You are on page 1of 24

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

CAKUPAN PENINGKATAN EDUKASI MENGENAI


HIV/AIDS DI PUSKESMAS WANGON I

Oleh:
Inka Putri Kosita G4A019004

Pembimbing Lapangan:
dr. Tulus Budi Purwanto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI CAKUPAN PENINGKATAN EDUKASI MENGENAI


HIV/AIDS DI PUSKESMAS WANGON I

Oleh:

Inka Putri Kosita G4A019004

Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Telah diterima dan disahkan


Pada Desember 2019

Pembimbing Lapangan

dr. Tulus Budi Purwanto


NIP. 19820327 200903 1 006
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan kesehatan reproduksi
terutama kelompok perempuan. Kerentanan perempuan dan remaja putri untuk tertular
umumnya karena kurangnya pengetahuan dan informasi tentang HIV dan AIDS ataupun
kurangnya akses untuk mendapatkan layanan pencegahan HIV (Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan RI, 2008).
Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO) mengumumkan 34 juta orang
di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar dari mereka hidup
dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO terbaru juga menunjukkan
peningkatan jumlah pengidap HIV yang mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat
9,7 juta orang, angka ini meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu
dekade sebelumnya (WHO, 2013). Berdasarkan jenis kelamin kasus tertinggi HIV dan
AIDS di Afrika adalah penderita dengan jenis kelamin perempuan hingga mencapai
81,7% terutama pada kelompok perempuan janda pada usia 60-69 tahun dengan
persentase paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok beresiko lainnya (Boon,
2009).
Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2014, kasus HIV dan AIDS
di Indonesia dalam triwulan bulan Juli sampai dengan September tercatat kasus HIV
7.335, kasus sedangkan kasus AIDS 176 kasus. Estimasi dan proyeksi jumlah Orang
Dengan HIV dan AIDS (ODHA) menurut populasi beresiko dimana jumlah ODHA di
populasi wanita resiko rendah mengalami peningkatan dari 190.349 kasus pada tahun
2011 menjadi 279.276 kasus di tahun 2016 (Kemenkes RI, 2013).
Dilihat dari prevalensi HIV berdasarkan populasi beresiko Wanita Pekerja Seks
Tidak Langsung (WPSTL) di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 4,0% kemudian pada
tahun 2009-2013 mengalami penurunan dari 3,1% menjadi 2,6% pada tahun 2011, turun
kembali menjadi 1,5% pada tahun 2013 (STBP, 2013). Meningkatnya jumlah kasus HIV
dan AIDS di Jawa Tengah tahun 2011 dan 2012 peringkat ke-6, tahun 2013 peringkat ke-
5 dan di tahun 2014 peringkat ke-4 dari 10 Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Sumatra Utara, Sulauwesi Selatan, Banten dan
Kalimatan Barat dengan kasus HIV dan AIDS terbanyak bulan Januari-Desember.
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 ditemukan kasus HIV dan AIDS sebanyak 2.498
kasus, dengan perincian kasus HIV 2.069 orang dan AIDS 428 orang. Berdasarkan jenis
kelamin laki-laki mencapai 61,48% dan perempuan 38,52%. Dilihat dari distribusi kasus
AIDS berdasarkan jenis pekerjaan, IRT dengan HIV dan AIDS dalam beberapa tahun
terakhir meningkat mencapai 18,4% dan menduduki peringkat ke-2 (KPAN, 2014).
Salah satu program yang dilakukan sejak 2012 adalah kampanye Aku Bangga Aku
Tahu dengan topik HIV/AIDS kepada usia 15-24 tahun. Usia 15-24 tahun merupakan
usia yang rentang terinfeksi HIV, hasil riset menyatakan bahwa pada rentang usia
tersebut pengetahuan mengenai HIV/AIDS masih kurang.
Puskesmas Wangon I merupakan FKTP yang bertanggung jawab atas kesehatan
masyarakat Kecamatan Wangon. Kecamatan Wangon menjadi salah satu zona merah
rawan HIV/AIDS di Kabupaten Banyumas, hal ini dibuktikan dengan peningkatan
prevalensi penderita HIV/AIDS dan kasus kematian akibat AIDS yang tinggi. HIV/AIDS
menjadi perhatian khusus bagi Puskesmas Wangon I untuk melakukan pencegahan dan
pengendalian terhadap HIV/AIDS di daerah jangkauan kerja dengan membuat program-
program kerja dan melakukan aksi. Program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS
yang dilaksanakan oleh Puskesmas Wangon I juga memerlukan evaluasi agar program
bejalan dengan optimal.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana permasalahan pada cakupan peningkatan edukasi mengenai HIV/AIDS di
Puskesmas Wangon 1?
2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah pada cakupan peningkatan edukasi
mengenai HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1?

C. Tujuan masalah
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menganalisa masalah program kesehatan serta
memberikan rencana alternatif pemecahan masalah kesehatan di Puskesmas Wangon I
terkait cakupan peningkatan edukasi mengenai HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cakupan peningkatan edukasi mengenai HIV/AIDS di
Puskesmas Wangon 1.
b. Mengetahui pelaksanaan dan kebehasilan Program Peningkatan
Pengetahuan mengenai HIV/AIDS dalam rangka Pencegahan dan
Pengendalian HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1.
c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pelaksanaan Program Peningkatan
Pengetahuan mengenai HIV/AIDS dalam rangka Pencegahan dan
Pengendalian HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1.
d. Mengetahui alternatif pemecahan masalah pada cakupan peningkatan
edukasi mengenai HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1.

D. Manfaat masalah
1. Manfaat Praktis.
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang
program kerja pengendalian HIV/AIDS dalam melakukan evaluasi kinerja
Program Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS di Puskesmas Wangon
1.
b. Sebagai bahan untuk perbaikan program program pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan
mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan individu pada
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Wangon 1.
c. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan cakupan
Program Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS di Puskesmas Wangon
1.

2. Manfaat Teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang
membutuhkan.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permasalahan kesehatan pada program pokok puskesmas.
II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum Puskesma Wangon I


1. Keadaan Geografi
Puskesmas Wangon I adalah salah satu bagian dari wilayah kabupaten
Banyumas, dengan luas wilayah kerja kurang lebih 40 km2. Wilayah kerja Puskesmas
Wangon I terdiri atas 7 desa, dengan desa yang memiliki wilayah paling luas yaitu
Randegan dengan luas 10,4 km2, dan yang tersempit adalah Banteran dengan luas 2,5
km2.

Gambar 2.1 Peta Desa Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I


Batas Wilayah Puskesmas Wangon I :
a. Utara : Wilayah Puskesmas Wangon 2
b. Selatan : Wilayah Kabupaten Cilacap
c. Timur : Wilayah Puskesmas Jatilawang
d. Barat : Wilayah Puskesmas Lumbir.

2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I tahun 2015-2018
dari data statistik Kecamatan Wangon, Pada Tahun 2018 jumlah penduduk
tertinggi terdapat di Desa Klapagading Kulon yaitu 11.899 jiwa. Sedangkan
jumlah penduduk terendah ada pada Desa Banteran yaitu sebanyak 5524 jiwa.
Jumlah penduduk keseluran adalah 60405 jiwa.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wangon I tahun 2018 Desa
Klapagading Kulon memiliki kepadatan penduduk tertinggi yakni 3390 jiwa per
km², sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat pada Desa Rawaheng
sebesar 574 jiwa per km².
c. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Tahun 2018 Desa Klapagading Kulon merupakan desa dengan jumlah
penduduk terbanyak di wilayah Puskesmas Wangon I dengan jumlah laki-laki
5987 jiwa dan perempuan sebanyak 5912 jiwa.
d. Kelompok Usia

75+

70 - 74

65 - 69

60 - 64

55 - 59

50 - 54

45 - 49

40 - 44

35 - 39

30 - 34

25 - 29

20 - 24

15 - 19

10 - 14

5 -9

0 -4
-3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000

Jumlah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi dan tingkat kelahiran


yang meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2018 Kelompok usia 5-9 tahun
merupakan kategori dengan jumlah penduduk terbanyak sebesar 2483 jiwa laki-
laki dan 2.286 jiwa perempuan.
3. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas
a. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Puskesmas Wangon I, diantaranya:
1) Puskesmas 1
2) Puskesmas Keliling 1
3) PKD 13
4) Posyandu 80
5) Rumah bersalin 3
6) Balai Pengobatan 2
7) Klinik Pratama 2
8) Apotek 3
9) Praktik Dokter 8
b. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas I Wangon
Jenis dan jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Wangon I sesuai Permenkes No
75 tahun 2014 sebagai berikut:
1) Tenaga Dokter
Puskesmas Wangon I memiliki 5 orang dokter umum (2 PNS, 3
Pegawai Non PNS BLUD). Rasio tenaga medis puskesmas terhadap penduduk
sebesar 6,6 per 100.000 penduduk.
2) Tenaga Dokter Gigi
Puskesmas Wangon I memiliki 1 orang dokter gigi (PNS).
3) Tenaga Perawat
Saat ini jumlah perawat di Puskesmas Wangon I sebanyak 15 orang
Perawat Umum (10 PNS dan 5 Non PNS BLUD), dan 2 orang perawat gigi (1
PNS dan Non PNS BLUD).
4) Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas Wangon I sebanyak 20 orang
terdiri, dari 18 orang PNS, 1 orang Pegawai Non PNS BLUD dan 1 orang PTT
Kemenkes RI.
5) Tenaga Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Wangon I memiliki 2 orang tenaga Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.KM).
6) Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tahun 2018 jumlah tenaga sanitaria di Puskesmas Wangon I sebanyak
2 orang PNS.
7) Tenaga Ahli Laboratorium Medik
Tenaga teknisi medis di Puskesmas Wangon I sebanyak 1 orang analis
laboratorium PNS.
8) Tenaga Gizi
Jumlah tenaga gizi di Puskesmas Wangon I sebanyak 2 orang
nutrisionis, terdiri dari 1 orang PNS dan 1 orang Non PNS. Hal ini sesuai
dengan standar Puskesmas Rawat Inap dengan pelayanan gizi klinik dan gizi
masyarakat.
9) Tenaga Kefarmasian
Tenaga farmasi di Puskesmas Wangon I terdiri dari 1 orang apoteker
(Non PNS) dan 1 assisten apoteker (PNS).
c. Sumber Daya Kesahatan Lainnya
Berdasarkan data tahun 2018 diwilayah kerja Puskesmas 1 Wangon terdapat
80 posyandu. Adapun menurut strata posyandu adalah sebagai berikut:
1) Posyandu Madya : 19 atau sekitar 23,75% dari seluruh Posyandu.
2) Posyandu Purnama : 60 atau sekitar 75% dari seluruh Posyandu.
3) Posyandu Mandiri : 1 atau 1,25% dari seluruh Posyandu.
Jumlah posyandu aktif di wilayah Puskesmas 1 Wangon adalah
76,25% yang menunjukkan sudah terpenuhinya target presentase Posyandu
Aktif (Purnama dan Mandiri) pada tahun 2017 sebesar 40% dari jumlah
posyandu yang ada.
B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat
Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas 1 Wangon pada tahun 2018 terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan.
Indikator yang disajikan yaitu situasi angka kematian (mortalitas), angka kesakitan
(morbiditas) dan status gizi
1. Mortalitas
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
kejadian kematian di masyarakat. Di samping itu kejadian kematian juga dapat
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat
dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat
kematian dan penyakit-penyakit yang terjadi pada periode tahun 2018 akan diuraikan
di bawah ini
a. Jumlah Kasus Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan) per
1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB dapat menggambarkan
tingkat permasalahan kesehatan masyarakat berkaitan dengan faktor penyebab,
pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan
KB serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.
b. Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu selama
kehamilan, melahirkan dan nifas, yang dipengaruhi baik oleh penyebab langsung
maupun tak langsung. Penyebab langsung terbesar adalah komplikasi obstetrik
seperti perdarahan, eklampsia-preeklampsia, dan infeksi, sedangkan penyebab tak
langsung erat hubungannya dengan sosial budaya seperti keyakinan, kepercayaan,
sikap dan perilaku masyarakat terhadap perawatan selama hamil, melahirkan dan
nifas.
2. Mobiditas
a. Tuberkulosis
Angka kesembuhan pederita TB Paru BTA (+) dievaluasi dengan melakukan
pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu bulan sebelum akhir
pengobatan dengan hasil pemeriksaan dahak akhir pengobatan ditambah minimal
satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum
akhir pengobatan) hasilnya negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak dilksanakan,
namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka eveluasi pengobatan pasien
dinyatakan sebagai pengobatan lengkap.
Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien berobat secara tidak
teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus MDR maupun XDR, WHO telah
menetapkan strategi untuk mengatasi kegagalan pengobatan TB yaitu dengan strategi
DOT (Directly Observed Treatment Short Course) yang telah dimulai sejak tahun
1995.
Jumlah Angka Kesembuhan (Cure Rate) PenderitaTB Paru BTA (+) di Tahun
2018 sebesar 53,66% menurun dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 100%.
b. Pneumonia
Cakupan penemuan pneumonia dan ditangani selama tahun 2018 di
Puskesmas Wangon I ditemukan sebanyak 37.2% meningkat dibandingkan tahun
2017 sebesar 27%.
c. Penyakit HIV/AIDS
Trend kasus HIV dan AIDS mengalami peningkatan pada tahun 2018
sebanyak 2 kasus HIV dan 6 kasus AIDS sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 2
kasus (HIV) dan 2 kasus (AIDS) setelah pada tahun sebelumnya tahun 2016 1
kasus.
d. Penyakit Diare
Angka kasus diare yang ditangani pada semua umur di wilayah kerja
puskesmas Wangon I mengalami penurunan di tahun 2018 yaitu 54.5%
dibandingkan tahun 2017 yaitu 65.2%.
e. Penyakit Kusta
Berdasarkan data di puskesmas Wangon I tidak ada kasus kusta selama
tahun 2018.
f. Hepatitis B
Kasus hepatitis B di wilayah kerja puskesmas Wangon I mengalami
peningkatan di tahun 2018 yaitu 13 kasus dibandingkan tahun 2017 yaitu 0 kasus.
g. DBD
Jumlah kasus DBD pada tahun 2018 mengalami peningkatan yaitu 3
kasus dibandingkan pada tahun 2017 jumlha kasus DBD di wilayah kerja
puskesmas Wangon I tidak ada.
h. Malaria
Jumlah kasus malaria pada tahun 2018 mengalami peningkatan yaitu 1
kasus dibandingkan pada tahun 2017 jumlah kasus malaria di wilayah kerja
puskesmas Wangon I tidak ada.
i. Deteksi Kanker leher rahim dan kanker payudara
Persentase pemeriksaan leher rahim dan payudara pada tahun 2018
mengalami penurunan yaitu 0.3% dibandingkan pada tahun 2017 (1%) dan 2016
(2%). Persentase IVA positif mengalami peningkatan di tahun 2018 yaitu 3.6%
dibandingkan tahun 2017 dan 2016 yaitu 0%, sedangkan tumor/benjolan juga
mengalami peningkatan dari 2.35% di tahun 2017 menjadi pada tahun 2018.
3. Status Gizi
a. Angka Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Angka Kasus Balita Bawah Garis Merah di Wilayah Kerja Puskesmas 1
Wangon Tahun 2018 sebesar 0,76% meningkat dari tahun sebelumnya di Tahun
2017 yaitu 0,6%.
b. Angka Balita Gizi Buruk
Angka Kasus Balita Gizi Buruk yang ditemukan di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Wangon Tahun 2018 sebesar 2 balita meningkat sama dengan
dtahun sebelumnya yaitu 2 balita di taun 2017.

c. Cakupan Asi Eksklusif


Berdasarkan Gambar 3.10 Cakupan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon I pada tahun 2018 sebesar 67,4% meningkat dibanding tahun
2017 sebesar 33,1%.
d. Angka kasus Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Angka Kasus BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon tahun 2018
sebesar 7,1% menurun dibandingkan tahun 2017 angka kasusnya sebesar 8,3%.
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Sistem pada Program Kesehatan


Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem sehingga
dapat dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja) mengalami
masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab masalah tersebut dapat
kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut. Input mencakup indikator yaitu
man (sumber daya manusia), money (sumber dana), method (cara pelaksanaan suatu
kegiatan), material (perlengkapan), minute (waktu) dan market (sasaran). Proses
menjelaskan fungsi manajemen yang meliputi tiga indikator yaitu: P1 (Perencanaan),
P2 (Pergerakan dan Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian).
1. Input
a. Man (Tenaga Kesehatan)
Tenaga kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Wangon I adalah sebagai
berikut:
1) Tenaga Dokter
Puskesmas Wangon I memiliki 5 orang dokter umum (2 PNS, 3 Pegawai
Non PNS BLUD). Rasio tenaga medis puskesmas terhadap penduduk sebesar
6,6 per 100.000 penduduk.
2) Tenaga Dokter Gigi
Puskesmas Wangon I memiliki 1 orang dokter gigi (Pegawai PNS).
3) Tenaga Perawat
Pada tahun 2018 jumlah perawat di Puskesmas Wangon I sebanyak 15
orang Perawat Umum (10 PNS dan 5 Non PNS BLUD), dan 2 orang perawat
gigi (1 PNS dan Non PNS BLUD).
4) Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas Wangon I sebanyak 20 orang
terdiri, dari 18 orang PNS, 1 orang Pegawai Non PNS BLUD dan 1 orang PTT
Kemenkes RI.
5) Tenaga Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Wangon I memiliki 2 orang tenaga Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.KM).
6) Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tahun 2018 jumlah tenaga sanitaria di Puskesmas Wangon I sebanyak
2 orang PNS.
7) Tenaga Ahli Laboratorium Medik
Tenaga teknisi medis di Puskesmas Wangon I sebanyak 1 orang analis
laboratorium PNS.
8) Tenaga Gizi
Jumlah tenaga gizi di Puskesmas Wangon I sebanyak 2 orang
nutrisionis, terdiri dari 1 orang PNS dan 1 orang Non PNS. Hal ini sesuai
dengan standar Puskesmas Rawat Inap dengan pelayanan gizi klinik dan gizi
masyarakat.
9) Tenaga Kefarmasian
Tenaga farmasi di Puskesmas Wangon I terdiri dari 1 orang apoteker
(Non PNS) dan 1 assisten apoteker (PNS).
10) Tenaga non kesehatan, dalam hal ini merupakan kader desa yang tergabung
dalam Warga Peduli AIDS, Warga Peduli AIDS tersebar di seluruh desa di
Kecamatan Wangon yang bertugas untuk mengajak warga agar tidak
mendiskriminasikan pasien HIV/AIDS, memberikan edukasi kepada warga
yang beresiko untuk melakukan tes screening HIV.
Edukasi dalam rangka pengendalian dan pencegahan HIV/AIDS merupakan
salah satu bagian dari program Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS di
Puskesmas Wangon 1. Peningkatan edukasi masyarakat ini dilakukan oleh tim
promosi kesehatan beserta dokter puskesmas.
b. Money (Sumber Dana)
Sumber anggaran kesehatan Puskesmas Wangon I terdiri atas APBD
Kabupaten Banyumas, APBN dan Dana BOK (Bantuan Operasional
Kesehatan). APBD terdiri atas Dana Belanja Langsung dan Dana Belanja
Tidak Langsung.APBN terdisi atas Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dana konsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan
Kabupaten/Kota.
Sumber dana dalam pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian
HIV/AIDS berupa sumber APBD dan BOK. Dana APBD digunakan
puskesmas untuk menyelenggarakan pelayanan seperti skreening. Dana BOK
digunakan untuk mendanai penyuluhan maupun promosi kesehatan lainnya.
c. Material
Dalam melaksanakan kegiatan promosi kesehatan, Puskesmas Wangon 1
memiliki sarana berupa materi penyuluhan dalam bentuk presentasi. Sarana
tempat disediakan oleh tempat tujuan penyuluhan, seperti di Balai Desa atau di
sekolah.
d. Method
Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai HIV/AIDS yaitu dengan kegiatan penyuluhan, yang disebut dengan
ABAT. Kegiatan ABAT adalah penyuluhan mengenai HIV/AIDS dan
NAPZA kepada warga yang berusia 15-24 tahun di Wangon. Kegiatan
tersebut dilakukan di Sekolah Menengah Pertama dan Atas serta di Karang
Taruna tiap desa.
e. Minute
Pelaksanaan program penyuluhan kepada karang taruna dilakukan
menyesuaikan jadwal perkumpulan karang taruna dan jadwal perkumpulan
desa, sedangkan kegiatan penyuluhan kepada murid sekolah dilakukan pada
awal tahun ajaran baru.
f. Market
Sasaran kegiatan penyuluhan mengenai HIV/AIDS adalah seluruh warga
yang remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) di Kecamatan Wangon, yaitu
siswa SMP, SMA dan karang taruna. Penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Wangon yang berusia 15-24 tahun sebanyak 9286 orang.
Berdasarkan pedoman ABAT dalam upaya pengendalian HIV/AIDS, proporsi
pada mereka yang berumur 15-24 tahun, mempunyai pengetahuan yang bernar
dan komprehensif tentang HIV/AIDS yaitu sebesar 95%.
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Kegiatan penyuluhan diawali dengan perencanaan pelaksanaan program
yang dibuat dalam rapat kerja puskesmas. Program peningkatan edukasi dalam
rangka mencegah terjadinya HIV-AIDS di Puskesmas Wangon 1 dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 4 tahun 2019 tentang standar
teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada standar pelayanan bidang
kesehatan serta Pedoman Pelaksanaan Kampanye HIV dan AIDS Pada Kaum
Muda Usia 15-24 Tahun (Aku Bangga Aku Tahu [ABAT]).
b. Pengorganisasian dan Pelaksanaan program (P2)
Koordinator program pengendalian dan pencegahan HIV/AIDS
berkoordinasi dengan petugas puskesmas lainnya, seperti dokter dan penyuluh
kesehatan. Kerjasama tersebut berupa penyusunan materi penyuluhan dan
pelaksanaan penyuluhan. Selain internal puskesmas, coordinator juga bekerja
sama dengan pihak eksternal, seperti pihak sekolah dan pengurus desa serta
kader desa, Warga Peduli AIDS (WPA) serta BNN dalam menyelenggarakan
penyuluhan.
Pelaksanaan program dalam rangka peningkatan pengetahuan tentang
HIV/AIDS dilakukan dengan melakukan penyuluhan kepada siswa SMP dan
SMA serta Karang Taruna. Penyuluhan dilakukan oleh dokter dan anggota
dari bagian promosi kesehatan. Kegiatan tersebut berisi pemaparan materi,
sesi tanya jawab serta pelaksanaan pretest posttest untuk melihat pemahaman
materi yang diberikan.
c. Pengawasan Pengendalian dan Penilaian (P3)
Pengawasan Puskesmas dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan internal
dan eksternal. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh
Puskesmas sendiri sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh instansi
dari luar Puskesmas.
Pengawasan dan evaluasi program dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dalam
rapat pleno Puskesmas Wangon I. Dalam rapat tersebut dipaparkan mengenai
pelaksanaan program dan capaian mengenai pengendalian HIV/AIDS.
Program penyuluhan yang dilaksanakan oleh promkes diadakan pengawasan
dan penilaian setiap 2x dalam satu bulan dalam pertemuan UKM. UKM
merupakan Upaya Kesehatan Masyarakat yang terdiri dari kegiatan 5 pokok
(KIA, gizi, kesehatan lingkungan, promkes dan P2) dan kegiatan tambahan
(lansia dan UKS). Penghitungan capaian dari promkes seperti berapa program
yang sudah dilalui dan target yang sudah dicapai dievalusi di UKM.
3. Output
Program pengendalian HIV/AIDS perlu dilakukan evaluasi untuk
meningkatkan kinerja. Target proporsi pada penduduk berusi 15-24 tahun dan
mempunyai pengetahuan komprehensif dan benar tentang HIV dan AIDS dalam
MDGs yaitu sebesar 95%. Di tahun 2019, edukasi mengenai HIV pada usia 15-24
tahun melalui penyuluhan karang taruna dan ABAT meliputi sekitar 2.707 orang
atau 29,2% dari total penduduk usia 15-24 tahun.
Jumlah Penduduk Usia 15-24 Tahun

Usia 15-24 tahun yang mendapat penyuluhan Usia 15-24 tahun yang belum mendapat penyuluhan

Selain jumlah peserta yang hadir pada penyuluhan, output lain dari
penyuluhan yaitu peningkatan pemahaman mengenai HIV/AIDS. Berdasarkan data
dibawah, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan rerata pretest dan posttest pada
setiap penyuluhan.
Jumlah
Bulan Tempat Pelaksaan Pretest Posttest Keterangan
Peserta
Januari Desa Wangon 40 65 90 Naik
Februari Desa Klapagading 40 65 90 Naik
SMA N WANGON 260 75 85 Naik
SMP PGRI Wangon 122 65 70 Naik
SMK Bunda Satria 571 70 75 Naik
SMK Sriwijaya 135 70 80 Naik
SMP Diponegoro 107 65 75 Naik
Juli SMK Maarif NU 412 65 75 Naik
SMP N 1 Wangon 218 70 75 Naik
SMPN 2 Wangon 228 70 75 Naik
Mts Muhamadiyah 68 65 75 Naik
SMP Muhammadiyah 50 70 75 Naik
SMP Ma'arif NU 232 65 75 Naik
Novembe SMA N 1 Wangon 90 75 90 Naik
r Balai Desa Klapagading
Kulon 90 70 90 Naik
Diskusi Online 44 75 95 Naik
4. Outcome
Kebijakan pengendalian HIV-AIDS mengacu pada kebijakan global Getting
To Zeros, yaitu (Kemenkes RI, 2016):
a. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV
b. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan
yang berkaitan dengan AIDS
c. Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA
Prevalensi kejadian HIV di Puskemas Wangon 1 adalah sebagai berikut:

Prevalensi Kasus HIV di Puskesmas Wangon 1


8
7
6
5
Axis Title

4
3
2
1
0
2015 2016 2017 2018 2019

Berdasarkan laporan Puskesmas Wangon 1, dari tahun 2016 hingga 2018


terdapat 7 kasus pasien dengan HIV, dan 4 diantaranya sudah meninggal dunia.
Pada tahun 2019 hingga bulan November terdapat kasus baru 4 orang. Penderita
Pasien dengan HIV di Puskesmas Wangon 1 mendapat pengobatan dari RS
sekitar, seperti RSUD Margono, RSUD Banyumas dan RSUD Ajibarang.
Peningkatan kasus yang terjadi dapat diakibatkan banyak faktor. Peningkatan
penderita diiringi dengan peningkatan fasilitas screening dan diagnosis dapat
meningkatkan pemenuan kasus. Selain jumlah yang meningkat, jumlah kematian
HIV/AIDS tergolong tinggi, ½ dari kasus yang ditemukan di 2018 mengalami
kematian.
5. Environment
Wilayah kerja Puskesmas Wangon 1 terdiri dari 7 desa. Dari 7 desa
tersebut, terdapat 12 sekolah menengah yang bersedia untuk menerima penyuluhan
dari pihak puskesmas sehingga progam penyuluhan di sekolah-sekolah dapat
berjalan. Namun, meski Kecamatan Wangon menjadi salah satu zona merah rawan
HIV/AIDS di Kabupaten Banyumas, banyak masyarakat yang masih belum
mengetahui tentang HIV/AIDS serta masih adanya stigma negatif terhadap orang
dengan HIV/AIDS di masyarakat.
B. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Treat (SWOT)
Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT) untuk menilai
permasalahan pada proses tercapainya Program Peningkatan Pengetahuan dalam
rangka Pengendalian HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Wangon I, maka
didapatkan informasi sebagai berikut:
1. Strength
a. Puskesmas Wangon I memiliki tim pengendalian HIV/AIDS yaitu VCT,
CST dan promkes yang sudah memiliki pembagian tugas masing-masing.
b. Pembagian tangggung jawab untuk program VCT dan promkes sudah
terorganisis dengan cukup baik.
c. Sumber dana untuk pelaksanaan skreening sudah ditanggung APBN dan
sumber dana untuk penyuluhan sudah dianggarkan dalam BOK.
d. Adanya evaluasi program UKM setiap 2 kali dalam sebulan dan evaluasi di
rapat pleno setiap tiga bulan.
2. Weakness
a. Media untuk penyuluhan HIV/AIDS di karang taruna seperti leaflet, poster
atau spanduk mengenai HIV/AIDS belum diadakan.
b. Penyuluhan belum mencakup seluruh desa, hanya mencakup 3 dari 7 desa.
c. Sasaran penyuluhan hanya seluruh siswa baru di SMP dan SMA saja, tidak
seluruh kelas.
d. ABAT yang dilakukan oleh Puskesmas Wangon I belum mencakup di tempat
kerja (formal dan non formal) sesuai dengan pedoman pelaksanaan ABAT.
e. Pendataan dan laporan mengenai cakupan edukasi mengenai pengendalian
HIV/AIDS pada usia 15-24 tahun oleh pemegang program promosi kesehatan
tidak rutin dilakukan.
3. Opportunity
a. Kerjasama lintas sektoral antara Dinkes, BNN dan pemerintah desa dan
pihak sekolah berjalan dengan baik.
b. Sarana tempat penyuluhan yang sudah memadai, seperti di balai desa dan di
sekolah.
c. Terdapat program promkes lainnya seperi FKD yang dapat digunakan
untuk memberikan pengertian terhadap pengurus desa untuk ikut serta
dalam pengendalian HIV/AIDS.
d. Terdapat warga masyarakat yang sukarela bersedia menjadi kader
kesehatan atau WPA di wilayah kerja Puskesmas Wangon I untuk
memberikan penyuluhan kepada warga mengenai pengendalian HIV/AIDS.
e. Adanya dukungan dari pihak sekolah dalam melaksanakan penyuluhan bagi
siswa-siswanya.
f. Terdapat beberapa siswa dari sekolah yang dilatih menjadi kader dalam
mengedukasi mengenai HIV/AIDS.
4. Threat
a. Tidak semua remaja karang taruna di setiap desa mendapatkan pemaparan
materi HIV/AIDS karena tidak semua remaja datang saat penyuluhan.
b. Kurangnya partisipasi aktif dari pihak karang taruna dan desa dalam
meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan.
c. Warga Peduli AIDS sudah tidak aktif dalam memerikan kontribusi dalam
pengendalian HIV/AIDS dan belum mandiri dalam mengadakan
penyuluhan.
d. Kepedulian dan kesadaran warga akan pentingnya pengetahuan mengenai
HIV/AIDS dan adanya stigma negatif terhadap orang dengan HIV/AIDS
menjadi kendala terlaksananya program dengan baik.
IV. PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isu Strategis


Program Pengendalian dan Pencegahan HIV/AIDS merupakan program yang
komprehensif dimulai dari pencegahan, deteksi, pengobatan dan promosi kesehatan.
Tujuan dari adanya program ini adalah three zero atau 0 kasus baru, 0 kematian dan 0
diskriminasi. Salah satu upaya untuk mewujudkan three zero yaitu dengan
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai HIV/AIDS. Di Indonesia,
pengetahuan masyarakat mengenai HIV/AIDS masih tergolong rendah. Riskesdas
tahun 2010 menyatakan bahwa baru 11,4% penduduk umur 15-24 tahun yang
memiliki pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV/AIDS. Menghadapi
hal tersebut Puskesmas Wangon I menjalankan program untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai HIV/AIDS usia 15-24 tahun berupa penyuluhan HIV/AIDS di
SMP, SMA dan karang taruna.
Cakupan peningkatan pengetahuan mengenai HIV/AIDS di Puskesmas Wangon
1 di tahun 2019 ini masih belum cukup. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
penduduk usia 15-24 tahun yang mendapatkan penyuluhan yang belum memenuhi
target. Target yang dicanangkan pemerintah dalam pedoman Pengendalian HIV/AIDS
yaitu 95% dari penduduk berusia 15-24 tahun, namun di Puskesmas Wangon 1 pada
tahun 2019, hanya 29,2% warga yang sudah mendapat penyuluhan.
Terdapat beberapa permasalahan yang berhasil dilakukan identifikasi dalam
program peningkatan pengetahuan HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1 yang dapat
dikelompokkan menjadi permasalahan dari faktor internal (Weakness) dan faktor
eksternal (Threat). Permasalahan yang berasal dari faktor internal yaitu kurangnya
media untuk edukasi yang terbatas, sasaran penyuluhan yang masih terbatas, cakupan
pelaksanaan yang kurang, serta masalah pendataan. Permasalahan yang berasal dari
faktor eksternal yaitu kurangnya partisipasi aktif dan kepedulian dari warga dan kader
untuk meningkatkan pengetahuan kesehatannya.
Meskipun begitu, terdapat potensi-potensi yang dapat mendukung jalannya
penyuluhan ini, seperti adanya kerjasama antar sector dari puskesmas, BNN, sekolah
dan warga yang sukarela menjadi kader kesehatan yang berjalan dengan baik.
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Analisis pemecahan permasalahan kurangnya cakupan peningkatan
pengetahuan HIV/AIDS di Puskesmas Wangon 1 dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SWOT yakni dengan menggabungkan potensi yang dimiliki, baik potensi
secara internal maupun eksternal untuk memecahkan permasalahan yang dimiliki
Puskesmas Wangon 1. Alternatif pemecahan permasalahan tersebut yaitu:
1. Pemanfaatan Forum Kesehatan Desa (FKD) sebagai wadah diskusi dan
menguatkan kerjasama antara puskesmas dengan pihak desa untuk meningkatkan
perhatiannya kepada kesehatan warga desa. Melalui FKD, dapat dilakukan
perencaan pelaksanaan penyuluhan HIV/AIDS yang sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan desa tersebut, sehingga penyuluhan dapat lebih maksimal.
2. Puskesmas juga dapat merintis kerjasama dengan setiap karang taruna agar
penyuluhan dapat dilakukan dipertemuan karang taruna tingkat RW sebagai upaya
meningkatkan cakupan.
3. Mengadakan pertemuan dengan kader WPA untuk dilakukan binaan pemberian
materi penyuluhan serta membuat timeline kerja agar WPA dapat melakukan
penyuluhan secara mandiri di tingkat desa atau RW. Evaluasi kinerja WPA dapat
dilakukan rutin setiap 6 bulan untuk melihat capaian edukasinya kepada karang
taruna atau warga, serta memperbarui pengetahuan mengenai kesehatan. Evaluasi
dapat disertai pemberian penghargaan kepada para kader WPA agar menjadi
motivasi untuk terus berkontribusi.
4. Melatih perwakilan sekolah yang menjadi kader kesehatan sehingga mampu
mengedukasi teman-teman sebayanya di sekolah.
5. Mencetak dan memperbanyak media edukatif seperti leaflet, poster, video
edukatif yang sudah disediakan Dinkes atau yang sudah tersedia di pedoman
pelaksanaan ABAT. Spanduk atau poster edukatif di tempat yang strategis untuk
meningkatkan kepedulian dan pengetahuan warga seperti di balai RW, balai desa,
posyandu
6. Memaksimalkan kerjasama dengan pihak sekolah untuk melakukan penyuluhan di
luar masa orientasi siswa agar siswa kelas 2 dan kelas 3 mendapatkan penyuluhan.
7. Bekerja sama dengan pihak desa sebelum penyuluhan untuk membuat
pemberitahuan tertulis mengenai adanya penyuluhan HIV/AIDS di pertemuan
karang taruna sehingga para warga tertarik untuk datang.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Cakupan peningkatan pengetahuan mengenai HIV/AIDS di Puskesmas
Wangon 1 di tahun 2019 ini masih memenuhi target. Target yang
dicanangkan pemerintah dalam pedoman Pengendalian HIV/AIDS yaitu
95% dari penduduk berusia 15-24 tahun, namun di Puskesmas Wangon 1
pada tahun 2019, hanya 29,2% warga yang sudah mendapat penyuluhan.
2. Beberapa permasalahan yang berasal dari faktor internal yaitu kurangnya
media untuk edukasi yang terbatas, sasaran penyuluhan yang masih
terbatas, cakupan pelaksanaan yang kurang, serta masalah pendataan.
3. Permasalahan yang berasal dari faktor eksternal yaitu kurangnya
partisipasi aktif dan kepedulian dari warga dan kader untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatannya.

B. Saran
1. Puskesmas dapat meningkatkan kerjasama dengan desa melalui forum
kesehatan desa dan karang taruna tiap RW.
2. Meningkatkan kerjasama dengan pihak sekolah dalam melasanakan
penyuluhan
3. Mengadakan pertemuan rutin dengan kader WPA untuk dilakukan binaan
pemberian materi penyuluhan serta membuat timeline kerja agar WPA
dapat melakukan penyuluhan secara mandiri di tingkat desa atau RW.
4. Memberikan pelatihan kepada perwakilan sekolah yang menjadi kader
kesehatan sehingga mampu mengedukasi teman-teman sebayanya di
sekolah.
5. Mencetak dan memperbanyak media edukatif seperti leaflet, poster,
spanduk dan ditempatkan di tempat yang strategis untuk meningkatkan
kepedulian dan pengetahuan warga seperti di balai RW, balai desa,
posyandu
DAFTAR PUSTAKA

Hoyle, B. 2016. AIDS/HIV. Texas: Information Plus


Kemenkes RI. 2014. Infodatin HIV/AIDS. Jakarta. 2016. Program Pengendalian
HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
2014. Peraturan Menteri Kesehatan no. 74 tahun 2014 tentang
Puskesmas
Pusat Promosi Kesehatan Kementeran Kesehatan RI (PPKKK RI. 2012. Buku
Petunjuk Penggunaan Media KIE Versi Pelajar Aku Bangga Aku Tahu.
Puskesmas I Wangon 2017. Profil Kesehatan Puskesmas I Wangon Kabupaten
Banyumas Tahun 2017. Banyumas : Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas.
WHO, 2017. HIV/AIDS. (online). Diakses pada 4 April 2019.
https://www.who.int/gho/hiv/en/

You might also like