You are on page 1of 23
PENERAPAN ELECTRONIC l 4 GOVERNMENT: PELUANG DAN TANTANGANNYA aI eo > yg ee A. Pengertian dan Pentingnya Electronic Government Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi hingga kini secara konstan meningkatkan akselerasi dari globalisasi yang merupakan perpaduan dari perubahan cara berbisnis dan bermasyarakat, serta memberikan perubahan besar terhadap pertukaran informasi antara pemerintah suatu negara dengan negara lain (Wirtz dan Daiser, 2015: 3). Hal ini mengisyratakan bahwa hampir semua aspek kehidupan manusia bersinggungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), baik pada aspek yang sifatnya pribadi maupun publik, tak terkecuali pemerintah. Teknologi pada masa sekarang ini juga masuk ke dalam ranah pemerintahan dan birokrasi. Fenomena ini sering disebut juga dengan e-government. Penerapan e-government yang dilakukan secara efektif diyakini mampu memperbesar potensi pemerintah untuk Menjalankan fungsinya United Nations 2014:141). United Nations &-government Survey 2014: E-Government. for the Future we Want. New York: United Nations. Hal ini dikarenakan penerapan e-government dianggap memiliki potensi yang luar biasa untuk meningkatkan daya tanggap pemerintah dan sektor publik terhadap kebutuhan masyarakat. Sebelum berbicara lebih jauh mengenai e-government, pel diketahui mengenai definisi dari e-government. Hingga ki bidang pengetahuan telah memiliki devinisi masing-masing, yang 317 berasal dari ae dari berbagai keilmuan seperti administrasi bisnis, sistem ae atau manajemen publik (Arduini dan Zanfei, :2). Setiap bidang ilmu pengetahuan tersebut membahas e-government dari perspektifnya masing-masing. Oleh karena itu, electronic government (e-government) memiliki beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli dengan berbagai macam Jatar belakang serta hasil penelitiannya. E-government dapat diartikan sebagai penggunaan tekni dan komunikasi (TIK) dalam menjalankan pemerintahan, terutama untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan kepada masyarakat, efektivitas pelayanan publik, serta tanggung jawab pemerintah terhadap penyediaan layanan masyarakat (Spirakis dan Nikolopoulos 2010: 75). Pada pengertian ini, e-government menjadi sebuah upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis lektronik, Adanya e-government juga menjadi suatt fenomena penataan Sistem manajemen dan proses Kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Hal tersebut mendukung konsep e-government yang diungkapkan oleh Chausho dan Ismili (2015). E-government diartikan sebagai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam meningkatkan pelayanan pemerintah (Chaushi and Ismaili, 2015:54). Pada pengertian ini e-government diartikan secara lebih sederhana melalui tiga kata kunci, yaitu pemerintahan, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan penyediaan layanan. Pemerintah menggunakan teknologi sebagai sarana pendukung dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. ‘Al-Balushi, dkk juga menyebutkan bahwa e-government diterapkan untuk mengembangkan dan menaikkan kompetensi dari pelayanan rikan pemerintah melalui TIK dan berbagai teknologi kasi yang berbasis web (Al-Balushi, 2016:439). Penggunaan serintah dilakukan guna memberikan akses yang mudah alan dengan definisi e-government yang sebuah ologi informasi yang dibel telekomunil web oleh pel bagi masyarakat. Hal ini sej diungkapakan Cropf (2017), bahwa e-government merupakan transformasi cara pemberian layanan dari pemerintah dengan memanfaatkan teknologi, khususnya web (Cropf, 2017: 2). Penggunaan vneb sebagai basis layanan dapat mengurangi anggaran belanja sehingg@ dapat digunakan untuk membangun infrastruktur anggaran terebut saat ini terutama di Amerika, masyarakat lebih lain. Menurut Cropf, menyukai menggunakan telepon genggam dan mengakses internet yntuk berinteraksi dengan pemerintah. Layanan yang diberikan pemerintah harus dapat beradaptasi agar pelayanan dengan mudah diakses masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan e-government untuk memperbaiki proses pemerintahan. Pelayanan yang diberikan pemerintah menjadi lebih efektif dan efisien karena masyarakat dapat dengan mudah mengakses layanan. Jadi, pengertian ini lebih menekankan pada sasaran penerapan e-government pada penyediaan layanan yang dibutuhkan masyarakat dengan adanya kemudahan melalui fasilitas internet. Penerapan e-government menunjukkan kemajuan pada pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sebelumnya, masyarakat perlu datang ke beberapa instansi yang berbeda untuk memenuhi beberapa kebutuhan adminstratif. Bahkan lebih buruknya masyarakat perlu mendatangi setiap instansi untuk mendapat pelayanan dan kegiatan tersebut yang sangat memakan waktu (Milakovich, 2012: 6). Dalam perjalanannya, e-government diterapkan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan dengan cara memindahkan proses manual menjadi proses berbasis internet. Dengan adanya portal e-government yang terintegrasi, masyarakat dan pihak swasta dapat dengan mudah mengakses pelayanan publik, menelusuri transaksi secara online, mengakses informasi, serta melakukan interaksi dengan berbagai lembaga pemerintah tanpa melalui proses antri yang memakan waktu lama atau menyita waktu kerja sehingga dapat melakukan Penghematan dalam biaya dan waktu. Pengertian lain dari e-government diungkapkan Wirtz dan Daiser (2015). Istilah e-government menggambarkan penggunaan elektronik pada proses administrasi dan demokrasi dalam konteks kegiatan Pemerintahan melalui teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung tugas publik secara efisien dan efektif (Wirtz dan Daiser, 2015: 10). Pada pengertian tersebut mengandung arti bahwa dengan adanya e-government, pemerintah dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan mendukung terciptanya pemerintahan yang demokratis Melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pada Pemerintahan yang demokratis, partisipasi masyarakat sangatlah dibutuhkan untuk mewujudkan akuntabilitas, kepercayaan dan ‘ansparansi dalam menjalankan pemerintahan (Milakovich, 2012: 53). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, penerapan e-government menjadi cara yang paling efektif. E-government dapat meningkatkan kepercayaan publik dan akuntabilitas pemerintah dengan menciptakan pemerintahan yang lebih transparan (Warf, 2017: 5). Namun, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat untuk menggunakan fasilitas yang ada agar penerapan e-government dapat berjalan sesuai dengan harapan. E-government digambarkan sebagai sebuah perubahan, baik secara internal maupun eksternal pemerintah dalam konteks hubungannya dengan masyarakat. Penggunaan TIK dimaksudkan untuk mengoptimalkan pemberian layanan kepada masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal ini berbeda dengan Cropf (2017) yang membedakan e-government dan e-democracy. Secara konsep, pemerintah mendukung keterlibatan masyarakat dalam proses politik melalui teknologi yang disebut sebagai e-democracy, yang merupakan bagian dari e-government (Cropf, 2017: 4). E-government diartikan hanya sebatas kegiatan administratif pemerintah yang menggunakan teknologi informasi. Namun, kesamaan dari dua konsep tersebut adalah adanya penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah. Pengertian sebelumnya memberikan penjelasan bahwa e-government yang diaplikasikan pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses berbagai pelayanan. Sedikit berbeda dengan pengertian sebelumnya, Estevez dan Janowski (2013) tidak hanya melihat e-government sebagai peningkatan layanan pemerintah. E-government diartikan sebagai pengaplikasian teknologi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengubah pemerintah dan interaksinya dengan pelanggan (dalam hal ini masyarakat), dengan tujuan menciptakan dampak di kalangan masyarakat (Estevez dan Janowski, 2013:97). Pada pengertian ini, terlihat bahwa e-government memiliki fungsi yang penting, yaitu menciptakan dampak atau perubahan bagi masyarakat dalam menjalankan pemerintahan. Dampak yang dimaksud dapat berupa peningkatan kesadaran masyarakat maupun ‘keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan. Pada jurnal ini, e-government juga digambarkan sebagai sebuah alat dalam Pencapaian pembangunan berkelanjutan. Penerapan e-government dalam konteks untuk mencapai said eee ae didefinisikan sebagai penggunean IK 8 pelayanan publik, pemerintahan, dan interaksi gntara pemerintah dan masyarakat (Estevez dan Janowski, 2013: gg). Adanya e-government diyakini memiliki dampak yang lebih besar bagi pemerintah sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan pemerintah yang melibatkan masyarakat, pengembangan di bidang sosial dan ekonomi, serta menjaga kelestarian sumber daya alam untuk generasi yang akan datang. Jadi, e-government tidak hanya dimaknai bahwa penggunaan teknologi sebagai alat untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Lebih jauh, e-government diharapkan dapat mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan meningkatkan partisipasi masyarakat. E-government juga dapat dijadikan alat untuk menciptakan pemerintah yang transparan dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Tujuan e-government dapat diwujudkan dengan penciptaan sebuah one stop governmetal website yang memuat seluruh layanan pemerintah dan memperhatikan kebutuhan pengguna, seperti aplikasi yang mendukung interaksi pemerintah dengan masyarakat, pihak swasta maupun dengan instansi pemerintah lain (Writz dan Daiser, 2015: 7). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang e-government tahun 2012, banyak negara-negara di dunia telah memulai insiasi penerapan e-government dan mulai menggunakan teknologi untuk menyediakan layanan yang lebih baik (United Nations & Department of Economic and Social Affairs, 2012: 11). Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya, pemerintah di setiap negara sudah menyadari akan pentingnya penerapan e-government. Pentingnya e-government dapat dilihat dari kebermanfaatan yang ditimbulkan bagi masyarakat. Beberapa negara di dunia saat ini telah menyadari manfaat e-government untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang dimaksud di sini merujuk kepada kualitas, kapasitas, keberlanjutan pelayanan, ketersediaan, serta manajemen keuangan yang efisien (Mutula dan Mostert, 2010: 38). E-government dapat membantu Pemerintah untuk menghubungkan berbagai layanan publik menjadi sebuah sistem yang koheren (United Nations & Department of Economic and Social Affairs, 2016: 7). Integrasi layanan ini juga ™embantu mewujudkan lingkungan sosial dan ekonomi yang saling terkait sehingga sinergi antara birokrasi dan pihak lain dapat terwujud. Penggunaan teknologi informasi pada pemerintah juga memiliki manfaat lain, yaitu meningkatkan transparansi pemerintah. Internet dan berbagai teknologi yang dipakai pemerintah dapat mengurangi biaya administrasi. Sebagai hasilnya, beberapa tahun terakhir telah terlihat kecenderungan penggunaan e-government untuk akses terhadap informasj dan untuk menciptakan transparansi, akuntabilitas, dan anti-korupsi meskipun tidak semua pemerintah memanfaatkan potensi tersebut (Bertot, dkk, 2012: 81). E-government dapat diartikan lebih dari sekadar penggunaan teknologi. E-government memberikan kesempatan untuk pemerintah agar dapat merancang bagaimana cara yang tepat untuk menyediakan pelayanan yang sesuai dengan keinginan masyarakat (Bashar dkk, 2011:492). Pemerintah harus dapat membangun sebuah kebebasan dalam memperoleh informasi bagi masyarakat. Pengguna, dalam hal ini masyarakat harus merasakan kenyaman terhadap layanan yang dibutuhkan dengan cara yang praktis. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, perlu adanya kerja sama antar departemen atau divisi di dalam pemerintah (Bashar dkk, 2011: 492). Masyarakat juga harus mendukung pemerintah dengan menggunakan fasilitas yang telah disediakan untuk perbaikan pelayanan. Alasan utama pentingnya e-government adalah pengaruh internet yang begitu besar sebagai jaringan sistem komunikasi global. Penyebarannya yang cepat dalam tingkat dunia, yang menghubungkan negara, ekonomi, masyarakat, dan warga negara juga melintasi batas negara, membuatnya menjadi sebuah fenomena yang luar biasa. Dari sudut pandang ini, internet merupakan teknologi ideal untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan semua jenis pemangku kepentingan publik. Sehingga potensi dari internet dan teknologi perlu dimanfaatkan dengan mengimplementasikan e-government. B. Ragam dan Jenis E-Goverment E-government menjadi topik yang pentin, i A { ig Mengingat pengaruhnya dalam berbagai aspek kehidupan kehidupan privasi hing fn iehid A profesional. Aplikasi e-government sudah menjadi sabe alat ine membantu pemerintah dalam berhubungan atau berinteraksi dengan rastakeholder. Electronic Government (e-government) terdiri dari berbagai ppola interaksi, e-government dibedakan kedalam tiga bentuk, yaitu government-to-citizen, government-to-government, government-to-business (Warf, 2017: 2). Namun, apabila melihat lebih jauh terdapat beberapa secata garis besar dari e-government berdasarkan interaksi pemerintah dengan pihak Jain. Berikut ini adalah gambaran mengenai beragam e-government berdasarkan interaksi yang dilakukan oleh pemerintah. (626) (( sowernment ta antisite | Employees (62E} Gambar 14.1 Ragam E-government Berdasarkan Interaksi Pemerintah ‘Sumber: olahan penulis, 2017 Gambar di atas memperlihatkan bahwa pemerintah berinteraksi dengan berbagai pihak melalui e-government. Hubungan antara pihak- pihak tersebut menjadi lebih mudah karena hadirnya teknologi sebagai alat komunikasi. Setiap hubungan di atas, dijelaskan sebagai berikut. 1. Government to Citizen Ragam ini melihat interaksi antara pemerintah dengan stakeholder Utamanya, yaitu masyarakat dengan penyediaan kemudahan akses ke berbagai layanan pemerintah (Ganpathy dan Kumar, 2014:17). Penggunan government bagi pemerintah dapat mempermudah interaksinya dengan Masyarakat. E-government meningkatkan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat dengan memfasilitasi proses partisipasi mereka (Ahn dan =x Bab 14] Penerapan Electronic Government: Peluang danTantangannya 323, Bretschneider, 2011: 415). Adanya interaksi ini bertujuan agar masyarakat dapat memperoleh informasi dan pelayanan yang dibutuhkan secara cepat, murah, dan mudah setiap saat. Kemudahan mengakses layanan dan informasi melalui internet dapat mengurangi ketidakpastian dan menghemat waktu karena tidak perlu mengantri di kantor pemerintah atau menjalan prosedur administrasi secara manual. Kemudahan akses ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah sebagai sarana untuk menarik wisatawan dan inverstor asing, memberikan informasi mengenai jam beroperasinya perpustakaan, jadwal transportasi, dan rumah sakit, serta menyediakan ruang bagi rmasyarakat untuk memberikan masukan kepada pemerintah (Warf 2017: 2). Contoh interaksi government to citizen melalui e-government adalah penyediaan portal pelayanan terpadu melalui website resmi pemerintah sehingga masyarakat dapat dengan mudah menyelesaikan urusan yang berhubungan dengan pemerintah dari berbagai lokasi. Pelaporan pajak, pendaftaran izin usaha, dan permohonan pembuatan paspor secara online merupakan contoh lain interaksi government tocitizen dengan memanfaatkan e-government. 2. Government to Governments Hal ini berkaitan dengan hubungan pemerintah sebagai sebuah institusi dengan institusi pemerintah lainnya. Government to governments diartikan sebagai sebuah bentuk kolaborasi antarinstansi pemerintah terkait dengan pertukaran informasi (Wirtz dan Daiser, 2015: 1). Kolaborasi tersebut dapat berupa penyatuan data agar data masyarakat bisa disimpan serta memiliki kesamaan disetiap instansi pemerintah. Contohnya, Korea Selatan memiliki data kependudukan yang valid dan terintegrasi dengan instansi pemerintah lainnya. Dengan kolaborasi tersebut, tiap instansi pemerintah dapat bertukar informasi schingga bisa mé ‘angi bi lebih efisien karena adanya pemangkas eae are aoa Interaksi ini bertujuan untuk mer is ae a sektor pemerintah sehingga dapat a ha pelayénan kepada misyarakat Pertulargs inher : ran informasi yang dilakukan juga berguna untuk perencanaan kebijakan yang berm #4 dil jug (Ganpathy dan Kumar, 2014:17). Contoh mow faat bagi masyarakat government melalui e-government adalah ’ interaksi government to oleh Badan Proce data-data masyarakat Kementerian atau insitusi pemetintah is a on) Seems GaSe Jain dalam membuat kebijakan. 324 Rirnkraci a 3, Government to Bussinesses Pemerintah dan sektor bisnis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling membutuhkan dan berinteraksi. Salah satu tugas pemerintah adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah negara dapat berjalan dengan baik mestinya. Pihak swasta, dalam hal ini pengusaha, memerlukan banyak informasi yang dimiliki pemerintah, dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Aktivitas bisnis juga memerlukan izin dari pemerintah yang mengharuskan kedua pihak tersebut berkomunikasi. E-government hadir sebagai sebuah terobosan agar komunikasi pemerintah dengan masyarakat maupun pihak swasta dapat berjalan dengan lancar (Weerakkody, 2012: 252). Singkatnya, e-government tidak hanya membantu pemerintah dalam menjalankan fungsi administratifnya, tetapi juga menyediakan cara yang lebih mudah untuk berhubungan dengan pihak eksternal melalui pemanfaatan teknologi. Government to businesses ini berkaitan dengan keterlibatan pihak swasta yang berinteraksi dengan pemerintah. Adanya e-government diharapkan dapat mempermudah pihak swasta untuk bertukar informasi dengan pemerintah dan juga sebagai sarana efektif untuk melakukan bisnis. Adanya hubungan ini dapat memfasilitasi pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa (Ganpathy dan Kumar, 2014:17). Hal ini akan membuat proses tersebut menjadi lebih transparan karena setiap kegiatan pembelian akan tercatat secara otomatis.untuk menghindari kecurangan. Hubungan pemerintah dengan pihak swasta dapat berupa lelang proyek secara online, pembayaran, serta penjualan melalui internet (Warf, 2017: 2). Contoh dari interaksi ini adalah adanya e-procurement, yang sudah dilaksanakan di beberapa pemerintah daerah, dibuat untuk membantu proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan dapat membuat pemerintah menjadi lebih dekat dengan pihak swasta karena komunikasi bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja selain itu, pemerintah menjadi lebih transparan karena semua dokumen tercatat secara otomatis dalam Sistem online. 4. Government to Employees Implementasi e-government juga dapat mempermudah interaksi Pemerintah sebagai sebuah organisasi dengan para anggota atau pegawai di dalamnya. Interaksi ini merupakan hubungan antara pemerintah =~. Bab 14] Penerapan Electronic Government: Peluang dan Tantangannya 325 dan pegawainya melalui bantuan teknologi (Wirtz dan Daiser, 2015.1), E-government menjadi sebuah alat yang menyediakan kumpulan informasi tentang pegawai pemerintah. Tujuan utama dari diberlakukannya e-government dalam konteks ini adalah memiliki semua informasi pegawaj yang berguna untuk membuat kebijakan, penyelenggaraan pelatihan, serta dapat dijadikan cara yang efektif bagi pegawai untuk berbagi pengetahuan (Ganpathy dan Kumar, 2014:18). Maksud dari berbagi pengetahuan dalam hal ini adalah penyediaan sebuah aplikasi untuk pegawai mendapat pengetahuan dari organisasi atau pegawai lainnya. Kegiatan pelatihan pegawai yang dilakukan melalui layanan e-learning merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mendekatkan hubungan pemerintah dengan pegawainya (Mahmood, 2013: 3). Selain itu, penggunaan e-government juga digunakan untuk mengelola tunjangan yang merupakan hak dari pegawai pemerintah. Contohnya, aplikasi e-bkd yang dimiliki Pemerintah DKI Jakarta digunakan untuk mendata pegawai dan menentukan besaran tunjangan yang diberikan kepada pegawai. Semua data pegawai terkelola dengan baik, data dapat digunakan untuk mengukur serta meningkatkan kinerja pegawai. Pada akhirnya, aplikasi e-government juga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja disejumlah institusi sebagai bentuk pelayan masyarakat. 5. Government to Other Institutions Stakeholder lainnya yang tak kalah penting adalah NGO ataupun kelompok-kelompok kepentingan lainnya di dalam masyarakat. Interaksi ini menjelaskan tentang hubungan pemerintah dengan organisasi non- profit maupun organisasi lain di luar pemerintah (Wirtz dan Daiser, 2015:1). Pemerintah dengan sektor non-profit memiliki hubungan yang cukup luas karena keduanya saling membutuhkan dan bekerja sama. Namun, hal yang terpenting adalah keduanya dapat menjalankan fungsinya secara efektif untuk menciptakan kondisi masyarakat yang 326 _Birokrasi dan Governanca "Tans: w I i lain di luar pemerintah dengan keberadaan website hf. vertikal, e-government juga mempunyai tingkatan tertentu ngjrnplementasiannya. Tingkatan ini diklasifikasikan menurut united Nation dengan membaginya ke dalam lima tingkatan, antara lai Emerging presence, Enhanced presence, Interactive presence, Transactional prevece, Gas fully integrated presence (Jayashree & Marthandan, 2010: 214). Vingvatan pertama, yaitu emerging presence yang ditandai oleh teterapa halaman web yang, bersifat statis di mana informasi yang dipublivasivan sangat terbatas, Tingkatan kedua, enhanced presence, dorian obeh peningkatan kehadiran web buatan pemerintah dengan vanpilan yang, dinamis dan memuat informasi terkini, Pada tahap ini, peryguna dapat menemukan banyak informasi di situs-situs yesmerintah, Tinghatan ketiga, yaitu Interactive presence, ditandai dengan: ahanya poral Intersil mane aris informast berasal dati dua atah, yon selain pengginia yang dapat membaca Informasi, meveka dapat meni dian balik kepada permerintal, Pada Cogkatan selanjutnya, eyyrermmen henar henge membanti manyarakar untuk mendaparkan velop dan Hansakel sepert) memperbarul dokumen, mengajkan, perohonan dakuinen pribadi, di menperbarud catatan pribadt eres, Hada taba ini tiaayarakat cilayant oleh pemerintaly secata valine. Vully ineated presence ditempathan pac (igkatan yang paling Hinge barena jade talap iad pemierintal: menciptakan Sone stp shap™ yoy, Hee ean penuuiid dapat ielihat dan melakukan seat Japan yay teroedia dav pemerintah Hetelal menyehutkan Hnpkatan dart ON, Jayaateoe juga EEL Tele pa Highatik penerapan egaverinent yang Hib ab abel PEM TiAl. Tiagbhatan Hiighatan ive beutaaatkan Wadd Hated Hiikatan yang dikemubakan abel Gavine (a0), Meryeanh evnpial nil sitanh, yallin wvel puvaerieey (beret (ian, Gyunnaetion, SEE Himnefulinitlin HAN Herb plenyeanalan seaial dengan fake Hevyoan neiapertiniiangkan wawalal svvalal, eksavoan, Wuhan, patie evnoyetatio, Hn eb ieliapi yang stinenmibon al Japaniyianiy davastiee Het eA TA Higibonban Tiple neni @ giiheraMienty VAAN yng PSHE THEE LHET THM, Heaton Hank, titegiitdinn, bine ean dely (avastioe aan Maint, AID E08) Hertha dolalaly panihiahan Sahat engena’ Hight yar divtisbajabars fayashivee ==> =, Government Government Gambar 14.2. Integrasi model tingkatan dalam e-government ‘Sumber: Jayashree, 2010 Pada gambar di atas terlihat model tingkatan dalam penerapan e-government menurut Jayashree. Pengklasifikasian di tiap tingkatan berdasarkan pada fleksibilitas pemerintah dan pemanfaatan teknologi dalam penyediaan layanan. Semakin banyak pemanfaatan teknologi di bidang pemerintahan akan semakin fleksibel pemerintah. Begitu juga dengan tingkatan yang dihasilkan. Berikut ini merupakan penjelasan dari setiap tingkatan dalam model yang diungkapkan Jayashree. 1. Web Presence: tingkatan pertama ini mangacu pada pemerintah yang menerapkan e-government di tahap awal (Jayashree dan Marthandan, 2010: 2208). Kehadiran e-government baru sebatas pemberian pelayanan melalui TIK. Masyarakat sebagai konsumen belum terlalu memperdulikan informasi yang diberikan pemerintah. Penerapan e-government dilakukan sebatas formalitas kebijakan. 2 nee ie ute ada interaksi antara pemerintah ia r PKannya e-government, pada tahapan ini mulai adanya pertukaran informasi antara masyarakat dan pemerintah Oapashnee dan Marthandan, 2010: 2208) ee mulai merespons informasi liberi ae 3. Mate pis chap, mora dapat merespons fasilitas e-government ae Pengguna sudah untuk bertransaksi, seperti pengisian rah isediakan pemerintah membuat lisensi atau surat izin, dan lain-lain, Keam; . lanan data- ibadi harus benar-benar diperhatikan ae Pribac masyarakat 4, Integration: pihak eksternal dan internal pemerintah berintegrasi untuk mencapai tujuan. Pihak eksternal dihubungkan dengan cara menyediakan sebuah portal yang mengintegrasikan setiap layanan pemerintah sehingga pihak eksternal, baik masyarakat maupun pihak swasta, dapat dengan mudah mendapatkan layanan (ayashree dan Marthandan, 2010: 2209). Hal ini perlu didukung oleh internal pemerintah dengan mereduksi proses birokrasi. Integrasi yang dimaksud dalam tahapan ini adalah kolaborasi antara pemerintah dan pihak ekternal untuk memajukan e-government. 5. E-society: proses integrasi yang berjalan dengan baik di tahap sebelumnya, berlanjut kepada terciptanya e-society. Sebuah masyarakat elektronik (-society) dapat terwujud apabila pemanfaatan e-government digunakan bukan hanya untuk hubungan penyediaan layanan antara pemerintah dan masyarakat, tetapi juga setiap hubungan, seperti bisnis dengan bisnis, pemerintah dengan bisnis, personal komunikasi, maupun voting (pemilihan) dilaksanakan dengan memanfaatkan TIK. Tahapan ini akan terlihat jelas saat pemerintah dapat mengimbangi dengan mengubah pola birokrasi yang cenderung lambat ke cara yang lebih cepat dan praktis. Dari kedua model yang dijelaskan sebelumnya dapat terlihat bahwa government dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi yang berbeda- beda. Secara horizontal, dapat diklasifikasikan berdasarkan hubungan Pemerintah dengan pihak lain, sedangkan secara vertikal dengan tahapan Pengimplementasian dengan berbagai model yang berbeda, Faktanya, model-model yang dibuat berdasarkan klasifikasi tingkatan implementasi memiliki kesamaan, walaupun memiliki nama yang berbeda-beda (Fath- Allah, dkk, 2014: 82). Kesamaan tersebut dapat terlihat dari: 1. tingkatan pertama menjelaskan adanya situs yang dibuat pemerintah namun belum berfungsi secara maksimal, 2+ tingkatan kedua menjelaskan mulai adanya interaksi antara Pemerintah dan masyarakat, 3. tingkatan ketiga terdapat transaksi antara pemerintah dan masyarakat, 4 : tingkatan lebih lanjut menjelaskan adanya berbagi informasi antara bagai instansi sehingga terjadi integrasi data, Namun, tentu saja kesamaan tersebut i. il Namun, t harus disesuaikan den, kondisi di lapangan. Faktor budaya dan teknologi menjadi pre Bab 14] Penerapan Flectranic e-government. Oleh karena tu, setiap negara besar terhadap implementasi ment dengan cara yang berbeda-beda sesuai di dunia menerapkan e-govern dengan kondisi pemerintah dan masyarakat. C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Implementasi E-Government at dipengaruhi oleh berbagai macam batan, maupun kesempatan yang farvard JFK School of Government, Implementasi e-government dap: faktor, baik dari segi tantangan, ham| tersedia. Pada hasil kajian dan riset dari Hi terdapat beberapa elemen atau faktor yang memengaruhi kesuksesan implemetasi e-government, antara lain support, capacity, dan value (Indraji, 2006:13). Elemen pertama adalah support. Elemen pertama ini merupakan elemen yang paling krusial dan harus dimiliki oleh pemerintah, yaitu keinginan dari berbagai kalangan pejabat publik dan politik untuk menerapkan konsep e-government. Penerapan e-government membutuhkan dukungan berupa inisiatif serta “political will” dalam pembangunan dan pengembangannya agar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Lebih jauh, dukungan yang diharapkan dapat berupa disepakatinya kerangka e-government oleh para pemegang kepentingan sehingga dijadikan program prioritas pembangunan. Bentuk lain dapat berupa dialokasikannya sumber daya di berbagai tingkatan pemerintahan dan dibangunnya infrastruktur pendukung agar lingkungan yang mendukung penerapan e-government tercipta, misalnya adanya undang-undang atau peraturan pemerintah yang jelas. Terakhir, elemen dukungan juga dapat berbentuk disosialisasikannya konsep e-government secara merata dan berkelanjutan agar konsep ini tidak asing dan jelas untuk diterapkan para pegawai pemerintahan. Elemen kedua berupa capacity atau adanya unsur kemampuan pemerintah dalam menerapkan e-government. Terdapat tiga kriteria yang harus dimiliki pemerintah untuk menjalankan elemen ini, antara lain ketersediaan sumber daya yang cukup terutama pada ‘bidang finansial, ketersediaan infrastruktur teknologi informasi karena fasilitas ini menjadi salah satu kunci keberhasilan penerapan e-government, serta ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keahlian terkait e-government (Indrajit, 2006:14). an harus mencari cara yang efektif untuk memenuhi kriteria tersebut. nance “Teori, Konsep, dan Aplikasinya gesdaksersediaan sumber daya bukanlah sebuah alasan bagi pemerintah atuk menunda Penerapan e-government. Elemen terakhir yang tidak sglah penting dari penerapan e-government adalah value atau nilai. Kedua jjemen sebelumnya dilihat dari sisi pemerintah. Namun, penerapan government jUga harus mempertimbangkan besar Kecilnya nilai manfaat yang diperoleh dengan adanya e-government (Indrajit, 2006:15). Nilai manfaat ini dapat dilihat dalam masyarakat. Pemerintah harus dengan cermat menentukan jenis aplikasi e-government apa yang sangat penting bagi masyarakat dan dijadikan program prioritas. Sedikit berbeda dengan Indrajit, Warf (2017), melihat e-government sebagai sebuah proses birokrasi dengan menggunakan teknologi. Menurutnya, implementasi e-government memerlukan beberapa komponen untuk mewujudkan e-governmen dengan tujuan, antara lain kepemimpinan, kerja sama dari para birokrat, anggaran yang mencukupi, peraturan yang jelas mengenai akuntabilitas dan pertanggungjawaban, laporan yang jelas mengenai kegagalan dan keberhasilan implementasi, serta mekanisme feedback yang efektif (Warf, 2017: 4). Perwujudan e-government memerlukan dukungan dari berbagai bidang dan kedewasaan dalam berpolitik dalam pemerintahan. Kepemimpinan, misalnya, pemerintah yang ingin menjadikan teknologi sebagai alat untuk mempermudah birokrasi perlu didukung oleh pemimpin yang dapat mengarahkan institusi pemerintah menjadi lebih modern. Adanya pemimpin yang dapat mengarahkan tentu saja memerlukan birokrat yang dapat bekerja sama. Birokrat sebagai garis terdepan dalam jalannya pemerintahan harus dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Resistensi kerap muncul, namun harus segera diatasi (Alsheri dan Drew, 2010: 84). Anggaran untuk mendukung pengadaan infrastruktur teknologi informasi juga menjadi syarat keberhasilan implementasi e-government. Faktor lain yang dapat memengaruhi keberhasilan e-government juga diungkapkan oleh Wirtz dan Daiser (2015). Meningkatnya masyarakat digital menuntut pemerintah untuk melakukan penguatan lebih lanjut pada sistem e-government dan penyediaan layanan elektronik (Wirtz dan Daiser, 2015:188). Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan penerapan e-government, menurut Wirtz dan Daiser, (2015). Faktor-faktor yang diungkapkan didasarkan pada anggapan bahwa e-government sebagai sebuah teknologi yang dipakai ae dengan berbasis web. Penjabaran Eek Fe a ca repel keberhasilan penerapan e-government dibagi Ke os sate Aauaenment Peluana dan Tantangannya 331 ved, e-service user, dan IT. Persepektifpertama ediaan layanan berbasis teknologi, perlu mempertimbangkan kenyamanan pengguna. Pada perspktiini wine dan Daiser menjelaskan bahwa e-government perlu memperhatikan kenyamanan pengguna karena dalam konteks e-government, portal harus didesain secara bagus agar mudah dimengerti pengguna (Wirtz, Pichler, and Daiser, 2015: 77). Hal ini terlihat dari beberapa syarat dalam e si web yang menarik, antara lain perspektif user center adalah user centered. Pada peny' perspektif ini, seperti kemudahan akses, visualisa’ dan kebermanfaatan yang diterima. Perspektif kedua adalah e-service user. Pada perspektif ini tidak hanya berbicara mengenai penyediaan layanan e-government kepada pengguna. Penting juga bagi pemerintah untuk menyesuaikan layanan e-government dengan kebutuhan dan keinginan pengguna. Ada beberapa faktor keberhasilan yang terkait dengan perspektif e-service user. Ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu faktor keberhasilan yang berorientasi layanan dan berorientasi fungsi (Wirtz dan Daiser, 2015: 191). Faktor keberhasilan berorientasi Jayanan berkaitan dengan pertanyaan tentang layanan apa yang harus ditawarkan, sedangkan faktor keberhasilan yang berorientasi pada fungsi berhubungan dengan pertanyaan bagaimana layanan ini ditawarkan. Dengan demikian, untuk mencapai keberhasilan implementasi e-government, perlu mempertimbangkan aspek perilaku dari organisasi sektor publik yang menyediakan e-government, seperti responsif terhadap permintaan masyarakat. Terakhir, perspektif dari sarana teknologi informasi juga perlu dipertimbangkan dalam pengimplementasian e-government. Setelah membahas tentang faktor keberhasilan yang berpusat pada pengguna serta faktor keberhasilan layanan, masih ada kategori ketiga dari faktor keberhasilan e-government yang relevan, Implementasi e-government juga dapat dipengaruhi oleh faktor keberhasilan TIK yang masuk ke dalam Pemerintahan. Mengenai keberhasilan sistem e-government, terdapat beberapa faktor keberhasilan penting TIK yang harus dipertimbangkan saat merancang, menerapkan, dan memelihara e-government. Faktor- Eker ements antara lain keamanan data pribadi, kualitas sistem gi, Cepatan respons dari website, dan teknologi yang multi- channel mengalami kerusakan (Wirtz dan Daiser, 2015: 194). bescae aiee ieee! sebelumnya, Drew dan Alsheri menjelaskan ighambat implementasi e-government yang disebut 332 _Birokrasi dan G _ gamment barriers (hambatan pada e government) (Alsheri dan Drew, 2010: 5) Faktor-faktor tersebut digambarkan melalui tabel berikut ini. ; : asl government Barriers Kategori Hambatan Infrastruktur teknologi Privasi Keamanan Dukungan dari top management Resistensi untuk berubah ke arah teknologi Kolaborasi Kvalifikasi yang kurang memadai Pendidikan dan pelatihan Digital divide Kebudayaan Biaya yang tinggi ‘amber: Alsheri dan Drew, 2010 Pada tabel di atas terlihat beberapa hambatan dari penerapan government yang dibagi ke dalam empat kategori oleh Alsheri dan Drew. Pada kategori pertama, yakni teknikal, terdapat tiga hambatan, yaitu infrastruktur teknologi, privasi, dan keamanan. Hambatan teknikal dapat berupa beberapa kesulitan teknologi, seperti penyediaan infiastruktur yang tidak memadai antar departemen (Alsheri dan Drew, 2010.82). Hal ini menjadi masalah utama yang sering dihadapt dalam penerapan e-government. Akses terhadap infrastruktur teknologi, seperti ddesa, terutama di negara-negara komputer juga menjadi miasalah di berkembang (Warf, 2017: 7). Untuk sebagian orang yang tinggal di desa, memiliki komputer merupakan sebuah hal yang sulit, terlebih mengakses internet. Keamanan dari data pribadi yang disimpan juga dapat menjadi hambatan apabila tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan, model, dan standar yang baik agar masalah-masalah tersebut dapat diatasi. Kategori kedua, organisasional, mencakup lima hambatan, antara Jain dukungan dari top management, resistensi untuk beradaptasi dengan teknologi, kebutuhan kolaborasi, kuali a manusia yang, fikasi sumber day’ i urang memadai hingga kebutuhan akan pendidikan dan pelainan- sc eat puneranan electronic government pewang Ga TOMaT noe 38 udah dikatakan sebelumnya, faktor kepemimpinan i e-government. Adanya dukungan dari top diperlukan untuk mengarahkan sumber naannya. Ketiadaan dukungan dari Seperti yang st penting dalam implementas management atau pemimpin daya dan mengoordinasikan penggu! pemimpin dapat menghambat proses e-government. Resistensi untuk beradaptasi dengan teknologi juga dapat menjadi hambatan, terlebih e-government menuntut birokrat untuk dapat menggunakan teknologi dalam melayani masyarakat. Resistensi dapat diatasi dengan memberikan kejelasan terkait pentingnya teknologi dan memastikan bahwa hadirnya teknologi tidak akan mengancam pekerjaan mereka (Alsheri dan Drew, 2010: 84). Tentu saja hal ini dapat dilakukan ‘melalui program pelatihan dan pendidikan. Kolaborasi sebagai hambatan yang dimaksud adalah kesulitan dalam mengikutsertakan seluruh sektor, seperti masyarakat, pihak swasta, maupun sektor publik itu sendiri. Hambatan lainnya juga timbul dari kurangnya kualitas birokrat dalam mengoperasikan teknologi (Alsheri dan Drew, 2010: 84). Hambatan ini dapat diatasi dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan. Kategori ketiga, yaitu sosial di mana terdapat dua hambatan, antara Jain digital divide dan kebudayaan. Digital divide merupakan kesenjangan terhadap akses internet ataupun teknologi (Alsheri dan Drew, 2010: 84). Penerapan e-government tentu saja memerlukan akses internet yang merata bagi semua masyarakat. Layanan akan sulit diakses bagi yang belum mendapat akses terhadap teknologi ataupun internet (Warf, 2017: 6). Masih adanya masyarakat yang belum mendapat akses terhadap internet maupun teknologi dapat terjadi dikarenakan sedikitnya penghasilan, kurangnya kemampuan, ataupun penyediaan akses internet yang belum merata oleh pemerintah (Alsheri dan Drew, 2010: 84). Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan menyediakan komputer di tempat-tempat publik ataupun pemberian akses internet See ee ae eee ide yunpcukup Ogle ee ee emane dengan gta! Pada negara-negara berke: ‘ 7 rendah ching tiga de mentee Renee negara yang secara ekonomi sudah eit. Berbeda dengan beberaps i i baik, seperti Skandinavia di mana internet digunakan secara menyel selanjutnya adalah keb Yeluruh (Warf, 2017:6). Hambatan rudayaan yang dapat timbul seiring di seiring diterapkanny@ 334 © Birokrasidan Governanca "tana: e-government. Budaya didefinisikan sebagai sebuah kesatuan nilai dan kepercayaan yang dipegang teguh oleh masyarakat (Alsheri dan Drew, 2010: 84). Kebudayaan dapat menghambat penerimaan terhadap teknologi yang pada akhirnya menghambat pula dalam pengadopsian e-government. Contohnya, budaya organisasi akan memengaruhi perilaku pegawai terhadap penerimaan teknologi. Finansial merupakan kategori terakhir yang dapat menjadi hambatan dalam pengimplementasian e-government. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung e-government bukanlah sebuah hal yang mudah. Perlu perencanaan yang matang dan biaya yang tidak sedikit untuk mendanai pembangunan tersebut. Oleh karena itu, menjadi penting untuk memastikan ketersediaan sumber daya finansial untuk mencapai tujuan diimplementasikannya e-government (Alsheri dan Drew, 2010: 85). Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa penerapan e-government dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik pendukung maupun penghambat. Namun, dapat ditarik garis besar mengenai beberapa faktor utama yang memengaruhi penerapan e-government, antara lain penyediaan infrastruktur yang memadai (seperti akses internet yang merata dan penyediaan teknologi pendukung), dukungan dari pejabat atau pimpinan untuk mengarahkan sumber daya, keadaan sosial masyarakat yang mau menerima teknologi, serta anggaran yang mencukupi untuk mendukung penyediaan infrastruktur. Kondisi sosial menjadi penting karena kemampuan masyarakat untuk menerima teknologi menentukan. Banyak peneliti menemukan bahwa kesadaran masyarakat menjadi faktor kunci dalam kesuksesan implementasi e-government (Mahmood, 2013: 3). Kesimpulan tersebut didasarkan pada munculnya faktor-faktor tersebut lebih dari sekali sehingga faktor- faktor tersebut dipandang sebagai faktor yang lebih penting daripada yang lain. Meskipun begitu, bukan berarti faktor lain bukanlah faktor penentu keberhasilan. D. Birokrasi dan E-Government Struktur birokrasi merupakan penyempurnaan dari struktur Organisasi tradisional. Dibandingkan dengan struktur organisasi tradisional, birokrasi lebih terdiferensiasi. Pada struktur birokrasi terdapat pembagian divisi kerja secara horizontal dan vertikal. Pada pembagian kerja horizontal terdapat pekerjaan bersifat khusus dan tanggung jawab yang dibatasi, sedangkan pada kerja secara vertikal berisi jabatan dari yang lebih tinggi ke lebih rendah dan semuanya bertanggung jawab kepada kepala organisasi (Meyer, 2015: 908). Pembagian tersebut membuat pegawai menjadi lebih profesional terlebih karena ada perbedaan jelas antara tugas resm! dari kepentingan dan kewajiban pribadi. Hal. inilah disebut Weber sebagai pemisahan rumah dari jabatannya. Birokrasi dibentuk agar netralitas Pegawai terjaga. Lembaga birokrasi sangat penting bagi pemberlakuan nilai-nilai demokrasi karena menawarkan netralitas dan prediktabilitas melalui peraturan dan peraturan yang terstandardisasi dan jelas Janson dan Erlingsson, 2014: 294). Hal ini disebabkan karena birokrasi memiliki prosedur atau tata cara yang kaku dan harus dipatuhi. Pada dasarnya, pemberlakuan birokrasi yang ketat terhadap prosedur memiliki keuntungan. Pertama, terpaku pada prosedur memberikan arti bahwa birokrat akan bertindak sesuai prosedur dan hal itu akan berujung pada pencapaian tujuan pemerintah. Kedua, spesialisasi yang terbagi ke dalam beberapa bagian dapat menjaga akuntabilitas, tingkat kontrol yang tinggi, dan kemampuan sumber daya manusia karena setiap bagian mempunyai tugas masing-masing yang sesuai dengan kemampuan. Ketiga, kualitas birokrat seharusnya dapat terjaga dengan baik karena setiap birokrat memiliki kesempatan yang sama dan mendapat perlindungan dari tindakan sewenang-wenang dari atasannya karena harus sesuai dengan prosedur (Bashar dkk, 2011: 495). Namun, ketatnya birokrasi terhadap prosedur sering kali menimbulkan dampak lain, yaitu kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah secara dinamis. Birokrasi sering dinilai tidak adaptif karena harus ada kepatuhan ketat terhadap peraturan, Hal ini membuat birokrat menjadi konservatif dan tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan saat dibutuhkan (Nwogwugwu dan Adiro, 2015: 181). Te ge eee a hy taut kehlangan kekoasean ataupuy pee Die tinge karena dalam penerapan peraturan prc ee eee prosedur tersebut, yang terkadang berakibat Nwogwugwu dan Adiro, 2015: 3360 Rlitnbract dan o— pegawai pemerintah yang berinteraksi langsung dengan masyarakat (lebih sering dalam pertemuan tatap muka) dan memiliki kewenangan sesuai prosedur dalam pelaksanaan pekerjaan mereka, terutama dalam cara mereka memproses pelayanan publik (Buffat, 2013: 3). Oleh karena itu, street-level bureaucrats diberikan sedikit wewenang untuk mengambil Keputusan. Namun, hal ini justru menjadi bumerang karena sering kal birokrat tidak memiliki kualitas yang memadai, Hal ini kemudian dapat berakibat pada lambannya birokrasi (Buffat, 2013: 4). Apabila dahulu sebuah pemerintah terkenal dengan birokrasinya yang sangat lambat, boros, dan tidak berfungsi optimal, maka pada masa sekarang ini masyarakat lebih membutuhkan kinerja pemerintah yang cepat, murah, dan dengan proses mudah agar dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan baik individu maupun kelompok (Cordella dan Tempini, 2015: 2). Perubahan paradigma tersebut tentu saja bukanlah perkara yang mudah bagi pemerintah untuk menyelesaikannya. Timbulnya perubahan merupakan sebuah keharusan, bukan pilihan. Oleh Karena itu, pemerintah harus dapat beradaptasi dengan cepat guna menyediakan layanan prima kepada masyarakat, Pada masa slobalisasi sekarang ini, teknologi diciptakan untuk mempermudah dan memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Pemerintah yang dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan harus beradaptasi menggunakan teknologi untuk mempermudah atau memperbaiki kualitas pelayanan yang telah dimiliki hingga sekarang ini. E-government menjadi sebuah cara untuk membuat proses birokrasi lebih akuntabel, responsif dan transparan sehingga dapat meningkatkan tata kelola pemerintahan. Penerapan e-government juga dapat menawarkan sejumlah manfaat lain, seperti layanan pemerintah yang berkualitas, meningkatkan kepuasan masyarakat, meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mengurangi waktu pemrosesan (Asogwa, 2013:145). ' Birokrasi dan e-government memiliki keterikatan satu sama lain. E-government telah menjadi fokus pemerintah di berbagai negara. Dari tahun ke tahun, pemerintah di berbagai negara mencoba memperkenalkan dan mengimplementasikan e-government (Alsheri dan Drew, 2010: 79). Sistem e-government digunakan pemerintah untuk mengurangi biaya, meningkatkan pelayanan, menghemat waktu, serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam birokrasi. Internet dan ¢-government telah membuat perubahan penting dalam berbagai bidang Bab 14| Penerapan Electronic Government: Peluang dan Tantangannya 337 di kehidupan, terutama dapat terlihat pada penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Kegunaan e-government dalam birokrasi bukan hanya dalam hal menggantikan sistem informasi manual menjadi elektronik atau mengganti cara lama pada birokrasi ke cara yang lebih baru, tetapi juga kegunaannya untuk mendorong pemerintah untuk berpikir kembali dan menentukan cara-cara yang paling efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (lsheri dan Drew, 2010: 79). Pemerintah di berbagai negara memiliki strategi yang berbeda dalam membangun e-government. Beberapa telah menciptakan rencana jangka panjang yang komprehensif, sedangkan yang Jainnya memilih untuk mengidentifikasi hanya beberapa area utama sebagai fokus proyek awal. Namun, dari negara-negara dengan penerapan e-government yang sukses terdapat satu kesamaan, yaitu mereka memulainya dari proyek kecil dan secara bertahap diimplementasikan ke seluruh bagian di birokrasi. Sistem manajemen berbasis data, sistem informasi manajemen, pelayanan terpadu melalui web, dan penyimpanan data masyarakat yang terintegrasi dengan berbagai lembaga merupakan beberapa contoh solusi yang menggunakan teknologi untuk membuat organisasi birokrasi lebih efektif dan efisien (Cordella dan Tempini, 2015: 2). Selain itu, terdapat beberapa aplikasi lain yang mendukung e-government, seperti Office Automation Software (OAS), Database Management Systems (DMS), Management Information Systems (MIS), Decision Support Systems (DSS), dan yang terbaru dengan sistem informasi yang terintegrasi melalui internet (Bashar dkk, 2011:496). Dengan menggabungkan sistem TIK dengan berbagai tingkatan proses birokrasi, diharapkan dapat membuat pelayanan menjadi lebih mudah. pe RY genet dalam birokrasi berdampak pada mekanisme auan dan pengendalian yang lebih efektif dan efisien karena Proses pemerintahan lebih transparan and akuntabel. . adanya e-government pada birokrasi intabel. Dampak lain " irokrasi adalah Street-level bureaucrats yang Cukup luas untuk mengelola pelayanan, tahun. Wajib pajak tidak perlu datang ke kantor pajak untuk membayarkan pajak yang tertagih melalui fiskus, cukup melalui transfer di bank. Terbatasnya intervensi birokrat selain untuk meminimalisasi kecurangan, juga untuk mewujudkan pemerintah yang transparan. Pencatatan data juga dilakukan secara sistemik, sehingga kesalahan data maupun peluang untuk memanipulasi data dapat diminimalisasi. Pada literatur lain birokrasi dihubungkan dengan e-government dengan istilah e-bureaucracy. Cordella dan Tempini (2015), mendefinisikan e-bureaucracy sebagai sebuah sistem birokrasi yang memenuhi segala prosedur yang ada, namun menggunakan teknologi untuk melaksanakan prosedur tersebut secara efisien (Cordella dan Tempini, 2015:1). Teknologi merupakan alat untuk memfasilitasi dan mendukung berfungsinya organisasi. Pada konsep e-bureaucracy juga dijelaskan bahwa teknologi digunakan sebagai alat kontrol dari birokrasi. Fungsi inj harus dilegalkan menjadi sebuah peraturan yang dijadikan standar pemberian layanan kepada masyarakat. Penggunaan teknologi dalam menjalankan birokrasi bukanlah semata-mata membenarkan bahwa birokrasi merupakan sebuah hal yang buruk. Justru, penggunaan teknologi merupakan sebuah bentuk adaptasi pemerintah terhadap kemajuan zaman. Konsep birokrasi yang sudah baik memerlukan Penyempurnaan agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat bisa berjalan secara maksimal. Pengimplementasian teknologi digunakan untuk mendigitalisasi prosedur administratif pemerintah yang sudah ada dan bahkan dapat meningkatkan sistem administrasi menjadi lebih efektif dan efisien tanpa menghilangkan manfaat dasarnya dalam menyediakan pelayanan publik (Bashar dkk, 2011496). Daftar Pustaka Ahn, Michael J., Stuart Bretschneider. 2011. E-Government and the Political Cont Administration Review, 71: 414-424 Al-Balushi, Fatma Mohamed, dkk. 2016. “Conceptualization of E-Government Integration Studies”. Journal of Theoretical and Applied Information Technology Vol. 89 No. 2, 439-449, Alsheri, Mohammed., Steve Drew. 2010. ©-Government: Advantages and Challenges” “Politics of E-Government: trol of Bureaucracy”. Public “Implementation of . Griffith Research Online, Bab 14] Peneranan ctncte--> =

You might also like