You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Pranata Edu ISSN : 2656-6788

Volume 1 No. 2, December 2019

PENGGUNAAN DIKSI PADA PASAL 480 TENTANG POLEMIK RANCANGAN UNDANG-


UNDANG KUHP (RUU KUHP) DI INDONESIA
Ririn Indraswari
Sistem Informasi, STIMIK Handayani
Jalan Adhyaksa Baru No. 1 Makassar
ririn.indraswari@handayani.ac.id

ABSTRACT
The rejection of the RKUHP is voiced throughout the country. In the demands of students, the RKUHP was
canceled. The emergence of RKUHP became a controversy so there was a lot of resistance from the
community. One of the bills is expanding the definition of rape. In RKUHP, rape occurs as long as there is
male to female violence. "Including rape and criminal offenses as referred to in paragraph (1) includes acts
of: a. Intercourse with someone with his consent, because the person believes that the person is a legitimate
husband / wife". Thus reads Article 480 paragraph 2 ". That definition, a husband can rape his wife. With the
condition that the wife does not want to have intercourse and the husband will use violence When compared
to the Criminal Code used today, there has been a shift in the definition of rape. Because, "rape" in the
RKUHP can be done by a legitimate partner. While in the Penal Code, rape occurs when the perpetrators and
victims are not bound by marriage.
The method used is the qualitative method. Formulation of the problem 1) How is the husband and wife's
response to the polemic of RKUHP article 480. 2) How is the use of the rape diction in the Law? The results of
the study can be concluded that, the responses of some respondents with the status of husband and wife are
not supportive of the ratification of the Act, because there is no word of rape in marital ties, and has been
regulated by the law on sexual violence in the household. The use of diction section article 480 in terms of
accuracy, accuracy, harmony is not fully applied to the criteria for using diction. In the controversy article
480 verse 2 that uses the word multi-interpretation it should be reviewed. The word rape, including the
popular diction, is inappropriate for article 480 paragraph 2. According to the government RKUHP article
480 paragraph 2 is an article that protects women. But the reader's point of view, in the relationship of
husband and wife there is no term raping.

Keywords: Diction, Controversy, RKUHP.

ABSTRAK
Penolakan terhadap RKUHP disuarakan diseluruh penjuru negeri. Dalam tuntutan mahasiswa, RKUHP
dibatalkan. Munculnya RKUHP menjadi kontroversi sehingga banyak penolakan dari masyarakat. Salah
satu dalam RUU adalah meluaskan defenisi perkosaan. Dalam RKUHP, perkosaan terjadi asal ada kekerasan
pria ke wanita. "Termasuk Tindak Pidana perkosaan dan dipidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi perbuatan: a. persetubuhan dengan seseorang dengan persetujuannya, karena orang tersebut
percaya bahwa orang itu merupakan suami/istrinya yang sah". Demikian bunyi Pasal 480 ayat 2”. Defenisi
tersebut, bisa saja seorang suami memperkosa istrinya. Dengan syarat istri tidak mau berhubungan badan
dan suami melakukan kekerasan. Jika dibandingkan dengan KUHP yang dipakai saat ini, telah terjadi
pergeseran definisi soal perkosaan. Sebab, “perkosaan” dalam RKUHP bisa dilakukan oleh pasangan yang
sah. Sementara dalam KUHP yang berlaku, perkosaan terjadi apabila pelaku dan korban tidak terikat
perkawinan.
Metode yang digunakan yaitu motode kualitatif. Rumusan masalahnya 1) Bagaimana tanggapan
suami dan istri terhadap polemik RKUHP pasal 480. 2) Bagaimana penggunaan diksi istilah pemerkosaan
dalam Undang-Undang tersebut?. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, tanggapan beberapa
responden berstatus suami istri adalah tidak mendukung di sahkannya Undang-Undang tersebut, karena
tidak ada kata pemerkosaan dalam ikatan perkawinan, dan telah diatur oleh undang-undang pasal
kekerasan seksual dalam rumah tangga. Penggunaan diksi pasal 480 ditinjau dari aspek ketepatan,
kecermatan, keserasian tidak sepenuhnya teraplikasikan dengan kriteria penggunaan diksi. Pada pasal
kontroversi 480 ayat 2 yang menggunakan kata multitafsir sebaiknya dikaji ulang. Kata pemerkosaan

80
Jurnal Ilmiah Pranata Edu ISSN : 2656-6788
Volume 1 No. 2, December 2019

termasuk diksi populer, tidak tepat digunakan untuk pasal 480 ayat 2. Menurut pemerintah RKUHP pasal
480 ayat 2 merupakan pasal yang melindungi wanita. Tetapi sudut pandang pembaca, dalam hubungan
suami istri tidak ada istilah memperkosa.

Kata Kunci: Diksi, Kontroversi, RKUHP.

1. PENDAHULUAN perempuan di Indonesia juga sepaham bahwa


Suami istri merupakan dua manusia yang menikah bukan bertujuan bukan sekedar mau
hidup bersama dalam bingkai pernikahan. Suka mencari budak seks saja.
dan duka merupakan kisah hidup dalam Ini yang menjadi polemik dengan rancangan
menjalani roda kehidupan. Rancangan Kitab Undang-Undang tersebut, karena telah tertuang
Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dalam Undang-Undang Kekerasan dalam Rumah
mengatur ancaman hukuman pidana untuk Tangga (UU KDRT). Hal tersebut telah sesuai
suami yang memaksa hubungan seks kepada dengan KUHP yaitu melakukan kodifikasi
istrinya, atau sebaliknya. Diketahui bahwa hukum. Tetapi dalam Undang-Undang KDRT,
RKUHP ini tinggal menunggu waktu untuk tidak menggunakan istilah pemerkosaan, tetapi
pengesahannya. Pada pasal 480 ayat (1) kekerasan seksual dalam rumah tangga. Pasal 8
menjelaskan bahwa setiap orang yang dengan Undang-Undang KDRT “Kekerasan sebagaimana
kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa dimaksud dalam pasal 5 huruf c meliputi
seseorang bersetubuh dengannya dipidana 12 pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
tahun penjara. Di ayat (2) tersebut, pemaksaan terhadap orang yang menetap dalam lingkup
dalam hubungan suami istri maupun sebaliknya, rumah tangga tersebut”.
juga dikategorikan tindak pidana perkosaan. Berdasarkan hal tersebut, kita menjadi tahu
Komnas perempuan menyatakan pemaksaan bahwa ternyata selama ini yang diatur dalam
hubungan seks suami terhadap istri memang RUU tersebut ialah kita tidak boleh melakukan
termasuk perkosaan atau marital rape (Susilo pemaksaan kepada orang lain terkait fungsi
and Haezer, 2017). Dari data Komnas reproduksinya. Seseorang tidak bisa untuk
Perempuan tahun 2018, jumlah perkosaan memaksakan orang lain memuaskan nafsunya
dalam perkawinan mencapai 195. Jumlah ini semata dan merugikan pihak lain secara bebas.
meningkat dari 172 pada tahun 2017. Ketika seorang tersiksa saat berhubungan seks,
Keberanian melaporkan kasus perkosaan dalam orang tersebut bisa melapor dan mendapatkan
perkawinan menunjukkan kesadaran korban payung hukum.
bahwa pemaksaan hubungan seksual dalam Menurut pemerintah penggagas undang-
perkawinan adalah perkosaan yang bisa undang tersebut adalah dengan dapat
dilanjutkan ke proses hukum. melindungi hak wanita. Tetapi dalam
Pasal tersebut bukan untuk melarang seksual masyarakat Indonesia pasal tersebut adalah
dengan pasangan yang sudah dinikahi, tetapi produk Barat dan diciptakan oleh para feminis
melarang untuk melakukan hubungan dengan radikal. Dan alasan lain dari pemerintah adalah
pasangan “secara paksa”. Secara historis, pengaturan RUU kekerasan seksula sangatlah
memang tidak dikenal istilah perkosaan dalam terbatas.
hubungan suami dan istri, karena dipandang Pendapat ulama mengenai rancangan
sebagai suatu hak dari orang yang telah undang-undang ini adalah perlu pendalaman
menikah. Namun seiring perkembangan lebih lanjut dan pembahasannya lebih banyak
peradaban manusia, dijumpai adanya salah satu melibatkan masyarakat sehingga dihasilkan RUU
pasangan tidak mau atau tidak mampu untuk yang komprehensif. Setelah itu perlu
berhubungan seksual disaat itu. Oleh karena itu, mengefektifkan sosialisasi dan pola komunikasi
hak pasangan yang sedang tidak mau/tidak ke publik, agar masyarakat tahu rangkaian
mampu tersebut dapat dilindungi (Relasi, 2019). proses pembentukan suatu undang-undang
Jadi keadaan tersebut dapat dikriminalisasikan. (Economic and September, 2018). Dalam
Maka secara intuitif, konsepsi logika jika kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dengan
berhubungan seksual itu harus konsensual dan adanya bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi
tidak boleh melalui paksaan. Dan semua lisan dan tulis menjadi bagian terpenting dalam

81
Jurnal Ilmiah Pranata Edu ISSN : 2656-6788
Volume 1 No. 2, December 2019

kehidupan manusia. Dalam bahasa Indonesia Solusi penyelesaian dari polemik rancangan
terdapat tiga kelompok kaidah besar yaitu undang-undang tersebut adalah tidak
penggunaan ejaan, diksi dan penyusunan disahkannya atau penghapusan pasal kekerasan
kalimat. Dalam penelitian ini dibahas hanya pada seksual tersebut, karena telah tertuang dalam
penggunaan diksi pada bahasa tulis dalam pasal kekerasan dalam rumah tangga. Jadi pasal
Rancangan Undang-Undang KUHP Pasal 480. 480 RKUHP tidak perlu lagi ada.
Menurut Keraf (2007:41) pemilihan kata Selanjutnya ketika menyusun atau menggagas
merupakan kegiatan menyelaraskan kata dalam sebuah aturan, sebaiknya melibatkan beberapa
kalimat dengan tujuan untuk mendapatkan kata unsur yang terkait agar penggunaan bahasa atau
yang paling tepat dalam mengungkapkan konsep istilah yang ingin dipilih untuk dimasukkan
atau gagasan penulis atau pembicara. Keraf dalam undang-undang bisa dipahami oleh
menyatakan bahwa pilihan kata atau diksi masyarakat, dan tidak menimbulkan polemik
dipergunakan untuk menyatakan kata-kata dikemudian hari jika diberlakukannya aturan
mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu tersebut. Dari sini penulis tertarik dalam
ide atau gagasan. Selain itu diksi juga meliputi mengkaji ketepatan dalam penggunaan diksi
persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan dalam rancangan undang-undang KUHP, karena
(Keraf, 2007). perlunya nalar kritis dalam mengungkap
Keraf menyebutkan sepuluh hal syarat rancangan undang-undang yang telah dibuat
ketepatan diksi. Syarat itu adalah (1) oleh pemerintah. Sebab banyak tanggapan
membedakan secara cermat denotasi dan maupun kritik serta interpretasi dari RUU
konotasi, (2) membedakan dengan cermat kata- tersebut. Bukankah sebuah perkawinan adalah
kata yang hampir bersinonim, (3) membedakan ikatan lahir batin suami dan istri berdasarkan
kata-kata yang mirip dalam ejaannya, (4) hukum agama masing-masing, bukan perjanjian
hindarilah kata-kata ciptaan sendiri, (5) hukum. Dan seharusnya kepentingan
waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, masyarakat yang lebih luas yang harus dijaga
utamanya kata-kata asing yang mengandung dan terlindungi oleh negara. Menurut penulis
akhiran asing, (6) kata kerja yang menggunakan negara tidak perlu hadir dalam persoalan yang
kata depan harus digunakan secara idiomatis, sangat pribadi dalam urusan setiap warga
(7) untuk menjamin ketepatan diksi, penulis negaranya.
atau pembicara harus membedakan kata umum Jika perlu aturan tersebut ada, seharusnya
dan kata khusus, (8) mempergunakan kata-kata pemerintah melakukan strategi pendekatan
indria yang menunjukkan persepsi khusus, (9) komunikasi ke masyarakat melalui pendekatan
memperhatikan perubahan makna yang terjadi reaktif, yaitu sebuah organisasi dalam hal ini
pada kata-kata yang sudah dikenal, dan (10) pemerintah bertindak/berkomunikasi sebagai
memperhatikan kelangsungan pilihan kata. reaksi atas adanya tindakan dari pihak lain.
Diksi dapat dikelompokkan kedalam Dalam kondisi ini pemerintah perlu menyiapkan
beberapa kelompok kata, yaitu kata denotasi, serangkaian tindakan/tujuan yang dimaksudkan
kata konotasi, kata konkret, kata abstrak, kata untuk mendapatkan dukungan dari publik
umum, kata khusus, kata cermat, kata tidak (Andrianto, 2017) .Salah satu bentuk strategi
cermat, kata baku, dan kata tidak baku. Diksi reaktif yang perlu dilakukan pemerintah adalah
yang dijumpai pada pasal 480 RKUHP yaitu kata strategi tindakan perbaikan (rectifying behaviour
memperkosa (Sibarani, 2016). Diksi tersebut strategies).
merupakan diksi yang biasa didengar oleh
masyarakat dan dapat dipahami, tetapi dalam 2. RUANG LINGKUP
ungkapan memasukkan kata kedalam rancangan Dalam penelitian ini permasalahan
undang-undang terkait rumah tangga, maka mencakup:
diksi tersebut tidak biasa. Dari penjelasan 1. Cakupan permasalahan dalam penelitian ini
diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah tanggapan suami dan istri terkait
adalah 1) Bagaimana tanggapan suami dan istri polemik rancangan undang-undang KUHP
terhadap polemik Rancangan Undang-Undang yang telah digagas oleh pemerintah, yang
pada pasal 480 ayat 2. 2) Bagaimana menimbulkan kontoversi sehingga banyak
penggunaan diksi yang tepat dalam kata masyarakat yang kurang paham akan arti
pemerkosaan dalam Undang-Undang tersebut? pemerkosaan dalam ikatan suami dan istri.
82
Jurnal Ilmiah Pranata Edu ISSN : 2656-6788
Volume 1 No. 2, December 2019

2. Batasan-batasan penelitian yaitu merangkum memaksa belum tentu dikategorikan


hasil tanggapan responden yang telah pemerkosaan.
menikah dengan usia pernikahan 10 tahun Demikian juga yang disampaikan oleh
keatas. Serta pemilihan kosakata yang tepat seorang pengacara Herman, SH.,MH usia 29
dalam penyusunan rancangan undang- tahun pasal 480 menurutnya pasal tersebut
undang KUHP terkait kekerasan dalam rumah tidak harus ada, karena sudah diatur dalam
tangga. Undang-Undang KDRT, pasal kekerasan dalam
3. Rencana hasil yang didapatkan pada rumah tangga. Pada ayat 2 pasal tersebut harus
penelitian ini kesimpulan dari beberapa ditinjau kembali, karena indikator pemaksaan
tanggapan hasil wawancara mendalam multitafsir pada pasal tersebut.
responden dengan status suami dan istri Dari beberapa responden yang berstatus
terkait kontroversi pasal 480 RUU KUHP. Dan suami yaitu tidak sependapat dengan rancangan
hasil analisis diksi terhadap undang-undang undang-undang pada pasal 480 ayat 2, yang
tersebut. dimana isinya akan dipidana selama 12 tahun
jika suami melakukan perkosaan terhadap istri,
3. BAHAN DAN METODE begitupun sebaliknya. Ibu Hazriani usia 42 tahun
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berpendapat bahwa dalam membentuk undang-
adalah kualitatif, dengan pendekatan analisis undang seharusnya dilihat dulu akar
diksi dan wawancara mendalam terhadap masalahnya, apakah sebenarnya undang-undang
responden dengan status yang telah menikah. tersebut diperlu diadakan atau tidak. Ini
Sumber data yang digunakan adalah dokumen menyangkut undang-undang rumah tangga.
dan informan. Teknik pengambilan data adalah Sebaiknya pemerintah membuat kebijakan-
melalui wawancara mendalam. Teknik analisis kebijakan yang lain dianggap perlu. Karena hal
data yang digunakan yaitu pengumpulan data, sudah tertuang dalam undang-undang KDRT.
reduksi data, penyajian data, verifikasi data dan Begitupun hal yang sama dan sependapat
penarikan kesimpulan. dengan yang dikemukakan oleh Ibu Herlinah
dengan usia 43 tahun, bahwa tidak perlu adanya
4. PEMBAHASAN pasal tersebut karena telah masuk dalam
Hasil penelitian dan pembahasan pda undang-undang kekerasan dalam rumah tangga.
penelitian tersebut : Wakil Ketua DPRD Sulawesi Selatan H.
A. Tanggapan para suami dan istri terhadap Syahruddin Alrif, SIP mengatakan bahwa,
polemik revisi Undang-Undang pada pasal 480 seharusnya pemerintah pusat jika akan
ayat 2 KUHP. Wawancara mendalam dengan pria membuat aturan, harus menggunakan kata/diksi
usia 38 tahun atas nama Mirfan, seorang suami yang tepat agar dapat dipahami oleh semua
yang tidak sependapat dengan rancangan kalangan, sehingga tidak menimbulkan
undang-undang pada pasal 480, karena kekacauan di masyarakat, dan melakukan
menurutnya tidak ada dalam ikatan suami istri sosialisasi terkait regulasi-regulasi sebelum
istilah pemerkosaan. Yang perlu diperbaiki disahkan oleh anggota DPR RI.
adalah undang-undang kekerasan seksual dalam Jika melihat tanggapan dari responden bahwa
rumah tangga. Pemerkosaan itu identik dengan tidak ada yang setuju disahkannya rancangan
melakukan hubungan seksual tanpa ikatan. Jika undang-undang pasal 480 KUHP, sekalipun
dalam ikatan suami istri dikatakan rancangan undang-undang tersebut di gagas dan
pemerkosaan, maka hal tersebut kurang tepat. dibuat oleh pemerintah dan disetujui oleh
Hal tersebut sependapat dengan Prof. komnas perlindungan perempuan di Indonesia.
Syafruddin usia 55 tahun, defenisi memaksa Menurut masyarakat, ketika sudah menikah
dalam ikatan pernikahan tidak boleh dikatakan maka apapun yang suami inginkan, perempuan
pemerkosaan, karena menurut agama yang harus tunduk. Jelas hal tersebut adalah
diyakini bahwa masing-masing hak suami dan penerapan konsep patriarki yang sampai
istri dalam memberikan nafkah batin. Hal yang sekarang belum ada habisnya. Bahkan sebagian
sama dikemukakan oleh Ustadz Nuzul Afiah usia orang yang mengatasnamakan agama
46 tahun bahwa dalam agama Islam, tidak ada berpendapat bahwa melalui pernikahan, jiwa
istilah pemerkosaan dalam rumah tangga. Pasal raga istri adalah milik suami termasuk untuk
tersebut juga tidak jelas maksudnya, karena layanan seksual. Menurut reponden setuju
83
Jurnal Ilmiah Pranata Edu ISSN : 2656-6788
Volume 1 No. 2, December 2019

dengan adanya pernikahan, berarti secara sah Adapun dalam penelitian ini akan dianalisis 4
agama mengizinkan untuk berhubungan seksual macam diksi yaitu : diksi denotatif, diksi
(Syariah et al., 2019). Tetapi yang salah adalah bersinonim, diksi popoler, dan diksi yang
ketika pemaksaan demi pemaksaan terus terjadi bernilai rasa.
yang membuat kedudukan perempuan dalam a. Analisis Diksi Denotatif
pernikahan hanya sebagai hasrat pemuas nafsu Makna denotatif adalah makna dalam alam
suami. wajar secara ekplisit. Makna wajar ini adalah
Dengan maraknya penolakan pasal ini makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif
semakin menunjukkan bahwa kesetaraan gender adalah sebuah kata yang dikandung secara
tidak benar terjadi seperti yang digemborkan. objektif.
Bahkan sebagian perempuan juga menolak pasal Pada pasal 480 ayat (1) menjelaskan bahwa
tersebut karena ketidaktahuan akan makna yang setiap orang yang dengan kekerasan atau
sebenarnya terjadi. ancaman kekerasan memaksa seseorang
bersetubuh dengannya dipidana 12 tahun
B. Pembahasan Diksi penjara. Di ayat (2) tersebut, pemaksaan dalam
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang hubungan suami istri maupun sebaliknya, juga
berkembang yang mempunyai banyak ragam, dikategorikan tindak pidana perkosaan.
masing-masing berfungsi dalam proses Kata kekerasan mengandung makna
komunikasi. Bahasa indonesia dalam perundang- denotatif, karena maknanya sudah jelas
undangan pada dasarnya hanya merupakan diketahui oleh pembaca. Seperti dikutip dari
salah satu ragam bahasa yang tidak banyak KBBI, kekerasan memiliki arti perbuatan
berbeda dengan ragam bahasa Indonesia yang seseorang atau kelompok orang yang
lain. Yang membedakan ragam ini dengan ragam menyebabkan cedera atau matinya orang lain
yang lain hanya terletak pada format penyajian atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang
yang khas, dan pemakaian kata beserta orang lain.
terminologinya. Dengan kata bahasa yang Kata pemaksaan juga merupakan makna
digunakan dalam perundang-undangan haruslah denotatif, dengan kata dasar paksa yang berarti
menggunakan ragam bahasa baku Indonesia mengerjakan sesuatu yang diharuskan walaupun
(Rustan, 2017; Hardianto, Widayati and Sucipto, tidak mau. Jadi kata kekerasan dan pemaksaan
2018). Bahasa baku adalah bahasa yang dapat adalah makna denotatif karena maknanya jelas
dijadikan acuan atau tolak ukur, baik dalam hal sehingga tidak perlu lagi dijelaskan konsepnya.
kegramatikalan kalimat mencakup struktur b. Analisis Diksi Bersinonim
kalimat serta bentuk dan diksi dalam hal Seseorang bersetubuh dengannya dipidana 12
penulisannya. tahun penjara.
Penggunaan istilah bahasa hukum bukanlah Hubungan suami istri maupun sebaliknya.
secara linguistik, melainkan secara sosiologis. Kata bersetubuh adalah makna bersinonim yang
Alasannya, bahasa hukum Indonesia adalah sejenis, sepadan, sejajar serumpun, dan memiliki
bahasa nasional Indonesia yang dipergunakan arti yang sama. Meskipun demikian, beberapa
dalam penyusunan produk hukum tertulis ahli bahasa berpendapat bahwa sebagian kata-
(perundang-undangan). kata yang bersinosim dapat saling
Berdasarkan pengamatan penulis bahwa, menggantikan. Analisisnya adalah bersetubuh,
berbagai masalah yang timbul dalam hal dapat digantikan dengan kata bersenggama,
mencakup kebiasaan, atau kecenderungan berjima, bercampur, dan berseranjang.
merumuskan atau menguraikan produk hukum, Hubungan juga merupakan makna bersinonim
seperti kata pada pasal 480 ayat 2 tentang dari ikatan, pertalian, kaitan. Kata tersebut
perkosaan suami istri. Dari analisa penulis memiliki nuansa makna dan pengertian yang
bahwa sebagai bagian dari bahasa Indonesia, sama, sehingga bisa saling menggantikan.
bahasa hukum selayaknya juga mengikuti c. Analisis Diksi Bernilai Rasa
bahasa Indonesia secara umum, dan juga tidak Analisis diksi bernilai rasa pada pasal
membuka peluang terjadinya kesalahan struktur tersebut adalah dipidana 12 tahun penjara. Kata
kalimat yang menyebabkan diksi atau pilihan pidana merupakan sinonim dari hukuman. Kata
kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa pidana mengandung nilai rasa yang cukup sopan
Indonesia yang baik dan benar. untuk menyatakan sanksi kepada seseorang,
84
Jurnal Ilmiah Pranata Edu ISSN : 2656-6788
Volume 1 No. 2, December 2019

biasanya kata pidana digunakan dalam istilah pemerkosaan, sehingga dalam hubungan
hukum dan pengadilan. suami istri dikategorikan juga tindak
d. Analisis Diksi Populer perkosaan, karena istilah tersebut lebih
Bagian terbesar dari kosakata sebuah bahasa populer di masyarakat. Sehingga dari kata
terdiri dari kata-kata yang umum dipakai oleh perkosaan tersebut menimbulkan polemik.
semua lapisan masyarakat, maka dari itu disebut Bahasa Indonesia secara hukum harus
kata populer. Seperti dalam kata perkosaan. memperhatikan bagaimana memilah kata
Istilah perkosaan adalah melakukan kekerasan yang tepat agar dapat dipahami semua pihak
seksual. Dalam kasus RUU KUHP istilah yang membaca.
perkosaan tidak layak digunakan pada pasal 480
ayat 2, karena dalam ikatan suami istri tidak 6. SARAN
tepat dalam penggunaan kata perkosaan, tetapi Saran untuk penelitian dengan topik yang
kata kekerasan seksual dalam rumah tangga. sama yaitu 1. Hendaknya para pakar hukum dan
Dalam pemilihan kata ada dua persyaratan pemerintah yang terkait seharusnya membuat
pokok yang harus diperhatikan yaitu ketepatan aturan yang tidak menimbulkan polemik di
dan kesesuaian. Persyaratan ketepatan masyarakat, terlebih mengkaji undang-undang
menyangkut makna, aspek logika dan kata-kata, kekerasan dalam rumah tangga, daripada
kata-kata yang harus dipilih harus secara tepat menambah aturan yang sebenarnya tidak perlu
mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. ada, sehingga hukum tersebut dapat diterima
Persyaratan kesesuaian menyangkut kecocokan masyarakat dan mempunyai nilai rasa keadilan.
antara kata-kata yang dipakai dengan kondisi 2. Agar perlunya memperhatikan dan
atau keadaan pembaca. menganalisis diksi atau pilihan kata, agar setiap
Dalam kasus ini, penggunaan diksi dalam kata dapat jelas dimengerti bagi pembacanya
rancangan undang-undang pada pasal 480 terutama bagi masyarakat, sehingga tidak terjadi
adalah tidak sesuai dengan kaidah bahasa simpang siur.
Indonesia, yang tidak tepat sasaran penggunaan
struktur kata perkosaan suami istri. Dalam 7. DAFTAR PUSTAKA
memaknai kata perkosaan dari segi humanis, Andrianto, A.D., 2017. ANALISIS STRATEGI
maka istilah tersebut tidak tepat, melainkan KOMUNIKASI PEMERINTAH KOTA
menggunakan kata kekerasan seksual dalam BALIKPAPAN DALAM MERAIH ADIPURA
rumah tangga. KENCANA 2017. (2012), pp.263–270.
Economic, I. and September, L., 2018. Al-Amwal :
5. KESIMPULAN Journal of Islamic Economic Law
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : September 2018, Vol. 3, No. 2
1. Dalam kehidupan pernikahan, terkadang https://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.ph
membawa konsekuensi baik dan buruk. p/alamwal/index. 3(2), pp.2–17.
Implikasi baik berupa terciptanya suasana Hardianto, M., Widayati, W. and Sucipto, S., 2018.
yang menyenangkan dan menentramkan bagi Diksi Dan Gaya Bahasa pada Naskah Pidato
keduanya. Sedangkan implikasi buruk Presiden Soekarno. Fonema, 4(2), pp.88–
menyebabkan ketidak harmonisan dalam 101.
pernikahan. Dengan adanya polemik Keraf, G., 2007. Diksi dan Gaya Bahasa.
rancangan undang-undang yang dibuat oleh Relasi, P., 2019. AL-QISTHU. 17(1), pp.19–26.
pemerintah, beberapa tanggapan dari Rustan, E., 2017. Analisis Penggunaan Bahasa
masyarakat sebagai responden bahwa tidak Indonesia Laras Hukum Pada Putusan
setuju dengan RUU KUHP pasal 480, karena Perkara Ekonomi Syariah Pengadilan
pasal ini sudah tertuang dalam Undang- Agama Makassar. Al-Amwal : Journal of
Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga Islamic Economic Law, 2(2), pp.191–210.
(KDRT). Serta tidak ada dalam ikatan Sibarani, S., 2016. Prospek Penegakan Hukum
perkawinan istilah perkosaan suami istri. Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
2. Ada beberapa diksi yang digunakan RUU Dalam Rumah Tangga (Uu Pkdrt). Jurnal
KUHP yaitu diksi denotatif, diksi bersinonim, HAM, 7(1), p.1.
diksi bernilai rasa kiasan, dan diksi populer. Susilo, D. and Haezer, E., 2017. Konstruksi
Diksi populer ini menggunakan kata Seksualitas Perempuan Dalam Berita
85
Jurnal Ilmiah Pranata Edu ISSN : 2656-6788
Volume 1 No. 2, December 2019

Pemerkosaan Di Teks Media Daring. Jurnal J. and Islam, H., 2019. Telaah makna
Kawistara, 7(1), p.41. dharabah bagi istri nusyuz dalam
Syariah, S.F., Uin, H., Fatah, R., Jl, P., Abidin, Z., perspektif gender. 4(1).
Km, F., Email, K.P., Terminologi, A., Qur, A.-,
No, U., No, U.U., Kunci, K., The, G.A., Kajian,

86

You might also like