Professional Documents
Culture Documents
Tanpa Judul
Tanpa Judul
Oleh:
Inka Putri Kosita G4A019004
Pembimbing Lapangan:
dr. Tulus Budi Purwanto
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Pembimbing Lapangan
A. Latar Belakang
HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan kesehatan reproduksi
terutama kelompok perempuan. Kerentanan perempuan dan remaja putri untuk tertular
umumnya karena kurangnya pengetahuan dan informasi tentang HIV dan AIDS ataupun
kurangnya akses untuk mendapatkan layanan pencegahan HIV (Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan RI, 2008).
Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO) mengumumkan 34 juta orang
di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar dari mereka hidup
dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO terbaru juga menunjukkan
peningkatan jumlah pengidap HIV yang mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat
9,7 juta orang, angka ini meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu
dekade sebelumnya (WHO, 2013). Berdasarkan jenis kelamin kasus tertinggi HIV dan
AIDS di Afrika adalah penderita dengan jenis kelamin perempuan hingga mencapai
81,7% terutama pada kelompok perempuan janda pada usia 60-69 tahun dengan
persentase paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok beresiko lainnya (Boon,
2009).
Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2014, kasus HIV dan AIDS
di Indonesia dalam triwulan bulan Juli sampai dengan September tercatat kasus HIV
7.335, kasus sedangkan kasus AIDS 176 kasus. Estimasi dan proyeksi jumlah Orang
Dengan HIV dan AIDS (ODHA) menurut populasi beresiko dimana jumlah ODHA di
populasi wanita resiko rendah mengalami peningkatan dari 190.349 kasus pada tahun
2011 menjadi 279.276 kasus di tahun 2016 (Kemenkes RI, 2013).
Dilihat dari prevalensi HIV berdasarkan populasi beresiko Wanita Pekerja Seks
Tidak Langsung (WPSTL) di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 4,0% kemudian pada
tahun 2009-2013 mengalami penurunan dari 3,1% menjadi 2,6% pada tahun 2011, turun
kembali menjadi 1,5% pada tahun 2013 (STBP, 2013). Meningkatnya jumlah kasus HIV
dan AIDS di Jawa Tengah tahun 2011 dan 2012 peringkat ke-6, tahun 2013 peringkat ke-
5 dan di tahun 2014 peringkat ke-4 dari 10 Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Sumatra Utara, Sulauwesi Selatan, Banten dan
Kalimatan Barat dengan kasus HIV dan AIDS terbanyak bulan Januari-Desember.
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 ditemukan kasus HIV dan AIDS sebanyak 2.498
kasus, dengan perincian kasus HIV 2.069 orang dan AIDS 428 orang. Berdasarkan jenis
kelamin laki-laki mencapai 61,48% dan perempuan 38,52%. Dilihat dari distribusi kasus
AIDS berdasarkan jenis pekerjaan, IRT dengan HIV dan AIDS dalam beberapa tahun
terakhir meningkat mencapai 18,4% dan menduduki peringkat ke-2 (KPAN, 2014).
Salah satu program yang dilakukan sejak 2012 adalah kampanye Aku Bangga Aku
Tahu dengan topik HIV/AIDS kepada usia 15-24 tahun. Usia 15-24 tahun merupakan
usia yang rentang terinfeksi HIV, hasil riset menyatakan bahwa pada rentang usia
tersebut pengetahuan mengenai HIV/AIDS masih kurang.
Puskesmas Wangon I merupakan FKTP yang bertanggung jawab atas kesehatan
masyarakat Kecamatan Wangon. Kecamatan Wangon menjadi salah satu zona merah
rawan HIV/AIDS di Kabupaten Banyumas, hal ini dibuktikan dengan peningkatan
prevalensi penderita HIV/AIDS dan kasus kematian akibat AIDS yang tinggi. HIV/AIDS
menjadi perhatian khusus bagi Puskesmas Wangon I untuk melakukan pencegahan dan
pengendalian terhadap HIV/AIDS di daerah jangkauan kerja dengan membuat program-
program kerja dan melakukan aksi. Program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS
yang dilaksanakan oleh Puskesmas Wangon I juga memerlukan evaluasi agar program
bejalan dengan optimal.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana permasalahan pada cakupan peningkatan edukasi mengenai HIV/AIDS di
Puskesmas Wangon 1?
2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah pada cakupan peningkatan edukasi
mengenai HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1?
C. Tujuan masalah
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menganalisa masalah program kesehatan serta
memberikan rencana alternatif pemecahan masalah kesehatan di Puskesmas Wangon I
terkait cakupan peningkatan edukasi mengenai HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cakupan peningkatan edukasi mengenai HIV/AIDS di
Puskesmas Wangon 1.
b. Mengetahui pelaksanaan dan kebehasilan Program Peningkatan
Pengetahuan mengenai HIV/AIDS dalam rangka Pencegahan dan
Pengendalian HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1.
c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pelaksanaan Program Peningkatan
Pengetahuan mengenai HIV/AIDS dalam rangka Pencegahan dan
Pengendalian HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1.
d. Mengetahui alternatif pemecahan masalah pada cakupan peningkatan
edukasi mengenai HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1.
D. Manfaat masalah
1. Manfaat Praktis.
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang
program kerja pengendalian HIV/AIDS dalam melakukan evaluasi kinerja
Program Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS di Puskesmas Wangon
1.
b. Sebagai bahan untuk perbaikan program program pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan
mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan individu pada
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Wangon 1.
c. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan cakupan
Program Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS di Puskesmas Wangon
1.
2. Manfaat Teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang
membutuhkan.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permasalahan kesehatan pada program pokok puskesmas.
II. ANALISIS SITUASI
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I tahun 2015-2018
dari data statistik Kecamatan Wangon, Pada Tahun 2018 jumlah penduduk
tertinggi terdapat di Desa Klapagading Kulon yaitu 11.899 jiwa. Sedangkan
jumlah penduduk terendah ada pada Desa Banteran yaitu sebanyak 5524 jiwa.
Jumlah penduduk keseluran adalah 60405 jiwa.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wangon I tahun 2018 Desa
Klapagading Kulon memiliki kepadatan penduduk tertinggi yakni 3390 jiwa per
km², sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat pada Desa Rawaheng
sebesar 574 jiwa per km².
c. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Tahun 2018 Desa Klapagading Kulon merupakan desa dengan jumlah
penduduk terbanyak di wilayah Puskesmas Wangon I dengan jumlah laki-laki
5987 jiwa dan perempuan sebanyak 5912 jiwa.
d. Kelompok Usia
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5 -9
0 -4
-3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000
Usia 15-24 tahun yang mendapat penyuluhan Usia 15-24 tahun yang belum mendapat penyuluhan
Selain jumlah peserta yang hadir pada penyuluhan, output lain dari
penyuluhan yaitu peningkatan pemahaman mengenai HIV/AIDS. Berdasarkan data
dibawah, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan rerata pretest dan posttest pada
setiap penyuluhan.
Jumlah
Bulan Tempat Pelaksaan Pretest Posttest Keterangan
Peserta
Januari Desa Wangon 40 65 90 Naik
Februari Desa Klapagading 40 65 90 Naik
SMA N WANGON 260 75 85 Naik
SMP PGRI Wangon 122 65 70 Naik
SMK Bunda Satria 571 70 75 Naik
SMK Sriwijaya 135 70 80 Naik
SMP Diponegoro 107 65 75 Naik
Juli SMK Maarif NU 412 65 75 Naik
SMP N 1 Wangon 218 70 75 Naik
SMPN 2 Wangon 228 70 75 Naik
Mts Muhamadiyah 68 65 75 Naik
SMP Muhammadiyah 50 70 75 Naik
SMP Ma'arif NU 232 65 75 Naik
Novembe SMA N 1 Wangon 90 75 90 Naik
r Balai Desa Klapagading
Kulon 90 70 90 Naik
Diskusi Online 44 75 95 Naik
4. Outcome
Kebijakan pengendalian HIV-AIDS mengacu pada kebijakan global Getting
To Zeros, yaitu (Kemenkes RI, 2016):
a. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV
b. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan
yang berkaitan dengan AIDS
c. Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA
Prevalensi kejadian HIV di Puskemas Wangon 1 adalah sebagai berikut:
4
3
2
1
0
2015 2016 2017 2018 2019
A. Kesimpulan
1. Cakupan peningkatan pengetahuan mengenai HIV/AIDS di Puskesmas
Wangon 1 di tahun 2019 ini masih memenuhi target. Target yang
dicanangkan pemerintah dalam pedoman Pengendalian HIV/AIDS yaitu
95% dari penduduk berusia 15-24 tahun, namun di Puskesmas Wangon 1
pada tahun 2019, hanya 29,2% warga yang sudah mendapat penyuluhan.
2. Beberapa permasalahan yang berasal dari faktor internal yaitu kurangnya
media untuk edukasi yang terbatas, sasaran penyuluhan yang masih
terbatas, cakupan pelaksanaan yang kurang, serta masalah pendataan.
3. Permasalahan yang berasal dari faktor eksternal yaitu kurangnya
partisipasi aktif dan kepedulian dari warga dan kader untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatannya.
B. Saran
1. Puskesmas dapat meningkatkan kerjasama dengan desa melalui forum
kesehatan desa dan karang taruna tiap RW.
2. Meningkatkan kerjasama dengan pihak sekolah dalam melasanakan
penyuluhan
3. Mengadakan pertemuan rutin dengan kader WPA untuk dilakukan binaan
pemberian materi penyuluhan serta membuat timeline kerja agar WPA
dapat melakukan penyuluhan secara mandiri di tingkat desa atau RW.
4. Memberikan pelatihan kepada perwakilan sekolah yang menjadi kader
kesehatan sehingga mampu mengedukasi teman-teman sebayanya di
sekolah.
5. Mencetak dan memperbanyak media edukatif seperti leaflet, poster,
spanduk dan ditempatkan di tempat yang strategis untuk meningkatkan
kepedulian dan pengetahuan warga seperti di balai RW, balai desa,
posyandu
DAFTAR PUSTAKA