880614268e809b5ee90c896f2090b7ae

You might also like

You are on page 1of 15
MAKALAH KELOMPOK C KAJIAN KINETIKA PENGARUH KADAR AIR DAN PERAJANGAN TERHADAP LAJU DISTILASI MINYAK ATSIRI ‘Sri Rahayoe’, Suhargo’, Yoga Tetuko™, Taufan Mega C” ABSTRAK Minyak nilam dan kayu putin tergolong minyak atsiri yang merupakan komponen penting dalam industri parfum dan obat-obatan. Peneiitian ini bertyjuan untuk mengkajl kinetika pengaruh perlakuan pendahuluan pengeringan dan ukuran terhadap laju destilast dengan menggunakan metode destiiasi air dan uap. Daun nilam .sebelum didestilasi divariasi kadar aimya dengan kisaran antara 20% db hingga 400% db, sedangkan daun kayu putih divariasi kadar aimnya dengan kisaran 20% db hingga 97% db. Ukuran bahan baku divariasi utuh ( 4-6 om)dan rajangan (+ 1 om). Pengamatan perubahan volume selama destilasi dilakukan tiap 15 menit. Dengan analisis kinetika dikembangkan persamaan untuk menentukan laju destiiasi. Hasil_penelitian menunjukkan bahwa kadar air dan ukuran bahan baku berpengaruh terhadap rendemen inyak yang dihasikkan. Semakin tinggi kadar air bahan baku, maka rendemen yang dihasikkan semakin besar, namun pada daun nilam temyata rendemen daun utuh lebih rendah dibandingkan daun rajangan, sedangkan daun kayu putih memiliki fenomena yang berkebalikan. Persamaan kinetika orde satu dapat diaplikasikan untuk menentukan laju destilasi pada daun nilam dan minyak kayy putin. Kata kunci : Minyak atsiri, destilasi, rendemen, persamaan kinetika * Stat Pengajer Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Toknolog! Pertanian, UGM * Alumni urusan Teknik Pertanian, Fakuitas Toknologi Pertanian, UGM ‘Procng Seminar Wasional TR yik Pertanian ~ Yogyakpre 2007 [393 4, PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai pusat megabiodiversiri yaitu. penghasil minyak atsiri sebanyak 40 jenis dari 80 jenis yang diperdagangkan di pasar dunia. Minyak atsiri Indonesia yang telah memasuki pasar Internasional sebanyak 13 jenis meliputi nilam, serai cengkin, jahe, pala, lada, kayu manis, cendana, melati, akar wangi, kenanga, kayu putih, dan kemukus (Rizal, M dan Djazuli, M, 2006). Bahkan saat ini telah toridentifikasi minyak atsir baru yang potensial untuk dikembangkan yakni minyak anis, minyak permen, Kemangi, serai wangi , serai dapur , jerangau dan bangle, Minyak nilam dan minyak kayu putin tergolong ke dalam minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri parfum dan obat-obatan. Minyak nilam yang diperoleh dari tanaman nilam (pogostemon patchouli), dalam perdagangan dikenal sebagai patchouly oil, ‘merupakan salah satu komoditi andalan minyak atsin Indonesia karena 80% minyak nilam dunia masih disuplai oleh Indonesia (Singh, dkk, 2002). Hingga saat ini, minyak nilam belum berhasi! disintesis sehingga ketergantungan industri Kosmetik terhadap minyak nilam masih ssangat tinggi. Data ekspor minyak nilam Indonesia pada tahun 2005 mencapai 7,16 juta dolar (BPS, 2006). ‘Sedangkan minyak kayu putih sebagal bahan baku minyak atsir telah dikenai oleh masyarakat Indonesia, terutama dimanfaatkan sebagai minyak gosok bagi bayi. Kegunaan fain minyak kayu putih adalah sebagai obat sakit perut dan saluran pencernaan (Internal), sebagai obat Kulit (eksternal). Sebagal obat intemal, minyak tersebut berfungsi sebagai anthelmintic, terutama efektif sebagai obat demam. Jika diteteskan ke dalam gigi. dapat ‘mengurangi rasa sakit gigi. Khasiatnya sebagai obat eksternal disebabkan karena memilki cooling effect. Di negara—negara barat, minyak ini dimanfaatkan sebagai obat luar untuk penyakit rheumatik, Bahkan saat ini minyak tersebut digunakan sebagai ekspektoran pada kasus laryngitis dan bronchitis, (Guenther, 1987). Di Indonesia, kebutuhan industri kayu putih saat ini mencapai 1500 ton pertahun, ‘namun bahan baku yang ada hanya mencapai 400 s/d 500 ton per tahun, sisanya kita harus ‘mengimpor dari Australia dan China berupa minyak eukaliptus yang dapat berfungsi sebagai pengganti minyak kayu putin (Gunther, 2002), Data ini menunjukkan bahwa peluang untuk mengembangkan agroindustri minyak kayu putih cukup besar karena penggunaan turunan minyak kayu putin pada berbagai industri di dalam negeri juga berkembang. Berdasarkan data tahun 2004, selain dikenal sebagai pengekspor minyak atsiri (mencapai 47,2 juta dolar), temyata Indonesia juga mengimpor beberapa jenis minyak atsii (12,26 juta dolar) serta hasil olahannya berupa derivat, isolat, dan formula sebanyak 117,2 juta dolar. Jika nilai impor tersebut diperhitungkan maka neraca perdagangan minyak atsin Indonesia menjadi minus. Kondisi tersebut antara lain disebabkan teknologi pengolahan rminyak atsiri di Indonesia belum mampu mengikuti perkembangan teknoiogi di negara iain yang telah maju pesat. Umumnya petani minyak atsiri masih menerapkan teknologi hulu dan bersifat tradisional, sehingga belum mampu menjamin kontinuitas pengadaan produk dengan mutu yang konsisten (Laksmanahardja dkk, 2004). Demikian pula Rizal dkk (2006) juga melaporkan bahwa permasalahan minyak atsiri indonesia adalah mutu rendah dan harga yang berfluktuasi. Mutu minyak atsiri yang rendah merupakan akumulasi dari mutu bahan baku tanaman atsiri yang rendah dan tidak seragam, penggunaan aiat penyuling dan teknologi proses yang belum terstandar. serta kurangnya insentif harga bagi minyak atsiri ‘yang bermutu baik. Penanganan bahan baku yang kurang tepat sebelum penyulingan, dapat menyebabkan kehilangan minyak atsiri cukup besar dan menurunkan mutu. Menurut Ketaren (1985) beberapa faktor yang mempengaruhi mutu antara lain : jenis, cara budidaya dan proses penyulingan. Perlakuan pendahuluan terhadap bahan sebelum penyulingan dapat mempertinggi rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan. Beberapa cara perlakuan pendahuluan yang dapat dilakukan meliputi : pengecilan ukuran bahan, pengeringan, ‘raving Sina Nasional Tk ean — yar 2007 YH pelayuan, dan fermentasi oleh mikroorganisme. Pelayuan dan pengeringan dimaksudkan Untuk menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga destiasi lebih mudah dan lebih singkat. Sedangkan pengecilan ukuran dimaksudkanuntuk menambah luas permukaan bahan, sehingga memungkinkan jumiah rinyak yang dinasilkan lebih banyak. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan perbaikan proses pada destilasi minyak nila dan kayu putih. Sebelum destilasi, bahan baku diberi perlakuan pendahuluan berupa pengeringan dan pengecilan ukuran. Melalul pengeringan diperoleh variasi kadar air, sedangkan pengecilan ukuran dilakukan dengan perajangan. Destilasi dilakukan dengan metode destiiasi uap dan air (water-steam destilation). Adapun tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh kadar air dan perajangan terhadap laju destilasi daun nilam dan daun kayu putih seria mengembangkan model matematika laju destilasi yang didasarkan pada persamaan kinetika 2. BAHAN DAN METODE 24. Pendekatan Teori 24.4. 1. Laju perubahan rendemen Rendemen merupakan satuan yang digunakan untuk menentukan kuantitas atsir, Nilai rendemen diperoleh dengan rumus : v Rendemen (R) =~ x100% o) V= volume minyak hasil destilasi (ml) m= berat bahan kering (gram berat kering) Kinetika reaksi pada proses destilasi dapat diketahui berdasarkan perubahan nilai rendemen yang dinasilkan. Nilai rendemen meningkat seiting Iamanya waktu destilasi (!) sehingga persamaan faju destiiasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut R dt Nilai orde reaks! (n) didapat dengan trial and error. Orde reaksi tersebut didasarkan hhubungan linier yang terjadi antara rendemen dan waktu, yaitu 1. Apabila [R] vs t berupa linier, maka digunakan orde nol 2. Apabila infR] vs. t berupa linier, maka digunakan orde satu. 3. Apabita 1/{R] vs. t berupa linier,maka digunakan orde dua Dari pra-percobaan, diperoleh bahwa persamaan linier terbentuk pada hast plotting antara In{R] vs. t sehingga kinetika perubahan rendemen dapat dianalisis menggunakan orde satu. Menurut Toledo (1999), persamaan laju reaksi eksponensial pertumbuhan dengan orde pertama ini dapat dianalogikan dengan persamaan Newton Law of Cooling, sehingga persamaan (2) menjadi aR at Dengan pemisahan variabel dan integrasi, serta apabila randemen awal (pada t=0) adalah Re dan R’ adalah rendemen akhir, maka persamaan (3) di atas menjadi : KR" (2) (R-R’) @) ling Sena aoa Tk ean — Wagykana 007 PPS (4) i daiam penelitian ini dihasitkan fungsi eksponensial pertumbuhan dimana pada t = O nilai rendemen Ry = 0, sehingga persamaan (4) di atas menjadi 4) =k ©) Persamaan (5) ini digunakan untuk menentukan koefisien laju perubahan rendemen. R-R* Nilai ( oa “) disebut nisbah rendemen (rendemen ratio) dimana R adalah rendemen minyak selama destilasi f menit, R’ adalah rendemen maksimal dan k adalah konstanta laju perubahan rendemen. 2.1.2. Laju perubahan konsentrasi minyak pada bahan Konsentrasi minyak nilam diperoleh dengan rumus xy Konsentrasi (C)=""? 100% 6) p= massa jenis minyak nilam Selama proses destilasi perubahan konsentrasi_minyak pada bahan (C) akan ‘menurun sebanding dengan kenaikan jumlah rendemen (R) yang cihasilkan, sehingga laju perubahan konsentrasi minyak dapat dinyatakan menggunakan kinetika orde reaksi satu dengan persamaan sebagai berikut ac ane ” Dengan pemisahan variabel dan integrasi, maka persamaan di atas menjadi : “fac incl, =~ kat, InC-InC, =-ka| c AS) =-ks (8) Persamaan (8) ini digunakan untuk menentukan koefisien laju perubahan konsentrasi minyak pada bahan, ‘tng Seminar Naina Tk Hanon — para 0 P#6 2.2. Bahan dan alat Bahan utama yang digunakan adalah daun nilam dan daun kayu putin, Daun nilam Jenis Aceh (Pogostemon cablin Benth) diperoleh dari petani dalam keadaan segar (habis panen umur 4-5 bulan) yang berasal dari dusun Nangsri Lor, Girikerto, Turi, Sleman, DIY. Sedangkan daun kayu putih (melaleuca leucardendron) juga diperoleh dari petani dalam keadaan segar, varietas jawa yang dipanen dari pohon berumur 8 tahun. Daun kayu putih diperoleh dari Desa Kemalang Kabupaten Klaten, Jawa tengah. Aiat penelitian yang digunakan terdiri dari satu set destilasi uap dan air (water-steam distillation), stopwatch, timbangan, checktemp dan termokopel. Skema aiat destilasi uap dan air dapat dlihat pada Gambar 2.1. serta skema kesetimbangan massa pada destilasi dilihat pada Gambar 2.2. fags Ait pendingin masuk 60em Kondensor Focoa =H hir pondingin ae iovengor ondensor (penamaung minyak) om en AN a soon] ee Ketel eng v Clavenger Gambar 2.1. Skema aiat destilasi vap dan air lig ei Nal Te rcpt HOF PP Xaa0 + Zin + Keterangan : 1 lkondensor Yar! Jummlah air pada daun : aap? jummiah uap ale aipattan | Nop Zan | po: [i pata pea dun i : za shimiah ranyak f — clavenger Xoo = | |= Ketel suling Gambar 2.2. Skema kesetimbangan massa pada destilasi Dari Gambar 2.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa minyak yang terkandung dalam daun akan terangkut bersama uap air menuju kondensor. Uap air dan minyak mengalami kondensasi yang selanjutnya menuju clavenger. Pada clavenger ini minyak akan terpisah dengan air karena berat jenis minyak lebih rendah daripada air sehingga minyak akan berada di atas air. Air yang telah terpisah dengan minyak tersebut kemudian akan kembali ke ketel suling (reflux). 2.3. Lokasi Penelitian Penelitian diiaksanakan di laboratorium Teknik Produk dan Proses Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 2.4.1, Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujvan untuk mendapatkan nilai panas kompor yang digunakan, debit aliran pendingin pada kondensor serta variasi kadar air awal dan ukuran yang akan digunakan dalam peneliian utama. Penelitian pendahuluan metiputi : a. Penentuan panas kompor dan debit air pendingin Kompor pemanas diatur secara manual untuk mendapatkan suhu tertentu. Debit ait pendingin diperoleh dengan cara membuat hubungan antara volume air yang digunakan dan lama pemberian air. Slope dari hubungan tersebut merupakan debit air pendingin. Berdasarkan perhitungan diketahui debit air pendingin yang digunakan sebesar 3.10° mls. , Penentuan kadar air awal dan ukuran daun Kadar air awal daun segar diukur secara gravimetri, selanjutnya dilakukan pengeringan pada suhu 70°C dengan waktu yang berbeda, sehingga didapatkan ‘empat variasi kadar air. Sedangkan variasi ukuran ada dua macam yaitu daun tutuh (4 4-6 em) dan daun rajangan (1 om). ‘ag Sas Waa kei aon 307 98 2.4.2, Pelaksanaan penelitian Bahan baku sebanyak 300 g didestilasi dengan metode destilasi uap dan air. Bahan aku yang telah dimasukkan dalam ketel penyuling dialiri uap air yang selanjutnya terbawa menuju kondensor. Pada kondensor terjadi proses kondensasi yang hasilnya ditampung di dalam clavenger, dimana minyak akan terpisah dari air akibat berat jenis. Perubahan volume minyak yang tertampung dalam clavenger diamati tiap 15 menit, hingga minyak di dalam daun habis. Prosedur di atas dilakukan untuk semua variasi kadar air dan ukuran. 2.5. Analisis data Perubahan volume pada setiap pengamatan dihitung sebagal_rendemen menggunakan persamaan (1). Konstanta laju perubahan rendemen diperoleh dengan cara R ‘) vst, sedangkan konstanta laju perubahan konsentrasi minyak(kp) lotkan memplotkan Ink 1~ py diperoieh dengan memplotkan S%,) vs t. Hubungan Kp pada berbagai varisi kadar air dianalisis secara matematik sehingga diperoleh kp sebagai fungsi kadar air. Setelah didapatkan persamaan matematik, diiakukan ji validitas secara grafis. Jika hasiinya valid maka dapat dinyatakan keberlakuan persamaan tersebut. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.4. Pengaruh kadar air dan ukuran bahan baku Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan variasi kadar air untuk daun nila dan kayu putin seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, Adapun laju perpindahan panas dari kompor sebesar 809 Wis. Tabel 1. Variasi kadar air bahan baku No. Daun nilam Daun kayu putih Tama pengeringan | Kadarair(db) | Lama pangeringan | Kadar air (db) (menit) (menit) | i 0 [400 0 37%. 2 65 105 53 40% 3. 90 It 35 96 [20% 4 100 I 20 137 5% Perubahan volume selama destilasi yang telah dikonversi menjadi rendemen balk untuk daun nilam maupun daun kayu putih disajikan pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. “Dring Sona Nasional Tok erin — gyre 207 1399 { Hoos |==aa00 [oa 105 Me KA 35 i 3 | Booz SAKA 20 i 2 = 0 0 6 9 1880 temerity | (a) 0.98 28 (alg bahan kering) (b) Gambar 3.1 Perubahan rendmen selama proses destilasi daun nilam pada berbagai variasi kadar air (a) daun utuh (b) daun rajangan. “ng Sear Nai Wet eat — Vaya YOO fe / Se | Fee 7 aT Ugg MG sed ae oe (b) seat Gambar 3.2 Perubahan rendemen selama proses destilasi daun kayu putih pada berbagai variasi kadar air (a) daun utuh (b) daun rajangan. Pada Gambar 3.1 nampak kecenderungan semakin tinggi kadar air bahan baku, maka rendemen yang dihasilkan semakin besar, hal tersebut terladi pada daun nilam dan aun kayu putih baik utuh maupun rajangan. Namun pada daun nilam temyata rendemen daun utuh lebih rendah dibandingkan daun rajangan, sedangkan daun kayu putih memiliki fenomena yang berkebalikan. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4. Fenomena tersebut dapat dijelaskan Karena minyak atsiri dalam tanaman daun rilam (aromatik) dikelilingi oleh kelenjar_minyak, pembuluh-pembuluh, kantung minyak atau rambut grandular, Bila bahan dibiarkan tetap utuh, minyak atsiri hanya dapat diokstraksi apabila uap air berhasil melalui jaringan tanaman dan mendesaknya ke permukaan. Proses hanya dapat terjadi karena peristiwa hidrodifusi. Tetapi proses difusi berlangsung sangat lambat bila bahan tersebut dibiarkan dalam keadaan utuh Karena kecepatan minyak yang terekstrak ditentukan oleh Kecepatan dius. Oleh Karena itu proses perajangan bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin. Di dalam destilasi daun yang tidak direjang, seluruh minyak atsiri yang terkurung dalam jaringan tanaman harus diangkut terlebih dahulu ke permukaan bahan dengan proses hidrodifusi 008 B 008 ae 2 Boo ee ris eo? “o-uh a a 2 rajangan || 3002} g % 001 oe : \ o 0 © > me 1m Teo tment) \ Gambar 3.3 Perubahan rendemen minyak nitam pada kadar alr 400 % ing Sra Nea rsa 07 OU qe om | pe : Retea) j ony ant Gambar 3.4 Perubahan randemen minyak kayu putih pada kadar air 97% (db) (segar) 3.2. Persamaan kinetika laju destilasi Penerapan persamaan seperti yang disajikan pada landasan teori, setelah dianalisis ‘menunjukkan hasil seperti disalikan pada Tabel 2. Tabel 2. Persamaan konstanta laju destlasi sebagai fungsi kadar air Persamaan konstanta laju destilasi (K,) pada Perlakuan ‘Daun nilam ‘Daun kayu putih aun utuh ‘ke = [-0,0019.(KAdb)}+ 0,0255 | = 0.0425(KAdD)+0.0628 | aun rajangan ‘ko = [-0,0007.(KAdb)}* 0,0239 | ky = 0.0339(KAdb}+0.0645 ‘Adapun persamaan randemen akhir disajikan pada Tabel 3 Tabel 3, Persamaan randemen akhir destilasi pada bahan baku Persamaan randemen akhir destilasi pada Perlakuan aun nilam Daun kayu putih aun utuh R= {0,0086.(KA)} + 0,0237 | R’ = 0.0156(KA)"-0.0168(ka)+0.0155 daun rajangan_| R= {0,0079.(KA)} + 0,0245 | R= 0.0212/KAJ*0.0213(ka)+0.0163, Berdasarkan persamaan yang ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3, dapat dibuat prediksi yang selanjutnya dilakukan validasi data. Hasil prediksi dan validasi difunjukkan pada Gambar 5 dan Gambar 6. gS Naa ER oon pl BF WD 3 che or io eee eee | pe alae) $ awe . é i ant | (b) Gambar 5. Hasil observasi dan prediksi dari penerapan model matematik (a) daun nitam utuh, (b) daun kayu putih utah 0.06 ‘Btn Siar Nasional Tak aan = Tepe 2007 WO : Teen eae () ‘Gambar 6. Hasil validasi data pada daun utuh dan rajangan (a) daun nilam , (b) daun kayu putih Hasil validasi menunjukkan bahwa data akurat, sehingga persamaan yang dihasiikan dapat digunakan untuk memprediksi rendemen minyak nilam maupun minyak kayu putin pada sembarang kadar air baik pada daun utuh maupun daun rajangan 3.3. Konsentrasi minyak pada bahan baku Bordasarkan data perubahan rendemen dan persamaan rendemen akhir serta konstanta lajy destilasi, maka dapat diketahui persamaan konsentrasi minyak pada bahan, yang selanjutnya dapat diaplikasikan pada sembarang kadar air seperti yang disajkan pada gambar 7 dan gambar 8. i | (a) ‘Prosding Seminar Nasional Thik Pertanian ~ Yogyakgria 2007 OK fe | Loo 1 0a | Bove Boot ° ° 50 100 150 200 i A oent) . (b) ‘Gambar 7. Penerapan model kinetika perubahan konsentrasi minyak pada bahan baku daun nilam (a) daun utuh (b) daun rajangan qe ei Saw) aaa BY ee OT OT] roam) (e) Gambar 8. Penerapan model kinetika perubahan konsentrasi minyak pada bahan baku daun kayu putih (a) daun utuh (b) daun rajangan ‘Bing Seminar Naso lock eanion— Wapakoea 7? YOS Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa apabila ditinjau dari kinetika perubahan rendemen, maka destilasi daun nilam rajangan dengan Kay, 400% memberikan jumlah rendemen terbaik daripada perlakuan lainnya. Sehingga perlakuan nilam rajangan dengan KA 400% dapat dipilin sebagai suatu altornatif untuk memperoleh kuantitas minyak nilam yang cukup besar. Sedangkan jika menggunakan kinetika perubahan konsentrasi minyak pada bahan, destilasi dengan KA, 20% merupakan alternatif terbaik, karena laju perubahan konsentrasi minyak pada bahan beriangsung cepat. 4, KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perlakuan pendahuluan pengeringan dan perajangan dapat mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan baik pada minyak nilam maupun minyak kayu putih. 2. Semakin tinggi kadar air bahan baku, maka rendemen yang dihasilkan semakin besar, amun pada daun nilam ternyata rendemen daun utuh iebih rendah dibandingkan daun rajangan, sedangkan daun kayu putin memilki fenomena yang berkebalikan 3. Persamaan kinetika orde satu dapat diaplikasikan untuk menentukan laju destilasi pada daun rilam dan daun kayu putin DAFTAR PUSTAKA. Ashardini, E. S, 2005. Metode Perlakuan Bahan Pogostemon Cablin Benth Dengan Pengeringan Secara Mekanis Pada Unit Penyulingan Minyak Nilam. Fakultas Teknik. UGM. Yogyakarta. Bernasconi, G. et al, 1995. Teknologi Kimia Bagian 2, Terjemahan oleh Lienda Handojo. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Coulson, J.M.,and J. F. Richardson, 1977. Chemical Engineering, Vol. 1. Pergamon Press, ‘Oxtord. Earle, R. L., 1983. Unit Operations in Food Processing, Second edition. Pergamon Press, Oxford. Guenther, E., 1949. The Essential Oil, Volume Il. D. Van Nostrand Company, New York. Guenther, E., 1987. Minyak Atsir, (Terjemahan oleh S. Ketaren). Penerbit Universitas Indonesia Hedman, D. R. and R. P. Singh, 1981. Food Process Engineering. Second edition. AVI. ‘Westport, Connecticut. Inayati, 1990. /solasi dan Aktivasi Penolak Serangga komponen Minyak Atsiri dan Tanaman ‘Nilam, Skripsi, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Incropera, F. P and D. P. DeWitt, 1985. introduction to Heat Transfer. Purdue University USA Jones, J. W., J. W. Mishoe, and K, J. Boote, 1987. Introduction to Simulation Modeling. FFTC, TB No. 100 Ketaren, S,, 1985. Pengantar Teknologi Minyek Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta, Labuza, T. P, 1989. The Maillard reaction in foods. ACS symposium. New York: Alan Riss, 1p: 301-327. Lewis, M. J., 1987. Physical Properties of Foods and Food Processing System. Elis Horwood. Chichester. Martins, S. |. F. S, 2003. Unravelling the Maillard Reaction Network by Multiresponse Kinetic ‘Modelling. Ph.D. Thesis, Wageningen University, The Netherlands. 170 pp. Santoso, H. B., 1990. Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Percetakan Kanisius, Yogyakarta. “Pring SinarNasonl ei ton — Wapakrea 307 OS ‘Sastrohamidjojo, H.,. 2002. Kimia Minyak Atsir. FMIPA UGM, Yogyakarta. Setiadji, 2003. Proceeding Seminar Nasional PATPI : Mempelajari Beberapa Cara Penyulingan Minyak Jahe. p : 691-704, ‘Sudaryani, T., dan E. Sugiharti, 1999. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta, Suyono, H., 2001. Nilam, Tanaman Semak Pencetak Dolar. www.indomedia.comvintisar Toledo, T. R., 1999. Fundamentals of Food Process Engineering. Second Edition. Aspen Publication, Maryland, ‘ang Sina Waal Th i gpk 307 WOT

You might also like