You are on page 1of 37

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

(CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) DALAM MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH SEKOLAH DASAR GMIM
20 MANADO

SKRIPSI

Di Ajukan Kepada

Sekolah Tinggi Theologi “IKAT”

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Kristen

Oleh :

NAMA : IRMA FEBRIANTI

NIM : 86.3101

PRODI : Pendidikan Agama Kristen

KODE PRODI : 86.208

SEKOLAH TINGGI THEOLOGI “IKAT” (233.105)

JAKARTA, 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul


Pendidikan merupakan salah satu penunjang yang sangat

berpengaruh bagi perkembangan dan kemajuan bangsa dan negara,

sehingga perkembangan pendidikan selalu menjadi perhatian khusus

dalam setiap negara di seluruh dunia. Keberhasilan Pendidikan adalah

keberhasilan negara tersebut. Jadi sejahteranya suatu bangsa dan negara

di awali dengan kualitas Pendidikan dalam negara tersebut. Setiap

pemerintahan di suatu negara termasuk di Indonesia akan selalu berusaha

untuk memperbaiki kualitas Pendidikan. Beranjak dari besarnya pengaruh

Pendidikan bagi perkembangan dan kemajuan bangsa dan negara

Indonesia, maka pemerintah selalu berusaha memperbaiki kualitas

Pendidikan seperti berusaha memilih kurikulum yang tepat untuk di

terapkan. Hal ini terlihat dari perubahan kurikulum di Indonesia yang selalu

berubah ubah dari kurikulum 1947-kurikulum 2013 yang berlaku sampai

saat ini. Satu tujuan yang diharapkan dari perubahan perubahan tersebut

ialah untuk menyukseskan dan meningkatkan Sistem Pendidikan Nasional

dalam UU RI 20 tahun 2003. Masalah dunia Pendidikan di Indonesia ialah

lemahnya proses pembelajaran, kesalahan dalam memilih model

pembelajaran yang akan membuat siswa sulit untuk memahami materi.

Dalam proses belajar mengajar, guru adalah sosok pendidik yang

akan mengarahkan perserta didiknya untuk mencapai perubahan yang

lebih baik dalam segala aspek. Salah satu faktor utama yang menentukan

mutu Pendidikan adalah guru. Guru dikatakan ujung tombak Pendidikan


karena keberhasilan pelaksanan proses belajar mengajar bergantung pada

seorang guru. Seorang guru dapat dikatakan berhasil apabila mampu

menciptakan dan menghasilkan siswa yang unggul baik dari segi

akademik,kemampuan,moral dan agama. Sering sekali guru tidak

menggunakan metode mengajar yang bervariasi sehingga mengakibatkan

kebosanan pada peserta didik. Guru sebagai pengajar perlu memahami

tentang penggunaan pendekatan pembelajaran yang menarik sehingga

dapat meningkatkan prestasi siswa maupun secara aplikasi . Metode

merupakan cara yang tepat bagi guru untuk melakukan interaksi bagi

peserta didik, untuk merangsang pola pikir mereka. Hal ini yang membuat

guru gagal dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik karena pola

belajar berjalan secara monoton dan ilmu yang dibagikan tidak dapat

diterima siswa secara maksimal. Guru sebagai pengajar harus memahami

tentang penggunaan pendekatan pembelajaran yang menarik ,kreatif,

sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa secara teori maupun

aplikasi.

Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

sangat pesat, mengharuskan para guru dan peserta didik untuk dapat

mengikuti perkembangan yang ada , sehingga pembelajaran lebih efektif

dan juga tujuan dari Pendidikan yakni “ mencerdaskan kehidupan bangsa “

dapat tercapai.

Masalah serius yang dhadapi dalam dunia Pendidikan adalah

proses pembelajaran yang lemah. Ada banyak kasus yang sering di jumpai

yaitu siswa sulit untuk mengerti dan menyerap materi yang di berikan oleh
guru secara cepat dan tepat. Peserta didik kurang memahami materi yang

di dapatkan tanpa mengetahui makna dan hubungan materi dengan


kehidupan sehari-hari siswa. Ketika anak didik tidak mampu menerima materi

dengan baik, akibatnya anak didik tidak akan mandiri justru akan terus

bergantung kepada teman maupun guru. Melihat kondisi demikian,maka

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar perlu ada yang di ubah baik dari

segi strategi,model maupun suasana belajar . Guru harus mampu

menyajikan materi yang dapat di pahami oleh siswa secara cepat dan tepat

dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata

siswa. Sebagai contoh dapat dilihat dalam penyajian pelajaran Pendidikan

agama , yang bertujuan agar siswa mampu menemukan,memahami,

menghayati materi serta menghubungkannya dengan kehidupan nyata siswa.

Apabila guru hanya menyajikan teori tanpa mengaitkan dengan maknanya

dalam kehidupan sehari hari maka siswa tidak akan mengerti secara

maksimal.

Penulis menyadari bahwa materi pelajaran yang diterima dari

sekolah tidak hanya ditumpuk dalam otak dan pada akhirnya akan

terlupakan, melainkan akan sangat baik dan bermakna jika setiap pelajaran

yang di terima langsung dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Untuk itu

seorang guru harus menggunakan strategi pengajaran yang diharapkan

dapat membuat siswa lebih aktif, dan aplikatif. Melalui skripsi ini penulis akan

membahas tentang salah satu strategi pembelajaran yang diyakini penulis

dapat mendorong siswa lebih aktif,kreatif,dan apikatif yaitu strategi

pembelajaran kontekstual. Alasannya adalah karena strategi ini

menghubungkan materi yang di ajarkan dengan situasi kehidupan nyata

sehingga peserta didik dapat lebih mudah memahami makna antara

pengetahuan yang di peroleh dan aplikasinya dalam kehidupan nyata. Inilah


yang menjadi alasan mengapa penulis mengambil atau mengangkat judul

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

(CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR GMIM 20 MANAD0.

B. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Tinggi Theologi “IKAT”

2. Untuk menjelaskan pentingnya strategi pembelajaran kontextual Teaching

Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Untuk menjelaskan tentang aktifitas belajar siswa dengan menggunakan

strategi belajar Kontextual Teaching Learning.

4. Untuk menjelaskan hubungan hasil belajar siswa dengan strategi Kontextual

Teaching Learning.

C. Problematika

Untuk meningkatkan kualitas Pendidikan penting sekali memperhatikan

pemilihan model pembelajaran yang memiliki relevansi dengan kehidupan

siswa. Oleh karena itu ada beberapa masalah yang akan penulis bahas

dalam skripsi ini yaitu :

1. Apakah pengimplementasian model pembelajaran berbasis kontekstual dapat

meningkatkan hasil belajar siswa?

2. Bagaimana proses pengimplementasian model pembelajaran kontekstual

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan problematika yang telah diuraikan di atas, maka penulis

memberikan batasan masalah sebagai ruang lingkup dari penelitian ini

adalah IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

(CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH SEKOLAH DASAR GMIM 20

MANADO.

E. Hipotesa

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis mengambil kesimpulan sementara

bahwa jika dalam proses belajar mengajar guru menerapkan strategi belajar

Kontextual Teaching Learning maka akan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa di SEKOLAH DASAR GMIM 20 MANADO.

F. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data-data yang valid mengenai judul yang penulis

angkat maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian lapangan (Field Rerearch ), penulis akan mengumpulkan data

melalui :

a. Observasi

b. Wawancara

c. Angket

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca memahami skripsi ini maka penulis

memberikan sistematika penulisan sebagai berikut :


BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

B. Tujuan Penulisan

C. Problematik

D. Batasan Masalah

E. Hipotesa

F. Metode penelitian

G. Sistematika penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian judul

A.1. Implementasi Pembelajaran

A.2. Pembelajaran

A.3. Strategi Pembelajaran

A.4. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

B. Strategi Pembelajaran Kontekstual Teaching Learning (CTL)

B.I. Latar Belakang Strategi Pembelajaran Kontekstual Teaching

Learning.

B.2. Pengertian Strategi Pembelajaran Kontekstual Teaching

Learning.

B.3. Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran Kontekstual

Teaching Learning.
B.4. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kontekstual Teaching

Learning.

B.5. Kekurangan dan Kelebihan Strategi Pembelajaran Kontekstual

Teaching Learning.

B.5.Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual Teaching Learning.

C. Faktor -faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

BAB III AREA RESEARCH

A. Sejarah beridirnya Sekolah

B. Visi dan Misi Sekolah

C. Tujuan berdirinya Sekolah

D. Struktur Organisasi Sekolah

E. Keadaan Siswa

F. Kegiatan-kegiatan Sekolah

BAB IV PEMBAHASAN

A. Strategi Pembelajaran Kontekstual Teaching Learning

B. Implementasi Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam meningkatkan hasil

belajar siswa

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


ABSENSI KONSULTASI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN JUDUL

A.1. Implementasi Pembelajaran

Implementasi secara umum adalah penerapan dari sebuah rencana

yang telah disusun secara sistematis.


1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Implementasi berarti

penerapan,pelaksanaan.Istilah implementasi dikaitkan dengan pelaksanaan

suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan tertentu.


2
Secara etimologi, pengertian implementasi menurut Kamus

Webstar yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab (2004) mendefenisikan

bahwa “ Konsep implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to

implement (mengimplementasikan ) berarti to provide the means for carrying

out ( menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu; dan to give practical

effect to (untuk menimbulkan dampak /akibat terhadap sesuatu.

Beberapa pakar ilmu implementasi memberikan defenisi tentang

implementasi sebagai berikut:

1. Menurut Donna Sampaleng dalam bukunya berjudul Aplikasi

Penelitian Evaluasi Implementasi Kebijaan Mutu Pendidikan

1
Hernita Ulfatimah, Implementasi Tabungan Baitullah Ib Hasanah Dan Variasi Akad Pada Pt. Bni Syariah
Kantor Cabang Pekanbaru, 2020, https://scholar.google.com/scholar_url?url=http://repository.uin-
suska.ac.id/28720/
&hl=en&sa=T&oi=gsb&ct=res&cd=0&d=12792351357072271577&ei=fMdeYPWCNsyMywTLrpy4Dg&scisig=AA
GBfm1fawLlNl8iiRCKoCB0A9Z61uieqg.
2
Oktaviani.J, “Tinjauan Pustaka:Pengertian Implementasi,” Sereal Untuk 51, no. 1 (2018): 51.
3
menyebutkan bahwa kata implement yang berarti

mengimplementasikan merupakan penyediaan berbagai perangkat

dalam melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau

akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebuat dilakuan untuk

menimbulkan dampak atau akibat yang dapat berupa undang

undang, peraturan pemerintah , keputusan peradilan, dan kebijakan

yang dibuat oleh Lembaga Lembaga pemerintah dalam kehidupan

kenegaraan.

2. Menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul

Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan


4
Negara (2001), bahwa implementasi adalah Tindakan Tindakan

yang dilakukan oleh individu, kelompok-kelompok, pemerintah

maupun swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

3. Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul

Implementasi Kebijakan dan Politik (2002) mengemukakan bahwa

implemetasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan

menjadi Tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi .

Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu

program.

Dari beberapa pandangan yang telah dipaparkan di atas , maka

penulis juga memberikan defenisi sendiri tentang pengertian implementasi

tersebut. Implementasi adalah suatu perealisasian sebuah rencana yang

telah diaur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Implemetasi


3
DONNA, APLIKASI PENELITIAN EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MUTU PENDIDIKAN (LPPM STT IKAT
JAKARTA, 2016).
4
Oktaviani.J, “Tinjauan Pustaka:Pengertian Implementasi.”
secara sederhana dapat dipahami sebagai hal yang terjadi setelah

ditetapkannya suatu program yang diagendakan sebelumnya untuk

mencapai tujuan tertentu.

Dalam suatu program, mengimplementasikan sebuah program

merupakan bagian yang paling sulit , karena dalam pelaksanaannya akan

diperhadapkan dengan hal yang bertolak belakang dengan konsep yang ada.

Dalam hal ini sangat diperlukan konsistensi dalam pelaksanaan suatu

program agar tujuan yang telah disepakati sebelumnya dapat dicapai secara

maksimal. Untuk itu penulis menarik kesimpulan bahwa implementasi akan

berhasil jika dilaksanakan dengan tepat, tepat dalam menetukan target,tepat

dalam menyusun strategi dan pemilihan lingkungan yang tepat dan konsisten

dalam pelaksanaan.Dengan memperhatikan hal tersebut maka dalam

pelaksanaan konsep pembelajaran dapat terlaksanan dengan maksimal.

A.2 . PEMBELAJARAN

Dalam system Pendidikan ada beberapa bagian yang sangat

penting salah satunya adalah pembelajaran. 5Istilah pembelajaran sangat

berhubungan dengan makna belajar maupun mengajar. Belajar dapat terjadi

pada semua orang , dan berlangsung sampai akhir hayat.Belajar dapat

terjadi tanpa guru, di rumah, di masyarakat, tempat ibadah maupun tempat

lainnya. Salah satu ciri orang yang belajar adalah adanya perubahan yang

terjadi dalam hal tingkah laku , attitude, tutur kata dan Bahasa maupun dalam

hal lain.

5
Parwati Ni Nyoman and Parwati, Belajar Dan Pembelajaran (DEPOK: PT GRAFINDO PERSADA, 2018).
Istilah pembelajaran berasal dari kata instruction. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, pengertian pembelajaran adalah proses atau cara

menjadikan orang atau mahluk hidup belajar.

Beberapa ahli juga mengemukakan pandangannya mengenai

pengertian pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

1. Duffy dan Rochler (1989), pembelajaran adalah suatu usaha yang

sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional

yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum ”.

2. 6Menurut Diaz Carlos (2011) pembelajaran merupakan akumulasi

dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning).

3. Menurut Syaiful Sagala (2007), pembelajaran merupakan komuniasi

dua arah , mengajar dilakukan oleh pihak guru, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik.

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian di atas, maka penulis

dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan

seorang pendidik atau orang dewasa lainnya untuk membuat peserta didik

dapat mengalami perubahan sebagai hasil dari belajar . Secara sederhana

pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik pada

suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar.Pembelajaran tidak

menitik beratkan pada materi yang di pelajari melaikan lebih fokus

bagaimana membuat perserta didik mengalami proses belajar.

Pembelajaran akan berhasil jika dalam proses belajar mengajar ada

kerjasama antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran dikatakan

6
M.Pd Mohamad syarif sumantri, STRATEGI PEMBELAJARAN (Jakarta: PT GRAFINDO PERSADA, 2015).
berhasil jika menghasilkan feedback dari peserta didik dan mengalami

perubahan dalam berbagai aspek yang diharapkan.

A.3 STRATEGI PEMBELAJARAN

Dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran guru dituntut untuk

memahami strategi pembelajaran yang akan diterapkannya. Salah satu unsur

penting yang harus dipahami oleh seorang guru adalah strategi

pembelajaran.7Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks

dengan makna yang sama. Dalamkonteks pengajaran, strategi diartikan

sebagai pola umum tindakan pendidik dan peserta didik dalam aktivitas

pembelajaran{Ruhani,2004).

8
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) strategi dapat

diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

sasaran khusus.

9
Kata trategi berasal dari bahasa latin strategia, yang diartikan sebagai

seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran

dapat diartikan sebagai pola yang di gunakan guru untuk melaksanakan

pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. 10Strategi pembelajaran

dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan

yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan( J.R. David

Sanjaya ,2009).

7
zainal aqib dan Ali Murtadlo, Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif, 1st ed. (bandung: PT
SARANA TUTORIAL NURANI SEJAHTERA, 2016).
8
B A B Ii, A Strategi Pembelajaran, and Pengertian Strategi Pembelajaran, “KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA
PEMIKIRAN” (2003): 9–27.
9
W sri Anitah, “Strategi Pembelajaran Tarannum,” Gadis (2013): 15–75.
10
zainal aqib dan Ali Murtadlo, Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif.
Beberapa ahli juga memberikan pandangan tentang Strategi

Pembelajaran antara lain sebagai berikut;

1. Frelberg dan Driscol (1992) berpendapat bahwa strategi

pembelajaran merupakan metode yang dapat digunakan untuk

mencapai berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada

berbagai tingkatan, untuk siswa yang berbeda dalam konteks yang

berbeda pula.

2. Gerlack dan Ely (1980) berpendapat bahwa strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi

pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu meliputi

sifat,lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan

pengalaman belajar kepada siswa.

3. Dirk dan Carey( 1996) berpendapat bahwa strategi pembelajaran

tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melaikan juga

termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran digunakan

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dari beberapa pandangan di atas maka penulis juga memberikan

kesimpulan bahwa strategi pembelajaran merupakan upaya,pola atau cara

yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya

terdapat tujuan yang ingin di capai. Di dalam pelaksanaannya guru harus

memastikan siswa dapat terlibat aktif dan tidak di dominasi oleh guru saja

agar proses belajar mengajar dapat berjalan maksimal dan tujuan dari

pembelajaran juga dapat di capai secara maksimal.

A.4.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa


Meningkatkan hasil belajar siswa adalah tujuan dari proses belajar

mengajar.11Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari kata

meningkatkan adalah proses,cara ,pembuatan,usaha dan

sebagainya.Dengan kata lain meningkatka adalah usaha untuk

menambah,memajukan,penambahan keterampilan dan kemampuan agar

lebih baik lagi.

Arti meningkatkan yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah

meningkatkan hasil belajar siswa.Di dalam mengajar seorang guru harus

mengetahui apa yang harus di capai dalam mengajar. Secara umum hasil

belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri si pelajar dalam berbagai

aspek, baik aspek efektif,kognitif dan psikomotorik. 12 Hasil belajar terdiri dari

du akata yaitu hasil dan belajar.Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia(KBBI) hasil memliki beberapa arti yaitu; sesuatu yang di adakan

oleh usaha,pendapatan,perolehan,buah, sedangkan belajar adalah

perubahantingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Hasil belajar merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam belajar. Sedangkan siswa merupakan pribadi yang

sedang belajar.

13
Beberapa ahli memberikan pandangan tentang hasil belajar yaitu

sebagai berikut;

11
James J Heckman, Rodrigo Pinto, and Peter A. Savelyev, “済無 No Title No Title No Title,” Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952. (1967): 1–32.
12
mardianto, “Kajian Hasil Belajar,” Psikologi Pendidikan (2012): 39–40,
http://repository.uinsu.ac.id/408/5/BAB II.pdf.
13
Ni Nyoman and Parwati, Belajar Dan Pembelajaran.
1. Sudjana (2009) mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu perbuatan

tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Dimyati dan Mudjiono (2006) memandang hasil belajar sebagai suatu

interaksi antara pembelajar dan tindakan mengajar.

Dari beberapa pandangan di atas maka penulis menyimpulkan

bahwa meningkatkan hasil belajar siswa merupakan tujuan dalam dunia

pendidikan. Meningkatkan hasil belajar siswa adalah upaya yang dilakukan

seorang pendidik untuk meningkatkan kemampuan siswa yang membawa

perubahan yang lebih baik mencakup aspek afektik,kognitif dan psikomotorik.


14
Di Indonesia dan beberapa negara lainnya , hasil belajar

dinyatakan dalam klasifikasi yang di kembangkan oleh Bloom dan kawan-

kawannya. Bloom membagi hasil belajar dalam tiga ranah hasil, yaitu

kognitif,afektif dan psikomotorik.Pembagian ini disebut dengan istilah

Taksonomi Bloom.

1). Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir

seseorang.Dalam Taksonomi Bloom yang dikembangkan pada tahun 1956

dikenal ada enam jenjang ranah kognitif yaitu pengetahuan

(mengingat ,menghafal dan menyebut),pemahaman

(menerangkan,menjelaskan dan

merangkum),penerapan(menghitung,membuktikan,melengkapi),analisis

(memilih,membedakan,membagi),sintesis(merangkai,merancang,mengatur)d

an evalusi (mengkritik,menilai,menafsirkan).

2)Ranah afektif berhubungan dengan

minat,perhatian,sikap,emosi,penghargaan,proses,internalisasi dan

14
Ibid.
pembentukan kharakteristik diri.Krathwohl,Bloom,dan Masia(1964)membagi

ranah afektif dalam lima jenjang yaitu sebagai berikut;

 Penerimaan (receiving) adalah pembuka alat indra seseorang

terhadap dunia luar.

 Penaggapan(Responding) adalah jenjang yang menerima stimulus

dan juga memberikan reaksi atau jawaban terhadap stimulus tersebut.

 Penghargaan (valuing) pada jenjang ini aktivitas efektif lebih tinggi dari

jenjang penanggapan.

 Pengorganisasian(Organization) terjadi apabila seorang berada dalam

situasi dimana terdapat lebih dari satu nilai dan sikap.

 Penjatidirian( Characterization) Dalam jenjang ini nilai sikap sudah

menjadi milik seseorang.

3). Ranah Psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau

manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis namun

dikendalikan oleh kemampuan psikologis. Adapun tingkatan ranah

psikomotor antara lain; persepsi,kesiapan,respons

terpimpin,mekanisme,respons tampak yang kompleks,penyesuaian,dan

penciptaan.

Hasil belajar dapat dikatakan meningkat apabila mencakup semua

ranah di atas.Pencapaian hasil belajar yang maksimal apabila menghasilkan

perubahan yang baik dalam ranah afektif,kognitif dan psikomotorik.

B. STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

LEARNING(CTL)
B.1. Latar Belakang Strategi Pembelajaran Kontextual Teaching

Learning(CTL)

15
Pembelajaran kontekstual(Contextual Teaching Learning) secara

filosofis banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas

oleh Mark Baldwin dan selanjudnya dikembangkan oleh Jean Pieget.

Pandangan filsafat konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan

mempengaruhi konsep tentang proses belajar,bahwa belajar bukanlah

sekedar menghafal , tetapi proses mengonstruksi pengetahuan melalui

pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti

guru, tetapi hasil dari proses mengonstruksi yang dilakukan setiap

individu.Menurut pieget, manusia tumbuh,beradaptasi,dan berubah melalui

perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan

sosioemosional,dan perkembangan kornitif. Perkembangan korgnitif

bergantung kepada kemampuan anak memanipulasi dan aktif dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut pieget (depdiknas 2004) ada

tiga aspek perkembangan intelektual yaitu struktur,isi dan fungsi. Struktur

merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang terbentuk pada individu

ketika sedang berinteraksi dengan lingkungannya. Isi merupakan pola

perilaku khas anak yang tercermin pada responnya terhadap situasi yang

dihadapi. Sedangkan fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk

membuat kemajuan intelektual. Sejak kecil setiap orang sudah memiliki

struktur kognitif yang dinamakan skemata, yang terbentuk karena

pengalaman. Semakin dewasa seseorang maka semakin dewasalah

skemata yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skemata dilakukan melalui

15
Ahmad Suriansyah, STRATEGI PEMBELAJARAN (PT GRAFINDO PERSADA, 2014).
proses asimilasi dan akomodasi, asimilasi adalah proses penyempurnaan

skemata sedangkan akomodasi adalah proses mengubah skemata yang

sudah ada hingga terbentuk skemata baru.Semua proses asimilasi dan

akomodasi terbentuk dari pengalaman siswa. Sebelum seseorang mampu

menyusun skemata baru , ia akan diperhadapkan pada posisi ketidak

seimbanganyang akan mengganggu psikologisnya.Ketika skemata sudah

disempurnakan atau telah berhasil membentuk skemata baru, maka akan

kembali ke posisi seimbang dan akan diperhadapkan dengan pengalaman

baru. Pandangan Pieget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu

terbentuk dalam struktur kognitif anak sangat berpengaruh terhadap

beberapa model pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran

kontekstual.Menurut pembelajaran kontekstual pengetahuan itu akan lebih

bermakna ketika ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

16
Dipandang dari sudut psikologis , CTL berpijak pada aliran

psikologis kognitif,sesuai dengan filsafat yang mendasarinya. Bahwa

pengetahuan terbentuk karena peran aktif subyek.Menurut pandangan

psikologi kognitif proses belajar terjadi karena interaksi individu dan

lingkungan. Belajar melibatkan proses mental yang tidak kelihatan seperti

emosi,minat,motivasi,dan pengalaman.

Dari latar belakang yang mendasarinya maka terdapat beberapa hal

yang harus dipahami tentang belajar kontekstual (sanjaya 2008).

 Belajar bukan menghafal,akan tetapi proses mengonstruksi

pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.

16
Ibid.
 Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta .Pengetahuan pada

dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami sehingga

dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola

pola perilaku,bertindak,berfikir manusia,kemampuan memecahkan

masalah termasuk penampilan seseorang.

 Belajar adalah proses pemecahan masalah.

 Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara

bertahap dari yang sederhana menuju hal kompleks.

 Belajar pada dasarnya adalah menangkap pengetahuan dari

kenyataan.

B.2. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)

17
Proses pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada

pemprosesan informasi,individualisasi,dan interaksi sosial. Pembelajaran

kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman nyata.

Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan proses

pembelajaran holistik yang bertujuan membantu siswa untuk memahami

makna materi ajar dengan mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-

hari sehingga siswa memiliki pengetahuan yang dinamis dan fleksibel untuk

mengonstruksi sendiri secara aktif tentang apa yang dipahaminya.

18
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

17
Mohamad syarif sumantri, STRATEGI PEMBELAJARAN.
18
Eveline. siregar, Teori Belajar Dan Pembelajaran, ed. Asep Jamaludin, 4th ed. (Bogor: Ghalia Indonesia,
2015).
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya

sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

19
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajarn

yang menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam proses

pembelajaran agar dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan sehari-hari dan membantu

mendorong siswa agar dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari

dalam kehidupan mereka. Ada tiga hal yang harus ditekankan dalam

pembelajaran kontekstual yaitu sebagai berikut;

 Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan

siswa untuk menemukan materi, proses pembelajaran kontekstual

tidak mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran semata

melainkan mendorong siswa mampu mencari dan menemukan sendiri

materi pelajaran.

 Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk menemukan dan

menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata.

 Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkan

materi yang di pelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.


20
Beberapa ahli juga memberi pandangan tentang pengertian

pembelajaran kontekstual antara lain sebagai berikut;

 Susdiyanto,Saat dan Ahmad (2009) pembelajaran kontekstual adalah

proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan

pengetahuan yang sudah ada , dalam arti bahwa apa yang akan

19
Suriansyah, STRATEGI PEMBELAJARAN.
20
Mohamad syarif sumantri, STRATEGI PEMBELAJARAN.
dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari,

sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah

pengetahuan yang utuh yang berkaitan satu sama lain.

 Sumiati dan Asra (2009) mengemukakan pembelajaran kontekstual

merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi

materi pembelajaran yang dipelajari yakni dengan melakukan suatu

pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengaplikasikan apa yang di peroleh di kelas.

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru

untuk membantu siswa tidak hanya menerima materi begitu saja tetapi

membantu siswa agar dapat memahami materi dan mengaitkannya dengan

kehidupan sehari-hari. Siswa harus mengerti apa relevansi dari apa yang

dipelajari di sekolah dengan kehidupan nyata setiap siswa”.

B.3. KOMPONEN –KOMPONEN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Dalam pembelajaran kontekstual ada beberapa komponen utama

pembelajaran efektif yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran kontekstual.

Komponen komponen pembelajaran kontekstual antara lain sebagai berikut;


21
a. Konstruktivisme

1. Membangun pemahaman mereka sendiri dari

pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal.

2. Pembelajaran harus dikemas melalui proses

mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.

21
abdul Kadir, “Konsep Pembelajaran Kontekstual Di Sekolah,” Dinamika Ilmu 13, no. 1 (2013): 17–38,
http://journal.iain-samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/20.
b. Inquiry

1. Proses perubahan dari pengamatan menjadi

pemahaman.

2. Siswa belajar berfikir kritis.

c. Questioning

1. “22Kegiatan guru untuk mendorong ,membimbing dan

menilai kemampuan berfikir siswa.

2. Kegiatan siswa untuk menanyakan hal yang belum

dipahami untuk menambah wawasan baru.

d. Learning Community

1. Sekelompok orang yang bergabung dalam kegiatan

belajar.

2. Belajar bersama lebih baik daripada belajar sendiri.

3. Berbagi pengalaman.

4. Berbagi ide.

e. Modellling (pemodelan)

1. Memberi contoh agar orang lain dapat berfikir,bekerja

dan belajar.

2. Guru mengerjakan hal yang diinginkan sebagai

teladan agar siswa juga mengerjakannya.

f. Reflection (Refleksi) yaitu berfikir tentang apa yang dipelajari

sebelumnya, mencatat apa yang telah dipelajari selanjudnya

membuat jurnal,dan diskusi kelompok.

g. Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya) yaitu

mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa,penilaian


22
Ibid.
kinerja dan penilaian tugas-tugas yang relevan dan

kontekstual.

B.4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual


23
Pembelajaran kontekstual menurut Muslich mempunyai

kharakteristik sebagai berikut;

1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu

pembelajaran yang dipusatkan pada ketercapaian keterampilan dalam

konteks kehidupan nyata.

2. Pembelajaran kontekstual memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.

3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman yang

bermakna.

4. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui kerja kelompok,diskusi

dan saling mengkritisi antar teman.

5. Pelaksanaan pembelajaran secara aktif,produktif,kreatif dan

mementingkan kerja sama.

6. Pelaksanaan pembelajaran dalam situasi yang menyenangkan”.

B.5. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Kontekstual

Setiap pendekatan selalu memiliki kekurangan dan kelebihannya

masing masing. Begitupun dengan pembelajaran kontekstual, adapun

kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran kontekstual sebagi berikut;

1. Kelebihan Pembelajaran Kontekstual

23
Masnur Muslish, Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual (Jakarta: BUMI AKSARA, 2009).
24
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terus maju

sesuai dengan potensi yang dimiliki dan mendorong siswa

terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

 Mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif dalam memahami

suatu materi dan memecahkan masalah.

 Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

 Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak

ditentukan oleh guru.

 Proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan tidak

membosankan.

 Mendorong siswa lebih aktif dalam kelompok.

 Terbentuk sikap kerjasama yang baik antar anggota kelompok.

25
 Pembelajaran lebih rill, artinya peserta didik dituntut untuk

dapat menghubungkan antara materi dengan dunia nyata.

 Pembelajaran lebih produktif.

2. Kekurangan Pembelajaran Kontekstual


26
 Dalam pemilihan materi di kelas di dasarkan pada kebutuhan

siswa , sementara di dalam kelas kemampuan siswa berbeda-

beda sehingga guru sulit menentukan materi ajar karena

tingkat pencapaian siswa tidak sama.

 Membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses belajar

mengajar.

24
Mohamad syarif sumantri, STRATEGI PEMBELAJARAN.
25
Erik Santoso, “Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Matematika Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal Cakrawala Pendas 3, no. 1 (2017).
26
Mohamad syarif sumantri, STRATEGI PEMBELAJARAN.
 Menimbulkan rasa percaya diri bagi siswa karena dalam

pembelajaran kontekstual akan tampak jelas siswa yang

memiliki tingkat kemampuan tinggi dan kurang.

 Pengetahuan yang di dapat oleh setiap siswa berbeda-beda

 Peran guru tidak tanpak terlalu penting lagi karena dalam model

pembelajaran kontekstual guru berperan sebagai pengarah dan

pembimbing.

 Tidak semua siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri

dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan

pembelajaran kontekstual.

B.6. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan

dalam proses belajar mengajar,guru harus memahami bagaimana

penerapannya.

27
Beberapa pendekatan pembelajaran kontekstual menurut

Saliman,sebagi berikut;

1. Problem-Based-Learning yaitu pendekatan yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar berpikir kritis dan memecahkan masalah dalam rangka

memperoleh ilmu dan konsep yang berkaitan dengan materi

pelajaran.

2. Authentic Instruction, yaitu pendekatan yang membantu siswa unruk

belajar bermakna melalui pengembangan keterampilan berpikir dan

pemecahan masalah dala konteks dunia nyata.


27
Kadir, “Konsep Pembelajaran Kontekstual Di Sekolah.”
3. Inquiry-Based Learning, adalah pendekatan yang mengikuti

metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran

bermakna..

4. Project-Based Learning adalam pendekatan yang membantu siswa

bekerja mandiri dalam menemukan hal hal baru dari apa yang

dipelajarinya dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.

5. Work-Based Learning adalah pendekatan yang memungkinkan

siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari

materi ajar dan menerapkannya dalam dunia kerja.

6. Service Learning, adalah pendekatan yang menyajikan suatu

penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai

keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui

tugas dan kegiatan lainnya.

7. Cooperatif Learning, yaitu pendekatan yang menggunakan

kelompok kecil siswa untuk bekerjasama memaksimalkan kondisi

belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.


28
Sagala(2009) dan Riyanto(2010) juga menguraikan langkah

langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut;

1. Pembelajaran berbasis masalah yaitu dengan memunculkan

masalah yang dighadapi bersama, siswa ditantang untuk

berpikir kritis untuk memecahkan masalah tersebut.

2. Menggunakan konteks yang beragam, dalam pembelajaran

kontekstual guru memberikan beragam konteks agar makna

yang diperoleh siswa lebih berkualitas.

28
Mohamad syarif sumantri, STRATEGI PEMBELAJARAN.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa, guru mengayomi

dan meyakini bahwa perbedaan diberi makna menjadi mesin

penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi

untuk mewujudkan keterampilan interpersonal.

4. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri; pendidikan

formal merupakan wadah bagi siswa untuk menguasai cara

belajar untuk belajar mandiri di kemudian hari.Belajar


29
melalui kolaborasi, dalam setiap kolaborasi selalu ada

siswa yang menonjol dibanding yang lainnya dan siswa yang

menonjol ini dapat dijadikan fasilitator dalam kelompoknya.

5. Menggunakan penilaian authentik, penilaian authentik

menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung terpada dan

kontekstual yang memberi kesempatan kepada siswa untuk

terus mau dengan potensi yang dimilikinya.

6. Mengejar standar tinggi, setiap sekolah menetukan

kompetensi kelulusan dari waktu ke waktu terus


30
ditingkatkan dan juga sekolah hendaknya melakukan study

banding ke berbagai sekolah lainnya.

Berdasarkan Center for Occupational Research and Development

(CORD) penerapan model pembelajaran kontekstual dapat digambarkan

sebagai berikut.

1. Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman

kehidupan nyata.Konteks merupakan kerangka yang

29
Ibid.
30
Suriansyah, STRATEGI PEMBELAJARAN.
dirancang oleh guru untuk membantu siswa agar dapat

belajar bermakna.

2. Experiencing, belajar adalah kegiatan mengalami, siswa

berproses secara aktif dengan apa yang dipelajari dan

berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,

berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa

yang dipelajarinya.

3. Applying,belajar menekankan pengetahuan yang dimiliki

dalam konteks dan pemanfaatannya.

4. Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan

kooperatif melalui belajar berkelompok,komunikasi

interpersonal, atau hubungan intersubjektif.

5. Transfering, belajar menekankan pada terwujudnya

kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi dan

konteks baru.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Tujuan utama dari proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan

hasil belajar.31Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan

hasil belajar pada setiap individu yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar(eksternal).Adapun faktor

internal meliputi dua hal yaitu faktor psikologi dan fisiologi. Faktor fisiologi

meliputi kondisi fisik dan kondisi panca indera sedangkan faktor psikologi

meliputi bakat, minat kecerdasan,motifasi dan kemampuan kognitif. Hal hal

tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

31
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 23rd ed. (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2007).
32
Faktor internal dan eksternal adalah hal yang sangat mempengaruhi

hasil belajar setiap individu.Pengaruh dan kaitan dengan hasil belajar dari

kedua faktor tersebut dapat terlihat dari pemapakaran berikut;

a. Faktor intern

Faktor unternal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang

yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang.Faktor

internal meliputi faktor fisiologis,psikologis dan kelelahan. Faktor

fisiologis meliputi kondisi fisik seseorang (keadaan jasmani dan fungsi

jasmani). Kondisi fisik yang sehat akan memberikan pengaruh positif

terhadap proses belajar individu, begitupun sebaliknya ketika keadaan

ffisik lemah dapat menghambat tercapainya hasil belajar secara

maksimal.Selanjudnya fungsi dari jasmani , selama proses belajar

mengajar fungsi fisiologi tubuh sangat berperan dan memengaruhi


33
hasil belajar terutama pancaindera. Ketika pancaindra berfungsi

dengan baik maka akan mempermudah kegiatan belajar.Baik guru

maupun siswa perlu menjaga kesehatan pancaindra dengan baik ,

baik secara preventif maupun kuraif dengan menyediakan sarana

yang memenuhi persyaratan,memeriksa kesehatan fungsi mata dan

telinga secara berkala,mengonsumsi makanan sehat dan sebagainya.

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis individu yang dapat

memengaruhi proses belajar individu.Adapun faktor psikologis yang

memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan

siswa,motivasi,minat,sikap,bakat dan percaya diri.

a. Kecerdasan/inteligensi siswa

32
Ni Nyoman and Parwati, Belajar Dan Pembelajaran.
33
Ibid.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting

dalam proses belajar siswa, semakin tinggi tingkat kecerdasan

seseorang semakin besar peluang individu untuk sukses dalam

belajar begitupun sebaliknya , semakin rendah tingkat

kecerdasan individu semakin sulit individu tersebut sukses

dalam belajar.Pengetahuan dan pemahaman tentang tingkat

kecerdasan harus dikuasai oleh seorang guru maupun calon

guru agar dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya dan

dapat menjadi pembimbing yang baik bagi peserta didik.

b. Motivasi

Motivasi dapat mendorong seseorang dalam melakukan

sesuatu termasuk belajar.Oleh karena itu motivasi sangat


34
penting memberikan keefektifan dalam kegiatan belajar

individu. Motivasi terbagi atas dua yaitu motivasi intrinsik dan

ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal

dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu.Dalam proses

belajar motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif

karena motivasi ini tidak tergantung pada motivasi dari luar.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari

luar diri individu namun memberi pengaruh bagi individu untuk

belajar, seperti pujian,peraturan,teladan dari orang tua dan lain

sebagainya.

c. Minat

Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi karena

memberi pengaruh terhadap kegiatan belajar. Ketika seseorang


34
Ibid.
tidak memiliki minat untuk belajar ia tidak akan semangat

bahkan tidak mau belajar.Untuk itu guru maupun pembimbing

perlu membangkitkan minat pada peserta didik agar tertarik

pada materi pelajaran yang dipelajarinya.

d. Sikap

Di dalam proses belajar mengajar, sikap individu sangat

memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.Sikap siswa

dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang dan

tidak senang pada guru,pelajaran maupun lingkungan

sekitarnya.Untuk itu guru harus aktif dan profesional


35
dibidangnya agar dapat memberikan yang terbaik sehingga

dalam proses pembelajaran dapat berjalan tidak kaku dan

tujuan dapat tercapai secara maksimal.

e. Bakat

Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk

melakukan tugas tertentu tanpa tergantung pada upaya

pendidikan dan pelatihan.

f. Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri timbul dari pengakuan dari lingkungan.

Semakin sering seseorang berhasil menyelesaikan tugas

maupun prestasi, maka kan memperoleh pengakuan umum.Bila

rasa percaya diri sangat kuat,membuat seseorang tidak takut

untuk melakukan sesutu, begitupun sebaliknya bila rasa tidak

percaya diri sangat kuat, dikhawatirkan seseorang menjadi

takut untuk belajar.


35
Ibid.
Selanjudnya faktor kelelahan, dapat dibagi menjadi dua yaitu

kelelahan rohani dan jasmani. Faktor jasmani dapat terlihat dari lemahnya

tubuh dan kecenderungan untuk berbaring dan beristrahat.Sedangkan

kelelahan rohani dapat terlihat dengan adanya kebosanan sehingga minat

dan dorongan untuk melakukan sesuatu hilang. Hal ini juga dapat

menghambat keberhasilan seseorang dalam belajar.

b. Faktor Ekstern
36
Menurut Ahmadi (2013:138) yang termasuk dalam faktor eksternal

yaitu faktor sosial(terdiri atas lingkungan keluarga,lingkungan sekolah,dan

lingkungan masyarakat),faktor budaya(adat istiadat,ilmu

pengetahuan,teknologi dan kesenian), dan faktor lingkungan fisik (fasilitas

rumah,fasilitas belajar dan iklim).


37
Syah (2003) menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang

mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor keluarga,sekolah dan

masyarakat.

1. Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga mulai

dari cara orang tua mendidik,relasi antar anggota

keluarga,suasana rumah keluarga dan keadaan ekonomi

keluarga.Cara orang tua mendidik anaknya sangat berpengaruh

terhadap belajar anak.Oleh karena itu orang tua harus bijak dalam

mendidik anak bukan semata-mata menyayangi dan

memanjakannya tanpa memikirkan masa depan anaknya.

Keharmonisan dalam keluarga juga sangat berpengaruh terhadap

36
Binti Maemunah, “Psikologi Pendidikan by Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. (z-Lib.Org).Pdf,” 2014.
37
Ni Nyoman and Parwati, Belajar Dan Pembelajaran.
hasil belajar anak. Apabila keharmonisan antar anggota keluarga

terjaga memberikan sumbangsih positif terhadap peserta didik

dalam belajar.Kebutuhan pokok anak yang sedang belajar harus

menjadi perhatian dan juga anak didik memerlukan fasilitas belajar

karena akan menunjang keberhasilan belajarnya.

2. Faktor Sekolah

Faktor yang mempengaruhi belajar dari sisi sekolah antara lain

kurikulum yang digunakan,hubungan guru dengan peserta

didik,hubungan peserta didik dengan sesama peserta didik,metode

mengajar yang diterapkan guru,peraturan,tugas,fasilitas.Hal-hal

tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah.

3. Faktor Masyarakat

Keberadaan siswa di tengah masyarakat yang tidak bisa dipungkiri

sangat berpengaruh terhadap belar siswa. Pengaruh tersebut

antara lain; kegiatan siswa dalam bermasyarakat,media,teman

bergaul,bentuk kehidupan masyarakat. Hal hal tersebut sangat

berpengaruh terhadap prestasi belajar individu. Pergaulan yang

buruk merusak kebiasaan yang baik. Jadi ketika seseorang salah

memilih pergaulan dalam masyarakat maka akan memberi dampak

negatif kepada kegiatan belajarnya.Begitupun sebaliknya apabila

seseorang bijak dalam memilih pergaulan maka akan menjadi

faktor pendukung dalam aktifitas belajarnya.

You might also like