemudian di belakang sudah berubah Penelitian ini menghasilkan
lagi. Pemikiran seperti ini terus menghantui beberapa kesimpulan berikut ini :
pikiran Sonafa, namun perlahan lahan akhirnya ia a. Prasangka-prasangka terhadap etnis di
sadar dan menilai orang secara individu, karena Indonesia banyak tumbuh karena faktor sejarah
tidak semua orang bersikap sama dan tidak bisa yang disampaikan secara turun-temurun dalam
disamaratakan. Pengalaman ini ia dapatkan saat keluarga. Akibatnya prasangka (stereotip
tinggal di Jogja yang dikuasai oleh orang Jogja negatif) terhadap etnis lain sudah tumbuh terlebih
sendiri. Inilah yang menyebabkan Sonafa tidak dahulu sebelum mengenal atau berinteraksi
pernah merasa didiskriminasi. Namun Ia pernah dengan etnis tersebut. Situasi di atas diperkuat
bahwa suku Batak cukup direndahkan di Jambi. dengan penilain –penilain negatif yang langsung
Menurut orang Jambi, Batak merupakan hamba ditujukan kepada kelompok etnis secara
atau pembantu dan hanya hidup di kelas itu. mayoritas, walaupun sebuah perilaku negatif
Faktor ketiga adalah bahasa. Bahasa hanya dilakukan oleh individu (oknum) dari etnis
merupakan faktor penting sebagai pemersatu. tertentu. Penggeneralisasian seperti ini semakin
Bahasa yang sama dapat membuat pihak yang menumbuhkan prasangka-prasangka etniskonflik
terlibat dalam berkomunikasi mengurangi , bahkan sampai pada pertikaian tataran konflik
kesalahpaman (miscommunication). Orang yang atau pertikaian antaretnis. Prasangka etnis yang
berkomunikasi dengan bahasa yang sama, tak didasarkan pada keyakinan agama bersifat
jarang terjadi kesalahpaman (miscommunication), lebih sensitif dibandingkan dengan prasangka
apalagi mereka yang berkomunikasi dengan yang didasarkan berdasarkan etnis suku, ras
134 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014, halaman 119-135

dan lainnya. Namun demikian prasangka yang kasih atas bantuan LPPM UPN “Veteran”
didasarkan pada etnis agama hanya dihembuskan Yogyakarta yang telah memberikan bantuan
oleh oknum tertentu yang sengaja memanfaatkan pendanaan dengan skim Penelitian Dasar.
isu tersebut untuk kepentingan kelompok tertentu. Di samping itu peneliti juga mengucapkan
b. Pengalaman-pengalaman pribadi dari terima kasih kepada para narasumber
subyek penelitian yakni dari Etnis Jawa Yogya, yang telah bersedia di wawancarai untuk
Batak, Flores, Cina dan Arab yang tinggal di memberikan masukan mengenai pengalaman-
Yogyakarta masing-masing merasa bangga dengan pengalaman pribadinya terkait prasangka etnis.
etnisnya. Namun stereotype secara turun temurun
masih melekat pada masing-masing etnis tersebut. Daftar Pustaka
Mereka menyadari bahwa masing-masing Etnis
memiliki kelebihan dan kekurangan. Umumnya Barker, Chris. 2000, Cultural Studies: Theory and
Etnis pendatang menyukai tinggal di Yogyakarta Practice, London:Sage Publications.
disebabkan pertama, penduduk asli Yogya yang Denzin, Norman K dan Lincoln, Yvonna.
cukup terbuka untuk menerima pendatang, dan 1994. Handbook of Qualitative
kedua, citra kota Yogyakarta sendiri sebagai kota Research. London : Sage Publications
seni dan pariwisata, serta sebagai kota pelajar . Griffin, Em. 2000. A First Look At
c. Faktor pendukung yang dapat Communication Theory. Boston:
mengurangi prasangka antar etnis di Yogya Mc.Graw Hill Book Company
adalah pendidikan keluarga, lingkungan, Heach, Michael L, Warren Eura Jung,
tingkat pendidikan etnis itu sendiri, serta Jennifer R, Kreiger, Janice L
budaya etnis Jawa Yogya sebagai penduduk 2005, The Communication Theory
asli dan mayoritas yang lemah lembut, santun, of Identity, in: Theorizing about
mengenal unggah-ungguh. Faktor penghambat Intercultural Communication,
adalah masing-masing etnis memilki kebanggan edotir : William B Gudykunst,
tersendiri akan etnisnya, merasa etnisnya lebih New Delhi, Sage Publication.
hebat (superioritas/ etnocentris) dan adanya Liliweri, Alo.2003, Dasar-Dasar
stereotype negative terhadap etnis lainnya. Komunikasi Antarbudaya,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Rekomendasi Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories
a) Prasangka antar etnis di Yogyakarta of Human Communication.
dapat diatasi dengan pengetahuan dan sixth edition California:
kesadaran pentingnya komunikasi antar budaya. Wadsworth Publishing Company.
b) Perlu adanya kurikulum mengenai Lull, James.1998. Media, Komunikasi,
komunikasi antar budaya mulai dari Kebudayaan : Suatu Pendekatan
tingkat dasar sampai perguruna tinggi Global. Terjemahan, Jakarta,
c) Bahasa Indonesia sebagai media Yayasan Obor Indonesia.
pemersatu antar etnis khususnya yang ada di Yogya Martin, Judith N, Nakayama, Thomas
hendaknya digunakan secara umum, terutama K, 2004,Intercultural
apabila berada diantara etnis yang berbeda Communication in Context,
Bostron, Mc Graw Hill.
----------------------, 2008, Experiencing
Ucapan Terima Kasih Intercultural Communication : An
Penelitian ini dapat diselesaikan Introduction, Boston, Mc Graw Hill.
berkat kerjasama dan bantuan berbagai Mulyana, Deddy, 2001, Mengapa dan
pihak. Peneliti mengucapkan terima untuk Apa Kita Mempelajari
Dewi Novianti dan Sigit Tripambudi, Studi Fenomenologi: Tumbuhnya Prasangka Etnis di Yogyakarta 135

Komunikasi Lintas Budaya, dalam


Komunikasi Antarbudaya, editor
: Deddy Mulyana dan Jalaluddin
Rahmat, Bandung, Remaja Karya.
Neuman, W Lawrence. 2000. Social
Research Methods : Qualitative
and Quantitative Approaches. fourth
edition. Boston : Allyn and Bacon.
Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian
Kualitatif. Surakarta : UNS PRESS.
Jurnal Ilmiah :

Perdana, I Gusti Ngurah Jaya, Susilastuti


DN, Christina Rochayanti, 2009,
Deskriminasi dan Rasialisme
dalam Film “Australia” (Studi
Analisis Semiotika Film Australia),
Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.
7, No. 2, Mei-Agustus 2009
Hadiono Afdjani / Soleh Soemirat, Jurnal Ilmu
Komunikasi, Volume 8, Nomor 1,
Januari -April 2010 Makna IklanTelevisi
Internet :
http://politik.kompasiana.com/2013/04/10/
membedah-akar-persoalan-sosial-
yogyakarta-masyarakat-mahasiswa-
dan-pendatang-549751.html
http://seputardjogdja.blogspot.com/2012/02/
pendatang-padati-yogyakarta.html

You might also like