You are on page 1of 187

DESMINASI AWAL MANAJEMEN KEPERAWATAN TERATAI

BAWAH

Oleh:
1. Delia Mulyana 0321006
2. Faradila Maulana 0321011
3. Inayatul Karomah 0321016
4. Intan Khumairoh Dewi 0321017
5. Maulidiya Dwi Astanti 0321020
6. Kavana Kavilun 0321021
7. Rifayati Khasanah 0321031
8. Siti Mas’ula 0321035
9. Siti Robiatul 0321036
10. Galuh salsadilah 0321040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2022
LEMBAR PENGESAHAN

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dan tak lupa kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan Laporan Deseminasi Awal Praktek Manajemen
Keperawatan di Ruang Teratai Bawah RSUD Kabupaten Sidoarjo. Dan juga kami
berterima kasih kepada Ibu Luthfiah Nur Aini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen
mata kuliah Manajemen Keperawatan di STIKes Dian Husada Mojokerto yang
telah membimbing laporan ini kepada kami dan juga Ibu Nuraini, S.Kep.,Ns
selaku kepala ruang Teratai RSUD Kabupaten Sidoarjo yang telah membimbing
kami.
Adapun laporan deseminasi awal ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan lainnya
sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan deseminasi awal
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik saran, dan usulan demi perbaikan laporan yan telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi
siapapun yang membacanya.

Sidoarjo, 21 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I LATAR BELAKANG
A. Latar belakang......................................................................................
B. Tujuan...................................................................................................
C. Manfaat.................................................................................................
BAB II PENGKAJIAN
A. Profil / Gambaran Umum RSUD Kabupaten Sidoarjo..............................
B. Pengkajian.................................................................................................
1. M1 : Man (sumber daya manusia)......................................................
a. Struktur Organisasi.................................................................
b. Jumlah ketenagaan...............................................................
c. Perhitungan Tingkat Ketergantungan Klien dan Kebutuhan
Tenaga Keperawatan
................................................................................................
2. M2 : Material Sarana Dan Prasarana..................................................
a. Lokasi.....................................................................................
b. Fasilitas dan Sarana Prasarana................................................
c. Peralatan Medis dan Non Medis.............................................
d. Consumable (obat dan bahan habis pakai).............................
e. Adminitrasi Penunjang...........................................................
3. M3 (Metode Asuhan Keperawatan Profesional)................................
a. Penerapan MAKP...................................................................
b. Penerimaan Pasien Baru.........................................................
c. Ronde Keperawatan................................................................
d. Timbang Terima.....................................................................
e. Supervisi.................................................................................
f. Sentralisasi Obat.....................................................................
g. Discharge Planning.................................................................

iii
h. Dokumentasi Keperawatan.....................................................
4. M4 (Money) .......................................................................................
a. Sumber Dana .........................................................................
b. Jenis pembiayaan pasien.........................................................
c. Alur Pelayanan Pasien............................................................
5. M5 (Mutu Kualitas Pelayanan Keperawatan)....................................
a. Keselamatan pasien (Patient Safety)......................................
b. Kepuasan pasien dan perawat terhadap pelayanan kesehatan
di rumah sakit
................................................................................................
................................................................................................
c. Perawatan Diri
................................................................................................
d. Patient safety (keselamatan pasien)........................................
e. Indikator Pelayanan Instalasi Rawat Inap Teratai..................
f. Indicator Pelayanan Instalasi Rawat Inap Teratai Bawah......
g. Analisa SWOT........................................................................
h. Identifikasi Masalah...............................................................
i. Diagram Layang.....................................................................
j. Prioritas Masalah....................................................................
BAB III PERENCANAAN
A. Pengorganisasian..................................................................................
B. Strategi Kegiatan..................................................................................
C. Rencana Strategi...................................................................................
D. Uraian Kegiatan....................................................................................
E. Plan Of Action (POA)...........................................................................
LAMPIRAN...................................................................................................

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan dalam menjalankan pelayanan keperawatan mempunyai dua


pilihan utama yang diamana mereka akan melakukan inovasi dan berubah atau
mereka yang diubah oleh keadaan dan situasi. Dalam menjalankan perubahan
perawat harus memiliki ketrampilan, ketrampilan pertama adalah proses
keperawatan yang merupakan pendekatan dalam penyelesaian masalah yang
sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan. Keterampilan kedua
adalah ilmu teoritis dan pengalaman praktik, hal ini perawat harus diajarkan ilmu
teoritis dikelas dan mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif
dengan orang lain. Profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu
yang dirasakan, dinilai, diterima secara spontan oleh masyarakat, dalam
mewujudkan proses keperawatan sebagai profesi maka perlu adanya perubahan
yang mencangkup seluruh aspek keperawatan, yaitu: penataan pendidikan tinggi
keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan
keprofesian, serta penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan. Untuk
mengembangkan aspek keperawatan tersebut harus memiliki sifat saling
berhubungan, saling bergantung, saling memengaruhi, dan saling berkepentingan.
Inovasi dalam keempat aspek diatas merupakan fokus utama keperawatan di
indonesia dalam proses profesionalisasi serta mempersiapkan diri dengan sebaik-
baiknya dalam menghadapi tantangan keperawatan di masa depan (Nursalam,
2016).

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 21-23 Februari 2022 di Ruang


Teratai Bawah RSUD Sidoarjo data perawat berjumlah 28 orang, administrasi
umum 3 orang, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 43 untuk Ruang Teratai
Bawah. Kebutuhan sarana dan prasarana sebagian besar sudah memenuhi standar.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang dilaksanakan adalah
MAKP Tim Primer dengan kepala ruangan adalah seorang S1 Keperawatan,

1
2

dengan 3 orang katim yang terdiri dari 6 orang S1 Keperawatan, 21 orang D3


Keperawatan, dan 1 orang D4 Keperawatan.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro-aktif


dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
Massey, 1999). Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan
melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan pelayananasuhan
keperawatan profesional. Model asuhan keperawatan profesional saat ini yang
sedang menjadi trend dengan metode Primary Nursing. Metode Primary Nursing
merupakan suatu metode yang memberikan tugas kepada satu orang perawat
untuk bertanggung jawab penuh sampai keluar rumah sakit. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam, 2016).Langkah konkret
pengelolaan yang dapat digunakan dalam peningkatan keperawatan profesional
berupa penataan sistem model asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang
meliputi ketenagaan/pasien, penetapan sistem MAKP dan perbaikan dokumentasi
keperawatan dengan menerapkan prinsip SME (Sesuai standar, Mudah
dilaksanakan, Efektif dan Efisien). Model keperawatan profesional ini mampu
mendorong keperawatan dalam memperjelas deskripsi kerja, meningkatkan
kemampuan keperawatan dalam mendiskusikan masalah dengantenaga kesehatan
yang lain dan membantu keperawatan untuk lebih bertanggung gugat secara
profesional terhadap tindakannya (Nursalam, 2016).

Berdasarkan hal di atas, maka mahasiswa Program Studi Profesi Ners


STIKes Dian Husada Mojokerto mencoba menerapkan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode pemberian asuhan keperawatan
Primer, di Ruang Teratai Bawah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo
dengan perawat yang bertugas di ruang tersebut. Model asuhan keperawatan
tersebut diharapkan mampu menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu
3

pelayanan keperawatan profesional sehingga mampu memenuhi tuntutan


masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik stage manajemen
keperawatan diharapkan mampu lebih memahami konsep dan penerapan
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di tatanan Rumah
Sakit.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data M1-M5 di ruangan
Teratai Bawah RSUD Sidoarjo
b. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT
c. Menentukan prioritas masalah
d. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian dan masalah yang ditemukan pada pelaksanaan
manajemen keperawatan meliputi:
1) Menyusun rencana strategis operasional untuk ketenagaan (M1)
2) Menyusun rencana strategis operasional untuk sarana prasarana
(M2)
3) Menyusun rencana strategis operasional untuk metode (M3) yang
terdiri dari:
a) Menyusun rencana operasional strategis untuk menyelesaikan
masalah yang ditemukan pada pelaksanaan MAKP.
b) Menyusun rencana operasional strategis pada timbang terima.
c) Menyusun rencana operasional strategis pada penerimaan
pasien baru.
d) Menyusun rencana operasional strategis pada sentralisasi obat.
e) Menyusun rencana operasional strategis pada ronde
keperawatan.
f) Menyusun rencana operasional strategis pada supervise
keperawatan.
4

g) Menyusun rencana operasional strategis pada discharge


planning.
h) Menyusun rencana operasional strategis pada dokumentasi
keperawatan.
4) Menyusun rencana strategis operasional untuk keuangan (M4).
5) Menyusun rencana strategis operasional untuk mutu (M5).

3. Manfaat

a. Bagi Pasien

Tercapainya kepuasan pasien secara optimal selama perawatan di


ruang Teratai Bawah RSUD Kabupaten Sidoarjo.

b. Bagi Rumah Sakit

1) Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara


menyeluruh

2) Menurunkan hari perawatan

3) Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan


manajemen, khususnya manajemen keperawatan yang
berimplikasi pada pendokumentasian asuhan keperawatan yang
terkait dengan perencanaan pulang di rumah sakit.

c. Bagi Perawat

1) Terjalin hubungan antar perawat, perawat dengan tim kesehatan


lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien.

2) Tumbuh dan erbinanya akuntabilitas dan disiplin diri dari


perawat.

3) Meningkatkan profesionalisme dalam menerapkan asuhan


keperawatan profesional.
BAB II

PENGKAJIAN

A. Profil/Gambaran Umum RSUD Kabupaten Sidoarjo

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo sebagai Rumah Sakit


rujukan di Sidoarjo sekaligus sebagai Rumah Sakit pendidikan dan mempunyai
Visi dan Misi, yaitu:

1. Visi RSUD Sidoarjo


Menjadi rumah sakit yang terakreditasi internasional dalam pelayanan,
pendidikan, dan penelitian.
2. Misi RSUD Sidoarjo
a. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan terakreditasi dengan
mengutamakan keselamtan pasien serta kepuasan pelanggan.
b. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesehatan yang
bermutu dan beretika untuk menunjang pelayanan.
c. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional, integritas dan
beretika.
B. Profil/Gambaran Umum Instalasi Rawat Inap Teratai Bawah

Ruang Teratai Bawah merupakan ruang perawatan khusus instalasi rawat inap
baik penyakit menular maupun tidak menular yang ada di RSUD Kabupaten
Sidoarjo yang digunakan mahasiswa sebagai tempat pembelajaran praktik
manajemen keperawatan. Lokasi Ruang Teratai Bawah berada di lantai 1 gedung
rawat inap kelas 2. Di sebelah barat Ruang Teratai Bawah berbatasan dengan
Ruang Mawar Kuning (Rawat Inap Kelas 3), sebelah timur berbatasan dengan
perpustakaan dan taman, sebelah utara berbatasan dengan Instalasi Patologi
Anatomi, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Ruang IPIT. Ruang
Teratai Bawah terdiri dari 13 ruang yaitu Ruang HCU (D), dan Ruang A-M.

5
6

C. Pengumpulan Data
1. M1: Man (Sumber Daya Manusia)
Instalasi Rawat Inap Teratai RSUD Sidoarjo terdiri dari Teratai lantai 1
(bawah), dan Teratai lantai 2 (atas). Instalasi Rawat Inap Teratai bawah ini
dipimpin oleh seorang kepala ruangan, dengan jumlah tenaga keperawatan
sebanyak 28 orang, 20 orang perawat wanita dan perawat laki-laki sebanyak
8 orang, (S1 Keperawatan sebanyak 6 orang, D3 Keperawatan 21 orang, dan
D4 Keperawatan sebanyak 1 orang). Sedangkan untuk tenaga non
keperawatan terdiri atas 5 orang. Pembagian wilayah penugasan Mahasiswa
Program Studi Profesi Ners STIKes Dian Husada Mojokerto mendapat
wilayah penugasan di Ruang Teratai lantai 1 (bawah). MAKP yang
diterapkan di Ruang Teratai Bawah adalah MAKP Modifikasi tim primer.
MAKP Tim Primer ini digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. MAKP
ini terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Berdasarkan data yang diperoleh
dari bagian administrasi saat ini Ruang Teratai Bawah memilki 1 orang
Kepala Ruangan, 3 orang perawat primer dan 25 orang perawat associate
terbagi dalam 9 orang dinas pagi, 5 orang dinas sore dan 5 orang dinas
malam. Pemilihan penanggung jawab/ketua tim dilakukan oleh kepala
ruangan yang ditentukan secara tetap dan tidak berubah-ubah. Penempatan
anggota tim di setiap ruangan ditentukan oleh kepala ruangan. Ketua tim
ditentukan dengan kualifikasi lama bekerja dan profesionalitas, sedangkan
untuk pembagian tenaga perawat untuk setiap pasien dibagi berdasarkan
jumlah ruangan dan jumlah perawat pelaksana yang jaga pada shift tersebut.
7

Struktur Organisasi Unit Kerja

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Unit Kerja


8

BAGAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL METODE


TIM PRIMER INSTALASI RAWAT INAP TERATAI LANTAI 1

KEPALA PERAWAT

MANAJER PELAYANAN
PASIEN

PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

Gambar 2.2 Model praktik keperawatan profesional metode tim primer


instalasi rawat inap teratai lantai 1
a. Jumlah tenaga di Ruang Teratai Bawah RSUD Sidoarjo
1) Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Teratai Bawah RSUD
Sidoarjo

No. Nama Status Jabatan Tingkat


Kepegawaian Pendidikan
1. Nuraini PNS Karu S1
2. Andik Budianto PNS Perawat S1
3. Misbakhul Ulum PNS Perawat S1
4. Indah Dwicahyani BLUD Perawat D3
5. Prasetya Budi BLUD Perawat D3
6. Lailah Nafiah PNS Perawat D4
7. Miftahul Jannah PNS Perawat D3
9

8. Farida Cahya Arini PNS Perawat S1


9. Linda Marta Sari BLUD Perawat D3
10. Defita Indah Wahyuningtias BLUD Perawat D3
11. Fitri Ary Wahyuni BLUD Perawat D3
12. Iqbal Zulfianto BLUD Perawat D3
13. Khikma Maskuriah BLUD Perawat D3
14. Putri Fauziah R BLUD Perawat S1
15. Niki Anindia BLUD Perawat D3
16. Nikmatus Sholichah BLUD Perawat D3
17. Nina Mustika Ningtyas BLUD Perawat D3
18. Nurin Wahyuni BLUD Perawat D3
19. Anis Satul U BLUD Perawat D3
20. Kwalisma Rinavy BLUD Perawat D3
21. Vivi Febriani BLUD Perawat D3
22. Dianita Astrid BLUD Perawat D3
23. Muchammad Arief Alfiandy BLUD Perawat D3
24. Fendi Suganda BLUD Perawat D3
25. Deny Angga Setiawan BLUD Perawat D3
26. Ika Selviana Anwar BLUD Perawat D3
27. Rudi Hermawan BLUD Perawat D3

Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Keperawatan di Ruang Teratai Bawah


RSUD Sidoarjo

Kualifikasi PNS Jumla BLUD Jumlah


h
Laki- Perempuan Laki- Perempuan
laki laki

S1 2 3 5 0 1 1

D4 0 1 1 0 0 0

D3 0 1 1 6 15 21

SMA 3 1 4 0 0 4

Total 32

Tabel 2.3 Tenaga Keperawatan yang Pernah Mengikuti Pelatihan di


10

Ruang Teratai Bawah RSUD Sidoarjo


No. Nama Pelatihan
1. Nuraini BLS, BCLS, BTLS, ECG, CI, DALIN
2. Andik Budianto BLS, BCLS,, ECG, CI, HIV, DALIN
3. Misbakhul Ulum BLS
4. Indah Dwicahyani BLS
5. Prasetya Budi BLS
6. Lailah Nafiah BLS, ECG, HIV, RAWAT LUKA
7. Miftahul Jannah BLS, ECG, APAR
8. Farida Cahya Arini BLS
9. Linda Marta Sari BLS, BCLS, BTLS, APAR, HIV
10. Defita Indah Wahyuningtias BLS, BCLS, BTLS, HIV, RAWAT LUKA
11. Fitri Ary Wahyuni BLS, BCLS, CC, HIV, DALIN
12. Iqbal Zulfianto BLS, ECG, CC, GADAR, HEMOFILIA
13. Khikmah Maskuriah BLS, BTLS, ECG, HIV, DALIN
14. Putri Fauziah R BLS,ECG, APAR
15. Niki Anindia BLS
16. Nikmatus Sholichah BLS
17. Nina Mustika Ningtyas BLS
18. Nurin Wahyuni BLS
19. Anis Satul U BLS, ICU, DALIN
20. Kwalisma Rinavy BLS, ECG, APAR
21. Vivi Febriani BLS
22. Dianita Astrid BLS
23. Muchammad Arief Alfiandy BLS, ECG, APAR
24. Hanum Masfufah BLS
25. Deny Angga Setiawan BLS
26. Ika Selviana Anwar BLS, ECG, APAR
27. Rudi Hermawan BLS
28. Mochammad Shoib BLS
29. Iskandar BLS
30. Zainul Abidin
31. Nimas Ayu Mashuri

Keterangan :
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
BLS : Basic Life Support
BCLS : Basic Cardiac Life Support
BTLS : Basic Trauma Life Support
11

CI : Clinical Instructur
DALIN : Panitia Medik Pengendalian Infeksi
ECG : Elektrokardiografi
HIV : Human Immunodeficiency Virus
2) Tenaga non Keperawatan
Tabel 2.4 Jumlah Tenaga non Keperawatan di Ruang Teratai Bawah
RSUD Sidoarjo

No. Tingkat Status Jabatan


Nama pendidikan kepegawaian

1.
Mochammad Shoib SMA PNS Helper
2.
Iskandar SMA PNS Helper
3.
Zainul Abidin SKM PNS Verifikator
4.
Nimas Ayu Mashuri S1 BLUD Administrasi

b. Perhitungan Tingkat Ketergantungan Klien dan Kebutuhan Tenaga


Keperawatan
1) Metode Douglas
Bagi klien rawat inap, standar waktu pelayanan klien antara lain :
a) Perawatan minimal memerlukan 1 s/d 2 jam/ 24jam
b) Perawatan intermediet memerlukan 3 s/d 4 jam/ 24jam
c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5 s/d 6 jam/ 24jam

Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) menerapkan


sistem klasifikasi klien dengan 3 kategori tersebut adalah sebagai
berikut :

a) Kategori I : Perawatan Mandiri


Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat
melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan,
minum, penammpilan secara umum baik, tidak ada reaksi
emosional.Klien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau
12

gerakan.Klien perlu dilakukan observasisetiap shift, perawatan


minimaldan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b) Kategori II :Perawatan Intermediet
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur
posisi makan, memberikan dorongan makan, bantuan dalam
eliminasi dan kebersihandiri, tindakan keperawatan untuk
memonitor tanda-tanda vital, fungsi fisiologis, status emosional,
kelancaran drainage, bantuan dalam pendidikan kesehatan serta
kesiapan pengobatan memerlukan prosedur.
c) Kategori III : PerawatanTotal
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan
sendiri kebutuhansehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh
perawat, penampilan klien sakit berat, klien memerlukan
observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam, menggunakan selang
NGT/ nasogastric, menggunakan terapi intravena, pemakaian alat
penghisap (suction) dan kadang klien dalam kondisi
gelisah/disoriented.

Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) menetapkan


jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar pershift.

Tabel 2.5 Nilai Standar Jumlah Perawat PerShift berdasarkan


Klasifikasi Klien

Jumlah Klasifikasi Klien


Klien Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Dari perhitungan menggunakan metode Douglass diatas


didapatkan hasil bahwa pada tanggal 21 Februari 2022 dibutuhkan 5
13

perawat untuk shift pagi, 3 perawat untuk shift sore, dan 2 perawat
untuk shift malam. Sedangkan pada implementasi di Ruang Teratai
Lantai 1 terdapat 10 perawat shift pagi, 5 perawat shift sore, dan 4
perawat shift malam. Jadi, kesimpulannya tenaga perawat yang ada
melebihi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.

Tabel 2.6 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga


keperawatan dengan Metode Douglass di Ruang Rawat
Inap Teratai lantai 1 RSUD Sidoarjo pada tanggal 21
Februari 2022

Kualifikasi Jumlah Kebutuhan Tenaga


Pasien
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantunga Pasien
n
Total care 4 4 x 0, 36 = 3 x 0, 30 = 0,9 3 x 0, 20 =
1,44 0,6
Parsial care 14 14 x 0, 27 = 13 x 0, 15 = 1,95 13 x 0, 10 =
3,78 1,3
Minimal care 1 1 x 0, 17 = 1x 0, 14 = 0,14 1 x 0, 07 =
0,17 0,07
Jumlah 19 1,44 + 3,78 + 0,9 + 1,95 + 0,14 0,6 + 1,3 +
0,17 = 5,39 = 2,99 0,07 = 1,97
5 4 2

Dari perhitungan menggunakan metode Douglass diatas


didapatkan hasil bahwa pada tanggal 21 Februari 2022 dibutuhkan 5
perawat untuk shift pagi, 4 perawat untuk shift sore, dan 2 perawat
untuk shift malam. Sedangkan pada implementasi di Ruang Teratai
Lantai 1 terdapat 10 perawat shift pagi, 5 perawat shift sore, dan 4
perawat shift malam. Jadi, kesimpulannya tenaga perawat yang ada
melebihi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.
14

Tabel 2.7 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga


keperawatan dengan Metode Douglass di Ruang Rawat
Inap Teratai lantai 1 RSUD Sidoarjo pada tanggal 22
Februari 2022

Kualifikasi Jumlah Kebutuhan Tenaga


Pasien
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantunga Pasien
n
Total care 3 3 x 0, 36 = 3 x 0, 30 = 2 x 0, 20 = 0,4
1,08 0,9
Parsial care 14 14 x 0, 27 = 16 x 0, 15 15 x 0, 10 = 1,5
3,78 = 2,4
Minimal care 1 1 x 0, 17 = 2 x 0, 14 = 1 x 0, 07 = 0,07
0,17 0,28
Jumlah 18 1,08 + 3,78 + 0,9 + 2,4 + 0,4 + 1,5 + 0,07 =
0,17 = 5,03 0,28 = 3,58 1,97
6 3 2

Dari perhitungan menggunakan metode Douglass diatas


didapatkan hasil bahwa pada tanggal 21 Februari 2022 dibutuhkan 6
perawat untuk shift pagi, 3 perawat untuk shift sore, dan 2 perawat
untuk shift malam. Sedangkan pada implementasi di Ruang Teratai
Lantai 1 terdapat 10 perawat shift pagi, 5 perawat shift sore, dan 4
perawat shift malam. Jadi, kesimpulannya tenaga perawat yang ada
melebihi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.

Tabel 2.8 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga


keperawatan dengan Metode Douglass di Ruang Rawat
Inap Teratai lantai 1 RSUD Sidoarjo pada tanggal 23
Februari 2022

Kualifikasi Jumlah Kebutuhan Tenaga


Pasien
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantunga Pasien
n
Total care 2 2 x 0, 36 = 2 x 0, 30 = 0,6 2 x 0, 20 = 0,4
0,72
Parsial care 18 18 x 0, 27 = 18 x 0, 15 = 18 x 0, 10 = 1,8
4,86 2,7
Minimal care 1 1 x 0, 17 = 1 x 0, 14 = 1 x 0, 07 = 0,07
0,17 0,14
15

Jumlah 21 0,72 + 4,86 + 0,6 + 2,7 + 0,4 + 1,8 + 0,07


0,17 = 5,75 0,14 = 3,44 = 2,27
6 3 2

Dari perhitungan menggunakan metode Douglass diatas


didapatkan hasil bahwa pada tanggal 21 Februari 2022 dibutuhkan 6
perawat untuk shift pagi, 3 perawat untuk shift sore, dan 2 perawat
untuk shift malam. Sedangkan pada implementasi di Ruang Teratai
Lantai 1 terdapat 10 perawat shift pagi, 5 perawat shift sore, dan 4
perawat shift malam. Jadi, kesimpulannya tenaga perawat yang ada
melebihi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.
2) Metode Gillies
Pada ruang Teratai lantai 1 terdapat tempat tidur pasien sebanyak
43. Pada tanggal 21 Februari jumlah pasienyang dirawata sebanyak 19
orang. Kriteria pasien yang dirawat tersebut adalah total care sebanyak
4 pasien, parsial care 14 pasien, dan minimal care 1 pasien. Tingkat
pendidikan perawat yaitu S1 dan D3 Keperawatan. Hari kerja efektif
adalah 6 hari per minggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat
dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawatdi ruang tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan terebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
pasien per hari yaitu :
a) Keperawatan langsung
Minimal care 1 orang. 1 x 2 jam = 2 jam
Parsial care 14 orang. 14 x 3 jam = 42 jam
Total care 4 orang. 4 x 6 jam = 24 jam
+
Total = 68 jam
b) Keperawatan tidak langsung
Jumlah pasien 19 x 1 jam = 19 jam
c) Penyuluhan kesehatan
Jumlah pasien 19 x 0,25 jam = 4,75 jam
Total jam secara keseluruhan adalah 91,75 jam
16

2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per


pasien per hari adalah 91,75 jam : 19 pasien = 5 jam
3. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus Gillies
diatas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
5jam/pasien/hari x 19pasien/hari x 265 hari 25175
= = 13 orang
(365 hari – 76) x 7 jam 2023
20% x 43 = 8,6 (dibulatkan menjadi 8 orang)
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan keperawatan per tanggal 21
Februari yaitu : 13 orang + 8 orang = 21 orang
4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan per tanggal 21 Februari yaitu :
19 orang x 5 jam
= 13 orang
7 jam
5. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sift
tanggal 21 Februari, yaitu dengan ketentuan menurut Eastler
(Swansburg, 1990).
a) Sift pagi 47% = 5,39 (6 orang)
b) Sift sore 36% = 2,99 (4 orang)
c) Sift malam 17% = 1,97 (2 orang)
3) Metode Gillies
Pada ruang Teratai lantai 1 terdapat tempat tidur pasien sebanyak
43. Pada tanggal 22 Februari jumlah pasien yang dirawat sebanyak 18
orang. Kriteria pasien yang dirawat tersebut adalah total care sebanyak
3 pasien, parsial care 14 pasien, dan minimal care 1 pasien. Tingkat
pendidikan perawat yaitu S1 dan D3 Keperawatan. Hari kerja efektif
adalah 6 hari per minggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat
dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawatdi ruang tersebut adalah
sebagai berikut :
17

1. Menentukan terebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan


pasien per hari yaitu :
a) Keperawatan langsung
Minimal care 1 orang. 1 x 2 jam = 2 jam
Parsial care 14 orang. 14 x 3 jam = 42 jam
Total care 3 orang. 3 x 6 jam = 18 jam
+
Total = 62 jam
b) Keperawatan tidak langsung
Jumlah pasien 18 x 1 jam = 18 jam
c) Penyuluhan kesehatan
Jumlah pasien 18 x 0,25 jam = 4,5 jam
Total jam secara keseluruhan adalah 84,5 jam
2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
pasien per hari adalah 84,5 jam : 18 pasien = 5 jam
3. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus Gillies
diatas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
5jam/pasien/hari x 18pasien/hari x 265 hari 23850
= = 12 orang
(365 hari – 76) x 7 jam 2023
20% x 43 = 8,6 (dibulatkan menjadi 8 orang)
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan keperawatan per tanggal 21
Februari yaitu : 12 orang + 8 orang = 20 orang
4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan per tanggal 22 Februari yaitu :
18 orang x 5 jam
= 13 orang
7 jam
5. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sift
tanggal 22 Februari, yaitu dengan ketentuan menurut Eastler
(Swansburg, 1990).
18

a) Sift pagi 47% = 5,03(5 orang)


b) Sift sore 36% = 3,58 (4 orang)
c) Sift malam 17% = 1,97 (2 orang)
4) Metode Gillies
Pada ruang Teratai lantai 1 terdapat tempat tidur pasien sebanyak
43. Pada tanggal 23 Februari jumlah pasien yang dirawat sebanyak 20
orang. Kriteria pasien yang dirawat tersebut adalah total care sebanyak
2 pasien, parsial care 17 pasien, dan minimal care 1 pasien. Tingkat
pendidikan perawat yaitu S1 dan D3 Keperawatan. Hari kerja efektif
adalah 6 hari per minggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat
dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawatdi ruang tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan terebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
pasien per hari yaitu :
a) Keperawatan langsung
Minimal care 1 orang. 1 x 2 jam = 2 jam
Parsial care 14 orang. 17 x 3 jam = 51 jam
Total care 3 orang. 2x 6 jam = 12 jam
+
Total = 65 jam
b) Keperawatan tidak langsung
Jumlah pasien 20 x 1 jam = 20 jam
c) Penyuluhan kesehatan
Jumlah pasien 20 x 0,25 jam = 5 jam
Total jam secara keseluruhan adalah 90 jam
2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
pasien per hari adalah 90 jam : 20 pasien = 4,5 jam
3. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus Gillies
diatas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
19

4,5jam/pasien/hari x 20 pasien/hari x 265 hari 23850


= = 12 orang
(365 hari – 76) x 7 jam 2023
20% x 43 = 8,6 (dibulatkan menjadi 8 orang)
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan keperawatan per tanggal 22
Februari yaitu : 12 orang + 8 orang = 20 orang
4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan per tanggal 23 Februari yaitu :
20 orang x4,5 jam
= 13 orang
7 jam
5. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sift
tanggal 23 Februari, yaitu dengan ketentuan menurut Eastler
(Swansburg, 1990).
a) Sift pagi 47% = 5,75(6 orang)
b) Sift sore 36% = 3,58 (4 orang)
c) Sift malam 17% = 1,97 (2 orang)
c. BOR (Bed Occupacy Rate)
Tabel 2.9 BOR Pasien Kelolaan di Ruang Teratai Bawah RSUD Sidoarjo
pada Bulan Desember 2021
Tanggal Jumlah Tempat BOR Rata-rata
Pasien Tidur

21-02-2022 19 43 19/43 x 100% 44%+42%+49%


=44%
= 135%
22-02-2022 18 43 18/43 x 100%
=42%

23-02-2022 21 43 21/43 x 100%


=49%

Rata-rata 44%+42%+49%

3
= 45%
20

d. Diagnosis Penyakit Terbanyak

Tabel 2.10 10 Diangnosa Keperawatan terbanyak di Ruang Teratai Bawah


RSUD SIdoarjo

Laporan Instalasi Rawat Inap


Data 10 Besar Penyakit
Ruang Teratai Bawah
Bulan Desember Tahun 2021
No Diagnosis ∑ Prosentase (%)
1 Dyspepsia 114 10,47 %

2 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed 61 5,60 %


infectious origin

3 Hypo-osmolality and hyponatraemia 46 4,22 %

4 Anaemia, unspecified 42 3,86 %

5 Non-insulin-dependent diabetes mellitus without 39 3,58 %


complications

6 Non-insulin-dependent diabetes mellitus with 29 2,66 %


peripheral circulatory complications
7 Nausea and vomiting 29 2,66 %

8 Hypokalaemia 27 2,48 %

9 Non-insulin-dependent diabetes mellitus with renal 27 2,48 %


complications
10 Disorders of plasma-protein metabolism, not 25 2,30 %
elsewhere classified
TOTAL 439 100 %
21

2. M2: Material (Sarana dan Prasarana)


a. Lokasi
Manajemen keperawatan dan kegiatan pembelajaran pada
mahasiswa Praktek Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners
Stikes Dian Husada Mojokerto mengambil tempat di Rawat Inap Teratai
Bawah RSUD SIDOARJO dengan alamat Jl. Mojopahit No.667, Celep,
Kec. Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61215. Pengkajian data
awal dilakukan pada tanggal 21-23 februari 2022 Adapun data-data yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
1) Penataan Gedung/ Lokasi dan Denah Ruangan
a) Lokasi Ruang Teratai Bawah
Tabel 2.11 Batas Ruang Teratai Bawah RSUD Sidoarjo

Barat Barat berbatasan dengan IRNA Mawar Kuning


( Ruang Kelas III)
Utara Berbatasan dengan Instalasi Patologi Anatomi dan
Teratai
Selatan Berbatasan dengan ruang Hemodialisa.
b) Denah Ruang Teratai Bawah

Gambar 2.3 Denah Ruang Teratai Bawah RSUD Sidoarjo

Ruang Teratai bawah berada di sebelah barat gedung RSUD


Sidoarjo yang merupakan ruang rawat inap untuk pasien dewasa.
Teratai bawah terdiri dari kamar A1-C1,D1 (HCU), E1-F1,G1-
22

H1(Isolasi),I1 dan J1-M1, selain itu ruang teratai bawah memiliki


ruang kepala ruangan, ruang perawat, ruang administrasi, ruang
sentraslisasi obat, ruang linen kotor dan linen bersih, Kamar mandi
petugas, Ruang Gudang tempat BAHP dan Inventaris, Ruang
rekonstitusi.
2) Data Bed Pasien
Jumlah kapasitas bed pasien di ruang teratai bawah berdasarkan
hasil pengkajian tanggal 21-23 Februari 2022didapatkan sebagai
berikut: 13 kamar dengan kapasitas 4 bed perkamar kecuali kamar
D1 (HCU) 3 Bed, ruang G1 (Isolasi) 2 bed, ruang H1 (Isolasi) 2 bed
dan ruang J1 2 bed sehingga total ada 43 tempat tidur.
b. Sarana dan prasarana
1) Fasilitas utuk pasien
Pada tanggal 21-23 februaru 2022 dilakukan observasi dan di
dapatkan hasil di ruang Teratai bawah sudah memiliki fasilitas yang
baik untuk pasien dan tenaga kesehatan. Prasarana sumber listrik
dari PLN, sedang Genset bergabung dengan milik Rumah Sakit,
Untuk sumber air menggunakan air PDAM dengan sistem tandon.
Adapun fasilitas masing-masing ruang adalah sebagai berikut:

Tabel 2.12 Fasilitas untuk pasien peruangan di ruang rawat


inap Teratai Bawah data inventaris RSUD Sidoarjo
No Ruangan Fasilitas Jumlah yang Jumlah ideal Kondisi Saran
tersedia
1 A1 Tempat tidur 4 unit 4 Baik
Bantal 4 unit 4 Baik
Meja 4 unit 4 Baik
Ovebed table 4 unit 4 Baik
Tempat duduk 4 unit 4 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam lengkap
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 4 unit 4 Baik
Oksigen sentral 4 unit 4 Baik
Standar infus 4 unit 4 Baik
23

Tempat jemuran 1 unit 1 Baik


Tempat sampah 1 unit 1 Baik
non medis
2 B1 Tempat tidur 4 unit 4 Baik
Bantal 4 unit 4 Baik
Meja 4 unit 4 Baik
Ovebed table 4 unit 4 Baik
Tempat duduk 4 unit 4 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam lengkap
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 4 unit 4 Baik
Oksigen sentral 4 unit 4 Baik
Standar infus 4 unit 4 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik

Tempat sampah 1 unit 1 Baik


non medis
3 C1 Tempat tidur 4 unit 4 Baik
Bantal 4 unit 4 Baik
Meja 4 unit 4 Baik
Ovebed table 4 unit 4 Baik
Tempat duduk 4 unit 4 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 4 unit 4 Baik
Oksigen sentral 4 unit 4 Baik
Standar infus 4 unit 4 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik

Tempat sampah 1 unit 1 Baik


non medis
4 D1 HCU Tempat tidur dan 3 unit 3 Baik
Bantal
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam lengkap
AC Spluit 2 unit 2 Baik
Bed Side Monitor 3 unit 3 Baik
Syringe Pump 8 unit 8 Baik
24

UV filter 1 unit 1 Baik


Tempat duduk 3 unit 3 Baik
keluarga pasien
Oksigen sentral 3 unit 3 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik
DC Shock 1 unit 1 Baik
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
non medis
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
medis
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
botol infus
5 E1 Tempat tidur 4 unit 4 Baik
Bantal 4 unit 4 Baik
Meja 4 unit 4 Baik
Ovebed table 4 unit 4 Baik
Tempat duduk 4 unit 4 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 4 unit 4 Baik
Oksigen sentral 4 unit 4 Baik
Standar infus 4 unit 4 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik

Tempat sampah 1 unit 1 Baik


non medis
6 F1 Tempat tidur 4 unit 4 Baik
Bantal 4 unit 4 Baik
Meja 4 unit 4 Baik
Ovebed table 4 unit 4 Baik
Tempat duduk 4 unit 4 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 4 unit 4 Baik
Oksigen sentral 4 unit 4 Baik
Standar infus 4 unit 4 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
25

non medis
7 G1 Tempat tidur dan 2 unit 2 Baik
(Isolasi) bantal
Kipas angin 2 unit 2 Baik
Exhause fan 1 unit 1 Baik
Oksigen sentral 2 unit 2 Baik
Standart infus 2 unit 2 Baik
Tempat duduk 2 unit 2 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam lengkap
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
non medis
8 H1 Tempat tidur dan 2 unit 2 Baik
(Isolasi) bantal
Kipas angin 2 unit 2 Baik
Exhause fan 1 unit 1 Baik
Oksigen sentral 2 unit 2 Baik
Standart infus 2 unit 2 Baik
Tempat duduk 2 unit 2 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam lengkap
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
non medis
9 I1 Tempat tidur 2 unit 2 Baik
Bantal 2 unit 2 Baik
Meja 2 unit 2 Baik
Ovebed table 2 unit 2 Baik
Tempat duduk 2 unit 2 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 2 unit 2 Baik
Oksigen sentraal 2 unit 2 Baik
Standar infus 2 unit 2 Baik
26

Tempat jemuran 1 unit 1 Baik


Tempat sampah 1 unit 1 Baik
non medis
10 J1 Tempat tidur 2 unit 2 Baik
Bantal 2unit 2 Baik
Meja 2 unit 2 Baik
Ovebed table 2 unit 2 Baik
Tempat duduk 2 unit 2 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 2 unit 2 Baik
Oksigen sentraal 2 unit 2 Baik
Standar infus 2 unit 2 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
non medis
11 K1 Tempat tidur 4 unit 4 Baik
Bantal 4 unit 4 Baik
Meja 4 unit 4 Baik
Ovebed table 4 unit 4 Baik
Tempat duduk 4 unit 4 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 4 unit 4 Baik
Oksigen sentraal 4 unit 4 Baik
Standar infus 4 unit 4 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik
Exhause fan 2 unit 2 Baik
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
non medis
12 L1 Tempat tidur 4 unit 4 Baik
Bantal 4 unit 4 Baik
Meja 4 unit 4 Baik
Ovebed table 4 unit 4 Baik
Tempat duduk 4 unit 4 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam
27

Pispot 1 unit 1 Baik


Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 4 unit 4 Baik
Oksigen sentraal 4 unit 4 Baik
Standar infus 4 unit 4 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik
Exhause fan 2 unit 2 Baik
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
non medis
13 M1 Tempat tidur 4 unit 4 Baik
Bantal 4 unit 4 Baik
Meja 4 unit 4 Baik
Ovebed table 4 unit 4 Baik
Tempat duduk 4 unit 4 Baik
keluarga pasien
Kamar mandi 1 unit 1 Baik
dalam
Pispot 1 unit 1 Baik
Urinal 1 unit 1 Baik
Waskom 1 unit 1 Baik
Kipas angin 4 unit 4 Baik
Oksigen sentraal 4 unit 4 Baik
Standar infus 4 unit 4 Baik
Tempat jemuran 1 unit 1 Baik
Exhause fan 2 unit 2 Baik
Tempat sampah 1 unit 1 Baik
non medis

2) Fasilitas untuk petugas kesehatan


Tabel 2.13 Fasilitas untuk petugas kesehatan di Ruang Rawat Inap
Teratai Bawah data inventaris RSUD Sidoarjo

No Ruangan Fasilitas Jumlah


1 Kepala ruangan Meja 1
Kursi hitam 1
Kursi coklat 3
Lemari dokumen 3
Lemari perpustakaan 1
Mesin foto copy 1
Jam dinding 1
Antiseptik 1
Sampah non medis 1
AC 1
Kamar mandi 1
28

2 Ruang perawat Meja biro 1

Kursi hadap 1
Unit almari untuk arsip 3
AC spluit 1 PK 1
Almari es 1
Loker perawat 2
Loker untuk penyimpanan 2
FRM/LRM
Wastafel 1
Kamar mandi 1
Komputer 1
Printer 1
Meja biro 1

3 Ruang Obat Troly injeksi 2


Loker obat pasien 1
Almari es obat 1
AC 1 PK 1
4 Ruang Transit Set sofa 1

TV LED 1

Kipas angin 1

5 Ruang administrasi Set meja 1

Komputer PC 2
Printer 2
Telpon internal 1
Kursi hadap 2
Kursi cokelat 3
Almari kayu 1
6 Ruang linen Almari linen 1
Box kuning kotor 1
29

Troli box linen bersih 1


7 Ruang konseling Kursi coklat 3
Meja 1
Nurse station 1

3) Peralatan Medis dan Non Medis


Tabel 2.14 Peralatan Medis di Ruang Rawat Inap Teratai Bawah
data inventaris RSUD Sidoarjo
No Nama alat Jumlah yang Jumlah ideal Kondisi Saran
tersedia
1 Ambubaq bayi 1 unit 1 Baik
2 Ambubaq dewasa 1 unit 1 Baik
3 Beban skin traksi 5kg 3 unit 3 Baik
4 Beban skin traksi 1kg 7 unit 7 Baik
5 Beban skin traksi 2kg 3 unit 3 Baik
6 Bed side monitor 3 unit 3 Baik
7 Bullow WSD 1 unit 1 Baik
8 Defibrllatol 1 unit 1 Baik
9 ECG 1 unit 1 Baik
10 Film viewer lokal 1 unit 1 Baik
11 Film viewer poli 1 unit 1 Baik
medikal
12 Gunting Gips elektrik 1 unit 1 Baik
13 Guntikng Gips manual 2 unit 2 Baik
14 Infus pump 2 unit 2 Baik
15 Kasur anti dekubitus 4 unit 4 Baik
16 Manset dewasa 3 unit 3 Baik
17 Manset anak 2 unit 2 Baik
18 Nebulaizer 2 unit 2 Baik
19 Penuomtic tube 1 unit 1 Baik
20 Regulator O Sentral
2
11 unit 11 Baik
21 Spo2 portabel 6 unit 6 Baik
22 Stetoskop anak 5 unit 5 Baik
23 Stetoskop dewasa 6 unit 6 Baik
24 Suction pump 1 unit 1 Baik
25 Syringe pump 10 unit 10 Baik
26 Tabung O kecil
2
7 unit 7 Baik
27 Tensi meter electric 5 unit 5 Baik
digital
30

28 Tensi meter standart 2 unit 2 Baik


29 Termometer digital 7 unit 7 Baik
30 Timbangan 1 unit 1 Baik
31 Troli AED 1 unit 1 Baik
32 Troli Waskom 2 unit 2 Baik
33 UV steril air sistem 1 unit 1 Baik

Tabel 2.17 Peralatan Medis di Ruang Rawat Inap Teratai Bawah data
inventaris RSUD Sidoarjo
No Nama alat Jumlah yang Jumlah ideal Kondisi Saran
tersedia
1 AC kaset 3 unit 3 Baik
2 AC spluit 5 unit 5 Baik
3 Almari es 1 unit 1 Baik
4 Almari linen 1 unit 1 Baik
5 Almari penyimpanan 2 unit 2 Baik
alat
6 Alamari dokumen 2 unit 2 Baik
7 Lemari es obat 1 unit 1 Baik
8 Almari penyimpanan 5 unit 5 Baik
BPH
9 APAR 7 unit 7 Baik
10 Bedspinal 2 unit 2 Baik
11 Dorongan O2 kecil 1 unit 1 Baik
12 Handrap 15 unit 15 Baik
13 Jam dinding 5 unit 5 Baik
14 Komputer 4 unit 4 Baik
15 Kursi hitam 5 unit 5 Baik
16 Kursi coklat 18 unit 18 Baik
17 Kursi roda 4 unit 4 Baik
18 Loker obat infus 1 unit 1 Baik
19 Loker pegawai 1 unit 1 Baik
20 Meja biro 6 unit 6 Baik
21 Nurse station set 2 unit 2 Baik
22 Printer 3 unit 3 Baik
23 Sova satu set 1 unit 1 Baik
24 Spilkit 2 unit 2 Baik
25 Strecer 1 unit 1 Baik
26 Telepon 4 unit 4 Baik
27 Tempat linen bersih 2 unit 2 Baik
28 Tempat linen bersih 2 unit 2 Baik
stenlis
29 Tempat linen kotor 1 unit 1 Baik
30 Tempat sampah medis 7 unit 7 Baik
31

31 Tempat sampah non 12 unit 12 Baik


medis
32 Troli injeksi 3 unit 3 Baik
33 Troli stenlis 5 unit 5 Baik
34 Troli supermarket 1 unit 1 Baik
35 Tv 32inc 1 unit 1 Baik
36 Mesin foto copy 1 unit 1 Baik
37 Mesin penghancur 1 unit 1 Baik
kertas
38 Vacum cleaner 1 unit 1 Baik
39 Bak mandi 12 unit 12 Baik
40 Exhaous fan 8 unit 8 Baik
41 Gayung 13 unit 13 Baik
42 Kipas angin 39 unit 39 Baik
43 Closet 13 unit 13 Baik
44 Kursi kayu 42 unit 42 Baik
45 Lampu 106 unit 106 Baik
46 Matras empuk 46 unit 46 Baik
47 Matras keras 4 unit 4 Baik
48 Meja pasien 51 unit 51 Baik
49 Overbad table 42 unit 42 Baik
50 Peganagn pasien 13 unit 13 Baik
51 Pispot plastik 48 unit 48 Baik
52 Pispot stenlis 4 unit 4 Baik
53 Standart infus 31 unit 31 Baik
54 Tempat jemuran 13 unit 13 Baik
55 Tempat tidur pasien 47 unit 47 Baik
56 Urinal 22 unit 22 Baik
57 Baskom 16 unit 16 Baik
57 Wastafel 13 unit 13 Baik
58 Gantungan 13 unit 13 Baik
59 Shower 13 unit 13 Baik
32

4) Consumable (obat dan bahan habis pakai)


Permintaan Kebutuhan Logistik BAHP, seperti handschun, masker, asep
tan, dressing IV

Gambar 2.4 Alur Permintaan Logistik BAHP Irna Teratai

5) Administrasi penunjang
a) Rekam medik pasien
b) Buku observasi TTV
c) Buku BOR
d) Buku sensus harian
e) Buku kematian
f) Buku laporan kecelakaan lalu lintas
g) Buku permasalahan administrasi
33

3. M3: Method (Metode Asuhan Keperawatan)


a. Penerapan MAKP
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah salah satu
sistem pemebrian asuhan keperawatan yang sedang dikembangkan untuk
dapat meningkatkan profesionalitas rumah sakit. Ada empat metode asuhan
keperawatan professional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan
dimasa depan dalam menghadapi trend pelayanan keperawatan yaitu : tim,
primer, kasus, dan moduler (Nursalam, 2012). Meskipun metode asuhan
keperawatan professional telah ditetapkan di suatu ruangan, akan tetapi masih
banyak dijumpai tindakan yang dilakukan oleh perawat mengarah ke metode
pemberian asuhan keperawatan fungsional, setiap perawat hanya melakukan
satu atau dua intervensi keperawatan saja pada semua pasien di ruangan.
Dasar pertimbangan pemilihan model metode asuhan keperawatan
(MAKP) menurut Nursalam, 2014 yaitu sesuai dengan visi dan misi institusi,
dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan, efisiensi
dan efektif dalam penggunaan biaya, terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga,
dan masyarakat, kepuasan kinerja perawat, terlaksananya komunikasi yang
adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
Jenis model metode asuhan keperawatan menurut Grant dan Massey
(1997) dan Marquis dan Huston (1997) ada 5 metode pemberian asuhan
keperawaan professional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di
masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan yaitu Fungsional
(bukan model MAKP), MAKP Tim, MAKP Primer, MAKP Kasus,
Modifikasi:MAKPTim-Primer
34

Organisasi Keperawatan Profesional


Model Praktik Keperawatan Profesional Metode Tim Primer
Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai 1

Kepala Perawat

Menejer
Pelayanan Pasien

Perawat Primer Perawat Primer


Perawat Primer

Perawat Perawat
Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Pelaksana Perawat
Pelaksana
Pelaksana

Pasien
35

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Keperawatan Profesional Metode Modifikasi : Tim-Primer Ruang Teratai Lantai 1 RSUD Sidoarjo
36

Berdasarkan Hasil pengumpulan data pada tanggal 22-02-2022 dengan


kuesioner di ruang teratai lantai bawah menggunakan MAKP metode primer
didapatkan hasil sebanyak (70%). Dari kuesioner MKAP yang diberikan ke
perawat primer hasil ini menunjukkan bahwa MKAP metode primer meliliki hasil
yang baik. Sedangkan hasil kuesioner yang diberikan kepada kepala ruangan di
dapatkan (90%) baik. Dari hasil keduanya dapat disimpulkan bahwa MKAP
metode primer ini memberikan hasil yag baik dalam pelanksanaanya.
Berdasarkan hasil Wawancara Kepada Kepala Ruangan Teratai lantai 1 pada
Tanggal 23 – 02 – 2022 . Kepala Ruangan Menggatakan MKAP yang digunakan
dalam ruang teratai yaitu metode Tim Primer, alasan memilih metode Tim primer
karena berdasarkan kualifikasi SDM (Sumber Daya Manusia ) dan perbandingan
jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) dan pasien, yang terlibat dalam metode
Tim Primer yaitu seluru perawat yang ada di Ruang Teratai Lantai 1. Proses
pelaksanaan MAKP di ruang teratai lantai 1 terus berproses untuk memberikan
pemahaman terkait teknik pelaksanaan MAKP karena di ruang teratai lantai 1
kebanyakan SDM (Sumber Daya Manusia ) masih kebanyakan pendidikan D3.
Tetapi untuk saat ini suda mulai optimal bekerja sesuai dengan tupoksi masing-
masing
Berdasarakan hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok di ruang Teratai
Lantai 1 pada tanggal 23-02-2022. Model asuhan keperawatan yang digunakan
adalah model Primer, dengan kepala ruangan adalah seorang S1 keperawatan ners
dengan tiga orang perawat primer yang terdiri dari satu orang dengan pendidikan
S1 keperawatan ners dan dua orang pendidian D3 keperawawatn, yang
berangotakan 27 Associate data perawat berjumlah 27, dokter sebanyak 1 orang
sebagai administrasi umum, 1 orang sebagai pramubakti, 1 orang lainnya sebagai
verifikator, kordinator perkamar diruang Teratai lantai 1 perawat primer satu
mengelolah ruangan A1,B1,C1, dengan perawat pelaksana satu dan perawat
primer ke dua mengelolah ruangan E1,F1,G,1,H,1,I1, dengan berangotakan tiga
perawat pelaksanan, sedangkan perawat primer ke tiga kordinator ruangan
J1,K,1L1,M1, berangotakan tiga perawat pelaksana. Kebutuhan sarana dan
prasarana sebagaian besar sudah memenuhi standart, pelaksanaan MKAP sudah
37

berjalan dengan baik di ruang Teratai Lantai 1 hal ini dibuktikan pada pembagian
tugas yang jelas oleh karu.
b. Timbang terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. (Nursalam,
2015). Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat itu.
(Nursalam, 2015).Berdasarkan wawancara kepada beberapa perawat pada tanggal
22 Febuari , Timbang terima dilakukan tiga sift dalam sehari atau pergantian sift,
dimana pergantian sift malam ke pagi dilakukan pada jam 07.00 WIB, Sift pagi ke
shift sore dilakukan pada jam 14.00 dan sift sore ke sift malam dilakukan pada jam
21.00 WIB. Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat yang bertugas serta
didampingi katim. Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift di ruang
Nurse Station setelah itu perawat yang bertugas berkeliling ke kamar pasien untuk
melihat kondisi pasien secara langsung, serta menginformasikan pergantian
perawat yang bertugas kepada pasien. Timbang terima yang isinya informasi
tentang identitas pasien, nomor bed pasien, diagnosa medis, keadaan umum atau
keluhan utama, data objektif, data subjektif, masalah keperawatan, intervensi baik
mandiri maupun kolaborasi dan catatan serta terapi dan intervensi yang belum dan
sudah dilakukan. Pelaksanaan timbang terima ini dilakukan oleh seluruh perawat
kepada perawat yang bertugas berikutnya. Pelaksanaan timbang terima
terdokumentasikan di buku timbang terima yang sudah disediakan oleh ruangan.
Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi pada tanggal 22 Febuari 2022 timbang
terima di lakukan di nurse station oleh kepala ruangan, katim dan perawat
pelaksana. Didaptkan hasil Baik (80%) dalam melaksanakan Timbang terima di
ruangan Teratai Lantai bawah menurut perawat primer , timbang terima di lakukan
setiap pergantian shift dan setiap perawat yang bertugas selalu mengikuti timbang
terima sesuai jam shift. Setiap melaksankan timbang terima petugas menuggunakan
rekam medis pasien dan buku bantu. Timbang terima di lakukan dalam waktu ±4
menit, sedangkan timbang terima menurut kepala ruangan mendaptkan hasil 90% di
38

mana kepala ruangan tidak merasa kesulitan dalam melaksanakan timbang terima.
Dari hasil kuesioner ini dapat disimpulkan bahwa timbang teriam di ruang teratai
memiliki hasil yang baik dan tidak ada kendala dalam melaksankanya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 21-23 febuari 2022
bahwasannya timbang terima dilakukan dengan baik akan tetapi sesuai kondisi di
ruangan terkadang kepala ruangan dan perawat primer melakukan timbang terima
lebih dari jam yang ditentukan perawat biasanya telat ± 15 menit timbang terima di
lakukan dengan menggunakan rekam medis pasien dan buku bantu.
39

Alur Timbang Terima di Ruang Teratai Lantai 1 RSUD Sidoarjo

PP makukan timbang terima pasien di nurse station

PP membuka timbang terima dan memimpin doa

Penanggungjawab shift sebelumnya menjelaskan tentang jumlah pasien


dan tingkat ketergantungan (minimal care, total care), jumlah pasien
beresiko,nama pasien tanggal lahir,diagnosa medik, data fokus (subyektif
dan obyektif), masalah keperawatan, tindakan yang sudah dilakukan dan
yang belum dilakukan, dan instruksi khusus di nurse station

Penanggungjawab shift selanjutnya mengklarifikasi terhadap penjelasan yang


disampaikan saat timbang terima di nurse station

Perawat melakukan validasi data ke ruangan atau ke pasien,


mengucapkan salam, menanyakan keluhan pasien saat timbang terima,
menanyakan keluhan pasien saat timbang terima, memperkenalkan
perawat penanggungjawab pasien selanjutnya, mengucapkan salam.

Perawat kembali ke nurse station, melakukan klarifikasi hasil


validasi data, memberi stempel buku timbang terima, menulis
tanggal/jam timbang terima.

Gambar 2.4 Alur Timbang Terima di Ruang Teratai Lantai 1 RSUD Sidoarjo
c. Ronde Keperawata
Ronde keperawatan adala kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan
pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. (Nursalam,
2015).
40

Dalam studi kasus pada pasien dengan masalah yang tak kunjung
mengarah pada perbaikan. Pelaksanaan ronde keperawatan menemui
beberapa hambatan jumlah tenaga keperawatan terbatas dengan jumlah beban
kerja yang tinggi. Perawat saling bekerja sama untuk mengelola ruangan
tersebut. Dalam pelaksanaan keperawatan perawat juga akan melaksanakan
diskusi dengan profesi lain seperti dokter, ahli gizi tanpa melibatkan keluarga.

Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner pada tanggal 21-23 Februari


2022 kepada perawat primer dan kepala ruangan dengan hasil baik (80%).
Dari hasil ini menunjukkan bahwa ronde keperawatan di lakuka dengan baik
dan optimal ronde keperawtan di laksanakan dalam waktu kurang dari 4
menit.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 23 dari kepala ruangan


mengatakan bahwa ronde keperawatan di ruang Teratai Lantai 1 tidak
memiliki jadwal yang tetap, akan tetapi ronde keperawatan di lakukan baik
saat ada mahasiswa.

d. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2011). Sentralisasi adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang diberikan pada klien diserahkan sepenuhnya pada perawat. Pengeluaran
dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan perawat. Penanggung jawab dalam
pengelolaan adalah kepala ruangan diserahkan operasional dapat dilegasikan
pada staf yang di tunjuk (PP). Tujuan dari pengelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan,
sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi. Kontroling
terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah satu peran perawat
sehingga perlu dilakukan dalam satu pola/alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dikontrol oleh perawat dan untuk meminimalisir
resiko kerugian baik material maupun nonmaterial. Upaya sistematik meliputi
41

uraian terinci tentang pengelolaan obat secara ketat oleh perawat, serta
didukung peran keluarga untuk mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat.
Kesimpulan hasil kuesioner dengan kepala ruangan dan perawat primer
didapatkan baik (95%). Perawat menyatakan mengetahui tentang sentralisasi
obat. Obat yang sudah ada pada perawat akan dibuatkan jadwal sesuai dengan
dosis dan waktu pemberian, dan didokumentasikan dalam buku obat mengenai
cara pemberian obat oral maupun injeksi. Mengenai cara penyimpanan obat
menyatakan di ruang Teratai Lantai 1 terdapat ruangan khusus untuk
sentralisasi obat, sarana dan prasarana pendukung sentralisasi obat lengkap.
Perawat memisahkan kepemilikan obat-obatan pasien dan diberi label
identitas setiap masing-masing obat.

Alur sentralisasi obat di ruang teratai lantai 1 RSUD Sidoarjo

Dokter
meresepkan obat

Perawat mencatat kedalam


Rekam Medik pasien

Perawat menjelaskan keluarga bahwa resep obat


dibawa oleh perawat

Petugas farmasi
mengambil resep

Petugas farmasi mengantar obat ke ruang Teratai


lantai 1

Serah terima antara petugas farmasi dan perawat jaga

Pengecekan kembali
42

Perawat memasukkan obat ke lemari obat


pasien

Pemberian obat ke pasien

Gambar 2.6 Alur sentralisasi obat di ruang teratai lantai 1 RSUD


Sidoarjo

Alur sentralisasi obat yang ada di ruangan adalah sebagai berikut, pada
awalnya pasien mendapat Resep dari dokter yang merawat, kemudian perawat
mencatat kedalam Rekam Medik, kemudian perawat menjelaskan keluarga bahwa
resep obat dibawa oleh perawat selanjutnya petugas farmasi mengambil resep,
kemudian petugas farmasi mengantarkan obat ke ruangan, selanjutnya serah
terima antara petugas farmasi dan perawat jaga dan melakukan pengecekan
kembali, kemudian perawat memasukkan obat ke lemari pasien sesuai dengan
nomer bed pasien, kemudian obat tersebut akan diberikan pada pasien sesuai
dengan jadwal dengan prinsip 5T 1W yaitu, tepat obat, tepat jadwal, tepat dosis,
tepat pasien, tepat cara pemberian, dan waspada efek samping. Perawat
memastikan aspek tepat obat dengan cara menyesuaikan terapi di rekam medik
dengan obat yang didapatkan dari farmasi. Aspek tepat jadwal dilakukan dengan
cara memeriksa jadwal pemberian obat pada resep dengan jam pemberian obat
tersebut. Aspek tepat dosis dilakukan dengan cara memeriksa dosis terapi pasien
di rekam medik dengan dosis obat yang diberikan farmasi. Sebagian perawat
melakukan aspek tepat pasien dengan mengindetifikasi pasien, dengan cara
menyebutkan nama pasien, tanggal lahir dan melihat No RM di gelang
pasien .Aspek cara pemberian dilakukan dengan cara mencocokan terapi di resep
dengan rekam medis. Aspek waspada efek samping dilakukan dengan cara
memantau kondisi klinis pasien. Sentralisasi obat sudah terlaksana karena setiap
ruangan sudah mempunyai alur pengambilan obat. Sentralisasi obat sudah
menjadi wewenang farmasi. Perawat hanya akan menerima obat yang akan
43

dimasukkan sesuai resep yang disiapkan oleh farmasi. Sentralisasi obat sangat
membantu perawat dalam mengatur pemberian obat pada pasien. Dokter
memberikan Resep setiap hari sesuai kebutuhan pasien dan petugas depo farmasi
akan mengecek persediaan obat pasien. Selama ini semua perawat melakukan
pengecekan dan pemberian obat kepada pasien setiap hari. Namun, untuk
persiapan dan penyimpanan obat masih dilakukan oleh petugas farmasi.

d. Supervisi
Supervisi keperawata adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan
yang bermutu setiap saat. (Nursalam, 2015)
Berdasarkan hasil kuesioner dengan kepala ruangan dan perawat primer
didapatkan baik (100%). Perawat menyatakan mengetahui tentang supervisi.
supervisi telah dilakukan diruangan dan sudah terjadwal yaitu 1 bulan 4 kali yang
dilakukan oleh kepala ruangan dan perawat primer serta perawat pelaksana dan di
dalam supervisi ada follow up untuk setiap evaluasi dan supervisi dilakukan
sesuai dengan standart keperawatan. Setiap hasil supervisi akan disampaikan
kepada perawat primer maupun kepala ruangan. Maka kesimpulan dari supervisi
di ruang teratai lantai 1 dilakukan secara baik dan sesuai dengan standart
keperawatan yang ada diruma sakit RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan hasil Wawancara Kepada Kepala Ruangan Teratai Lantai 1 Pada
Tanggal 23-02-2022. Kepala Rungan Menggatakan Supervisi di Ruang Teratai
dilakukan 1 bulan 4x dan Supervisi sudah terjadwal yang di buat oleh kepala
ruangan dan yang terlibat dalam supervisi yaitu perawat primer dan perawat
pelaksana. Yang di Supervisikan di ruang teratai yaitu perkembangan para
perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan dan menurut
Kepala ruangan Teratai lantai 1 selama ini dalam melaksanakan supervisi tidak
ada kendala dan supervisi dilakukan sesuai prosedur SOP dan terjadwal
44

Alur Supervisi di Ruang Teratai Lantai 1 RSUD Si doarjo

Menetapkan kegiatan dan Kepala ruang


tujuan serta instrument / ukur

Perawat Primer
Menilai kerja perawat

Perawat Associate
Pembinaan

A. Penyampaian penilaian
B. Feed back (umpan balik) Kinerja perawat dan kualitas
C. Follow up (tindak lanjut ) pelayanan
pemecahan masalah dan
rewed
45

e. Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan


pasienbaru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenaiorientasi ruangan, perawatan,medis, dan tata tertib
ruangan (Nursalam,2015).

Berdasarkan hasil kuesioner pada tanggal 22 febuari 2022 yang diberikan


kepada kepala ruangan dan perawat primer dengan hasil baik (100%) perawat
bersedia melakukan penerimaan pasien baru (PPB) dan memberikan browsur
atau leaflet untuk menjelaskan fasilitas dan peraturan yang ada di ruang rawat
inap teratai lantai 1 menggunakan tenik lisan. Dan setiap selesai melakukan
penerimaan pasien baru melakukan pendokumentasian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat primer pada tanggal 22


Febuari 2022 Penerimaan pasien baru di Ruang Teratai Lantai 1 RSUD
Sidoarjo dimulai pasien yang akan masuk rumah sakit, dari IGD
menghubungi terlebih dahulu Ruang Teratai Lantai 1 dan dari poli ataupun
ruangan lain. Ruang Teratai Lantai 1 akan menyiapkan kamar, setelah kamar
pasien sudah siap, kemudian pasien datang dilakukan identifikasi pasien dan
dicocokkan dengan  berkas  berkas RM, pasien ditidurkan sesuai dengan
ruang kebutuhan kebutuhan pasien, pasien, operan status present dengan
petugas yang mengantar dengan menggunakan transfer dan harus ditanda
tangani oleh pengantar dan penerima pasien, kemudian perawat melakukan
Pengkajian keperawatan meliputi.
46

Alur Penerimaan Pasien Baru di Rauang Teratai Lantai 1

Pasien datang

Tempatkan pasien oleh petugas pengantar di pitstop rawat inap yang


sudah ditentukan

Melakukan cuci tangan

Lakukan penerimaan pasien baru oleh KA perawat, perawat


primer ,Katim atau perawat pelaksana

Perkenalkan diri

Identifikasi pasien

Periksa rekam medis berdasarkan identifikasi pasien dan kondisi pasien

Tempatkan pasien oleh petugas pengatar dan


perawat penerima di kamar dan tempat tidur

Lakukan timbang trima pasien antar petugas, pengatar dan perawat


penerima di nurse station

Informasi yang di timbang terima kan di rekam medis


pasien

Tanyakan kembali kepada perawat penerima tentang kejelasan informasi


yang di timbang terimakan

Lakukan Assemen awal keperawatan terhadap pasien sesuai


dengan format

Tanyakan kembali tentang penjelasan informasi yang lebih disampaikan

“”misalnya apakah bapak atau ibu sudah jelas”


47

Lakukan penandatangan pada formulir pemberian informasi pasien baru dan


LRM assesmen awal keperawatan oleh perawat pemberia informasi

Lakukan dokumentasi

Lakukan cuci tangan

f. Discharge Planning
Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.
Discharge planning merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
perawatan mandiri di rumah. (Nursalam, 2015). Berdasarkan hasil wawancara
dengan perawat  Discharge planning di Ruang Teratai Lantai 1 sudah dilakukan
baik saat pasien datang, saat dirawat, saat akan pulang dengan lisan maupun
tulisan oleh perawat. Untuk discharge planing sebelum terbukti dengan format
Assesment pengkajian awal keperawatan, saat akan pulang terbukti dengan format
rawat inap di rumah.
Proses pelaksanaan Discharge planning   dilakukan di Nurse Station Station
dengan cara memanggil keluarga dan pasien. Kartu Discharge planning  sudah ada
dengan isi sesuai dengan standart yang telah ditetapkan Rumah Sakit, meliputi :
Identitas pasien, tanggal masuk, diagnosa masuk, ruang rawat, tanggal keluar,
Diagnosa akhir, kriteria pasien membutuhkan perencanaan pulang kritis,
perawatan dan aktifitas di rumah, aturan diet, obat-obatan yang diminum (dosis,
warna dan efek samping), rencana hari  perawatan, edukasi kesehatan, rincian
pemulangan pemulangan (hasil yang dibawa pulang, jadwal kontrol
klinik). Discharge planning  dilakukan oleh Perawat Pelaksana tepat saat pasien
dinyatakan boleh pulang oleh Dokter. Berdasarkan hasil wawancara dalam
discharge planning  di ruang Teratai Lt 1 dilakukan langsung kepada keluarga
48

pasien, dan ada pemberian leafleat atau brosure sesuai penyakit yang berisi
penjelasan terkait penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi penyakitnya
jika kambuh dan tidak ada pendokumentasian tentang HE yang dilakukan.
Berdasarakan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23 februari 2022 di
dapatkan dalam lembar discharge planning yaitu perawat menejalskan kepada
keluarga pasien dengan adanya kriteria pasien membutuhkan perencanaan pulang
kritis, perawatan dan aktivitas di rumah, aturan diit, tindakan pengobatan yang
diberikan termasuk obat yang masi di minum, rencana hari perawatan, edukasi
kesehatan meliputi : alternatif tempat kontrol, pemeriksaan laboratorium lanjutan,
pencegahan terhadap kekambuhan serta adanya rincian pemulangan.

JAM KERJA DILUAR JAM KERJA


VISITE DOKTER/DPJP

PASIEN APS/
PASIEN KRS MENINGGAL

LENGKAPI BERKAS RM DAN


CEK SISA OBAT PASIEN

PERAWAT
PERAWAT
CEK BERKAS ADMINISTRASI (BPJS, SEP,
KTP/KK, dll) + BILLING TINDAKAN
ADMIN

RESEP DISERAHKAN KELUARGA

CEK ENTRY BILLING OBAT

RINCIAN BIAYA DISERAHKAN


KELUARGA

LENGKAPI LEMBAR DISCHARGE


PLANNING DAN KIE

MELEPAS INFUS DAN GELANG


PERAWAT
LEMBAR DISCHARGE PLANNING +
HASIL PEMERIKSAAN (LAB/FOTO)
DISERAHKAN KELUARGA

ADMIN
PASIEN KRS
49

Gambar 3.7 Discharge Planning

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada tanggal 22 Februari 2022


yang berjumlah 7 pertanyaan dengan jawaban Ya berjumlah 6 dan jawaban
Tidak berjumlah 1 dari kepala ruangan dan perawat primer didapatkan
dengan kategori Baik (70%) perawat memberikan HE dan surat kontrol untuk
pasien menggunakan resume medis, yang akan dibawa ketika pasien kontrol
berobat setelah satu minggu keluar dari rumah sakit, yang meliputi tindak
lanjut perawatan di rumah seperti jenis aktifitas yang boleh dilakukan atau
tidak boleh dilakukan, edukasi jika terjadi tanda dan gejala penyakit segera
mencari pelayanan kesehatan terdekat. Selain itu resume medis juga berisi
mengenai daftar nama obat yang dibawa pulang, dan jadwal kapan saatnya
kontrol kesehatan.

a. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu tindakan yang memuat seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosa keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan
yang disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Jadi,
dapat disimpulkan pendokumentasian adalah informasi mencakup aspek
biologis,  psikologis, social  psikologis, social dan spiritual yang terjadi pada
setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara menyeluruh serta informasi
yang disusun secara sistematis kedalam suatu format yang telah disetujui dan
dapat dipertanggung jawabkan secara moral maupun hukum.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 22 Februari 2022 semua tenaga
kesehatan yang melakukan implementasi ke pasien dicatat dalam satu lembar
terintegrasi dan berkelanjutan. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada
setiap shift dan  pendokumentasian mencakup asuhan keperawatan mulai dari
keluhan utama, data objektif, data subjektif dan tindakan keperawatan. Selama
ini pendokumentasian asuhan keperawatan sudah dilaksanakan pada lembar
50

rekam medis dan format asuhan keperawatan. Catatan tindakan keperawatan


pada rekam medis terkait advice  dari Dokter, sedangkan pada format status
pasien meliputi anamnesa, diagnosa, pengkajian, renpra, intruksi Dokter, laporan
perawat dan intervensi serta evaluasi keperawatan. Lembar observasi pasien
tidak ditempel pada bed pasien masing-masing ruangan tapi terdapat pada
lembar observasi di Nurse Station, jenis penyampaian informasi menggunakan
teknik SBAR serta didokumentasikan menggunakan SOAP.
Komunikasi via telepon dengan SBAR
S: Situasion (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
1) sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan serta
dokter yang merawat
2) sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau
sudah teratasi/kebutuhan utama
B: Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini)
1) Jelaskan  jelaskan intervensi intervensi yang telah dilakuakan
dilakuakan dan respons respons pasien dari setiap diagnose keperawatan
2) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pemedahan penanganan alat infasif dan
obat-obatan termasuk cairan infuse infasif dan obat-obatan termasuk
cairan infuse yang digunakan digunakan
3) Jelaskan  jelaskan pengetahuan pengetahuan pasien dan keluarga
keluarga terhadap terhadap penanganan penanganan medis
A: Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
1) Jelaskan  jelaskan secara lengkap lengkap hasil pengkajian pengkajian
pasien terkini terkini seperti seperti TTV, Skor nyeri tingkat kesadaran,
status restrain, resiko jatuh, status nutrisi kemampuan elimasi dan lain-
lain
2) Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
R: Recommendation
Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilakukan
termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.
51

Hasil Advis dokter


Berdasarkan hasil pembagian kuesioner pada tanggal 22 febuari 2022
kepada kepala ruangan dan perawat primer dengan jumlah 6 pertanyaan dan
jawaban YA 4 dan Tidak 2 dengan kategori cukup (66%) terkait dokumentasi
keperawatan perawat mengatakan telah mengerti cara mengisi dokumentasi
keperawatan dan telah dilakukan dengan tepat waktu dan membantu perawat
dalam melakukan pengkajian kepada pasien, model dokumentasi ini tidak
menambah beban kerja perawat dan tidak menyita banyak waktu.

Berdasarkan hasil pembagian kuesioner pada tanggal 22 febuari 2022 kepada


kepala ruangan dan perawat primer dengan jumlah 6 pertanyaan dan jawaban YA
4 dan Tidak 2 dengan kategori cukup (66%) terkait dokumentasi keperawatan
perawat mengatakan telah mengerti cara mengisi dokumentasi keperawatan dan
telah dilakukan dengan tepat waktu dan membantu perawat dalam melakukan
pengkajian kepada pasien, model dokumentasi ini tidak menambah beban kerja
perawat dan tidak menyita banyak waktu.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23 februari 2022
di ruang teratai lantai 1 didapatkan bahwa pendokumentasian di lakukan dengan
mengisi, assesmen awal dokter, assesmen awal keperawatan, mengisi formulir
pemberian informasi pencegahan resiko jatuh, assesmen nyeri, pengakjian resiko
jatuh dewasa, rencana asuhan keperawatan, catatan perkembangan pasien
terintergrasi dan Implementasi di lakukan secara baik dan optimal.
52
53

4. M4: Money (Keuangan)


Berdasarkan hasil pengkajian tentang sistem keuangan di Ruang Teratai
Bawah RSUD Sidoarjo didapatkan data sebagai berikut:
a. Sumber Dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas ruangan
berasal dari anggaran yang sudah diajukan di awal tahun di Rumah
Sakit yang setiap perawat mengisi formulir di google form TNA
(Training Need Analysis) terlebih dahulu. Sedangkan untuk biaya
pasien sebagian besar dari BPJS baik BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan, Jasa Raharja, Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(JKMM), International Organization For Migration (IOM), serta biaya
sendiri (Umum). Biaya yang berlaku saat ini adalah sesuai kelas
perawatan. Sumber dana sarana dan prasarana, listrik, air dan telepon
lainnya sudah terpusat.
b. Jenis Pembiayaan Pasien
Jenis pembiayaan di Ruang Teratai Bawah RSUD Sidoarjo pada
bulan Desember 2021.
Tabel 2.18 Jenis Pembiayaan Pasien pada Bulan Desember 2021

No Jenis Pembiayaan Bulan ∑ Presentase


(%)
1 Umum Desember 40 7,35%
2 BPJS Kesehatan Desember 491 90,26%
3 Jasa Raharja Desember 4 0,74%
4 International Organization Desember 7 1,29%
For Migration (IOM)
5 Jaminan Kesehatan Desember 2 0,37%
Masyarakat Miskin
(JKMM)
Total 544 100%

Berdasarkan tabel diatas, hasil pembiayaan rawat inap pasien di


Ruang Teratai Bawah RSUD Sidoarjo pada bulan Desember 2021
paling besar yaitu BPJS Kesehatan sebanyak 491 (90,26%).
c. Alur Pelayanan Pasien
Ruang Teratai Bawah menerima pasien dari Instalasi Gawat Darurat
(IGD), Instalasi Rawat Jalan (IRJ), instalasi rawat inap lainnya. Pasien
54

yang datang dari IGD/IRJ akan melakukan pendaftaran melalui admisi


dengan mengisi general consent yang sudah di tetapkan. Saat Pasien di
rawat inap, Pasien akan mendapatkan pelayanan dari semua Profesional
Pemberi Asuhan (PPA): Dokter, Perawat, Ahli Gizi, Ahli Farmasi, dan
Fisioterapi. Untuk menegakkan diagnosis, maka pasien dilakukan
pemeriksaan penunjang dan di berikan terapi serta tindakan sesuai
dengan kebutuhan pasien. Setelah melakukan perawatan pasien akan di
nyatakan keluar rumah sakit dengan catatan keluar rumah sakit sembuh,
pulang paksa, rujuk, atau meninggal.

SEMBUH KONTROL
Pelayanan pasien:
POLIKLINIK
Pasien MRS:  Medis
 Keperawatan DIRUJUK RUMAH
 Pendaftaran
 Laboratorium KRS SAKIT LAIN
 General Consent
 Gizi
 Pasien di transfer
 Farmasi MENINGGAL IKFM
ke IRNA
 Radiologi
(Instalasi
 Rehabilitasi
Kedokteran
ATAS
PERMINTA Forensic
AN Medikolegal)
SENDIRI
(APS) PULANG

Gambar 2.8 Alur Pelayanan Pasien


d. Tarif Ruang Teratai Bawah (Kelas 2)
Berikut tarif pelayanan Ruang Teratai Bawah RSUD Sidoarjo
Tabel 2.19 Tarif Pelayanan Ruang Teratai Bawah (Kelas 2)

No Jasa Pelayanan Tarif


1 Kamar Rp. 140.000
2 Kamar HCU Teratai (High Care Unit) Rp. 360.000
2 Biaya Makan Rp. 120.000
3 Jasa Pelayanan Keperawatan Rp. 150.000
4 BAHP Dasar Rp. 90.000
55

Tabel 2.20 Tarif Pelayanan Visite Dokter Ruang Teratai Bawah


(Kelas 2)

No Jasa Pelayanan Tarif


1 Visite Dokter Spesialis Rp. 110.000
2 Visite Dokter Umum Rp. 35.000
3 Visite Ahli Gizi Rp. 15.000
4 Visite Apoteker Rp. 20.000
5 Konsultasi Dokter Spesialis Diluar Jam Rp. 66.000
Kerja Datang

Tabel 2.21 Tarif Tindakan Medik Non-Operatif Ruang Teratai


Bawah (Kelas 2)

No Jenis Tindakan Tarif


1 Electro Cardio Grafi (ECG) Rp. 75.000
2 Infuse Pump Rp. 75.000
3 Nebulizing 1 Kali Tindakan Rp. 50.000
4 Nekrotomi Rp. 70.000
5 Oksigen Masker <12 jam/hari Rp. 94.000
6 Oksigen Masker >12 jam/hari Rp. 187.000
7 Oksigen Nasal <12 jam/hari Rp. 55.000
8 Oksigen Nasal >12 jam/hari Rp. 75.000
9 Pasang NGT Rp. 55.000
10 Pemeriksaan GDA Rp. 23.000
11 Rawat Luka Combustio <20% Rp. 93.000
12 Rawat Luka Combustio >20% Rp. 214.000
13 Rawat Luka Gangren Berat Rp. 90.000
14 Rawat Luka Gangren Sedang Rp. 75.000
15 Reposisi Haemoroid Rp. 20.000
16 Syringe Pump Rp. 75.000

Tabel 2.22 Tarif Administrasi Rekam Medis Ruang Teratai Bawah


(Kelas 2)

No Jenis Pelayanan Tarif


1 Surat Kematian Rp. 20.000

5. M5 : (Mutu Kualitas Pelayanan Keperawatan)


Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan
secara efisien dan efektif sesuai dengan standart profesi, standart pelayanan
yang di laksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
56

pengembangan pelayanan kesehatan atau keperawatan sehingga mencapai


derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2016).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan dimata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan
kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat
dengan penderitaan, kesakitan, kesengsaraan yang di alami pasien dan
keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu
adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien
atau tidak.Kepuasan merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan
yang di dapat dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan (Tjiptono, 2004).
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum
aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit
(EDIA) (Nursalam, 2015). Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit (2018) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan
menjamin keselamatan pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau ke
seluruh unit kerja di rumah sakit Berdasarkan hasil pengkajian yang telah di
lakukan pada tanggal 21 Februari 2022 di RSUD Kabupaten Sidoarjo di
ruang teratai bawah telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan
pasien, dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting, diantaranya
sebagai berikut:
a. Keselamatan pasien (Patient Safety)
1) Sasaran I ketepatan identifikasi pasien
Sasaran ini memiliki dua maksud dan tujuan yakni untuk
memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau
tindakan dan untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang di
butuhkan oleh pasien. Identifikasi pasien di lakukan untuk
menghindari kesalahan pasien Identifikasi dilakukan dengan
menggunakan gelang untuk identitas pasien di pasang saat pasien
dilakukan penilaian risiko mulai dari IGD atau di ruang perawatan.
57

Gelang terdiri dari 4 warna yang memiliki definisi tersendiri pada


masing-masing warna yaitu :
a) Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan.
b) Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.
c) Gelang kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.
d) Gelang merah digunakan untuk pasien alergi.
e) Gelang ungu digunakan untuk pasien tidak dilakukan resusitasi
(DMR).
Menurut Kemenkes (2011) standar gelang identitas berwarna
pink atau biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap pasien,
nomor rekam medik, jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir.
Identifikasi pasien dilakukan dengan mencocokan gelang identitas
yang dipakai pasien. Proses identifikasi yang digunakan di rumah
sakit mengharuskan terdapat paling sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga)
bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam
medik, atau bentuk lainnya (misalnya, nomor induk kependudukan
atau barcode). Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk
identifikasi pasien.Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan
pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi sebelum melakukan
prosedur/tindakan dan discharge planning.
 Sasaran 2 ketepatan identifikasi pasien meliputi standart yaitu
a) Pasien di identifikasi menggunakan 2 identitas pasien, tidak
boleh menggunakan nomor, kamar, atau lokasi pasien
b) Pasien di identifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah
c) Pasien di identifikasi sebelum pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
d) Pasien di identifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan atau prosedur
e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi (Nursalam, 2015)
58

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 21-23 Februari 20212,


penerapan gelang identitas di Ruang Teratai Bawah sudah sesuai
dengan kriteria Kemenkes yakni berwarna pink atau biru berisi
identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam
medik, tanggal lahir, NIK pada pasien, untuk pasien allergy di
berikan label berwarna merah, label warna kuning untuk pasien
beresiko jatuh, pada pengkajian semua pasien telah diberikan
gelang identitas oleh perawat.
2) Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
(2018) komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat,
lengkap, tidak mendua (ambiguous), dan diterima oleh penerima
informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien.Komunikasi efektif yang
digunakan yaitu menggunakan metode SBAR (Situation,
Background, Assesment, Recommendation).
SBAR digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim
kesehatan yang lain, timbang terima, berkomunikasi dengan teman
sejawat, konsultasi pasien, dan melaksanakan informed consent.
SBAR juga digunakan pada saat komunikasi atau perintah secara
verbal ataupun telepon, staf yang menerima pesan harus
menuliskan dan membacakan kembali kepada pemberi pesan dan
dalam pemberi pesan harus menandatangani dalam waktu 1x 24
jam.Kolom comunicator yang ditandatangani oleh perawat yang
menerima dan kolom advisor yang ditandatangani oleh dokter yang
memberikan advice. Sasaran II Peningkatan komunikasi yang
efektif meliputi standart yaitu:
a) Perintah lisan dan yang melalui telfon ataupun hasil
pemeriksaan yang di tuliskan secara lengap oleh penerima
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
b) Perintah lisan dan melalui telfon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap di bacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
59

pemeriksaan tersebut.
c) Perintah atau hasil pemeriksaan di konfirmasi oleh individu
yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten
dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dan komunikasi
lisan melalui telfon
Berdasarkan hasil pengkajian 21-23 Februari 2022 di Ruang
Teratai Bawah penerapan komunikasi efektif yang sudah
diterapkan yaitu menggunakan metode SBAR.
3) Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai
(High Allert Medication)
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan
tinggi dan dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika
terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Obat yang perlu
diwaspadai terdiri atas obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila
terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan kematian atau
kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik ; obat yang
nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak atau kelihatan
sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax
dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine atau disebut juga
nama obat rupa ucapan mirip (NORUM) ; dan elektrolit konsentrat
seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih dari 2
mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar
dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari
0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau
lebih (SNARS, 2018). Untuk meningkatkan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, rumah sakit perlu menetapkan risiko spesifik dari
setiap obat dengan tetap memperhatikan aspek peresepan,
menyimpan, menyiapkan, mencatat, menggunakan, serta
monitoringnya. Obat high alert harus disimpan di instalasi
farmasi/unit/depo. Bila rumah sakit ingin menyimpan di luar lokasi
tersebut, disarankan disimpan di depo farmasi yang berada di
60

bawah tanggung jawab apoteker. Selain itu, sebagai perawat salah


satu cara untuk mewaspadai pemberian obat, yaitu menggunakan
double crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian
ke pasien.
Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai
(High Allert Medication) meliputi standart yaitu :
a) Kebijakan dan atau prosedur di kembangkan untuk mengatur
identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat
yang perlu di waspadai
b) Kebijakan dan prosedur di implementasikan
c) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika di butuhkan secara klinis dan tindakan di ambil
untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di area tersebut,
bila di perkenankan kebijakan
d) Elektrolit konsentrat yang di simpan di unit pelayanan pasien
di beri label yang jelas dan di simpan dengan cara yang
membatasi akses (restrict acces).
Berdasarkan hasil pengkajian 21-23 Februari di Ruang Teratai
Bawah didapatkan kewaspadaan tentang obat yang perlu
diwaspadai sudah dilakukan menggunakan double cross check dan
dengan memisahkan obat-obatan high alert pada tempat yang telah
disediakan, untuk obat yang akan diinjeksikan penamaan sudah
dilakukan dengan labeling (etiket).
4) Sasaran IV. Kepastian tepat- lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien
operasi
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal
yaitu tepat lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk
memastikan tepat lokasi yaitu menggunakan SPO pemberian
marker atau penanda lokasi operasi yang diberikan oleh dokter
operator menggunakan spidol permanen. Proses untuk memastikan
tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan
crosscheck pada gelang identifikasi sedangkan tepat prosedur
61

dilakukan di ruang operasi menggunakan beberapa check list untuk


mencegah kesalahan prosedur. Prosedur pembedahan dilakukan
melalui tiga tahap yaitu:
a) Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke
pasien, keluarga dan tim anestesi.
b) Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, di
konfirmasikan kepada tim bedah.
c) Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi. Kepastian tepat-
lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi meliputi standart
yaitu :
(1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera
dikenali untuk identifikasi opearasi dan melibatkan pasien
dalam penandaan atau pemberian tanda.
(2) Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain
untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat atau benar, dan
fungsional.
(3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat atau
mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi),
“sebelum inisisi atau time out”.
(4) Tepat sebelum dimulainya suatu prosedur atau tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar
operasi)
(5) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan gigi atau dental yang dilaksanakan diruang
operasi.
Berdasarkan hasil pengkajian 21-23 Februari di Ruang Teratai
Bawah untuk memastikan tepat pasien dilakukan menggunakan
crosscheck pada gelang identifikasi, tepat prosedur dilakukan
62

dengan cara ruangan sudah menyediakan form checklist pre operasi


sedangkan tepat lokasi di ruangan ini sudah menandai lokasi
operasi yang akan di lakukan pembedahan oleh dokter.
5) Sasaran ke V Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah
tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan.Kenaikan angka infeksi
terkait pelayanan kesehatan menjadi keprihatinan bagi pasien dan
petugas kesehatan.Secara umum, infeksi terkait pelayanan
kesehatan terjadi di semua unit layanan kesehatan, termasuk infeksi
saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi pembuluh/aliran
darah terkait pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan
infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator. Upaya terpenting
menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah
dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan.Pedoman
kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia dari World Health
Organization (WHO).
Rumah sakit mengadopsi pedoman kebersihan tangan (hand
hygiene) dari WHO ini untuk dipublikasikan di seluruh rumah
sakit. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
meliputi standart yaitu:
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
higiene terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah
diterima secara umum (antara lain dari WHO patient safety).
b) Rumah sakit menerapkan program hand higiene yang efektif.
c) Kebijakan dan atau prosedur dikembangakan untuk
mendukung pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan. Sebagai upaya pencegahan
infeksi, di Ruang mawar kunin bawah telah terbentuk tim
Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI), akan tetapi tim
PPI tidak setiap hari melakukan pendataan infeksi di setiap
ruang.
63

6) Sasaran VI Pengurangan resiko pasien jatuh


Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah
untuk jatuh dapat mendadak berubah menjadi berisiko tinggi.Hal
ini disebabkan oleh operasi dan atau anestesi, perubahan mendadak
kondisipasien, serta penyesuaian pengobatan.Banyak pasien
memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit.Rumah
sakit ‰ 0 0 Jumlah 0% 0% harus menetapkan kriteria untuk
identifikasi pasien yang dianggap berisikotinggi jatuh (SNARS,
2018). Sasaran VI Pengurangan resiko pasien jatuh yang meliputi
standart yaitu:
a) Rumah sakit menerapkan proses assesmen awal resiko pasien
jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila di
indikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
b) Langkah-langkah diterapkan untk mengurangi resiko jatuh
bagi mereka yang pada hasil assesmen dianggap beresiko.
c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang
keberhasilan pengurangan cidera akibat jatuh maupun dampak
yang berkaitan secara tidak disengaja.
d) Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan
berkelanjutan beresiko cidera pasien akibat jatuh dirumah
sakit.
Tabel 2.23 Insiden Pasien Risiko Jatuh Selama Perawatan Rawat
Inap Teratai Bawah di Rumah Sakit RSUD Sidoarjo
pada tahun 2022
No Indikator Standart Angka kejadian tahun
2022
1. Kejadian pasien risiko jatuh 0
2. Kejadian pasien jatuh dari 0
tempat tidur

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 21-23 Februari


2022 di Ruang Teratai Bawah yang menggunakan wawancara dan
observasi didapatakan hasil tidak ada kejadian pasien yang
beresiko jatuh.
b. Marketing
64

Dalam hal promosi RSUD Sidoarjo memakai promosi lewat leaflet


yang ada di resepsionis depan jadi kalau ada pengungjung baru,
pengunjung tersebut bisa pengunjung tersebut bisa mengambil leaflet
yang ada sehingga para pengunjung tau akan fasilitas yang ada di
rumah sakit daerah sidoarjo.
1) BOR pasien menurut Gillies
Presentase pemakaian tempat tidur harian yang dilakukan
pengkajian selama 3hari di Ruang Teratai Bawah

a) Pengkajian hari pertama senin 21 februari 2022, jam 10.00


BOR = Jumlah bed terisi x 100%
Jumlah bed sekuruhnya
19
Bor = x 100 % = 44.1 %
43
b) Pengkajian hari keduaTanggal 22 Februari 2022, pukul 09.00
WIB
13
Bor = x 100 % = 30,2%
43
c) Pengkajian hari ketiga Tanggal 23 Februari 2022, pukul 09.00
WIB
21
Bor = x 100 % = 48,8%
43
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas
tempat tidur Ruang Teratai Bawah, yaitu 43 tempat tidur dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel 2.24 Kapasitas Tempat Tidur Ruang Teratai Bawah
No Pengkajian Pukul Kelas II BOR
Hari/Tanggal
1 Senin, 21 februari 2022 10.00 WIB 43 Bed 19/43 x 100% =
(19 terisi) 44.1%
2 Selasa, 22 februari 2022 09.00 WIB 43 Bed 13/43 x 100% =
65

(13 terisi) 30,2%


3 Rabu , 23 februari 2022 09.00 WIB 43 Bed 21/43 x 100% =
(21 terisi) 48,8 %
Sumber : Ruang Teratai Bawah, februari 2022

Berdasarkan hasil perhitungan BOR Pasien di ruang Teratai


Bawah selama 3 hari adalah 41%.
2) ALOS (Averange Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien
dirawat)
Presentase rata-rata lamapasien di rawat yang dilakukan pengkajian
selama 3 hari di Ruang Teratai Bawah sebagai berikut:
Rumus = (jumlah lama di rawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)

No Hari/ Tanggal Lama di rawat Hasil


1 Senin 1. Pasien ny. P pulang
21/02/2022 dengan lama rawat 7
hari Total

2. Pasien ny. A pulang 7+2+5=14 hari

dengan lama rawat 2


hari
3. pasien ny. S pulang
dengan lama rawat 5
hari
Total 7+2+5= 14 hari
2 Selasa 1. Pasien ny. R pulang
22/02/2022 dengan lama rawat 2 Total
hari 2+2 = 4 hari
2. Pasien ny. M pulang
dengan lama rawat 2
hari
Total 2+2 = 4 hari
3 Rabu 1. Pasien ny. Y pulang
23/02/2022 dengan lama rawat 5 Total
66

hari 5+3= 8 hari


2. Pasien ny. T pulang
dengan lama rawat 3
hari
Total 5+3= 8 hari

Berdasarkan hasil perhitungan ALOS Pasien di ruang Teratai


Bawah selama 3 hari adalah 14+4+8 = 26/7 = 4 hari.
1. Kepuasan pasien pelayanan kesehatan di rumah sakit
Kepuasan pelanggan untuk instalasi rawat inap, baik
Eksternal (pasien) ataupun Internal (staf) dilakukan oleh sub
Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUD Sidoarjo. Survei
kepuasan pelanggan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Khusus
untuk instalasi rawat inap, penilaian kepuasan pelanggan
dikelompokkan menjadi satu, yang terdiri dari Instalasi Teratai
Bawah Terdapat lima aspek yang dinilai dalam penilaian
kepuasan pelanggan ini yaitu dimensi Reliability,
Responsiveness, Assurance, Emphaty, dan Tangible.
a. Kepuasan pasien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien
terhadap kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi
menggunakan kuesioner yang berisi 25 soal berbentuk
pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup
pemberian penjelasan setiap prosedur tindakan, dan sikap
perawat selama memberikan asuhan keperawatan dari
hasil kuesioner tentang Kepuasan Pasien terhadap
Pelayanan Perawat yang dibagikan kepada 21 Responden
secara umum menyatakan bahwa pelayanan perawat di
Ruang Teratai Bawah 21 Orang.
67

Tingkat Kepuasan

SANGAT TIDAK PUAS


TIDAK PUAS
35%
PUAS
SANGAT PUAS

65%

Gambar 2.9 Diagram Pie Tingkat Kepuasan Pasien


Sumber : Ruang Teratai Bawah

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 23


februari 2022 dihasilkan 65% (16 responden) merasa
sangat puas dan (5 responden) 35 % merasa puas terhadap
pelayanan yang diberikan oleh perawat di Ruang Teratai
Bawah.
b. Kejadian Dekubitus
Luka tekan (pressure ulcer) atau dekumetus
merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien
yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke
di tulang belakang atau penyakit degenerative. Adanya
decubitus yang tidak di tangani dengan baik dapat
mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi panjang
dan peningkatan biaya rumah sakit.Oleh karena itu
perawat perlu memahami secara koprehensif tentang
decubitus agar dapat memberikan pencegahan dan
intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien yang
beresiko.
Bahwa berdasarkan hasil pengkajian 21-23 februari
2022 Diruang teratai bawah untuk memastikan pasien
terhindar dari kejadian resiko decubitus perawat
68

memberikan arahan setiap harinya kepada pasien atau


keluarga untuk memberikan mobilisasi ditempat tidur
(miring kanan dan miring kiri).

Kejadian Resiko Dekubitus

100%

Resiko dekubitus Tidak beresiko dekubitus

Gambar 2.10 Diagram Pie Kejadian Resiko Jatuh


Sumber : Ruang Teratai Bawah, 2022

Dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 21-23


februari 2022 di hasilkan 100% tidak mengalami resiko
decubitus di Ruang Teratai Bawah.
c. Patient safety (keselamatan pasien)
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang
membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih
aman.Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi
resiko.Banyak jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur,
serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan
medis.Dalam upaya meminimalisir kejadian yang tidak
diharapkan maka perlu adanya pencatatan dan pelaporan
angka keselamatan pasien.
Tabel 2.25 Angka keselamatan pasien Instalasi Rawat Inap
Teratai Bawah Tahun 2022 dapat dilihat dalam
tabel berikut:
No Indikator Standart Angka
69

Kejadian
Tahun 2022
1. Kejadian Infeksi Pasca Operasi 0 0
2. Kejadian Infeksi Nosokomial 0 0
3. Kejadian Pasien Jatuh 0 0
4. Kejadian Pasien Terjatuh dari Bed 0 0
5. Kesalahan Pemberian Obat 0 0
6. Kesalahan Identifikasi pasien 0 0
Dari tabel diatas didapatkan bahwa tidak ada kejadian
infeksi pasca operasi dan kejadian infeksi nosokomial di
Instalasi Rawat Inap Teratai bawah pada tanggal 21-23
Tahun 2022, sehingga kejadian infeksi pasca operasi
adalah nihil.Resiko pasien jatuh didapatkan bahwa di
Instalasi Rawat Inap Teratai Bawah tanggal 21-23 Tahun
2022, terdapat 0 resiko jatuh. Selain itu pemahaman
terhadap Standar Prosedur Operasional pemasangan jarum
infus juga perlu ditingkatkan tak terkecuali bagi mahsiswa
keperawatan yang sedang praktik agar tidak terjadi
kembali kejadian-kejadian yang tidak diharapkan saat
praktek di lapangan. Sedangkan untuk kejadian pasien
terjatuh dari bed, dan kesalahan identifikasi pasien selama
periode yang sama tidak terjadi sama sekali. Begitu pula
dengan kejadian kesalahan dalam pemberian obat kepada
pasien yang disebabkan kesalahan dalam pembacaan resep
obat, dikarenakan upaya double check telah
dimaksimalkan oleh para petugas yang ada.
70

Resiko Jatuh

100%

Resiko Jatuh Tidak beresiko jatuh

Gambar 2.11 Diagram Pie Resiko Jatuh


Sumber : Ruang Teratai Bawah

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal


21-23 februari 2022 di hasilkan 100% tidak berisiko jatuh.
d. Kejadian Flebitis
Flebitis (phlebitis) didefinisikan sebagai peradangan
akut lapisan internal vena yang ditandai oleh rasa sakit dan
nyeri di sepanjang vena, kemerahan, bengkak, dan hangat,
serta dapat dirasakan di sekitar daerah penusukan. Flebitis
adalah komplikasi yang sering dikaitkan dengan terapi IV.
Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi dan
meningkatkan resiko flebitis. Faktor – faktor ini (M.
McCaffery dan A. Beebe, 1993) antara lain :
1) Trauma pada vena selama penusukan.
2) Cairan infus bersifat asam atau alkali atau memiliki
osmolaritas tinggi.
3) Penusukan ke pembuluh darah yang terlalu kecil.
4) Menggunakan jarum yang terlalu besar untuk vena.
5) Jarum infus lama tidak diganti.
6) Jenis bahan (kateter infus) yang digunakan.
7) Riwayat pasien dan kondisi sekarang.
8) Kondisi pembuluh darah.
9) Stabilitas kanul.
71

10) Pengendalian infeksi.


Penyebab flebilitis dapat digolongkan ke dalam tiga
kategori, yaitu secara mkanis, kimiawi,dan bakteri.
Flebilitis yang terjadi secara mekanis (mechanical flebitis)
terjadi ketika ukuran kanul terlalu besar sehingga
menyebabkan gesekan pada area internal pembuluh darah
yang mengakibatkan radang. Semakin rendah atau tinggi
pH dari obat atau larutan, semakin besar obat atau larutan,
semakin besar resiko radang pembuluh darah (chemical
flebitis) terjadi. Bacterial flebitis dapat disebabkan oleh
teknik asepsis yang tidak benar selama mencampurkan
obat dan larutan atau saat penusukan serta saat perawatan.
Pencegahan meliputi :
1) Mengikuti tehnik asepsis selama penusukan dan saat
pencampuran obat.
2) Rotasi tempat pemasangan.
3) Menggunakan jarum yang sesuai dengan ukuran vena.
4) Pemantauan berkala area IV line.
5) Pendidikan pasien tentang tanda dan gejala dari
flebitis.
6) Pilihan perangkat IV yang tepat.
7) Mengikuti pedoman pengenceran obat,untuk
mencegah partikel dan untuk memastikan bahwa obat
atau solusi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah
kadar pH atau kepekatannya.
Visual infusion phlebitis (VIP) adalah alat yang sangat
populer untuk memantau area pemasangan infus. Alat ini
direkomendasikan untuk memantau area infus. Pafda
tahun 006 Paulette Gallant dan Alyce Schultz alat ini
digunakanuntuk memantau kapan penggantian jarum
harus dilakukan (M. McCaffery dan A. Beebe, 1993).
72

Bahwa berdasarkan hasil pengkajian 21-23 februari


2022 Diruang teratai bawah pasien terhindar dari
kejadianStandar Prosedur Operasional pemasangan jarum
infus karena sudah ditingkatkan oleh petugas bagi
mahsiswa keperawatan yang sedang praktik agar tidak
terjadi kembali kejadian-kejadian yang tidak diharapkan
saat praktek di lapangan.

Kejadian Febilitis

Kejadian Febilitis

Gambar 2.12 Diagram Pie Kejadian Flebitis

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal


21-23 februari 2022 di hasilkan 100% tidak berisiko jatuh.

e. Kejadian Resiko Kemih


73

Kejadian Resiko Infeksi Kemih

Resiko Infeksi Kemih

Gambar 2.13 Diagram Pie Resiko Infeksi Kemih


Sumber : Ruang Teratai Bawah

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal


21-23 februari 2022 di hasilkan 100% tidak berisiko
infeksi kemih.
f. Kejadian Infeksi Luka Operasi

Infeksi Luka Operasi

Infeksi Luka Operasi

Gambar 2.14 Diagram Pie Kejadian Infeksi Luka Operasi


Sumber : Ruang Teratai Bawah
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 21-
23 februari 2022 di hasilkan 100% tidak ada kejadian
infeksi luka operasi.

2. Kepuasan Perawat
74

[CATEGORY NAME];
15%
[CATEGORY NAME];
85%

Gambar 2.15 Diagram Pie Kepuasan Perawat


Sumber : Ruang Teratai Bawah
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 23
februari 2022 di hasilkan 85% (3 responden) puas, dan 15% (2
responden) sangat puas.
3. Kenyamanan
Angka penenangan nyeri pada pasien Tanggal 21-23 februari
2022
Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
Tabel 2.26 Kategori Kenyamanan
No Tanggal Presentase %
1 21 Februari 2022 14/19 = 73%
2 22 Februari 2022 7/13 = 53%
3 23 Februari 2022 8/21 = 38%

4. Kecemasan
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dari skala
peningkatan kecemasan diri zung self pada pasien pada tanggal
23-02- 2022
75

Kecemasan
Sebagian waktu
8%

Kadang-kadang Tidak pernah


38% 54%

Gambar 2.16 Diagram Piekecemasan


Sumber : Ruang Teratai Bawah

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 23


februari 2022 dihasilkan 54% (12 responden) tidak pernah
cemas dan (8 responden) 39 % merasa kadang-kadang cemas
terhadap penyakit yang dideritanya pada pasien di Ruang
Teratai Bawah.
5. Perawatan Diri
Kategori tingkat kemandirian pasien pada tanggal 21-23 Februari
2022 berdasarkan indeks KATZ
Tabel 2.27 Kategori Tingkat Kemandirian Pasien

21 Februari 2022
Kat Deskripsi Jumlah
egor Pasien

Mandiri dalam hal makanan, BAK/BAB, 6


mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan
mandi
Mandiri semuanya, kecuali salah satu dari fungsi di 0
atas
Mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari fungsi di 8
atas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan salah satu 0
fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan 0
76

salah satu fungsi di atas


Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, 0
berpindah, dan salah satu fungsi di atas
Ketergantungan untuk semua fungsi di atas 4
Total 19
22 februari 2022
Kat Deskripsi Jumlah
egor Pasien

Mandiri dalam hal makanan, BAK/BAB, 3


mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,
dan mandi
Mandiri semuanya, kecuali salah satu dari 0
fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari 0
fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan salah 0
satu fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, 7
dan salah satu fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, 0
berpindah, dan salah satu fungsi di atas
Ketergantungan untuk semua fungsi di atas 3
Total 13
23 Februari 2022
Kat Deskripsi Jumlah
egor Pasien

Mandiri dalam hal makanan, BAK/BAB, 5


mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,
dan mandi
Mandiri semuanya, kecuali salah satu dari 13
fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari 0
fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan salah 0
satu fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, 0
dan salah satu fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, 0
berpindah, dan salah satu fungsi di atas
Ketergantungan untuk semua fungsi di atas 3
Total 21

c. Analisis SWOT
Tabel 2.28 Analisis SWOT Ruang Teratai Bawah RSUD Sidoarjo

No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating


1. M-1 (Sumber Daya Manusia)
1. Internal Faktor (IFAS)
77

STRENGTH
a. Jenis tenaga di ruangan 0,2 3 0,6
 S1 Kep 5 orang
 D4 Kep 1 orang
 D3 Kep 22 orang
0,4 3 1,2
b. Seluruh perawat memiliki S–W
pelatihan dasar 0,4 3 1,2 =3–
c. Seluruh perawat telah 2,7
kompeten = 0,3
1 3
TOTAL

WEAKNESS 0,3 2 0,6


a. Sebagian perawat masih
berlatar pendidikan D3
Keperawatan 0,7 3 2,1
b. Banyak perawat yang sakit
di masa pandemic Covid
menyebabkan menurunnya
kinerja perawat
1 2,7
TOTAL

2. Eksternal Faktor (EFAS)


0,4 4 1,6
OPPORTUNITY
a. Rumah Sakit memberikan
kesempatan perawat
mengikuti pelatihan dan
Workshop untuk
mengembangkan 0,3 3 0,9
kompetensi
b. Merupakan tempat praktik
untuk mahasiswa
keperawatan dan 0,3 3 0,9
kedokteran
c. Adanya kebijakan
pemerintah tentang
profesionalisme perawat 1 3,4

TOTAL 2
0,3 0,6 O–T
THREATHENED = 3,4 –
a. Adanya tuntutan tinggi dari 2,4
masyarakat untuk 2 =1
0,3 0,6
pelayanan yang lebih
professional
b. Tuntutan untuk
meningkatkan kualitas 0,4 3 1,2
78

pelayanan terkait akreditasi


Rumah Sakit
c. Dampak peningkatan kasus
Covid-19 terhadap jam 1 2,4
praktik Mahasiswa

TOTAL
2 M-2 (Sarana dan Prasarana)
1. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
a. Mempunyai saranan dan 0.2 4 0.8
prasarana yang memadai
untu pasien tenaga
kesehatan, dan keluarga
pasien term asuk sarana
prasarana universal
precaution untuk perawat 0.2 4 0.8
b. Terdapat administrasi
penunjang, rekam medik
pasien, buku observasi
TTV, Buku BOR , buku
sensus harian, buku
kematian, buku laporan
kecelakaan lalu lintas, buku
S-W=
permasalahan administrasi
0.2 4 0.8 4-2.5=
yang memadai.
1.5
c. RS pemerintah tipe B
sekaligus sebagai RS 0.2 4 0.8
pendidikan dan rujukan. 0.2 4 0.8
d. Tersedianya nurse station.
e. Pemeliharaan dan
perawatan dari sarana dan
prasarana penunjang
kesehatan sudah ada. 1 4

TOTAL
0.1 2 0.2
WEAKNESS
a. Beberapa flash kloset
kamar mandi tidak 0.5 3 1.5
berfungsi
b. Tempat penyuluhan 0.4 2 0.8
kurang memadai.
c. Krain air cuci tangan
kurang memadai 1 2.5 O-T=
3-2=1
TOTAL
0.5 3 1.5
79

2. Ekternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
a. Adannya pengadaan sarana 0.5 3 1.5
dan prasaranan alat habis
pakai.
b. Adamya program
pelatihan/ seminar khusus 1 3
tentang pengoprasian alat
0.5 2 1
TOTAL

TREATH 0.5 2 1
a. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
b. Ada tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk 1 2
melengkapi sarana dan
prasarana.

TOTAL
3 M3 (Method / Metode Asuhan
Keperawatan)

1. Internal Faktor (IFAS)


STRENGTH S–W=
a. RS memiliki visi, misi, dan 0,1 3 0,3 2,9 – 2
motto sebagai acuan = 0,9
melaksanakan kegiatan
pelayanan 0,2 3 0,6
b. Terdapat MAKP yang
digunkan sebagai acuan
dalam managemen
keperawatan yaitu MAKP
Moduler ( Tim Primer ) 0,2 3 0,6
c. Memiliki standart asuhan
keperawatan dan protap
setiap tindakan 0,2 4 0,6
d. Terlaksananya komunikasi
yang efektif antara tenaga
kesehatan dan tim medis 0,1 2 0,2
e. Tidak mendapatkan banyak
kritkan dari pasien kepada
ruangan mengenai MAKP
0,2 3 0,6
yang sudah berjalan
f. Tanggung jawab dan
tupoksi tenaga kesehatan
sudah jelas 1 2,9
80

TOTAL
1 2 2
WEAKNESS
a. Kurangnya jumlah tenaga
yang membantu optimalisasi
penerapan model yang
digunakan 1 2

TOTAL
0,2 3 0,6
2. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa S1 0,2 3 0,6
Keperawatan yang praktik
manajemen keperawatan
b. Adanya kerjasama antara 0,3 4 1,2
pihak RS dengan Institusi
Pendidikan Kesehatan
c. Adanya kebijkan dari RS 0,3 3 0,9
mengenai peningkatan mutu O–T=
SDM 3,3 – 3
d. Adanya kebijkan dari RS = 0,3
mengenai pelaksanaan 1 3,3
MAKP

TOTAL 0,1 2 0,2

THREATENED
a. Tingkat kesadaran
masyarakat (pasien dan 3
0,2 0,6
keluarga) akan tanggung
jawab dalam tanggung
gugat 0,2 3 0,6
b. Persaingan rumah sakit
dalam memberikan
pelayanan keperawatan
c. Adaya tuntutan masyarakat
yang semakin tinggi 0,2 3 0,6
terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yag
lebih profesional 0,1 2 0,2
d. Makin tinggi kesadaran
masyarakat mengenai 0,2 4 0,8
hukum
e. Persaingan ketat dengan
masuknya perawat asing
1 3
f. Bebasnya pers yang
langsung dapat meyebarkan
81

infromasi secara cepat

TOTAL 2
0,3 0,6
RONDE KEPERAWATAN
1. Internal factor (IFAS)
STRENGTH 4
a. Bidang perawatan dan 0,2 0,8
ruangan mendukung adanya
kegiatan Ronde
keperawatan. 2
b. Tenaga kesehatan yang 0,4 0,8
lengkap. Terdiri dari dokter
spesialis, perawat, DM, ahli
gizi, mahasiswa perawat
praktek. 1 2,2 S–W=
c. Sebagian besar perawat 2,2 – 2,6
mengerti adanya ronde 3 = 0,4
keperawatan . 0,6 1,8

TOTAL 2
0,4 0,8
WEAKNESS
a. Karakteristik tenaga yang
memenuhi kualifikasi 1 2,6
belum merata
b. Belum terlaksananya ronde 2
secara optimal 0,3 0,6
TOTAL

2. External Factory (EFAS) 3


OPPORTUNITY 0,3 0,9
a. Adanya mahasiswa praktek
yang akan menerapkan
ronde keperawatan di ruang
Teratai Lantai 1 RSUD 4
O–T=
Sidoarjo 0,4 1,6
3,1 – 2,5
b. Adanya kesempatan bagi = 0,6
kepala ruangan untuk
mengadakan ronde 1 3,1
keperawatan pada perawat
dan mahasiswa praktik 2
c. Adanya pelatihan dan 0,2 0,4
seminar mengenai
manajemen keperawatan
2
TOTAL 0,3 0,6
82

3
TREATHENED
a. Adanya tuntutan yang lebih 0,2 0,6
tinggi dari masyarakat untuk 3
mendapatkan pelayanan yang
lebih professional 0,3 0,9
b. Persaingan antar RS semakin
kuat dalam pemberian
pelayanan
c. Persaingan antara ruang
rawat inap dalam membeikan
pelayanan profesional 1 2,5
d. Semakin meningkatnya
berbagai macam kasus
kesehatan sehingga menuntut 3
tenaga kesehatan untuk
memiliki pengetahuan yang 0,25 3 0,75
baik
0,25 0,75
TOTAL 3

SENTRALISASI OBAT 0,25 0,75


1. Internal Faktor (IFAS) 3
STRENGHT
a. Adanya pencatatan 0,25 0,75
sentralisasi obat S–W=
b. Ada pencatatan sentralisasi 3 – 0 =
obat, penyimpanan obat 3
injeksi dan oral 1 3
c. Sudah terlaksananya
sentralisasi obat oleh perawat 2
yang berkolaborasi dengan
depo farmasi 1 2
d. Adanya buku injeksi dan obat
oral bekerja sama dengan
depo farmasi
1 2
TOTAL
2

WEAKNESS O–T=
0,5 1 2,5 – 2
a. Keterlambatan dalam 3
pemberian obat dikarenakan = 0,5
keterlambatan datangnya 0,5 1,5
obat

TOTAL
1 2,5
2
83

2. Ekternal faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa 1 2
keperawatan yang praktik
sebagai role model.
b. Kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa 1 2
praktik 3
TOTAL 3
0,3 0,9
TREATHENED
a. Adanya tuntutan pasien 0,2 2 0,6
untuk mendapatkan
pelayanan yang professional
0,1 2 0,2
TOTAL
2
SUPERVISI 0,1 0,2
1. Internal Faktor (IFAS) 2
STRENGHT 0,1 0,2
a. Perawat mengerti tentang 2
supervisi. 0,1 0,2 S–W=
b. Adanya hubungan kerja sama 2,5 – 2
yang baik antara kepala 0,1 0,2 = 0,5
ruangan dengan staf
c. Adanya umpan balik dari
supervisior untuk setiap 1 2 2,5
tindakan.
d. Kepala ruangan mendukung
kegiatan supervisi 1 2
e. Hasil dari supervisor
disampaikan kepada perawat
f. Alur supervisi di ruangan
sudah sesuai 1 2
g. Format untuk supervisi sudah 2
sesuai dengan standart
keperawatan 2
0,5 1,0
TOTAL
O–T=
0,5 1,0 2 – 2,6
WEAKNESS
a. Supervisi sudah dilaksanakan = -0,6
namun belum terdapat
protab/SOP 1 3 2

TOTAL
0,3 2 1,8
84

2. Eksernal faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa 0,4 0,8
keperawatan yang praktek
manajemen
b. Adanya kerja sama yang baik
antara institusi kesehatan 4 2,6
dengan bidang keperawatan
4
TOTAL

THREATENED 0,4 4 1,6


a. Adanya kompetensi beberapa
RS mengenai kegiatan
keperawatan 0,2 0,8
b. Adanya kesadaran 3
masyarakat yang tinggi
terhadap mutu kesehatan
0,4 1,2
TOTAL

PENERIMAAN PASIEN S–W=


BARU 3,6 – 1,0
1. Internal Faktor (IFAS) = 0,6
STRENGTH
a. Di ruang Teratai Bawah
sudah dilakukan
penerimaan pasien baru. 1 1 3,6
b. Adanya serah terima pasien
oleh perawat yang 1
mengantar dengan perawat 0,2 0,2
yang jaga.
c. Tersedianya format serah 0,4 0,4
1
terima pasien dari ruang
lain, OK, atau IGD, adanya
lembar pasien masuk rumah
0,4 0,4
sakit, lembar pengkajian
pasien, lembar tata tertib
pasien dan keluarga pasien,
dan lembar inform consent 1 1,0
sentralisasi obat. 4

TOTAL
0,6 2 2,4
WEAKNESS O–T=
a. Perawat tidak melakukan 3,2 – 2,5
pengkajian pasien baru 0,4 0,8 = 0,7
b. Pasien tidak menjelaskan
85

segala sesuatu tercantum


dalam lembar penerimaan 3
pasien baru 1 3,2
c. Perawat tidak meminta
inform consent sentralisasi
kepada keluarga pasien. 0,5 1,5
2
TOTAL

2. Eksternal Faktor (EFAS) 0,5 1


OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa
keperawatan praktik
manajemen keperawatan.
b. Kerjasama antar mahasiswa
keperawatan dengan
perawat ruangan. 1 2,5
2
TOTAL
3
TREATHENED
0,2 3 0,4
a. Adanya tuntutan lebih
tinggi dari masyarakat 0,2 0,6
untuk mendapatkan 2
pelayanan keperawatan 0,2 0,6
yang profesional.
b. Meningkatnya kesadaran 2
masyarakat tentang 0,1 0,2
tanggungjawab dan S–W=
tanggung gugat perawat 3 2,6 – 2
sebagai pemberi asuhan 0,1 0,2 = 0,6
keperawatan.

TOTAL 0,2 0,6

TIMBANG TERIMA
1. Internal Faktor (IFAS) 2
STRENGTH 1 2,6
a. Kepala tim memimpin
kegiatan timbang terima
b. Adanya timbang terima 1 2
setiap pergantian shift
c. Adanya kedisiplinan perawat
dalam melakukan timbang
terima
d. Adanya buku khusus untuk
pelaporan timbang terima 1 2
berupa buku 2
86

e. Tidak ada kesulitan dalam


mendokumentasikan laporan 2
timbang terima 0,5 1,0 O–T=
f. Adanya interaksi antara 2 – 2,5
pasien dan perawat saat = -0,5
timbang terima berlangsung. 0,5 1,0

3
TOTAL
1 2
WEAKNESS
c. Ada beberapa perawat yang 0,5 1,5
tidak menerapkan SOP 2
timbang terima salah
satunya mengucapkan
salam semoga cepat sembuh

TOTAL 0,5 1,0

1. Eksernal faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa
1 2,5
keperawatan yang praktek 3
manajemen
b. Adanya kerjasama yang baik
antara mahasiswa praktik
dengan perawat ruangan
0,2 3 0,6
TOTAL

THREATENED 3
a. Meningkatnya kesadaran 3
masyarakat mengenai 0,2 0,6
tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat 3
sebagai pemberi asuhan 0,2 0,6
keperawatan professional 0,2 0,6
b. Adanya tuntutan yang lebih S–W=
tinggi dari pasien mengenai 3 – 0 =
0,2 0,6
pelayanan keperawatan yang 3
profesional

TOTAL

DISCHARGE PLANNING
1 3
1. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH 3
87

a. Adanya kemauan dari pihak


tenaga kesehatan untuk 0 0
memberikan pendidikan 2
kesehatan kepada pasien atau
keluarga
b. Adanya surat kontrol dan 0,5 1,5
format resume untuk pasien O–T=
pulang 2,5 – 2,3
0,5 1,0
c. Ada alur pasien pulang = 0,2
d. Sudah tersedianya kartu 2
discharge planning untuk
pasien pulang
e. Setiap selesai melakukan 1 2,5
discharge planning peraswat 3
akan melakukan
pendokumentasian dari 0,4 0,8
discharge planning yang telah 2
dilakukan

TOTAL 0,3 0,9

WEAKNESS
0,3 0,6
TOTAL

2. Eksernal faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa 1 2 2,3
keperawatan yang akan
praktek manajemen 3
b. Adanya kerjasama yang baik
antara mahasiswa
keperawatan dengan perawat 3
ruangan 0,2 0,4

TOTAL 0,2 0,6


3
THREATENED
0,2 0,6
a. Adanya tuntutan masyarakat 2
untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang
profesional S–W=
0,2 0,6 2,6 – 2
b. Semakin tingginya kesadaran
masyarakat terkait pola hidup = 0,6
sehat 0,2 0,4
c. Persaingan antar RS yang
semakin ketat dalam
pemberian pelayanan 2
88

keperawatan yang
professional
1 2 2,6
TOTAL

DOKUMENTASI 0,5 1,0


KEPERAWATAN
1. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH 0,5 1,0
a. Sudah terdapat format
pendokumentasian yang baku 3
b. Tersedia format asuhan
keperawatan dan standar
asuhan keperawatan 1 2
c. Telah memahami cara 3
pengisian format
dokumentasi tersebut
0,7 2,1 O–T=
denngan benar dan tepat
3 – 2 =
d. Adanya kesadaran perawat
1
tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat 2
e. Format yang digunakan ini 0,3 0,9
bisa membantu
(memudahkan) perawat
dalam emlakukan pengkajian 1 2 3
pada pasien

TOTAL 0,5 1,0

WEAKNESS
a. Beban kerja perawat tinggi
dikarenakan harus mengisi 0,5 1,0
dokumentasi keperawatan
secara digital dan manual
b. Pengawasan terhadap
sistematika
pendokumentasian kurang 1 2
dilaksanakan secara optimal

TOTAL

2. Eksernal faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
a. Merupakanpeluang bagi
perawat untuk meningkatkan
pendidikan (pengembangan
SDM).
b. Kerjasama yang baik antara
89

perawat dengan mahasiswa


praktik

TOTAL

THREATENED
a. Adanya persaingan yang
semakin ketat antar RS
dalam memberikan
pelayanan keperawatan
b. Tingkat kesadaran
masyarakat semakin tinggi
terkait tanggung jawab dan
tanggung gugat

TOTAL

4 M-4 (Money)
1. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
a. Ada pendapatan 0,2 2 0,4
tambahan yaitu dari
usaha koperasi ruangan
b. Ada pendapatan dari jasa 0,2 3 0,6
medik, untuk pasien
dengan biaya BPJS yang S–W=
dapat diklaim setelah 2,2 – 2=
perawatan. 0,1 2 0,2 0,2
c. Ada pendapatan dari jasa
pelayanan rumah sakit
berupa remunerasi 0,25 2 0,5
d. Ada pendapatan dari jasa
pelayanan IRNA Medis. 0,25 2 0,5
e. Tiap perawat
memperoleh pendapatan
dari rumah sakit berupa
LP (Lauk Pauk).
1 2,2
TOTAL

WEAKNESS 0,25 2 0,5


a. Jasa insentif untuk
pelayanan dan jasa
medik yang diberikan
sama untuk semua 0,75 2 1,5
perawat.
b. Sistem administrasi
belum terpusat. 1 2
O–T=
90

3,6 - 2=
TOTAL 1,6

2. Eksternal Faktor (EFAS) 0,2 2 0,4


OPPORTUNITY
a. Pengeluaran sebagian 0,4 4 1,6
besar dibiayai institusi.
b. Ada kesempatan untuk
mengunakan instrumen
medis dengan re-use
0,4 4 1,6
sehingga menghemat
pengeluaran.
c. Ada kesempatan untuk
menambah penghasilan
ruangan dari usaha 1 3,6
koperasi.

TOTAL 1 2 2

THREATENED
Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayann
kesehatan dan yang lebih
profesional sehingga
membutuhkan pendanaan yang 1 2
lebih besar untuk mengadakan
sarana prasarana
TOTAL

5 M5 (Mutu)
1. Interternal Faktor (IFAS)
STRENGTH
a. Kepuasan pasien terhadap 0.4 4 1,6
pelayanan kesehatan di
rumah sakit
b. Rata-Rata BOR cukup baik 0.4 3 1,2
c. Adanya variasi karakteristik 0.3 3 0,9
dari pasien (BPJS, Umum,
asuransi swasta. 0,3 3 0,9
d. Strategi tempst prsktik
mahasiswa keperawatan D-
3 maupun S-1
1,4 4,6
TOTAL S–W=
4,6 – 0,6
WEAKNESS 0,2 3 0,6 = 4,3
LOS yang memanjang karena
keperawatan yang lama.
91

0,2 0,6
TOTAL

2. Eksternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY 0,2 3 0,6
a. Mahasiswa S-1
keperawatan praktik
manajemen 0,5 4 2
O–T=
b. Kerja sama yang baik
2,6 – 3,2
antara perawat dan
= - 0,6
mahasiswa
0,7 2,6
TOTAL

0,3 4 1,2
THRETENED
a. Adanya peningkatan
standar masyarakat yang 0,5 4 2
harus dipenuhi.
b. ersaingan RS dalam
memberikan pelayanan
keperawatan. 0,8 3,2

TOTAL
Keterangan.
Pemberian penilaian pada kolom Rating, untuk aspek:
1) Strength dan Opportunity.
Sangat Baik: 4, Baik: 3, Cukup: 2 dan Kurang/Tidak Baik: 1
2) Weakness dan Treathened.
3) Sangat Baik: 1; Baik: 2; Cukup: 3; dan Kurang/Tidak Baik: 4

c. Identifikasi Masalah
Tabel 2.29 Identifikasi Masalah
No Identifikasi Masalah Penyebab
1 M2 Adanya sarana dan prasaranan Karena rumah sakit
Material yanga harus diperbaiki RSUD Sidoarjo
merupakan rumah sakit
pendidikan sehingga
perlu adanya tempat
yang memadai untuk
mahasiswa yang praktik
manajemen, tidak
menjadikan satu dengan
tempat linen.
92

2 M3 a. MAKP 1) Jumlah SDM yang


Methode Kurangnya jumlah tenaga masih kurang dan
yang membantu masih banyak yang
optimalisasi penerapan berlatarbelakang
model yang digunakan pendidikan D3
b. Ronde Keperawatan Keperawatan
Perawat meras mampu 2) Mampu
melaksanakan kegiatan melaksanakan
ronde keperawatan secara kegiatan ronde
optimal dengan kurun keperawatan secara
waktu kurang dari 4 menit. optimal
c.Supervisi 3) Supervisi dilakukan
Supervisi sudah secara langsung
dilaksanakan dalam 1 4) Beban perawat
bulan 2x dengan adanya tinggi karena adanya
SOP dan Jadwal sudah di kebijakan dari
tentukan yaitu minngu ke rumah sakit yang
2 dan minggu ke 3 mengharuskan
d. Dokumentasi Keperawatan untuk mengisi
1) Beban kerja perawat dokumentasi secara
tinggi dikarenakan digital dan manual
harus mengisi
dokumentasi
keperawatan secara
digital dan manual
2) Pengawasan terhadap
sistematika
pendokumentasian
kurang dilaksanakan
dengan cukup baik
93

Y-Values
Y-Values
3.5
3
2.5 M4; []; [] M3; []; []
M1; []; [] 2
DK; []; []
1.5
RK; []; [] 1 M2; []; [] SO []; []
PPB; []; [] M5; []; []
0.5
TT []; [] SV; []; [] DP; []; []
0
-3.5 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 O
w -0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
-3.5
Axis Title

Gambar 2.17 Diagram Layang

Keterangan:
M1 = Ketenagakerjaan
M2 = Sarana dan Prasarana
M3 = Metode Penerapan Model
M4 = Keuangan
M5 = Mutu
DK = Dokumentasi
RK = Metode – Ronde Keperawatan
SO = Metode – Sentralisasi Obat
SV = Metode – Super Visi
TT = Metode - Overan
DP = Metode Discharge Planning
PPB = Penerimaan Pasien Baru

d. Proritas Masalah

No Daftar Proritas
1 Material

2 Metode

Prioritas masalah ditentukan dengan salah satu metode CARL


apabila data yang tersedia kualitatif. Metode CARL didasarkan pada
94

serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL terdiri
dari:
1. C= (Capability) ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
2. A = (Accessibility) kemudahan masalah di atasi atau tidak. Kemudahan
didasarkan pada ketersediaan metode, cara, dan peraturan
3. R = (Readiness) kesiapan tenaga atau sasaran seperti keahlian,
kemampuan dan motivasi
4. L = (Leverage) seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain
Tabel 2.30 Prioritas Masalah Dengan Metode CARL
No Masalah C A R L Skor Rank
nilai

1 M2 Material 8 9 8 8 4.608 1
Ada saranan dan prasarana
yang harus di perbaiki

2 M3 Metode 8 9 7 8 4.032 4
a. MAKP
Kurangnya jumlah
tenaga yang
membantu
optimalisasi
penerapan model yang
digunakan
95

b. Ronde Keperawatan 9 9 9 9 6.561 1


Ronde keperawatan
dilakukan dengan baik
hanya ketika ada
Mahasiswa.
BAB III

PERENCANAAN

A. Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum,
kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut :

Ketua

Wakil Ketua

Sekertaris I Sekertaris II

Bendahara I Bendahara II
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan
pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut :

Minggu ke 2 :
Kepala Ruang

Perawat Primer Perawat Primer

Perawat Asociate Perawat Asociate

Perawat Asociate Perawat Asociate

Perawat Asociate Perawat Asociate

Perawat Asociate Perawat Asociate

Pasien Pasien

Gambar 3.2 pembagian peran


97

B. Strategi Kegiatan
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
a. Latar Belakang
Model praktik keperawatan profesional merupakan suatu model
untuk meningkatkan standar mutu pelayanan di rumah sakit dengan
menerapkan suatu sistem, struktur, proses dan nilai yang berlaku.
Penerapan MAKP di rumah sakit akan diterapkan apabila terdapat
kebijakan manajerial mengenai kebutuhan MAKP. Pengetahuan adalah
salah satu faktor penting untuk mendukung optimalnya penerapan
MPKP (Setiawati et al., 2019). Kesuksesan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada masing-masing pasien ditentukan dengan pilihan
metode atau model yang digunakan perawat secara profesional. Selain
itu, menurut Sesrianty (2017) faktorfaktor yang mempengaruhi tindakan
keperawatan adalah karakteristik perawat yang meliputi usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, status kerja, lama kerja dan tingkat
pengetahuan.
Hasil pengkajian pada tanggal 21-23 Februari 2021 Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) yang digunakan adalah model
MAKP primer. Dengan kepala ruangan adalah seorang S1 Keperawatan
Ners dengan 2 orang perawat primer yang terdiri dari 2 orang D3
keperawatan yang beranggotakan 26 perawat associate. Data perawat
berjumlah 28 orang, dokter, sebanyak 1 orang sebagai administrasi
umum, 1 orang sebagai pramubhakti, 1 orang lainnya sebagai
verifikator. Kebutuhan sarana dan prasarana sebagian besar sudah
memenuhi standar. Pelaksanaan MAKP sudah berjalan dengan baik.
Hal ini dibuktikan pada pembagian tugas yang jelas oleh Karu. Dari 5
perawat yang dijadikan sampel untuk diberikan kuesioner tingkat
kepuasan perawat tentang MAKP. Perawat juga mengatakan sesuai
dengan model MAKP yang digunakan di ruangan karena pekerjaan
sudah terbagi dengan baik sesuai dengan peran perawat, dari 5 perawat
juga mengatakan tidak terbebani dengan model MAKP yang digunakan
98

di ruangan karena perawat yang dijadikan sampel mengerti dengan


model MAKP yang digunakan.
Data yang diperoleh dari pengkajian tentang mekanisme
pelaksanaan model asuhan keperawatan didapatkan bahwa komunikasi
antara profesi terlaksana dengan baik, sedangkan rencana asuhan
keperawatan antar shift berkelanjutan. Adanya komunikasi yang baik
antara anggota tim dengan PP.
Kesimpulan dari hasil pengkajian adalah di Ruang Teratai bawah
menggunakan MAKP model primer. Secara keseluruhan pelaksanaan
model asuhan keperawatan di Ruang Teratai bawah sudah berjalan
dengan baik karena terjalin komunikasi yang baik antar perawat dan
rencana asuhan keperawatan antar shift berkelanjutan.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan model MAKP primer di ruangan
dengan baik.
2) Tujuan Khusus
a) MAKP primer dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan
b) Terpenuhinya kepuasan pasien dan keluarga pasien
c) Terpenuhinya kepuasan dan kinerja perawat
d) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
c. Indikator/Target
1) Kepuasan pasien dan keluarga meningkat
2) Rasio perbandingan jumlah perawat dan pasien seimbang
3) Perawat bekerja sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab yang
diberikan
4) Terdapat komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
yang lain
5) Beban kerja perawat tidak terlalu tinggi
99

d. Teori MKAP Primer


Setelah dilakukan analisis dengan metode SWOT maka kelompok
praktik klinik manajemen keperawatan Ruang Teratai Bawah Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo menerapkan Model Asuhan
Keperawatan Model Primer.
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Medorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat. Dalam penerapan MAKP model primer terdapat
beberapa kelebihan dan kelemahan berikut beberapa kelebihan dan
kelemahan dari MKAP model primer:
1) Kelebihan
a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri
c) Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu
d) Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan proteksi, informasi dan advokasi (Gillies,
1989)
2) Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan pengambilan keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin profesi.
100

2. Pembagian Tugas
a. Tugas Kepala Ruangan
1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten
4) Evaluasi kerja
5) Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
6) Membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi.
b. Tugas Perawat Primer
1) Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
4) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat.
9) Membuat jadwal perjanjian klinis
10) Mengadakan kunjungan rumah

3. Ketenagaan Metode Primer


a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada
dekat dengan pasien
b. Beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat primer
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten.
101

C. Rencana Strategi
1. Penerimaan Pasien Baru
a. Menyusun konsep penerimaan pasien baru
b. Menentukan materi penerimaan pasien baru
c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
d. Melaksanakan penerimaan pasien baru bersama dengan perawat
associate
e. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan penerimaan pasien baru
2. Sentralisasi Obat
a. Membuat alur sentralisasi obat yang mudah dipahami dan dilaksanakan
ruangan
b. Memodifikasi format sentralisasi obat (obat injeksi dan cairan) dan
petunjuk teknis pengisian format
c. Menyediakan sarana dan prasarana untuk sentralisasi obat (obat injeksi
dan cairan)
d. Membuat informed concent kepada pasien/keluarga tentang persetujuan
pelaksanaan sentralisasi obat.
e. Melakukan role play sentralisasi obat
f. Melakukan aplikasi sentralisasi obat di ruangan kelolaan selama 4
minggu
c. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Persiapan pasien baru dan pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan
di Ruang Teratai bawah
2) Persiapan peralatan nurse kit, ruangan, perawat, dokter dan bagian
farmasi yang bertugas dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru
dan sentralisasi obat.
3) Persiapan lembar penerimaan pasien baru dan persetujuan
sentralisasi obat.
b. Evaluasi proses
1) Memastikan kondisi pasien dalam keadaan aman dan nyaman
dengan memenuhi kebutuhan dasar manusia.
102

2) Dilakukan pengkajian pada pasien baru.


3) Pasien baru diberi penjelasan tentang fasilitas ruangan dan fasilitas
perawatan yang akan diterimanya.
4) Pasien dan penunggunya mengetahui tata tertib di ruangan.
5) Pasien dan penunggunya dapat mengetahui dan berkonsultasi tentang
tindakan medis, tindakan keperawatan, obat yang diberikan serta tata
cara dan syarat pengurusan administrasi rumah sakit.
6) Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang
telah di tentukan dan pasien telah menyetujui informed consent
untuk dilakukan sentralisasi obat.
7) Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan rencana dan alur yang
telah ditentukan.
4. Evaluasi Hasil
a. Hasil penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat didokumentasikan
dengan benar.
b. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan dan fasilitas perawatan
yang akan diterimanya.
c. Pasien dan penunggunya mengetahui tata tertib di ruangan
d. Setiap pasien dan penunggunya dapat mengetahui dan berkonsultasi
tentang tindakan medis, tindakan keperawatan, obat yang diberikan
serta tata cara dan syarat pengurusan administrasi rumah sakit.
e. Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
e. Pengorganisasian Peran
a. Kepala ruangan :
1) Menerima pasien baru.
2) Menyetujui dan menandatangani lembar pasien masuk rumah sakit.
3) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan
malpraktek.
4) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
5) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
b. Perawat primer :
1) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
103

2) Mengorientasikan klien pada ruangan.


3) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
4) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
5) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
6) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
c. Perawat associate :
1) Membantu PP dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.
2) Memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila ada pasien datang
dengan branchard/ kursi roda).
3) Mengkaji tanda-tanda vital pasien.
4) Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama
klien dirawat.
6. Metode
a. Penjelasan
b. Diskusi / tanya jawab
c. Observasi
d. Demonstrasi
7. Media
a. Lembar penerimaan pasien baru.
b. Status pasien
c. Nursing kit.
d. Informed Concent pengelolaan sentralisasi obat
e. Lembar serah terima obat
f. Daftar pemberian obat
D. Uraiana Kegiatan
Tabel 3.1 Uraian Kegiatan
TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU PELAKSANA
Pra 1. Karu memberitahu Nurse 5 menit Karu
(Persiapan kepada PP bahwa Station PP
Penerimaan ada pasien baru.
Pasien Baru) 2. Karu
mempersilahkan dan
menyetujui PP untuk
melaksanakan
104

penerimaan pasien
baru.
3. PP menyebutkan
hal-hal yang sudah
dipersiapkan kepada
karu.
4. PP menyiapkan hal-
hal yang diperlukan
dalam penerimaan
pasien baru, di
antaranya lembar
pasien masuk RS,
lembar pengkajian
lembar penerimaan
pasien baru, dll.
Pelaksanaan 1. Karu, PP Kamar 20 menit Karu PP
Penerimaan menyambut pasien Pasien PA Pasien dan
Pasien baru dan keluarga dengan Keluarga
memberi salam serta
memperkenalkan
diri dan PA pada
klien/keluarga
2. PP mengorientasikan
ruangan pada pasien
dan keluarga ,dan
PA mengisi lembar
pasien masuk serta
menjelaskan
mengenai beberapa
hal yang tercantum
dalam lembar
penerimaan pasien
baru.
3. Di tempat tidur
pasien, PP
melakukan
anamnesa dengan
dibantu oleh PA.
4. Ditanyakan kembali
pada pasien dan
keluarga mengenai
hal-hal yang belum
dimengerti.
5. Pasien dan keluarga
menandatangani
lembar penerimaan
pasien baru
105

6. PP dan PA kembali
ke ruang karu
Post 1. Karu memeriksa Nurse 5 menit Karu
(Penutup) kembali Station PP
Penerimaan kelengkapan PA
pasien baru pengisian dokumen
penerimaan pasien
baru.
2. Karu memberikan
reward pada PP dan
PA.
3. PP merencanakan
intervensi
keperawatan.

1. Penerimaan Pasien Baru


a. Latar Belakang
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima
kedatangan pasien baru (pasien dan/ keluarga) diruang pelayanan
keperawatan khususnya pada rawat inap atau keperawatan intensif.
Dalam penerimaan pasien baru, maka sampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan perawat- medis, dan
tata tertib serta penyakit. (Nursalam, 2015).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
dirasakan sebagai fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dan belajar banyak langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2015).
Penerimaan pasien baru merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan yang komprehensif melibatkan klien dan keluarga, dimana
sangat mempengaruhi mutu kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat
kepuasan pasien dapat dimulai dengan adanya suatu upaya perencanaan
tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak masuk sampai pasien
pulang. Penerimaan pasien baru yang belum dilakukan sesuai standart
maka besar kemungkinan akan menurunkan mutu suatu kualitas
pelayanan yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kepercayaan
pasien terhadap pelayanan suatu Rumah sakit. Salah satu strategi untuk
106

mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam tatanan pelayanan


keperawatan adalah dengan melakukan proses penerimaan pasien baru
sesuai standart. Dengan harapan adanya faktor pengelolaan yang
optimal mampu menjadi wahana bagi peningkatan keefektifan
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien
terhadap pelayanan keperawatan.
b. Tujuan
Menurut (Nursalam, 2015), Tujuan dari penerimaan pasien baru
adalah sebagai berikut:
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien
3) Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS dan membatu
adaptasi
c. Manfaat
1) Bagi Klien
a) Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan
keperawatan
b) Klien mengetahui hak dan kewajiban serta fasilitas yang
diperoleh.
2) Bagi perawat
a) Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
b) Dapat menjalin hubungan saling percaya dengan pasien
c) Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
3) Bagi institusi
a) Tercapainya pengalaman dalam penerimaan pasien baru
b) Terciptanya model asuhan keperawatan professional
d. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Menurut (Nursalam, 2015).hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan secara efektif dan efisien
107

2) Dilakukan oleh kepala ruangan atau PP dan atau perawat asosiate


yang telah diberi wewenang / delegasi.
3) Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi pasien
4) Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik
e. Peran perawat dalam penerimaan pasien bar
Menurut (Nursalam, 2015).Peran perawat dalam penerimaan pasien
baru adalah sebagai berikut:
1) Kepala ruangan:
a) Menerima pasien baru
b) Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien
baru
2) PP
a) Menyiapkan lembar serah terima dan penerimaan pasien baru
b) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
c) Melakukan pengkajian padap asien baru
d) Mengorientasikan pasien pada ruangan dan tata tertib ruangan
e) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung
jawab, dan memperkirakan hari perawatan jika memungkinkan.
Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru
kepada perawat associate
f) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3) Perawat associate (PA)
Membantu PP dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru,
pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.
108

Alur Penerimaan Pasien Baru

Pra
Karu memberitahu PP akan ada pasien baru

PP menyiapkan:

1. Lembar pasien masuk rumah sakit


2. Buku status dan lembar format pengkajian pasien
3. Nursing kit
4. Informed Consent sentralisasi obat
5. Lembar tata tertib pasien dan pengunjung
6. Lembar tingkat kepuasan pasien
7. Tempat tidur pasien baru

Pelaksanaan KARU, PP dan PA menyambut pasien baru

PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum


dalam lembar penerimaan pasien baru

Anamnesa pasien baru oleh PP dan PA

Terminasi
Terminasi
Evaluasi

Gambar 3.3 Alur Penerimaan Pasien baru (Nursalam:2015)


f. Evaluasi
Menurut Nursalam (2015), evaluasi dari prosedur penerimaan
pasien baru adalah sebagai berikut:
1) Evaluasi struktur
a) Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar
penerimaan pasien baru atau lembar serah terima pasien dari
ruangan lain, format pengkajian dan lembar tata tertib pasien dan
pengunjung serta penjaga 1 orang bila perlu.
109

b) Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU,


PP, dan PA. Sedangkan pada shift sore dan malam dilakukan oleh
PP dan PA.

2) Evaluasi proses
a) Pasien baru disambut oleh KARU, PP, dan PA.
b) PP menerima obat, alat, data pemeriksaan penunjang yang dibawa
dan catatan khusus.
c) PP melakukan anamnesa dengan dibantu oleh PA.
d) Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan,
perawatan termasuk Sentralisasi obat), medis, serta tata tertib
ruangan.
e) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dan
keluarga
3) Evaluasi hasil
a) Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.
b) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis,
serta tata tertib ruangan
g. Rencana Pelaksanaan dan Metode
1) Rencana Pelaksanaan:
2) Persiapan anggota dalam kegiatan penerimaan pasien baru terutama
yang bertindak sebagai Kepala Ruangan, PP dan Perawat
Assosiate.
3) Pelaksanaan role play yang diawasi oleh, pembimbing ruangan dan
pembimbing pendidikan.
4) Diskusi jalannya kegiatan penerimaan klien baru bersama,
pembimbing ruangan dan pembimbing pendidikan.
5) Metode: Penjelasan, diskusi dan tanya jawab.
h. Mekanisme Kegiatan
Tabel 3.2 Mekanisme Kegiatan Penerimaan Pasien Baru
Tahap Kegiatan Tempat Waktu Pelaksana
Persiapan 1. KARU memberitahu PP Nurse 3 Menit Karu dan
bahwa akan ada pasien baru. station PP
2. PP menyiapkan hal-hal yang
110

diperlukan dalam penerimaan


pasien baru, diantaranya
lembar pasien masuk RS,
lembar pengkajian, lembar
informed consent, status
pasien, nursing kit, lembar
tata-tertib pasien, lembar
kepuasan pasien dan kartu
penunggu pasien.
3. PP meminta bantuan PA untuk
mempersiapkan tempat tidur
pasien baru mempersiapkan
tempat tidur pasien baru.
4. KARU menanyakan kembali
pada PP tentang kelengkapan
untuk penerimaan pasien baru.
5. PP menyebutkan hal-hal yang
telah dipersiapkan
Pelaksanaa 1. KARU dan PP menyambut Kamar 20 menit Karu, PP,
n pasien dan keluarga dengan pasien PA, pasien
member salam serta dan
memperkenalkan diri dan PP keluarga
pasien.
pada klien/keluarga.
2. Ditempat tidur pasien, PP
melakukan anamnese dengan
dibantu oleh PA.
3. PP
menunjukkan/mengorientasika
n tempat dan fasilitas yang
ada di ruang pasien, kemudian
PP mengisi lembar pasien
untuk serta menjelaskan
mengenai beberapa hal yang
tercantum dalam lembar
penerimaan pasien baru.
4. Ditanyakan kembali pada
pasien dan keluarga mengenai
hal-hal yang belum
dimengerti.
5. PP, pasien dan keluarga
menandatangani lembar
penerimaan pasien baru.
6. PP dan PA kembali ke ruang
KARU.
Penutup 1. KARU memberikan reward Nurse 7 menit Karu, PP,
pada PP dan PA. station dan PA
2. PP melengkapi format berkas
rekam medik pasien.
111

3. PP merencanakan intervensi
keperawatan.
2. Ronde Keperawatan
a. Latar Belakang
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan perkembangan iptek maka perlu pengembangan dan
pelaksanaan suatu model asuhan keperawatan profesional yang efektif
dan efisien(Nursalam, 2014).
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode
pemberian pelayanan keperawatan di mana salah satu kegiatannya
adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada
pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat primer/associate, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim
keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan (Nursalam, 2014).
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta
merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke
dalam praktik keperawatan (Nursalam, 2014).Berdasarkan latar
belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun proposal
tentang ronde keperawatan untuk mengetahui lebih dalam tentang
manajemen ronde keperawatan. Sehingga perawat mampu mengahapi
masalah klien dengan baik dan semua kebutuhan dasar klien dapat
terpenuhi. Serta adanya role play tentang ronde keperawatan ini sangat
perlu dilakukan agar mahasiswa paham mengenai ronde keperawatan
dan dapat mengaplikasikannya kelak saat bekerja
b. Definisi
Ronde Keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanankan
oleh perawat, di samping klien dilibatkan untuk membahas dan
112

melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu


harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruangan, perawat assosciate, dan perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim(Nursalam, 2014).
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar
dan perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran.
Ronde keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs
dengan anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas
tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien(Saleh, 2012).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan ronde
keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanankan oleh perawat,
di samping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatanuntuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan
efek perawatan untuk setiap pasien.
c. Karakteristik Ronde Keperawatan
Menurut Nursalam (2011), karakteristik ronde meliputi :
1) Pasien dilibatkan secara langsung
2) Pasien merupakan focus kegiatan
3) PP dan anggota tim, dan konselor melakukan diskusi bersama
4) Konselor memfasilitasi kreativitas
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PP dan
anggota tim dalam meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah.
d. Tujuan Ronde Keperawatan
Menurut Nursalam (2015), tujuan dari ronde keperawatan meliputi :
1) Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis
dan diskusi
2) Tujuan Khusus
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis\
b) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
113

c) Miningkatkan kemampuan menentukan diagnosis


keperawatan
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi
g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
e. Manfaat Ronde Keperawatan
Manfaat dari ronde keperawatan (Nursalam, 2015):
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4) Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar
f. Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut (Nursalam, 2015) :
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langkah
g. Peran
1) Perawat primer dan perawat associate (Nursalam, 2015).
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan, yang
disebutkan antara lain :
a) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
(keadaan dan data demografi klien).
b) Menjelaskan diagnosis keperawatan (masalah utama)
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan dan yang belum
dilakukan
114

d) Menjelaskan hasil yang didapat


e) Menjelaskan rasional atau alasan ilmiah dari tindakan yang
diambil
f) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
2) Peran perawat konselor (Nursalam, 2015: L-35).
a) Memberi justifikasi
b) Memberi reinforcement
c) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan
d) Mengarahkan dan koreksi tindakan selanjutnya
e) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah diperlajari
h. Langkah – langkah
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan
adalah sebagai berikut :

Keterangan Bagan Alur Ronde Keperawatan :


1. Pra ronde
115

a. Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan


masalah langka)
1. Menentukan tim ronde
a) Mencari sumber atau literature
b) Membuat proposal
c) Mempersiapkan pasien : inform consent dan pengkajian
d) Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung,
asuhan keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama
perawatan.
2. Pelaksanaan ronde
a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau
kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan
yang akan dilakukan.
3. Pasca ronde
a) Evaluasi, revisi dan perbaikan.
b) Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
i. Kriteria Evaluasi
Menurut Nursalam (2014), kriteria evalusi yang dapat diambil yaitu :
a) Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainnya).
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
b) Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
116

b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran


yang telah ditentukan.

c) Hasil
a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.
b) Masalah pasien dapat teratasi.
c) Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan.
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
j. Kegiatan Ronde Keperawatan
Tabel 3.3 Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksan Kegiatan Tempa


a pasien t
1 hari Pra Praronde
sebelu ronde 1. Menentukan kasus PP dan -
m dan topik KR
ronde 2. Menentukan tim
ronde
3. Menetukan PP dan P dan K
literature PA memberi
4. Membuat proposal respon
5. Mempersiapkan
pasien
6. Diskusi
pelaksanaan
7. Melakukan
persetujuan untuk
menandatangani
informed concent
117

8. Mengkaji keadaan
pasien
5 menit Ronde Pembukaan Kepala -
(Nurse 1. Salam pembukaan Ruangan
Station 2. Memperkenalkan (Karu)
) tim ronde
3. Menyampaikan
identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan
tujuan dari ronde
15 Penyajian Masalah Karu, -
menit 1. Menjelaskan PP,PA,
riwayat penyakit Ahli Gizi,
dan keperawatan Dokter,
pasien
2. Menjelaskan
masalah pasien
dan rencana
tindakan yang
telah dilaksanakan
dan serta
menetapkan
prioritas yang
perlu didiskusikan
5 menit Validasi data (bed Karu, PP, P dan K
pasien) PA, PA, Memberika
1. Mencocokkan data Ahli Gizi, n respon
pasien Dokter, dan
menjawab
pertanyaan
10 Lanjutan diskusi Karu, PP, -
menit a) Pemberian PA, Ahli
justifikasi oleh Gizi,
perawat primer Dokter
atau konselor atau
kepala ruang
tentang masalah
pasien serta
rencana yang akan
dilakukan
b) Menentukan
tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan
10 Pasca 1. Melanjutkan Karu, PP -
118

menit ronde diskusi dan dan PA


masukan dari tim
2. Menyimpulkan
untuk menentukan
tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan.
3. Evaluasi dan
rekomendasi
intervensi
keperawatan
4. Penutup
4. Timbang Terima
a. Latar Belakang
Timbang terima atau overan merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
(Nursalam, 2015).
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat
penting, karena dengan timbang terima ini pelayanan asuhan keperawatan
yang diberikan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga dapat
meningkatkan komunikasi, kerjasama dan tanggung jawab antar perawat
(Nursalam, 2015)
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik, maka dapat menghambat
kesinambungan proses keperawatan dan mungkin dapat mengakibatkan
pendobelan tindakan keperawatan atau kekeliruan dalam tindakan. Tidak
dilakukannya validasi data secara langsung ke pasien dapat menyebabkan
ketidakakuratan dan ketidaksesuaian data yang ada pada pasien dengan
data yang di tulis. Selain itu masalah lain pada pasien yang tidak tertulis
dalam laporan timbang terima tidak dapat diungkapkan secara langsung. .
Berdasarkan fenomena diatas maka pada pelaksanaan praktek
manajemen keperawatan ini, kami mahasiswa program studi S-1
119

Keperawatan mencoba untuk menerapkan proses timbang terima secara


benar, baik secara alur maupun penggunaan form timbang terima agar
proses perawatan yang dilakukan di rumah sakit dapat berkesibambungan
khususnya dalam mengimplementasikan intervensi keperawatan.

b. Tujuan
1) Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan timbang terima
dengan baik dan benar.
2) Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu mengkomunikasikan hasil pelaksanaan
asuhan keperawatan klien
b) mampu menyampaikan keadaan pasien, diagnosa keperawatan
dan masalah keperawatan, intervensi keperawatan dan intervensi
kolaboratif yang sudah dan belum dilakukan.
c) Mahasiswa mampu menyampaikan hal-hal penting yang perlu
ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya.
d) Mahasiswa mampu menjaga kesinambungan informasi mengenai
keadaan klien
e) Mahasiswa mampu memerankan perannya
c. Manfaat
1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antara
antara mahasiswa.
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
4) Mahasiswa dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
5) Terhindar dari kekeliruan
d. Tujuan Timbang Terima
1) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
120

2) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam


asuhan keperawatan kepada klien.
3) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,


mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang
relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan
keefektifan dalam bekerja. Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi
utama yaitu:
1) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan
mengekspresikanperasaan perawat.
2) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
e. Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4) Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
f. Prosedur Dalam Timbang Terima
1) Persiapan
a) Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2) Pelaksanaan
121

Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing


penanggung jawab:
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan
kepada perawat yang berikutnya.
d) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
(1) Identitas klien dan diagnosa medis.
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
(3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
(4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
(5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci.
g) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
(Nursalam, 2002)
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
a) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
122

b) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang
berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua
arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang
datang.
c) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang
menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada
medical record atau pada pasien langsung.
g. Metode Dalam Timbang Terima
1) Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a) Dilakukan hanya di meja perawat.
b) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya
tidak up to date.
2) Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara
umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara
tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
123

b) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan


perawat.
c) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a) Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
one way communication.
b) Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c) Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record
saja atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk
dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1) Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2) Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi
terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3) Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang
atau mengklarifikasi.
4) Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
124

5) Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan


kegagalan informasi atau terlupa.
h. Faktor-faktor dalam Timbang Terima
1) Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2) Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3) Kemampuan menginterpretasi medical record.
4) Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5) Pemahaman tentang prosedur klinik.
i. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien.
Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1) Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat
timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan
gangguan pencernaan.
2) Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan
teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono
(1991) mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara
pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur,
sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat.
3) Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
125

4) Efek Terhadap Kesehatan


Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah
terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5) Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja.
Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan
bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih
banyak terjadi pada shift malam.
j. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan
dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan
kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang,
dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
1) Identitas pasien.
2) Diagnosa medis pesien.
3) Dokter yang menangani.
4) Kondisi umum pasien saat ini.
5) Masalah keperawatan.
6) Intervensi yang sudah dilakukan.
7) Intervensi yang belum dilakukan.
8) Tindakan kolaborasi.
9) Rencana umum dan persiapan lain.
10) Tanda tangan dan nama terang.
126

Manfaat pendokumentasian adalah:


1) Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
3) Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)
k. Skema Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSA DIAGNOSA
MEDIS KEPERAWATAN
MASALAH

RENCANA
TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN
KEADAAN PASIEN

MASALAH:

- TERATASI
- BELUM
- SEBAGIAN
127

5. Supervisi
a. Latar Belakang
Seiring dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan
kebutuhan kesehatan maka semakin tinggi pula tuntutan masyarakat pada
pelayanan keperawatan. Keadaan tersebut menuntun perawat pada suatu bentuk
persaingan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan
keperawatan, hal ini membuat perawat harus meningkatkan pelayanan
keperawatan yang paripurna. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat secara berkualitas.
Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan juga sebagai salah satu alat
ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan
keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit (Fisbach, 2008).
Penyelenggaraan dokumentasi keperawatan telah ditetapkan dalam SK Menkes
No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan SK
Dirjen Yanmed No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang Standar Asuhan
Keperawatan.Agar pelayanan keperawatan senantiasa memenuhi harapan
konsumen dan sesuai dengan standar yang berlaku maka diperlukan suatu
pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan.
Supervisi tersebut merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen dan
merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan
keperawatan. Seorang manajer hendaknya mampu menjalankan fungsi
manajemen agar dapat mencapai tujuan secara berdaya guna.Manajer ruangan
dalam hal ini kepala ruangan melaksanakan supervisi terhadap tindakan yang
dilakukan oleh perawat primer. Supervisi mempunyai 3 kegunaan,  pertama
supervisi berguna untuk meningkatkan kemampuan supervisi dalam memberikan
128

pelayanan pada pelaksana kegiatan (perawat) khususnya dalam


pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Kedua, supervisi bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan, Ketiga hasil supervisi
berguna untuk menyusun pedoman atau petunjuk pelaksanaan layanan
profesional kepada pelaksana kegiatan. Supervisi akan mencapai tingkat
kegunaan yang tinggi pada kegiatannya dilakukan melalui 3 prinsip hubungan
kemanusiaan yaitu pengakuan dan penghargaan, objektivitas dan kesejawatan di
ruang Dahlia.
b. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien
dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan kemampuan
perawat  dalam melaksanakan tugas.
c. Prinsip Supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manajemen dan kempemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas,terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat
dan manajer. 
d. Pelaksanaan Supervisi
1) Kepala ruangan :
a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
klien diruang perawatan.
129

b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan


pelayanan kesehatan dirumah sakit.
c) Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek
keperawatan diruang perawatan.
2) Kepala Instalasi Rawat Inap
Mengawasi instalasi rawat inap dalam melaksanakan tugas secara
langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung
3) Kepala Sub. Bagian Keperawatan
Bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi kepala seksi
perawatan secara langsung dan semua perawat secara tidak langsung
130

Alur Supervisi

Kepala ruang bidang keperawatan

Kepala bidang rawat inap


Menetapkan kegiatan dan
tujuan serta instrument / ukur Kepala ruang

Menilai kerja perawat


Perawat Primer

Pembinaan Perawat Associate

D. Penyampaian penilaian
E. Feed back (umpan balik) Kinerja perawat dan kualitas
F. Follow up (tindak lanjut ) pelayanan
pemecahan masalah dan
rewed

1. Langkah-langkah Supervisi
a) Pra supervisi
1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
2) Supervisor menetapkan tujuan
b) Supervisi
1) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument / alat ukur
yang telah disiapkan.
2) Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
3) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi masalah
4) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi
data sekunder
5) Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada
6)  Supervisor melakukan tanya jawab dengan PP dan PA
c) Pasca Supervisi 3F
1) Supervisor memberikan penilaian supervisi (F- Fair)
131

2) Supervisi memberikan Feed Back dan klarifikasi


3) Supervisi memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
2. Peran Suvpervisor dan Fungsi Supervisi
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen sumber
daya  yang tersedia.
1) Manajemen pelayanan keperawatan.
Tanggung jawab supervisor adalah :
c) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan
d) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
e) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
f) Memastikan praktek keperawatan professional dilaksanakan.
2) Manajemen anggaran
Manajer keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan, dan
pengembangan. Supervisor berperan dalam :
a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana
tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat
dicapai sesuai tujuan RS.
b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan
anggaran keperawatan.
c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola,
Supervisi memerlukan praktek dan evaluasi yang benar agar
dapat berjalan sesuai prosedur.
3. Teknik Supervisi
Proses Supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen pokok, yaitu :
1) Mengacu pada standar asuhan keperawatan
2) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian.
3) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan
kualitas asuhan. Area yang disupervisi adalah pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan oleh Perawat Primer dan Perawat
132

Associate berdasarkan standar asuhan yang telah ditetapkan.Secara


aplikatif, area supervisi keperawatan meliputi:
a) Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
kepada klien.
b)  Pendokumentasian asuhan keperawatan.
c) Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang.
d) Pengelolaan logistic dan obat
e) Pelaksaan timbang terima..
f) Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara  yaitu : 
(1) Supervisi langsung :
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam
kegiatan, feed back dan perbaikan. Adapun prosesnya adalah :
(a) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor.
(b) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforcement dan petunjuk
(c)  Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana
melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang
telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang.
Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.          
2) Supervisi secara tidak langsung :
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis.
4. Perorganisasian peran
Pengorganisasian Peran
1) Peran Kepala Ruangan :
a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer.
b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
133

c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat


asisten.
d)  Evaluasi kerja.
e)  Merencanakan / menyelenggarakan pengembangan staf
f)  Membuat 1- 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi.
2) Peran Perawat Primer :
a) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan
yang  diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.
e) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
3) Peran Perawat Associate :
Peran Perawat Assosiate adalah melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh Perawat
Primer
5. Mekanisme Kegiatan Supervisi
Tahap Kepala Ruangan Perawat Primer Perawat Associate
Kegiatan ( Supervisor)
Pra- 1. Memanggil perwat a. Menyebutkan Per - Membantu Ke -
supervise primer dan menanya - Lengkapan Yang perluan Penyusunan
5 menit kan perlengkapan yang Sudah Disiapkan Dokumentasi Asuhan
sudah disedikan untuk Untuk Keperluan Keperawatan.
supervise Supervise .
2. Menyampaikan b. Menyiapkan Ke –
informasi kepada perluan Penyusunan
perawat primer bahwa Dokumentasi
supervise dilakukan Asuhan
sebagai evaluasi dari Keperawatan.
tindakan yang dilaku - .
kan oleh perawat
primer.
3. Menyiapkan format
penilaian untuk
penilaian.
134

Supervisi 1.Melakukan pengawasan 1. Menjelaskan data 1. Membantu


15 Menit dan koordinasi. pendokumentasian PP menjelaskan
2.Menilai tahap pengkajian data
jalannyasupervisi 2. Menjelaskan data pendokumentasian
3. Mencatat jika pendokumentasian tahap pengkajian
ditemukan ada hal-hal tahap diagnosa 2. Membantu PP
yang perlu didiskusikan keperawatan menjelaskan data
bersama PP dan PA. pendokumentasian
4.Melakukan tahap diagnosa
dokumentasi hasil keperawatan
supervise 3. Menjelaskan data 3. Membantu PP
pendokumentasian menjelaskan data
perencanaan ke – pendokumentasian
perawatan perencanaan
4. Menjelaskan data keperawatan
pendokumentasian 4. Membantu PP
tindakan menjelaskan data
keperawatan pendokumentasian
5. Menjelaskan data tindakan ke -
pendokumentasian perawatan
evaluasi tindakan 5. Membantu PP
keperawatan menjelaskan data
pendokumentasian
evaluasi tindakan
keperawatan
Post 1. Karu memanggil PP 1. Menemui Karu c. Mendengar-kan
supervise dan PA untuk bersama PA untuk dengan seksama
10 menit pembinaan dan evaluasi d. Menerima hasil
klarifikasi 2. Mendengarkan penilaian
2. ”Fair” (Karumem - dengan seksama
beritahu kekurangan 3. Menerima hasil
PP dan PA ) penilaian
3. “Feedback” ( Karu
memberitahu PP dan
PA bagaimana tindak
- an yang seharusnya)
4. “Follow-Up” (Karu
bersama PP dan PA
merencanakan tindak
- an tersebut secara
bersama untuk
lakukan perbaikan).
5. Menyampaikan hasil
supervise
6. “Reinforcement”
(Karu memberikan
reward dan dukungan
pada PP dan PA)
135

Evaluasi

1) Evaluasi struktur
Persiapan dilaksanakan 2 hari sebelum acara dimulai dari pembuatan
proposal, undangan dan berlatih role play untuk perawat primer yang
akan dilakukan supervisi serta kepala ruangan sebagai supervisor dalam
kegiatan supervisi.
2) Evaluasi proses
 Evaluasi dilihat berdasar kelancaran proses sesuai dengan rencana dan
alur yang ada serta perawat yang bertugas sesuai perannya.        
3) Evaluasi Hasil
a) Perawat primer mampu melaksanakan kegiatan tindakan keperawatan
sesuai dengan prosedur.
b)   Kepala ruang mampu melakukan kegiatan supervisi sesuai dengan
prosedur.
c)   Acara berjalan sesuai dengan proposal rencana kegiatan.
 Setiap mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas masing-masing
6. Sentralisasi Obat
a. Latar Belakang
Dewasa ini harga obat/alat kesehatan sangatlah tinggi dan mahal,
diluar jangkauan masyarakat terutama bagi klien yang dirawat di rumah
sakit yang mayoritas menggunakan berbagai merek obat paten bagi setiap
klien. Penggunaan berbagai merek obat dengan harga yang sangat tinggi
tersebut tentu saja tidak hanya berpengaruh secara ekonomis semata,
namun lebih dari itu resiko penyimpangan penggunaan diluar hal
semestinya juga dapat menimbulkan kerugian bagi klien sendiri.
Teknik pengelolaan secara sentralisasi merupakan pengelolaan
obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien diserahkan
sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga
sepenuhnya dilakukan oleh perawat. Kegiatan sentralisasi obat meliputi
pembuatan strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana dan
membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat serta
pendokumentasian hasil pelaksanaan sentralisasi obat. Sentralisasi obat
136

dilakukan untuk mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan


sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi
obat.
Saat ini di Ruang Tulip Lantai 2 Barat sudah melaksanakan
sentralisasi obat, format persetujuan sentralisasi obat, serah terima obat
dan tempat penyimpanan obat semua telah tersedia namun masih terbatas
pada obat injeksi.
Kontroling penggunaan obat dan konsumsi obat merupakan salah
satu peran perawat, oleh karena itu pengontrolan obat bagi pasien perlu
digalakkan lagi sehingga resiko-resiko penyimpangan dapat
diminimalisir, yang mana pelaksanaannya telah dijalankan oleh
kelompok sebelumnya dan akan disempurnakan lagi
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2) Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi kepercayaan dan kemauan pasien dan keluarga
dalam pengelolaan sentralisasi obat.
b) Mengidentifikasi proses sentralisasi obat : persetujuan pasien
dan keluarga, pemberian obat ke pasien dan dokumentasi hasil
sentralisasi obat.
c) Mampu mengelola obat pasien : pemberian obat secara tepat dan
benar sesuai dengan Prinsip 6 T + 1 W (Tepat pasien, Tepat obat,
Tepat dosis, Tepat waktu, Tepat cara pemberian, Tepat
dokumentasi dan waspada efek samping obat).
d) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
e) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.
c. Tujuan Sentralisasi Obat
1) Tujuan Umum
137

a) Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien, terutama dalam


pemberian obat.
b) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun
secara moral.
c) Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
2) Tujuan Khusus
a) Menyeragamkan pengelolaan obat.
b) Mengamankan obat–obat yang dikelola.
c) Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan prinsip enam benar.
e. Pengorganisasian Peran
1) Kepala Ruangan
a) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek
b) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
c) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2) Perawat Primer
a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
3) Perawat Associate
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien

dirawat.

f. Tahapan Sentralisasi Obat


1) Penerimaan obat
a) Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh petugas farmasi
diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar serah terima obat.
b) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam
kotak obat (Nursalam, 2002).
2) Pembagian obat
a) Obat yang diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
b) Obat-obat yang telah disiapkan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
138

pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di


instruksi dokter dan kartu obat yang ada pada klien.
c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,kegunaan
obat, jumlah obat dan efek samping.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek tiap pagi oleh kepala
ruagan/petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk
obat (Nursalam, 2002).
3) Penambahan obat baru
a) Informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
b) Obat yang bersifat tidak rutin maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku
masuk obat (Nursalam, 2002).
4) Obat Khusus
a) Sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan rute pemberian
obat yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar.
b) Pemberian obat khusus menggunakan kartu khusus.
c) Informasi yang diberikan kepada keluarga/klien : nama obat, kegunaan, waktu
pemberian, efek samping, penanggung jawab obat, dan wadah obat. Usahakan
terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat (Nursalam, 2002).
139

Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

Dokter

Perawat

Farmasi / Apoteker

 Surat Persetujuan
Sentralisasi Obat
Perawat  Lembar serah terima
obat
 Buku serah terima /
masuk obat

Pengaturan dan Pengelolaan


Obat Oleh Perawat

Keluarga / Pasien

Gambar 3.3 Alur pelaksanaan sentralisai obat


7. Discharge Planning
a. Latar Belakang
Asuhan keperawatan merupakan kegiatan memberikan tindakan keperawatan
terhadap klien baik secara mandiri atau kolaboratif melalui pendekatan
terminologi keperawatan.Asuhan keperawatan diberikan secara
berkesinambungan dan komprehensif, mulai pasien datang, selama perawatan dan
menjelang pulang.Untuk menjamin pelayanan keperawatan secara optimal,
diperlukan suatu metode atau pendekatan orientasi yang terintegrasi.Setelah
mendapatkan orientasi yang cukup tentang pelayanan kesehatan (tempat
pelayanan, peraturan rumah sakit, dan administratif), diharapkan klien dapat
menjalani perawatan dengan optimal. Setelah mendapatkan pelayanan kesehatan,
klien akan kembali beraktifitas seperti sediakala. Demi menjamin kesehatan klien
secara berkesinambungan dirumah, diperlukan adanya suatu perencanaan pulang
(discharge planning), yang bertujuan untukmeningkatkan status kesehatan klien
dan menurunkan biaya-biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi lanjut, dengan
adanya discharge planning klien dapat mempertahankan kesehatannya dan
140

membantu klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka


sendiri (Jane Erwin 1999).
Discharge Planning di ruang Dahlia sudah dilakukan tetapi belum optimal.
Di ruangan belum tersedia sarana discharge planning seperti:leaflet untuk 10
kasus terbanyak di Ruang Dahliadilakukan oleh perawat ruangan atau petugas
kesehatan lain yang berkepentingan
Program pendidikan S1 Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk
diharapkan mampu menjadi role model dalam pelaksanaan discharge planning di
Ruang Dahliasecara benar. Oleh karena itu dengan adanya penerapan discharge
planning, diharapkan dapat dijalankan secara berkelanjutan, dengan demikian
diharapkan tujuan peningkatan kualitas kesehatan pasien dapat tercapai secara
optimal.
b. Tujuan
Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan untuk :
1) Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
2) Menyiapkan kemandirian klien.
3) Meningkatkan kemandirian yang berkelanjutan pada klien.
4) Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.
5) Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap dalam mempertahankan status kesehatan klien.
c. Tahap Pemulangan Pasien
1) PP dan PA menyiapkan berkas discharge planning
2) Lalu PP dan PA keruangan pasien untuk melakukan middle planning ke keluarga
pasien
3) PP menjelaskan :
a) Medication (obat) : nama, cara dan kegunaan obatPP melaporkan ke karu
bahwa discharge planning
b) Environment (lingkungan) : Lingkungan yang aman bagi pasien setelah
dirumah
c) Treatment (Latihan) : latihan yang cocok setelah dirumah
d) Health (Meningkatkan derajat kesehatan) : Pantangan
e) Outpatient referral (rujukan) : menjelaskan jadwal konrol setelah pasien
pulang
f) Diet : makanan yang dikonsumsi saat dirumah
141

4) PP meminta TTD kepada keluarga pasien


5) PP melaporkan kepada karu bahwa sudah dilakukan middle planning
d. Komponen Perencanaan Pulang (Komponen Discharge Planning)
1) Pada saat pasien masuk ruangan:
a) Menyambut kedatangan pasien
b) Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan
c) Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter dan tenaga
kesehatan lain
d) Melakukan pengkajian keperawatan
e) Menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan.
2) Selama masa perawatan:
a) Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain
b) Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul sampai
dengan evaluasi perkembangan pasien selama dirawat.
c) Penyuluhan kesehatan : penyakit, perawatan, pengobatan, diet, aktivitas,
kontrol
3) Persiapan pasien pulang:
a) Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai aturan diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat
kontrol.Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tingkat pemahaman klien
dan keluarga mengenai perawatan selama klien di rumah nanti.
b) Obat-obatan yang masih dikonsumsi klien dan dosisnya
Penjelasan mengenai obat-obatan klien yang masih harus diminum, dosis,
cara pemberian dan waktu yang tepat untuk minum obat, efek samping yang
mungkin muncul.
c) Obat-obatan yang dihentikan
Pada pasien umum kalau ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh
klien, obat-obatan tersebut tetap dibawakan ke klien, tetapi pada pasien JPS
atau Askes obat yang tidak diberikan atau diminumkan lagi dikembalikan
ke Depo farmasi.
d) Hasil pemeriksaan
142

Hasil pemeriksaan foto selama dirawat di RS dibawakan pulang pada klien,


tetapi untuk hasil pemeriksaan laboratorium asli menjadi milik RS.Surat-
surat seperti: surat keterangan sakit, surat kontrol, surat rujukan dll.

e. Tindakan Keperawatan Pada Waktu Perencanaan Pulang


1) Pendidikan kesehatan :
Diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga, meliputi :
a) Kontrol (waktu yang tepat)
b) Die/nutrisi yang harus konssumsi
c) Aktivitas, istirahat dan kontrol
d) Perawatan diri (kebersihan dan mandi)
2) Program pulang bertahap :
Bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan keluarga dan
masyarakat dan antara lain apa yang harus dilakukan pasien dirumah sakit dan
apa yang harus dilakukan oleh keluarga.
3) Rujukan :
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara
perawat komunitas atau praktek mandiri perawat dengan rumah sakit sehingga
dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah.
f. Peran Perawat Dalam Discharge Planning
1) Kepala Ruangan
a) Membuka acara discharge planning kepada pasien
b) Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2) Perawat Primer
a) Membuat rencana discharge planning
b) Membuat leaflet dan kartu discharge planning
c) Memberikan konseling
d) Memberikan pendidikan kesehatan
e) Menyediakan format discharge planning
f) Mendokumentasikan discharge planning
g) Melaksanakan agenda discharge planning (pada awal perawatan sampai
dengan akhir perawatan)
h) Perawat Associate
143

Ikut membantu melaksanakan discharge planning yang telah direncanakan


oleh perawat primer

Alur Discharge Planning (Nursalam, 2002)

Dokter dan tim kesehatan PP dibantu PA

Keadaan pasien :

1. Klinis dan pemeriksaan


penunjang
2. Tingkat ketergantungan pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Program HE :
Lain-lain
administrasi - Kontrol dan obat/perawatan
- Kebutuhan nutrisi/Gizi
- Aktivitas dan istirahat
- Perawatan di rumah

Monitoring (sebagai program Service


safety ) oleh petugas kesehatan dan
keluarga

Gambar 3.4 Alur Discharge Planning


144

PLAN OF ACTION (POA)

Tabel 3.4 POA

N Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Wakt Penangg


o Keberhasi u ung
lan jawab
2 M2- Mengupayak Mengusulkan :1. Adanya Min Rifayati
Material an 1. Perawatan perawatan ggu Khasana
Saranan terpenuhinya sarana dan sarana dan ke II h
Dan kebutuhan prasarana prasana
Prasarana fasilitas pendidikan sehingga
1. Untuk pendidikan untuk fasilitas
mahasiswa untuk Mahasiswa untuk
masih perlu Mahasiswa pendidikan
diperbaiki terpenuhi

3 M3-Metode Mampu Mengusulkan : Penerapan Min Maulidiy


1. MAKP meningkatka 1. Merencana MAKP ggu a Dwi
- Kurangnya n kan optimal ke II Astanti
jumlah penerarapan kebutuhan
tenaga yang MAKP tenaga
membantu primary perawat 1.
optimalisasi nursing
penerapan pemula
model yang
digunakan

2. Ronde Ronde Mempertah Ronde Min Intan


Keperawata Keperawatan ankan keperawat ggu Khumair
n sudah an sudah ke II oh Dewi
- Terlaksana terlaksana terlaksana
secara dengan bersama
optimal optimal perawat
ruangan
145

Lampiran 1 Kuesioner

KUESIONER KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN


RAWAT INAP
DI RUANG TERATAI BAWAH RSUD SIDOARJO

Jenis kelamin : Umur saat ini: Lama di Rawat :


( ) laki-laki ( ) 17-24 tahun ( ) kurang dari 1 hari
( ) perempuan ( ) 25-34 tahun ( ) 3-6 hari
( ) 35-49 tahun ( ) 6-7 hari
( ) 50-64 tahun ( ) di atas 15 hari
( ) 65 tahun keatas

Berilah tanda  pada pernyataan berikut dengan benar dan tepat

Keterangan:

Skor 1: Sangat Tidak Puas

Skor 2: Tidak Puas

Skor 3: Puas

Skor 4: Sangat Puas

N0 Karakteristik 1 2 3 4

1 REABILITY (KEANDALAN)
1. Perawat mampu menangani masalah
anda dengan tepat dan professional ?
2. Perawat memberikan informasi
tentanf fasilitas yang tersedia, cara
penggunaannya dan tata tertib yang
berlaku di RS?
3. Perawat memberi tahu dengan jelas
hal-hal yang harus dipatuhi dalam
146

perawatan anda ?
4. Perawat memberi tahu dengan jelas
tentang hal-hal yang dilarang dalam
perawatan anda ?
5. Ketetapan waktu perawat tiba
diruangan ketika anda
membutuhkan ?

2 ASURANCE (JAMINAN)
a) Perawat memberi perhatian terhadap
keluha yang anda rasakan?
b) Perawat dapat menjawab pertayaan
tentang tindakan keperawatan yang
diberikan kepada anda ?
c) Perawat jujur dalam memberikan
informasi tentang keadaan anda ?
d) Perawat selalu memberi salam dan
senyum ketika bertemu dengan
anda ?
e) Perawat teliti dan terampil dalam
melaksanakan perawatan anda ?

3 TANGIBLES (KENYATAAN)
a) Perawat memberi informasi tentang
administrasi yang berlaku bagi pasien
rawat inap di RS ?
b) Perawat selalu menjaga kebersihan
dan kerapian ruangan yang anda
tempati ?
c) Perawat menjaga kebersihan dan
kesiapan alat-alat kesehatan yang
digunakan?
d) Perawat menjaga kebersihan dan
kelengka/pan fasilitas kamar mandi
dan toilet?
e) Perawat selalu menjaga kerapian dan
penampilannya ?

4 EMPATHY ( EMPATI )
a) Perawat memberikan informasi
kepada anda tentang segala tindakan
perawatan yang akan dilaksanakan?
b) Perawat mudah ditemui dan
dihubungi bila anda membutuhkan?
c) Perawat sering menengok dan
memeriksa keadaan anda seperti
mengukur tensi, suhu, nadi,
pernafasan dan cairan infus ?
147

d) Pelayanan yang diberikan perawat


tidak memandang pangkat atau status
tapi berdasarkan kondisi anda?
e) Perawat perhatian dan memberi
dukungan moril terhadap keadaan
anda (menanyakan dan berbincng-
bincang dalam keadaan anda)
5. RESPONSIVENESS (TANGGUNG
JAWAB )
a) Perawat bersedia menawarkan
bantuan kepada anda jika mengalami
kesulitan walau tanpa diminta?
b) Perawat segera menangani anda
ketika sampai diruangan rawat inap?
c) Perawat menyediakan waktu khusus
untuk membantu anda berjalan, BAK,
BAB, ganti posisi tidur dll?
d) Perawat membantu anda untuk
memperoleh obat?
e) Perawat membantu anda untuk
melaksanakan pelayanan foto dan
laboratorium di RS ini ?
148

KUESIONER KECEMASAN DIRI PADA PASIEN


RAWAT INAP
DI RUANG TERATAI BAWAH RSUD SIDOARJO

Berilah tanda  pada pernyataan berikut dengan benar dan tepat !


Tidak pernah =1
Kadang –kadang =2
Sebagian waktu =3
Hampir setiap waktu =4

N0 Pernyataan Tidak Kadang- Sebagian Hampir


pernah kadang waktu setiap
waktu

1 Saya merasa lebih gugup dan


cemas dari biasanya?

2 Saya merasa takut tanpa alasan


sama sekali ?

3 Saya mudah marah atau panik?

4 Saya merasa seperti atuh terpisah


atau berkeping-keping ?

5 Saya merasa semuanya baik-baik


saja dan tidak aka ada hal buruk
yang terjadi ?

6 Lengan dan kaki saya bergetar?

7 Saya terganggu oleh nyeri


149

kepala, leherdan punggung

8 Saya merasa lemah dan mudah


lelah ?

9 Saya merasa tenang dan dapat


duduk diam dengan mudah ?

10 Saya merasakan jantung saya

berdebar-debar ?

11 Saya merasa pusing 7 keliling ?

12 Saya merasa pingsan atau


merasa seperti itu ?

13 Sayacepat bernafas dengan


mudah ?

14 Saya merasa jari-jari dan tangan


mati rasa dan kesemutan ?

15 Saya terganggu oleh nyeri


lambung atau gangguan
pencernaan ?

16 Saya sering buang air kecil ?

17 Tangan saya biasanya kering dn


hangat

18 Wajah saya terasa panas dan


merah merona ?

19 Saya mudah tertidur dan dapat


beristirahat dengan baik?

20 Sayamimpi buruk ?

Rentang penilaian

20-80 dengan pengelompokan antara lain :

1. Skor20-44 = normal / tidak cemas


2. Skor 45- 59 = kecemasanringan
150

3. Skor 60-74 = kecemasan sedang


4. Skor 75- 80 = kecemasan berat

Hasil Kuesioner Model Penerapan Asuhan Keperawatan (MAKP) dengan


Perawat di Ruang Teratai Lantai 1 RSUD Kabupaten Sidoarjo

No. Pertanyaan Jawaban


Ya Tidak
Model asuhan keperawatan yang digunakan
1 Apakah model asuhan keperawatan yang digunakan
perawat di ruangan saat ini sudah sesuai dengan prosedur
yang ditentukan?
2 Apakah anda mengerti/memahami dengan model asuhan
keperawatan yang digunakan saat ini?
3 Menurut anda, apakah model MAKP tersebut cocok
digunakan di ruangan anda?
4 Apakah model yang digunakan sesuai dengan visi dan
misi Rumah sakit ?
Efektektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
1 Apakah anda menggunakan model saat ini menjadikan
semakin pendek lama rawat inap bagi pasien?
2 Apakah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap
ruangan?
3 Apakah model yang digunakan saat ini memberikan
beban kerja lebih berat bagi anda?
4 Apakah model saat ini tidak memberatkan dalam
pembiayaan Rumah Sakit?
5 Apakah model yang digunakan mendapatkan banyak
151

kritikan bagi pasien pada ruangan?


Pelaksanaan model asuhan keperawatan
1 Apakah telah terlaksana komunikasi yang adekuat antara
perawat dan tim kesehatan lain?
2 Apakah kontunuitas rencana keperawatan terlaksana?
3 Apakah anda menjalankan kegiatan sesuai tupoksi?
Tanggung jawab dan pembagian tugas
1 Apakah job description untuk anda selama ini sudah
jelas?
2 Apakah tugas anda sesuai dengan model asuhan
keperawatan saat ini digunakan ruangan?
3 Apakah anda mengenal atau mengetahui kondisi pasien
dan dapat menilai tingkat kebutuhan
Sumber Kuesioner : Nursalam (2015)
152

Hasil Kuesioner Timbang Terima dengan Perawat di Ruang Teratai


Lantai 1 RSUD Kabupaten Sidoarjo

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

1 Apakah timbang terima dilakukan setiap


pergantian shif diruangan?

2 Apakah timbang terima dilaksanakan tepat


waktu ?

3 Apakah timbang terima dihadiri oleh semua


perawat yang berkepentingan?

4 Apakah ada yang memimpin kegiatan timbang


terima?

5 Apakah hasil timbang terima disampaikan


dalam pelaporan timbang terima?

6 Apakah untuk mengunjungi masing-masing


pasien dilaksanakan sampai 4 menit ?

7 Adakah buku khusus untuk mencatat hasil


laporan timbang terima?

8 Apakah dalam mendokumentasikan laporan


153

timbang terima tidak ada kesulitan ?

9 Apakah ada interaksi dengan pasien saat


timbang terima berlangsung?

Hasil Kuesioner Ronde Keperawatan dengan Perawat di Ruang Teratai Lantai


1 RSUD Kabupaten Sidoarjo

No Jawaban
Pertanyaan
Ya Tidak

1 Apakah ruangan ini mendukung adanya kegiatan


ronde keperawatan?

2 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan


ini optimal?

3 Apakah keluarga pasien mengerti tentang adanya


ronde keperawatan?

4 Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan
ronde keperawatan telah dibentuk?

5 Apakah
tim yang dibentuk telah mampu melaksanakan
kegiatan ronde dengan optimal?

Hasil Kuesioner Sentralisasi Obat dengan Perawat di Ruang Teratai


Lantai 1 RSUD Kabupaten Sidoarjo
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
Pengadaan sentralisasi obat
1 Apakah anda mengetahui tentang sentralisasi obat?
2 Apakah di ruangan anda ini terdapat sentralisasi obat?
3 Apakah sentralisasi obat yang ada sudah dilaksanakan
154

secara optimal?
5 Apakah selama ini anda pernah dberi wewenang dalam
urusan sentralisasi obat?
6 Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam
obat (oral-injeksi-supositosia-infus-insulin-obat gawat
darurat)?
Efektivitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
1 Apakah dengan menggunakan model MAKP saat ini
menjadikan semakin pendek lama rawat inap bagi pasien?
2 Apakah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap
ruangan?
3 Apakah model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan
dan memberikan beban kerja berat bagi anda?
4 Apakah model yang digunakan mendapat banyak kritikan
dari pasien pada ruangan?
Alur penerimaan obat
1 Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisasi
obat dari pasien/keluarga pasien?
2 Apakah proses penerimaan obat dari pasien/keluarga
pasien dilakukan sesuai alur?
Cara penyimpanan obat
1 Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus untuk
sentralisasi obat?
2 Apakah terdepat kelengkapan sarana dan prasarana
pendukung sentralisasi obat?
3 Apakah selama ini anda memisahkan kepemilikat antar
obat-obat pasien?
4 Apakah selama ini anda memberi etiket dan alamat pada
obat-obat pasien?
Cara penyiapan obat
1 Apakah selama ini sebelum memberikan obat kepada
pasien anda selalu menginformasikan jumlah kepemilikan
155

obat yang telah digunakan?


2 Apakah ada format tiap jenis obat sebelum anda
memberikan obat ke pasien?

Sumber Kuesioner : Nursalam (2015)

Hasil Kuesioner Supervisi dengan Perawat di Ruang Teratai Lantai 1


RSUD Kabupaten Sidoarjo
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

1 Apakah anda mengerti tentang supervise ?

2 Apakah supervise telah dilakukan di ruangan ?

3 Berapa kali supervise dilakukan ?

4 Siapakah yang melakukan supervise ?

5 Bagaimana alur supervise yang ada di ruangan?

6 Adakah format baku untuk
supervisi setiap tindakan

7 Apakah format untuk supervise
sudah sesuai dengan standar keperawatan ?

8 Apakah alat (instrument) untuk supervise tersedia


secara lengkap ?

9 Apakah hasil dari supervise disampaikan kepada
perawat ?

10 Apakah selalu ada feed back dari supervise untuk


setiap tindakan ?

11 Apakah anda puas dengan hasil dari Feed


156

back tersebut?

12 Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari


supervisi ?

13 Apakah anda menginginkan perubahan


untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil
perbaikan dari supervise ?

14 Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan dan


sosialisasi tentang supervise ?

Sumber Kuesioner : Nursalam (2015)

Hasil Kuesioner Penerimaan Pasien Baru dengan Perawat di Ruang


Teratai Lantai 1 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

1 Apakah anda bersedia melakukan penerimaan pasien


baru?

2 Apakah sudah ada pembagian tugas tentang penerimaan


pasien baru?

3 Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet saat


melakukan penerimaan pasien baru?

4 Apakah anda mengetahui teknik yang digunakan saat


penerimaan pasien baru?

5 Apakah setiap selesai melakukan penerimaan pasien baru,


anda melakukan pendokumentasian?

Sumber Kuesioner : Nursalam (2015)


157

Hasil Kuesioner Discharge Planning dengan Perawat di Ruang Teratai Lantai


1 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

1 Apakah anda sudah mengerti tentang Discharge


Planing (perencanaan pulang)?

2 Apakah anda bersedia melakukan Discharge Planing


(perencanaan pulang)?

3 Apakah perawat selalu memberi promosi kesehatan /


HE pada pasien yang pulang?

4 Apakah sudah ada pembagian tugas perawat tentang


perencanaan pulang?

5 Apakah ada pemberian brosur atau leaflet tentang


kesehatan saat pasien pulang?

6 Saat melakukan perencanaan pulang apakah anda


melakukan pendokumentasian pada buku yang telah
disediakan?

7 Apakah bahasa yang anda gunakan dalam melakukan


discharge planing mengalami kesulitan untuk
dipahami pasien?
158

Hasil Kuesioner Dokumentasi Keperawatan dengan Perawat di


Ruang Teratai Lantai 1 RSUD Kabupaten Sidoarjo

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah anda mengetahui model dokumentasi
keperawatan yang digunakan di ruangan saudara saat ini?
2 Apakah sudah ada format pendokumentasian yang baku
di ruang interna ini?
3 Apakah anda sudah mengerti cara pengisian format
dokumentasi tersebut dengan benar dan tepat?
4 Apakah menurut anda format yang digunakan ini bisa
membantu (memudahkan) perawat dalam melakukan
pengkajian pada pasien?
5 Apakah anda sudah melaksanakan pendokumentasian
dengan tepat waktu (segera setelah melakukan tindakan)?
6 Apakah menurut anda model dokumentasi yang
digunakan ini menambah beban kerja perawat?
7 Apakah menurut anda model dokumentasi yang
digunakan ini menyita banyak waktu perawat?

Sumber Kuesioner : Nursalam (2015)


159

Lampiran 2 Penilaian Nyeri

Instrumen Penilaian Nyeri (Visual Aid Scale)

Pencetu Kualitas Lokasi Skala (1- Waktu Penyebab nyeri


s (Q) (R) 10) (T) hilang/berkurang
(P) (S)

NO Skala Nyeri Skor Skor Hari Perawatan Ke-


Tgl Tgl Tgl
1 Tidak Nyeri 0
2 Minor 1
2
 Nyeri sangat ringan 3
 Nyeri tidak nyaman
 Nyeri dapat ditoleransi

3 Moderate 4
5
 Menyusahkan 6
 Sangat menyusahkan
 Nyeri hebat

4 Severe
7
 Sangat hebat 8
 Sangat menyiksa 9
 Tak tertahankan 10
 Tak dapat diungkapkan

TOTAL SKOR
Nama dan paraf yang melakukan
Penilaian
160

Lampiran 3 Contoh SBAR

CPPT Via Telfon (SBAR)


161

Lampiran 4 SOP
162

SOP Timbang Terima


RSUD SIDOARJO
TIMBANG TERIMA PASIEN DI RAWAT INAP

No Dokumen No Revisi No halaman

STANDAR TANGGAL DITETAPKAN


PROSEDUR TERBIT
DIREKTUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Proses kegiatan menyampaikan dan menerimasuatu


laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan rencana
kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.

TUJUAN 1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan pasien;


2. Menyampaikan hal – hal penting yang perlu
ditindaklanjuti kepada shif jaga berikutnya
3. Menyampaikan hal – hal yang sudah/belum dilakukan
dalam asuhan keperawatan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RSUD Sidoarjo nomor : 40 tahun
2019 tentang pelayanan keperawatan

PROSEDUR 1. Lakukan timbang terima pasien di nurse station


2. Buka timbang terima dan pimpin do’a oleh Kepala
Perawat atau Ketua Tim atau Perawat Primer atau
Penanggungjawab Shift
“Selamat pagi/ siang/ sore/ malam, Bapak/Ibu...Kita
akan melaksanakan kegiatan timbang
terima...sebelumnya marilah kita berdo’a sesuai
dengan keyakinan kita masing-masing agar kegiatan
hari ini berjalan dengan lancar, berdoa’a
mulai...berdo’a selesai. Kepada Ketua Tim/ Perawat
Primer/ Penanggungjawab Shift silahkan menjelaskan
163

kondisi pasien ke perawat shift selanjutnya....”


3. Berikan penjelasan oleh ketua tim/ perawat primer/
penanggungjawab shift sebelumnya tentang jumlah
pasien dan tingkat ketergantungan (minimal care, total
care), jumlah pasien beresiko,nama pasien tanggal
lahir,diagnosa medik, data fokus (subyektif dan
obyektif), masalah keperawatan, tindakan yang sudah
dilakukan dan yang belum dilakukan, dan instruksi
khusus di nurse station
4. Klarifikasi oleh ketua tim/ perawat primer/
penanggung jawab shift/ perawat pelaksana shift
selanjutnya terhadap penjelasan yang disampaikan saat
timbang terima di nurse station
5. Lakukan validasi data ke ruangan atau ke pasien
6. Ucapkan salam
“Selamat Pagi/ Siang/ Sore/ Malam, Bapak/Ibu..”
7. Tanyakan keluhan pasien saat timbang terima
8. Perkenalkan perawat penanggungjawab pasien
selanjutnya
9. Ucapkan salam
“..................semoga cepat sembuh”
10. Kembali ke nurse station
11. Lakukan klarifikasi hasil validasi data
12. Beri stempel buku timbang terima
Tulis tanggal/jam timbang terima

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat darurat
3. Instaasi Pelayanan intensif terpadu.
4. Instalasi peristi

SOP Sentralisasi Obat


164

RSUD SIDOARJO SYSTEM UNIT DOSE DISPENSING (UDD)

No Dokumen No No halaman
Revisi

STANDAR TANGGAL TERBIT DITETAPKAN


PROSEDUR
DIREKTUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Unit dose dispensing merupakan salah satu sistem


unit distribusi obat dan alat kesehatan kepada pasien
rawat inap untuk pemakaian per unit (satu kali injeksi
atau satu kali minum).

TUJUAN 1. Meningkatkan efektifitas penggunaan obat bagi


pasien terkait farmakoekonomi.
2. Meningkatkan pelayanan obat secara terkoordinir
dan terkontrol (terutama untuk pasien rawatinap)
3. Mengontrol penggunaan dan kepatuhan pasien
atas obat yang diresepkan .
4. Meminimalkan masalah terkait pemberian obat
oleh perawat maupun petugas farmasi.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RSUD Sidoarjo nomor : 22 tahun
2017 tentang pelayanan farmasi di RS Umum Daerah
Kabupaten Sidoarjo.

PROSEDUR a. Terima resep dan bubuhkan paraf pada kolom T


(terima) ;
b. Siapkan dan kemas obat perunit (tiap kali pemakaian)
sesuai jam injeksi dan jam minum obat , beri etiket
dengan warna yang berbeda sesuai dengan jam
pemberian, bubuhkan paraf pada kolam R (racik) dan
165

kolam E (etiket)
1. Etiket warna merah muda untuk pemberian pukul
06.00-08.00 .
2. Etiket warna kuning untuk pemberian pukul
14.00-16.00.
3. Etiket warna putih untuk pemberian 17.00-19.00
4. Etiket warna hijau untuk pemberian pukul 22.00-
24.00
c. Lakukan pengkajian obat (verifikasi) sebelum obat
diberikan kepada pasien atau sebelum obat
diserahterimakan kepada perawat;
d. Lakakan pengiriman dan serah terima obat kepada
perawat untuk resep kolektif , bubuhkan paraf pada
kolam S (Serah) ;
e. Dokumentasi serahterima obat dari farmasi ke perawat
dalam lembar medikasi pasien.
UNIT TERKAIT 1. Tenaga teknis kefarmasian
2. Apoteker
3. Perawat ruangan

SOP Penerimaan Pasien Baru


166

RSUD SIDOARJO
PENERIMAAN PASIEN BARU DI RAWAT INAP

No Dokumen No Revisi No halaman

STANDAR TANGGAL TERBIT DITETAPKAN


PROSEDUR
DIREKTUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Suatu cara menerima pasien baru dirawat inap yang


berasal dari IGD / instalasi rawat jalan/ instalasi rawat
inap lainnya.

TUJUAN 1.Meningkatkan komunikasi antara perawat dan klien


2.Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
3.Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RSUD Sidoarjo nomor : 40 tahun
2019 tentang pelayanan keperawatan

PROSEDUR 1. Tempatkan pasien oleh petugas pengantar di pitstop


rawat inap yang sudah ditentukan
2. Lakukan cuci tangan (petugas rawat inap)
3. Lakukan penerimaan pasien baru oleh Ka
Perawat/Perawat Primer?Katim/ Perawat Pelaksana
4. Ucapkan salam“Selamat pagi Ibu/Bapak...Selamat
Sore...”
5. Perkenalkan diri“Nama saya,...saya perawat yang
bertanggung jawab di ruang...”
6. Lakukan identifikasi pasien“Sesuai dengan peraturan
keselamatan pasien, mohon menyebutkan nama dan
tanggal lahir Bapak/Ibu”
7. Periksa rekam medis berdasarkan identifikasi pasien
dan kondisi pasien
8. Tempatkan pasien oleh petugas pengantar dan perawat
167

penerima di kamar dan tempat tidur yang sudah


disiapkan
9. Lakukan timbang terima pasien antara petugas
pengantar dan perawat penerima di nurse station
10. Informasi yang ditimbang terimakan antara lain:
a. Identitas pasien (nama dan tanggal lahir)
b. Riwayat penyakit
c. Pemeriksaan fisik
d. Laboratorium (bila ada)
e. Diagnosis kerja
f. Alasan pasien ditransfer
g. Usul pengobatan di ruang perawatan
h. Pengobatan dan tindakan yang sudah diberikan
i. Hasil penunjang yang disertakan
j. Obat-obatan yang diserahkan
11. Tanyakan kembali pada perawat penerima tentang
kejelasan informasi yang ditimbang terimakan
12. Lakukan asesmen awal keperawatan terhadap pasien
sesuai dengan format“Bapak/Ibu,...saya sekarang
akan melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi,
suhu, pernafasan tujuannya........apakah sudah siap
dilakukan pemeriksaan sekarang?
a. Dikamar pasien : Fasilitas ruang rawat (Bel
panggilan perawat, cara menanikkan tempat tidur,
cara pembuangan sampah dan cuci tangan).
b. Di nurse station
1) Hak dan kewajiban pasien dan keluarga
2) Peraturan dan tata tertib rumah sakit
a) Tarif pelayanan
b) Surat peryataan cara pembayaran
c) Prosedur administrasi pasien
d) Tata tertib pengunjung dan penunggu
168

3) Petugas yang merawat (DPJP dan perawat)


4) Perkembangan kondisi pasien dan perencanaan
asuhan keperawatan
5) Waktu konsultasi
6) Perencanaan perawatan lanjutan discharge
planning
13. Tanyakan kembali tentang penjelasan informasi yang
lebih di sampaikan
“Apakah bapak/ibu sudah jelas dan paham apa yang
sudah dijelaskan?”
14. Lakukan penandatanganan pada formulir pemberian
informasi pasien baru dan LRM asesmen awal
keperawatan oleh perawat pemberi informasi dan
pasien/keluarga
“Apabila bapak/ibu sudah jelas, mohon untuk
tandatangan”
15. Lakukan dokumentasi
16. Lakukan cuci tangan
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat darurat
3. Instaasi Pelayanan intensif terpadu.
4. Instalasi peristi

SOP Discharge Planning


169

RSUD SIDOARJO DISCHARGE PLANNING

No Dokumen No No halaman
Revisi

STANDAR TANGGAL TERBIT DITETAPKAN


PROSEDUR
DIREKTUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Suatu proses yang dinamis agar tim Kesehatan


mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri
dirumah.

TUJUAN 1. Mengurangi hari perawatan.


2. Mencegah kekambuhan.
3. Meningkatkan perkembangan kondisi
kesehatan pasien dan menurunkan beban
perawat pada keluarga.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RSUD Sidoarjo nomor : 27 tahun
2017 tentang pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
kabupaten Sidoarjo.

PROSEDUR A. Persiapan:
1. Siapkan status pasien dan format discharge
planning;
2. Sebutkan masalah pasien
“ Bapak/ibu, ini sudah saya siapkan status pasien
dan format discharge planning “.
3. Sebutkan hal-hal yang perlu di ajarkan pada
pasien dan keluarga
“saya ajarkan tentang kreteria pasien
170

perencanaan pulang kritis, perawatan dan


aktivitas di rumah, aturan obat, Obat-obatan
yang masih diminum, dosis, warna, dan efek
samping. Rencana hari perawatan, Edukasi
Kesehatan, Rincian pemulangan.
5. Perawatan kelengkapan adminitrasi
“Baiklah persiapan sudah lengkap, segera lakukan
discharge planning.”
B. Pelaksanaan:
1. Siapkan status pasien dan format discharge
planning:
2. Ucapkan salam dan perkenalan diri
“Saya……..(nama)’’
3. Jelaskan maksud dan tujuan discharge planning
kepada pasien
“Bapak/ibu, sesuai dengan maksud dan tujuan
discharge planning, saya akan memberikan suatu
informasi yang harus bapak/ibu persiapkan
dirumah…..”
4. Kaji kreteria pasien membutuhkan perencanaan
pulang kritis.
5. Jelaskan hal-hal yang diperlukan diajarkan pada
pasien dan keluarga antara lain:
a. Kreteria pasien perencanaan pasien pulang
kritis
b. Perawatan dan aktivitas dirumah
c. Aturan diet
d. Obat-obat yang masih diminum ,dosis,warna,
dan efek samping , rencana hari perawatan ,
Edukasi Kesehatan, rincian
pemulangan……”
6. Berikan kesempatan bertanya kepada pasien atau
171

keluarga;
7. Tanyakan kembali pada pasien atau keluarga
tentang materi yang telah disampaikan;
8. Berikan reward kepada pasien atau keluarga
“Baiklah Bapak /ibu sudah bisa menjawab
pertanyaan yang saya sampaikan mudah
mudahan bapak atau ibu tetap diberi Kesehatan
dan jangan lupa kontrol.
9. Ucapkan salam
10. Dokumentasikan
UNIT TERKAIT 1. Instalasi rawat inap
2. Instalasi pelayanan intensif terpadu
3. Instalasi peristi

Lampiran 5 Mutu Pelyanan


172

1. Indikator Mutu Unit - Angka Kepatuhan Petugas Dalam


Melakukan Pengecekan Ganda Obat High Alert IRNA Teratai
Tahun 2021

Analisa :

Kegiatan double cek saat pemberian obat high alert sudah dilakukan
akan tetapi ada yang belum melakukan pendokumentasian. Angka
kepatuhan petugas dalam melakukan double cek saat pemberian obat
high alert sudah mencapai target, hal ini di pengaruhi oleh factor
komitmen dari petugas, monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan.

Tindak Lanjut :

1. Menyampaikan hasil capaian indikator


2. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan
3. Mengkaji faktor risiko yang dapat menghambat prosedur yang
harus dilakukan
173

2. Indikator Mutu Nasional - Kepatuhan Identifikasi Pasien IRNA


Teratai Tahun 2021

Analisa :

Angka kepatuhan identifikasi sudah mencapai target, hal ini di di


karenakan petugas sudah memahami pentingnya identifikasi untuk
keselamatan pasien setiap melakukan tindakan.

Tindak Lanjut :

1. Melakukan supervisi sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan


2. Menyampaikan hasil supervisi dan hasil indikator yang sudah di capai
3. Mengidentifikasi risiko yang menghambat dan mendukung
pelaksanaan prosedur identifikasi
174

2. Indikator Mutu Nasional - Angka Kepatuhan Jam Visite Dokter


Spesialis IRNA Teratai Tahun 2021

Analisa :

Kepatuhan jam visite dokter spesialis sudah mencapai target di atas


80%, Hal ini di sebabkan karena dokter spesialis sudah mengatur
jadwal terkait kegiatan di rawat jalan dan rawat inap. Untuk yang
beklum mencapai 100% dikarenakan ada DPJP sakit sehingga visite
dibantu oleh DPJP lain yang sudah mempunyai visite sendiri sehingga
double visite nya.

Tindak Lanjut :

1. Ka Perawat dan Perawat Primer melakukan koordinasi dengan


dokter spesialis untuk melakukan visite sesuai dengan jam visite
yang di tetapkan dalam standart
2. Perawat Primer segera melakukan koordinasi dengan sekretaris
SMF apabila di dapatkan dokter spesialis berhalangan visite di
karenakan sakit
175

3. Indikator Mutu Nasional - Angka Kepatuhan Upaya Pencegahan


Risiko Cedera Akibat Pasien Jatuh pada pasien Rawat Inap di
IRNA Teratai Tahun 2021

Analisa :

Angka kepatuhan upaya pencegahan risiko jatuh sudah mencapai target,


Hal ini di sebabkan karenakan petugas sudah paham fungsi dari
ketepatan assesmen dan pemasangan tanda pengenal untuk keselamatan
pasien.

Tindak Lanjut :

1. Ka Perawat bersama perawat primer melakukan supervisi sesuai


dengan jadwal
2. Ka Perawat menyampaikan hasil supervisi dan hasil indikator yang
dicapai
3. Mengidentifikasi risiko yang menghambat dan mendukung
pelaksanaan prosedur identifikasi (seperti ketersediaan segitiga
resiko jatuh dan fall risk)
176

4. Angka Kelengkapan Ringkasan Pulang Pasien Rawat Inap 1x24


Jam pada pasien CKD IRNA Teratai Tahun 2021

Analisa:

Angka kelengkapan ringkasan pulang sudah mencapai target. Hal ini di


sebabkan karena DPJP sudah memahami prosedur yang sudah di tetapkan
dan adanya koordinasi antara Perawat Primer dan DPJP untuk mengecek,
mengingatkan ringkasan pulang untuk di tulis dari awal pada poin riwayat
pasien dan segera menyelesaikan ringkasan pulang setelah pasien KRS

Tindak lanjut :

1. Ka Perawat bersama Perawat primer untuk melakukan supervisi sesuai


dengan jadwal yang di tetapkan
2. Perawat Primer mengingatkan DPJP saat mendampingi visite untuk
segera mengisi data yang bisa di tulis sejak awal

3. Perawat Primer mengingatkan DPJP saat mendampingi visite untuk


menyelesaikan ringkasan pulang saat pasien KRS

4. Menyampaikan hasil supervisi dan hasil indikator yang dicapai


177

6. Angka Kelengkapan Assesmen Awal Medis dalam Waktu 1x24 Jam


Pada Pasien CKD IRNA Teratai Tahun 2021

Analisa :

Angka kelengkapan assesmen awal medis pada pasien CKD mencapai


target. Hal ini di sebabkan karena DPJP sudah memahami prosedur yang di
tetapkan dan adanya koordinasi antara perawat primer untuk mengingatkan
DPJP dalam melakukan assesmen

Tindak Lanjut :

1. Ka Perawat dan Perawat primer melakukan supervisi kelengkapan


berkas rekam medis
2. Perawat Primer selalu mengecek kelengkapan pasien baru terutama
assesmen awal medis
3. Perawat Primer melakukan koordinasi dengan DPJP dalam pengisian
assesmen awal medis
4. Ka Perawat menyampaikan hasil capaian indikator kepada seluruh staf.
178

7. Angka Pemahaman Pasien Baru (<24 jam) CKD Tentang


Identifikasi Dengan Menggunakan Minimal 2 (dua) Parameter
di IRNA Teratai Tahun 2021

Analisis :

Angka pemahaman pasien CKD terhadap fungsi gelang identitas


sudah mencapai target, hal ini di sebabkan karena di lakukannya
edukasi secara berulang kepada pasien dan keluarga pasien terkait
fungsi gelang

Tindak Lanjut :

1. KA Perawat melakukan supervisi dan menyampaikan hasil


indikator yang sudah di capai kepada seluruh staf perawat
2. Melakukan edukasi fungsi gelang sesuai dengan keputusan
internal, bahwa setiap pagi petugas akan mengingatkan fungsi
gelang pasien kepada pasien atau keluarga pasien.
3. Petugas memastikan bahwa pasien dan keluarga sudah paham
fungsi gelang
179

8. Angka dilaksanakannya Konfirmasi Komunikasi Efektif Antar


Profesional Pemberi Asuhan Pasien CKD di IRNA Teratai Tahun
2021

Analisa :

Angka dilakukannya konfirmasi komunikasi efektif antar PPA pada


pasien CKD sudah mencapai target, hal ini disebabkan karena adanya
koordinasi antar perawat pelaksana, perawat primer dan DPJP terkait
untuk saling mengingatkan untuk perlunya dilakukan verifikasi.

Tindak Lanjut :

1. Ka Perawat melakukan supervisi sesuai dengan jadwal yang


ditentukan.
2. Ka Perawat dan PIC data menyampaikan hasil capaian indikator.
3. Meningkatkan koordinasi mulai perawat pelaksana, perawat
primer, dan DPJP dalam pelaksanaan verifikasi SBAR 1x24 jam
180

9. Angka dilakukannya Pengecekan Ganda Pada Pemberian Obat


High Alert Pada Pasien CKD di IRNA Teratai Tahun 2021

Analisa :

Angka kepatuhan pengecekan ganda pada pemberian obat high alert


pasien CKD sudah mencapai target hal ini karena staf sudah paham
terkait pentingnya double cek pada obat high alert untuk keselamatan
pasien.

Tindak Lanjut :

1. Ka Perawat bersama perawat primer melakukan supervisi sesuai


dengan jadwal yang ditentukan
2. Ka Perawat bersama PIC data menyampaikan hasil capaian
indikator mutu
3. Ka Perawat bersama perawat primer melakukan monev secara
berkelanjutan
181

10. Angka dilakukannya Penandaan Pada Pasien CKD Risiko Jatuh


Sedang dan Tinggi IRNA Teratai Tahun 2021

Analisa :
Angka dilakukannya penandaan risiko jatuh sudah mencapai target hal
ini disebabkan perawat mulai fokus dalam mengecek tanggung jawab
terhadap kebutuhan pasien sesuai dengan daerah kelolaan masing-
masing.

Tindak Lanjut :
1. Ka Perawat melakukan supervisi sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.
2. Setiap handover dilakukan pengecekan pasien dengan risiko jatuh
sedang dan tinggi.
3. Saat handover di lapangan sesuai daerah kelolaan mengecek
penandaan fall risk sesuai dengan tingkat risik jatuhnya.
4. Ka Perawat bersama perawat primer menyampaikan hasil capaian
dan supervisi yang sudah dilakukan.

You might also like