You are on page 1of 17

ANALISIS PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL LAUT BUNAKEN

BESERTA KEUNIKAN YANG ADA DI DALAMNYA


(Laporan Praktikum Manajemen Hutan)

Oleh:

Pandu Galang Pangestu 1914151005


Citra Amallia 1914151071
Novguli Aldy Hartawan 1954151010

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah baik berupa keindahan alam,

hewan, serta tumbuh-tumbuhan dan keragaman budaya semua itu merupakan

anugerah dari sang maha pencipta kepada kita manusia untuk dapat

menikmatinya. Sebab itu perlu dijaga, dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan.

Sehingga Indonesia mempunyai daya tarik tersendiri dibidang pariwisata, baik

dimata wisatawan internasional maupun wisatawan lokal. Para wisatawan

berbondong-bondong datang untuk menikmati suatu objek wisata yang ada di

Indonesia. Salah satunya yaitu Taman Nasional Bunaken yang terletak di Provinsi

Sulawesi Utara. Memiliki keindahan panorama bawah laut yang memukau, diving

dan snorkeling merupakan wisata andalan Taman Nasional Bunaken (Agusbushro

dkk,2015).

Taman Nasional Bunaken merupakan kawasan Taman Nasional Laut yang

sangat diandalkan oleh Pemerintah Sulawesi Utara dan kota Manado khususnya,

sebagai kawasan wisata yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi daerah.

Tahun 2006, pemerintah kota Manado menetapkan target kota Manado harus

menjadi kota tujuan wisata dunia di tahun 2010. Kemudian tahun 2011
diubah menjadi “Manado Model Kota Eko Wisata”. Penetapan visi ini pada

dasarnya dilandasi pada keyakinan bahwa sektor pariwisata akan dapat menjadi

sektor andalan yang pada gilirannya nanti akan memberikan efek yang signifikan

bagi pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat, khususnya di kota ini dan

provinsi Sulawesi Utara secara keseluruhan. Keinginan pemerintah kota Manado

ini, juga mendapat dukungan dari pemerintah di tingkat provinsi. Hal ini

dibuktikan dengan gencarnya pemerintah provinsi untuk selalu menggelar even-

even internasional dan nasional di kota Manado (Rares,2015).

Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis di

Indonesia yang terdiri dari ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang,

dan ekosistem daratan atau pesisir. Secara geografis Taman Nasional ini terletak

di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas kawasan 89.065 Ha, yang dibagi menjadi

dua bagian, yaitu bagian Utara dan bagian Selatan. Bagian Utara kepulauan

meliputi Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, Pulau Mantehage,

Pulau Nain dan daerah bagian daratan pesisir utara yaitu desa Molas, desa Meras,

desa Tongkaina, desa Tiwoho, sedangkan bagian Selatan mulai dari desa Poopoh

sampai ke desa Popareng (Arakan - Wawontulap) (Anthoni dkk,2017)

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini sebagai berikut.

1. Mengenali manajemen pengelolaan taman nasional di Indonesia

2. Mengidentifikasi POAC di taman nasional di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taman Nasional

Taman Nasional merupakan kawasan ekosistem asli yang dikelola dengan sistem

zonasi untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan

rekreasi. Penetapannya memperhatikan berbagai kriteria dalam UU No.5 tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Kawasan

Taman Nasional terdiri dari beberapa zona yaitu zona inti, zona rimba, zona

perlindungan bahari untuk wilayah perairan, zona rimba, zona pemanfaatan, dan

zona khusus seperti zona tradisional, zona rehabilitas dan zona religi (Permenhut

No.56/ 2006, PP No.28/2011, UU 41/99) (Bagindo,2016)

Salah satu ekowisata bahari yang sedang berkembang saat ini adalah Taman

Nasional Laut (TNL) Bunaken. Tempat wisata ini merupakan perwakilan

ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau,

padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan/ pesisir. Taman laut

ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan

No.730/Kpts-II/1991 yang dikelola melalui sistem zonasi (Bagindo,2016)


2.2. Taman Nasional Bunaken

Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No.730/Kpts-II/1991 dengan luas 89.065

Ha. Secara geografis Taman Nasional Bunaken dibagi menjadi 2 wilayah yaitu

bagian utara dan bagian selatan. Secara administratif bagian utara kawasan Taman

Nasional Bunaken termasuk wilayah administrasi Kota Manado, Kecamatan

Bunaken (terdiri dari Kelurahan Molas, Kelurahan Meras, Kelurahan Tongkeina.

dan Kecamatan Bunaken Kepulauan (terdiri dari Pulau Bunaken, Pulau Siladen

dan Pulau Manado Tua) dan wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Utara,

Kecamatan Wori (terdiri dari Desa Tiwoho, Pulau Nain dan Pulau Mantehage),

dengan luas 75.265 ha. Sedangkan bagian selatan kawasan Taman Nasional

Bunaken secara administratif termasuk Wilayah Administrasi Kabupaten

Minahasa, Kecamatan Tombariri (terdiri dari Desa Poopoh, Desa Teling, Desa

Kumu dan Desa Pinasungkulan) dan Wilayah Administrasi Kabupaten Minahasa

Selatan, Kecamatan Tatepaan (terdiri dari Desa Arakan, Desa Sondaken, Desa

Pungkol, Desa Wawontulap dan Desa Popareng) dengan luas 13.800 ha yang

disebut pesisir Arakan - Wawontulap. (Agusbushro dkk,2015)

Pusat kegiatan wisata Taman Nasional Bunaken berlokasi di Kecamatan Bunaken

Kepulauan terdiri dari 3 Pulau yaitu Pulau Bunaken, Manado Tua, dan Siladen.

Terutama Pulau Bunaken yang merupakan aikon wisata Taman Nasional Bunaken

itu sendiri. Pulau Bunaken terletak tidak jauh dari Manado, Ibukota Propinsi

Sulawesi Utara. Waktu yang ditempuh dalam perjalanan dari Kota Manado ke

Pulau Bunaken sekitar 35 menit, ke Pulau Sileden sekitar 40 menit, ke Pulau


Manado tua sekitar 50 menit. dengan menggunakan transportasi laut. (Agusbushro

dkk,2015)

2.3. Manajemen Strategik

Manajemen strategik merupakan serangkaian kebijakan dan tindakan manajerial

yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang, terdiri atas

pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi

serta pengendalian. Dalam manajemen strategik terdapat dua masalah utama.

Masalah yang pertama adalah kemampuan suatu perusahaan dalam

mengidentifikasi pola unik dari tantangan, kendala, dan peluang masa depan.

Masalah yang kedua adalah bagaimana merancang dan mengimplementasikan

perubahan yang unik atas tantangan yang dihadapi suatu perusahaan Manajemen

strategik mengintegrasikan semua level organisasi dari proses manajemen yang

berkelanjutan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi masa depan

organisasi, manajemen strategik bertujuan mengimplementasikan suatu strategi

dalam organisasi melalui tahapan perumusan, implementtasi, evaluasi,

pengendalian dan perbaikan strategi (Bagindo,2016).

Salah satu pendekatan dalam membuat suatu pengembangan adalah dengan

menggunakan pendekatan model bisnis. Faktor pengembangan model bisnis tidak

hanya dari teknologi, tetapi juga dari faktor ekonomi seperti mencari penciptaan

nilai pemegang saham dan juga faktor regulasi, terutama deregulasi sektor

telekomunikasi yang memiliki pengaruh nyata dan menyebabkan munculnya


bisnis baru, model pendapatan, dan kompleksitas hubungan antar perusahaan

(Bagindo,2016).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Pratikum dilakukan ada hari Jum’at, 9 Oktober 2020 secara virtual melalui media

sosial Zoom.

2.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi laptop dan handphone. Bahan

yang dibutuhkan ialah Jurnal Penelitian, buku, dan sumber lainnya yang dapat

dipercaya mengenai pengelolaan Taman Nasional Bunaken.

2.3. Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum ini sebagai berikut:


1. Praktikan bekerja sesuai kelompok yang telah diberikan.
2. Setiap kelompok mencari manajemen taman nasional dengan menggunakan
gawai dan/atau laptop masing-masing melalui jejaring media sosial.
3. Identifikasi keterkaitan antara substansi POAC manajemen hutan yang
diperoleh dari kuliah dengan implementasi di lapangan.
4. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di taman
nasional tersebut.
5. Menyusun laporan dengan menggunakan data yang telah terkumpul.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai ebrikut.

Tabel 1. Analisis SWOT Taman Nasional Laut Bunaken (Bagindo dkk., 2016).
No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1. Costumer Segmen Pihak Kunjungan Terdapat
Segments wisatawan yang pengelola wisatawan pesaing
berbeda masih yang terus dengan
menganggap meningkat segmen yang
sama setiap dari berbagai sama
segmen segmen
2. Value Potensi wisata, Sampah, Potensi Pesaing yang
Propositions murah, dan fasilitas umum wisata alam semakin
akses mudah masih kurang belum banyak
dikembangka
n
3. Channels Memiliki Media promosi Pemanfaatn Terdapat
kerjasma agen seperti jejaring kemajuan banyak
travel, resort dan sosial masih teknologi pesaing
asosiasi dikembangkan informasi
(TI)
4. Costumer Komunitas Pendataan Pemanfaatan Pihak
Relationship penyelam yang wisatawan kemajuan TI pengelola
terus bertambah yang masih
berkunjung cenderung
masih belum pasif dalam
tersedia menjaring
wisatawan
5. Revenue Sumber Birokrasi Penambahan Pemasukan
Streams pendapatan pihak sumber melalui APBN
bervariasi pengelola yang pendapatan tidak menentu
terkait dari tarif
masuk
kawasan
6. Key Keanekaragama Kurangnya Pemanfaatan Illegal fishing,
Resources n potensi SDA SDM kemajuan TI kerusakan
bekompeten ekosistem
Tabel 1. Lanjutan
7. Key Pemeliharaan Biaya Wisata Biaya
Activities dan pengawasan operasional edukasi operasional
ekosistem dan promosi semakin tinggi
tinggi
8. Key Kemitraan Belum ada Kerjasama Tumpang
Partnership dengan berbagai kemitraan dengan pihak tindih
instansi dengan perbankan kepentingan
pemerintahan lembaga maupun
dan masyarakat keuangan Event
resmi Organizer
9. Cost Dana yang Biaya Penggunaam Pembiayaan
Structure masuk relatif operasional TI untuk semakin
terpenuhi tinggi menekan meningkat di
biaya masa
promosi mendatang

4.2 Pembahasan

Taman Nasional Laut Bunaken merupakan salah satu ekowisata bahari yang ada

di Indonesia. Taman Nasional ini merupakan perwakilan ekosistem tropis di

Indonesia yang terdiri atas hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan

ekosistem pesisir. Bunaken memiliki keunikan tersendiri dari taman nasional

lainnya, yaitu keindahan pemandangan bawah laut yang memiliki daya tarik

tersendiri bagi wisatawan. Potensi besar tersebut tentunya menjadi peluang dan

kekuatan besar bila dikembangkan menjadi kawasan ekowisata dengan sistem

berkelanjutan. Pengembangan ekowisata berkelanjutan dipengaruhi oleh

beberapa aspek seperti kebiasaan, sikap masyarakat terhadap lingkungan,

dukungan dari pemerintah, tanggung jawab dari pihak terkait, serta pengetahuan

atas kawasan tersebut (Singh, 2007).


Setiap kawasan memiliki pasti kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman.

Keempat hal ini sangat berpengaruh terhadap pengembagan suatu kawasan.

Taman Nasional Laut Bunaken memiliki beberapa aspek yang dijadikan acuan

dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan. Berikut strategi yang mungkin

dilakukan berdasarkan analisis SWOT Taman Nasional Laut Bunaken menurut

Bagindo dkk. (2016):

1. Channels, Perlunya pengondisian antar agen untuk dilakukan, sebab agen

travel yang ada terkadang kurang melakukan komunikasi saat membawa

wisatawan. Selain itu perlunya pemanfaatan teknologi informasi sebagai

media dalam melakukan promosi. Selama ini dirasa pengelola belum

memanfaatkan internet dengan optimal.

2. Customer Relationship, Pengelola harus lebih aktif dalam menjaring

wisatawan yang lebih banyak dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Penggunaan internet dirasa sebagai cara yang efektif dalam menekan biaya

promosi. Hal ini diharapakan agar wisatawan dapat berinteraksi secara

langsung dengan pihak pengelola.

3. Revenue Stream, mengoptimalkan penggunaan tarif masuk kawasan dengan

memperhatikan segmen pelanggan serta memperhatikan kenyamanan dan

ketersediaan sarana dan prasarana untuk para wisatawan. Pihak pengelola

dapat bekerjasama dengan perusahaan untuk memperoleh ruang iklan, serta

dana abadi sebagai upaya menjaga finansial berkesinambungan.

4. Key Resources, Pemberian pelatihan kepada SDM pengelola terkait

penggunaan TI, baik pengelolaan website, jejaring sosial, maupun

penggunaan GIS (Geographic Information System)


5. Key Partnership, Pihak pengelola harus mampu menarik investor asing

maupun domestic untuk menanamkan modal agar terjadi perputaran ekonomi

yang baik. Selain itu secara tidak langsung para investor akan membantu

mengenalkan usahanya pada koleganya di luar negeri.

Setelah mengerti kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki,

dalam upaya melakukan kegiatan pengelolaan perlu diatur secara matang dan

sistematis. Mulai dari planning, organizing, actuating, dan controlling. Berikut ini

analisis POAC Taman Nasional Laut Bunaken menurut Rares (2015):

1. Planning

Dewan pengelola Taman Nasional Laut Bunaken selaku pengelola belum

menetapkan perencanaan yang berasal dari lembaganya sendiri. Lembaga ini

hanya mengoordinir rencana yang akan dilakukan oleh instansi terkait.

Kemudian lembaga ini menginfokan rencana dari masing-masing instansi

agar tidak ada tumpang tindih program dan cenderung saling melengkapi satu

sama lain. Namun pada kenyataannya tidak terjadi sinkronisasi program

antarinstansi, mereka berjalan sendiri-sendiri mengikuti egonya masing-

masing. Bagi Balai Taman Nasional Bunaken keberadaan Dewan Pengelolaan

Taman Nasional Bunaken telah mengambil hak-hak pengelolaan Taman

Nasional Bunaken terutama dalam hal retribusi masuk kawasan. Sementara

itu, pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di tingkat Sulawesi Utara

maupun Kota Manado, menganggap behwa Dewan Pengelola Taman

Nasional tidak berhak menginterview program-program mereka. Hal ini

semakin memperkeruh suasana, adanya tarik menarik pengelolaan antara

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tingkat provinsi maupun Kota Manado.


2. Organizing

Planning yang cenderung tidak beraturan berakibat buruk pada

pengorganisasian kawasan Taman Nasional Bunaken. Pengorganisasian

dilakukan secara terpisah antarinstansi terkait dalam pengelolaan Taman

Nasional Bunaken. Dewan Pengelola yang diberi wewenang oleh provinsi

ternyata tidak berwenang melaksanakan mekanisme pelaksanaan program-

program yang akan dilaksanakanoleh seluruh instansi terkait. Singkronisasi

pelaksanaan hampir tidak terjadi. Balai Taman Nasional melihat pengelolaan

Taman Nasional Bunaken menjadi kewenangan mereka, meskipun kawasan

ini berada di wilayah Sulawesi Utara. Pengorganisasian pengelolaan kawasan

Taman Nasional Bunaken diatur dan dilaksanakan oleh masing-masing

instansi terkait atau seluruh instansi yang merupakan anggota dari Dewan

Pengelola Taman Nasional Bunaken.

3. Actuating

Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken tidak memiliki otoritas untuk

mengerahkan seluruh instansi terkait, tetapi lebih berfungsi untuk

mengomunikasikan dan mengokoordinasikan program antardinas atau

antarinstansi. Dalam surat keputusan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 233

Tahun 200 tentang Pembentukan Dewan Pengelola Taman Nasional

Bunaken, disebutkan bahwa Wakil Gubernur Sulawesi Utara adalah Ketua

dari lembaga ini, namun dalam operasionalnya lembaga ini dikendalikan oleh

seorang Direktur Eksekutif. Persoalannya ternyata Wakil Gubernur tidak

pernah turun ke lapangan untuk memberikan arahan operasional pada setiap


rapat koordinasi. Rapat ini lebih banyak dipimpin oleh Direktur Eksekutif,

sementara itu pimpinan instansi terkait hampir tidak pernah menghadiri rapat

tersebut. Umunya kepala dinas akan mengirimkan staf yang dapat berganti

setiap pertemuannya. Intinya, dalam pengelolaan Taman Nasional Bunaken,

pengarahan hampir tidak pernah dilakukan, hanya ada koordinasi dalam

rangka mengsingronkan kebijakan.

4. Controlling

Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken tidak memiliki hak dalam

memberikan punishment kepada instansi terkait yang menjadi anggotanya,

apabila tidak melaksanakan kegiatan sesuai dengan hasil koordinasi yang

telah dilakukan. Direktur Eksekutif hanya dapat memberikan himbauan dan

menyampaikannya kepada Wakil Gubernur. Persoalan sebenarnya adalah dari

pihak pemerintah daerah yang memiliki aturan tersendiri untuk melakukan

pengawasan terhadap kinerja atas seluruh instansi yang berada dibawahnya.

Hal ini membuat para instansi merasa tidak perlu memberikan pertanggung

jawaban kepada Direktur Eksekutif lembaga ini.


V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Strategi pada Taman Nasional Bunaken adalah Channels, Customer

Relationship, Revenue Stream, Key Partnership, dan Key Resource.

2. Setelah mengerti kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki,

dalam upaya melakukan kegiatan pengelolaan perlu diatur secara matang dan

sistematis. Mulai dari planning, organizing, actuating, dan controlling.


DAFTAR PUSTAKA

Agusbushro, R., Makarau, V. H., & Sembel, A. (2015). Analisis Kebutuhan


Prasarana Dan Sarana Pariwisata Di Kawasan Taman Nasional Bunaken
Kecamatan Bunaken Kepulauan Kota Manado. SPASIAL. 2(2): 122-131.

Anthoni, A., Schaduw, J., & Sondak, C. (2017). Persentase tutupan dan
struktur komunitas mangrove di sepanjang pesisir Taman Nasional
Bunaken bagian utara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 5(3): 13-21.

Bagindo, M. Bunasor S., & Imam T. S. 2016. Model bisnis ekowisata di Taman
Nasional Laut Bunaken dengan pendekatan business model canvas.
Manajemen KM. 11 (1): 80-88.

Rares, J. J. 2015. Manajemen pengelolaan Taman Nasional Bunaken oleh


Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum.
2 (2): 36-43.

Singh, T., M. H. Slitkin, A. R. Vamosi. 2007 Attitude towards ecotourism and


environmental advocacy: Profiling the dimensions of sustability. Journal of
Vacation Marketing. 13 (2): 119-134.

You might also like