You are on page 1of 42

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

UPAYA MENINGKATKAN ANGKA DETEKSI DINI KANKER RAHIM


DENGAN METODE IVA TEST UNTUK WANITA USIA SUBUR
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I WANGON

Pembimbing:
dr. Haryo Saloka W.N

Disusun Oleh:
Azhar Hawari Malau G4A019014

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2020
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan ...............................................................................................................4
II. ANALISIS SITUASI
A. Gambaran Umum Wilayah Puskesmas I Wangon ...............................................................5
B. Sarana Kesehatan .................................................................................................................8
C. Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat .................................................................................8
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
A. Analisis Sistem ..................................................................................................................21
B. Analisis SWOT ..................................................................................................................28
IV. PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isu Strategis...................................................................................................33
B. Alternatif Pemecahan Masalah ..........................................................................................34
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................37
B. Saran ..................................................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39


I. LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Kanker rahim adalah suatu keganasan pada rahim. Bagian dari rahim
adalah sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. Kanker rahim
merupakan masalah kesehatan yang paling sering dialami oleh wanita pada usia
subur di seluruh dunia. Kanker rahim dapat terjadi dari sel-sel di leher rahim,
mulut rahim, ataupun keduanya. Pada kanker rahim biasanya diawali dari zona
transformasi yang merupakan zona perpindahan dari area dengan tipe sel
skuamosa ke tipe sel silindris. Sel normal rahim yang terpapar oleh zat
karsinogen berkembang secara bertahap dan akan menjadi sel pra kanker, setelah
itu menjadi sel kanker (Globocon, 2018).
Kanker rahim adalah kanker yang bersifat ganas yang terjadi pada leher
rahim dan disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Jenis HPV
yang sering ditemui dalam kasus kanker rahim adalah tipe 16 dan 18 lebih dari
sekitar 70 % kasus kanker rahim terjadi (Hoque, et al., 2014). 75% wanita yang
terkena HPV yang disebabkan oleh hubungan seksual. Penyakit kanker rahim
atau yang biasa dikenal di masyarakat dengan kanker leher rahim menarik
perhatian di dunia bahkan di Indonesia, pada saat ini kanker rahim telah
memasuki masa gawat dimana jumlah penderita kanker rahim meningkatan
disetiap tahun (Kemenkes, 2015).
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita
penderita baru kanker rahim berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan
setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker rahim (WHO, 2018; Kemenkes, 2015).
Menurut data GLOBOCAN 2018 kejadian kanker leher rahim di Indonesia
mencapai 50 persen total dari seluruh kejadian di Asia Tenggara dengan rata-rata
terjadi pada usia subur (IARC, 2018). Penyakit kanker rahim merupakan
penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yakni 0,8%, sementara untuk

1
kanker payudara memiliki prevalensi sebesar 0,5%. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, estimasi jumlah penderita kanker
rahim tertinggi yakni di Provinsi Jawa Timur sebanyak 21.313 penderita (1,1%),
Jawa Tengah sebanyak 19.734 penderita (1,2%), dan Jawa Barat sebanyak
15.635 penderita (0,7%).
Program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kanker leher rahim adalah melakukan pemeriksaan pada Wanita Usia Subur
(WUS) dengan cara deteksi dini kanker leher rahim dan Renstra Kemenkes th
2014-2019, tercapainya indikator ini didukung dengan dilakukan aksi nyata
berupa gerakan nasional pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan di
Indonesia. Pada tahun 2017 Jawa Tengah hanya mencapai 75.690 yaitu hanya
1,61 persen dari target pemerintah yang sebesar 10 persen dengan IVA positif
sebesar 7029 atau sebesar 9, 29 %, sedangkan target IVA positif hanya 3%.
Hasil pemeriksaan IVA tes di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018,
berdasarkan jumlah 77,258 wanita usia subur (WUS) yang ikut serta dalam
pemeriksaan IVA tes yang dinyatakan IVA tes positif sejumlah 25.300 WUS.
Berdasarkan hasil pemeriksaan IVA tes yang telah dilakukan di Kabupaten
Banyumas pada tahun 2017, berada di posisi ke-4 se-Jawa Tengah dengan
proporsi angka sebesar 20,19% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2017).
Puskesmas I Wangon adalah salah satu Puskesmas yang sudah
menyediakan pelayanan Deteksi Dini kanker leher rahim dengan metode IVA tes
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 29 tahun 2017. Pada tahun 2017 hanya
85 orang yang melakukan skrining kanker leher rahim. Pada tahun 2018
terhitung dari bulan Januari-Desember jumlah baru mencapai 41 orang yang
diperiksa dan diantaranya terdapat 1 orang didapatkan hasil IVA tes positif. Pada
tahun 2019 terhitung dari bulan Januari-Desember jumlah baru mencapai 150
orang orang yang diperiksa dan terdapat 5 orang dengan hasil curiga kanker
rahim. Pada tahun 2020 di bulan Januari jumlah yang diperiksa 10 orang. Angka
cakupan deteksi dini deteksi dini kanker rahim dengan metode IVA tes untuk
wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas I Wangon pada tahun 2019

2
mencapai 8,2%, nilai ini masih cukup jauh dari target 100% yang harus dicapai
(Profil Puskesmas I Wangon, 2019).
Rendahnya angka screening atau deteksi dini kanker rahim dapat menjadi
faktor terjadinya peningkatan jumlah kasus baru kanker rahim di Indonesia pada
setiap tahunnya dan dapat menjadi sebuah ancaman besar bagi dunia kesehatan.
Hal ini disebabkan karena mayoritas penderitanya baru terdeteksi dan datang
pada stadim lanjut. Pada dasarnya, kanker rahim dapat dicegah dan terdeteksi
lebih awal jika wanita usia subur mempunyai pengetahuan yang baik dan
kesadaran melakukan deteksi dini. Oleh karena itu, pemeriksaan IVA untuk
wanita usia subur sangat penting untuk dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cakupan dan target program deteksi dini kanker rahim dengan
metode IVA test untuk wanita usia subur di Puskesmas I Wangon ?
2. Bagaimana permasalahan yang terjadi dan faktor apa saja yang
mempengaruhi program program deteksi dini kanker rahim dengan
metode IVA test untuk wanita usia subur di Puskesmas I Wangon?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan program
deteksi dini kanker rahim dengan metode IVA test untuk wanita usia
subur di Puskesmas I Wangon?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Membantu mengevaluasi program puskesmas yang belum tercapai
khususnya Program deteksi dini kanker rahim dengan metode IVA test untuk
wanita usia subur di Puskesmas I Wangon
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum kondisi kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas I Wangon.
b. Mengetahui secara umum upaya meningkatkan cakupan deteksi dini
kanker rahim dengan metode IVA test untuk wanita usia subur di
Puskesmas I Wangon.

3
c. Mengetahui pelaksanaan dan pencapaian upaya meningkatkan deteksi
dini kanker rahim dengan metode IVA test untuk wanita usia subur di
Puskesmas I Wangon.
a. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program deteksi
dini kanker rahim dengan metode IVA test untuk wanita usia subur di
Puskesmas I Wangon.
d. Mencari alternatif pemecahan masalah tidak tercapainya program
deteksi dini kanker rahim dengan metode IVA test untuk wanita usia
subur di Puskesmas I Wangon.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang
membutuhkan
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permasalahan kesehatan pada program pokok puskesmas
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pentingnya program
deteksi dini kanker leher rahim
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang
program kerja deteksi dini kanker leher rahim dalam melakukan 4
evaluasi kinerja program Deteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas I
Wangon
c. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan cakupan
angka deteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas Puskesmas I
Wangon

4
II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografi
Puskesmas Wangon I adalah salah satu bagian dari wilayah kabupaten
Banyumas, dengan luas wilayah kerja kurang lebih 39 km2. Wilayah kerja
Puskesmas Wangon I terdiri atas 7 desa yang terdiri dari desa Wangon, Klapa
gading, Klapa gading Kulon, Banteran, Rawaheng, Pangadegan, Randegan,
dengan desa yang memiliki wilayah paling luas yaitu Rawaheng dengan luas
10,4 km2, dan yang tersempit adalah Banteran dengan luas 2,0 km2.

Gambar 2.1 Peta Desa Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I


Batas Wilayah Puskesmas Wangon I :
a. Utara : Wilayah Puskesmas Wangon I
b. Selatan : Wilayah Kabupaten Cilacap
c. Timur : Wilayah Puskesmas Jatilawang
d. Barat : Wilayah Puskesmas Lumbir.
Luas lapangan lahan di wilayah Puskesmas Wangon I dirinci sebagai
berikut:
a. Tanah Sawah : 8.625,00 Ha
b. Tanah Pekarangan : 57,16 Ha

5
c. Tanah tegalan : 1.889,79 Ha
d. Tanah Hutan Negara : 209,00 Ha
e. Tanah Perkebunan Rakyat : 85,00 Ha
f. Lain-lain : 241,00 Ha

2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk

2019
14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
Klapagadin Klapagadin Pengadega
Wangon Banteran Rawaheng Randegan
g g Kulon n
2019 11022 12024 12259 6456 6152 7037 8014

Gambar 2.2 Grafik Jumlah Penduduk Desa Wilayah Kerja


Puskesmas Wangon I Tahun 2019

Berdasarkan gambar 2.2 Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas


Wangon I pada Tahun 2019 jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa
Klapagading Kulon yaitu 12.259 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah
ada pada Desa Rawaheng yaitu sebanyak 6.152 jiwa.

6
b. KepadatanPenduduk

2019
4000

3500

3000

2500

2000

1500

1000

500

0
Klapagading
Wangon Klapagading Banteran Rawaheng Pengadegan Randegan
Kulon
2019 2649,5 3181 3492,6 3164,7 591 1016,9 960,9

Gambar 2.3 Grafik Kepadatan Penduduk Desa Wilayah Kerja Puskesmas


Wangon I Tahun 2019

Berdasarkan gambar 2.3 kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas


Wangon I pada tahun 2019 Desa Klapagading Kulon memiliki kepadatan
penduduk tertinggi yakni 3492,6 jiwa per km2, sedangkan kepadatan penduduk
terendah terdapat pada Desa Rawaheng sebesar 591 jiwa per km2.

7
c. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
7000

5939 6049
6000
5411

5000

3979
4000
3496
3176 3029
3000

2000

1000

0
Klapagad Klapagad Randega Rawahen Pengade
Wangon Banteran
ing ing Kulon n g gan
Laki-laki 5611 6085 6210 3280 3123 3541 4035
Perempuan 5411 5939 6049 3176 3029 3496 3979

Gambar 2.4 Jumlah penduduk Laki-laki dan Perempuan di Wilayah Kerja


Puskesmas Wangon I Tahun 2019

Berdasarkan Gambar 2.4 Pada Tahun 2019 Desa Klapagading Kulon


merupakan desa dengan jumlah penduduk terbanyak di wilayah Puskesmas
Wangon I dengan jumlah laki-laki 6210 jiwa dan perempuan sebanyak 6049
jiwa.

8
d. Kelompok Usia

75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4

-3.000 -2.000 -1.000 0 1.000 2.000 3.000


0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+
Laki-laki -2.258 -2.486 -2.571 -2.474 -2.472 -2.367 -2.200 -2.467 -2.269 -2.242 -2.076 -1.801 -1.364 -1130 -681 -1.027
Perempuan 2020 2.295 2.314 2.374 2.366 2.280 2.101 2.451 2.411 2.422 2.261 1.733 1.370 996 725 960

Gambar 2.5 Grafik Jumlah penduduk menurut Kelompok Usia dan Jenis
Kelamin tahun 2019

Berdasarkan Gambar 2.5 grafik piramida termasuk jenis ekspansive,


jumlah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi dan tingkat kelahiran yang
meningkat setiap tahunnya. Pada Tahun 2019 Kelompok usia 10-14 tahun
merupakan kategori dengan jumlah penduduk terbanyak sebesar 2571 jiwa
laki-laki dan Kelompok usia 35-39 tahun merupakan kategori dengan jumlah
penduduk terbanyak sebesar 2451 jiwa perempuan.
B. Sarana Kesehatan
Puskesmas I Wangon merupakan salah satu UPTD Dinas Kesehatan Kab.
Banyumas yang merupakan puskesmas dengan fasilitas rawat inap dengan 12
PKD yang tersebar di tujuh desa wilayah kerja Puskesmas I Wangon. Dalam
pelayanan kesehatan dasar Puskesmas I Wangon juga melakukan puskesmas
keliling (pusling) di beberapa titik wilayah kerja Puskesmas I Wangon.

9
Puskesmas I Wangon pada tahun 2019 memiliki 80 posyandu dimana tersebar
dibeberapa desa. Dari keseluruhan 80 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I
Wangon, sebanyak 18 posyandu (22,5%) merupakan posyandu madya, 61
posyandu (76,3%) merupakan posyandu purnama dan 1 posyandu (1,3%)
merupakan posyandu mandiri.
C. Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat
Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Wangon I pada tahun 2019 terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan. Indikator yang disajikan yaitu situasi angka kematian (mortalitas),
angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi.
1. Mortalitas
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
kejadian kematian di masyarakat. Di samping itu kejadian kematian juga dapat
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan
dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya
dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.
Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit yang terjadi pada
periode tahun 2019 akan diuraikan di bawah ini
a. Jumlah Kasus Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12
bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB dapat
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat berkaitan
dengan faktor penyebab, pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA dan KB serta kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi.

10
15 14
13

10 8

AKB
5

0
2017 2018 2019

Gambar 2.6 Grafik Angka Kematian Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas


Wangon I

Berdasarkan Gambar 2.6 Jumlah kasus kematian Bayi di Wilayah


Puskesmas Wangon I Tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya, Angka Kematian Bayi Tahun 2019 sebanyak 8 kasus

b. Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu
selama kehamilan, melahirkan dan nifas, yang dipengaruhi baik oleh
penyebab langsung maupun tak langsung. Penyebab langsung terbesar
adalah komplikasi obstetrik seperti perdarahan, eklampsia-preeklampsia, dan
infeksi, sedangkan penyebab tak langsung erat hubungannya dengan sosial
budaya seperti keyakinan, kepercayaan, sikap dan perilaku masyarakat
terhadap perawatan selama hamil, melahirkan dan nifas.
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
AKI
0,4
0,3
0,2
0,1 0 0 0
0
2017 2018 2019

Gambar 2.7 Grafik Angka Kematian Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas


Wangon I

11
Berdasarkan Gambar 2.7 tidak ada kematian ibu di wilayah kerja
Puskesmas Wangon I Tahun 2019.

2. Mobiditas
a. Tuberkulosis
Angka kesembuhan pederita TB Paru BTA (+) dievaluasi dengan
melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu
bulan sebelum akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan dahak akhir
pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah
fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya negatif. Bila
pemeriksaan follow up tidak dilksanakan, namun pasien telah menyelesaikan
pengobatan, maka eveluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai
pengobatan lengkap.
Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien berobat secara
tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus MDR maupun XDR,
WHO telah menetapkan strategi untuk mengatasi kegagalan pengobatan TB
yaitu dengan strategi DOT (Directly Observed Treatment Short Course)
yang telah dimulai sejak tahun 1995.
150
100
100
53,66
50 32,7

0
2017 2018 2019

Angka Kesembuhan TB

Gambar 2.8 Grafik Persentase Angka Kesembuhan TB Paru di Wilayah


Kerja Puskesmas Wangon I

12
Berdasarkan Gambar 2.8 Jumlah Angka Kesembuhan (Cure Rate)
Penderita TB Paru BTA (+) di Tahun 2019 sebesar 32,7% menurun
dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 53,66%.

b. Pneumonia
Cakupan penemuan pneumonia dan
ditangani
200
Cakupan
100 penemuan
pneumonia dan
0 ditangani
2017 2018 2019

Gambar 2.9 Cakupan Penemuan Pneunomia dan Ditangani di Wilayah


Kerja Puskesmas Wangon I

Berdasarkan gambar 2.9 cakupan penemuan pneumonia dan ditangani


selama tahun 2019 di Puskesmas Wangon I ditemukan sebanyak 103,4%
meningkat dibandingkan tahun 2018 sebesar 37,2%.

c. Penyakit HIV/AIDS

Prevalensi HIV
10
8
6
4
2
0
2017 2018 2019
AIDS 2 6 3
HIV 2 2 4

Gambar 2.10 Prevalensi HIV di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I

Berdasarkan 2.10 di atas menunjukkan trend kasus HIV mengalami


peningkatan pada tahun 2019 sebanyak 4 kasus HIV sedangkan pada tahun

13
2018 sebanyak 2 kasus HIV setelah pada tahun sebelumnya tahun 2017 2
kasus HIV.
Berdasarkan 2.10 di atas menunjukkan trend kasus AIDS mengalami
penurunan pada tahun 2019 sebanyak 3 kasus AIDS sedangkan pada tahun
2018 sebanyak 6 kasus AIDS setelah pada tahun sebelumnya tahun 2017 2
kasus AIDS.

d. Penyakit Diare
Angka Kasus diare yang ditangani
70

65

60
Angka Kasus diare
55 yang ditanganni

50

45
2017 2018 2019

Gambar 2.11 Angka Kasus Diare yang Ditangani pada semua umur di
Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I

Berdasarkan gambar 2.11 angka kasus diare yang ditangani pada


semua umur di wilayah kerja Puskesmas Wangon I mengalami peningkatan
di tahun 2019 yaitu 64.8% dibandingkan tahun 2018 yaitu 54.5%.

14
e. Penyakit Kusta

Angka Kasus Kusta


5
4
3
Angka Kasus
2
Kusta
1
0
2017 2018 2019

Gambar 2.12 Kasus Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I

Berdasarkan gambar 2.12 data di Puskesmas Wangon I terdapat


peningkatan kasus kusta sebanyak 4 kasus selama tahun 2019 yang
sebelumnya pada tahun 2018 sebanyak 0 kasus.

f. Hepatitis B

Angka Kasus Hepatitis B


15

10
Angka Kasus
5 Hepatitis B

0
2017 2018 2019

Gambar 2.13 Kasus Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I

Berdasarkan gambar 2.13 kasus hepatitis B di wilayah kerja


Puskesmas Wangon I mengalami penurunan di tahun 2019 yaitu 0 kasus
dibandingkan tahun 2018 yaitu 13 kasus.

15
g. DBD
70
60
50
40
30
20
10
0
2017 2018 2019
CFR 0 0 15
IR 0 5 30
Kasus 0 3 19

Gambar 2.14 Jumlah Kasus DB dan Angka Kematian di Wilayah kerja


Puskesmas Wangon I

Berdasarkan gambar 2.14 di atas jumlah kasus DBD pada tahun 2019
mengalami peningkatan yaitu 19 kasus dibandingkan pada tahun 2018
jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Wangon I sebanyak 3 kasus.

h. Malaria
Kasus malaria
1,5

1
Kasus malaria
0,5

0
2017 2018 2019

Gambar 2.15 Jumlah kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Wangon I

Berdasarkan gambar 2.15 di atas jumlah kasus malaria pada tahun


2019 mengalami penuruna yaitu 0 kasus dibandingkan pada tahun 2018
jumlah kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Wangon I sebanyak 1
kasus.

16
i. Deteksi Kanker leher rahim dan kanker payudara
Pemeriksaan leher rahim dan payudara
2
1,5
Pemeriksaan
1
leher rahim dan
0,5 payudara
0
2017 2018 2019

Gambar 2.16 Persentase pemeriksaan leher rahim dan payudara di wilayah


kerja I Puskesmas Wangon

Berdasarkan gambar 2.16 di atas persentase pemeriksaan leher rahim


dan payudara pada tahun 2019 mengalami peningkatan yaitu 1,5%
dibandingkan pada tahun 2018 (0,3%) dan 2017 (1%).

12
10
8
6
4
2
0
2017 2018 2019
Tumor/benjolan 2,35 7,1 1,4
IVA positif 0 3,6 0

Gambar 2.17 Persentase IVA positif dan tumor/benjolan di wilayah kerja


Puskesmas Wangon I

Berdasarkan gambar 2.17 persentase IVA positif mengalami


penurunan di tahun 2019 yaitu 0% dibandingkan tahun 2018 sebanyak 3,6%
dan 2017 yaitu 0%, sedangkan tumor/benjolan juga mengalami penurunan
dari 7,1% di tahun 2018 menjadi 1,4% pada tahun 2019.

17
Pelayanan Kesehatan Anak
1. Angka Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Kasus Balita Bawah Garis Merah


8
6
Kasus Balita
4
Bawah Garis
2 Merah
0
2017 2018 2019

Gambar 2.18 Angka Kasus Balita Bawah Garis Merah di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon I

Berdasarkan Gambar 2.18 Angka Kasus Balita Bawah Garis Merah di


Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I Tahun 2019 sebesar 6,9% meningkat dari
tahun sebelumnya di Tahun 2018 yaitu 0,76%.

2. Angka Balita Gizi Buruk

Kasus Balita Gizi Buruk


6

4
Kasus Balita Gizi
2 Buruk

0
2017 2018 2019

Gambar 2.19 Angka Kasus Balita Gizi Buruk yang ditemukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon I

Berdasarkan Gambar 2.19 Angka Kasus Balita Gizi Buruk yang


ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I Tahun 2019 sebesar 5,5%
balita meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 2% balita di tahun
2018.

18
3. Cakupan Asi Eksklusif

Cakupan Asi Eksklusif


100
80
60
Cakupan Asi
40
Eksklusif
20
0
2017 2018 2019

Gambar 2.20 Cakupan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas


Wangon I

Berdasarkan Gambar 2.20 Cakupan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja


Puskesmas Wangon I pada tahun 2019 sebesar 85,5% meningkat di banding
tahun 2018 sebesar 67,4%.

4. Angka kasus Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Kasus BBLR
10
8
6
4 Kasus BBLR
2
0
2017 2018 2019

Gambar 2.21 Angka Kasus BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I

Berdasarkan Gambar 2.21 Angka Kasus BBLR di Wilayah Kerja


Puskesmas Wangon I tahun 2019 sebesar 6,4% menurun dibandingkan tahun
2018 angka kasusnya sebesar 7,3%.

19
Data Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
1. Hipertensi

Kasus HIpertensi
20000
15000
10000
Kasus Hipertensi
5000
0
2018 2019

Gambar 2.22 Angka Kasus Hipertensi yang ditemukan di Wilayah Kerja


Puskesmas Wangon I

Berdasarkan Gambar 2.22 Angka Kasus Hipertensi yang ditemukan di


Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I Tahun 2019 sebesar 15.043 kasus
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 2.228 kasus di tahun 2018.

2. Diabetes Melitus

Kasus HIpertensi
1500

1000
Kasus Hipertensi
500

0
2018 2019

Gambar 2.23 Angka Kasus Diabetes Melitus yang ditemukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon I

Berdasarkan Gambar 2.23 Angka Kasus Diabetes Melitus yang


ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I Tahun 2019 sebesar 1.029
kasus meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 2.228 kasus di tahun
2018.

20
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Analisis Sistem pada Program Kesehatan

Analisis sistem merupakan pengkajian suatu masalah dengan


memandangnya sebagai sistem atau bagian dari sistem dan menelusuri
struktur dan perilaku sistem tersebut. Analisis penyebab masalah dilakukan
berdasarkan pendekatan sistem sehingga dilihat apakah output (skor
pencapaian suatu indikator kinerja) mengalami masalah atau tidak. Apabila
ternyata bermasalah, penyebab masalah tersebut dapat kita analisis dari input
dan proses kegiatan tersebut. Analisis program kesehatan dilakukan dengan
metode berikut sistem berikut:
1. Input
a. Man
1) Dokter Umum
Menurut Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 43 tahun
2019, puskesmas kawasan pedesaan rawat inap minimal
memiliki 1 dokter atau dokter layananan primer. Dokter
Umum Dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas I Wangon terdapat 5 orang dokter umum (1 PNS, 4
Pegawai Non PNS). Rasio tenaga medis puskesmas terhadap
penduduk sebesar 5,62 per 100.000 penduduk. Sehingga,
Puskesmas I Wangon sudah memenuhi standar ketenagaan
puskesmas.
2) Dokter Spesialis
Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010,
ratio dokter spesialis per 100.000 penduduk adalah 6 orang
dokter spesialis. Dokter spesialis di Puskesmas I Wangon
tidak ada. Sehingga, untuk jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas I Wangon dengan 62.964 penduduk dibutuhkan 4
dokter spesialis.

21
3) Dokter Gigi
Menurut Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 43 tahun
2019 puskesmas kawasan pedesaan rawat inap minimal
memiliki 1 dokter gigi serta standar IIS 2010, 11/100.000
penduduk. Dokter gigi di Puskesmas I Wangon terdapat 1
orang dokter gigi. Sehingga, Puskesmas I Wangon sudah
memenuhi standar ketenagaan Puskesmas.
4) Tenaga Bidan
Menurut Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 43 tahun
2019, puskesmas kawasan pedesaan rawat inap minimal
memiliki 4 bidan. Tenaga Kebidanan di Puskesmas I Wangon
terdapat 21 orang. Sehingga, Puskesmas I Wangon sudah
memenuhi standar ketenagaan.
5) Tenaga Perawat
Menurut Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 43 tahun
2019 jumlah tenaga perawat 5 orang. Tenaga perawat
kesehatan yang ada di Puskesmas I Wangon terdapat 15 orang.
Sehingga, Puskesmas I Wangon sudah memenuhi standar
ketenagaan.
6) Tenaga Gizi
Menurut Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 43 tahun
2019 jumlah tenaga gizi 1 orang. Tenaga Gizi yang ada di
Puskesmas I Wangon terdapat 2 orang. Sehingga, Puskesmas I
Wangon sudah memenuhi standar ketenagaan.
7) Tenaga Kesehatan Masyarakat
Menurut standar Peraturan Menteri Kesehatan no.75 tahun
2014, menyatakan bahwa Puskesmas di wilayah pedesaan
rawat inap minimal memiliki 2 tenaga kerja kesehatan
masyarakat. Tenaga Kesehatan Masyarakat yang ada di
Puskesmas I Wangon terdapat 1 orang. Sehingga, untuk

22
Puskesmas I Wangon belum memenuhi standar ketenagaan
Puskesmas.
8) Tenaga Kesehatan Lingkungan
Menurut standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun
2014, puskesmas kawasan pedesaan rawat inap minimal
memiliki 1 tenaga kesehatan lingkungan. Tenaga Kesehatan
Lingkungan yang ada di Puskesmas I Wangon teradapat 1
orang. Sehingga, Puskesmas I Wangon sudah memenuhi
standar ketenagaan puskesmas. Sumber daya manusia selain
tenaga kesehatan yang juga memiliki peran penting adalah
kader kesehatan.
9) Tenaga kefarmasian
Menurut Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 43 tahun
2019 Tenaga farmasi di Puskesmas I Wangon terdiri dari 1
orang apoteker dan 1 asisten apoteker.
Tenaga yang dapat melakukan program deteksi dini kanker
rahim bersertifikasi baru 2 orang, 1 dokter dan 1 bidan, serta 4
orang bidan yang telah ikut pelatihan tanpa sertifikasi. Dalam
pelaksanannya hanya 1 bidan yang bertugas dalam skrining.
b. Money
Sumber anggaran kesehatan Puskesmas I Wangon berasal
dari Dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), dana
Operasional Puskesmas yang berasal dari BLUD (Badan Layanan
Umum Daerah). APBN terdisi atas Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK), dana konsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan Kabupaten/Kota.
Anggaran ini bertujuan agar semua program kesehatan di
Puskesmas I Wangon berjalan dengan lancar dan mencapai target
yang telah ditentukan, termasuk di dalamnya untuk program
pemeriksaan IVA bagi wanita usia subur.

23
c. Material
Jumlah sarana kesehatan dasar di wilayah Puskesmas I Wangon pada
tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Puskesmas Keliling : 1
2. PKD : 9
3. Posyandu : 80
4. Posbindu PTM : 8
5. Klinik Pratama : 2
6. Apotek : 6
Puskesmas I Wangon memiliki 2 mobil ambulans yang dapat
digunakan untuk merujuk pasien, 1 mobil jenazah untuk mengatarkan
jenazah ke rumah duka dan 2 sepeda motor yang dapat digunakan untuk
home visit atau transportasi yang menunjang program kesehatan.
Puskesmas I Wangon juga memiliki 1 aula yang dapat digunakan
sebagai sarana penunjang kegiatan.
Alat yang digunakkan untuk program deteksi dini kanker leher
rahim di Puskesmas I Wangon sudah mencukupi. Alat yang digunakan
sudah sesuai standar syarat dari permenkes diantaranya ruangan yang
tertutup yang memadai, lampu sorot, spekulum, dan bahan bahan untuk
pemeriksaan. Bentuk media yang digunakan dalam menunjang cakupan
program deteksi dini kanker leher rahim berupa pemasangan iklan
tentang bahaya kanker rahim di ruang tunggu pasien dan juga poster.
d. Method
Promosi program deteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas I
Wangon dilakukan sebanyak 4x untuk setiap desa dalam satu tahun.
Pelayanan deteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas I Wangon
masih pasif. Selain itu pasien yang berencana memasang KB IUD akan
dikonseling oleh bidan supaya juga bersedia melakukan pemeriksaan
IVA. Puskesmas hanya menunggu pasien yang datang untuk dilakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker rahim, atau pasien yang masuk ke balai

24
pelayanan dirujuk oleh dokter terkait untuk pemeriksaan deteksi dini
kanker rahim dan dilakukan pemeriksaan di masing-masing desa
sebanyak 1 tahun 1 kali.
e. Minute
Pasien datang ke puskesmas Wangon I dan langsung diperiksa
oleh bagian skrining. Pelaksanaan deteksi dini kanker leher rahim
dilakukan setiap hari mulai dari Senin-Sabtu, dan bisa juga rujukan dari
pelayanan dokter untuk dilakukan skrining sesuai indikasinya.
Sosialisasi atau penyuluhan yang dilakukan sekitar 3 bulan sekali.
Pencatatan dilakukan setiap bulannya.
f. Market
Target sasaran dalam kegiatan program deteksi dini kanker
rahim yaitu seluruh Wanita Usia Subur 30-50 di wilayah kerja
Puskesmas 1 Wangon.
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Arah : Pelayanan Kesehatan Prima Dalam Kemandirian. Untuk
mempermudah mencapai tersebut, perencanaan mengacu pada Standard
Pelayanan Minimal (SPM) untuk program pemeriksaan IVA yang sudah
ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota.
b. Penggerakan dan Pelaksanaan Program (P2)
Penggerakan advokasi dan inisasi kepada pemangku kepentingan
dan penanggung jawab program di semua tingkat untuk membangun
komitmen dalam pencapaian tujuan program deteksi dini kanker rahim
dengan metode IVA test untuk wanita usia subur di puskesmas.
Puskesmas melaksanakan sosialisasi terkait pentingnya deteksi
dini kanker leher rahim. Sosialisasi program deteksi dini kanker rahim
dengan metode IVA test untuk wanita usia subur diberikan oleh pihak
puskesmas di setiap desa. Demi tercapainya program pihak penanggung
jawab program bekerjasama dengan pihak tokoh masyarakat dan

25
organisasi masyarakat dalam hal sosialisasi guna menggencarkan
program ini. Puskesmas I Wangon melakukan pelayanan deteksi dini
kanker leher rahim di Ruang IMS oleh bidan setiap hari Senin-Sabtu
selama jam kerja dan dilakukan pemeriksaan di masing-masing desa
sebanyak 1 tahun 1 kali. Pada pelayanan ini sudah ada ruang konseling
khusus. Jika ditemukan pasien dengan IVA positif, maka pasien akan
langsung dirujuk ke rumah sakit Ajibarang yang dapat melakukan
tindakan krioterapi. Pelayanan dan rujukan sampai saat ini hanya
menunggu pasien datang ke Puskesmas I Wangon.
c. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3) :
Pengawasan, pengendalian, dan penilaian terhadap program deteksi
dini kanker rahim dengan metode IVA test untuk wanita usia subur
dilakukan dengan mengadakan rapat setiap bulan/lokakarya yang dihadiri
oleh seluruh karyawan terutama pemegang program. Dalam rapat tersebut,
pemegang program akan menjelaskan capaian sementara yaitu mengenai
jumlah total yang diperiksa dan jumlah total pasien dengan hasil IVA
positif serta kendala yang dihadapi untuk dilakukan evaluasi serta
penyelesaian masalahnya.
3. Output
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.43 tahun 2016 tentang
SPM Bidang Kesehatan angka capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam skrining penyakit tidak menular adalah 100%
(Kemenkes, 2016). Angka cakupan program deteksi dini kanker rahim
dengan metode IVA test untuk wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas
I Wangon pada Januari-Desember 2019 sebesar 150 orang (8,2%). Hal
tersebut menunjukkan bahwa deteksi dini kanker leher rahim di wilayah
kerja Puskesmas I Wangon belum sesuai target yang diharapkan.
4. Outcome
Dampak program yang diharapkan adalah turunnya morbiditas
penyakit kanker rahim atau kanker leher Rahim

26
5. Umpan Balik
Secara umum, umpan balik program berlangsung baik, terdiri dari :
a. Lokakarya Mini setiap bulan yang dilaksanakan di Puskesmas I Wangon
b. Laporan kerja tahunan di awal atau akhir tahun yang dilaksanakan di
Puskesmas I Wangon
6. Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh secara fisik terhadap program
yaitu kurangnya dukungan dari kader desa wilayah kerja Puskesmas 1
Wangon. Peran kader kesehatan ini adalah sebagai penggerak masyarakat
dan juga sebagai perantara penyebaran informasi mengenai pentingnya
deteksi dini kanker rahim dengan metode IVA test untuk wanita usia subur.
Adanya kader kesehatan yang di wilayah kerja Puskesmas I Wangon yang
berjumlah total 400 orang juga seharusnya dapat menunjang tercapainya
target program deteksi dini kanker leher rahim, tetapi kurangnya kesadaran
dari kader untuk melakukan pemeriksaan serta usaha dalam
mensosialisasikan pentingnya deteksi dini kanker leher Rahim. Selain itu,
jarak beberapa desa cukup jauh yang berada didaerah dataran tinggi namun
masih dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor. Secara non fisik faktor
yang mempengaruhi program yaitu faktor pendidikan masyarakat yang
sebagian besar tidak tamat SD dan faktor sosial ekonomi yang sebagian
besar masyarakat berprofesi sebagai petani, sehingga kebanyakan dari
wanita usia subur kurang memiliki kesadaran akan pentingnya deteksi dini
kanker rahim. Pemeriksaan deteksi dini kanker rahim dengan metode IVA
test untuk wanita usia subur ini meliputi organ intim wanita yang dirasa
sangat sensitif, sehingga pasien merasa takut dan malu untuk dilakukan
pemeriksaan, ditambah dengan adanya biaya yang harus dikeluarkan apabila
pasien tidak terdaftar dalam BPJS atau kartu asuransi kesehatan yang lain.

27
B. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
Analisis masalah pada program kesehatan puskesmas dilakukan
berdasarkan pendekatan sistem. Sistem terdiri dari input (masukan), proses dan
output (luaran). Analisis masalah pada program kesehatan puskesmas dilakukan
dengan mengetahui masalah pada output kemudian dilakukan analisis penyebab
masalah pada input dan proses program kesehatan puskesmas tersebut.
Analisis SWOT merupakan analisis antar komponen dengan
memanfaatkan deskripsi SWOT setiap komponen untuk merumuskan strategi
pemecahan masalah serta pengembangan dan atau perbaikan mutu suatu program
kesehatan secara berkelanjutan.
1. Strength
a. Input
1) Man
Puskesmas I Wangon memiliki jumlah tenaga kesehatan yang
cukup dan berkompeten terkait pemeriksaan deteksi dini kanker
leher rahim. Terdapat 1 orang bidan dan 1 orang dokter yang sudah
berkompeten dan mendapatkan sertifikat kompetensi pemeriksaan
deteksi dini kanker leher rahim. Terdapat tambahan 4 orang bidan
yang berkompetensi karena sudah ikut melakukan pelatihan deteksi
dini kanker leher rahim .
2) Money
Sumber dana dalam program deteksi dini kanker leher rahim pada
Puskesmas I Wangon berasal dari dana BLUD dan juga berasal dari
dana BOK. Sumber dana tersebut sangat cukup untuk menunjang
pelaksanaan program deteksi dini kanker leher rahim.
3) Material
a) Pengadaan sarana prasarana di puskesmas sudah cukup baik
berupa ruangan yang tertutup, lampu sorot, spekulum, dan
bahan untuk pemeriksaan.

28
b) Sarana dan prasarana untuk publikasi seperti iklan dan leaflet
untuk menunjang sosialisasi sebagai upaya peningkatan deteksi
dini kanker leher rahim
c) Sarana dan prasarana untuk penyuluhan seperti projector dan
speaker tersedia cukup baik.
d) Sarana dan prasarana untuk mobilisasi seperti ambulans maupun
sepeda motor juga tersedia yang dapat digunakan untuk home
visit.
4) Method
a) Pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dilakukan sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP).
5) Minute
a) Program pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dilakukan
setiap hari di Puskesmas. Kegiatan berlangsung sesuai jadwal.
b) Pemeriksaan IVA secara aktif hanya pernah dilakukan di satu
desa saja
6) Market
Sasaran deteksi dini kanker leher rahim di wilayah kerja Puskesmas
I Wangon sudah cukup jelas, yakni Wanita Usia Subur (WUS) 30-
50 tahun.

b. Proses
1) Penggerakan dan Pelaksanaan Program (P2)
a) Penyuluhan mencakup promosi mengenai program dan
pentingnya deteksi dini kanker leher rahim.
b) Sosialisai terhadap kader kader dan bidan desa.
c) Pendataan kinerja pelayanan deteksi dini kanker leher rahim
dilakukan secara periodik tiap bulan, yang mencakup jumlah
pasien total yang diperiksa, dan jumlah total pasien yang
mendapatkan hasil positif.

29
d) Pelaksana pemegang program deteksi dini kanker leher rahim
secara rutin berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas, bidang
promkes.
2) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian
a) Data program cakupan angka deteksi dini kanker leher Rahim
dengan metode IVA test pada wanita usia subur setiap bulan
direkapitulasi dan merupakan data yang update.
b) Rapat koordinasi bulanan dan akhir tahun dilakukan secara rutin
pda program deteksi dini kanker leher Rahim dengan metode
IVA test pada wanita usia subur.
2. Weakness
a. Input
1) Man
Pelaksanaan program dilimpahkan kepada bidan yang multiamanah
yang dituntut untuk dapat melakukan semua upaya keterkaitan
dengan deteksi dini kanker leher rahim beserta penyakit menular
seksual. Dari 5 orang yang sudah terlatih, hanya 1 orang yang terus
melakukan pemeriksaan. Sehingga, untuk melakukan pemeriksaan
secara aktif dalam skala besar menjadi kurang efektif karena bidan
yang tersertifikasi dituntut untuk turut mengamati semua hasil
pemeriksaan agar akurat.
2) Materials
Kurangnya sarana promosi maupun media visual menarik lainnya di
Puskesmas maupun PKD untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan IVA untuk wanita
usia subur. Kurangnya sarana prasarana yang dapat digunakan
dalam skala besar serta belum terdapat sarana prasarana tindakan
krioterapi

30
3) Method
a) Pelayanan deteksi dini kanker leher rahim masih pasif, hanya
menunggu pasien datang ke puskesmas.
b) Promosi program pelayanan deteksi dini kanker leher rahim
masih belum terlalu aktif dan terjadwal dengan baik.
b. Process
a) Belum terciptanya koordinasi dengan fasilitas kesehatan lain
terkait pelaporan dan pendataan jumlah pemeriksaan deteksi
dini kanker leher rahim untuk meminimalisir terjadinya under
reported.
b) Belum membuat timeline dan capaian untuk mendapatkan hasil
cakupan yang di inginkan.
c) Sulitnya mengadakan pemeriksaan secara masal karena alat
sarana dan prasarana yang belum memadai
d) Pelaksanaan program masih pasif karena hanya menunggu
pasien datang ke puskesmas.
e) Puskesmas I Wangon belum menyediakan tindakan krioterapi.

3. Oppurtunity
a) Adanya kader yang berjumlah 400 orang pada seluruh wilayah
kerja Puskesmas I Wangon
b) Pendanaan untuk program deteksi dini kanker rahim metode
IVA test didapat dari pemerintah
c) Adanya jaminan kesehatan berupa BPJS serta asuransi
kesehatan lainnya yang dapat membantu masyarakat dalam
pemeriksaan deteksi dini kanker Rahim dengan metode IVA
test
d) Memiliki 1 rumah sakit umum yang dapat meningkatkan
kesehatan terutama kesehatan reproduksi

31
e) Banyaknya kegiatan atau forum masyarakat yang dapat
dijadikan sarana tempat publikasi serta sosialisasi tentang
pentingnya dekteksi dini kanker rahim
4. Threat
a) Wanita usia subur merasa malu dan kurangnya kesadaran
terkait pemeriksaan dini kanker leher rahim karena
berhubungan dengan organ vital.
b) Kurang aktifnya masyarakat untuk bertanya kepada tenaga
kesehatan terkait program deteksi dini kanker rahim.
c) Wanita usia subur merasa khawatir apabila hasil pemeriksaan
tidak sesuai dengan yg diharapkan. Oleh karena itu, wanita usia
subur lebih baik tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker rahim
d) Kurangnya bantuan lintas sektoral, contohnya dari pihak desa
dalam upaya meningkatkan cakupan angka deteksi dini kanker
leher rahim.
e) Jumlah target dalam pecapaian program deteksi dini kanker
rahim pada wanita usia subur sangat besar
f) Belum terbentuknya kader khusus untuk pemeriksaaan deteksi
dini kenker rahim

32
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Berdasarkan data SPM Puskesmas I Wangon menunjukkan jumlah
pasien yang diperiksa untuk deteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas I
Wangon pada tahun 2017 sebanyak 85 orang atau dengan persentase
sebesar 3,5% dan pada tahun 2018 hanya mencapai 1,8%. Pada tahun 2019
terhitung dari bulan Januari-Desember jumlah baru mencapai 150 orang
orang yang diperiksa dan terdapat 5 orang dengan hasil curiga kanker rahim
dengan persentase 8,2%. Target pemerintah terhadap pengendalian penyakit
tidak menular adalah 100%, dan deteksi dini kanker rahim masuk ke dalam
program ini. Artinya target deteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas I
Wangon belum tercapai. Hal ini merupakan salah satu masalah yang
terdapat di Puskesmas I Wangon. Untuk mendapatkan alternatif dari
pemecahan masalah, sebelumnya telah dilakukan analisa penyebab masalah
dari segi strenght (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity
(kesempatan), dan threat (ancaman).
Berdasarkan analisis, terdapat beberapa kelemahan yang ditemukan
dalam program deteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas 1 Wangon.
Beberapa kelemahan dari segi man / tenaga kesehatan yaitu bidan yang
tersertifikasi untuk melakukan pemeriksaan IVA hanya 1 orang sehingga
untuk melakukan pemeriksaan secara aktif dalam skala besar menjadi
kurang efektif karena bidan yang tersertifikasi dituntut untuk turut
mengamati semua hasil pemeriksaan agar akurat. Dalam proses
pelaksanaan program deteksi dini kanker leher rahim ini juga ditemukan
beberapa kelemahan seperti, belum terealisasinya koordinasi antara
pemegang program dengan tenaga kesehatan yang lain yang sudah terlatih
di puskesmas atau dengan instansi lain, belum adanya kerjasama dengan
dengan fasilitas kesehatan yang lain sehingga kemungkinan terdapat pasien

33
yang memeriksakan dirinya ke faskes lain. Tidak tersedianya sarana
prasana pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim secara masal dan hal
ini juga yang menyebabkan kinerja puskesmas dalam pelaksanaannya
cendrung pasif, hanya menunggu pasien datang ke puskesmas untuk
dilakukan pemeriksaan, belm adanya kerjasama lintas sektoral yang baik
sehingga koordinasi dan evaluasi lintas sectoral tidak berjalan, serta
kurangnya pengawasan dan evaluasi dari manajemen Puskesmas 1 Wangon
terkait data cakupan yang belum sesuai dengan target.
Peluang atau opportunity berupa terdapat dana opersional kesehatan
untuk program deteksi dini kanker leher rahim di wilayah kerja Puskesmas
1 Wangon, adanya kader desa yang mendukung serta menggerakkan
masyarakat untuk ikut melakukan pemeriksaan, adanya jaminan kesehatan
untuk masyarakat yang melakukan pemeriksaan, dan adanya kegiatan rutin
di tingkat RT/RW seperti PKK, yang dapat dimanfaatkan untuk
menyampaikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker leher
rahim dengan metode IVA test bagi wanita usia subur Puskesmas 1
Wangon.
Ancaman atau threat dalam deteksi dini kanker leher rahim adalah
masyarakat masih cendrung merasa malu dan minder untuk dilakukan
pemeriksaan karena pemeriksaan berkenaan dengan organ vital yang
sensitive. Kurangnya peran lintas sectoral dan kader dalam peningkatan
cakupan deteksi dini kanker leher rahim.
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis SWOT, beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Melaksanakan penyuluhan deteksi dini kanker leher rahim dengan dengan
pemateri tenaga kesehatan lain
Penyuluhan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan
kredibilitas untuk meningkatkan deteksi dini kanker leher rahim. Penyuluhan
yang diberikan lebih untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan

34
dan bersifat membangun perilaku, hal ini dikarenakan dalam memanfaatkan
pelayanan program deteksi dini kanker rahim di Puskesmas I Wangon,
pengetahuan dan perubahan perilaku akan lebih memberi daya ungkit yang
kuat.
2. Memberikan edukasi kepada suami dan orang terdekat yang tinggal serumah
tentang pentingnya melakukan pemeriksaan ini agar dapat memberikan
dukungan kepada pasangannya untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker rahim.
3. Memberikan pelatihan pemeriksaan dan konseling yang bersertifikasi kepada
tenaga kesehatan lain
Pelatihan pemeriksaan IVA dan konseling kepada tenaga kesehatan lain
seperti dokter maupun bidan lainnya diperlukan untuk menambah jumlah
tenaga terlatih untuk dapat melakukan pemeriksaan IVA dan memberikan
penyuluhan agar pemeriksaan dapat dilakukan secara aktif dan rutin di setiap
desa.
4. Memanfaatkan adanya kegiatan rutin di tingkat RT/RW (PKK, rapat RT,
rapat RW, pengajian, pertemuan kader) untuk dilakukan penyuluhan deteksi
dini kanker leher rahim.
Kegiatan di masyarakat menjadi tempat untuk sosialisasikan pentingnya
pemeriksaan IVA untuk wanita usia subur. Penyuluhan menjadi lebih mudah
dan penyampaian informasi dapat mudah dipahami masyarakat.
5. Meningkatkan peran kader setiap desa dalam program deteksi dini kanker
leher rahim
Kader desa diberikan penyuluhan sebagai bekal untuk perpanjangan tangan
atau sebagai ujung tobak yang turun langsung ke lapangan dari puskesmas
untuk disampaikan kembali kepada masyarakat.
6. Pembuatan timeline dan target untuk mendapatkan hasil cakupan yang di
inginkan
Adanya timeline dan target cakupan akan membantu pembuatan jadwal lebih
terstruktur sebagai bahan pertimbangan untuk dievaluasi.

35
7. Memasang sarana promosi (Papan Informasi mengenai jadwal pelayanan
dalam bentuk media cetak maupun elektronik) di ruang tunggu puskesmas
tentang pentingnya pemeriksaan deteksi dini rahim untuk wanita usia subur.
8. Menjalin kerjasama antara puskesmas dengan fasilitas kesehatan lain.
Kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain seperti rumah sakit sekitar, dan
klinik yang dapat melakukan deteksi dini kanker leher rahim dapat
meningkatkan cakupan dengan adanya pendataan yang rutin.
9. Meningkatkan Koordinasi dan Kerjasama Lintas sectoral.
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas sector dapat berupa
meningkatkan sinergitas antara Puskesmas Wangon I dengan tokoh
masyarakat, dan pemerintah untuk ikut mengkampanyekan pentingnya
deteksi dini kanker leher rahim. Kerjasama lintas sektoral dapat dari PIS-PK
dalam hal publikasi dan dalam hal penyuluhan, home visit dan konseling.
10. Membuat jadwal kegiatan penyuluhan dan sosialisasi program pemeriksaan
IVA untuk wanita usia subur
Pembuatan jadwal penyuluhan diperlukan agar capaian program dapat lebih
terukur dan dapat dievaluasi.
11. Membuat Klinik Ramah Wanita Di Puskesmas I Wangon
Klinik ramah wanita adalah klinik yang dipilih letaknya dipojokan, sehingga
tidak banyak orang yang lewat. Klinik ini memiliki ruangan tertutup dan
dengan tenaga pemeriksa yang tersertifikasi dan memberi penjelasan hanya
ada ibu dan petugas kesehatan saat pemeriksaan. Hal ini berguna untuk
menghindari perasaan malu dan takut pada saat wanita diperiksa serta
membuat wanita lebih nyaman dan lebih terbuka dari segi privasi.
12. Memberikan pelatihan kepada dokter maupun bidan untuk melakukan
tindakan krioterapi
Hal ini diperlukan agar tindakan krioterapi dapat dilakukan secara mandiri di
Puskesmas I Wangon tanpa harus merujuk dan evaluasi tindakan dapat
dilakukan lebih terpantau.

36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Capaian jumlah deteksi dini kanker leher rahim tahun 2018 mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2017. Cakupan deteksi dini kanker leher
rahim di wilayah kerja Puskesmas I Wangon pada tahun 2017 adalah 3,5% dari
target 100% dan pada tahun 2018 sebesar 1,8 % dari 2385 jumlah wanita usia
subur yang ditargetkan untuk dilakukan deteksi dini kanker leher rahim hanya 41
orang yang dilakukan pemeriksaan. Pada tahun 2019 terhitung dari bulan
Januari-Desember jumlah baru mencapai 150 orang dari 7370 orang yang
diperiksa dari dan terdapat 5 orang dengan hasil curiga kanker rahim.
Permasalahan yang terjadi pada program deteksi dini kanker leher rahim
antara lain, sulitnya mengubah pola pikir masyarakat untuk mau melakukan
pemeriksaan yang berkaitan dengan organ yang sensitif, belum adanya sarana
prasarana yang bisa digunakan di luar puskesmas dan bisa dilakukan secara
masal, kurangnya koordinasi antar tenaga kesehatan dan dinas kesehatan dalam
pelayanan dan monitoring program deteksi dini kanker leher rahim, puskesmas
masih bekerja secara pasif dalam pelayanan deteksi dini kanker leher rahim,
kurangnya promosi kesehatan.
Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan ketercapaian program deteksi
dini kanker leher rahim antara lain, melaksanakan penyuluhan deteksi dini
kanker leher rahim dengan pemateri tenaga kesehatan lain, memberikan
penyuluhan kepada suami dan orang terdekat yang tinggal serumah, memberikan
pelatihan pemeriksaan dan konseling yang bersertifikasi kepada tenaga kesehatan
lain, memanfaatkan adanya kegiatan rutin di tingkat RT/RW, Meningkatkan
peran kader setiap desa, pengajuan anggaran dana untuk sarana prasarana,
pembuatan timeline dan target untuk mendapatkan hasil cakupan yang di
inginkan, memasang X-Banner, Menjalin kerjasama antara puskesmas dengan
fasilitas kesehatan lain, meningkatkan kerjasama lintas program, meningkatkan
Koordinasi dan Kerjasama Lintas sectoral, dan memasang Papan Informasi
mengenai jadwal pelayanan.

37
B. Saran
1. Puskesmas I Wangon harus bisa mempertahankan capaian-capaian yang
diraih dengan baik pada program cakupan deteksi dini kanker leher rahim
dan terus upaya untuk meningkatkan capaian-capaian tersebut.
2. Masyarakat khususnya Wanita Usia Subur (WUS) tidak boleh pasif dalam
upaya mencari informasi terkait program deteksi dini kanker leher rahim.
3. Masyarakat khususnya Wanita Usia Subur (WUS) dapat memanfaatkan
forum diskusi sperti MMD untuk membahas permasalahan tekait kanker
leher rahim dan program deteksi dini kanker leher rahim
4. Puskesmas harus lebih aktif dalam penyuluhan dan pelayanan deteksi dini
kanker leher rahim
5. Diperlukannya kerjasama dengan berbagai pihak dari dinas kesehatan,
fasilitas kesehatan lain, dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan cakupan
deteksi dini kanker leher rahim.

38
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2017. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran : Kanker Serviks. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan. 2015. Buletin Jendela Data dan Informasi


Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

GLOBOCON. 2018. Human Papillomavirus and Related Disease Report.


Spain. IOC.

World Health Organization (WHO). 2018. Cervical Cancer.

Puskesmas I Wangon. 2019. Buku Profil Kesehatan Puskesmas I Wangon


Tahun 2019. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas

World health Organization. 2014. Comprehensive Cervical Cancer Control


A Guide To Essential Practice. (online) diakses pada 18 Januari
2020(http://www.who.int/reproductivehealth/publications/cancers/
cervicalcancer-guide/en/)

World Health Organization. 2016. Human Papilloma Virus (HPV) and


Cervical Cancer. (online) diakses pada 18 Januari
2020(http://www.who.int)

39

You might also like