You are on page 1of 4

NAMA : Muhamad Reyhan

NIM : 2001126636

MATA KULIAH : POLITIK PERTANAHAN

NO.PRESENSI : 51

A. JUDUL : KONFLIK PERTANAHAN ANTARA MASYARAKAT ATAU MASYARAKAT


ADAT LAU CHI ( SUMATRA UTARA ) DENGAN PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II

B. TINJAUAN PUSTAKA

1
Beberapa ahli berusaha mengemukakan penyebab konflik pertanahan di Indonesia, diantaranya
pendapat Christodoulous yang dikutip Muntaqo sebagai berikut :

1. Ketidakserasian peruntukan sumber-sumber agraria; khususnya tanah—tata guna tanah;

2. Ketimpangan pemilikan dan penguasaan tanah;

3. Ketidakserasian persepsi dan konsepsi mengenai agraria;

4. Ketidakserasian produk hukum akibat hasil kebijakan yang bersifat sektoral

2
Secara sederhana , banyak sengketa tanah disebabkan oleh Hal-hal berikut :

1. Regulasi yang tidak penuh

2. Kegagalan untuk mematuhi hal yang telah ditetapkan.

3. Aparatur negara yang jarang memperhatikan kebutuhan dan ruang yang tersedia.

4. Data tidak tidak tepat dan tidak lengkap.

5. Data tanah yang membingungkan;

6. Keterbatasan SDM yang didedikasikan untuk menyiapkan sengketa tanah.

1
Muntaqo, Firman. "Krakter Politik Hukum Pertanahan (Era Orde Baru dan Era Reformasi)." (2010).
2
Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar dan Sarjana Hukum, “Oleh: FATURRAHMAN AULIA,” 2019.
7.Transaksi real estate yang salah.

8. Perilaku pemohon yang benar atau

9. Ada perbandingan dengan lembaga lain untuk menduplikasi otoritas.

C. PEMBAHASAN

3
Hak Ulayat Adat dapat diasingkan oleh keperluan lain tanpa melihat nilai spiritual dari tanah
yg ada di wilayah adat. Akibatnya, perlindungan dan kesadaran adat tidak lagi terlihat. Ini terjadi di
desa Lauchy di distrik Pankabatu provinsi Deliserdang. 4 April 2017 PT. Perkebunan Nusantara II
(PTPN II) menggarap sebidang tanah bersama seluas 850 hektar di wilayah adat Laucich, tanpa
persetujuan masyarakat setempat.

4
Disini dikatakan bahwa PTPN II itu juga memusnahkan Jambur Arihta Ras Lau chi, rumah
dan tanaman milik warga yang disengketakan. Masyarakat Adat Lau chi, melalui ketua masyarakat
adat yang bertanggung jawab atas Daerah Lau chi, Datuk Adil Abraham Sembiling Perawi,
mengatakan jika tanah yang dikuasai PTPNII adalah tanah Ulayat seksi Pelaku Uluntendu. Tanah
kontroversial ini merupakan tanah adat masyarakat adat Lau chi, yang telah diduduki dan dikelola
sejak tahun 1951, jauh sebelum keberadaan PTPN.

5
Ini adalah hukum dan peraturan yang tidak mengizinkan hak-hak Urayat di komunitas
Delimalay ada. Perkebunan yang dulunya dikelola oleh perusahaan perkebunan asing, diberikan
hak Urayat dengan memberikan hak bercocok tanam kepada Masyarakat Adat Delimalay, yang
kemudian dikenal dengan Tanah Jalanan.

6
Masyarakat adat yang tinggal di daerah konflik juga mengakui jika tanah yang mereka tempati/
tinggali adalah milik bersama ke Lau chi. Pengakuan tersebut di perkuat dengan adanya bukti-bukti
sejarah berupa prasasti/tugu peniggaalan sibayak lau cih area lahan tenah tersebut. Masyarakat juga
mengakui bahwa pada tahun 1996 PTPN II meninggalkan area lahan karena sudah habis waktu
berlaku haknya dalam menempati tanah ini,kemudian masyarakat kembali menggunaka serta
menggarap di tanah tersebut

3
Gelar dan Hukum.
4
Gelar dan Hukum.
5
Elza Syarief, melalui Pengadilan Khusus Pertanahan.
6
Gelar dan Hukum.
7
Selain itu, pertanahan diatur dalam Undang-Undang Pokok Pertanian (UUPA No. 5 Tahun
1960). Pasal 2 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa “bumi, air, dan alam semesta, termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikelola pada tingkat yang setinggi-tingginya oleh
negara sebagai organisasi segenap kekuatan manusia”. Berdasarkan hal tersebut, sebagai badan
pengatur, negara harus mengatur kewenangannya atas bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia.

8
Dari UUPA dapat kita lihat bahwa Perselisihan ini muncul karena pecahnya sengketa.
Sementara itu, PTPNII mengklaim bahwa masyarakat adat Lau Chi memiliki hak atas tanah yang
diduduki secara legal. Artinya, HGU nomor 171 tahun 2009 mengklaim tanah yang mereka
tempati. Negara mereka adalah. X/1984. Masyarakat adat yang tinggal di daerah konflik
mengatakan jika mereka telah mendirikan kerajaan di sana sebelum kemerdekaan.

Sengketa ini telah menghasilkan beberapa alternatif penyelesaian sengketa tanah, antara lain:

a) Penyelesaian Langsung

b) Penyelesaian Peradilan

c) Arbitrase

Selain beberapa pilihan yang tersedia untuk menyelesaikan sengketa tanah, ada beberapa kesulitan
dalam menyelesaikan kasus ini. Ini termasuk:

1. Konflik Tidak ada peran khusus pemerintah kabupaten dalam menyelesaikan sengketa

2. Tidak ada keterlibatan otoritas pertanahan

3. Data hilang

Dalam Konflik ini juga terdapat Peran pemerintah dalam menyelesaikan konfik pertanahan yaitu
dengan bantuan dari kemendagri .Dimana kemendagri meminta kepada Gubernur untuk
memberikan fasilitas hukum dan mengusut masalah sengketa antara Masyarakat Adat Lau Cih
dengan PTPN II .

KESIMPULAN

7
“No Title,” 4.1 (2015), 1–32.
8
Gelar dan Hukum.
Dari uraian diatas di peroleh lah bahwa pada konflik yang terjadi antara masyarakat Lau Chi
dengan PT Perkebunan Nusantas II ( PTPN ) II ini dimana penyebab dari adanya konflik ini berasal
dari pihat PTPN II yang menyatakan bahwa tanah tersebut milik perushaan itu, sedangkan disisi
lain masyarakat lau chi mengklaim bahwa tanah tersebut milik mereka. Dari hal itu kita dapat
melihat adanya ketimpangan lahan yang memicu terjadinya konflik.

DAFTAR PUSTAKA

Muntaqo, Firman. "Krakter Politik Hukum Pertanahan (Era Orde Baru dan Era Reformasi)."
(2010).

Gelar, Syarat-syarat Untuk Mencapai, dan Sarjana Hukum, “Oleh: FATURRAHMAN AULIA,”
2019

“No Title,” 4.1 (2015), 1–32

Syarief, Elza, melalui Pengadilan Khusus Pertanahan

You might also like