You are on page 1of 8

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN 1

“TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN DAN AUDITOR”

Dosen Pengajar : Ni Made Sunarsih, S.E, M.Si

Oleh :

I MADE ANDIKA PUTRA PRAMANA (01/1902622010292)

MADE KINTH NIRVANA DHARMAWAN S. (11/1902622010302)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

2019
5.1 Tanggung Jawab Manajemen

Manajemen memiliki tanggung jawab terhadap laporan keuangan dan pengendalian


internal. Penilaian manajemen mengenai pengendalian internal atas pelaporan
keuangan terdiriodari dua komponen utama. Pertama manajemen harus mengevaluasi
rancangan pengendalian internal atas pelaporan keuangan, Kedua manajemen harus
menguji efektifitas pelaksanaan pengendalian tersebut. Di dalam The Sarbanes-Oxley
Act, tanggung jawab tersebut semakin diperketat. Salah satunya adalah kewajiban
terhadap CEO dan CFO perusahaan publik untuk memberikan pernyataan tentang
tanggung jawabnya terhadap laporan keuangan tersebut baik untuk laporan berkala
maupun laporan tahunan yang dikirimkan kepada SEC (Bapepam di Indonesia).
Manajemen bukan auditor, yang harus menetapkan dan menyelenggarakan
pengendalian internal entitas. Konsep demikian konsisten dengan persyaratan bahwa
manajemen, bukan auditor, yang bertanggungjawab atas penyusunan laporan
keuangan yang sesuai dengan kerangka kerja akuntansi. Manajemen juga harus
mengidentifikasi kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi keefektifan
pengendalian internal

5.2 Tanggung Jawab Auditor

A. Materiality

Tanggung jawab auditor hanya pada salah saji material. Karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh kepastian yang layak, tetapi tidak
absolut, bahwa salah saji yang material dapat dideteksi dan auditor tidak bertanggung
jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh kepastian
yang layak bahwa salah saji, apakah yang disebabkan kekeliruan ataupun kecurangan,
yang tidak material bagi laporan keuangan dapat dideteksi, walaupun audit telah
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik berdasarkan SA.

B. Reasonable assurance

Ini merupakan tingkat kepastian yang tinggi tetapi tidak absolut. Konsep bahwa
maksud dari laporan audit adalah memberikan pemakai suatu tingkat kepercayaan
bahwa setiap pernyataan salah yang material dalam laporan keuangan akan dideteksi,
laporan audit tidak menjamin kebenaran dari laporan keuangan.

C. Errors versus fraud

Error adalah salah saji karena kekeliruan, sedangkan fraud adalah salah saji karena
kecurangan.

D. Professional skepticism
Sikap yang selalu ingin tahu dan memberikan penilaian kritis terhadap evidence.
Konsepnya bahwa auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur
tetapi memungkinkan bahwa manajemen tidak jujur harus teteap diperhitungkan.

Auditor memiliki tanggung jawab untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan


keuangan yang diaudit telah bebas dari kesalahan penyajian material, melaporkan
laporan keuangan dan mengomunikasikannya seperti yang telah ditentukan SA
(Standar Auditing) berdasar temuan auditor. Menurut SPA 700 tentang perumusan
suatu opini dan pelaporan atas laporan keuangan berbunyi: “Tanggung jawab auditor
adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tersebut berdasarkan
auditnya. Auditor melaksanakan auditnya berdasarkan Standar Perikatan Audit.
Standar tersebut mengharuskan Auditor mematuhi etika serta merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
tersebut bebas dari kesalahan penyajian material.”

5.3 Asersi - Asersi Manajemen

Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen


laporan keuangan. Asersi adalah suatu deklarasi atau suatu rangkaian deklarasi secara
keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas deklarasi tersebut. Jadi, asersi
adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan
untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis,
asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh manajemen sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

1. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian, berhubungan dengan apakah aktiva


atau uang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah
terjadi selama periode tertentu. Contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan
produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula
manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain misalnya piutang
dengan pelanggan.

2. Asersi tentang kelengkapan, berhubungan dengan apakah semua transaksi dan


akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di
dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian
barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan.

3. Asersi tentang hak dan kewajiban, berhubungan dengan apakah aktiva


merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha
yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai perolehan hak entitas atas kekayaan
yang disewagunausahakan dan utang sewa usaha yang bersangkutan mencerminkan
suatu kewajiban entitas.
4. Asersi tentang penilaian atau alokasi, berhubungan dengan apakah komponen-
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam
laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen
membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan
pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode
akuntansi yang semestinya.

5. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan, berhubungan dengan apakah


komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan
diungkapkan semestinya. Contohnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-
kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun.

5.4 Tujuan Audit Atas Transaksi

Tujuan audit atas transaksi mengikuti dan terkait dengan asersi manajemen tentang
transaksi. Hal ini dikarenakan bahwa tanggung jawab utama auditor adalah
menentukan apakah asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat dibenarkan.
Tujuan audit berguna sebagai kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam
mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten dan tepat sesuai dengan jenis
transaksi yang diaudit.

Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan
audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap jenis transaksi. Keenam
tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap jenis transaksi.
Keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, yang akan dibahas
berikut ini, dapat diterapkan pada setiap jenis transaksi. Tujuan audit khusus yang
diterapkan pada setiap jenis transaksi juga diterapkan pada setiap jenis transaksi,
tetapi dinyatakan dalam istilah yang disesuaikan (berbeda) untuk masing – masing
jenis transaksi. Setelah auditor menetapkan tujuan umum yang berkaitan dengan
transaksi, tujuan audit khusus lalu dapat dikembangkan.

Berikut adalah keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi:

Keterjadian

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang telah dicatat memang
benar – benar terjadi. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang
keterjadian transaksi.
Kelengkapan

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang harus dimasukkan dalam
jurnal benar – benar telah dicatat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi
manajemen tentang kelengkapan transaksi.

Keakuratan

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat pada jumlah yang
benar. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keakuratan
transaksi.

Pemindah – bukuan dan pengikhtisaran

Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan pemindahan informasi dari jurnal ke buku
besar dan neraca saldo, serta keakuratan pengikhtisaran transaksi dalam laporan
keuangan. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keakuratan
transaksi.

Klasifikasi

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat pada akun yang
tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang klasifikasi
transaksi.

Penetapan waktu

Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat dalam periode
akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang
pisah batas transaksi.

Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi ditentukan, tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi untuk setiap jenis transaksi dapat
dikembangkan. Setidaknya satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi
harus disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi.

5.5 Tujuan Audit Saldo Akun

Tujuan audit ini serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Tujuan
audit ini diterapkan pada saldo akun (seperti piutang usaha dan persediaan) dan
hampir selalu diterapkan pada saldo akhir dalam akun-akun neraca. Beberapa tujuan
audit yang diterapkan pada akun-akun laporan laba rugi tertentu bisanya melibatkan
transaksi non rutin dan beban yang tidak dapat dikreditkan (seperti beban hukum atau
perbaikan dan pemeliharaan). Akun-akun laporan laba rugi lainnya berkaitan erat
dengan akun-akun neraca dan diuji secara serentak (seperti beban penyusutan dengan
akumulasi penyusutan dan beban bunga dengan wesel bayar). Auditor akan
mengumpulkan bukti untuk memverfikasi rincian yang mendukung saldo akun dan
bukan memverifikasi saldo akun itu sendiri.

Tujuan audit umum:

• Eksistensi – Jumlah yang Tercantum Memang Ada.

• Kelengkapan – Jumlah yang Ada Telah Dicantumkan.

• Keakuratan – Jumlah yang Dicantumkan telah Dinyatakan dengan Benar.

• Klasifikasi – Jumlah yang Terncatum dalam Daftar Klien Telah Diklasifikasikan


dengan Tepat.

• Cutoff – Transaksi yang Mendekati Tanggal Neraca Telah Dicatat pada Periode
yang Tepat.

• Hubungan yang Rinci (Detail Tie-In) – Rincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah
pada File Induk yang Berkaitan, Sesuai dengan Total Akun, dan Sesuai dengan Total
Buku Besar.

• Nilai yang Dapat Direalisasi – Aktiva yang Telah Dicantumkan dalam Jumlah yang
Diestimasi Akan Direalisasi.

• Hak dan Kewajiban.

Tujuan audit khusus:

Seperti pada tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, sesudah tujuan audit umum
pada tujuan yang berkaitan dengan saldo ditentukan, maka tujuan audit khusus yang
berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun dalam laporan keuangan dapat
dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo harus
disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali
auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo tidak relevan
atau tidak penting bagi saldo akun yang sedang dipertimbangkan.

Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Saldo Akun dengan
Tujuan Audit, kecuali untuk Asersi tentang penilaian atau alokasi. Asersi ini memiliki
tujuan audit yang banyak karena kerumitan dari isu penilaian itu sendiri dan adanya
kebutuhan untuk menyediakan tambahan panduan bagi para auditor untuk pengujian
penilaian.

5.6 Tujuan Audit atas Penyajian dan Pengungkapan

Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan identik dengan asersi manajemen
untuk penyajian dan pengungkapan. Konsep yang diterapkan pada tujuan audit saldo
akun diterapkan pula untuk tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan.

a) Tujuan Umum Audit atas Penyajian dan Pengungkapan

 Keterjadian dan hak dan kewajiban

 Kelengkapan

 Keakurasian dan penilaian

 Penggolongan dan kejelasan

b) Tujuan Spesifik Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Untuk Utang Wesel

 Keterjadian dan hak dan kewajiban, dimana utang wesel dalam catatan benarada dan
merupakan kewajiban perusahaan.

 Kelengkapan, dimana syarat pengungkapan utang wesel telah dicantumkandalam


catatan kaki laporan keuangan.

 Keakurasian dan penilaian, dimana pengungkapan catatan kaki tentang utangwesel


telah dilakukan dengan teliti.

Penggolongan dan kejelasan, dimana utang wesel digolongkan menjadi utangjangka


panjang dan pendek serta pengungkapan dilaporan keuangan dibuatdengan jelas.

5.7 Memenuhi Tujuan Audit


Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan
untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut untuk setiap audit. Untuk melakukan hal
tersebut, auditor harus mengikuti suatu proses audit, yaitu metode yang dirancang
untuk memastikan diperolehnya bukti kompenten yang cukup, dan tercapainya semua
tujuan audit yang diperlukan. Berikut terdapat empat tahap dalam audit laporan
keuangan:

a) Perencanaan dan Perancangan Suatu Pendekatan Audit (tahap I)

 Mendapatkan pemahaman tentang entitas dan lingkungan. Dimana auditorharus


memiliki pemahaman yang cukup tentang bisnis klien, termasukpengetahuan, strategi,
dan proses.

 Memahami pengendalian internal dan menetapkan risiko pengendalian. Dimana


risiko salah saji dapat berkurang bila klien memiliki pengendalian yang efektif atas
pengolahan transaksi. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal dan
mengevaluasi efektifitasnya, suatu proses menetapkan risko pengendalian.

 Menetapkan risiko kesalahan penyajian material. Dimana auditor menggunakan


pemahaman tentang bidang usaha klien serta efektifitas pengendalian untuk
menetapkan risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan.

b) Pengujian Pengendalian dan Pengujuan Substantif Golongan Transaksi


(tahap II). Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk menurunkan risiko
pengendalian direncanakan, bila pengendalian internal dinilai efektif, dan melakukan
pengujian substantif dengan menilai catatan transaksi yang dibuat klien.

c) Prosedur Analitis dan Pengujian Rinci Saldo (tahap III). Prosedur analitis
menggunakan perbandingan untuk menetapkan apakah saldo akun tampak masuk akal,
sedangkan pengujian rinci saldo untuk menguji salah saji material dalam saldo-saldo
yang tercantum dalam laporan keuangan.

d) Penyelesaian Audit dan Penerbitan Laporan Audit

You might also like