Professional Documents
Culture Documents
RMK Pengauditan
RMK Pengauditan
PENGAUDITAN 1
Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
2019
5.1 Tanggung Jawab Manajemen
A. Materiality
Tanggung jawab auditor hanya pada salah saji material. Karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh kepastian yang layak, tetapi tidak
absolut, bahwa salah saji yang material dapat dideteksi dan auditor tidak bertanggung
jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh kepastian
yang layak bahwa salah saji, apakah yang disebabkan kekeliruan ataupun kecurangan,
yang tidak material bagi laporan keuangan dapat dideteksi, walaupun audit telah
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik berdasarkan SA.
B. Reasonable assurance
Ini merupakan tingkat kepastian yang tinggi tetapi tidak absolut. Konsep bahwa
maksud dari laporan audit adalah memberikan pemakai suatu tingkat kepercayaan
bahwa setiap pernyataan salah yang material dalam laporan keuangan akan dideteksi,
laporan audit tidak menjamin kebenaran dari laporan keuangan.
Error adalah salah saji karena kekeliruan, sedangkan fraud adalah salah saji karena
kecurangan.
D. Professional skepticism
Sikap yang selalu ingin tahu dan memberikan penilaian kritis terhadap evidence.
Konsepnya bahwa auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur
tetapi memungkinkan bahwa manajemen tidak jujur harus teteap diperhitungkan.
Tujuan audit atas transaksi mengikuti dan terkait dengan asersi manajemen tentang
transaksi. Hal ini dikarenakan bahwa tanggung jawab utama auditor adalah
menentukan apakah asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat dibenarkan.
Tujuan audit berguna sebagai kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam
mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten dan tepat sesuai dengan jenis
transaksi yang diaudit.
Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan
audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap jenis transaksi. Keenam
tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap jenis transaksi.
Keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, yang akan dibahas
berikut ini, dapat diterapkan pada setiap jenis transaksi. Tujuan audit khusus yang
diterapkan pada setiap jenis transaksi juga diterapkan pada setiap jenis transaksi,
tetapi dinyatakan dalam istilah yang disesuaikan (berbeda) untuk masing – masing
jenis transaksi. Setelah auditor menetapkan tujuan umum yang berkaitan dengan
transaksi, tujuan audit khusus lalu dapat dikembangkan.
Berikut adalah keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi:
Keterjadian
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang telah dicatat memang
benar – benar terjadi. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang
keterjadian transaksi.
Kelengkapan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang harus dimasukkan dalam
jurnal benar – benar telah dicatat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi
manajemen tentang kelengkapan transaksi.
Keakuratan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat pada jumlah yang
benar. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keakuratan
transaksi.
Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan pemindahan informasi dari jurnal ke buku
besar dan neraca saldo, serta keakuratan pengikhtisaran transaksi dalam laporan
keuangan. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keakuratan
transaksi.
Klasifikasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat pada akun yang
tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang klasifikasi
transaksi.
Penetapan waktu
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat dalam periode
akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang
pisah batas transaksi.
Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi ditentukan, tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi untuk setiap jenis transaksi dapat
dikembangkan. Setidaknya satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi
harus disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi.
Tujuan audit ini serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Tujuan
audit ini diterapkan pada saldo akun (seperti piutang usaha dan persediaan) dan
hampir selalu diterapkan pada saldo akhir dalam akun-akun neraca. Beberapa tujuan
audit yang diterapkan pada akun-akun laporan laba rugi tertentu bisanya melibatkan
transaksi non rutin dan beban yang tidak dapat dikreditkan (seperti beban hukum atau
perbaikan dan pemeliharaan). Akun-akun laporan laba rugi lainnya berkaitan erat
dengan akun-akun neraca dan diuji secara serentak (seperti beban penyusutan dengan
akumulasi penyusutan dan beban bunga dengan wesel bayar). Auditor akan
mengumpulkan bukti untuk memverfikasi rincian yang mendukung saldo akun dan
bukan memverifikasi saldo akun itu sendiri.
• Cutoff – Transaksi yang Mendekati Tanggal Neraca Telah Dicatat pada Periode
yang Tepat.
• Hubungan yang Rinci (Detail Tie-In) – Rincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah
pada File Induk yang Berkaitan, Sesuai dengan Total Akun, dan Sesuai dengan Total
Buku Besar.
• Nilai yang Dapat Direalisasi – Aktiva yang Telah Dicantumkan dalam Jumlah yang
Diestimasi Akan Direalisasi.
Seperti pada tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, sesudah tujuan audit umum
pada tujuan yang berkaitan dengan saldo ditentukan, maka tujuan audit khusus yang
berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun dalam laporan keuangan dapat
dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo harus
disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali
auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo tidak relevan
atau tidak penting bagi saldo akun yang sedang dipertimbangkan.
Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Saldo Akun dengan
Tujuan Audit, kecuali untuk Asersi tentang penilaian atau alokasi. Asersi ini memiliki
tujuan audit yang banyak karena kerumitan dari isu penilaian itu sendiri dan adanya
kebutuhan untuk menyediakan tambahan panduan bagi para auditor untuk pengujian
penilaian.
Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan identik dengan asersi manajemen
untuk penyajian dan pengungkapan. Konsep yang diterapkan pada tujuan audit saldo
akun diterapkan pula untuk tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan.
Kelengkapan
b) Tujuan Spesifik Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Untuk Utang Wesel
Keterjadian dan hak dan kewajiban, dimana utang wesel dalam catatan benarada dan
merupakan kewajiban perusahaan.
c) Prosedur Analitis dan Pengujian Rinci Saldo (tahap III). Prosedur analitis
menggunakan perbandingan untuk menetapkan apakah saldo akun tampak masuk akal,
sedangkan pengujian rinci saldo untuk menguji salah saji material dalam saldo-saldo
yang tercantum dalam laporan keuangan.